Upload
hanifahrafa
View
297
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
1/18
PERBANDINGAN INDUKSI ANESTESI
MENGGUNAKAN DUA PREPARAT PROPOFOL
YANG BERBEDA
Terblanche N, Coetzee JF
Department of Anaesthesiology and Critical Care, Stellenbosch University and Tygerberg
Hospital
SAJAA 2008; 14(6): 25-29
Abstrak
Latar Belakang : Peneliti telah melaporkan variabilitas antar pasien berkaitan
dengan dosis propofol untuk induksi anestesi. Dengan adanya formulasi
propofol generik, muncul pertanyaan mengenai variabilitas lanjut dalam
penentuan dosis. Berbagai studi telah mengkonfirmasi bahwa farmakokinetik
dan farmakodinamik sediaan propofol generik setara dengan Diprivan .
Namun demikian sejumlah praktisi mengemukakan bahwa sediaan propofol
generik memerlukan dosis yang lebih besar untuk induksi anestesi daripada
Diprivan .
Metode : 20 pasien wanita status ASA I- II, antara usia 18-55 tahun,
dijadwalkan untuk operasi secara acak dan dialokasikan dalam dua kelompok
untuk menjalani induksi anestesi menggunakan propofol dengan dua
formulasi yang berbeda, Diprivan dan Propofol 1 % Fresenius . Sediaan
diberikan menggunakan infus target terkendali propofol (STEL-TCI)menargetkan (pusat) kompartemen plasma pada konsentrasi 6 g/ml,dengan
menggunakan parameter farmakokinetik Marsh et al. Sebuah EEG (indeks
bispectral) direkam secara berkelanjutan. Hilangnya kesadaran (LOC)
dianggap sebagai saat di mana pasien tidak bisa mempertahankan matanya
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
2/18
untuk tetap terbuka dan dikonfirmasi dengan tidak adanya refleks bulu mata.
Pada titik ini pemberian propofol dihentikan dan data dicatat, sebelum
memberikan opioid dan / atau nitrous oksida yang sesuai / agen stabil dan /
atau relaksan otot untuk mempertahankan anestesi. Waktu untuk LOC setelah
dimulainya pemberian propofol, dan dosis propofol yang diberikan selama
induksi dicatat.
Hasil : Tidak ada perbedaan demografi antara kelompok. Tidak ada perbedaan
antara kelompok dengan meninjau dosis rata-rata untuk LOC, waktu untuk
LOC dan nilai rata-rata BIS yang diperoleh pada tahapan sebagai berikut :
saat terjaga, saat LOC, pada 1 dan 2 menit setelah LOC serta nilai terendah
yang tercatat.
Kesimpulan : Hasil penelitian mengkonfirmasi bahwa dua formulasi propofol
yang diteliti, secara farmakologi setara untuk induksi anestesi. Mekanisme
yang dapat menjelaskan variabilitas dalam respon klinis untuk pemberian
bolus propofol yang paling penting adalah recirculatory atau "front-end"
kinetika propofol di mana curah jantung memainkan peran utama, serta
tingkat pemberian obat. Degradasi emulsi juga dapat mempengaruhi dosis
terapi dan dalam hal ini perlu dicatat bahwa penambahan zat seperti
lignocaine, dapat menyebabkan kerusakan yang cepat dari emulsi kacang
kedelai.
Pengantar
Peneliti telah melaporkan variabilitas antar pasien sehubungan dengan kebutuhan
dosis untuk induksi anestesi, sejak awal.1
Dengan kemunculan formulasi propofol
generik, muncul pertanyaan lebih lanjut mengenai pengaruh variabilitas dalam
penentuan dosis.2
Di Afrika Selatan dua formulasi propofol yang tersedia, yaitu
Diprivan (AstraZeneca) dan Propofol 1% Fresenius (Fresenius Kabi-). Obat ini
tersedia dalam emulsi kacang kedelai, (selain dari sejumlah kecil EDTA ditambahkan
ke Diprivan untuk menghambat pertumbuhan mikroba). Namun, sejumlah ahli
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
3/18
anestesi menegaskan bahwa dalam pengalaman klinis mereka, preparat Fresenius
membutuhkan dosis induksi lebih besar dari yang dibutuhkan oleh Diprivan .
Sejumlah peneliti telah membuktikan bahwa farmakokinetik dan farmakodinamik
beberapa preparat propofol generik setara dengan Diprivan .3-5
Calvo dan kawan-
kawan melaporkan perbedaan kecil ketika mereka memeriksa pengaruh lima
formulasi emulsi propofol yang berbeda pada farmakokinetik dan farmakodinamik
Diprivan , Recofol , Ivofol , Propofol-Abbott dan Popofol-1%-Fresenius .
Para penulis menyimpulkan bahwa sifat farmakokinetiknya serupa, selain Ivofol ,
yang memiliki volume distribusi lebih kecil dan recofol memerlukan dosis induksi
lebih besar dari Diprivan . Sangat menarik untuk dicatat bahwa mereka tidak
menemukan perbedaan antara rata-rata dosis induksi untuk Diprivan dan Popofol-
1%-Fresenius .
Tujuan studi terkontrol ini adalah untuk membandingkan dua preparat propofol yang
berbeda (Propofol-1%-Fresenius dan Diprivan ) untuk induksi anestesi, termasuk
efek pada electroencephalogram (EEG). Hipotesisnya adalah bahwa dua formulasi
propofol tersebut setara, sehubungan dengan dosis induksi, waktu kehilangan
kesadaran (LOC) dan efek pada electroencephalogram (EEG) diukur dengan indeks
bispectral monitor (BIS).
Metode dan bahan
Penelitian dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki. Studi ini
disetujui oleh Dewan Etika Penelitian rumah sakit. Diinformasikan bahwa,
persetujuan tertulis diperoleh dari 20 pasien wanita status ASA I- II, antara usia 18-55tahun, dijadwalkan untuk operasi elektif dan secara acak dibagi menjadi dua
kelompok untuk menjalani induksi anestesi baik menggunakan, Diprivan atau
Propofol - 1 % - Fresenius .
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
4/18
Kriteria eksklusi adalah : indeks massa tubuh > 35 kg/m2, hipertensi tidak terkontrol,
penyakit jantung iskemik, disfungsi ginjal atau hati, penyakit paru kronis,
penyalahgunaan obat, pasien dijadwalkan untuk anestesi regional, hamil atau
menyusui, gagal jantung kongestif, pasien yang telah menerima opioid atau obat
penenang dalam waktu 24 jam sebelum penelitian dan pasien yang telah
berpartisipasi dalam penelitian klinis lain dalam waktu satu bulan terakhir.
Pengacakan dilakukan sesuai dengan nomor acak pada generator
(http://www.randomization.com). Amplop tertutup yang membagi pasien ke grup
disusun berurutan sesuai nomor. Baik peserta maupun peneliti yang terlibat tidak
mengetahui tentang isi amplop, memastikan bahwa alokasi dilakukan secara
tersembunyi. Setelah menerapkan kriteria kelayakan dan mendapatkan persetujuan
dari setiap peserta, amplop kemudian dibuka. Para pasien tidak mengetahui mengenai
preparat propofol (single - blinded), tetapi nama merek dari preparat propofol
diketahui oleh ahli anestesi yang bertanggung jawab untuk induksi anestesi dan
peneliti yang mengumpulkan data. Tidak ada premedikasi yang diberikan. Setibanya
di ruang operasi, dilakukan pemantauan rutin (tekanan darah, EKG, oksimetri nadi).
Elektro - encephalographic (EEG) dilakukan dengan monitor (Indeks Bispectral
[BIS], Aspek Sistem, USA) dan datanya dicatat ke disk komputer menggunakan
perangkat lunak milik Dept Anestesiologi dan Perawatan Intensif, Universitas
Stellenbosch.
Pra - oksigenasi dimulai dengan menggunakan oksigen 100 % yang diberikan melalui
masker pada laju alir 6 l/menit dan pasien diperintahkan untuk menjaga mata mereka
terbuka selama mereka bisa. Untuk meminimalkan rasa sakit pada injeksi propofol,
diberikan injeksi intravena 2 ml lignocaine 2% sebelum injeksi propofol. Konsentrasi
plasma yang menjadi sasaran adalah pada konsentrasi 6g/ml, berdasarkan parameter
farmakokinetik Marsh et al. LOC adalah saat di mana pasien tidak bisa menjaga
matanya terbuka dan dikonfirmasi oleh ketiadaan dari reflek bulu mata, dan
hilangnya komunikasi lisan. Pada titik ini pemberian propofol dihentikan dan
http://www.randomization.com/http://www.randomization.com/http://www.randomization.com/http://www.randomization.com/7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
5/18
dilakukan pencatatan. Pada saat penyelesaian pencatatan data, anestesi dijaga dengan
pemberian opioid dan atau nitrat oksida / agen yang mudah menguap dan atau muscle
relaxan sebagaimana ketentuan untuk operasi.
Data yang dicatat :
Data demografi meliputi: berat badan pasien, tinggi badan, usia, jenis kelamin dan
status ASA. Data eksperimen termasuk waktu untuk LOC setelah dimulainya
pemberian propofol, dosis total propofol yang diberikan, dan nilai-nilai BIS direkam
pada waktu berikut: sebelum induksi anestesi, saat LOC, 1 dan 2 menit setelah LOC.
Analisis data :
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer (PASS,
Number Cruncher Statistical Systems, Kaysville,Utah, USA). Itu mensyaratkan
bahwa dosis induksi 1,5 mg/kg dan 2,5 mg/kg (standar deviasi 0,7 mg/kg) merupakan
perbedaan klinis penting, maka diperlukan masing-masing 8 pasien pada tiap
kelompok untuk mencapai kekuatan 82% guna mendeteksi perbedaan tersebut.
Akhirnya diputuskan untuk mempelajari 10 pasien dalam setiap kelompok. Setelah
pengujian untuk varian yang sama, perbandingan antar kelompok dibuat dengan
menggunakan T-tes untuk kelompok independen (SigmaStat untuk versi Windows
2.03, SPSS Inc, USA). Perbandingan dalam kelompok dibuat menggunakan ANOVA
untuk tindakan berulang. Sebuah kesalahan alpha 0,05 atau kurang menunjukkan
signifikansi statistik.
Hasil
Kelompok-kelompok tidak berbeda berkaitan dengan usia, berat badan dan indeks
massa tubuh (Tabel I). Hasil perbandingan karakteristik induksi kedua preparat
propofol disajikan pada Tabel II. Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik
antara pengukuran berikut: Rata-rata dosis induksi propofol (2.1 dan 2.3 mg/kg di
masing-masing kelompok Fresenius dan AstraZeneca), rata-rata waktu untuk LOC
(2,1 menit dan 2,2. menit, dengan nilai BIS saat LOC dari 46,9 dan 46,7); nilai BIS
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
6/18
terendah yang tercatat (38,2 dan 33,8), nilai-nilai rata-rata di BIS mengikuti tahapan:
terjaga, di LOC, pada 1 dan 2 menit setelah LOC (Tabel II).
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
7/18
Diskusi
Ada kemungkinan bahwa penelitian kecil ini kurang bermakna untuk mendeteksi
perbedaan nyata dalam karakteristik induksi dari dua preparat propofol. Perhitungan
power dilakukan dengan menggunakan means dan standar deviasi yang diperoleh dari
penelitian ini, untuk memperkirakan jumlah subyek yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai power 80% guna mendeteksi perbedaan yang nyata. Karena tidak ada
perbedaan antara kedua kelompok kami mengumpulkan data dan untuk meramalkan
kemungkinan temuan kami kepada penduduk (wanita dengan massa tubuh normal),kami menghitung dengan interval kepercayaan 95% (Tabel III). Interval kepercayaan
lebar mungkin mencerminkan luas variabilitas antar pasien, namun ukuran sampel
yang kecil juga bisa berkontribusi.
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
8/18
Beberapa studi dosis propofol yang diterbitkan sebelumnya menggunakan metode
yang berbeda untuk menentukan dosis induksi2 ; 7-10
( Tabel IV ) . Beberapa tidak
melaporkan interval kepercayaan 95 % sehingga sulit untuk membandingkan hasil,
namun dari penelitian yang dipresentasikan pada Tabel IV, jelas bahwa ED95
propofol berada antara 2 dan 2,5 mg.kg- 07-10
terlepas dari penggunaan premedikasi,
laju injeksi propofol atau metode untuk menentukan saat LOC terjadi. Hasil kami
sebanding dengan yang diperoleh oleh Calvo dkk dalam banyak hal, dan metodologis
yang digunakan mirip dengan penelitian ini. Dosis induksi rata-rata mereka adalah
147.2 mg ( 95 % CI 120,9-173,5 ) untuk Diprivan dan 163 .7 mg ( 95 % CI 135,4-
192,0 ) untuk Propofol Fresenius . 2 Ada berbagai penjelasan atas terjadinya
variabilitas antar pasien dalam menanggapi dosis propofol yang diberikan secara
cepat yang mencakup fenomena recirculatory atau " front-end " kinetika, titik akhir
metodologi yang berbeda yang digunakan untuk menentukan LOC dan pengaruh
degradasi emulsi.
"Front -end " kinetika propofol :
Dalam sebuah editorial, Krejcie dan Avram11
menciptakan istilah " front-end "
kinetika ketika mengomentari studi yang menggunakan domba oleh Upton dkk.12
Setelah injeksi cepat, faktor fisiologis dan anatomi dari tempat masuk dengan target,
mempengaruhi tingkat efek obat dan waktu permulaan.13
Pertama, obat dicampur
dalam aliran vena sebelum memasuki sirkulasi paru-paru dan memasuki sirkulasi
sistemik. Paru-paru dapat menunda pendistribusian obat-obatan dan bahkan
menghapus proporsi yang signifikan.14-16
Sirkulasi sistemik kemudian
mendistribusikan obat ke berbagai organ (termasuk organ target) sebelum
dikembalikan ke aliran vena untuk resirkulasi. Meskipun hati paling bertanggung
jawab untuk metabolisme dan eliminasi propofol, beberapa metabolisme ekstra-hati
(terutama paru-paru dan ginjal) terjadi.17,18
Berbagai penelitian telah menunjukkan
bahwa cardiac output memiliki pengaruh yang sangat penting pada konsentrasi obat
dalam darah sesuai dengan prinsip yang sama dimana cairan pelacak disuntikkan dan
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
9/18
digunakan untuk mengukur cardiac output.12.19
Ketika cardiac output meningkat,
puncak waktu konsentrasi arteri mengalami penurunan dalam menanggapi dosis
bolus dan daerah di bawah konsentrasi arteri, yang menyebabkan efek penurunan
pada target organ. Distribusi aliran darah arteri ke otak juga memainkan peranan
penting dalam menentukan tingkat efek obat : Semakin besar aliran darah otak,
semakin tinggi puncak konsentrasi otak dan semakin besar efeknya.20
Sangat menarik
untuk dicatat bahwa propofol mengurangi aliran darah otak21,22
dan ada
kemungkinan bahwa ini dapat mempengaruhi penyerapan sendiri ke otak.
Setelah injeksi, konsentrasi plasma arteri menurun dijelaskan oleh ekspresi yang
terdiri dari jumlah dua atau lebih istilah eksponensial. Krejcie dkk24
telah
menunjukkan terjadinya beberapa puncak konsentrasi darah setelah injeksi bolus,
terutama selama menit pertama, mungkin karena resirkulasi cepat.
Model hibrid yang menggabungkan sirkulasi fisiologi (termasuk kinetika paru-paru
dan fenomena resirkulasi) ke dalam model kompartemen memuaskan prediksi
jalannya waktu awal konsentrasi propofol dalam sirkulasi dan otak.25
Model paling
sederhana terdiri dari dua kompartemen, paru-paru dan seluruh tubuh.26
Pemberian
obat ke dalam kompartemen "paru-paru" (yang menerima total curah jantung) dan
clearance dari kompartemen "tubuh". Model ini telah dikembangkan lebih lanjut dan
diperluas untuk mencakup aliran darah otak. Mereka mampu mensimulasikan efek
kompleks perubahan sirkulasi pada farmakokinetik dan farmakodinamik propofol
pada domba,12,20,27-29
serta pada manusia.25
Tingkat di mana propofol diberikan dapat mempengaruhi konsentrasi darah. Simulasi
menggunakan model hibrida Upton dan Ludbrook
30-32
menunjukkan bahwa setelahinjeksi intravena yang cepat, konsentrasi otak meningkat dengan cepat dan terus
menerus setelah penghentian infus, karena massa yang lebih besar dari propofol
masih dalam transit melalui paru-paru dan belum mencapai otak. Akibatnya, tingkat
injeksi yang cepat menghasilkan konsentrasi puncak yang tinggi dalam darah arteri
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
10/18
dan melampaui konsentrasi otak. Sedikit manfaat yang dicapai dalam hal penurunan
waktu induksi dan konsentrasi plasma selanjutnya tinggi propofol dapat
menyebabkan hipotensi dimediasi oleh kedua arteri dan dilatasi vena. Kecepatan
injeksi propofol lebih lambat, menginduksi anestesi hampir sama cepat, dengan
menggunakan dosis yang lebih kecil dan dengan titrasi yang lebih baik untuk LOC.
Durasi optimal suntikan bolus propofol tampaknya menjadi satu sampai dua menit,
manfaat yang mungkin terjadi mengurangi dosis, melampaui kedalaman anestesi
setelah titik akhir yang diinginkan telah tercapai dan mengurangi konsentrasi arteri
puncak, yang mungkin memiliki keuntungan hemodinamik.33,34
Waktu injeksi yang
lama diduga menyebabkan waktu induksi berkepanjangan. Sistem TCI kami
diberikan dosis rata-rata 147 mg selama 2,3 menit, menghasilkan LOC setelah 2,2
menit. Hal ini tidak terlalu besar waktu saat LOC terjadi ketika propofol diberikan
selama 15 sampai 20 detik (Tabel IV). Selain itu, ada variasi dalam waktu saat LOC
yang dibuktikan dengan standar deviasi lebar dan 95% confidence interval (Tabel
III).
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
11/18
Pengaruh titik akhir untuk LOC:
Dosis-temuan penelitian untuk propofol telah memanfaatkan berbagai titik akhir
untuk menentukan saat di mana LOC terjadi.7,35,36
Hilangnya respon terhadap
perintah lisan menandakan tingkat anestesi yang dangkal dibandingkan melepaskan
objek yang digenggam. Hilangnya refleks bulu mata merupakan tingkat yang lebih
dalam dari anesthesia.10
Metode terakhir dianggap oleh beberapa orang sebagai
metode tidak dapat diandalkan untuk menentukan saat LOC.7
Tanda yang paling
dapat diandalkan, melepaskan objek digenggam, terlalu rumit untuk penggunaan
klinis rutin. Elektroensefalografik (EEG) monitor menyediakan cara yang lebih
objektif untuk menentukan efek hipnotis obat,37
namun itu tidak mencerminkan
waktu LOC yang tepat, karena jeda waktu antara perubahan LOC dan EEG. Terlepas
dari kekurangan yang dirasakan, hilangnya refleks bulu mata tetap metode yang
paling umum digunakan untuk menentukan LOC.
Efek dari formulasi emulsi propofol:
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
12/18
Propofol sangat lipofilik dan memiliki ukuran molekul kecil. Emulsi didefinisikan
sebagai campuran dua zat. Penambahan pengemulsi menstabilkan emulsi dengan
membentuk muatan, lapisan pelindung di sekitar tetesan emulsi yang mencegah
adhesi dan peleburan. Formulasi emulsi propofol minyak kacang kedelai dengan
formulasi lemak parenteral, Intralipid.
Setelah pemberian intravena obat berdifusi memasuki aliran darah. Laju pelepasan
propofol tergantung pada tiga faktor utama, gradien konsentrasi obat, koefisien partisi
dan luas permukaan dari tetesan. Yang terakhir tergantung pada ukuran tetesan
minyak.38
Ini harus cukup kecil untuk memungkinkan rilis cepat, melewati kapiler
dan secara fisik stabil. Ukuran tetesan emulsi propofol biasanya (0,15-0,3 m).40
Ward
dkk41
melakukan double-blind, crossover studi yang membandingkan SLI-Propofol
dengan Diprivan. IDD-Propofol merupakan rumusan alternatif dimana propofol
dilarutkan dalam emulsi 2% dari trigliserida. Meskipun waktu induksi 14% lebih
lama dengan IDD-Propofol dibandingkan dengan Diprivan, perbedaannya tidak
penting secara klinis.
Stabilitas emulsi tergantung pada pembentukan penghalang mekanis oleh pengemulsi
antara tetesan minyak dan fase berair, serta adanya elektrostatik negatif antara tetesan
minyak (potensial zeta). Degradasi emulsi terjadi dari waktu ke waktu sebagai
berikut.38
Tetesan Suspended bertabrakan baik secara alami (gerak Brown) atau
karena agitasi eksternal. Setelah tabrakan , gaya tarik menarik ( van der
Waalinteractions ) mengatasi kekuatan yang menolak, menyebabkan tetesan
menempel dalam keadaan yang disebut flokulasi. Dalam keadaan ini lapisan tipis
antara dua tetesan dapat pecah menyebabkan minyak dari tetesan menyatu, tapi masih
menciptakan lebih besar emulsi tetesan, yang disebut proses peleburan. Melanjutkan
hasil perpaduan tetesan meningkatkan ukuran yang lebih besar, yang dapat naik
menuju permukaan emulsi (creaming). Kedua flokulasi dan creaming yang reversibel
dengan agitasi. Segera setelah tetesan menjadi cukup besar sehingga bebas minyak
terbentuk pada permukaan emulsi, mereka tidak dapat dikurangi dalam ukuran
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
13/18
kecuali dengan re - homogenisasi.39
Pembentukan tetesan yang lebih besar
mengurangi total luas permukaan sehingga lebih lambat dari rilis propofol, sehingga
degradasi emulsi dapat mempengaruhi dosis induksi.
Ada beberapa faktor yang dapat mendorong degradasi emulsi:
Penurunan pH: Asam lemak dikeluarkan oleh fosfolipid, menurunkan pH dan
mengganggu emulsi dengan mengurangi potensi zeta. Han telah menunjukkan bahwa
emulsi propofol yang mengandung natrium metabisulfit (untuk menghambat
pertumbuhan mikroba) memiliki pH 4,5-6,4 dan kurang stabil daripada Diprivan.39
Adanya kation: Kation (Na +, K +, Ca + + dll) menetralisir kekuatan muatan negatif
pada permukaan tetesan.38
Penambahan lignocaine: Lilley dkk43 menunjukkan bahwa penambahan lignocaine
menurunkan potensial zeta dari tetesan. Pada konsentrasi lebih besar dari 10 mg/ml
ukuran tetesan rata-rata meningkat secara signifikan.44,45
Faktor-faktor lain yang mendorong degradasi emulsi meliputi peningkatan suhu,
agitasi yang berlebihan dan pembekukan pencairan. 39
Degradasi emulsi bisa memberikan kontribusi untuk beberapa variabilitas antar-
pasien yang diamati dalam penelitian kami, namun natrium edetate (bukan natrium
metabisulfit) digunakan sebagai agen antimikroba dalam Diprivan dan preparat
Fresenius adalah tanpa pengawet. Selanjutnya, mengingat bahwa tidak ada lignocaine
ditambahkan ke preparat propofol, tidak mungkin bahwa degradasi emulsi
memainkan peran penting dalam penelitian kami.
Kesimpulan
Hasil kami menunjukkan bahwa kedua formulasi farmakologi propofol yang
dipelajari setara dan setelah injeksi intravena, tidak ada perbedaan antara dosis yang
diperlukan, waktu untuk LOC dan efek pada EEG yang diukur dengan monitor
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
14/18
indeks bispectral (BIS). Beberapa mekanisme dapat menjelaskan variabilitas yang
dihadapi dalam respon klinis mengikuti pemberian "bolus". Yang paling penting
adalah variasi dari resirkulasi atau " front-end " kinetika propofol, dimana cardiac
output memainkan peran penting. Hal ini bisa, menjelaskan dosis induksi yang lebih
besar diperlukan pada pasien yang muda, cemas, pasien takikardi, dibandingkan
dengan pasien tua dengan cardiac output istirahat rendah. Mekanisme lain mungkin
termasuk tingkat pemberian dan degradasi emulsi. Penting bahwa ampul propofol
yang telah melampaui tanggal kadaluwarsa harus dibuang, terutama jika tetesan
minyak yang terlihat di permukaan cairan, karena hal ini menunjukkan stadium lanjut
kerusakan emulsi. Jika lignokain dicampur dengan propofol, tidak lebih dari 10 mg
harus ditambahkan ke ampul 20ml dan harus segera digunakan.
Ucapan Terima Kasih: AstraZeneca (Afrika Selatan) dan Fresenius Kabi (Afrika
Selatan) yang memberikan propofol untuk melakukan penelitian.
Perselisihan kepentingan: Tidak ada
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
15/18
Worksheet Cri tical Appraisal
Jurnal Terapi
Judul Jurnal : A Comparison of Induction of Anaesthesia Using Two Different
Propofol Preparations
Terblanche N, Coetzee JF
Department of Anaesthesiology and Critical Care, Stellenbosch
University and Tygerberg Hospital, SAJAA 2008, vol 14 n0 6
halaman 25-29
Validitas
1.a. Apakah alokasi
pasien terhadap terapi
atau perlakuan
dilakukan secara
random?
[] Ya Peserta yang diikutsertakan dalam studiini dilakukan randomisasi untuk dibagi ke
dalam dua kelompok, yaitu kelompok 1
mendapatkan Diprivan
dan kelompok 2
mendapatkan Propofol 1% Fresenius.
Terdapat di bagian Material dan metode,
paragraf ke-1.
1.b. Apakah randomisasidilakukan secara
tersembunyi?
[] Ya Radomisasi dilakukan secara tersembunyisehingga pasien dan peneiti tidak
mengetahuinya pasien akan masuk ke
dalam kelompok 1 atau 2. Terdapat di
bagian Metode, paragraf ke-1 dan ke-2.
1.c. Apakah antara subjek
penelitian dan peneliti
blindterhadap terapi
atau perlakuan yang
akan diberikan?
[]Tidak Pasien blind terhadap terapi yangditerimanya. Akan tetapi ahli anestesi
yang melakukan tindakan anestesi dan
peneliti yang mengumpulkan data
mengetahui nama preparat propofol yang
diberikan kepada pasien (single blinded).
Terdapat di bagian material dan metode,
paragraf ke-1.
2.a. Apakah semua subjek
yang ikut serta dalam
penelitian
[] Ya Semua peserta yang ikut dalam studi inidiperhitungkan dalam hasil. Seluruh
peserta, yaitu sebanyak 20 pasien selesai
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
16/18
diperhitungkan dalam
hasil atau
kesimpulan? Apakahpengamatannya
cukup lengkap?
mengikuti studi ini. Analisis dilakukan
untuk menilai sebaran data demografis
pada baseline yang meliputi berat badanpasien, tinggi badan, usia, jenis kelamin
dan status ASA. Terdapat di bagian
material dan metode, paragraf ke-3.
Pengamatan yang dilakukan cukup
lengkap, yaitu diamati waktu untuk LOC
setelah dimulainya pemberian propofol,
dosis total propofol yang diberikan, dan
nilai-nilai BIS direkam pada waktu
berikut: sebelum induksi anestesi, saat
LOC, 1 dan 2 menit setelah LOC.
Terdapat pada material dan metode
paragraf ke4.
2b. Apakah pengamatan
yang dilakukan cukup
panjang?
[] Tidak Pengamatan hanya dilakukan sejakpreoksigenasi hingga diberikan propofol.
Terdapat pada material dan metode
paragraf ke-2.
2c. Apakah subjek
dianalisis pada
kelompok di mana
subjek tersebut
dikelompokkan dalam
randomisasi?
[] Ya Semua pasien yang memenuhi kriteriainklusi diikut sertakan dalam
penelitian,yang dibagi menjadi dua
kelompok dan dianalisis pada kelompok
dimana subjek tersebut dikelompokkan
yaitu kelompok Diprivan
dan kelompok
Propofol 1% Fresenius.
Terdapat di bagian Material dan metode.
3.a. Selain perlakuan yang
dieksperimenkan,
apakah subjek
diperlakukan sama?
[] Ya Semua subjek diperlakukan sama, semuaterstandarisasi untuk diperlakukan sama
sehingga dapat dipertahankan efek
sedasinya.
3.b. Apakah kelompok
dalam penelitian sama
[] Ya Pada awal penelitian, ditentukan kriteriainklusi untuk peserta penelitian ,
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
17/18
pada awal penelitian? sehingga data demografis kedua
kelompok memiliki kriteria yang sama.
Terdapat pada material dan metodeparagraf 1.
Applicable
1. Apakah pasien yang
kita miliki sangat
berbeda dengan
pasien dalampenelitian?
[] Tidak Pasien yang ada di sini tidak berbeda
dengan pasien yang ada pada studi ini.
2. Apakah hasil yang
baik dari penelitian
dapat diterapkan
dengan kondisi yang
kita miliki?
[] Ya Hasil dari penelitian dapat diterapkandengan kondisi pasien yang kita miliki.
3. Apakah semua
outcome klinis yang
penting
dipertimbangkan(efek samping yang
mungkin timbul)?
[] Ya Semua efek samping yang mungkinditimbulkan dipertimbangkan dalam studi
ini.efek samping yang diamati meliputi,
reaksi emergensi, apnea, bradikardi.
4. Apakah intervensi
yang akan diberikan
akan memenuhi
harapan pasien?
Pasien siap akan
konsekuensinya?
[] Ya Intervensi yang akan diberikan akanmemenuhi harapan pasien karena dapat
menghindari trauma psikis karena
kesakitan yang masih dirasakan saat
dilaksanakan prosedural yang
menyakitkan.
Simpulan : Pada studi ini, alokasi pasien terhadap terapi dilakukan secara random
yang dilakukan secara tersembunyi. Perhitungan atau analisis dilakukan pada semua
peserta dan dianalisis pada kelompok di mana peserta dikelompokkan dalam
randomisasi. Pengamatan yang dilakukan juga cukup panjang. Peserta pada studi ini
7/27/2019 TELAAH JURNAL ANESTESI.docx
18/18
diperlakukan sama selain perlakuan yang diteliti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
laporan penelitian ini valid.