Upload
muammalsalmah
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
1/94
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Kewilayahan
Ilmu pembangunan wilayah merupakan ilmu yang relatif masih baru.
Budiharsono (2001) menyebutkan bahwa ilmu pembangunan wilayah merupakan
wahana lintas disiplin yang mencakup berbagai teori dan ilmu terapan yaitu: geografi,
ekonomi, sosiologi, matematika, statistika, ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu
lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu ilmu pengetahuan wilayah setidaknya
perlu ditopang oleh 6 pilar analisis, yaitu: (1) analisis biogeofisik; (2) analisis
ekonomi; (3) analisis sosiobudaya; (4) analisis kelembagaan; (5) analisis lokasi; (6)
analisis lingkungan.
Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa lingkup kajian perencanaan
pengembangan wilayah sangat luas, sebagai bidang kajian yang membentang dari
lingkup ilmu yang bersifat multidisiplin, mencakup bidang-bidang ilmu mengenai
fisik, sosial ekonomi hingga manajemen. Dari sisi proses kajian pembangunan
mencakup hal-hal mengenai: (1) aspek pemahaman, yakni aspek yang menekankan
pada upaya memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan
antar wilayah, dalam konteks ini pengetahuan mengenai teknik-teknik analisis dan
model-model sistem merupakan alat (tools) penting yang perlu dipahami, untuk
mengenal dan mendalami permasalahan-permasalahan maupun potensi-potensi
pembangunan wilayah, (2) aspek perencanaan, mencakup proses formulasi masalah,
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
2/94
teknik-teknik desain dan pemetaan hingga perencanaan, dan (3) aspek kebijakan,
mencakup pendekatan-pendekatan evaluasi, perumusan tujuan-tujuan pembangunan
serta proses melaksanakannya, mencakup proses-proses politik, administrasi, dan
manajerial pembangunan.
Secara harfiah, Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa regional science dapat
dipandang sebagai ilmu yang mempelajari aspek-aspek dan kaidah-kaidah
kewilayahan, dan mencari cara-cara yang efektif dalam mempertimbangkan aspek-
aspek dan kaidah-kaidah tersebut ke dalam proses perencanaan pengembangan
kualitas hidup dan kehidupan manusia. Dalam hal ini regional science tidak
didefinisikan sebagai ‘ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan
pembangunan di suatu wilayah’, karena pengertian demikian tidak memberikan
spesifikasi yang jelas terhadap bidang keilmuan regional science. Secara ilustrasi,
walaupun kata ‘di suatu wilayah’ itu dihilangkan, kita tetap bisa menangkap suatu
pemahaman bahwa setiap pembangunan pasti dilakukan pada suatu wilayah atau
areal tertentu. Padahal penambahan kata ‘wilayah’ ini dimaksudkan untuk
memberikan kekhasan bahwa regional science adalah bidang ilmu yang berbeda
dengan bidang-bidang ilmu perencanaan pembangunan lainnya, yakni dengan adanya
penekanan terhadap pentingnya pertimbangan dimensi kewilayahan.
Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan pentingnya ilmu
pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan di Indonesia dan wilayah pesisir
pada khususnya, dikarenakan :
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
3/94
1. Indonesia merupakan negara kepulauan, di mana kegiatan-kegiatan
pembangunan saat ini dipusatkan di bagian barat. Konsentrasi demikian
menimbulkan isu pengembangan wilayah ‘outer island ’ yang dapat
menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang berdimensi wilayah.
2. Pembangunan masa lalu lebih menitikberatkan pada pembangunan daratan dari
lautan, sehingga pembangunan pesisir relatif tertinggal. Masyarakat pesisir
relatif lebih miskin dari wilayah daratan lainnya. Kondisi ini diperburuk dengan
posisi politik nelayan yang relatif lemah dibanding dengan posisi lainnya.
3. Letak geografis Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh faktor geologis dan
ekologis yang menyebabkan keragaman lingkungan.
4. Keragaman kultural menyebabkan adanya perbedaan persepsi terhadap
pembangunan.
5. Sifat pembangunan politik di Indonesia yang diwarnai oleh kekuatan politik
wilayah.
6. Adanya kebijakan otonomi daerah, yang merupakan antisipasi terhadap
maraknya tuntutan lepasnya beberapa daerah dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Diharapkan pemerintah dapat membangun sesuai kebutuhan
dan kemampuannya sendiri.
7.
Pembangunan Indonesia masih bersifat sektoral, sehingga hasil yang dicapai
tidak optimal.
2.1.1 Teori Perencanaan (Theory Planning)
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
4/94
Lawton dan Rose (1995) , menyatakan bahwa perencanaan dapat dilihat
sebagai suatu proses di mana tujuan-tujuan, bukti-bukti faktual dan asumsi-asumsi
diterjemahkan sebagai suatu proses argumen logis kedalam penerapan kebijaksanaan
yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.
Kartasasmita (1997: 48); Perkembangan Pemikiran dan Prakteknya di
Indonesia menyatakan “Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah
proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki”. “...and situations as they are and find a way to solve problemes”
artinya perencanaan merupakan penerapan intelegensia untuk mengolah fakta-fakta
dan situasi apa adanya dan menemukan suatu cara untuk memecahkan masalah-
masalah.
Miraza (2005), Wilayah adalah kumpulan daerah berhampiran, sebagai satu
kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya
alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan
dimanfaatkan secara efisiensi dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif
dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Tarigan (2004), definisi perencanaan wilayah adalah mengetahui dan
menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai factor
noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan
tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
5/94
untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut.
Perencanaan Wilayah, menurut Miraza (2004), adalah “suatu perencanaan
yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu tujuan yang jelas”.
Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan
stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun
pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan
potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun
potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan efficiently agar
pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan
masyarakat secara maksimal.
Disamping itu juga perlu ada pemikiran bagaimana dunia usaha dapat
berkiprah secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua
keadaan ini bagi kelangsungan kepemerintahan yang baik.
Widodo (2006) perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat
arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara
maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh
wilayah.
Conyers & Hills (dalam Arsyad 1999), bahwa perencanaan adalah suatu
proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-
pilihan berbagai alternative penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pada masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
6/94
Berdasarkan definisi diatas, Arsyad (1999) berpendapat ada empat elemen dasar
perencanaan, yaitu :
1. Merencanakan berarti memilih;
2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya;
3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan;
4. Perencanaan berorientasi ke masa depan.
Secara garis besar, ada tiga kelompok model perencanaan, yakni konsistensi,
optimisasi dan simulasi. Model konsistensi terbentuk oleh sederetan persamaan
simultan. Beberapa tujuan pembangunan diupayakan untuk mencapai konsisten
dengan karakteristik utama berorientasi kesisi permintaan. Model optimisasi
menekankan pencapaian optimum dari suatu tujuan akibat kendala-kendala atau
keterbatasan sumber daya. Alat analisis yang populer dalam model optimisasi adalah
pemograman linier (linier programming). Model simulasi berorientasi kesuatu
percobaan terhadap sistem ekonomi yang dirumuskan melalui model. Pada
kenyataannya, tidak satupun model yang menyajikan hasil terbaik. Modifikasi dan
penggabungan sering dilakukan disesuaikan dengan kadar dan karakteristik ekonomi.
Sumodiningrat (2004), perencanaan pembangunan wilayah merupakan suatu
upaya merumuskan dan mengimplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan
ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek
wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya
kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
7/94
Pengembangan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari
semua kegiatan dengan memperhitungkan sumberdaya yang ada dan memberikan
kontribusi kepada pembangunan suatu wilayah. Konsep pengembangan wilayah
adalah suatu upaya dalam mewujudkan keterpaduan penggunaan sumberdaya dengan
penyeimbangan dan penyerasian pembangunan antar daerah, antar sector serta antar
pelaku pembangunan dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah (Anwar,
1999).
Berdasarkan defenisi, pendapat dan pandangan para pakar sebagaimana diatas
sintesa pendapat penulis terhadap perencanaan wilayah substansinya lebih mengena
kepada pandangan atau pendapat Miraza (2004) dimana perencanaan wilayah adalah
“suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu
tujuan yang jelas”. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan
kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok
pengusaha maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada
bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia maupun potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara
fully dan efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada
kesejahteraan masyarakat secara maksimal.
Berdasarkan substansi ini nantinya penulis lebih focus pada potensi sumber
daya manusia dan peranannya sesuai dengan kewenangannya dalam mengelola
pembangunan daerah untuk mewujudkan Good Governance. Dan disamping itu
untuk memperkaya wawasan dalam penulisan dan pembahasan nantinya masih
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
8/94
diperlukan teori-teori yang relepansinya masih berkaitan dalam penelitian nantinya,
antaralain adalah sebagai berikut.
Inti dari teori perencanaan adalah proses perencanaan. Perencana baik
individual maupun kelompok membawa konsep – konsep utama.
Teori perencanaan, Moekijat, (1980) terdiri dari 3 (tiga) teori, yaitu :
1. Theory of Planning yaitu menjelaskan prinsip - prinsip, prosedur dan langkah–
langkah normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses
perencanaan untuk menghasilkan outputs dan outcomes yang efektif.
2. Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin ilmu
yang relevan dengan bidang perencanaan.
3. Theory for planning yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang
menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya.
Untuk pembagian ketiga teori perencanaan tersebut, dapat dijelaskan berikut
ini :
1. Theory of Planning
Theory of Planning yaitu menjelaskan prinsip - prinsip, prosedur dan langkah
langkah normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses perencanaan
untuk menghasilkan outputs dan outcomes yang efektif.
Prinsip – prinsip perencanaan :
- Memandang ke masa depan yang tidak berkepastian
- Mengetahui adanya masalah sosial ekonomi yang akut
- Menyadari adanya faktor internal dan eksternal yang harus ditanggapi
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
9/94
- Menyadari kebutuhan untuk menyusun langkah dan kebijakan secara kolektif.
Prosedur dan langkah – langkah perencanaan :
a. Menentukan tujuan dan sasaran perencanaan dalam proses politik yang
menyertakan seluruh warga.
b. Mengetahui fakta – fakta tentang kondisi yang ada dan latar belakangnya serta
memperkirakan apa yang bakal terjadi dalam situasi – situasi tertentu.
c. Mengkaji pilihan – pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
dan sasaran dengan mengingatkan potensi dan hambatan yang ada.
d. Menentukan pilihan – pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbnagan normatif
maupun teknis didalam konyeks partisipatif.
e. Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil dalam
pelaksanaan pilihan yang diambil.
f. Melakukan langkah – langkah implementasi melalui tindakan sosialisasi,
penegakan, pemberian insentif dsb serta memantau pelaksanaan secara
sistematik dan teratur.
2. Theory in Planning
Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin
ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan. Oleh karena itu Theory in Planning
merupakan bagian dari Planning theory yang diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu
yang sesuai dengan bidang perencanaan. Artinya suatu rencana yang diterapkan dapat
berubah sesuai dengan kebutuhan, karena dalam penyusunan suatu rencana dalam
implementasi suatu proyek atau kegiatan, penerapan yang dibuat dapat disesuai
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
10/94
dengan kebutuhan proyek tersebut. Untuk lebih jelas mengenai Theory in Planning
akan di bahas pada sub topic berikutnya, yaitu pada poin C.
3. Theory for Planning
Theory for planning yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang
menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya. Dalam teori
untuk perencanaan (theory for planning) Prinsip Etika Perencanaan dapat dilihat
dalam peran perencanaan itu sendiri.
Kegiatan perencanaan di negara maju merupakan bagian dari proses untuk
merespon permasalahan sosial-ekonomi dan politik, bahkan sudah merupakan budaya
masyarakat dan terkait erat dengan sistem manajemen publik. Semakin maju budaya
politik dan sistem manajemen publik, semakin besar kontribusi perencanaan dalam
memberikan informasi kebijaksanaan, inovasi, dan input teknikal untuk mendukung
proses pengambilan keputusan bagi pihak pelaku berkepentingan baik sektor publik
dan sektor privat, maupun individual. Kegiatan perencanaan yang paling nyata
adalah sebagai bentuk tindakan alokasi dan inovasi dalam arena publik termasuk
sebagai alat pengarahan masyarakat (societal guidance). akan tetapi jika peran
pemerintah gagal atau tidak kurang efektif maka proses perubahan sosial akan
menguat melalui kekuatan sosial-politik masyarakat. Dalam keadaan normal,
tindakan perencanaan tetap memegang prinsip untuk tidak mengurangi ruang gerak
masyarakat dan mekanisme pasar.
Sedangkan substansi perencanaan dapat dilihat dari tujuan dari perencanaan itu
sendiri yaitu untuk menyediakan informasi tindakan kebijaksanaan, inovasi, dan
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
11/94
solusi teknis bagi proses alokasi sumberdaya publik, pengarahan masyarakat, serta
optimasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Substansi perencanaan yang bersifat
strategik dan perencanaan teknikal atau operasional pada hakekatnya terkait dengan
sistem perencanaan makro (umum) dan mikro (spesifik), maupun terkait pada siklus
manajemen publik dan siklus manajemen kegiatan/proyek. Substansi perencanaan
pada dasarnya memuat produk gabungan antara rekayasa sosial-ekonomi dan
lingkungan fisik, dan juga memuat produk pengaturan yang dihasilkan dari
kesepakatan politik, kelayakan ekonomi, dan solusi teknikal untuk memberikan
pengarahan bagi masyarakat.
Dampak penting yang dihasilkan dari tindakan perencanaan: (1) meningkatnya
kemampuan masyarakat sebagai individu, keluarga, dan masyarakat sebagai pelaku
bagi proses perubahan sosial-ekonomi, (2) terciptanya tatanan sosial-politik yang
lebih akomodatif terhadap proses perkembangan masyarakat dan pasar, (3)
terbangunnya kapasitas kelembagaan pembangunan, (4) tersedianya informasi
kebijakan, inovasi, dan teknikal yang dapat digunakan sebagai sarana pengambilan
keputusan bagi para pelaku yang berkepentingan (stakeholders).
Nilai-nilai kegiatan perencanaan adalah rasionalitas pasar dan rasionalitas
sosial-politik, yang mempengaruhi proses dan tindakan perencanaan. Oleh karena itu
seorang perencana harus memliki nilai dan moral yang menjadi pertimbangan dalam
membuat suatu perencanaan. Dalam perencanaan harus mempunyai nilai seperti
transparan, akuntabel, keadilan, dan partisipatif atau demokratis yaitu :
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
12/94
a. Perencanaan yang transparan mempunyai ciri yaitu adanya proses
perencanaan yang mudah dimengerti, dimana informasi tentang produk dan
informasi kebijakan dan input teknikal tersedia dan aksesnya terbuka, dan pelaku
berkepentingan dapat mengetahui apa peran yang dimainkan dalam pengambilan
keputusan atau terlibat dalam tindakan perencanaan.
b. Perencanaan yang akuntabel mempunyai ciri antara lain dapat
dipertanggungjawabkan dan sah diterima masyarakat, sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan, efisien dalam menggunakan sumberdaya, efektif dalam pemecahan
solusi masalah, memberi keleluasaan dan kemudahan, dan melihat kepentingan
masyarakat banyak.
c. Perencanaan yang berkeadilan mempunyai ciri antara lain dapat melihat
keseimbangan antara hak-hak individu dan dan kepentingan masyarakat banyak,
atau memberikan pemihakan kepada masayarakat yang lemah akses dan
kemampuannya untuk mendapatkan sumberdaya yang diperlukan.
d. Perencanaan yang partisipatif atau demokratis dapat dicirikan sebagai
perencanaan yang mengadopsi prinsip interaktif, kesetaraan, dan kooperatif
dalam proses pengambilan keputusan secara bersama dengan
mempertimbangkan aspirasi semua pelaku yang berkepentingan dan bagi
kepentingan masyarakat banyak.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
13/94
2.1.2 Teori Dalam Perencanaan (Theory In Planning).
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, teori dalam perencanaan tidak
dapat dipisahkan dengan teori perencanaan, karena teori dalam perencanaan adalah
merupakan subbagian dari teori perencanaan. Theory in Planning yaitu merupakan
teori substantif dari berbagai disiplin ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan.
Suatu rencana yang telah ditetapkan walaupun itu perencanaan apa saja, apabila
terjadi kebuntuan atau kendala dalam pelaksanaannya maka tetap merujuk kembali
kepada teori perencanaan. Jadi dapat dikatakan bahwa teori perencanaan adalah
merupakan induk dari theory in planning. yang dalam penerapannya dapat berubah
sesuai dengan kebutuhan.
Perencanaan dapat dikelompokkan berdasarkan kebutuhannnya, untuk
dapat melihat penggunaan perencanaan dalam aplikasinya maka perencanaan dapat
terlebih dahulu dikenali melalui 3 konsep formal, yaitu upaya mengaitkan keilmuan
dan pengetahuan tehnikal bagi :
a. Tindakan di dalam domain publik (action in the public domain), yang diangkat
dari filosofi politik, berupa suatu tindakan baik pengubahan kondisi perilaku
rutin dan inisiasi dari sesuatu mata rantai konsekuensi agar tidak terjadi sesuatu
hal yang tidak diinginkan,
b.
Proses pengarahan masyarakat (societal guidance), yang merupakan keterlibatan
peran pemerintah baik dalam bentuk alokasi dan inovasi,
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
14/94
c. Proses transformasi sosial (social transformation), yang merupakan suatu proses
politik atau gerakan sosial-politik masyarakat karena kekosongan peran
pemerintah dan pasar (Friedmann, 1987).
Kebutuhan terhadap kegiatan perencanaan akan semakin besar untuk dapat
memberikan informasi kebijakan, inovasi, dan input teknikal dalam proses
pengambilan keputusan oleh pemerintah, usaha swasta, dan masyarakat. Dalam era
otonomi, pemerintah daerah memiliki tugas dan fungsi yang semakin penting dalam
kegiatan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik dimana dalam proses
manajemen publik tersebut instrumen perencanaan sangat penting untuk
mengantisipasi kondisi masa depan, mengarahkan masyarakat, dan mendorong proses
transformasi sosial.
Kegiatan perencanaan seharusnya dapat mensinkronkan berbagai kepentingan
para pelaku berkepentingan dan bekerja pada berbagai tingkatan pemerintahan, serta
terdapat keterkaitan antara kegiatan perencanaan makro dan mikro, serta keterkaitan
antara siklus manajemen publik ( public management ) dan siklus manajemen proyek
( project management ) yang dilakukan oleh sektor publik dan sektor privat.
Teori dalam perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa macam/tipe
perencanaan, yang dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perencanaan itu sendiri. Berikut ini macam/tipe perencanaan dapat dijelaskan
sebagaimana berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
15/94
Macam – macam perencanaan :
1. Berdasarkan Jangka Waktu, dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a) Perencanaan Jangka Panjang (Perspektif), yaitu : perencanaan yang
mempunyai rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun.
b) Perencanaan Jangka Menengah, yaitu : Perencanaan yang mempunyai
rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun.
c) Perencanaan Jangka Pendek, yaitu : Perencanaan yang mempunyai rentang
waktu 1 tahun, biasanya perencanaan jangka pendek disebut juga rencana
operasional tahunan.
2. Berdasarkan Sifat Perencanaan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Perencanaan dengan Komando ( planning by direction), yaitu : Sistem
Perencanaan yang terpusat kepada penguasa /pemerintah pusat, dimana
pemerintah pusat yang merencanakan, mengatur dan memerintahkan
pelaksaaan rencana sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan
sebelumnya. Perencanaan seperti ini bersifat menyeluruh dan mencakup
keseluruhan perekonomian.
b) Perencanaan dengan rangsangan (Planning by inducement), yaitu :
Perencanaan yang demokratis, dimana tidak ada paksaan tetapi berupa ajakan
namun tetap tunduk pada pengendalian dan pengaturan pemerintah.
3. Berdasarkan alokasi Sumber daya, dapat dibagi menjadi 2, Yaitu:
a) Perencanaan keuangan, yaitu : Perencanaan yang dibuat untuk memastikan
apakah permintaan dan penawaran bertemu dalam suatu mekanisme, dimana
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
16/94
kemampuan fisik dimanfaatkan sepenuh mungkin tanpa mengakibatkan
perubahan yang besar dan tak terduga pada struktur harga.
b) Perencanaan Fisik, yaitu : Suatu usaha untuk menjabarkan usaha
pembangunan melalui pengalokasian faktor produksi dan hasil produksi
sehingga memaksimalkan pendapatan dan pekerjaan.
4. Berdasarkan Tingkat Keluwesan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Perencanaan Indikatif, yaitu : Perencanaan yang bersifat menyeluruh, dimana
badan perencana sampai menentukan hal – hal yang rinci seperti umlah yang
akan diinvestasikan pada masing – masing sektor, penetapan harga produk
dan faktor produksi dan jenis serta kualitas produk yang akan diproduksi.
b) Perencanaan Imperatif, yaitu: Perencanaa yang semua kegiatan dan sumber
daya ekonomi berjalan menurut komando negara, ada pengawasan
menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah terhadap faktor produksi.
Tipe perencanaan:
1. Perencanaan Fisik versus Perencanaan ekomomi :
Perencanaan Fisik, yaitu : Perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan
struktur fisik suatu wilayah misalnya perencanaan tata ruang atau tata guna
tanah, perencanaan jalur transportasi/komunikasi, penyediaan fasilitas untuk
umum dll.
Perencanaan Ekonomi, yaitu Perencanaan yang berkenaan dengan perubahan
struktur ekonomi suatu wilayah dan langkah – langkah untuk memperbaiki
tingkat kemakmuran suatu wilayah.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
17/94
2. Perencanaan alokatif versus perencanaan inovatif :
Perencanaan alokatif, yaitu Perencanaan yang berkenaan dengan menyukseskan
rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi
kesepakatan bersama. Contoh : Suatu dinas dikabupaten yang diberi tugas
membuat rencana menaikkan produksi pangan sebesar 10%, dinas itu
kemudian membuat rencana kerja untuk menyukseskan tercapainya kenaikan
produksi sebesar 10%. Kepala dinas menetapkan apa yang harus dilakukan oleh
masing – masing bagian pada dinas tersebut tanpa mengubah wewenang dan
tanggung jawab masing – masing bagian.
3. Perencanaan inovatif,
yaitu Perencanaan yang lebih memiliki kebebasan baik dalam menetapkan target
maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target.
4. Perencanaan bertujuan jamak versus perencanaan bertujuan tunggal :
Perencanaan bertujuan jamak, yaitu Perencanaan yang memiliki beberapa tujuan
sekaligus. Misalnya : rencana pelebaran dan peningkatan kualitas jalan
penghubung yang ditujukan untuk memberikan berbagai manfaat sekaligus, agar
perhubungan didaerah semakin lancar, dapat menarik berdirinya pemukiman
baru dan mendorong bertambahnya aktifitas pasar didaerah tersebut.
5.
Perencanaan bertujuan tunggal
yaitu perencanaan yang apabila sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu yang
dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan itu dan bersifat tunggal. Misalnya
rencana pemerintah untuk membangun 100 unit rumah di suatu lokasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
18/94
Perencanaan ini tidak mengaitkan pembangunan rumah dengan manfaat lain
yang mungkin dapat ditimbulkannya karena tidak menjadi fokus perhatian.
6. Perencanaan bertujuan jelas versus perencanaan bertujuan laten :
Perencanaan bertujuan jelas , yaitu perencanaan yang dengan tegas menyebutkan
tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut dan dapat diukur keberhasilannya.
Misalnya tujuan perencanaan adalah menaikkan taraf hidup rakyat, sasarannya
adalah menaikkan pendapatan perkapita dari $ 400 menjadi $ 500 per tahun,
dalam jangka waktu 3 tahun yang akan datang.
7. Perencanaan bertujuan laten , yaitu perencanaan yang tidak menyebutkan sasaran
bahkan tujuannya pun kurang jelas sehingga sulit untuk dijabarkan. Misalnya,
tujuan seseorang ingin hidup lebih bahagia, kehidupan dalam masyarakat yang
aman, nyaman dan penuh dengan rasa kekeluargaan.
8. Perencanaan Top Down versus Bottom Up :
Perencanaan Top Down, yaitu Perencanaan yang kewenangan utama dalam
perencanaan tersebut berada pada institusi yang lebih tinggi, dimana institusi
perencana pada level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari
institusi lebih tinggi.
9. Perencanaan Bottom Up
Yaitu Perencanaan yang kewenangan utama dalam perencanaan tersebut berada
pada institusi yang lebih rendah, dimana institusi perencana berada pada level
lebih tinggi harus menerima usulan – usulan yang diajukan oleh insitusi
perencana pada tingkat yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
19/94
10. Perencanaan Vertical versus Horizontal :
Perencanaan Vertical, yaitu Perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi
antar berbagai jenjang pada sektor yang sama.
Perencanaan Horizontal, yaitu Perencanaan yang menekankan keterkaitan antar
berbagai sektor dapat berkembang secara sinergi.
11. Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung versus yang tidak
melibatkan masyarakat secara langsung :
Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung , yaitu perencanaan
yang sejak awal masyarakat yelah diberitahu dan diajak ikut serta dalam
menyusun rencana tersebut.
Perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat secara langsung, yaitu
perencanaan yang tidak melibatkan sama sekali peran serta masyarakat dan
hanya meminta persetujuan DPRD untuk persetujuan akhir.
2.1.3 Konsep Ruang dan Wilayah
Ruang atau kawasan sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir dan
lautan karena merupakan wadah yang utama di wilayah pesisir. Ruang adalah wadah
kehidupan manusia beserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya meliputi
bumi, air dan ruang angkasa sebagai satu kesatuan. Konsep ruang mempunyai
beberapa unsur, yaitu: (1) jarak, (2) lokasi, (3) bentuk, dan (4) ukuran. Konsep ruang
sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segala
kekayaannya membutuhkan organisasi/pengaturan ruang dan waktu. Unsur-unsur
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
20/94
tersebut di atas secara bersama-sama menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah
(Budiharsono, 2001).
Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan definisi wilayah sebagai suatu
unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung
secara internal dalam dimensi ruang yang merupakan wadah bagi kegiatan-kegiatan
sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan ekonomi yang tidak
sama. Disamping itu, perlu pula diperhatikan bahwa kegiatan sosial ekonomi dalam
ruang dapat menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap kegiatan
lainnya.
Rustiadi (2002) membagi konsep wilayah atas enam jenis. Adapun konsep
enam jenis wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Konsepkonsep
wilayah klasik, yang mendefinisikan wilayah sebagai unit geografis dengan batas-
batas spesifik dimana komponen-komponen dari wilayah tersebut satu sama lain
saling berinteraksi secara fungsional; (2) Wilayah homogen, yaitu wilayah yang
dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah
tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa bersifat
heterogen. Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh potensi
sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam.
Dengan demikian konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam
penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan potensi/daya dukung
utama yang ada dan pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan
permasalahan masing masing wilayah; (3) Wilayah nodal, menekankan perbedaan
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
21/94
dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. konsep
wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu ”sel hidup” yang mempunyai inti dan
plasma. Inti adalah pusat-pusat pelayanan/pemukiman, sedangkan plasma adalah
daerah belakang (hinterland ); (4) Wilayah sebagai sistem, dilandasi atas pemikiran
bahwa komponen-komponen di suatu wilayah memiliki keterkaitan dan
ketergantungan satu sama lain dan tidak terpisahkan; (5) Wilayah perencanaan adalah
wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada
wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan
secara integral; (6) Wilayah administratif-politis, berdasarkan pada suatu kenyataan
bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan politis yang umumnya dipimpin oleh
suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu. wilayah
yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan perencanaannya. Sering pula
wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya suatu wilayah yang
mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan sendiri-sendiri
dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.
2.1.4 Teori Pembangunan Daerah
Pembangunan menurut Siagian (1994), adalah suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building).
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
22/94
Sedangkan Kartasasmita (1994), memberikan pengertian pembangunan, adalah
suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana.
Bratakusumah (2005), dalam bukunya Perencanaan Pembangunan Daerah
mengemukakan bahwa, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli
manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep
pembangunan secara ilmiah, karena secara sederhana pembangunan sering diartikan
sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena
perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula dan
ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan,
menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan suatu yang mutlak harus terjadi dalam
pembangunan.
Istilah pembangunan (development ) secara tradisional diartikan sebagai
kapasitas dari sebuah perekonomian nasional, yang kondisi ekonomi awalnya kurang
lebih bersifat statis dalam kurun waktu cukup lama untuk menciptakan dan
mempertahankan kenaikan tahunan atas pendapatan nasional bruto atau GNP (gross
national product ) nya pada tingkat 5 persen hingga 7 persen, atau bahkan lebih tinggi
lagi, jika hal itu memang memungkinkan. Ukuran lain yang mirip dengan GNP, yakni
yang dikenal dengan istilah produk domestik bruto atau GDP (gross domestic
product ) sama seringnya digunakan. Indeks ekonomi lainnya yang juga sering
digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
23/94
pendapatan perkapita (income per capita) atau GNP per kapita. Indeks ini pada
dasarnya mengukur kemampuan dari suatu negara untuk memperbesar outputnya
dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya (Todaro,
2000), dan ada tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis
konseptual dan pedoman praktis untuk memahami pembangunan yang paling hakiki.
Ketiga komponen dasar tersebut adalah:
- Kecukupan (sustenance) yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar;
-
Jati diri (selfesteem) yaitu menjadi manusia seutuhnya, serta
- Kebebasan ( freedom) yaitu kemampuan untuk memilih.
Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap
orang dan masyarakat melalui pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar, yang terwujud dalam
berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya
sepanjang jaman.
Pembangunan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Antara lain adalah, menaikkan standar hidup, memperbaiki tingkat
pendidikan, kesehatan dan persamaan hak untuk memiliki kesempatan dalam
memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi.
Meier (1989) mendefinisikan pembangunan ekonomi, adalah suatu proses di
mana pendapatan perkapita penduduk suatu negara secara riil cenderung naik secara
terus menerus dalam jangka panjang; dengan syarat utama bahwa jumlah penduduk
yang berada dalam ”garis kemiskinan absolut” tidak bertambah dan distribusi
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
24/94
pendapatan tidak menjadi lebih timpang. Kecenderungan menaik itu haruslah paling
tidak dua atau tiga dasawarsa- waktu sepanjang itu cukup sebagai indikasi untuk
melihat apakah suatu negara dalam keadaan berkembang atau tidak. Sejalan dengan
Meier, Chenery dan Syrquin (1989), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses peningkatan pendapatan per kapita yang disertai antara lain, dengan
proses transformasi dari suatu perekonomian yang dominan sektor primer atau
pertanian dan pertambangan menjadi makin dominan sektor industri, terutama
industri manufaktur dan sektor jasa.
2.1.5 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu
digandeng dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh World Commission on Environment
and Development , adalah “pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat
ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya”. Konsep pembangunan yang berkelanjutan telah menjadi
kesepakatan hampir seluruh bangsa-bangsa di dunia sejak KTT Bumi di Rio de
Janeiro 1992. Dengan demikian, secara ekologis terdapat empat persyaratan utama
yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan: (1) keharmonisan spasial, (2) pemanfaatan sumberdaya alam
secara optimal dan berkelanjutan, (3) membuang limbah sesuai dengan kapasitas
asimilasi lingkungan, dan (4) mendesain dan membangun prasarana dan sarana sesuai
dengan karakteristik serta dinamika ekosistem pesisir dan lautan (Dahuri, 1996).
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
25/94
Ketika kita memanfaatkan wilayah (perairan) pesisir sebagai tempat untuk
pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah
tersebut tidak boleh melebihi kapasitas asimilasinya (assimilative capacity). Dalam
hal ini, yang dimaksud dengan daya asimilasi adalah kemampuan suatu ekosistem
pesisir untuk menerima jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya
kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditoleransi.
2.1.6 Proses Perencanaan Wilayah
Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut
perubahan paradigma dalam perencanaan dan keuangan daerah yang komprehensif
dan mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas, demokratisasi,
desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Keterbatasan sumber daya daerah
(hardware dan software) menyebabkan pemerintah daerah harus mampu
mengalokasikannya secara lebih efisien dan efektiv.
Dewasa ini, otonomi dan desentralisasi telah didukung oleh beberapa
perubahan Peraturan Perundangan, antara lain :
1. UU 17/2003 : Keuangan Negara
2. UU 1/2004 : Perbendaharaan Negara
3. UU 25/2004 : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4.
UU 33/2004 : Perimbangan Keuangan
5. PP 20/2004 : Rencana Kerja Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
26/94
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU No 25 Tahun 2004)
memberikan arahan penyusunan perencanaan di tingkat pemerintah pusat, daerah, dan
unit kerja (kementerian/lembaga/dinas), sebagaimana kerangka berikut:
NASIONAL/Sektor DAERAH/Prov/Kab/Kota
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah RP JM (5 Th)
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Satuan Kerja Peringkat
Daerah/RP JM-SKPD (5 Th)
Rencana
Kementrian/Lembaga/Rencana-KL
(5 Th)
Rencana Satuan Kerja Peringkat
Daerah (5 Th)
Rencana Pembangunan Tahunan
Nasional/Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) (5 Th)
Rencana Pembangunan Tahunan
Daerah/Rencana Kerja Peringkat
Daerah (RKPD) (5 Th)
Rencana Pembangunan Tahunan
Kementrian/Lembaga atau Rencana
Kerja Kementrian/Lembaga
(Renja-KL) (1 Th)
Rencana Pembangunan Tahunan
Satuan Kerja Peringkat Daerah atau
Rencana Kerja Satuan Kerja Peringkat
Daerah (Renja-SPKD) (1 Th)
Gambar 1. Perencanaan Pembangunan
KEGIATAN EKONOMI RAKYAT SEJAHTERA• Jumlah penduduk naik menjadi 8,2% th 2009
•
Pengangguran 5,1% th 2009
• Pertumbuhan ekonomi 7,6% th 2009
PEMBUKAAN UUD 45
• Melindungi Segenap Bangsa Indonesia
• Memajukan Kesejahteraan Umum
• Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
• Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (20 Tahun)
VISI, MISI, PROGRAM PRESIDEN RI (5 Tahun)
• Menciptakan Indonesia Yang Aman dan Damai
• Menciptakan Indonesia Yang Adil dan Demokratis
• Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
VISI, MISI, PROGRAM
KEPALA DAERAH 5 Tahun
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
27/94
Gambar 1. Perencanaan Pembangunan
Gambar 1 menunjukkan Sistem Perencanaan Pembangunan berdasarkan atas
UU No.25 Tahun 2004 untuk tingkat nasional dan daerah. Dalam rangka
pelaksanaan UU No.25 Tahun 2004 dan UU No. 17 Tahun 2003, pedoman
penyusunan indikator kinerja, pemantauan dan evaluasi anggaran berbasis kinerja
sangat diperlukan oleh pelaku aktivitas.
2.2 Hubungan Perencanaan Wilayah Dengan SDM Dan Kualitas Perencanaan
Seorang perencana bertugas untuk mengatur proses perencanaan di tingkat
daerah. Tugas ini bersifat komprehensif atau menyeluruh, sehingga membutuhkan
pengetahuan intersektoral yang luas dan berkemampuan merencanakan pada tiga
bidang utama perencanaan pembangunan daerah, yang menurut Poppe (1995 : 45),
meliputi :
a.
Perencanaan Sumber Daya Alam
b. Perencanaan Sosial Ekonomi
c. Perencanaan Fisik dan Infrastruktur
Di samping itu, ia juga mengatakan bahwa seorang perencana harus memiliki
kualifikasi yang berorientasi manajemen yang menyangkut empat tahap perencanaan
yang utama, yaitu :
a. Analisis wilayah
b. Prospek pembangunan
c. Perencanaan dan pembuatan program
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
28/94
d. Pelaksanaan rencana, monitoring dan evaluasi
Untuk itu, Manfred Poppe mengemukakan hal-hal yang harus ditangani oleh
perencana daerah, terutama yang menyangkut masalah organisasional dan
operasional, yaitu :
a. Mengenal masalah-masalah pembangunan daerah, sumber daya dan kebutuhan
ekonomi sebagaimana dirasakan oleh penduduk.
b. Menganalisis kecenderungan dan hambatan pembangunan serta meramalkan
pembangunan demografik dan ekonomi.
c. Menyusun tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
d. Mengembangkan strategi dan alternatif kebijaksanaan, serta merancang rencana
program pembangunan daerah.
e. Menyebarkan dan menghubungkan rencana daerah dengan rencana dan
kebijaksanaan daerah dan nasional.
f. Menganjurkan pertimbangan kebutuhan lokal dalan kebijaksanaan nasional.
g. Menaksir pengaruh rencana dan program secara sosial, ekonomi dan ekologi.
h. Mengatur proses pembuatan keputusan dan partisipasi pada tingkat dan masalah
yang berbeda.
i. Mengenal dan merancang proyek-proyek individu dan menaksir kelayakannya
untuk pelaksanaan lokal.
j. Mengembangkan dan menggunakan instrumen pelaksanaan, penyelenggaraan
dan pengendalian rencana dan program.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
29/94
k. Memonitor dan mengevaluasi proyek, rencana dan program serta merencanakan
ulang sesuai dengan perubahan kondisi.
Terkait dengan masalah tugas perencana tersebut, LAN (1999)
mengemukakan bahwa tugas perencana pembangunan meliputi :
a. Mengumpulkan dan menganalisis berbagai indikator kondisi sosial ekonomi.
b. Mengumpulkan dan menganalisis data sektor penting perekonomian.
c. Mengidentifikasi hubungan antar-sektor dan bidang kegiatan esensial untuk
persoalan mendasar.
d. Menunjukkan pendekatan/alternatif pembenahan, masalah sektor dan
perekonomian.
e. Memberi identifikasi penjelasan alternatif (beserta keterkaitan sektoralnya)
kepada pengambil keputusan.
f. Menyusun tindak lanjut pasca keputusan.
g. Memantau indikator kesejahteraan ekonomi.
h. Melaksanakan evaluasi.
2.2.1 Sumber Daya Manusia Dalam Konteks Kewilayahan
Strategi pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah pada
dasarnya diarahkan untuk (1) mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di
luar Jawa-Bali dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di
wilayah Jawa-Bali dan Sumatera; (2) meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui
peningkatan perdagangan antarpulau untuk mendukung perekonomian domestik; dan
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
30/94
(3) meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan
di tiap wilayah, (4) Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan
strategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar
dan daerah rawan bencana; serta (5) Mendorong pengembangan-pengembangan di
tiap wilayah mengacu pada strategi dan arah kebijakan yang berbasiskan perencanaan
wilayah darat melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan berbasiskan
perencanaan wilayah laut melalui Arah Pengembangan Wilayah Laut.
Selain itu, strategi pembangunan juga mengacu pada paradigma Pembangunan
untuk Semua ( Development for All). Paradigma ini bertumpu pada 6 (enam) strategi
dan arah kebijakan, yaitu:
Pertama, strategi pembangunan inklusif yang mengutamakan keadilan,
keseimbangan dan pemerataan. Semua pihak harus dan ikut berpartisipasi dalam
proses pembangunan melalui penciptaan iklim kerja untuk meningkatkan harkat
hidup keluar dari kemiskinan. Seluruh kelompok masyarakat harus dapat merasakan
dan menikmati hasil-hasil pembangunan terutama masyarakat yang tinggal di
kawasan perbatasan, kawasan perdesaan, daerah pedalaman, daerah tertinggal dan
daerah pulau terdepan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi harus dapat mengurangi
pengangguran dan kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri; serta Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan
Perbatasan, Pulau Terdepan dan daerah pasca konflik dan pasca bencana merupakan
program yang diarahkan langsung untuk mendorong pembangunan yang lebih
inklusif.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
31/94
Kedua, strategi pembangunan berdimensi kewilayahan. Strategi pembangunan
wilayah mempertimbangkan kondisi geografis, ketersediaan sumber daya alam,
jaringan infrastruktur, kekuatan sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia
menyebabkan yang tidak sama untuk setiap wilayah. Strategi pembangunan wilayah
juga memperhitungkan basis daratan dan basis kepulauan atau maritim sebagai satu
kesatuan ruang yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, strategi pembangunan
berdimensi kewilayahan memperhatikan tata ruang wilayah Pulau Sumatera, Pulau
Jawa-Bali, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan
Maluku dan Pulau Papua. Dengan strategi ini, kebijakan pembangunan diarahkan
untuk mengoptimalkan potensi dan keunggulan daerah dan membangun keterkaitan
antarwilayah yang solid termasuk mempercepat pembangunan pembangkit dan
jaringan listrik, penyediaan air bersih, serta pengembangan jaringan transportasi
(darat, laut dan udara) dan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus barang dan
jasa, penduduk, modal dan informasi antarwilayah.
Ketiga, strategi pembangunan yang mendorong integrasi sosial dan ekonomi
antarwilayah secara baik. Dalam hal ini perhatian terhadap pengembangan pulau-
pulau besar, kecil dan terdepan harus dilakukan dengan memperhatikan poteni daerah
sebagai modal dasar yang dikelola secara terintegrasi dalam kerangka geoekonomi
nasional yang solid dan kuat. Dengan kesatuan ekonomi nasional yang kuat untuk
lima tahun mendatang, maka posisi tawar Indonesia dalam globalisasi percaturan
perekonomian dunia, secara geo-ekonomi berada pada posisi yang lebih kuat, dan
lebih berdaya saing. Kebijakan untuk memperkuat integrasi sosial dan ekonomi
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
32/94
antarwilayah diarahkan pada pengembangan pusat-pusat produksi dan pusat-pusat
perdagangan di seluruh wilayah terutama di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua.
Keempat, strategi pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi
lokal menjadi penting dan mendesak sebagai upaya memperkuat daya saing
perekonomian nasional. Para gubernur, bupati dan walikota mempunyai kewenangan
yang luas dan peran dominan dalam pengembangan ekonomi lokal. Peran pemerintah
dan pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan daerah pada intinya
mempunyai arah sebagai berikut:
1. Menciptakan suasana atau iklim usaha yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang;
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi
seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar;
3. Mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan
kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum
berkembang; (4) memperkuat kerjasama antardaerah; dan
4. Membentuk jaring ekonomi yang berbasis pada kapasitas lokal dengan
mengkaitkan peluang pasar yang ada di tingkat lokal, regional dan
internasional;
5. mendorong kegiatan ekonomi bertumpu pada kelompok, termasuk
pembangunan prasarana berbasis komunitas; dan
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
33/94
6. Memperkuat keterkaitan produksi-pemasaran dan jaringan kerja usaha kecil-
menengah dan besar yang mengutamakan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif daerah.
Kelima, strategi pembangunan disertai pemerataan ( growth with equity) yang
bertumpu pada keserasian pertumbuhan ekonomi ( pro-growth) dalam menciptakan
kesempatan kerja ( pro-jobs) dan mengurangi kemiskinan ( pro-poor ) yang tetap
berdasarkan kelestarian alam ( pro-environment ). Kebijakan pembangunan diarahkan
untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah ( domestic interconnectivity),
membangun dan memperkuat rantai industri hulu hilir produk unggulan berbasis
sumber daya lokal, mengembangkan pusat-pusat produksi dan perdagangan baik di
Jawa-Bali maupun di luar wilayah Jawa Bali yang didukung dengan penyediaan
prasarana dan sarana, peningkatan SDM, pusat-pusat penelitian, pembangkit listrik
dan penyediaan air bersih; serta perbaikan pelayanan sesuai standar pelayanan
minimal. Sejalan dengan arah kebijakan ini, pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) merupakan salah satu dorongan untuk menciptakan dan membangun
pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di seluruh wilayah.
Keenam, strategi pengembangan kualitas manusia. Orientasi pembangunan
adalah peningkatan kualitas manusia ( the quality life of the people) sebagai bagian
dari penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat terutama
pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih, perumahan,
sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan. Oleh sebab itu, kebijakan
pembangunan akan diarahkan pada peningkatan akses dan mutu layanan dasar
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
34/94
termasuk pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih,
perumahan, sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan terutama bagi
masyarakat yang berada di daerah perdesaan, kawasan perbatasan, pulau-pula terluar
dan daerah pasca konflik dan pasca bencana. Dengan meningkatnya kualitas manusia,
kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan membaik secara merata di seluruh
wilayah.
Salah satu hasil penelitian yang mengkaitkan tentang kewilayahan,
pengembangan wilayah dan peningkatan SDM adalah Penelitian yang dilakukan oleh
Jarisding, La Ode (2006) tentang Potensi Dan Masalah Perkembangan Wilayah Di
Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara memberikan gambaran berbagai permasalahan
permasalahan perkembangan wilayah di daerah adalah: (1) Kurang memanfaatkan
potensi terkait dengan fenomena perkembangan wilayah masa lalu; (2) Konflik
perwilayahan dalam penataan ruang; (3) Lemahnya kekuatan endogen, berupa
keterbatasan sarana prasarana, SDA, pariwisata, SDM dan tenaga kerja; (4) Sosial-
ekonomi; (5) Situasi politik lokal; (7) Letak geografis; (8) Globalisasi dan teknologi.
Untuk menjawab Research Question dan untuk mengetahui potensi endogen dan
eksogen perkembangan wilayah, maka dilakukan langkah-langkah: analisis potensi
dan masalah perkembangan wilayah Kabupaten Muna berdasarkan fenomena sejarah;
analisis potensi dan masalah perwilayahan; analisis potensi endogen wilayah dan
permasalahannya; analisis potensi dan masalah perekonomian; analisis potensi dan
masalah politik lokal terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Muna. Metode
analisis yang digunakan adalah orde kota, Jarak dan waktu tempuh minimum ke pusat
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
35/94
pelayanan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah perwilayahan; peran sektor,
struktur perekonomian dan daya dukung lahan pertanian untuk mengidentifikasi
potensi dan masalah perekonomian Kabupaten Muna.
Pada keseluruhan analisis juga menggunakan metode pemetaan potensi.
Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah perkembangan wilayah di Kabupaten
Muna, secara keseluruhan Kabupaten Muna kurang berkembang terutama Pulau
Buton Bagian Utara dan faktor utama penyebabnya adalah kondisi politik lokal.
Kebijakan-kebijakan politik pembangunan selama ini belum maksimal dalam
mendorong perkembangan wilayah. Kondisi politik yang demikian menyebabkan
kekuatan endogen dan eksogen wilayah yang harusnya merupakan modal utama
pembangunan tidak termanfaatkan dengan baik. Fenomena-fenomena yang terjadi
berhubungan dengan kebijakan politik pembangunan yang kurang berorientasi pada
kekuatan endogen dan eksogen wilayah di Kabupaten Muna adalah: (1) Potensi
integrasi atau penyatuan wilayah pada jaman Kerajaan Muna, cenderung menjadi
masalah dengan mengemukanya sifat primordialisme; (2) Penentuan pusat pelayanan
dalam Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) tidak tepat, sehingga pelayanan
masyarakat tidak optimal; (3) Disparitas pembangunan infrastruktur antara Pulau
Buton dan Pulau Muna; (3) Potensi sumberdaya alam dan pariwisata belum dikelola
dan dimanfaatkan; (4) Konstribusi komoditas ekspor utama Kabupaten Muna
terhadap perkembangan wilayah sangat kurang. Untuk meminimalisir permasalahan
perkembangan wilayah di Kabupaten Muna, dilakukan beberapa strategi: (1)
Melakukan regionalisasi desentralistik dengan model kerjasama antar kabupaten/kota
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
36/94
yang didasari inisiatif dan komitmen bersama untuk membangun wilayah; (2) Hal
mendasar perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Muna terhadap pembangunan
wilayah di Buton Utara adalah membangun infrastruktur jalan, membangun prasarana
pendidikan terutama gedung SLTP dan SLTA, membangun Puskesmas fasilitas rawat
inap serta menambah tenaga dokter, membangun jaringan air bersih, listrik,
telekomunikasi dan membangun kantor pelayanan pemerintah satu atap; (3) Merevisi
kembali penentuan pusat pelayanan dalam SWP; (4) Untuk meningkatkan Value
Added komoditas ekspor utama Kabupaten Muna, maka perlu pembangunan industri
pengolahan komoditas jambu mete dan optimalisasi industri pengolahan kayu jati
yang didukung dengan kebijakan investasi dipermudah; (5) Hal yang sangat
dibutuhkan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Muna adalah tingkat
integritas dan profesionalisme yang tinggi para penentu kebijakan.
Beberapa studi tentang berbagai persoalan dalam pemekaran daerah pernah
dilakukan antara lain oleh Bappenas (2005), Lembaga Administrasi Negara (2005),
dan Departemen Dalam Negeri (2005). Untuk melengkapi studi tersebut, telah
dilakukan studi evaluasi oleh Building and Reniventing Decentralised Governance
(“BRIDGE”) yang dirancang untuk mencapai tiga tujuan:
a. Mengevaluasi perkembangan pemekaran daerah dalam aspek ekonomi,
keuangan pemerintah, pelayanan publik dan aparatur pemerintahan, serta
dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
37/94
b. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam masa pemekaran daerah,
khususnya dalam aspek ekonomi, keuangan pemerintah, pelayanan publik dan
aparatur pemerintahan;
c. Merumuskan rekomendasi kebijakan berkaitan dengan pemekaran daerahHasil
dari studi pemekaran daerah ini menunjukkan temuan yang patut untuk
diperhatikan dari masingmasing aspek yang dianalisis.
Tim studi menyimpulkan dalam jangka pendek diperlukan perubahan pola
belanja aparatur pemerintah daerah, supaya pembangunan mampu menciptakan
permintaan baru terhadap peningkatan pelayanan publik. Aparatur pemerintah daerah
harus lebih diarahkan pada peningkatan kualitas aparatur sesuai dengan kompetensi
aparatur yang diperlukan oleh daerah, mulai dari tahap penerimaan tetapi juga
mencakup promosi dan mutasi aparatur. Di samping itu, diperlukan penataan aparatur
pada daerah transisi. Hal ini secara nasional perlu dibuat semacam grand design
penataan aparatur, khususnya aparatur pada tingkat pemerintah daerah. Dengan kata
lain diperlukan dukungan lebih besar dari pemerintah pusat kepada daerah induk yang
melakukan persiapan pemekaran berdasarkan PP 129/2000 dan juga daerah
pemekaran. Langkah ini tidak dengan sendirinya berarti terjadi desentralisasi, tetapi
mengakui peranan pemerintah pusat dalam menjaga tercapainya pembangunan
berkualitas daripada asal pembentukan daerah-daerah pemerintahan baru. Hal ini
selain merupakan azas pembangunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan juga
mencerminkan prioritas nasional yang berkaitan dengan proses desentralisasi dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
38/94
Aparatur pemerintah menjadi hal pokok yang dievaluasi, untuk mengetahui
seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat memenuhi tuntutan pelayanan kepada
masyarakat. Semakin banyak jumlah aparatur yang berhubungan langsung dengan
pelayanan publik, semakin baik pula ketersediaan pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah. Dalam evaluasi pemekaran daerah terdapat tiga indikator utama yang
dapat menunjukkan ketersediaaan dan kualitas aparatur pemerintah, yakni salah
satunya adalah Tingkat pendidikan merefleksikan tingkat pemahaman dan
pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan aparatur, semakin besar pula potensi
untuk meningkatkan kualitas kerjanya.
2.2.2 Teori Organisasi
Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dalam konteks organisasi, serta
sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak
faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun
model-model dari faktor-faktor manusia/SDM dan psikologi yang mempengaruhi
organisasi gerakan hubungan antar manusia, motivasi, dan aktualisasi tujuan-tujuan
individu di dalam organisasi, dan juga perilaku organisasi dapat memainkan peranan
penting dalam perkembangan organisasinya dan keberhasilan kerja.
Mooney (1954), organisasi adalah segala bentuk setiap perserikatan orang-
orang, untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Millet (1994) organisasi
adalah sebagai kerangka struktur di mana pekerjaan dari beberapa orang
diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Dan menurut Effendi
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
39/94
(1997), organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-
hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.
Dalam perkembangan organisasi, perilaku organisasi mempunyai peranan
penting sebagai pemicu keberhasilan suatu organisasi. Perilaku Organisasi menjadi
semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar belakang
dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien.
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana
seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap
kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Pada perilaku
organisasi juga mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari
ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin lain yang terkait
dengan studi organisasi adalah studi tentang sumber daya manusia, psikologi
industry, perilaku organisasi dan komitmen organisasi.
2.2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia
Paradigma manusia sebagai sumber daya adalah, di satu sisi sumber daya
manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar menjadi
sumber daya yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia menjadi
objek yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu. Namun di sisi lain, sumber
daya manusia yang berkualitas merupakan subjek atau asset utama dalam proses
pengembangan organisasi yang berperan memanajemeni dan memberdayakan sumber
daya lain untuk mencapai tujuan dari masing-masing individu sumber daya manusia
itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
40/94
Plunkett & Attner (dalam Loka 2004), konsep sumber daya manusia
menempatkan karyawan sebagai the most valuable resource yang berperan untuk
merencanakan, mengorganisir, mendayagunakan, dan mengendalikan organisasi
beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.
Dalam proses tersebut, individu-individu atau kelompok sumber daya
manusia dan organisasi belajar untuk saling berintegrasi. Individu atau kelompok
sumber daya manusia belajar untuk meningkatkan kompetensinya dan memahami
filosofi, visi, tujuan dan budaya organsiasi. Sementara organisasi belajar untuk
memahami karakteristik sumber daya manusia, mengembangkan dan
mendayagunakan, memelihara dan melindungi, serta memberikan imbalan dan
penghargaan yang pantas kepada individu atau kelompok sumber daya manusia
sesuai dengan kinerjanya (Loka, 2004).
Flippo (dalam Yuli 2005), menyajikan sebuah kerangka dalam memahami
pengertian manajemen sumber daya manusia (personalia). Dalam pandangannya,
manajemen personalia dapat dipahami dari dua kategori fungsi, yaitu fungsi
manajemen dan fungsi operasional. Dengan membagi fungsi manajemen personalia
ke dalam dua kategori, maka dirumuskan sebuat defenisi manajemen personalia, yaitu
; proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas
pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan
pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran
perorangan, organisasi dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
41/94
Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang
memberikan kompensasi, integrasi, pemeliharaan, cara pengadaan tenaga kerja,
melakukan pengembangan, kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
Ada tiga pengertian sumber daya manusia, (Nawawi,1997) , yang masing-
masing adalah sebagai berikut :
a. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu
organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
b. Sumber daya manusia adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi
dalam mewujudkan eksistensinya.
c. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi
sebagai modal (non material/non financial).
Perencanaan Sumber Daya Manusia dengan berorientasi pada hasil analisis
pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi, baik dari segi kuantitatif
(jumlahnya) maupun kualitatif (kualitasnya). Dengan tersedianya sejumlah pekerja
yang relevan dengan tuntutan deskripsi dan atau spesifikasi pekerjaan, diharapkan
seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas, tidak saja
dalam proses produksi dengan seluruh pekerjaan yang menunjangnya, tetapi juga
dalam memasarkannya yang memerlukan kemampuan memberikan pelayanan yang
berkualitas.
Nawawi (1997) Perencanaan Sumber Daya Manusia adalah proses
mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
42/94
tenaga kerja ke dalam dan keluar organisasi. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa
tujuannya adalah untuk mempergunakan SDM seefektif mungkin dan agar memiliki
sejumlah pekerja yang memenuhi persyaratan/kualifikasi dalam mengisi posisi yang
kapan dan yang manapun mengalami kekosongan.
.Dalam study organisasi, ada beberapa peran penting yang dilakukan SDM
dalam mencapai tujuan suatu organisasi, antara lain perilaku dan membangun
komitmen, demi untuk menciptakan kepuasan kerja pada organisasi tempat bekerja.
Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan di mana seorang
karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.
Robbins (2001), bahwa keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak
pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang
tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Dalam organisasi
sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa,
maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu menjalankan
kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen yang
kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja.
L. MATHIS Dan JACKSON (2001), komitmen organisasi adalah tingkat
sampai di mana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta
berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya
tercermin dalam ketidak hadiran dan angka perputaran karyawan.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
43/94
GRIFFIN (1994), komitmen organisasi (organizational commitment ) adalah
sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada
organisasinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan
melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.
ROBBINS (1994), komitmen organisasi adalah sebagai :
1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi;
2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan
3.
keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. dengan kata
lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi
dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan
perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang
berkelanjutan.
ALLEN DAN MEYER (1996), ada tiga dimensi komitmen organisasi adalah
:Komitmen efektif (effective commitment ) : Keterikatan emosional karyawan, dan
keterlibatan dalam organisasi.
1. Komitmen berkelanjutan (continuence commitment ) : Komitmen berdasarkan
kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini
mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit,
2.
Komitmen normatif (normative commitment ) : Perasaan wajib untuk tetap berada
dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal
benar yang harus dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
44/94
Dessler(2000), memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan
sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan masalah dan
meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan :
1. Berkomitmen pada nilai manusia: Membuat aturan tertulis, mempekerjakan
manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.
2. Memperjelas dan mengkomunikasikan misi; Memperjelas misi dan ideologi;
berkharisma; menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai; menekankan
orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan; membentuk tradisi.
3. Menjamin keadilan organisasi: Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang
komprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif.
4. Menciptakan rasa komunitas: Membangun homogenitas berdasarkan nilai;
keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim, berkumpul
bersama.
5. Mendukung perkembangan karyawan: Melakukan aktualisasi; memberikan
pekerjaan menantang pada tahun pertama; memajukan dan memberdayakan;
mempromosikan dari dalam; menyediakan aktivitas perkembangan;
menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.
2.2.4 Manajemen Pemerintahan
Manajemen didefenisikan sebagai proses kerja sama dengan dan melalui
orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. (Hersey dan
Blanchard, 1982)
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
45/94
Undang-Undang 32 Tahun 2004 yang merupakan revisi dari Undang-Undang
22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah mendefenisikan pemerintahan adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat (pemerintah).
Dari defenisi organisasi dan pemerintahan di atas, maka dapat disimpulkan;
yang dimaksud dengan organisasi pemerintah adalah sebagai pola komunikasi yang
lengkap dan hubungan-hubungan lain dalam suatu penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah.
Kemudian unsur-unsur organisasi menurut Nawawi (2005) adalah sebagai
berikut :
1. Manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih.
2. Filsafat yang merupakan dasar organisasi dan norma-norma perilaku.
3. Proses merupakan rangkaian kegiatan bersama atau kerja sama.
4. Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai baik material/finansial maupun
non material/non finansial.
Selanjutnya organisasi pemerintah berbeda dengan organisasi manapun di
dunia, karena organisasi pemerintah memiliki tiga hal penting yang merupakan
wewenangnya yaitu sebagai berikut :
1. Bila organisasi lain tidak diperkenankan membunuh orang lain bahkan dapat
dituntut, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut hukum
mati.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
46/94
2. Bila organisasi lain tidak diperkenankan mengurung orang walaupun dalam
waktu yang sangat singkat, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya
disebut juga penjara atau lembaga pemasyarakatan.
3. Bila organisasi lain tidak diperkenankan memungut uang dengan paksa tanpa
alasan yang jelas karena pemberian jasa tertentu, maka organisasi pemerintah
diperbolehkan biasanya disebut dengan pajak. (Syafiie, 2004)
Ketentuan pokok kelembagaan pemerintah, adalah menyangkut mekanisme,
bentuk, dan susunan kelembagaan daerah beserta perangkatnya. Ketentuan tersebut
terdapat dalam UU No.22/1999 dan PP No.84/2000, dan telah diperbaharui dengan
PP No.41 Tahun 2007.
Kelembagaan pemerintahan daerah adalah organisasi yang ada di dalam
daerah. Sedangkan perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga pada
pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dan membantu
kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Perangkat daerah terdiri atas
sekretariat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan
kelurahan/desa.
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh dilaksanakan oleh kabupaten
dan kota. Sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi terbatas. Provinsi tidak
membawahi kabupaten dan kota, tetapi dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan
terdapat hubungan koordinasi, kerja sama, dan/atau kemitraan sesuai kedudukan
masing-masing. (Warseno, 2002)
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
47/94
Menurut Prajudi manajemen merupakan pengendalian dan pemanfaatan dari
pada semua faktor serta sumber daya yang menurut suatu perencanaan, diperlukan
untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja tertentu.
Manajemen baru merupakan suatu masalah yang besar setelah faktor dan
sumber daya yang paling sukar untuk dikendalikan dan didayakan, masuk ke dalam
kancah karya, yaitu manusia. Oleh karena itu, manajemen menekankan pada
pengendalian dan pendayagunaan manusia itu sendiri.
Manajemen pemerintahan di Indonesia, koordinasi menempati peranan
penting karena begitu banyak ditemui tumpang tindih pekerjaan karena tidak adanya
koordinasi, kendati keseluruhannya itu dapat disinkronkan, diatur demi tujuan dan
kepentingan bersama. (Syafiie, 2004)
Organisasi pemerintahan secara menyeluruh dilihat dari segi administrasi
pembangunan, harus mampu mendesain rencana dan program-programnya yang
diharapkan mendorong proses pembangunan. Sebagai contoh pembangunan
ekonomi, ini berarti kemampuan untuk mendesain kebijakan dan rencana
pembangunan ekonomi. Hal inii memerlukan mekanisme hubungan tata kerja
sedemikian rupa, sehingga hasil kebijaksanaan atau rencana pemerintah tersebut tetap
bersifat konsisten.
Kemampuan badan-badan pemerintahan tingkat pusat terutama bersifat
operasional untuk menyebarkan kegiatan pemerintahan, guna melingkupi seluruh
wilayah negara dalam usaha merealisir kebijaksanaan dan rencana tersebut. Sehingga
dengan demikian, struktur organisasi badan-badan pemerintah diabadikan bagi
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
48/94
kepentingan perumusan kebijaksanaan, untuk usaha pembangunan yang
komprehensif dengan kemampuan merealisir dan mengevaluasi program-program
yang bersifat pembangunan. (Tjokroamidjojo, 1978)
Pembangunan daerah pasti akan melibatkan berbagai unsur/pihak/komponen,
baik sebagai objek maupun sebagai subjek. Tingkat keterlibatan berbagai komponen
tersebut akan terbagi ke dalam berbagai variasi fungsi dan peran. Variasi fungsi dan
peran tersebut menyebabkan perbedaan kepentingan yang beragam pula. Karena
perbedaan itulah, diperlukan adanya koordinasi dalam proses pembangunan, sehingga
diharapkan proses pembangunan dapat dilaksanakan secara sinergis dan harmonis
antar komponen-komponen yang berbeda tersebut. (Riyadi dan Bratakusumah,
2003)
Menurut Salam (2004) Manajemen Pemerintahan Daerah di Indonesia
dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang memberikan hak otonomi yang luas,
nyata, dan bertanggung jawab. Hal ini diperkuat oleh Ketetapan MPR Nomor
XV/MPR/I/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang berisikan
pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan,
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Di samping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga
dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta
masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan
keanekaragaman daerah.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
49/94
Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsanya
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dibentuk dan disusun dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi. Daerah-daerah tersebut berdiri sendiri dan tidak
mempunyai hubungan hirarki satu sama lain. Daerah provinsi sebagai daerah otonom
dan wilayah administrasi melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang
didelegasikan kepada Gubernur. Daerah provinsi bukanlah pemerintah atasan dari
daerah kabupaten dan daerah kota.
Kedudukan provinsi sebagai daerah otonom sekaligus sebagai wilayah
administrasi dengan pertimbangan sebagai berikut :
Kewenangan daerah mencakup kewengan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.
Kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional
dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan,
system administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan
pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam, serta
teknologi tinggi yang strategi, konservasi, dan standardisasi nasional.
Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup, kewenangan dalam
bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta kewenangan
dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya, termasuk kewenangan yang tidak atau
belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan daerah kota. Kewenangan provinsi
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
50/94
sebagai wilayah administrasi mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan
yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah (pusat).
Dalam mengelola (manajemen) sumber daya nasional yang tersedia di
wilayahnya, daerah bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan daerah di wilayah laut meliputi
:
a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas
wilayah laut tersebut.
b. Pengaturan kepentingan administratif.
c. Pengaturan tata ruang.
d. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah.
e. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota mencakup semua
kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan sebagaimana pada
daerah provinsi. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah
kabupaten dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industry dan perdagangan, penanaman modal,
lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, maka kedudukan eksekutif dan legislatif dipisahkan secara
tegas, meskipun dalam melaksanakan tugasnya mereka selalu saling berhubungan.
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
51/94
Bab I Pasal 1 Undang-Undang tersebut mengatakan bahwa pemerintah daerah adalah
Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif
Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Badan Legislatif Daerah.
Setiap daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah sebagai Kepala
Eksekutif yang dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Kepala Daerah Provinsi
disebut Gubernur yang karena jabatannya adalah juga sebagai Wakil Pemerintah
(pusat). Sebagai Kepala Daerah, Gubernur bertanggung jawab kepada DPRD
Provinsi. Sebagai Wakil Pemerintah (pusat) Gubernur berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati. Kepala Daerah Kota disebut
Walikota. Bupati/Walikota bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten/Kota.
Kepala Daerah mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali masa
jabatan. Kepala Daerah dilantik oleh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk atau
nama Presiden. Penyelenggaraan Pemerintahan di daerah dipimpin oleh Kepala
Daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD. Laporan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah wajib disampaikan oleh Kepala Daerah kepada
Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur bagi
Kepala Daerah Kabupaten/Kota, atau jika dipandang perlu oleh Kepala Daerah atau
apabila diminta oleh Presiden.
Penyampaian pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD
dilaksanakan pada setiap akhir tahun anggaran. Apabila pertangungjawaban tersebut
ditolak oleh DPRD, maka Kepala Daerah harus melengkapi dan/atau
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
52/94
menyempurnakannya dalam jangka waktu paling lama tiga puluh hari. Setelah itu
baru diajukan kembali. Bila pertanggungjawaban tersebut ditolak kembali maka
DPRD dapat mengusulkan pemberhentiannya kembali.
Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan kewajibannya, mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintahan di
daerah, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan ia melaksanakan
tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila Kepala Daerah berhalangan.
Perangkat daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan lembaga
teknis daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan daerah. Sekretariat Daerah dipimpin
oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah Provinsi karena jabatannya adalah
Sekretaris Wilayah Daerah. Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah. Kewajibannya adalah membantu Kepala Daerah menyusun kebijakan serta
membina hubungan kerja dengan dinas, lembaga teknis, dan unit pelaksana lainnya.
Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah. Pimpinannya
adalah seorang Kepala Dinas yang diangkat oleh Kepala Daerah dari Pegawai Negeri
Sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala Dinas bertanggung
jawab kepada Kepala Daera melalui Sekretaris Daerah.
Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan
perundangan yang lebih tinggi. Untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan atas
kuasa peraturan perundang-undangan lain yang berlaku, maka Kepala Daerah
Universitas Sumatera Utara
8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah
53/94
menetapkan Keputusan Kepala Daerah. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala
Daerah yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkannya dalam
Lembaran Daerah.
2.2.5 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Pemberdayaan (empowerment ) merupakan alat penting dan strategis untuk
memperbaiki, memperbaharui dan meningkatkan kinerja organisasi, baik organisasi
yang bergerak dalam kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam
kegiatan dunia usaha/swasta. Mengapa penting dan strategis, karena pemberdayaan
dalam suatu organisasi adalah memberikan “daya yang lebih” daripada daya
sebelumnya terhadap berbagai hal seperti : unsur-unsur dalam organisasi /
manajemen, aspek – aspek / komponen - komponen organisasi / manajemen,
kompetensi, wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi/manajemen tersebut.
Pemberdayaan dimaksudkan dalam hal ini adalah memberikan “daya” (energy atau
power ) yang lebih dari pada sebelumnya, artinya dapat ditunjukkan dalam hal:
tenaga, daya, kemampuan, kekuatan, keberadaan, peranan, wewenang dan tanggung
jawab.
Pemberdayaan sebagai suatu kata mempunyai pengertian yang umum yaitu
pengertian etimologis. Apa arti empowering? Asal katanya dari “ power ” yang
artinya “control, authority, dominion”. Awalan “emp” artinya “ on put on to” atau
“ to cover with” jelasnya “ more power’.