40
Tuberculosis dalam Keluarga Maria Monika Muda*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA Alamat Korespondensi: Maria Monika Muda, Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Terusan Arjuna no. 6, Tanjung Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail: [email protected] Pendahuluan Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting. 1 Penyakit tuberculosis merupakan penyakit masyarakat yang dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya ) dan dimana saja. Indonesia sendiri termasuk dalam negara peringkat ke tiga yang menyumbang penyakit Tb terbesar di dunia setelah india dan cina 2 . Terdapat empat juta kasus baru tbc setiap tahunnya. Penyakit Tuberculosis ialah penyakit kronis. Proses gejalanya berjalan perlahan sehingga banyak masyarakat yang tidak mengenal tentang penyakit tuberculosis. Gejala tuberculosis yang lama tidak ditangani bisa 1

TBC.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tuberkulosis

Citation preview

Page 1: TBC.doc

Tuberculosis dalam Keluarga

Maria Monika Muda*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

Alamat Korespondensi:

Maria Monika Muda, Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Terusan Arjuna no. 6, Tanjung

Duren, Jakarta Barat 11510. E-mail: [email protected]

Pendahuluan

Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ

atau jaringan tubuh. Tuberkulosis paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling

penting.1

Penyakit tuberculosis merupakan penyakit masyarakat yang dapat menyerang siapa saja

(tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya ) dan dimana saja. Indonesia sendiri

termasuk dalam negara peringkat ke tiga yang menyumbang penyakit Tb terbesar di dunia

setelah india dan cina2. Terdapat empat juta kasus baru tbc setiap tahunnya. Penyakit

Tuberculosis ialah penyakit kronis. Proses gejalanya berjalan perlahan sehingga banyak

masyarakat yang tidak mengenal tentang penyakit tuberculosis. Gejala tuberculosis yang lama

tidak ditangani bisa menyebabkan kematian. Di Indonesia sekitar 140.000 kematian yang terjadi

setiap tahun disebabkan oleh tbc. Tahun 2004, menurut hasil survei prevalensi tbc di indonesia

ditemukan hasil BTA positif 110 per 100.000 penduduk. Pada frekuensi umur, terlihat angka

insidensi tbc secara perlahan bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64

tahun). Dalam usaha menumpas penyakit Tuberculosis, WHO sebenarnya telah memperkenalkan

strategi dots (Directly Observed Treatment Short-couers = pengobatan jangka pendek dengan

pengawasan). Strategi ini terdiri atas lima komponen utama yakni adanya komitmen politik, tepat

waktu, adanya sistem monitoring yang baik dan adanya program pengawasan keteraturan minum

obat di sertai jaminan agar setiap pasien pasti minum obat sampai tuntas. Strategi ini cukup

1

Page 2: TBC.doc

efektif untuk menurunkan frekuensi penyakit tuberculosis di Indonesia. Pada tahun 2005

keberhasilan strategi ini mencapai angka pengobatan (success rate = sr) sebesar 89,7% melebihi

target who sebesar 85%.2

Epidemiologi TBC

Definisi epidemiologi TB selain mencakup prevalensi, insidensi, kematian karena TB

(mortalitas) tetapi juga karena keunikannya mencakup pula, prevalensi dan insidensi penyakit

tersebut yang timbul dari populasi yang terinfeksi ini, serta rata-rata orang yang tertular penyakit

tuberkulosis oleh seorang penderita tuberkulosis menular.

Pengetahuan tentang berapa besarnya frekuensi, distribusi dan determinan yang ada menurut

umur, jenis kelamin, suku bangsa dan letak daerahnya memberi kita pengetahuan tentang

keadaan penyakit tuberkulosis di wilayah tertentu. Selanjutnya dengan mengetahui besarnya

prevalensi, distribusi dan determinan dari tuberkulosis di masyarakat tersebut maka dapat

diperkirakan besarnya permasalahan tuberkulosis yang ada di masyarakat tersebut. Dengan

demikian kita dapat menentukan prioritas dan strategiyang harus dilaksanakan pada program

pemberantasan penyakit TB.

Pada epidemiologi TB, parameter-parameter yang digunakan ada 4 (empat) yang penting yaitu:1

- Angka kematian karena TB, yaitu banyaknya kematian karena TB pada

populasi tertentu dalam 1 (satu) tahun per 100.000 penduduk.

- Angka insidensi penderita TB yaitu banyaknya kasus-kasus baru TB pada

populasi tertentu dalam 1 (satu) tahun per 100.000 penduduk.

- Angka prevalensi penderita TB yaitu banyaknya kasus-kasus TB lama dan

baru yang ditemukan pada populasi tertentu, biasanya dinyatakan pasif

denganmikroskopik dalam jangka waktu tertentu.

- ARTI (Annual Risk of Tuberculosis Infection ) yaitu suatu

probalitas/kemungkinan seseorang yang belum pernah terinfeksi TB akan terinfeksi

oleh kuman tersebut dalam 1 (satu) tahun.

Insidensi dan mortalitas tuberkulosis merupakan parameter yang baik untuk

2

Page 3: TBC.doc

menggambarkan epidemiologi TB namun sehubungan dengan surveilance yang tidak adekuat di

berbagai negara, tidak mungkin untuk menunjukkan data insindensi dan mortalitas TB yang

sebenarnya, sehingga dipergunakan beberapa parameter epidemiologi secara tidak langsung yaitu

Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI), perkiraan insindens BTA (+), jumlah dan

pencatatan kasus-kasus TB, perkiraan cakupan populasi dibandingkan dengan pelayanan

kesehatan, dan perkiraan kasus fatal pada BTA (+) dan bentuk lain TB. Diperkirakan sekitar

sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995,

diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.

Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara

berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena

kehamilan, persalinan dan nifas.1

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-

50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3

sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya

sekitar 20 – 30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15

tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara

sosial – stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:1

o Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang

sedang berkembang.

o Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:

- Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan

- Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat,

penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin

penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang

standar, dan sebagainya).

- Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang tidak

standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis).

- Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.

- Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis

ekonomi atau pergolakan masyarakat.

3

Page 4: TBC.doc

o Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan

struktur umur kependudukan.

o Dampak pandemi infeksi HIV.

Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat dan banyak yang tidak

berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan

masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO

mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency). Munculnya pandemi

HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB. Koinfeksi TB dengan HIV akan meningkatkan

risiko kejadian TB secara signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap

obat anti TB (multidrug resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak

berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi

TB yang sulit ditangani.Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.

Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina

dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun

2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA

positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.

Pada bayi umur 1 tahun 32,1 % kematian disebabkan penyakit sistem pernapasan, anak balita gol

umur 1-4 tahun. penyakit sistem pernapasan 38,8%, pada kelompok umur 5 – 14 tahun TB 5,8%,

kelompok umur 15 –34 tahun TB 3,9%, kelompok umur 35-44 tahun12,4%, kelompok umur 45-

54 tahun sebesar 11,5% pada kelompok umur 55 tahun ke atas sebesar 8,7%.

Yang mempengaruhi penyebaran TB sebagai salah satu penyakit menular adalah adanya faktor

lingkungan, host dan agen penyakit. Ditinjau dari sudut ekologis, terdapat tiga faktor yang

dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan dan kematian pada manusia

yang disebut trias ekologi atau trias epidemiologi yaitu agen penyakit, manusia (pejamu) dan

lingkungan. Dalam keadaan normal terjadi suatu keseimbangan yang dinamis antara ketiga

komponen ini atau dengan kata lain disebut sehat. Pada suatu keadaan terjadinya gangguan pada

keseimbangan dinamin ini, misalnya akibat menurunnya kualitas lingkungan hidup sampai pada

tingkat tertentu tertentu maka akan memudahkan agen penyakit masuk ke dalam tubuh manusia.2-

4

4

Page 5: TBC.doc

Interaksi agent, lingkungan, dan host:

a) Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)

Agen yang dimaksud adalah agen biologis yaitu bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau

antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang

lama. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium

Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung

dosis infeksi dan kondisi Host. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan

ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak

langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.2-4

b) Faktor Perilaku dan Lingkungan

Perilaku manusia sehari-hari bisa menjadi faktor pencetus terjadinya TBC. Perilaku yang

terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan yang kurang mengerti akan menjadi .

Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara

pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya

berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya. Kurangnya kesigapan

masyarakat akan setiap orang yang mangalami sakit cukup lama.

Perilaku Kebiasaan Merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk

mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan

kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena

TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per

orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430

batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760

batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada

hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa,

sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok

akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.1,3

Lingkungan : Kepadatan Hunian

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,

artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

5

Page 6: TBC.doc

penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab

disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu

anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota

keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya

dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung

dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana

luasnya minimum 10 m2/orang. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai

minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak

antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar

tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan

anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan

juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m.1,4

Lingkungan : Pencahayaan

Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca

minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa

maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat

membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu

rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas

pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux.,

kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua jenis

cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses

mematikan kuman untuk setiap jenisnya. Cahaya yang sama apabila dipancarkan

melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih

cepat dari pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif

tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah

serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan sangat

berkurang.1,2

Lingkungan : Ventilasi

Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar

aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan

oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya

6

Page 7: TBC.doc

ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu

kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik

karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban

ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/

bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB. Fungsi kedua dari ventilasi itu

adalah untuk membebaskan udara ruangan daribakteri-bakteri, terutama bakteri

patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri

yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk

menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy)

yang optimum. Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang

ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5%

dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas

lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban

udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22° – 30°C dari kelembaban

udara optimum kurang lebih 60%.1,2,5,6

Lingkungan : Kelembaban udara

Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana

kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22° – 30°C.

Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat

bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.2

c) Faktor Host

Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak

kejadian dan kematian :

Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita

Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan

pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada

wanita

Puncak sedang pada usia lanjut

Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak

berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup

7

Page 8: TBC.doc

sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena,

kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan

kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk dengan sosialekonomi rendah

memiliki laju lebih tinggi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit

terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga

secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan

sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya

ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan

fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum juga

berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer

memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.2-4

Penularan :

o Cara Penularan

- Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

- Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak.

- Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam

waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar

matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama

beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab.

- Daya penularan seorang pasein dapat ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan

dahak, makin menular pasien tersebut.

- Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB adalah ditentukan

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

o Resiko Penularan

- Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar

dari pasien TB paru dengan BTA negatif.

8

Page 9: TBC.doc

- Risiko penularan setiap tahunnya juga ditunjukan dengan Annual Risk of

Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi

TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1% berarti 10 diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahunnya.

- ARTI di Indonesia bervariasi 1-3%.

- Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negatif menjadi positif.

o Resiko Menjadi sakit TB:

- Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

- Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000

terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap

tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.

- Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi TB adalah day tahan

tubuh rendah, diantaranya karena HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).

- HIV merupakan faktor resiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi

sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh

seluler (celluer immunity), sehingga terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti

tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan

mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka

jumlah pasein TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat

meningkat pula. 4

Peran Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan

primer yang komprehensif, kontinu, integrative, holistic, koordinatif, dengan mengutamakan

pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan

diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis

penyakitnya.5

Sistem pelayanan dokter keluarga sesungguhnya merupakan bagian dari Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) yang perlu diatur dalam Undang-undang. Disinilah

sesungguhnya tumbuh kembangnya "the five stars doctors", sebagai "the agent of change",

yang berkemampuan dan berfungsi sebagai "care provider" (sebagai bagian dari kelurga,

9

Page 10: TBC.doc

sebagai pelaksana pealyanan kedokteran komprehensif, terpadu, berkesinambungan, pada

pelayanan dokter tingkat pertama; sebagai pelapis menuju ke pelayanan kedokteran tingkat

kedua), sebagai "decicion maker" (sebagai penentu pada setiap tindakan kedokteran, dengan

memperhatikan semua kondisi yang ikut mempengaruhinya), sebagai "communicator"

(sebagai pendidik, penyuluh, teman, mediator dan sebagai penasehat keluarga dalam banyak

hal dan masalah: gizi, narkoba, keluarga berencana, seks, HIV, AIDS, sters, kebersihan,

pola hidup sehat, olah raga, olah jiwa, kesehatan lingkungan), sebagai "community leader"

(membantu mengambil keputusan dalan ikhwal kemasyarakatan, utamanya kesehatan dan

kedokteran keluarga, sebagai pemantau, penelaah ikhwal kesehatan dan kedokteran

keluarga), dan sebagai "manager" (berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan,

dalam ikhwal penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga).

Five star doctor merupakan profil dokter ideal yang memiliki kemampuan untuk

melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk memenuhi kualitas, kebutuhan,

efektifitas biaya, dan persamaan dalam dunia kesehatan. WHO menerapkan batasan bahwa

dokter masa depan wajib memenuhi kriteria lima kualitas seorang dokter, yaitu:

1. Care provider

Dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya:

Memperlakukan pasien secara holistic

Memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas.

Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan manusiawi.

Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.

2. Decision maker

Seorang dokter diharapkan memiliki:

Kemampuan memilih teknologi

Penerapan teknologi penunjang secara etik

Cost Effectiveness

3. Communicator

Seorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya:

Mampu mempromosikan gaya hidup sehat.

Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif.

Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.

10

Page 11: TBC.doc

4. Community leader

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter hendaknya:

Dapat menempatkan dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat.

Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta masyarakat.

Mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

5. Manager

Dalam hal manajerial, seorang dokter hendaknya:

Mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu dan organisasi di luar dan

di dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan

pasien dan komunitas.

Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat dan berhasil guna.

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang

lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

dokter keluarga secara garis besarnya ialah :

a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga.

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan

kedokteran keluarga.

c. Menguasai keterampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan professional

dokter-pasien untuk:

Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan

perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga.

Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk bekerja sama

menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan

penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan

keluarga.

Dapat bekerjasama secara professional secara harmonis dalam satu tim pada

penyelenggaran pelayanan kedokteran/ kesehatan.

Karakteristik Dokter keluarga menurut IDI (1982) adalah :

a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan masyarakat.

b. Pelayanan menyeluruh dan maksimal

11

Page 12: TBC.doc

c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan

d. Menyesuaikan dengan kebutuhan pasien dan memenuhinya

e. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggung jawab atas kelanjutannya.

Tugas Dokter Keluarga, meliputi :

a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna

penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan.

b. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan

sakit.

d. Memberikan pelayanan kedokteran kepada nidividu dan keluarganya.

e. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf

kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.

f. Menangani penyakit akut dan kronik.

g. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit.

h. Tetap bertanggung jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat

di RS.

i. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan

j. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.

k. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien.

l. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar

m.Melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara umum dan ilmu

kedokteran keluarga secara khusus.

Upaya Promitif dan Preventif

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC,

maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :

1) Pencegahan Primer2,6,7

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun

hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan

sebelumnya yang sudah tinggi.

12

Page 13: TBC.doc

Promosi kesehatan menghindari kemunculan dari/ adanya factor resiko ( masa Pra-

Kesakitan). Dimana upaya promosi kesehatan diantaranya adalah:

Penyuluhan penduduk untuk meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan lingkungan.

Penyuluhan kesehatan yang merupakan bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian kegiatan

yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu,

kelompok atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat dengan cara memelihara,

melindungi dan meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan TB perlu dilakukan karena masalah

TB banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan penyuluhan

adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, peran serta masyarakat dalam penanggulangan

TB. Penyuluhan TB dapat dilaksanakan dengan menyampaikan pesan penting secara langsung

ataupun menggunakan media.

Penyuluhan langsung bisa dilakukan perorangan maupun kelompok.vDalam program

penanggulangan TB, penyuluhan langsung perorangan sangat penting artinya untuk menentukan

keberhasilan pengobatan penderita. Penyuluhan ini ditujukan kepada suspek, penderita dan

keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur sampai sembuh. Bagi

anggota keluarga yang sehat dapat menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya,

sehingga terhindar dari penularan TB. Penyuluhan dengan menggunakan bahan cetak dan media

massa dilakukan untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, untuk mengubah persepsi

masyarakat tentang TB-dari “suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan memalukan”,

menjadi “suatu penyakit yang berbahaya, tetapi dapat disembuhkan”. Bila penyuluhan ini

berhasil, akan meningkatkan penemuan penderita secara pasif.

Penyuluhan langsung dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, para kader dan PMO, sedangkan

penyuluhan kelompok dan penyuluhan dengan media massa selain dilakukan oleh tenaga

kesehatan, juga oleh para mitra dari berbagai sector, termasuk kalangan media massa.

a. Penyuluhan Langsung Perorangan

Cara penyuluhan langsung perorangan lebih besar kemungkinan untuk berhasil

dibanding dengan cara penyuluhan melalui media. Dalam penyuluhan langsung

perorangan, unsur yang terpenting yang harus diperhatikan adalah membina

hubungan yang baik antara petugas kesehatan (dokter, perawat,dll) dengan penderita.

13

Page 14: TBC.doc

Penyuluhan ini dapat dilakukan di rumah, puskesmas, posyandu, dan lain-lain

sesuaia kesepakatan yang ada. Supaya komunikasi dengan penderita bisa berhasil,

petugas harus menggunakan bahasa yang sederhana yang dapat dimengerti oleh

penderita. Gunakan istilah-istilah setempat yang sering dipakai masyarakat untuk

penyakit TB dan gejala-gejalanya. Supaya komunikasi berjalan lancar, petugas

kesehatan harus melayani penderita secara ramah dan bersahabat, penuh hormat dan

simpati, mendengar keluhan-keluhan mereka, serta tunjukkan perhatian terhadap

kesejahteraan dan kesembuhan mereka. Dengan demikian, penderita mau bertanya

tentang hal-hal yang masih belum dimengerti.

Hal-hal penting yang disampaikan pada kunjungan pertama

Dalam kontak pertama dengan penderita, terlebih dahulu dijelaskan tentang

penyakit apa yang dideritanya, kemudian Petugas Kesehatan berusaha memahami

perasaan penderita tentang penyakit yang diderita serta pengobatannya.

Petugas Kesehatan seyogyanya berusaha mengatasi beberapa faktor manusia yang

dapat menghambat terciptanya komunikasi yang baik.

Faktor yang menghambat tersebut, antara lain:

a. Ketidaktahuan penyebab TB dan cara penyembuhannya

b. Rasa takut berlebihan yang berakibat pada timbulnya penolakan

c. Stigma sosial yang mengakibatkan penderita merasa takut tidak diterima oleh

keluarganya.

d. Menolak untuk mengajukan pertanyaan karena tidak mau ketahuan bahwa

pasien tidak tahu tentang TB.

b. Penyuluhan Kelompok

Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan TB yang ditujukan kepada sekelompok

orang (sekitar 15 orang), bias terdiri dari penderita TB dan keluarganya. Penggunaan

flip chart (lembar balik) dan alat bantu penyuluhan lainnya sangat berguna untuk

memudahkan penderita dan keluarganya menangkap isi pesan yang disampaikan

oleh petugas. Dengan alat peraga (gambar atau symbol) maka isi pesan akan lebih

mudah dan lebih cepat dimengerti gunakan alat Bantu penyuluhan dengan tulisan

dan atau gambar yang singkat dan jelas.

14

Page 15: TBC.doc

c. Penyuluhan Massa

Penyakit menular termasuk TB bukan hanya merupakan masalah bagi penderita,

tetapi juga masalah bagi masyarakat, oleh karena itu keberhasilan penanggulangan

TB sangat tergantung tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat. Pesan-pesan

penyuluhan TB melalui media massa (surat kabar, radio, dan TV) akan menjangkau

masyarakat umum. Bahan cetak berupaleaflet,poster,billboard hanya menjangkau

masyarakat terbatas, terutama pengunjung sarana kesehatan. Penyampaian pesan TB

perlu memperhitungkan kesiapan unit pelayanan, misalnya tenaga sudah dilatih, obat

tersedia dan sarana laboratorium berfungsi. Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak

mengecewakan masyarakat yang dating untuk mendapatkan pelayanan. Penyuluhan

massa yang tidak dibarengi kesiapan UPK akan menjadi “bumerang” (counter

productive)

Penyuluhan Penderita Tuberkulosis

Petugas baik dalam masa persiapan maupun dalam waktu berikutnya secara berkala

memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas melalui tatap muka, ceramah dan

mass media yang tersedia diwilayahnya, tentang cara pencegahan TB-paru.

Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya pada waktu kunjungan

rumah dan memberi saran untuk terciptanya rumah sehat, sebagai upaya mengurangi

penyebaran penyakit.

Memberikan penyuluhan perorangan secara khusus kepada penderita agar penderita

mau berobat rajin teratur untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.

Beri penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan dan cara-cara

pemberantasan serta manfaat penegakan diagnosa dini.

Menganjurkan, perubahan sikap hidup masyarakat dan perbaikan lingkungan demi

tercapainya masyarakat yang sehat.

Menganjurkan masyarakat untuk melapor apabila diantara warganya ada yang

mempunyai gejala-gejala penyakit TB paru.

15

Page 16: TBC.doc

Berusaha menghilangkan rasa malu pada penderita oleh karena penyakit TB paru

bukan bagi penyakit yang memalukan, dapat dicegah dan disembuhkan seperti halnya

penyakit lain.

Petugas harus mencatat dan melaporkan hasil kegiatannya kepada koordinatornya

sesuai formulir pencatatan dan pelaporan kegiatan kader.

Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.

Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan

membuang dahak tidak disembarangan tempat.

Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus

harus diberikan vaksinasi BCG. Vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi

dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada

12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.

Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang

antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.

Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu

perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,

pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.

Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan

hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.

Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau suspect

gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak,

suspect, perawatan.

Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi, dan

pasteurisasi air susu sapi.

2) Pencegahan Sekunder2,5,7

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC

yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.

Diagnosis TB

16

Page 17: TBC.doc

Mengacu pada program nasional penanggulangan TB, diagnosis dilakukan

dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Adapun diagnosis pastinya

adalah melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak. Namun, pemeriksaan kultur

memerlukan waktu yang lama, hanya akan dilakukan bila diperlukan atas indikasi

tertentu, dan tidak semua unit pelayanan kesehatan memilikinya. Pemerintah melalui

gerakan terpadu nasional, memiliki upaya untuk meningkatkan kemampuan Puskesmas

untuk melakukan diagnosis TB berdasarkan pemeriksaan BTA. Pemeriksaan dahak

dilakukan sedikitnya 3 kali, yaitu pengambilan dahak sewaktu penderita datang berobat

dan dicurigai menderita TB, kemudian pemeriksaan kedua dilakukan keesokan harinya,

yang diambil adalah dahak pagi. Sedangkan pemeriksaan ketiga adalah dahak ketika

penderita memeriksakan dirinya sambil membawa dahak pagi. Oleh sebab itu, disebut

pemeriksaan SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu).

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya

BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan

positif apabila sedikit 2 dari 3 pemeriksaan spesimen SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu)

BTA hasilnya positif.

Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu

rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau dalam pemeriksaan radiologi,

dada menunjukkan adanya tanda-tanda yang mengarah kepada TB maka yang

bersangkutan dianggap positif menderita TB. Kalau hasil radiologi tidak menunjukkan

adanya tanda-tanda TB, maka pemeriksaan dahak SPS harus diulang. Sedangkan

pemeriksaan biakan basil atau kuman TB, hanya dilakukan apabila sarana mendukung

untuk itu.

Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, maka diberikan antibiotik

berspektrum luas selama 1 hingga 2 minggu, amoksilin atau kotrimoksasol. Bila tidak

berhasil, dan penderita yang bersangkutan masih menunjukkan adanya tanda-tanda TB,

maka ulangi pemeriksaan dahak SPS. Selanjutnya prosedur terdahulu dilakukan, yakni

kalau dalam pemeriksaan ulang ternyata dahak SPS positif, maka yang bersangkutan

adakah positif menderita TB. Namun, apabila dahak negatif, maka ulangi pemeriksaan

radiologi. Apabila hasil radiologi mendukung TB dianggap sebagai penderita TB

17

Page 18: TBC.doc

dengan BTA negatif, radiologi positif. Apabila baik radiologi tidak mendukung TB,

spesimen dahak negatif, maka yang bersangkutan bukan TB.

Karena tingginya prevalensi TB di Indonesia, maka tes tuberkulin pada orang

dewasa, tidak memiliki makna lagi. Pada anak, sulit untuk mendapatkan BTA, sehingga

diagnosis TB pada anak didapat dari gambaran klinik, radiologi dan uji tuberkulin.

Untuk itu, seorang anak dapat dicurigai menderita TB, kalau terdapat gejala

seperti:

1. Mempunyai riwayat kontak serumah dengan penderita TB dengan BTA positif.

2. Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikkan BCG dalam waktu 3-7

hari.

3. Terdapat gejala umum TB. Gejala umum TB pada anak sebagai berikut:

Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut, tanpa sebab yang jelas dan

tidak naik dalam 1 bulan meski sudah mendapat penanganan gizi yang baik.

Nafsu makan tidak ada, dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik

dengan memadai.

Demam lama dan atau berulang tanpa sebab yang jelas, disertai keringat

malam, tanpa sebab-sebab lain yang jelas. Misalnya infeksi saluran napas

bagian atas yang akut, malaria, tipus, dan lain-lain.

Pembesaran kelenjar limpa superfisialis yang tidak sakit. Pembesaran ini

biasanya multiple, paling sering di daerah leher, ketiak dan lipatan paha.

Batuk lama lebih dari 30 hari, disertai tanda adanya cairan di dada.

Gejala dari saluran pencernaan, misalnya adanya diare berulang yang tidak

sembuh dengan pengobatan diare, adanya benjolan massa di daerah dan

adanya tanda-tanda cairan abdomen.

Uji tuberkulin dilakukan dengan cara menyuntikkan secara intrakutan, dengan

tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU ( Tuberculin Unit ). Pembacaan dilakukan 48-72

jam setelah penyuntikan, dan diukur diameter dari peradangan atau indurasi yang

dinyatakan dalam milimeter. Dinyatakan positif bila indurasi sebesa r > 10 mm.

Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern

kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga.

Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC

18

Page 19: TBC.doc

sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan

tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang

paling efektif.

Penatalaksanaan TB

Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat.

Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan

teratur, waktu yang lama ( 6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya resistensi terhadap

obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.

Pemberian INH sebagai pengobatan preventif memberikan hasil yang cukup efektif

untuk mencegah progresivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis. Berbagai

penelitian yang telah dilakukan terhadap orang dewasa yang menderita infeksi HIV

terbukti bahwa pemberian rejimen alternatif seperti pemberian rifampin dan

pyrazinamide jangka pendek ternyata cukup efektif. Pemberian terapi preventif

merupakan prosedur rutin yang harus dilakukan terhadap penderita HIV/AIDS usia

dibawah 35 tahun. Apabila mau melakukan terapi preventif, pertama kali harus

diketahui terlebih dahulu bahwa yang bersangkutan tidak menderita TB aktif,

terutama pada orang-orang dengan imunokompromais seperti pada penderita

HIV/AIDS. Oleh karena ada risiko terjadinya hepatitis dengan bertambahnya usia

pada pemberian isoniazid, maka isoniazid tidak diberikan secara rutin pada

penderita TB usia diatas 35 tahun kecuali ada hal-hal sebagai berikut: infeksi baru

terjadi (dibuktikan dengan baru terjadinya konversi tes tuberkulin); adanya

penularan dalam lingkungan rumah tangga atau dalam satu institusi; abnormalitas

foto thorax konsisten dengan proses penyembuhan TB lama, diabetes, silikosis,

pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid atau pengobatan lain yang

menekan kekebalan tubuh, menderita penyakit yang menekan sistem kekebalan

tubuh seperti HIV/AIDS. Mereka yang akan diberi pengobatan preventif harus

diberitahu kemungkinan terjadi reaksi samping yang berat seperti terjadinya

hepatitis, demam dan ruam yang luas, jika hal ini terjadi dianjurkan untuk

menghentikan pengobatan dan hubungi dokter yang merawat. Sebagian besar

19

Page 20: TBC.doc

fasilitas kesehatan yang akan memberikan pengobatan TB akan melakukan tes

fungsi hati terlebih dahulu terhadap semua penderita, terutama terhadap yang

berusia 35 tahun atau lebih dan terhadap pecandu alkohol sebelum memulai

pengobatan.

Terapi spesifik: Pengawasan Minum obat secara langsung terbukti sangat efektif

dalam pengobatan TBC di AS dan telah direkomendasikan untuk diberlakukan di

AS. Pengawasan minum obat ini di AS disebut dengan sistem DOPT, sedangkan

Indonesia sebagai negara anggota WHO telah mengadopsi dan mengadaptasi sistem

yang sama yang disebut DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse).

Penderita TBC hendaknya diberikan OAT kombinasi yang tepat dengan

pemeriksaan sputum yang teratur. Untuk penderita yang belum resisten terhadap

OAT diberikan regimen selama 6 bulan yang terdiri dari isoniazid (INH), Rifampin

(RIF) dan pyrazinamide (PZA) selama 2 bulan kemudia diikuti dengan INH dan

PZA selama 4 bulan. Pengobatan inisial dengan 4 macam obat termasuk etambutol

(EMB) dan streptomisin diberikan jika infeksi TB terjadi didaerah dengan

peningkatan prevalensi resistensi terhadap INH. Namun bila telah dilakukan tes

sensititvitas maka harus diberikan obat yang sesuai. Jika tidak ada konversi sputum

setelah 2-3 bulan pengobatan atau menjadi positif setelah beberapa kali negatif atau

respons klinis terhadap pengobatan tidak baik, maka perlu dilakukan pemeriksaan

terhadap kepatuhan minum obat dan tes resistensi. Kegagalan pengobatan

umumnya karena tidak teraturnya minum obat dan tidak perlu merubah regimen

pengobatan. Perubahan Supervisi dilakukan bila tidak ada perubahan respons klinis

penderita. Minimal 2 macam obat dimana bekteri tidak resisten harus ada dalam

regiemen pengobatan. Jangan sampai menambahkan satu jenis obat baru pada kasus

yang gagal. Jika INH atau rifampisin tidak dapat dimasukkan kedalam regimen

maka lamanya pengobatan minimal selama 18 bulan setelah biakan menjadi negatif.

551 Untuk penderita baru TBC paru dengan BTA (+) di negara berkembang, WHO

merekomendasikan pemberian 4 macam obat setiap harinya selama 2 bulan yang

teridiri atas RIF, INH, EMB, PZA diikuti dengan pemberian INH dan RIF 3 kali

seminggu selama 4 bulan. Semua pengobatan harus diawasi secara langsung, jika

pada pengobatan fase kedua tidak dapat dilakukan pengawasan langsung maka

20

Page 21: TBC.doc

diberikan pengobatan substitusi dengan INH dan EMB selama 6 bulan. Walaupun

pengobatan jangka pendek dengan 4 macam obat lebih mahal daripada pengobatan

dengan jumlah obat yang lebih sedikit dengan jangka waktu pengobatan 12- 18

bulan namun pengobatan jangka pendek lebih efektif dengan komplians yang lebih

baik. Penderita TBC pada anak-anak diobati dengan regimen yang sama dengan

dewasa dengan sedikit modifikasi. Kasus resistensi pada anak umumnya karena

tertular dari penderita dewasa yang sudah resisten terlebih dahulu.Anak dengan

limfadenopati hilus hanya diberikan INH dan RIF selama 6 bulan. Pengobatan

anak-anak dengan TBC milier, meningitis, TBC tulang/sendi minimal selama 9-12

bulan, beberapa ahli menganjurkan pengobatan cukup selama 9 bulan. Etambutol

tidak direkomendasikan untuk diberikan pada anak sampai anak cukup besar

sehingga dapat dilakukan pemeriksaan buta warna (biasanya usia > 5 tahun).

Penderita TBC pada anak dengan keadaan yang mengancam jiwa harus diberikan

pengobatan inisial dengan regimen dengan 4 macam obat. Streptomisin tidak boleh

diberikan selama hamil. Semua obat kadang-kadang dapat menimbulkan reaksi efek

samping yang berat. Operasi toraks kadang diperlukan biasanya pada kasus MDR.

Sediakan fasilitas perawatan penderita dan fasilitas pelayanan diluar institusi untuk

penderita yang mendapatkan pengobatan dengan sistem (DOPT/DOTS) dan

sediakan juga fasilitas pemeriksaan dan pengobatan preventif untuk kontak.

Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat dilakukan

dengan pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin. Konversi sputum

biasanya terjadi dalam 4 – 8 minggu. Pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit

hanya dilakukan terhadap penderita berat dan bagi penderita yang secara medis dan

secara sosial tidak bisa dirawat di rumah. Penderita TB paru dewasa dengan BTA

positif pada sputumnya harus ditempatkan dalam ruangan khusus dengan ventilasi

bertekanan negatif. Penderita diberitahu agar menutup mulut dan hidung setiap saat

batuk dan bersin. Orang yang memasuki ruang perawatan penderita hendaknya

mengenakan pelindung pernafasan yang dapat menyaring partikel yang berukuran

submikron. Isolasi tidak perlu dilakukan bagi penderita yang hasil pemeriksaan

sputumnya negatif, bagi penderita yang tidak batuk dan bagi penderita yang

mendapatkan pengobatan yang adekuat (didasarkan juga pada pemeriksaan

21

Page 22: TBC.doc

sensitivitas/resistensi obat dan adanya respons yang baik terhadap

pengobatan).Penderita remaja harus diperlakukan seperti penderita dewasa.

Penilaian terus menerus harus dilakukan terhadap rejimen pengobatan yang

diberikan kepada penderita.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:

a. Obat primer/Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol,

Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan

toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar dapat dipisahkan

dengan obat-obatan ini.

b. Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,

Amikasin, Kapreomisin, Kanamisin.

3) Pencegahan Tersier2,5,7

Rehabilitasi merupakan suatu usaha mengurangi komplikasi penyakit. Rehabilitasi

merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa

trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur

selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang

tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan

media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya

rehabilitasi.

Program Penanggulangan TBC di Puskesmas

Direct Observe Treatment Shorcut (DOTS)

Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan badan kesehatan dunia

(WHO), melaksanakan suatu evaluasi bersama yang menghasilkan rekomendasi perlunya

segera dilakukan perubahan mendasar pada strategi penanggulangan TB di Indonesia, yang

kemudian disebut sebagai strategi DOTS.10,11

Istilah DOTS dapat diartikan sebagai pengawasan langsung menelan obat jangka

pendek setiap hari oleh pengawas menelan obat. Tujuannya mencapai angka kesembuhan

yang tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping obat jika timbul dan

22

Page 23: TBC.doc

mencegah resistensi. Sebelum pengobatan pertama kali dimulai DOTS harus menjelaskan

kepada pasien tentang cara dan manfaatnya. PMO haruslah seseorang yang mampu

membantu pasien sampai sembuh selama enam bulan dan sebaiknya merupakan anggota

keluarga pasien yang diseganinya. Siapapun dapat menjadi PMO, dengan syarat sebagai

berikut:

a. PMO bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh selama

pengobatan dengan OAT dan menjaga kerahasiaan penderita dengan HIV/AIDS.

b. PMO diutamakan petugas kesehatan, tetapi dapat juga kader kesehatan, kader PKK,

atau anggota keluarga yang disegani pasien.

Adapun tugas PMO antara lain:

1. Bersedia mendapat penjelasan di klinik

2. Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat

3. Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang

ditentukan

4. Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga

sembuh

5. Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap minum

obat.

6. Merujuk pasien bila efek semakin berat

7. Melakukan kunjungan rumah

8. Menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui gejala

TB.

Hasil evaluasi pada tahun 1998 menggambarkan bahwa cakupan penemuan penderita baru

mencapai 9.8% dengan angka keberhasilan mencapai 89%, sehingga WHO menggolongkan

Negara kita sebagai Negara dengan penyelenggaraan program yang baik tetapi ekspansi

sangat lambat. Kajian data ini didapatkan dari puskesmas pelaksana program DOTS yang

baru mencapai lebih kurang 40% dari 7000 puskesmas dan rumah sakit yang ada.7-10

23

Page 24: TBC.doc

Kesimpulan

Penyakit tuberculosis merupakan penyakit masyarakat yang dapat menyerang siapa saja

dan dimana saja. Penyakit Tuberkulosis perlu penanganan intensif dari dokter keluarga dan

pelayanan kesehatan yang menyeluruh. Prinsip kedokteran keluarga yang bersifat

berkesinambungan, menyeluruh, terkoordinasi, dan mengutamakan pencegahan sangat

diperlukan untuk penatalaksanaan penyakit Tbc. Pendekatan keluarga berupa gambaran Status

Gizi, Kondisi rumah, Keadaan Sosial Ekonomi, Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, Faktor Umur

sangat berpengaruh pada perkembangan penyakit Tbc. Prinsip pelayanan kesehatan yang

mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit berguna untuk mencegah

penularan penyakit Tbc yang luas. Penyuluhan tentang Perilaku dan lingkungan masyarakat

dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesehatan.

Daftar Pustaka

1. Nasry N. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta;2008.hal.5-23.

2. Widoyono A. Tuberkulosis Paru. In: Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,

dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008.hal.13-21.

3. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara;

2006.hal.104-19.

4. Aditama Tjandra et all. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.hal.3-37.

5. Pohan I. Tuberkulosis Paru. In: Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2006.hal.438-50.

6. Amin Z, Asril r. Tuberkulosis Paru. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,

Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FKUI; 2009.hal.2230-9.

7. Crofton J, Horne N, Miler F. Tuberkulosisi klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Widya

Medika;2002.h.1-56.

8. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: Penerbit buku kedokteran

EGC; 2009.h.5-19.

24

Page 25: TBC.doc

9. Dinas Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Edisi ke-2. Jakarta: Bakti Husada; 2006.hal.3-7,13-33,83-5.

10. Idris F. Manajemen Public Private Mix Penanggulangan Tuberkulosis Strategi DOTS Dokter

Praktik Swasta. Jakarta: Penerbit Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia; 2004.h.87-95,

112-3.

25