Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    1/94

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Konsep Kewilayahan

    Ilmu pembangunan wilayah merupakan ilmu yang relatif masih baru.

    Budiharsono (2001) menyebutkan bahwa ilmu pembangunan wilayah merupakan

    wahana lintas disiplin yang mencakup berbagai teori dan ilmu terapan yaitu: geografi,

    ekonomi, sosiologi, matematika, statistika, ilmu politik, perencanaan daerah, ilmu

    lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu ilmu pengetahuan wilayah setidaknya

    perlu ditopang oleh 6 pilar analisis, yaitu: (1) analisis biogeofisik; (2) analisis

    ekonomi; (3) analisis sosiobudaya; (4) analisis kelembagaan; (5) analisis lokasi; (6)

    analisis lingkungan.

    Rustiadi (2002)  menyebutkan bahwa lingkup kajian perencanaan

    pengembangan wilayah sangat luas, sebagai bidang kajian yang membentang dari

    lingkup ilmu yang bersifat multidisiplin, mencakup bidang-bidang ilmu mengenai

    fisik, sosial ekonomi hingga manajemen. Dari sisi proses kajian pembangunan

    mencakup hal-hal mengenai: (1) aspek pemahaman, yakni aspek yang menekankan

    pada upaya memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan

    antar wilayah, dalam konteks ini pengetahuan mengenai teknik-teknik analisis dan

    model-model sistem merupakan alat (tools) penting yang perlu dipahami, untuk

    mengenal dan mendalami permasalahan-permasalahan maupun potensi-potensi

    pembangunan wilayah, (2) aspek perencanaan, mencakup proses formulasi masalah,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    2/94

    teknik-teknik desain dan pemetaan hingga perencanaan, dan (3) aspek kebijakan,

    mencakup pendekatan-pendekatan evaluasi, perumusan tujuan-tujuan pembangunan

    serta proses melaksanakannya, mencakup proses-proses politik, administrasi, dan

    manajerial pembangunan.

    Secara harfiah, Rustiadi (2002) menyebutkan bahwa regional science  dapat

    dipandang sebagai ilmu yang mempelajari aspek-aspek dan kaidah-kaidah

    kewilayahan, dan mencari cara-cara yang efektif dalam mempertimbangkan aspek-

    aspek dan kaidah-kaidah tersebut ke dalam proses perencanaan pengembangan

    kualitas hidup dan kehidupan manusia. Dalam hal ini regional science tidak

    didefinisikan sebagai ‘ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan

    pembangunan di suatu wilayah’, karena pengertian demikian tidak memberikan

    spesifikasi yang jelas terhadap bidang keilmuan regional science. Secara ilustrasi,

    walaupun kata ‘di suatu wilayah’ itu dihilangkan, kita tetap bisa menangkap suatu

    pemahaman bahwa setiap pembangunan pasti dilakukan pada suatu wilayah atau

    areal tertentu. Padahal penambahan kata ‘wilayah’ ini dimaksudkan untuk

    memberikan kekhasan bahwa regional science adalah bidang ilmu yang berbeda

    dengan bidang-bidang ilmu perencanaan pembangunan lainnya, yakni dengan adanya

    penekanan terhadap pentingnya pertimbangan dimensi kewilayahan.

    Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan pentingnya ilmu

    pembangunan wilayah dalam konteks pembangunan di Indonesia dan wilayah pesisir

    pada khususnya, dikarenakan :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    3/94

    1.  Indonesia merupakan negara kepulauan, di mana kegiatan-kegiatan

    pembangunan saat ini dipusatkan di bagian barat. Konsentrasi demikian

    menimbulkan isu pengembangan wilayah ‘outer island ’ yang dapat

    menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang berdimensi wilayah.

    2.  Pembangunan masa lalu lebih menitikberatkan pada pembangunan daratan dari

    lautan, sehingga pembangunan pesisir relatif tertinggal. Masyarakat pesisir

    relatif lebih miskin dari wilayah daratan lainnya. Kondisi ini diperburuk dengan

    posisi politik nelayan yang relatif lemah dibanding dengan posisi lainnya.

    3.  Letak geografis Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh faktor geologis dan

    ekologis yang menyebabkan keragaman lingkungan.

    4.  Keragaman kultural menyebabkan adanya perbedaan persepsi terhadap

    pembangunan.

    5.  Sifat pembangunan politik di Indonesia yang diwarnai oleh kekuatan politik

    wilayah.

    6.  Adanya kebijakan otonomi daerah, yang merupakan antisipasi terhadap

    maraknya tuntutan lepasnya beberapa daerah dari Negara Kesatuan Republik

    Indonesia (NKRI). Diharapkan pemerintah dapat membangun sesuai kebutuhan

    dan kemampuannya sendiri.

    7. 

    Pembangunan Indonesia masih bersifat sektoral, sehingga hasil yang dicapai

    tidak optimal.

    2.1.1 Teori Perencanaan (Theory Planning)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    4/94

    Lawton dan Rose  (1995) , menyatakan bahwa perencanaan dapat dilihat

    sebagai suatu proses di mana tujuan-tujuan, bukti-bukti faktual dan asumsi-asumsi

    diterjemahkan sebagai suatu proses argumen logis kedalam penerapan kebijaksanaan

    yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan.

    Kartasasmita (1997: 48); Perkembangan Pemikiran dan Prakteknya di

    Indonesia menyatakan “Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah

    proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang

    dikehendaki”. “...and situations as they are and find a way to solve problemes”

    artinya perencanaan merupakan penerapan intelegensia untuk mengolah fakta-fakta

    dan situasi apa adanya dan menemukan suatu cara untuk memecahkan masalah-

    masalah.

    Miraza (2005), Wilayah adalah kumpulan daerah berhampiran, sebagai satu

    kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya

    alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan

    dimanfaatkan secara efisiensi dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif

    dan satu sama lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya

    peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    Tarigan (2004), definisi perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

    menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai factor

    noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan

    tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, menetapkan langkah-langkah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    5/94

    untuk mencapai tujuan tersebut, serta menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang

    akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut.

    Perencanaan Wilayah, menurut Miraza (2004), adalah “suatu perencanaan

    yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu tujuan yang jelas”.

    Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan kepentingan

    stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok pengusaha maupun

    pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada bagaimana pemanfaatan

    potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun

    potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara fully dan efficiently agar

    pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada kesejahteraan

    masyarakat secara maksimal.

    Disamping itu juga perlu ada pemikiran bagaimana dunia usaha dapat

    berkiprah secara ekonomis serta pemerintah mendapatkan manfaat dari semua

    keadaan ini bagi kelangsungan kepemerintahan yang baik.

    Widodo (2006) perencanaan adalah upaya institusi publik untuk membuat

    arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara

    maupun di daerah dengan didasarkan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh

    wilayah.

    Conyers & Hills (dalam Arsyad 1999), bahwa perencanaan adalah suatu

    proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-

    pilihan berbagai alternative penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan

    tertentu pada masa yang akan datang.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    6/94

    Berdasarkan definisi diatas, Arsyad  (1999) berpendapat ada empat elemen dasar

    perencanaan, yaitu :

    1.  Merencanakan berarti memilih;

    2.  Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya;

    3.  Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan;

    4.  Perencanaan berorientasi ke masa depan.

    Secara garis besar, ada tiga kelompok model perencanaan, yakni konsistensi,

    optimisasi dan simulasi. Model konsistensi terbentuk oleh sederetan persamaan

    simultan. Beberapa tujuan pembangunan diupayakan untuk mencapai konsisten

    dengan karakteristik utama berorientasi kesisi permintaan. Model optimisasi

    menekankan pencapaian optimum dari suatu tujuan akibat kendala-kendala atau

    keterbatasan sumber daya. Alat analisis yang populer dalam model optimisasi adalah

    pemograman linier (linier programming). Model simulasi berorientasi kesuatu

    percobaan terhadap sistem ekonomi yang dirumuskan melalui model. Pada

    kenyataannya, tidak satupun model yang menyajikan hasil terbaik. Modifikasi dan

    penggabungan sering dilakukan disesuaikan dengan kadar dan karakteristik ekonomi.

    Sumodiningrat (2004), perencanaan pembangunan wilayah merupakan suatu

    upaya merumuskan dan mengimplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan

    ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek

    wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya

    kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    7/94

    Pengembangan wilayah merupakan program menyeluruh dan terpadu dari

    semua kegiatan dengan memperhitungkan sumberdaya yang ada dan memberikan

    kontribusi kepada pembangunan suatu wilayah. Konsep pengembangan wilayah

    adalah suatu upaya dalam mewujudkan keterpaduan penggunaan sumberdaya dengan

    penyeimbangan dan penyerasian pembangunan antar daerah, antar sector serta antar

    pelaku pembangunan dalam mewujudkan tujuan pembangunan daerah (Anwar,

    1999).

    Berdasarkan defenisi, pendapat dan pandangan para pakar sebagaimana diatas

    sintesa pendapat penulis terhadap perencanaan wilayah substansinya lebih mengena

    kepada pandangan atau pendapat Miraza (2004) dimana perencanaan wilayah adalah

    “suatu perencanaan yang berjangka panjang, bertahap dan tersistematis dengan suatu

    tujuan yang jelas”. Tujuan yang jelas ini adalah yang menyangkut pada keselarasan

    kepentingan stakeholders, baik masyarakat dari berbagai lapisan, kelompok

    pengusaha maupun pemerintah sendiri. Perencanaan wilayah menyangkut pada

    bagaimana pemanfaatan potensi wilayah, baik potensi sumber daya alam, sumber

    daya manusia maupun potensi sumber daya buatan yang harus dilaksanakan secara

     fully dan efficiently agar pemanfaatan potensi dimaksud benar-benar berdampak pada

    kesejahteraan masyarakat secara maksimal.

    Berdasarkan substansi ini nantinya penulis lebih focus pada potensi sumber

    daya manusia dan peranannya sesuai dengan kewenangannya dalam mengelola

    pembangunan daerah untuk mewujudkan Good Governance. Dan disamping itu

    untuk memperkaya wawasan dalam penulisan dan pembahasan nantinya masih

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    8/94

    diperlukan teori-teori yang relepansinya masih berkaitan dalam penelitian nantinya,

    antaralain adalah sebagai berikut. 

    Inti dari teori perencanaan adalah proses perencanaan. Perencana baik

    individual maupun kelompok membawa konsep – konsep utama.

    Teori perencanaan, Moekijat, (1980) terdiri dari 3 (tiga) teori, yaitu :

    1.  Theory of Planning yaitu menjelaskan prinsip - prinsip, prosedur dan langkah–

    langkah normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses

    perencanaan untuk menghasilkan outputs dan outcomes yang efektif.

    2.  Theory in Planning yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin ilmu

    yang relevan dengan bidang perencanaan.

    3.  Theory for planning  yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang

    menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya.

    Untuk pembagian ketiga teori perencanaan tersebut, dapat dijelaskan berikut

    ini :

    1. Theory of Planning

    Theory of Planning yaitu menjelaskan prinsip - prinsip, prosedur dan langkah

    langkah normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses perencanaan

    untuk menghasilkan outputs dan outcomes yang efektif.

    Prinsip – prinsip perencanaan :

    -  Memandang ke masa depan yang tidak berkepastian

    -  Mengetahui adanya masalah sosial ekonomi yang akut

    -  Menyadari adanya faktor internal dan eksternal yang harus ditanggapi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    9/94

    -  Menyadari kebutuhan untuk menyusun langkah dan kebijakan secara kolektif.

    Prosedur dan langkah – langkah perencanaan :

    a.  Menentukan tujuan dan sasaran perencanaan dalam proses politik yang

    menyertakan seluruh warga.

    b.  Mengetahui fakta – fakta tentang kondisi yang ada dan latar belakangnya serta

    memperkirakan apa yang bakal terjadi dalam situasi – situasi tertentu.

    c.  Mengkaji pilihan – pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan

    dan sasaran dengan mengingatkan potensi dan hambatan yang ada.

    d.  Menentukan pilihan – pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbnagan normatif

    maupun teknis didalam konyeks partisipatif.

    e.  Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil dalam

    pelaksanaan pilihan yang diambil.

    f.  Melakukan langkah – langkah implementasi melalui tindakan sosialisasi,

    penegakan, pemberian insentif dsb serta memantau pelaksanaan secara

    sistematik dan teratur.

    2. Theory in Planning 

    Theory in Planning  yaitu merupakan teori substantif dari berbagai disiplin

    ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan. Oleh karena itu Theory in Planning

    merupakan bagian dari Planning theory yang diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu

    yang sesuai dengan bidang perencanaan. Artinya suatu rencana yang diterapkan dapat

    berubah sesuai dengan kebutuhan, karena dalam penyusunan suatu rencana dalam

    implementasi suatu proyek atau kegiatan, penerapan yang dibuat dapat disesuai

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    10/94

    dengan kebutuhan proyek tersebut. Untuk lebih jelas mengenai Theory in Planning

    akan di bahas pada sub topic berikutnya, yaitu pada poin C.

    3. Theory for Planning 

    Theory for planning  yaitu menjelaskan prinsip etika, nilai dan moral yang

    menjadi pertimbangan bagi perencana didalam menjalankan peranannya. Dalam teori

    untuk perencanaan (theory for planning) Prinsip Etika Perencanaan dapat dilihat

    dalam peran perencanaan itu sendiri.

    Kegiatan perencanaan di negara maju merupakan bagian dari proses untuk

    merespon permasalahan sosial-ekonomi dan politik, bahkan sudah merupakan budaya

    masyarakat dan terkait erat dengan sistem manajemen publik. Semakin maju budaya

    politik dan sistem manajemen publik, semakin besar kontribusi perencanaan dalam

    memberikan informasi kebijaksanaan, inovasi, dan input teknikal untuk mendukung

    proses pengambilan keputusan bagi pihak pelaku berkepentingan baik sektor publik

    dan sektor privat, maupun individual. Kegiatan perencanaan yang paling nyata

    adalah sebagai bentuk tindakan alokasi dan inovasi dalam arena publik termasuk

    sebagai alat pengarahan masyarakat (societal guidance). akan tetapi jika peran

    pemerintah gagal atau tidak kurang efektif maka proses perubahan sosial akan

    menguat melalui kekuatan sosial-politik masyarakat. Dalam keadaan normal,

    tindakan perencanaan tetap memegang prinsip untuk tidak mengurangi ruang gerak

    masyarakat dan mekanisme pasar.

    Sedangkan substansi perencanaan dapat dilihat dari tujuan dari perencanaan itu

    sendiri yaitu untuk menyediakan informasi tindakan kebijaksanaan, inovasi, dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    11/94

    solusi teknis bagi proses alokasi sumberdaya publik, pengarahan masyarakat, serta

    optimasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Substansi perencanaan yang bersifat

    strategik dan perencanaan teknikal atau operasional pada hakekatnya terkait dengan

    sistem perencanaan makro (umum) dan mikro (spesifik), maupun terkait pada siklus

    manajemen publik dan siklus manajemen kegiatan/proyek. Substansi perencanaan

    pada dasarnya memuat produk gabungan antara rekayasa sosial-ekonomi dan

    lingkungan fisik, dan juga memuat produk pengaturan yang dihasilkan dari

    kesepakatan politik, kelayakan ekonomi, dan solusi teknikal untuk memberikan

    pengarahan bagi masyarakat.

    Dampak penting yang dihasilkan dari tindakan perencanaan: (1) meningkatnya

    kemampuan masyarakat sebagai individu, keluarga, dan masyarakat sebagai pelaku

    bagi proses perubahan sosial-ekonomi, (2) terciptanya tatanan sosial-politik yang

    lebih akomodatif terhadap proses perkembangan masyarakat dan pasar, (3)

    terbangunnya kapasitas kelembagaan pembangunan, (4) tersedianya informasi

    kebijakan, inovasi, dan teknikal yang dapat digunakan sebagai sarana pengambilan

    keputusan bagi para pelaku yang berkepentingan (stakeholders).

    Nilai-nilai kegiatan perencanaan adalah rasionalitas pasar dan rasionalitas

    sosial-politik, yang mempengaruhi proses dan tindakan perencanaan. Oleh karena itu

    seorang perencana harus memliki nilai dan moral yang menjadi pertimbangan dalam

    membuat suatu perencanaan. Dalam perencanaan harus mempunyai nilai seperti

    transparan, akuntabel, keadilan, dan partisipatif atau demokratis yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    12/94

    a.  Perencanaan yang transparan  mempunyai ciri yaitu adanya proses

    perencanaan yang mudah dimengerti, dimana informasi tentang produk dan

    informasi kebijakan dan input teknikal tersedia dan aksesnya terbuka, dan pelaku

    berkepentingan dapat mengetahui apa peran yang dimainkan dalam pengambilan

    keputusan atau terlibat dalam tindakan perencanaan.

    b.  Perencanaan yang akuntabel  mempunyai ciri antara lain dapat

    dipertanggungjawabkan dan sah diterima masyarakat, sesuai dengan tujuan yang

    ditetapkan, efisien dalam menggunakan sumberdaya, efektif dalam pemecahan

    solusi masalah, memberi keleluasaan dan kemudahan, dan melihat kepentingan

    masyarakat banyak.

    c.  Perencanaan yang berkeadilan  mempunyai ciri antara lain dapat melihat

    keseimbangan antara hak-hak individu dan dan kepentingan masyarakat banyak,

    atau memberikan pemihakan kepada masayarakat yang lemah akses dan

    kemampuannya untuk mendapatkan sumberdaya yang diperlukan.

    d.  Perencanaan yang partisipatif   atau demokratis dapat dicirikan sebagai

    perencanaan yang mengadopsi prinsip interaktif, kesetaraan, dan kooperatif

    dalam proses pengambilan keputusan secara bersama dengan

    mempertimbangkan aspirasi semua pelaku yang berkepentingan dan bagi

    kepentingan masyarakat banyak.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    13/94

    2.1.2 Teori Dalam Perencanaan (Theory In Planning).

    Sebagaimana yang telah diuraikan diatas, teori dalam perencanaan tidak

    dapat dipisahkan dengan teori perencanaan, karena teori dalam perencanaan adalah

    merupakan subbagian dari teori perencanaan. Theory in Planning  yaitu merupakan

    teori substantif dari berbagai disiplin ilmu yang relevan dengan bidang perencanaan.

    Suatu rencana yang telah ditetapkan walaupun itu perencanaan apa saja, apabila

    terjadi kebuntuan atau kendala dalam pelaksanaannya maka tetap merujuk kembali

    kepada teori perencanaan. Jadi dapat dikatakan bahwa teori perencanaan adalah

    merupakan induk dari theory in planning. yang dalam penerapannya dapat berubah

    sesuai dengan kebutuhan.

    Perencanaan dapat dikelompokkan berdasarkan kebutuhannnya, untuk

    dapat melihat penggunaan perencanaan dalam aplikasinya maka perencanaan dapat

    terlebih dahulu dikenali melalui 3 konsep formal, yaitu upaya mengaitkan keilmuan

    dan pengetahuan tehnikal bagi :

    a.  Tindakan di dalam domain publik (action in the public domain), yang diangkat

    dari filosofi politik, berupa suatu tindakan baik pengubahan kondisi perilaku

    rutin dan inisiasi dari sesuatu mata rantai konsekuensi agar tidak terjadi sesuatu

    hal yang tidak diinginkan,

    b. 

    Proses pengarahan masyarakat (societal guidance), yang merupakan keterlibatan

    peran pemerintah baik dalam bentuk alokasi dan inovasi,

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    14/94

    c.  Proses transformasi sosial (social transformation), yang merupakan suatu proses

    politik atau gerakan sosial-politik masyarakat karena kekosongan peran

    pemerintah dan pasar (Friedmann, 1987).

    Kebutuhan terhadap kegiatan perencanaan akan semakin besar untuk dapat

    memberikan informasi kebijakan, inovasi, dan input teknikal dalam proses

    pengambilan keputusan oleh pemerintah, usaha swasta, dan masyarakat. Dalam era

    otonomi, pemerintah daerah memiliki tugas dan fungsi yang semakin penting dalam

    kegiatan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik dimana dalam proses

    manajemen publik tersebut instrumen perencanaan  sangat penting untuk

    mengantisipasi kondisi masa depan, mengarahkan masyarakat, dan mendorong proses

    transformasi sosial.

    Kegiatan perencanaan seharusnya dapat mensinkronkan berbagai kepentingan

    para pelaku berkepentingan dan bekerja pada berbagai tingkatan pemerintahan, serta

    terdapat keterkaitan antara kegiatan perencanaan makro dan mikro, serta keterkaitan

    antara siklus manajemen publik ( public management ) dan siklus manajemen proyek

    ( project management ) yang dilakukan oleh sektor publik dan sektor privat.

    Teori dalam perencanaan dapat dibagi menjadi beberapa macam/tipe

    perencanaan, yang dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan

    perencanaan itu sendiri. Berikut ini macam/tipe perencanaan dapat dijelaskan

    sebagaimana berikut ini :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    15/94

     Macam – macam perencanaan :

    1. Berdasarkan Jangka Waktu, dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

    a)  Perencanaan Jangka Panjang (Perspektif), yaitu : perencanaan yang

    mempunyai rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun.

    b)  Perencanaan Jangka Menengah, yaitu : Perencanaan yang mempunyai

    rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun.

    c)  Perencanaan Jangka Pendek, yaitu : Perencanaan yang mempunyai rentang

    waktu 1 tahun, biasanya perencanaan jangka pendek disebut juga rencana

    operasional tahunan.

    2.  Berdasarkan Sifat Perencanaan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

    a)  Perencanaan dengan Komando ( planning by direction), yaitu : Sistem

    Perencanaan yang terpusat kepada penguasa /pemerintah pusat, dimana

    pemerintah pusat yang merencanakan, mengatur dan memerintahkan

    pelaksaaan rencana sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan

    sebelumnya. Perencanaan seperti ini bersifat menyeluruh dan mencakup

    keseluruhan perekonomian.

    b)  Perencanaan dengan rangsangan (Planning by inducement), yaitu :

    Perencanaan yang demokratis, dimana tidak ada paksaan tetapi berupa ajakan

    namun tetap tunduk pada pengendalian dan pengaturan pemerintah.

    3.  Berdasarkan alokasi Sumber daya, dapat dibagi menjadi 2, Yaitu:

    a)  Perencanaan keuangan, yaitu : Perencanaan yang dibuat untuk memastikan

    apakah permintaan dan penawaran bertemu dalam suatu mekanisme, dimana

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    16/94

    kemampuan fisik dimanfaatkan sepenuh mungkin tanpa mengakibatkan

    perubahan yang besar dan tak terduga pada struktur harga.

    b)  Perencanaan Fisik, yaitu : Suatu usaha untuk menjabarkan usaha

    pembangunan melalui pengalokasian faktor produksi dan hasil produksi

    sehingga memaksimalkan pendapatan dan pekerjaan.

    4.  Berdasarkan Tingkat Keluwesan, dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

    a)  Perencanaan Indikatif, yaitu : Perencanaan yang bersifat menyeluruh, dimana

    badan perencana sampai menentukan hal – hal yang rinci seperti umlah yang

    akan diinvestasikan pada masing – masing sektor, penetapan harga produk

    dan faktor produksi dan jenis serta kualitas produk yang akan diproduksi.

    b)  Perencanaan Imperatif, yaitu: Perencanaa yang semua kegiatan dan sumber

    daya ekonomi berjalan menurut komando negara, ada pengawasan

    menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah terhadap faktor produksi.

    Tipe perencanaan:

    1.  Perencanaan Fisik versus Perencanaan ekomomi :

    Perencanaan Fisik,  yaitu : Perencanaan untuk mengubah atau memanfaatkan

    struktur fisik suatu wilayah misalnya perencanaan tata ruang atau tata guna

    tanah, perencanaan jalur transportasi/komunikasi, penyediaan fasilitas untuk

    umum dll.

    Perencanaan Ekonomi, yaitu Perencanaan yang berkenaan dengan perubahan

    struktur ekonomi suatu wilayah dan langkah – langkah untuk memperbaiki

    tingkat kemakmuran suatu wilayah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    17/94

    2.  Perencanaan alokatif versus perencanaan inovatif :

    Perencanaan alokatif, yaitu Perencanaan yang berkenaan dengan menyukseskan

    rencana umum yang telah disusun pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi

    kesepakatan bersama. Contoh : Suatu dinas dikabupaten yang diberi tugas

    membuat rencana menaikkan produksi pangan sebesar 10%, dinas itu

    kemudian membuat rencana kerja untuk menyukseskan tercapainya kenaikan

    produksi sebesar 10%. Kepala dinas menetapkan apa yang harus dilakukan oleh

    masing – masing bagian pada dinas tersebut tanpa mengubah wewenang dan

    tanggung jawab masing – masing bagian.

    3.  Perencanaan inovatif,

    yaitu Perencanaan yang lebih memiliki kebebasan baik dalam menetapkan target

    maupun cara yang ditempuh untuk mencapai target.

    4.  Perencanaan bertujuan jamak versus perencanaan bertujuan tunggal :

    Perencanaan bertujuan jamak, yaitu Perencanaan yang memiliki beberapa tujuan

    sekaligus. Misalnya : rencana pelebaran dan peningkatan kualitas jalan

    penghubung yang ditujukan untuk memberikan berbagai manfaat sekaligus, agar

    perhubungan didaerah semakin lancar, dapat menarik berdirinya pemukiman

    baru dan mendorong bertambahnya aktifitas pasar didaerah tersebut.

    5. 

    Perencanaan bertujuan tunggal 

    yaitu perencanaan yang apabila sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu yang

    dinyatakan dengan tegas dalam perencanaan itu dan bersifat tunggal. Misalnya

    rencana pemerintah untuk membangun 100 unit rumah di suatu lokasi tertentu.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    18/94

    Perencanaan ini tidak mengaitkan pembangunan rumah dengan manfaat lain

    yang mungkin dapat ditimbulkannya karena tidak menjadi fokus perhatian.

    6.  Perencanaan bertujuan jelas versus perencanaan bertujuan laten :

    Perencanaan bertujuan jelas , yaitu perencanaan yang dengan tegas menyebutkan

    tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut dan dapat diukur keberhasilannya.

    Misalnya tujuan perencanaan adalah menaikkan taraf hidup rakyat, sasarannya

    adalah menaikkan pendapatan perkapita dari $ 400 menjadi $ 500 per tahun,

    dalam jangka waktu 3 tahun yang akan datang.

    7. Perencanaan bertujuan laten , yaitu perencanaan yang tidak  menyebutkan sasaran

    bahkan tujuannya pun kurang jelas sehingga sulit untuk dijabarkan. Misalnya,

    tujuan seseorang ingin hidup lebih bahagia, kehidupan dalam masyarakat yang

    aman, nyaman dan penuh dengan rasa kekeluargaan.

    8. Perencanaan Top Down versus Bottom Up :

    Perencanaan  Top Down, yaitu Perencanaan yang kewenangan utama dalam

    perencanaan tersebut berada pada institusi yang lebih tinggi, dimana institusi

    perencana pada level yang lebih rendah harus menerima rencana atau arahan dari

    institusi lebih tinggi.

    9. Perencanaan Bottom Up

    Yaitu Perencanaan yang kewenangan utama dalam perencanaan tersebut berada

    pada institusi yang lebih rendah, dimana institusi perencana berada pada level

    lebih tinggi harus menerima usulan – usulan yang diajukan oleh insitusi

    perencana pada tingkat yang lebih rendah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    19/94

    10. Perencanaan Vertical versus Horizontal :

    Perencanaan  Vertical, yaitu Perencanaan yang lebih mengutamakan koordinasi

    antar berbagai jenjang pada sektor yang sama.

    Perencanaan  Horizontal, yaitu Perencanaan yang menekankan keterkaitan antar

    berbagai sektor dapat berkembang secara sinergi.

    11. Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung versus yang tidak

    melibatkan masyarakat secara langsung :

    Perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung , yaitu perencanaan

    yang sejak awal masyarakat yelah diberitahu dan diajak ikut serta dalam

    menyusun rencana tersebut.

    Perencanaan yang tidak melibatkan masyarakat secara langsung,  yaitu

    perencanaan yang tidak melibatkan sama sekali peran serta masyarakat dan

    hanya meminta persetujuan DPRD untuk persetujuan akhir. 

    2.1.3 Konsep Ruang dan Wilayah

    Ruang atau kawasan sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir dan

    lautan karena merupakan wadah yang utama di wilayah pesisir. Ruang adalah wadah

    kehidupan manusia beserta sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya meliputi

    bumi, air dan ruang angkasa sebagai satu kesatuan. Konsep ruang mempunyai

    beberapa unsur, yaitu: (1) jarak, (2) lokasi, (3) bentuk, dan (4) ukuran. Konsep ruang

    sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan segala

    kekayaannya membutuhkan organisasi/pengaturan ruang dan waktu. Unsur-unsur

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    20/94

    tersebut di atas secara bersama-sama menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah

    (Budiharsono, 2001).

    Selanjutnya Budiharsono (2001) menyebutkan definisi wilayah sebagai suatu

    unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung

    secara internal dalam dimensi ruang yang merupakan wadah bagi kegiatan-kegiatan

    sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan ekonomi yang tidak

    sama. Disamping itu, perlu pula diperhatikan bahwa kegiatan sosial ekonomi dalam

    ruang dapat menimbulkan dampak positif maupun negative terhadap kegiatan

    lainnya.

    Rustiadi (2002) membagi konsep wilayah atas enam jenis. Adapun konsep

    enam jenis wilayah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Konsepkonsep

    wilayah klasik, yang mendefinisikan wilayah sebagai unit geografis dengan batas-

    batas spesifik dimana komponen-komponen dari wilayah tersebut satu sama lain

    saling berinteraksi secara fungsional; (2) Wilayah homogen, yaitu wilayah yang

    dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah

    tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa bersifat

    heterogen. Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh potensi

    sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam.

    Dengan demikian konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam

    penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan potensi/daya dukung

    utama yang ada dan pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan

    permasalahan masing masing wilayah; (3) Wilayah nodal, menekankan perbedaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    21/94

    dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. konsep

    wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu ”sel hidup” yang mempunyai inti dan

    plasma. Inti adalah pusat-pusat pelayanan/pemukiman, sedangkan plasma adalah

    daerah belakang (hinterland ); (4) Wilayah sebagai sistem, dilandasi atas pemikiran

    bahwa komponen-komponen di suatu wilayah memiliki keterkaitan dan

    ketergantungan satu sama lain dan tidak terpisahkan; (5) Wilayah perencanaan adalah

    wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada

    wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan

    secara integral; (6) Wilayah administratif-politis, berdasarkan pada suatu kenyataan

    bahwa wilayah berada dalam satu kesatuan politis yang umumnya dipimpin oleh

    suatu sistem birokrasi atau sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu. wilayah

    yang dipilih tergantung dari jenis analisis dan tujuan perencanaannya. Sering pula

    wilayah administratif ini sebagai wilayah otonomi. Artinya suatu wilayah yang

    mempunyai suatu otoritas melakukan keputusan dan kebijaksanaan sendiri-sendiri

    dalam pengelolaan sumberdaya-sumberdaya di dalamnya.

    2.1.4 Teori Pembangunan Daerah

    Pembangunan menurut Siagian (1994), adalah suatu usaha atau rangkaian

    usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh

    suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernisasi dalam rangka pembinaan

    bangsa (nation building).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    22/94

    Sedangkan Kartasasmita (1994), memberikan pengertian pembangunan, adalah

    suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara

    terencana.

    Bratakusumah (2005),  dalam bukunya Perencanaan Pembangunan Daerah

    mengemukakan bahwa, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli

    manajemen pembangunan terus berupaya untuk menggali konsep-konsep

    pembangunan secara ilmiah, karena secara sederhana pembangunan sering diartikan

    sebagai suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena

    perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula dan

    ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan,

    menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara

    kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan suatu yang mutlak harus terjadi dalam

    pembangunan.

    Istilah pembangunan (development ) secara tradisional diartikan sebagai

    kapasitas dari sebuah perekonomian nasional, yang kondisi ekonomi awalnya kurang

    lebih bersifat statis dalam kurun waktu cukup lama untuk menciptakan dan

    mempertahankan kenaikan tahunan atas pendapatan nasional bruto atau GNP (gross

    national product ) nya pada tingkat 5 persen hingga 7 persen, atau bahkan lebih tinggi

    lagi, jika hal itu memang memungkinkan. Ukuran lain yang mirip dengan GNP, yakni

    yang dikenal dengan istilah produk domestik bruto atau GDP (gross domestic

     product ) sama seringnya digunakan. Indeks ekonomi lainnya yang juga sering

    digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah tingkat

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    23/94

    pendapatan perkapita (income per capita) atau GNP per kapita. Indeks ini pada

    dasarnya mengukur kemampuan dari suatu negara untuk memperbesar outputnya

    dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya (Todaro,

    2000), dan ada tiga komponen dasar atau nilai inti yang harus dijadikan basis

    konseptual dan pedoman praktis untuk memahami pembangunan yang paling hakiki.

    Ketiga komponen dasar tersebut adalah:

    -  Kecukupan (sustenance) yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar;

    Jati diri (selfesteem) yaitu menjadi manusia seutuhnya, serta

    -  Kebebasan ( freedom) yaitu kemampuan untuk memilih.

    Ketiga hal inilah yang merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap

    orang dan masyarakat melalui pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung

    dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar, yang terwujud dalam

    berbagai macam manifestasi (bentuk) di hampir semua masyarakat dan budaya

    sepanjang jaman.

    Pembangunan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat. Antara lain adalah, menaikkan standar hidup, memperbaiki tingkat

    pendidikan, kesehatan dan persamaan hak untuk memiliki kesempatan dalam

    memperoleh semua komponen-komponen penting dari hasil pembangunan ekonomi.

    Meier (1989) mendefinisikan pembangunan ekonomi, adalah suatu proses di

    mana pendapatan perkapita penduduk suatu negara secara riil cenderung naik secara

    terus menerus dalam jangka panjang; dengan syarat utama bahwa jumlah penduduk

    yang berada dalam ”garis kemiskinan absolut” tidak bertambah dan distribusi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    24/94

    pendapatan tidak menjadi lebih timpang. Kecenderungan menaik itu haruslah paling

    tidak dua atau tiga dasawarsa- waktu sepanjang itu cukup sebagai indikasi untuk

    melihat apakah suatu negara dalam keadaan berkembang atau tidak. Sejalan dengan

    Meier, Chenery dan Syrquin (1989), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai

    suatu proses peningkatan pendapatan per kapita yang disertai antara lain, dengan

    proses transformasi dari suatu perekonomian yang dominan sektor primer atau

    pertanian dan pertambangan menjadi makin dominan sektor industri, terutama

    industri manufaktur dan sektor jasa.

    2.1.5 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

    Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu

    digandeng dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

    Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh World Commission on  Environment

    and Development , adalah “pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat

    ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk

    memenuhi kebutuhannya”. Konsep pembangunan yang berkelanjutan telah menjadi

    kesepakatan hampir seluruh bangsa-bangsa di dunia sejak KTT Bumi di Rio de

    Janeiro 1992. Dengan demikian, secara ekologis terdapat empat persyaratan utama

    yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan sumberdaya wilayah

    pesisir dan lautan: (1) keharmonisan spasial, (2) pemanfaatan sumberdaya alam

    secara optimal dan berkelanjutan, (3) membuang limbah sesuai dengan kapasitas

    asimilasi lingkungan, dan (4) mendesain dan membangun prasarana dan sarana sesuai

    dengan karakteristik serta dinamika ekosistem pesisir dan lautan (Dahuri, 1996).

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    25/94

    Ketika kita memanfaatkan wilayah (perairan) pesisir sebagai tempat untuk

    pembuangan limbah, maka harus ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah

    tersebut tidak boleh melebihi kapasitas asimilasinya (assimilative capacity). Dalam

    hal ini, yang dimaksud dengan daya asimilasi adalah kemampuan suatu ekosistem

    pesisir untuk menerima jumlah limbah tertentu sebelum ada indikasi terjadinya

    kerusakan lingkungan dan atau kesehatan yang tidak dapat ditoleransi.

    2.1.6 Proses Perencanaan Wilayah

    Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut

    perubahan paradigma dalam perencanaan dan keuangan daerah yang komprehensif

    dan mengarah kepada perwujudan transparansi, akuntabilitas, demokratisasi,

    desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Keterbatasan sumber daya daerah

    (hardware dan  software) menyebabkan pemerintah daerah harus mampu

    mengalokasikannya secara lebih efisien dan efektiv.

    Dewasa ini, otonomi dan desentralisasi telah didukung oleh beberapa

    perubahan Peraturan Perundangan, antara lain :

    1.  UU 17/2003 : Keuangan Negara

    2.  UU 1/2004 : Perbendaharaan Negara

    3.  UU 25/2004 : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

    4. 

    UU 33/2004 : Perimbangan Keuangan

    5.  PP 20/2004 : Rencana Kerja Pemerintah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    26/94

    Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU No 25 Tahun 2004)

    memberikan arahan penyusunan perencanaan di tingkat pemerintah pusat, daerah, dan

    unit kerja (kementerian/lembaga/dinas), sebagaimana kerangka berikut:

    NASIONAL/Sektor DAERAH/Prov/Kab/Kota

    Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah RP JM (5 Th)

    Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Satuan Kerja Peringkat

    Daerah/RP JM-SKPD (5 Th)

    Rencana

    Kementrian/Lembaga/Rencana-KL

    (5 Th)

    Rencana Satuan Kerja Peringkat

    Daerah (5 Th)

    Rencana Pembangunan Tahunan

    Nasional/Rencana Kerja Pemerintah

    (RKP) (5 Th)

    Rencana Pembangunan Tahunan

    Daerah/Rencana Kerja Peringkat

    Daerah (RKPD) (5 Th)

    Rencana Pembangunan Tahunan

    Kementrian/Lembaga atau Rencana

    Kerja Kementrian/Lembaga

    (Renja-KL) (1 Th)

    Rencana Pembangunan Tahunan

    Satuan Kerja Peringkat Daerah atau

    Rencana Kerja Satuan Kerja Peringkat

    Daerah (Renja-SPKD) (1 Th)

    Gambar 1. Perencanaan Pembangunan

    KEGIATAN EKONOMI RAKYAT SEJAHTERA•  Jumlah penduduk naik menjadi 8,2% th 2009

    • 

    Pengangguran 5,1% th 2009

    •  Pertumbuhan ekonomi 7,6% th 2009

    PEMBUKAAN UUD 45 

    •  Melindungi Segenap Bangsa Indonesia 

    •  Memajukan Kesejahteraan Umum 

    •  Mencerdaskan Kehidupan Bangsa 

    •  Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia 

    PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (20 Tahun)

    VISI, MISI, PROGRAM PRESIDEN RI (5 Tahun) 

    •  Menciptakan Indonesia Yang Aman dan Damai 

    •  Menciptakan Indonesia Yang Adil dan Demokratis 

    •  Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat 

    VISI, MISI, PROGRAM

    KEPALA DAERAH 5 Tahun

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    27/94

    Gambar 1. Perencanaan Pembangunan

    Gambar 1 menunjukkan Sistem Perencanaan Pembangunan berdasarkan atas

    UU No.25 Tahun 2004 untuk tingkat nasional dan daerah. Dalam rangka

    pelaksanaan UU No.25 Tahun 2004 dan UU No. 17 Tahun 2003, pedoman

    penyusunan indikator kinerja, pemantauan dan evaluasi anggaran berbasis kinerja

    sangat diperlukan oleh pelaku aktivitas.

    2.2  Hubungan Perencanaan Wilayah Dengan SDM Dan Kualitas Perencanaan

    Seorang perencana bertugas untuk mengatur proses perencanaan di tingkat

    daerah. Tugas ini bersifat komprehensif atau menyeluruh, sehingga membutuhkan

    pengetahuan intersektoral yang luas dan berkemampuan merencanakan pada tiga

    bidang utama perencanaan pembangunan daerah, yang menurut Poppe (1995 : 45),

    meliputi :

    a. 

    Perencanaan Sumber Daya Alam

    b.  Perencanaan Sosial Ekonomi

    c.  Perencanaan Fisik dan Infrastruktur

    Di samping itu, ia juga mengatakan bahwa seorang perencana harus memiliki

    kualifikasi yang berorientasi manajemen yang menyangkut empat tahap perencanaan

    yang utama, yaitu :

    a.  Analisis wilayah

    b.  Prospek pembangunan

    c.  Perencanaan dan pembuatan program

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    28/94

    d.  Pelaksanaan rencana, monitoring dan evaluasi

    Untuk itu, Manfred Poppe mengemukakan hal-hal yang harus ditangani oleh

    perencana daerah, terutama yang menyangkut masalah organisasional dan

    operasional, yaitu :

    a.  Mengenal masalah-masalah pembangunan daerah, sumber daya dan kebutuhan

    ekonomi sebagaimana dirasakan oleh penduduk.

    b.  Menganalisis kecenderungan dan hambatan pembangunan serta meramalkan

    pembangunan demografik dan ekonomi.

    c.  Menyusun tujuan dan sasaran pembangunan daerah.

    d.  Mengembangkan strategi dan alternatif kebijaksanaan, serta merancang rencana

    program pembangunan daerah.

    e.  Menyebarkan dan menghubungkan rencana daerah dengan rencana dan

    kebijaksanaan daerah dan nasional.

    f.  Menganjurkan pertimbangan kebutuhan lokal dalan kebijaksanaan nasional.

    g.  Menaksir pengaruh rencana dan program secara sosial, ekonomi dan ekologi.

    h.  Mengatur proses pembuatan keputusan dan partisipasi pada tingkat dan masalah

    yang berbeda.

    i.  Mengenal dan merancang proyek-proyek individu dan menaksir kelayakannya

    untuk pelaksanaan lokal.

     j.  Mengembangkan dan menggunakan instrumen pelaksanaan, penyelenggaraan

    dan pengendalian rencana dan program.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    29/94

    k.  Memonitor dan mengevaluasi proyek, rencana dan program serta merencanakan

    ulang sesuai dengan perubahan kondisi.

    Terkait dengan masalah tugas perencana tersebut, LAN (1999)

    mengemukakan bahwa tugas perencana pembangunan meliputi :

    a.  Mengumpulkan dan menganalisis berbagai indikator kondisi sosial ekonomi.

    b.  Mengumpulkan dan menganalisis data sektor penting perekonomian.

    c.  Mengidentifikasi hubungan antar-sektor dan bidang kegiatan esensial untuk

    persoalan mendasar.

    d.  Menunjukkan pendekatan/alternatif pembenahan, masalah sektor dan

    perekonomian.

    e.  Memberi identifikasi penjelasan alternatif (beserta keterkaitan sektoralnya)

    kepada pengambil keputusan.

    f.  Menyusun tindak lanjut pasca keputusan.

    g.  Memantau indikator kesejahteraan ekonomi.

    h.  Melaksanakan evaluasi.

    2.2.1 Sumber Daya Manusia Dalam Konteks Kewilayahan

    Strategi pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah pada

    dasarnya diarahkan untuk (1) mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah potensial di

    luar Jawa-Bali dan Sumatera dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di

    wilayah Jawa-Bali dan Sumatera; (2) meningkatkan keterkaitan antarwilayah melalui

    peningkatan perdagangan antarpulau untuk mendukung perekonomian domestik; dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    30/94

    (3) meningkatkan daya saing daerah melalui pengembangan sektor-sektor unggulan

    di tiap wilayah, (4) Mendorong percepatan pembangunan daerah tertinggal, kawasan

    strategis dan cepat tumbuh, kawasan perbatasan, kawasan terdepan, kawasan terluar

    dan daerah rawan bencana; serta (5) Mendorong pengembangan-pengembangan di

    tiap wilayah mengacu pada strategi dan arah kebijakan yang berbasiskan perencanaan

    wilayah darat melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan berbasiskan

    perencanaan wilayah laut melalui Arah Pengembangan Wilayah Laut.

    Selain itu, strategi pembangunan juga mengacu pada paradigma Pembangunan

    untuk Semua ( Development for All). Paradigma ini bertumpu pada 6 (enam) strategi

    dan arah kebijakan, yaitu:

     Pertama, strategi pembangunan inklusif yang mengutamakan keadilan,

    keseimbangan dan pemerataan. Semua pihak harus dan ikut berpartisipasi dalam

    proses pembangunan melalui penciptaan iklim kerja untuk meningkatkan harkat

    hidup keluar dari kemiskinan. Seluruh kelompok masyarakat harus dapat merasakan

    dan menikmati hasil-hasil pembangunan terutama masyarakat yang tinggal di

    kawasan perbatasan, kawasan perdesaan, daerah pedalaman, daerah tertinggal dan

    daerah pulau terdepan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi harus dapat mengurangi

    pengangguran dan kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

    (PNPM) Mandiri; serta Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan

    Perbatasan, Pulau Terdepan dan daerah pasca konflik dan pasca bencana merupakan

    program yang diarahkan langsung untuk mendorong pembangunan yang lebih

    inklusif.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    31/94

     Kedua, strategi pembangunan berdimensi kewilayahan. Strategi pembangunan

    wilayah mempertimbangkan kondisi geografis, ketersediaan sumber daya alam,

     jaringan infrastruktur, kekuatan sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia

    menyebabkan yang tidak sama untuk setiap wilayah. Strategi pembangunan wilayah

     juga memperhitungkan basis daratan dan basis kepulauan atau maritim sebagai satu

    kesatuan ruang yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, strategi pembangunan

    berdimensi kewilayahan memperhatikan tata ruang wilayah Pulau Sumatera, Pulau

    Jawa-Bali, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan

    Maluku dan Pulau Papua. Dengan strategi ini, kebijakan pembangunan diarahkan

    untuk mengoptimalkan potensi dan keunggulan daerah dan membangun keterkaitan

    antarwilayah yang solid termasuk mempercepat pembangunan pembangkit dan

     jaringan listrik, penyediaan air bersih, serta pengembangan jaringan transportasi

    (darat, laut dan udara) dan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus barang dan

     jasa, penduduk, modal dan informasi antarwilayah.

     Ketiga, strategi pembangunan yang mendorong integrasi sosial dan ekonomi

    antarwilayah secara baik. Dalam hal ini perhatian terhadap pengembangan pulau-

    pulau besar, kecil dan terdepan harus dilakukan dengan memperhatikan poteni daerah

    sebagai modal dasar yang dikelola secara terintegrasi dalam kerangka geoekonomi

    nasional yang solid dan kuat. Dengan kesatuan ekonomi nasional yang kuat untuk

    lima tahun mendatang, maka posisi tawar Indonesia dalam globalisasi percaturan

    perekonomian dunia, secara geo-ekonomi berada pada posisi yang lebih kuat, dan

    lebih berdaya saing. Kebijakan untuk memperkuat integrasi sosial dan ekonomi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    32/94

    antarwilayah diarahkan pada pengembangan pusat-pusat produksi dan pusat-pusat

    perdagangan di seluruh wilayah terutama di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,

    Maluku dan Papua.

     Keempat, strategi pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi

    lokal menjadi penting dan mendesak sebagai upaya memperkuat daya saing

    perekonomian nasional. Para gubernur, bupati dan walikota mempunyai kewenangan

    yang luas dan peran dominan dalam pengembangan ekonomi lokal. Peran pemerintah

    dan pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan daerah pada intinya

    mempunyai arah sebagai berikut:

    1.  Menciptakan suasana atau iklim usaha yang memungkinkan potensi masyarakat

    berkembang;

    2.  Meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi

    seperti modal, teknologi, informasi, lapangan kerja dan pasar;

    3.  Mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, dan menciptakan

    kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum

    berkembang; (4) memperkuat kerjasama antardaerah; dan

    4.  Membentuk jaring ekonomi yang berbasis pada kapasitas lokal dengan

    mengkaitkan peluang pasar yang ada di tingkat lokal, regional dan

    internasional;

    5.  mendorong kegiatan ekonomi bertumpu pada kelompok, termasuk

    pembangunan prasarana berbasis komunitas; dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    33/94

    6.  Memperkuat keterkaitan produksi-pemasaran dan jaringan kerja usaha kecil-

    menengah dan besar yang mengutamakan keunggulan komparatif dan

    keunggulan kompetitif daerah.

     Kelima, strategi pembangunan disertai pemerataan ( growth with equity) yang

    bertumpu pada keserasian pertumbuhan ekonomi ( pro-growth) dalam menciptakan

    kesempatan kerja ( pro-jobs) dan mengurangi kemiskinan ( pro-poor ) yang tetap

    berdasarkan kelestarian alam ( pro-environment ). Kebijakan pembangunan diarahkan

    untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah ( domestic interconnectivity),

    membangun dan memperkuat rantai industri hulu hilir produk unggulan berbasis

    sumber daya lokal, mengembangkan pusat-pusat produksi dan perdagangan baik di

    Jawa-Bali maupun di luar wilayah Jawa Bali yang didukung dengan penyediaan

    prasarana dan sarana, peningkatan SDM, pusat-pusat penelitian, pembangkit listrik

    dan penyediaan air bersih; serta perbaikan pelayanan sesuai standar pelayanan

    minimal. Sejalan dengan arah kebijakan ini, pengembangan Kawasan Ekonomi

    Khusus (KEK) merupakan salah satu dorongan untuk menciptakan dan membangun

    pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di seluruh wilayah.

     Keenam, strategi pengembangan kualitas manusia. Orientasi pembangunan

    adalah peningkatan kualitas manusia ( the quality life of the people) sebagai bagian

    dari penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat terutama

    pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih, perumahan,

    sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan. Oleh sebab itu, kebijakan

    pembangunan akan diarahkan pada peningkatan akses dan mutu layanan dasar

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    34/94

    termasuk pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih,

    perumahan, sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan terutama bagi

    masyarakat yang berada di daerah perdesaan, kawasan perbatasan, pulau-pula terluar

    dan daerah pasca konflik dan pasca bencana. Dengan meningkatnya kualitas manusia,

    kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan membaik secara merata di seluruh

    wilayah.

    Salah satu hasil penelitian yang mengkaitkan tentang kewilayahan,

    pengembangan wilayah dan peningkatan SDM adalah Penelitian yang dilakukan oleh

    Jarisding, La Ode (2006) tentang Potensi Dan Masalah Perkembangan Wilayah Di

    Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara memberikan gambaran berbagai permasalahan

    permasalahan perkembangan wilayah di daerah adalah: (1) Kurang memanfaatkan

    potensi terkait dengan fenomena perkembangan wilayah masa lalu; (2) Konflik

    perwilayahan dalam penataan ruang; (3) Lemahnya kekuatan endogen, berupa

    keterbatasan sarana prasarana, SDA, pariwisata, SDM dan tenaga kerja; (4) Sosial-

    ekonomi; (5) Situasi politik lokal; (7) Letak geografis; (8) Globalisasi dan teknologi.

    Untuk menjawab Research Question dan untuk mengetahui potensi endogen dan

    eksogen perkembangan wilayah, maka dilakukan langkah-langkah: analisis potensi

    dan masalah perkembangan wilayah Kabupaten Muna berdasarkan fenomena sejarah;

    analisis potensi dan masalah perwilayahan; analisis potensi endogen wilayah dan

    permasalahannya; analisis potensi dan masalah perekonomian; analisis potensi dan

    masalah politik lokal terhadap perkembangan wilayah Kabupaten Muna. Metode

    analisis yang digunakan adalah orde kota, Jarak dan waktu tempuh minimum ke pusat

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    35/94

    pelayanan untuk mengidentifikasi potensi dan masalah perwilayahan; peran sektor,

    struktur perekonomian dan daya dukung lahan pertanian untuk mengidentifikasi

    potensi dan masalah perekonomian Kabupaten Muna.

    Pada keseluruhan analisis juga menggunakan metode pemetaan potensi.

    Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah perkembangan wilayah di Kabupaten

    Muna, secara keseluruhan Kabupaten Muna kurang berkembang terutama Pulau

    Buton Bagian Utara dan faktor utama penyebabnya adalah kondisi politik lokal.

    Kebijakan-kebijakan politik pembangunan selama ini belum maksimal dalam

    mendorong perkembangan wilayah. Kondisi politik yang demikian menyebabkan

    kekuatan endogen dan eksogen wilayah yang harusnya merupakan modal utama

    pembangunan tidak termanfaatkan dengan baik. Fenomena-fenomena yang terjadi

    berhubungan dengan kebijakan politik pembangunan yang kurang berorientasi pada

    kekuatan endogen dan eksogen wilayah di Kabupaten Muna adalah: (1) Potensi

    integrasi atau penyatuan wilayah pada jaman Kerajaan Muna, cenderung menjadi

    masalah dengan mengemukanya sifat primordialisme; (2) Penentuan pusat pelayanan

    dalam Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) tidak tepat, sehingga pelayanan

    masyarakat tidak optimal; (3) Disparitas pembangunan infrastruktur antara Pulau

    Buton dan Pulau Muna; (3) Potensi sumberdaya alam dan pariwisata belum dikelola

    dan dimanfaatkan; (4) Konstribusi komoditas ekspor utama Kabupaten Muna

    terhadap perkembangan wilayah sangat kurang. Untuk meminimalisir permasalahan

    perkembangan wilayah di Kabupaten Muna, dilakukan beberapa strategi: (1)

    Melakukan regionalisasi desentralistik dengan model kerjasama antar kabupaten/kota

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    36/94

    yang didasari inisiatif dan komitmen bersama untuk membangun wilayah; (2) Hal

    mendasar perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Muna terhadap pembangunan

    wilayah di Buton Utara adalah membangun infrastruktur jalan, membangun prasarana

    pendidikan terutama gedung SLTP dan SLTA, membangun Puskesmas fasilitas rawat

    inap serta menambah tenaga dokter, membangun jaringan air bersih, listrik,

    telekomunikasi dan membangun kantor pelayanan pemerintah satu atap; (3) Merevisi

    kembali penentuan pusat pelayanan dalam SWP; (4) Untuk meningkatkan Value

    Added komoditas ekspor utama Kabupaten Muna, maka perlu pembangunan industri

    pengolahan komoditas jambu mete dan optimalisasi industri pengolahan kayu jati

    yang didukung dengan kebijakan investasi dipermudah; (5) Hal yang sangat

    dibutuhkan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Muna adalah tingkat

    integritas dan profesionalisme yang tinggi para penentu kebijakan.

    Beberapa studi tentang berbagai persoalan dalam pemekaran daerah pernah

    dilakukan antara lain oleh Bappenas (2005), Lembaga Administrasi Negara (2005),

    dan Departemen Dalam Negeri (2005). Untuk melengkapi studi tersebut, telah

    dilakukan studi evaluasi oleh  Building and Reniventing Decentralised Governance 

    (“BRIDGE”) yang dirancang untuk mencapai tiga tujuan:

    a.  Mengevaluasi perkembangan pemekaran daerah dalam aspek ekonomi,

    keuangan pemerintah, pelayanan publik dan aparatur pemerintahan, serta

    dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat;

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    37/94

    b.  Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam masa pemekaran daerah,

    khususnya dalam aspek ekonomi, keuangan pemerintah, pelayanan publik dan

    aparatur pemerintahan;

    c.  Merumuskan rekomendasi kebijakan berkaitan dengan pemekaran daerahHasil

    dari studi pemekaran daerah ini menunjukkan temuan yang patut untuk

    diperhatikan dari masingmasing aspek yang dianalisis. 

    Tim studi menyimpulkan dalam jangka pendek diperlukan perubahan pola

    belanja aparatur pemerintah daerah, supaya pembangunan mampu menciptakan

    permintaan baru terhadap peningkatan pelayanan publik. Aparatur pemerintah daerah

    harus lebih diarahkan pada peningkatan kualitas aparatur sesuai dengan kompetensi

    aparatur yang diperlukan oleh daerah, mulai dari tahap penerimaan tetapi juga

    mencakup promosi dan mutasi aparatur. Di samping itu, diperlukan penataan aparatur

    pada daerah transisi. Hal ini secara nasional perlu dibuat semacam grand design

    penataan aparatur, khususnya aparatur pada tingkat pemerintah daerah. Dengan kata

    lain diperlukan dukungan lebih besar dari pemerintah pusat kepada daerah induk yang

    melakukan persiapan pemekaran berdasarkan PP 129/2000 dan juga daerah

    pemekaran. Langkah ini tidak dengan sendirinya berarti terjadi desentralisasi, tetapi

    mengakui peranan pemerintah pusat dalam menjaga tercapainya pembangunan

    berkualitas daripada asal pembentukan daerah-daerah pemerintahan baru. Hal ini

    selain merupakan azas pembangunan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan juga

    mencerminkan prioritas nasional yang berkaitan dengan proses desentralisasi dalam

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. 

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    38/94

    Aparatur pemerintah menjadi hal pokok yang dievaluasi, untuk mengetahui

    seberapa jauh ketersediaan aparatur dapat memenuhi tuntutan pelayanan kepada

    masyarakat. Semakin banyak   jumlah aparatur yang berhubungan langsung dengan

    pelayanan publik, semakin baik pula ketersediaan  pelayanan yang diberikan oleh

    pemerintah. Dalam evaluasi pemekaran daerah terdapat tiga indikator  utama yang

    dapat menunjukkan ketersediaaan dan kualitas aparatur pemerintah, yakni salah

    satunya adalah Tingkat pendidikan merefleksikan tingkat pemahaman dan

    pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan aparatur, semakin besar pula potensi

    untuk meningkatkan kualitas kerjanya.

    2.2.2 Teori Organisasi

    Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dalam konteks organisasi, serta

    sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak

    faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun

    model-model dari faktor-faktor manusia/SDM dan psikologi yang mempengaruhi

    organisasi gerakan hubungan antar manusia, motivasi, dan aktualisasi tujuan-tujuan

    individu di dalam organisasi, dan juga perilaku organisasi dapat memainkan peranan

    penting dalam perkembangan organisasinya dan keberhasilan kerja.

    Mooney (1954), organisasi adalah segala bentuk setiap perserikatan orang-

    orang, untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Millet (1994) organisasi

    adalah sebagai kerangka struktur di mana pekerjaan  dari beberapa orang

    diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan bersama. Dan menurut Effendi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    39/94

    (1997), organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan-

    hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.

    Dalam perkembangan organisasi, perilaku organisasi mempunyai peranan

    penting sebagai pemicu keberhasilan suatu organisasi. Perilaku Organisasi menjadi

    semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar belakang

    dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien.

    Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana

    seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap

    kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi). Pada perilaku

    organisasi juga mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari

    ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin lain yang terkait

    dengan studi organisasi adalah studi tentang sumber daya manusia, psikologi

    industry, perilaku organisasi dan komitmen organisasi.

    2.2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia

    Paradigma manusia sebagai sumber daya adalah, di satu sisi sumber daya

    manusia merupakan tujuan dari proses pengembangan organisasi agar menjadi

    sumber daya yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia menjadi

    objek yang harus dibangun atau diproses lebih dahulu. Namun di sisi lain, sumber

    daya manusia yang berkualitas merupakan subjek atau asset utama dalam proses

    pengembangan organisasi yang berperan memanajemeni dan memberdayakan sumber

    daya lain untuk mencapai tujuan dari masing-masing individu sumber daya manusia

    itu sendiri.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    40/94

    Plunkett & Attner (dalam Loka 2004), konsep sumber daya manusia

    menempatkan karyawan sebagai the most valuable resource  yang berperan untuk

    merencanakan, mengorganisir, mendayagunakan, dan mengendalikan organisasi

    beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.

    Dalam proses tersebut, individu-individu atau kelompok sumber daya

    manusia dan organisasi belajar untuk saling berintegrasi. Individu atau kelompok

    sumber daya manusia belajar untuk meningkatkan kompetensinya dan memahami

    filosofi, visi, tujuan dan budaya organsiasi. Sementara organisasi belajar untuk

    memahami karakteristik sumber daya manusia, mengembangkan dan

    mendayagunakan, memelihara dan melindungi, serta memberikan imbalan dan

    penghargaan yang pantas kepada individu atau kelompok sumber daya manusia

    sesuai dengan kinerjanya (Loka, 2004).

    Flippo (dalam Yuli 2005), menyajikan sebuah kerangka dalam memahami

    pengertian manajemen sumber daya manusia (personalia). Dalam pandangannya,

    manajemen personalia dapat dipahami dari dua kategori fungsi, yaitu fungsi

    manajemen dan fungsi operasional. Dengan membagi fungsi manajemen personalia

    ke dalam dua kategori, maka dirumuskan sebuat defenisi manajemen personalia, yaitu

    ; proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas

    pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan

    pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran

    perorangan, organisasi dan masyarakat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    41/94

    Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang

    memberikan kompensasi, integrasi, pemeliharaan, cara pengadaan tenaga kerja,

    melakukan pengembangan, kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka

    mencapai tujuan organisasi.

    Ada tiga pengertian sumber daya manusia, (Nawawi,1997)  , yang masing-

    masing adalah sebagai berikut :

    a.  Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu

    organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).

    b.  Sumber daya manusia adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi

    dalam mewujudkan eksistensinya.

    c.  Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi

    sebagai modal (non material/non financial).

    Perencanaan Sumber Daya Manusia dengan berorientasi pada hasil analisis

    pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi, baik dari segi kuantitatif

    (jumlahnya) maupun kualitatif (kualitasnya). Dengan tersedianya sejumlah pekerja

    yang relevan dengan tuntutan deskripsi dan atau spesifikasi pekerjaan, diharapkan

    seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas, tidak saja

    dalam proses produksi dengan seluruh pekerjaan yang menunjangnya, tetapi juga

    dalam memasarkannya yang memerlukan kemampuan memberikan pelayanan yang

    berkualitas.

    Nawawi (1997)  Perencanaan Sumber Daya Manusia adalah proses

    mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur arus gerakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    42/94

    tenaga kerja ke dalam dan keluar organisasi. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa

    tujuannya adalah untuk mempergunakan SDM seefektif mungkin dan agar memiliki

    sejumlah pekerja yang memenuhi persyaratan/kualifikasi dalam mengisi posisi yang

    kapan dan yang manapun mengalami kekosongan.

    .Dalam study organisasi, ada beberapa peran penting yang dilakukan SDM

    dalam mencapai tujuan suatu organisasi, antara lain perilaku dan membangun

    komitmen, demi untuk menciptakan kepuasan kerja pada organisasi tempat bekerja.

    Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan di mana seorang

    karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk

    mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.

    Robbins (2001),  bahwa keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak

    pada pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang

    tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Dalam organisasi

    sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa,

    maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik harus mampu menjalankan

    kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen yang

    kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja.

    L. MATHIS Dan JACKSON (2001), komitmen organisasi adalah tingkat

    sampai di mana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

    berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya

    tercermin dalam ketidak hadiran dan angka perputaran karyawan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    43/94

    GRIFFIN (1994), komitmen organisasi (organizational commitment ) adalah

    sikap yang mencerminkan sejauh mana seorang individu mengenal dan terikat pada

    organisasinya. Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan

    melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi.

    ROBBINS (1994), komitmen organisasi adalah sebagai :

    1.  Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi;

    2.  keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan

    3. 

    keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. dengan kata

    lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi

    dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan

    perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang

    berkelanjutan.

    ALLEN DAN MEYER (1996), ada tiga dimensi komitmen organisasi adalah

    :Komitmen efektif (effective commitment ) : Keterikatan emosional karyawan, dan

    keterlibatan dalam organisasi.

    1.  Komitmen berkelanjutan (continuence commitment ) : Komitmen berdasarkan

    kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini

    mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit,

    2. 

    Komitmen normatif (normative commitment ) : Perasaan wajib untuk tetap berada

    dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut merupakan hal

    benar yang harus dilakukan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    44/94

    Dessler(2000),  memberikan pedoman khusus untuk mengimplementasikan

    sistem manajemen yang mungkin membantu memecahkan masalah dan

    meningkatkan komitmen organisasi pada diri karyawan :

    1.  Berkomitmen pada nilai manusia: Membuat aturan tertulis, mempekerjakan

    manajer yang baik dan tepat, dan mempertahankan komunikasi.

    2.  Memperjelas dan mengkomunikasikan misi; Memperjelas misi dan ideologi;

    berkharisma; menggunakan praktik perekrutan berdasarkan nilai; menekankan

    orientasi berdasarkan nilai dan pelatihan; membentuk tradisi.

    3.  Menjamin keadilan organisasi: Memiliki prosedur penyampaian keluhan yang

    komprehensif; menyediakan komunikasi dua arah yang ekstensif.

    4.  Menciptakan rasa komunitas: Membangun homogenitas berdasarkan nilai;

    keadilan; menekankan kerja sama, saling mendukung, dan kerja tim, berkumpul

    bersama.

    5.  Mendukung perkembangan karyawan: Melakukan aktualisasi; memberikan

    pekerjaan menantang pada tahun pertama; memajukan dan memberdayakan;

    mempromosikan dari dalam; menyediakan aktivitas perkembangan;

    menyediakan keamanan kepada karyawan tanpa jaminan.

    2.2.4 Manajemen Pemerintahan

    Manajemen didefenisikan sebagai proses kerja sama dengan dan melalui

    orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. (Hersey dan

    Blanchard, 1982)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    45/94

    Undang-Undang 32 Tahun 2004 yang merupakan revisi dari Undang-Undang

    22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah mendefenisikan pemerintahan adalah

    penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat (pemerintah).

    Dari defenisi organisasi dan pemerintahan di atas, maka dapat disimpulkan;

    yang dimaksud dengan organisasi pemerintah adalah sebagai pola komunikasi yang

    lengkap dan hubungan-hubungan lain dalam suatu penyelenggaraan urusan

    pemerintahan oleh pemerintah.

    Kemudian unsur-unsur organisasi menurut Nawawi (2005)  adalah sebagai

    berikut :

    1.  Manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih.

    2.  Filsafat yang merupakan dasar organisasi dan norma-norma perilaku.

    3.  Proses merupakan rangkaian kegiatan bersama atau kerja sama.

    4.  Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai baik material/finansial maupun

    non material/non finansial.

    Selanjutnya organisasi pemerintah berbeda dengan organisasi manapun di

    dunia, karena organisasi pemerintah memiliki tiga hal penting yang merupakan

    wewenangnya yaitu sebagai berikut :

    1.  Bila organisasi lain tidak diperkenankan membunuh orang lain bahkan dapat

    dituntut, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya disebut hukum

    mati.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    46/94

    2.  Bila organisasi lain tidak diperkenankan mengurung orang walaupun dalam

    waktu yang sangat singkat, maka organisasi pemerintah diperbolehkan biasanya

    disebut juga penjara atau lembaga pemasyarakatan.

    3.  Bila organisasi lain tidak diperkenankan memungut uang dengan paksa tanpa

    alasan yang jelas karena pemberian jasa tertentu, maka organisasi pemerintah

    diperbolehkan biasanya disebut dengan pajak. (Syafiie, 2004)

    Ketentuan pokok kelembagaan pemerintah, adalah menyangkut mekanisme,

    bentuk, dan susunan kelembagaan daerah beserta perangkatnya. Ketentuan tersebut

    terdapat dalam UU No.22/1999 dan PP No.84/2000, dan telah diperbaharui dengan

    PP No.41 Tahun 2007.

    Kelembagaan pemerintahan daerah adalah organisasi yang ada di dalam

    daerah. Sedangkan perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga pada

    pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dan membantu

    kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan. Perangkat daerah terdiri atas

    sekretariat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan

    kelurahan/desa.

    Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh dilaksanakan oleh kabupaten

    dan kota. Sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi terbatas. Provinsi tidak

    membawahi kabupaten dan kota, tetapi dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan

    terdapat hubungan koordinasi, kerja sama, dan/atau kemitraan sesuai kedudukan

    masing-masing. (Warseno, 2002)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    47/94

    Menurut Prajudi manajemen merupakan pengendalian dan pemanfaatan dari

    pada semua faktor serta sumber daya yang menurut suatu perencanaan, diperlukan

    untuk mencapai atau menyelesaikan suatu prapta atau tujuan kerja tertentu.

    Manajemen baru merupakan suatu masalah yang besar setelah faktor dan

    sumber daya yang paling sukar untuk dikendalikan dan didayakan, masuk ke dalam

    kancah karya, yaitu manusia. Oleh karena itu, manajemen menekankan pada

    pengendalian dan pendayagunaan manusia itu sendiri.

    Manajemen pemerintahan di Indonesia, koordinasi menempati peranan

    penting karena begitu banyak ditemui tumpang tindih pekerjaan karena tidak adanya

    koordinasi, kendati keseluruhannya itu dapat disinkronkan, diatur demi tujuan dan

    kepentingan bersama. (Syafiie, 2004)

    Organisasi pemerintahan secara menyeluruh dilihat dari segi administrasi

    pembangunan, harus mampu mendesain rencana dan program-programnya yang

    diharapkan mendorong proses pembangunan. Sebagai contoh pembangunan

    ekonomi, ini berarti kemampuan untuk mendesain kebijakan dan rencana

    pembangunan ekonomi. Hal inii memerlukan mekanisme hubungan tata kerja

    sedemikian rupa, sehingga hasil kebijaksanaan atau rencana pemerintah tersebut tetap

    bersifat konsisten.

    Kemampuan badan-badan pemerintahan tingkat pusat terutama bersifat

    operasional untuk menyebarkan kegiatan pemerintahan, guna melingkupi seluruh

    wilayah negara dalam usaha merealisir kebijaksanaan dan rencana tersebut. Sehingga

    dengan demikian, struktur organisasi badan-badan pemerintah diabadikan bagi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    48/94

    kepentingan perumusan kebijaksanaan, untuk usaha pembangunan yang

    komprehensif dengan kemampuan merealisir dan mengevaluasi program-program

    yang bersifat pembangunan. (Tjokroamidjojo, 1978) 

    Pembangunan daerah pasti akan melibatkan berbagai unsur/pihak/komponen,

    baik sebagai objek maupun sebagai subjek. Tingkat keterlibatan berbagai komponen

    tersebut akan terbagi ke dalam berbagai variasi fungsi dan peran. Variasi fungsi dan

    peran tersebut menyebabkan perbedaan kepentingan yang beragam pula. Karena

    perbedaan itulah, diperlukan adanya koordinasi dalam proses pembangunan, sehingga

    diharapkan proses pembangunan dapat dilaksanakan secara sinergis dan harmonis

    antar komponen-komponen yang berbeda tersebut. (Riyadi dan Bratakusumah,

    2003)

    Menurut Salam (2004)  Manajemen Pemerintahan Daerah di Indonesia

    dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang memberikan hak otonomi yang luas,

    nyata, dan bertanggung jawab. Hal ini diperkuat oleh Ketetapan MPR Nomor

    XV/MPR/I/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang berisikan

    pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan,

    serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan

    Republik Indonesia. Di samping itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga

    dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta

    masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan

    keanekaragaman daerah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    49/94

    Daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang

    mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsanya

    sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dibentuk dan disusun dalam rangka

    pelaksanaan asas desentralisasi. Daerah-daerah tersebut berdiri sendiri dan tidak

    mempunyai hubungan hirarki satu sama lain. Daerah provinsi sebagai daerah otonom

    dan wilayah administrasi melaksanakan kewenangan pemerintah pusat yang

    didelegasikan kepada Gubernur. Daerah provinsi bukanlah pemerintah atasan dari

    daerah kabupaten dan daerah kota.

    Kedudukan provinsi sebagai daerah otonom sekaligus sebagai wilayah

    administrasi dengan pertimbangan sebagai berikut :

    Kewenangan daerah mencakup kewengan dalam seluruh bidang

    pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan

    keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain.

    Kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional

    dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan,

    system administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan

    pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam, serta

    teknologi tinggi yang strategi, konservasi, dan standardisasi nasional.

    Kewenangan provinsi sebagai daerah otonom mencakup, kewenangan dalam

    bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, serta kewenangan

    dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya, termasuk kewenangan yang tidak atau

    belum dapat dilaksanakan daerah kabupaten dan daerah kota. Kewenangan provinsi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    50/94

    sebagai wilayah administrasi mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan

    yang dilimpahkan kepada Gubernur selaku wakil pemerintah (pusat).

    Dalam mengelola (manajemen) sumber daya nasional yang tersedia di

    wilayahnya, daerah bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan daerah di wilayah laut meliputi

    :

    a.  Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas

    wilayah laut tersebut.

    b.  Pengaturan kepentingan administratif.

    c.  Pengaturan tata ruang.

    d.  Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang

    dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah.

    e.  Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.

    Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota mencakup semua

    kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan sebagaimana pada

    daerah provinsi. Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah

    kabupaten dan daerah kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan

    kebudayaan, pertanian, perhubungan, industry dan perdagangan, penanaman modal,

    lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja.

    Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

    Pemerintahan Daerah, maka kedudukan eksekutif dan legislatif dipisahkan secara

    tegas, meskipun dalam melaksanakan tugasnya mereka selalu saling berhubungan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    51/94

    Bab I Pasal 1 Undang-Undang tersebut mengatakan bahwa pemerintah daerah adalah

    Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif

    Daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Badan Legislatif Daerah.

    Setiap daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah sebagai Kepala

    Eksekutif yang dibantu oleh seorang Wakil Kepala Daerah. Kepala Daerah Provinsi

    disebut Gubernur yang karena jabatannya adalah juga sebagai Wakil Pemerintah

    (pusat). Sebagai Kepala Daerah, Gubernur bertanggung jawab kepada DPRD

    Provinsi. Sebagai Wakil Pemerintah (pusat) Gubernur berada di bawah dan

    bertanggung jawab kepada Presiden.

    Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati. Kepala Daerah Kota disebut

    Walikota. Bupati/Walikota bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten/Kota.

    Kepala Daerah mempunyai masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali masa

     jabatan. Kepala Daerah dilantik oleh Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk atau

    nama Presiden. Penyelenggaraan Pemerintahan di daerah dipimpin oleh Kepala

    Daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD. Laporan atas

    penyelenggaraan pemerintahan daerah wajib disampaikan oleh Kepala Daerah kepada

    Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur bagi

    Kepala Daerah Kabupaten/Kota, atau jika dipandang perlu oleh Kepala Daerah atau

    apabila diminta oleh Presiden.

    Penyampaian pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD

    dilaksanakan pada setiap akhir tahun anggaran. Apabila pertangungjawaban tersebut

    ditolak oleh DPRD, maka Kepala Daerah harus melengkapi dan/atau

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    52/94

    menyempurnakannya dalam jangka waktu paling lama tiga puluh hari. Setelah itu

    baru diajukan kembali. Bila pertanggungjawaban tersebut ditolak kembali maka

    DPRD dapat mengusulkan pemberhentiannya kembali.

    Wakil Kepala Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam

    melaksanakan kewajibannya, mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintahan di

    daerah, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

    Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan ia melaksanakan

    tugas dan wewenang Kepala Daerah apabila Kepala Daerah berhalangan.

    Perangkat daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan lembaga

    teknis daerah lainnya, sesuai dengan kebutuhan daerah. Sekretariat Daerah dipimpin

    oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah Provinsi karena jabatannya adalah

    Sekretaris Wilayah Daerah. Sekretaris Daerah bertanggung jawab kepada Kepala

    Daerah. Kewajibannya adalah membantu Kepala Daerah menyusun kebijakan serta

    membina hubungan kerja dengan dinas, lembaga teknis, dan unit pelaksana lainnya.

    Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah. Pimpinannya

    adalah seorang Kepala Dinas yang diangkat oleh Kepala Daerah dari Pegawai Negeri

    Sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah. Kepala Dinas bertanggung

     jawab kepada Kepala Daera melalui Sekretaris Daerah.

    Kepala Daerah menetapkan Peraturan Daerah atas persetujuan DPRD dalam

    rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan

    perundangan yang lebih tinggi. Untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan atas

    kuasa peraturan perundang-undangan lain yang berlaku, maka Kepala Daerah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/20/2019 Tinjauan Pustaka Teori Perencanaan Wilayah

    53/94

    menetapkan Keputusan Kepala Daerah. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala

    Daerah yang bersifat mengatur diundangkan dengan menempatkannya dalam

    Lembaran Daerah.

    2.2.5 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

    Pemberdayaan (empowerment ) merupakan alat penting dan strategis untuk

    memperbaiki, memperbaharui dan meningkatkan kinerja organisasi, baik organisasi

    yang bergerak dalam kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam

    kegiatan dunia usaha/swasta. Mengapa penting dan strategis, karena pemberdayaan

    dalam suatu organisasi adalah memberikan “daya yang lebih” daripada daya

    sebelumnya terhadap berbagai hal seperti : unsur-unsur dalam organisasi /

    manajemen, aspek – aspek / komponen - komponen organisasi / manajemen,

    kompetensi, wewenang dan tanggung jawab dalam organisasi/manajemen tersebut.

    Pemberdayaan dimaksudkan dalam hal ini adalah memberikan “daya” (energy atau

     power ) yang lebih dari pada sebelumnya, artinya dapat ditunjukkan dalam hal:

    tenaga, daya, kemampuan, kekuatan, keberadaan, peranan, wewenang dan tanggung

     jawab.

    Pemberdayaan sebagai suatu kata mempunyai pengertian yang umum yaitu

    pengertian etimologis. Apa arti empowering? Asal katanya dari “ power ” yang

    artinya “control, authority, dominion”. Awalan “emp” artinya “ on put on to”  atau

    “ to cover with” jelasnya “ more power’.