24
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita, yaitu Tricophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. 1 Berdasarkan lokasi anatomi yang terinfeksi, dermatofitosis diklasifikasikan menjadi : - Tinea capitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala - Tinea barbae : dermatofitosis pada dagu dan janggut - Tinea cruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang hingga perut bagian bawah - Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan - Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku - Tinea corporis : dermatofitosis pada kulit tak berambut pada wajah, lengan, badan, dan tungkai. 1,2 1

Tinea Capitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asd

Citation preview

Page 1: Tinea Capitis

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,

misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan

oleh jamur golongan dermatofita, yaitu Tricophyton, Microsporum, dan

Epidermophyton.1

Berdasarkan lokasi anatomi yang terinfeksi, dermatofitosis diklasifikasikan

menjadi :

- Tinea capitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

- Tinea barbae : dermatofitosis pada dagu dan janggut

- Tinea cruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus,

bokong, dan kadang hingga perut bagian bawah

- Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan

- Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku

- Tinea corporis : dermatofitosis pada kulit tak berambut pada wajah,

lengan, badan, dan tungkai.1,2

Tinea capitis adalah infeksi jamur dermatofita pada rambut dan kulit kepala,

alis mata, dan bulu mata. Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara karena peningkatan

insiden dan penyebaran.1,3,4

Gejala tinea capitis bervariasi, mulai dari adanya rasa gatal disertai

pengelupasan kulit kepala tanpa disertai peradangan hingga menjadi bentuk

meradang yang ditandai dengan lesi kemerahan disertai nanah.4 Gejala-gejala

tersebut dapat berakhir dengan pembentukan jaringan parut pada kepala dan

terjadinya kebotakan yang permanen.4

1

Page 2: Tinea Capitis

I.2 Epidemiologi

Tinea capitis tersebar di seluruh dunia, namun insiden yang pasti tidak

diketahui. Prevalensi yang tinggi terjadi di Afrika, Asia, dan Eropa Tenggara.5

Penyakit jamur pada kepala ini banyak pada anak-anak di bawah usia 10 tahun,

sementara orang dewasa yang terkena infeksi jamur ini hanya sekitar 4,9% dari

semua kasus.5,6

Tinea capitis banyak ditemukan pada anak berkulit hitam dan lebih sering

pada anak laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 50,6% :

49,4%.7,8

Berdasarkan hasil penelitian pada beberapa sekolah di Cleveland, Amerika

Serikat, didapatkan prevalensi tinea capitis pada anak sebesar 13% termasuk

anak-anak yang terkena infeksi subklinis.9

Berdasarkan data dari RSCM, didapatkan bahwa tinea capitis merupakan 0,61

– 0,87% dari keseluruhan kasus jamur kulit. Sementara di Manado, insiden tinea

capitis mencapai 1,2 – 6% dari kasus dermatofitosis.5

89,34% dari keseluruhan kasus tinea capitis disebabkan oleh jamur

antropofilik, dan sisanya disebabkan oleh jamur zoofilik maupun geofilik.7

BAB II2

Page 3: Tinea Capitis

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Tinea capitis adalah infeksi jamur pada rambut dan kulit kepala, alis mata,

dan bulu mata yang disebabkan oleh jamur dermatofita spesies Tricophyton dan

Microsporum.3

Gambar 1. Tinea capitis10

II.2 Etiologi

Tinea capitis disebabkan oleh jamur golongan Dermatofita yang mempunyai

sifat mencernakan keratin.1,11 Dematofita yang dapat menyebabkan infeksi pada

kulit kepala dan rambut adalah genus Tricophyton dan Microsporum.11 Jamur

penyebab tinea capitis ini ada yang bersifat antropofilik, geofilik, dan zoofilik.11

Jamur yang bersifat antropofilik atau hanya mentransmisikan penyakit antar

manusia antara lain adalah Tricophyton violaceum yang banyak ditemukan pada

orang Afrika, Tricophyton schoenleinii, Tricophyton rubrum, Tricophyton megninii,

Trichophyton soudanense, Tricophyton yaoundei, Microsporum audouinii, dan

Microsporum ferrugineum.11

Jamur geofilik merupakan jamur yang hidup di tanah dan dapat

menyebabkan radang yang moderat pada manusia. Golongan jamur ini antara

lain adalah Microsporum gypseum dan Microsporum fulvum.11,12

3

Page 4: Tinea Capitis

Jamur zoofilik merupakan jamur yang hidup pada hewan, namun dapat

mentransmisikan penyakit pada manusia. Jamur zoofilik penyebab tinea capitis

antara lain Microsporum canis yang berasal dari kucing, Microsporum nanum

yang berasal dari babi, Microsporum distortum yang merupakan varian dari

Microsporum canis, Tricophyton verrucosum yang berasal dari sapi, dan

Tricophyton mentagrophytes var. equinum yang berasal dari kuda.11

Gambar 2. Jamur Microsporum13

Gambar 3. Jamur Trichophyton13

II.3 Cara Penularan

4

Page 5: Tinea Capitis

Penularan infeksi jamur dapat terjadi secara langsung maupun tidak

langsung. Penularan langsung melalui epitel kulit dan rambut yang mengandung

jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tak langsung dapat

melalui tanaman, kayu, pakaian, dan barang-barang lain yang dihinggapi jamur,

atau dapat juga melalui debu dan air.12

Ada beberapa faktor yang dapat mempermudah penularan infeksi jamur :

1. Faktor virulensi dari jamur

Virulensi jamur tergantung dari sifatnya apakah antropofilik, zoofilik,

atau geofilik. Jamur antropofilik menyebabkan perjalanan penyakit yang

kronik dan residif karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan.

Sementara jamur geofilik menyebabkan gejala akut ringan sampai sedang

dan mudah sembuh.12

2. Keutuhan kulit

Kulit yang intak tanpa adanya lesi lebih sulit untuk terinfeksi jamur.12

3. Faktor suhu dan kelembapan

Kondisi tubuh yang banyak berkeringat menyebabkan lingkungan

menjadi lembap sehingga mempermudah tumbuhnya jamur.12

4. Faktor sosial ekonomi

Infeksi jamur secara umum lebih banyak menyerang masyarakat

golongan sosial ekonomi menengah ke bawah karena rendahnya

kesadaran dan kurangnya kemampuan untuk memelihara kebersihan diri

dan lingkungan.12

5. Faktor umur dan jenis kelamin

Tinea capitis sering terjadi pada anak-anak dan lebih banyak

ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.7,12

II.4 Patofisiologi

5

Page 6: Tinea Capitis

Tinea capitis berhubungan dengan Pityrosporum orbiculare dan Pityrosporum

ovale, yaitu flora normal pada kulit kepala yang dapat berubah sesuai dengan

keadaan lingkungan, seperti suhu, media, dan kelembapan.1 Selain itu, adanya

zat fungistatik berupa asam lemak rantai pendek dari sekret yang dihasilkan oleh

kelenjar sebacea pada masa post pubertal juga menjadi faktor yang berperan

dalam terjadinya tinea capitis.4,14

Hifa jamur bertumbuh secara sentrifugal dari tempat inokulasi awalnya ke

dalam lapisan startum korneum, kemudian mencernakan keratin yang terdapat

pada rambut. Pertumbuhan jamur meluas seiring dengan pertumbuhan rambut.

Pada hari ke 12 – 14, mulai tampak kelainan pada kulit kepala. Rambut yang

terkena infeksi jamur menjadi rapuh dan pecah. Kerusakan rambut mulai tampak

pada minggu ketiga. Sementara rambut menjadi rapuh, infeksi pada stratum

korneum juga terus meluas. Pada minggu ke 8 – 10, pertumbuhan jamur pada

kulit kepala bisa mencapai diameter 3,5 – 7 cm sehingga menginfeksi bagian

rambut lain.4,14

Ada 3 tipe invasi pertumbuhan jamur pada rambut :

1. Invasi ektotriks

Biasanya disebabkan oleh M.canis, M.gypseum, T.equinum, dan

T.verrucosum. Pada jenis ini, jamur menginvasi hingga ke luar batang

rambut karena terjadi penghancuran kutikula rambut. Pada pemeriksaan

dengan sinar Wood, tampak rambut yang terinfeksi memberikan

fluoresensi berwarna hijau kekuningan.no.1

2. Invasi endotriks

Disebabkan oleh jamur yang bersifat antropofilik, yaitu T.tonsurans

dan T.violaceum. Invasi jamur terbatas hanya di dalam batang rambut saja

dan kutikula rambut masih utuh. Pada penyinaran dengan sinar Wood

tidak tampak fluoresensi.no.1

3. Favus

6

Page 7: Tinea Capitis

Disebabkan oleh T.schoenleinii yang memproduksi krusta sehingga

mengakibatkan kerontokan rambut.no.1

II.5 Gejala Klinik

Pasien dengan tinea capitis umumnya mengeluh gatal pada kepala dan

terkadang juga terasa nyeri.no.2,no.3,saripati Kulit kepala yang terinfeksi tampak

kemerahan, membengkak, dan adanya sisik yang mengelupas seperti ketombe.

Rambut menjadi rontok sehingga terjadi kebotakan yang sering menetap.no.3

Terkadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening pada leher.no.10

Pada beberapa kasus, gejala tidak ditemukan secara menyeluruh. Terkadang

ditemukan tinea capitis hanya dengan gejala kerontokan rambut tanpa adanya

reaksi apapun pada kulit kepala, atau bahkan hanya terjadi pengelupasan kulit

kepala tanpa adanya kerontokan rambut sehingga seringkali dikira sebagai

ketombe.no.3,no.10

Dalam klinis, tinea capitis terbagi menjadi 4 bentuk :

1. Grey patch ringworm

Tinea capitis jenis ini disebabkan oleh jamur Microsporum dan lebih

sering ditemukan pada anak-anak.1,6 Gejala diawali dengan adanya papula

merah kecil di sekitar muara rambut yang melebar secara sirkular dan

membentuk bercak, kemudian menjadi pucat dan bersisik.1,2 Papula dan

perkembangannya tersebut bersifat kering dan tidak meradang.6

Rambut menjadi berwarna abu-abu dan suram, mudah patah, dan

mudah dicabut tanpa rasa nyeri sehingga tampak alopesia setempat yang

terlihat sebagai grey patch.1,2

Pemeriksaan yang cukup membantu diagnosis tinea capitis bentuk ini

adalah pemeriksaan dengan sinar Wood, di mana rambut yang sakit

tampak menunjukkan fluoresensi hijau kekuningan melampaui batas grey

patch tersebut.1

7

Page 8: Tinea Capitis

Gambar 4. Grey patch ringworm17

2. Black dot ringworm

Tinea capitis jenis ini disebabkan oleh jamur golongan Trichophyton,

terutama T.tonsurans dan T.violaceum. Gejala pada permulaan penyakit

menyerupai tinea capitis bentuk grey patch ringworm.1

Rambut yang terkena infeksi menjadi sangat rapuh dan patah tepat

pada muara folikel sehingga meninggalkan ujung rambut yang penuh

spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan

gambaran black dot atau seperti titik-titik hitam.1,6

Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dibuat preparat langsung dari

rambut untuk menemukan adanya hifa atau spora jamur. Namun

terkadang ujung rambut yang patah tumbuh masuk ke bawah permukaan

kulit sehingga untuk mendapat sediaannya perlu dilakukan irisan kulit.1

8

Page 9: Tinea Capitis

Gambar 5. Black dot ringworm18

3. Kerion

Kerion merupakan reaksi peradangan berat pada tinea capitis berupa

bisul-bisul kecil dan pembengkakan menyerupai sarang lebah yang nyeri

disertai dengan skuamasi dan sebukan sel radang yang padat di

sekitarnya.1,2,19 Reaksi ini lebih sering ditemukan pada infeksi yang

disebabkan oleh Microsporum dibandingkan Tricophyton.1

Kerion sering dikira sebagai abses pada kulit kepala karena adanya

pustula dan krusta. Rambut yang terinfeksi menjadi mudah putus dan

dapat meninggalkan jaringan parut sehingga mengakibatkan alopesia

yang menetap. Terkadang jaringan parut dapat membentuk suatu

penonjolan.1,2

Beberapa ahli meyakini reaksi peradangan pada kerion terjadi akibat

respon dari sistem imun yang berlebihan atau akibat terjadinya reaksi

alergi terhadap jamur. Gejala lokal pada kerion seringkali disertai gejala

sistemik berupa demam.20

Gambar 6. Kerion19

4. Tinea favosa

9

Page 10: Tinea Capitis

Bentuk tinea capitis ini jarang ditemukan, terutama disebabkan oleh

T.violaceum dan T.gypsum. Merupakan proses lanjut dari kerion disertai

penghancuran batang rambut yang sangat parah.6,12

Kelainan pada kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil berwarna

merah kekuningan di bawah kulit yang kemudian berkembang menjadi

krusta yang berbentuk cawan atau skutula. Rambut di atas skutula ini

menjadi tidak berkilau, putus-putus, dan mudah dicabut.12

Yang khas dari bentuk infeksi ini adalah lesinya yang berbau seperti

tikus atau sering disebut mousy odor. Bila menyembuh, lesi meninggalkan

jaringan parut dan menyebabkan alopesia yang permanen.1,12

Gambar 7. Tinea favosa21

II.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang awal yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan dengan sinar Wood. Pada infeksi

jamur dengan tipe invasi ektotriks, rambut yang terinfeksi tampak memberikan

fluoresensi hijau kekuningan. Sedangkan pada tipe invasi endotriks penyinaran

dengan sinar Wood tidak memberikan fluoresensi.4

Pemeriksaan dengan sinar Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan

untuk pemeriksaan mikologik agar dapat mengetahui lebih jelas batas daerah

10

Page 11: Tinea Capitis

yang terkena infeksi.1

Gambar 8. Tinea capitis dengan pemeriksaan sinar Wood22

Pemeriksaan mikologik baik dalam bentuk sediaan basah maupun biakan

diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pengambilan bahan

dilakukan dengan mencabut rambut pada bagian kulit yang mengalami kelainan

dan kulit daerah tersebut dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit. Untuk

membuat sediaan basah, bahan yang telah diambil untuk sediaan diletakkan di

atas gelas alas kemudian diberikan larutan KOH 10% untuk melarutkan keratin.1

Melalui mikroskop dapat terlihat adanya makrospora maupun mikrospora

pada sediaan yang diambil dari rambut. Spora tersebut dapat tersusun di luar

rambut pada tipe invasi ektotriks maupun di dalam rambut pada invasi endotriks.

Terkadang dapat juga ditemukan adanya hifa.1

Sementara pada sediaan yang diambil dari kerokan kulit, tampak adanya hifa

sebagai 2 garis sejajar yang terbagi oleh sekat dan bercabang. Pada infeksi kulit

yang sudah lama atau telah diobati, tampak adanya spora yang berderet atau

artrospora.1

11

Page 12: Tinea Capitis

Gambar 9. Sediaan jamur dengan KOH23

Gambar 10. Gambaran mikroskopik hifa24

II.7 Diagnosis

Diagnosis tinea capitis ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan pasien,

tanda-tanda infeksi jamur yang ditemukan, ditambah dengan pemeriksaan

penunjang untuk memastikan diagnosis. Gejala yang sering dikeluhkan pasien

adalah rasa gatal atau pasien merasa berketombe. Sementara tanda klinis

bervariasi tergantung dari bentuk klinis infeksinya. Pemeriksaan penunjang yang

mudah dilakukan adalah melalui penyinaran dengan lampu Wood.2

II.8 Diagnosis Banding

1. Alopesia areata

12

Page 13: Tinea Capitis

Terdapat daerah di kepala tanpa adanya rambut atau hanya tampak

pertumbuhan rambut yang pendek seperti bercak. Pada alopesia areata,

daerah lesi tampak lebih halus dan tidak bersisik.25

2. Dermatitis seboroik

Kerontokan rambut tidak hanya pada satu daerah, tetapi menyebar di

beberapa tempat. Selain itu juga terdapat lesi berupa pengelupasan kulit

namun tampak berminyak yang juga bersifat difus.25

3. Impetigo dan karbunkel

Lesi menunjukkan tanda-tanda radan yang lebih jelas disertai rambut

yang patah. Terjadinya impetigo dan karbunkel pada kulit kepala dapat

memicu terjadinya kerion.25

4. Diskoid lupus eritematosus

Merupakan suatu kelainan yang berjalan kronis dan berakhir dengan

alopesia disertai pembentukan sikatriks. Tampak adanya pengelupasan

kulit yang bersisik dengan bercak-bercak kemerahan, dan kulit wajah juga

ikut terlibat. Pemeriksaan mikologik memberikan hasil yang negatif.25

5. Lichen planus

Lesi berbentuk papula dengan puncak yang agak mendatar, terutama

pada ekstremitas dan daerah pipi. Kelainan ini dapat berakhir dengan

alopesia yang disertai pembentukan sikatriks.25

II.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal yang mudah dilakukan dan memberikan hasil yang

cukup baik adalah dengan memotong rambut yang terkena infeksi jamur.

Pengobatan tinea capitis melalui obat-obatan dilakukan dengan pemberian

terapi sistemik maupun topikal. Anti jamur sistemik yang dapat diberikan antara

lain :

13

Page 14: Tinea Capitis

1. Griseofulvin

Merupakan obat pilihan utama untuk tinea capitis. Griseofulvin adalah

metabolit sekunder dari jamur Penicillium griseofulvin. Obat ini menghambat

pertumbuhan dan reproduksi jamur dengan menghambat pembentukan

mikrotubula di sitoplasma.15

Dosis griseofulvin untuk dewasa adalah 0,5 – 1 gram, sedangkan untuk

anak-anak diberikan 10 mg/kg BB/hari. Pada kasus tinea capitis yang

disebabkan oleh T.tonsurans, dosis dapat ditingkatkan hingga 20 mg/kg

BB/hari. Untuk mempertinggi absorpsi dalam usus, obat sebaiknya dimakan

bersama makanan yang banyak mengandung lemak. Terapi griseofulvin

membutuhkan waktu hingga 6 minggu agar obat mencapai pembuluh darah

di stratum basale dari kulit. Setelah sembuh klinis, terapi dilanjutkan selama

2 minggu agar tidak menjadi residif.1,15

Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, namun pada beberapa

penderita dapat terjadi sakit kepala dan gangguan pencernaan berupa

nausea, vomitus, dan diare.1

2. Ketokonazol

Ketokonazol merupakan anti jamur spektrum luas yangd apat digunakan

pada kasus infeksi jamur yang resisten terhadap griseofulvin. Dosis sebesar

200 – 400 mg per hari diberikan pada pagi hari setelah makan selama 10 hari

hingga 2 minggu.1,25

Selama terapi dengan ketokonazol, perlu dilakukan pemeriksaan enzim

hepar secara rutin minimal sebulan sekali karena obat ini bersifat

hepatotoksik. Terapi harus segera dihentikan apabila terjadi peningkatan

SGPT hingga 2 – 3 x nilai normal. Selain bersifat hepatotoksik, ketokonazol

memberikan efek samping berupa sakit kepala, rasa mual, dan terhambatnya

sintesis hormon androgen.25

14

Page 15: Tinea Capitis

Ketokonazol merupakan kontraindikasi pada pasien dengan

hipersensitivitas, ibu hamil dan menyusui, serta pasien dengan gangguan

hepar.25

3. Itrakonazol

Merupakan anti jamur derivat azol yang cukup efektif dengan efek

hepatotoksik yang lebih rendah. Obat diberikan dengan dosis 100 – 200 mg

per hari selama 2 minggu. Efek samping itrakonazol antara lain berupa

gangguan pencernaan, sakit kepala, dan terkadang ditemukan adanya

dermatitis eksfoliatif.25

4. Terbinafin

Terbinafin merupakan salah satu anti jamur dari golongan alilamin yang

efektif untuk dermatofitosis. Obat ini bekerja menghambat pembentukan

skualen, yaitu suatu zat hidrokarbon tidak jenuh yang membentuk membran

sel. Beberapa ahli mengatakan terbinafin dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya relaps dari infeksi jamur.25

Dosis terbinafin untuk anak-anak tergantung dari berat badannya. Pada

anak dengan berat badan di bawah 20 kg diberikan terbinafin 62,5 mg per

hari, dan pada anak dengan berat badan 20 – 40 kg diberikan 125 mg per

hari. Sementara untuk orang dewasa diberikan dosis 250 mg per hari.25

Efek samping terbinafin yang tersering adalah gangguan pencernaan

berupa nausea, vomitus, nyeri lambung, serta diare atau konstipasi.

Gangguan pengecapan dan sefalgia ringan dapat terjadi namun

presentasinya lebih kecil.1

Pemberian kortikosteroid sistemik sebagai anti inflamasi diindikasikan pada

kerion stadium dini. Dapat diberikan adalah prednison 3 x 5 mg sehari atau

prednisolon 3 x 4 mg sehari selama 2 minggu. Kortikosteroid diberikan bersama-

sama dengan griseofulvin atau terbinafin.1

15

Page 16: Tinea Capitis

Di samping pengobatan secara sistemik, diperlukan pengobatan topikal untuk

membantu mempercepat penyembuhan. Mencuci rambut dengan shampo yang

mengandung selenium sulfida dapat mengurangi penyebaran infeksi pada

stadium awal karena mengurangi jumlah spora yang viabel dalam rambut.26

Obat-obatan topikal konvensional yang masih banyak digunakan sebagai

terapi tinea capitis antara ain asam salisil 2 – 4%, asam benzoat 6 – 12%, sulfur 4

– 6%, vioform3%, asam undesilenat 2 – 5%, dan zat warna hijau brilian 1% dalam

cat Castellani. Selain obat tersebut, kini banyak ditemukan obat topikal baru

seperti tolnaftat 2%, derivat imidazol, siklopiroksolamin, dan naftilin 1%.1

II.10 Pencegahan

Untuk mencegah terkena infeksi tinea capitis dapat dilakukan dengan :

1. Menghindari kontak yang erat dengan penderita tinea capitis

2. Menjaga kebersihan diri dengan mandi setelah beraktivitas dan

berkeringat

3. Mengeringkan badan dengan baik setiap setelah mandi

4. Mencuci pakaian, sprei, dan barang-barang pribadi lainnya secara rutin

5. Tidak menggunakan sisir, alat cukur, dan handuk secara bersama-

sama.27

16

Page 17: Tinea Capitis

BAB III

PENUTUP

Tinea capitis adalah infeksi jamur pada rambut dan kulit kepala, alis mata,

dan bulu mata yang disebabkan oleh jamur dermatofita spesies Tricophyton dan

Microsporum.

Penularan dapat secara langsung melalui epitel kulit dan rambut yang

mengandung jamur maupun secara tak langsung dapat melalui barang-barang

yang dihinggapi jamur, debu, dan air.

Gejala tinea capitis adalah rasa gatal dan nyeri pada kepala. Kulit kepala

tampak kemerahan, membengkak, dan mengelupas disertai dengan kerontokan

rambut. Bentuk tinea capitis secara klinis antara lain grey patch ringworm, black

dot ringworm, kerion, dan tinea favosa.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis

adalah penyinaran dengan lampu Wood, serta pemeriksaan mikologik dengan

bantuan mikroskop.

Pengobatan secara sistemik dengan griseofulvin maupun anti jamur lainnya

seperti ketokonazol, itrakonazol, dan terbinafin. Pada beberapa kasus dapat

diberikan kortikosteroid. Mencuci rambut dengan sampo yang mengandung

17

Page 18: Tinea Capitis

selenium sulfida merupakan pengobatan topikal yang mempercepat

penyembuhan.

Pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan diri melalui mandi dan

mencuci barang-barang pribadi secara rutin, serta tidak menggunakan sisir dan

alat cukur secara bersama-sama.

18