Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TRANSFORMASI NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL MIMPI SEJUTA
DOLAR KE DALAM FILM MIMPI SEJUTA DOLAR
(KAJIAN EKRANISASI)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ICHSAN ARIDANI
10533 8077 15
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ichsan Aridani
Nim : 10533807715
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Ekranisai Nilai Edukatif Novel Mimpi Sejuta Dolar
Ke dalam Film Mimpi Sejuta Dolar (Kajian
Ekranisasi)
.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan
tim penguji
adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 19 Juni 2021
Yang Membuat Pernyataan
Ichsan Aridani
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ichsan Aridani
Nim : 10533807715
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut.
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 19 Juni 2021
Yang Membuat Perjanjian
Ichsan Aridani
Mengetahui
Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dra. Munirah,M. Pd.
NBM. 858 623
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Bersyukurlah maka Aku akan menambah nikmatKu dan jika kamu khufur maka
sesungguhnya azab Allah itu sangat pedih”. (QS.ibrahim:7)
“Dan sesungguhya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’d:
11).
“Impian dan Sikap”
PERSEMBAHAN:
Karya Ilmiah ini kupersembahkan untuk:
1“Kedua orang tua khususnya ibuku tercinta St. Darniati dengan sepenuh hati
memberi dukungan kepada penulis berupa moril maupun materil.
2.”Kakak Laki-laki-ku, Ilham Aridani yang senangtiasa membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Kepada teman-teman seperjuangan; Hamka, Fahry, Rahmi, Nanda, Mardiana,
dan Nirma,Fikria serta teman sepermainan yang berada di Bantaeng., Dan
semoga karya ini dapat membawa mamfaat bagi banyak orang.
vii
ABSTRAK
Aridani,Ichsan. 2020. Transformasi Nilai Edukatif Novel Mimpi Sejuta Dolar ke
dalam Film Mimpi Sejuta Dolar (Kajian Ekranisasi). Skripsi, Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing I Munirah dan Pembimbing II Asis Nojeng.
Masalah utama penelitian ini yaitu menemukan nilai edukatif menurut
Daulay meliputi; nilai edukatif ketuhanan, nilai edukatif ketangguhan, nilai
edukatif kepedulian, dan nilai edukatif kejujuran pada novel Mimpi Sejuta Dolar
setelah mengalami transformasi menjadi film Mimpi Sejuta Dolar. Penelitian ini
bertujuan agar pembaca atau penonton dapat mengambil pelajaran terkait keempat
nilai edukatif menurut Daulay dan mengetahui letak perbedaan antara versi novel
dan film setalah proses ekranisasi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kajian pustaka yang terdiri beberapa
rujukan dan penelitian serupa sebelumnya mengenai kajian ekranisasi. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan beberapa
pertimbangan diantaranya karena penelitian ini bersifat menggambarkan,
menguraikan dengan apa adanya, maksudnya adalah data yang dikumpulkan
adalah berupa kata-kata atau penalaran, gambaran dan menyajikan data yang
bersifat subjektif. Objek penelitian ini yaitu novel Mimpi Sejuta Dolar karya
Albertheine Endah cetakan ketiga dan sub-copy film Mimpi Sejuta Dolar karya
Manuj Phunjabi dan Panuj Phunjabi .
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan novel dengan film akibat proses
ekranisasi, kategori aspek penciutan alur terhadap nilai edukatif ketuhanan
sebanyak 8 penciutan, penambahan alur sebanyak 1, perubahan bervariasi alur
sebanyak 4, kategori aspek penciutan alur terhadap nilai edukatif ketangguhan
sebanyak 6 penciutan alur, penambahan alur sebanyak 1, perubahan bervariasi
alur sebanyak 4, kategori aspek penciutan alur terhadap nilai edukatif kepedulian
sebanyak 4 penciutan alur, penambahan alur sebanyak 9, dan perubahan bervariasi
alur sebanyak 8, penciutan alur terhadap nilai edukatif kejujuran sebanyak 2
penciutan, penambahan alur sebanyak 3, dan perubahan bervariasi alur sebanyak
1, total aspek penciutan tokoh pada nilai edukatif sebanyak 11 tokoh, penambahan
sebanyak 2 tokoh, dan untuk kategori perubahan bervariasi sebanyak 3 tokoh.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan proses ekranisasi
novel Mimpi Sejuta Dolar ke Film Mimpi Sejuta Dolar mengalami perubahan
pada penambahan, pengurangan, dan perubahan bervariasi pada tokoh, ataupun
pada alur cerita sebelumnya sehingga berpengaruh pada nilai edukatif yang
dikandungnya.
Kata kunci: Nilai Edukatif, Mimpi Sejuta Dolar, Kajian Ekranisasi
viii
Kata Pengantar
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Alhamdulillahi rabbil alamiin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanawataala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis, berupa kesehatan dan kesempatan. Tanpa kesehatan jasmani dan rohani
maupun kesempatan yang diberikan penulis tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan skripsi mengenai tranformasi nilai dalam novel “Mimpi Sejuta
Dolar” ke dalam film “Mimpi Sejuta Dolar”. Shalawat dan salam juga selalu
tercurah kepada Rasulullah Muhammad Salallahualaihiwasallam keluarga, para
sahabat dan seluruh umatnya yang tetap istiqamah pada ajaran islam.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana (S-1) pada
konsentrasi Program Pendidikan jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Skripsi ini bersifat penelitian. Skripsi ini juga dibuat agar memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai perubahan nilai edukatif pada novel
“Mimpi sejuta Dolar” ke dalam film “Mimpi Sejuta Dolar” (Kajian Ekranisasi).
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi tidak akan terwujud tanpa
bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak antara lain; kepada kedua orang
tua, khususnya buat Ibunda tercinta St. Darniati dan Ayahanda Arifuddin serta
Kakak Ilham Aridani tersayang yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih
sayangnya serta perhatian moral maupun material semoga Allah subhanawataalah
ix
selalu melimpahkan rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan di dunia dan di
akhirat atas jasa yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Munirah S. Pd., M. Pd.,
dan selaku pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Jurusan Program studi Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan,
arahan serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Terima kasih kepada Dr. Asis Nojeng, S. Pd., M. Pd., selaku pembimbing II
yang tak henti-hentinya memberikan arahan, pengetahuan, semangat, serta waktu
luang dan juga motivasi yang dirangkaikan dengan canda tawa.
Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse M. Ag., selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, ucapan terima kasih kepada Erwin Akib,
S. Pd., M. Pd., P. hD., selaku Dekan Fakultas dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Buat sahabat setia dan teman seperjuangku Hamka, kuucapkan terima kasih
untuk semua masa-masa sulit yang kita lalui bersama, walau penuh perjuangan
dan pengorbanan namun kita mampu melewatinya dengan kebersamaan. Semoga
Allah SWT selalu memberi kita kesempatan untuk mempererat hubungan
persahabatan kita.
Sahabat seperjuangan serta teman-teman angkatan 2015 pada umunya dan
khusunya kelas E Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia terima kasih atas doa,
motivasi, dukungan serta masukan-masukannya sehingga skripsi ini terselesaikan.
Semoga kalian semua selalu ada dalam suka maupun duka meskipun kelak waktu
akan memisahkan kita karena cita dan cinta yang harus kita capai.
x
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, namun besar harapan penulis kepada pembaca agar memberikan
kritikan dan saran yang sifatnya membangun agar kedepannya dapat memberikan
setitik ilmu kepada pembaca pada umumnya dan khususnya untuk penulis sendiri.
Makassar, 19 Juni 2021
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
SURAT PERJANJIAN ............................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A.Latar Belakang ........................................................................... 1
B.Rumusan Masalah ..................................................................... 9
C.Tujuan Kajian ............................................................................ 9
D.Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
D.Definisi Istilah ............................................................................ 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .................... 12
A.Kajian Pustaka ................................................................................ 12
1.Penelitian Relevan ..................................................................... 12
2.Deskripsi Teori ............................................................................ 16
a.Pengertian Sastra ................................................................... 16
xii
b.Prosa Fiksi .............................................................................. 19
c.Novel ........................................................................................ 26
d.Drama ..................................................................................... 29
e.Film .......................................................................................... 33
f.Transformasi dan Ekranisasi ................................................ 40
g.Hakikat Nilai Edukatif .......................................................... 44
B.Kerangka Pikir ........................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 54
Jenis Penelitian ....................................................................................... 54
Fokus Penelitian ............................................................................ 54
Data dan Sumber Data .................................................................. 55
Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 56
Teknik Analisis Data ..................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 58
A.Hasil Penelitian ............................................................................... 58
1.Aspek Proses Ekranisasi Alur dan Tokoh Berdampak
pada Nilai Edukatif Ketuhanan ............................................... 59
a.Aspek Pengurangan Alur Berdampak Pada Nilai
Edukatif Ketuhanan ............................................................. 59
b.Aspek Penambahan Alur Berdampak Pada Nilai
Edukatif Ketuhanan ............................................................. 66
c.Aspek Perubahan bervariasi Alur Berdampak Pada
Nilai Edukatif Ketuhanan ................................................... 68
xiii
2.Aspek Proses Ekranisasi Alur dan Tokoh
Berdampak pada Nilai Edukatif Ketangguhan ..................... 74
a.Aspek Pengurangan Alur Berdampak Pada Nilai
Edukatif Ketangguhan ......................................................... 74
b.Aspek Penambahan Alur Berdampak Pada Nilai
Edukatif Ketangguhan ......................................................... 81
c.Aspek Perubahan bervariasi Alur Berdampak
Pada Nilai Edukatif Ketangguhan ...................................... 83
3.Aspek Proses Ekranisasi Alur dan Tokoh
Berdampak pada Nilai Edukatif Kepedulian ......................... 90
a.Aspek Pengurangan Alur Berdampak Pada Nilai
Edukatif Kepedulian ............................................................ 90
b.Aspek Penambahan Alur Berdampak Pada Nilai
Edukatif Kepedulian ............................................................ 95
c.Aspek Perubahan bervariasi Alur Berdampak
Pada Nilai Edukatif Kepedulian ......................................... 104
4.Aspek Proses Ekranisasi Alur dan Tokoh
Berdampak pada Nilai Edukatif Kejujuran........................... 117
a.Aspek Pengurangan Alur Berdampak Pada Nilai
Edukatif Kejujuran .............................................................. 117
b.Aspek Penambahan Alur Berdampak Pada Nilai
Edukatif Kejujuran .............................................................. 119
xiv
c.Aspek Perubahan bervariasi Alur Berdampak
Pada Nilai Edukatif Kejujuran ........................................... 122
B.Pembahasan ..................................................................................... 124
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 173
A.Simpulan .......................................................................................... 173
B.Saran ................................................................................................ 176
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 177
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar.1 Merupakan sosok Bos Brosur dalam cerita film Mimpi Sejuta
Dolar 82
Gambar.2 Menunjukkan sosok Mrs. Noor bersama Cookie dalam cerita
film Mimpi Sejuta Dolar. 96
Gambar.3 Bibi Pengamen jatuh pingsan dan dibantu oleh Ria dalam
cerita film Mimpi Sejuta Dolar. 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra baik dalam bentuk lisan maupun tulisan merupakan sebuah
cerminan kehidupan masyarakat karena terinspirasi dari kisah-kisah kehidupan
yang terjadi di masyarakat. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni
kreatif yang objeknya manusia dan kehidupan yang menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Bahan penulisan karya sastra dapat bersumber dari realita kehidupan,
ide-ide imajinatif dari pengarang maupun gabungan antara realita dengan
imajinatif. Karya sastra juga merupakan karangan imajinatif yang menyajikan
sebuah hiburan yang dapat memberi manfaat bagi para pembacanya, yaitu
menyenangkan (hiburan) dan menyenangkan.
Karya sastra terdiri atas berbagai jenis, diantaranya adalah puisi, drama, dan
prosa. Dari ketiga jenis tersebut memiliki ciri dan bentuk yang berbeda-beda,
puisi adalah karya sastra yang berbentuk sajak-sajak, dan drama merupakan karya
sastra yang biasanya dipentaskan, sedangkan prosa adalah karya sastra yang
berbentuk karangan bebas. Prosa adalah karya fiksi yang sangat digandrungi oleh
masyarakat karena bersifat deskriptif sehingga mudah dipahami dibandingkan
dengan puisi. Prosa sebagai karangan bebas juga terbagi menjadi beberapa jenis
yaitu cerita pendek atau cerpen, cerita panjang atau novelet, roman, novel, dll.
Novel merupakan salah satu jenis prosa yang populer dibanding jenis prosa
lainnya karena di dalam novel penulis menceritakan peristiwa dan kisah hidup
2
2
tokoh-tokohnya secara detail dan runtut, latar peristiwa yang diambil juga
menarik dan digambarkan dengan detail, sehingga dapat membuat pembaca
berimajinasi. Tema-tema yang diangkat dalam karya sastra khususnya novel pun
beragam, misalnya tentang emansipasi wanita seperti dalam novel Nayla karya
Djenar Maesa Ayu, pendidikan dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata,
persahabatan dan cinta dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari, tentang
keagamaan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy,
kebudayaan dan adat novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka
dan masih banyak tema-tema lain yang melengkapi dunia karya sastra. Sejalan
dengan perkembangan karya sastra, khalayak umum tidak hanya mengenal karya
sastra melalui media cetak, tetapi juga melalui media audio visual seperti film,
sinetron, video klip, film dokumenter dan sebagainya. Media audio visual
menawarkan hiburan yang lebih canggih dan mudah bagi para penikmat karya
sastra, contohnya menonton film kita akan menggunakan dua panca indra kita
yaitu mata dan telinga. Hal tersebut menyebabkan audio visual lebih digandrungi
dari pada media cetak. Media audio visual dirasa lebih menarik, khususnya bagi
orang-orang yang tidak suka membaca. Berbeda bagi orang-orang yang gemar
membaca, mereka lebih banyak memilih membaca dalam menikmati suatu karya.
Mereka akan merasa lebih puas karena dapat menggunakan imajinasinya sendiri
dalam memaknai yang dideskripsikan oleh penulis.
Konsep cerita yang digunakan dalam karya sastra menurut hemat penulis
memiliki kesamaan dengan konsep pada kitab suci umat islam yaitu Alquran.
Alquran pada dasarnya pedoman umat Islam dari zaman dahulu hingga sekarang
3
3
yang berisi 90% cerita atau kisah, dari berbagai kisah dalam Alquran para
penganut agama Islam dapat mengambil banyak hikmah atau pelajaran bagi
kelangsungan hidup manusia ke arah yang lebih baik. Konsep cerita dalam karya
sastra khususnya novel menurut pandangan penulis tepat digunakan untuk
memberikan pengajaran pembelaran dan banyak hal lain yang bersifat positif
khusunya nilai pendidikan.
Perkembangan karya sastra pada zaman sekarang semakin maju dengan
adanya film yang diadaptasi dari karya sastra, khususnya prosa baik berupa novel
maupun cerpen. Pengadaptasian dari novel menjadi film ini dilatarbelakangi oleh
masyarakat yang menyambut hangat adanya suatu karya sastra hingga menjadi
bestseller dan digandrungi oleh banyak kalangan. Berawal dari hal tersebut, maka
banyak produser film yang tertarik untuk mengadaptasi cerita dalam karya sastra
novel maupun cerpen ke layar lebar dengan harapan film tersebut akan sukses.
Beberapa film Indonesia yang diadaptasi dari novel antara lain: novel trilogi
Ronggeng Dukuh Paruk tahun 1982 karya Ahmad Tohari dengan sutradara Ami
Prijono, Atheis karya Achidat Karta Miharja dan Si Doel Anak Betawi karya
Aman Datuk Majoindo dengan sutradara Sjuman Djaya, Salah Asuhan karya
Abdoel Moeis dengan sutradara Asrul Sani, Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi
Siregar dengan sutradara Ami Prijono, Badai Pasti Berlalu karya Marga T.
dengan sutradara Teguh Karya (1977) dan difilmkan kembali oleh Teddy
Soeriaatmaja (2007), hingga ke novel-novel religi seperti Ayat-Ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy dan Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El
Khalieqy dengan sutradara Hanung Bramantyo, serta masih banyak lagi judul
4
4
filmnya. Serta Novel yang baru saja difilmkan yaitu; Bumi Manusia sutradara
Hanung Bramantyo yang tayang perdana di Bioskop pada tanggal 9 Agustus 2019
merupakan bukti nyata bahwa fenomena ekranisasi merupakan hal sering terjadi
bahkan sudah menjadi tren di Indonesia.
Terbukti film-film tersebut sukses seperti novel maupun cerpennya. Namun
demikian ada karya sastra lebih laris ketika sudah difilmkan, hal tersebut
dikarenakan setelah melihat filmnya masyarakat menjadi penasaran terhadap
penggambaran tokoh dan alur dalam novelnya. Mereka mencoba membanding-
bandingkan dan melakukan sebuah penelitian suatu karya sastra. Proses
pengadaptasian dari karya sastra ke film disebut proses ekranisasi. Menurut
Eneste (1991:60) ekranisasi ialah pelayarputihan atau pemindahan/pengangkatan
sebuah novel ke dalam film. Proses ekranisasi novel merupakan pemindahan
bahasa tulis yang ada di novel menjadi dunia-dunia gambar yang bergerak dan
berkelanjutan. Kegiatan memfilmkan novel telah dimulai sejak awal tahun 90-an.
Sederet judul novel Indonesia telah diangkat ke layar lebar. Selain itu ada pula
yang diangkat ke layar kaca dalam bentuk sinetron. Seperti halnya novel Surat
Kecil untuk Tuhan, Ketika Cinta Bertasbih, Jilbab in Love, Catatan Hati Seorang
Istri, 7 Manusia Harimau, dan yang terakhir beberapa bulan yang lalu dengan
judul Bumi Manusia adalah beberapa judul novel yang telah ditransformasi ke
dalam bentuk film, layar kaca atau sinetron dengan judul yang sama.
Proses ekranisasi pada dasarnya melalui tiga tahapan yaitu penambahan,
pengurangan, dan perubahan variasi pada unsur intrinsik sebuah karya sastra
meliputi, tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang dan amanat. Maka dengan adanya
5
5
proses transformasi pada alur, apakah dapat mempengaruhi nilai edukatif dalam
cerita film Mimpi Sejuta Dolar dari cerita novelnya?.
Penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya dengan judul Surga yang Tak
Dirindukan karya sutradara Kuntz Agus. Berdasarkan penemuan penelitian dan
pembahasan yang sudah dikemukakan dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
Pertama, terjadi pengurangan bagian cerita novel Surga yang Tak Dirindukan
karya Asma Nadia di dalam film Surga yang Tak Dirindukan karya sutradara
Rose dan bagian masa-masa Arini menunggu waktu yang tepat untuk mendatangi
Mei Rose. Kedua, terjadi penambahan episode cerita di dalam film Surga yang
Tak Dirindukan karya sutrada Kuntz Agus. Hal itu terjadi karena sutradara
menganggap adegan-adegan itu penting dan dapat memancing emosi penonton.
Penambahan yang terlihat menonjol adalah Arini bertengkar dengan Pras dan
akhir cerita film, yaitu hubungan Arini dan Mei Rose menjadi harmonis. Ketiga,
terjadi perubahan variasi berupa peristiwa, tokoh, dan latar episode cerita yang
sama-sama terdapat di dalam novel dan film, hal itu terjadi karena adanya
kreativitas sutradara saat mengadaptasi novel ke film. Perubahan variasi yang
paling menonjol adalah saat Pras dan Arini pertama bertemu, saat Pras panik dan
saat Arini mengetahui tentang keberadaan perempuan lain dalam kehidupan Pras.
Bertumpu pada penelitian sebelumnya peneliti juga ingin melakukan penelitian
yang sama dengan judul novel yang berbeda dan dengan tema novel yang berbeda
pula yaitu novel Mimpi Sejuta Dolar dengan tema novel pendidikan sedangkan
novel Surga yang Tak Dirindukan mengangkat tema tentang percintaan dan
poligami. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah dari kajian
6
6
yang digunakan yaitu kajian ekranisasi. Yaitu proses pengangkatan, pemindahan
novel ke sebuah film.
Unsur edukatif dalam cerita novel “Mimpi Sejuta Dolar” karya Alberthiene
Endah yang menjadi faktor utama penulis untuk melakukan penelitian terhadap
bentuk transformasi ke film “Mimpi sejuta Dolar” garapan sutradara Hestu
Saputra. Makna yang terkandung di dalam cerita baik versi novel maupun film
yang menurut hemat penulis sangat menginspiratisi bagi para penikmatnya
terkhusus dari segi nilai edukatif.
Seperti diketahui edukatif merupakan perbuatan manusiawi yang universal
dalam kehidupan, karena dimanapun dan kapanpun di dunia terdapat pendidikan.
Selain itu, nilai pendidikan merupakan batas segala yang mendidik ke arah
kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupan yang
diperoleh melalui proses, pendidikan juga menciptakan manusia yang berkualitas.
Proses pendidikan bukan hanya dapat dilakukan dalam suatu tempat atau suatu
waktu.
Pendidikan sekarang ini terbilang memprihatinkan, banyak aspek yang ingin
dibenahi bukan hanya dari segi ilmu pengetahuan (kognitif) namun dari segi sikap
(afektif). Kemajuan iptek juga membawa dampak baik dan buruk terhadap nilai
pendidikan, namun menurut hemat penulis melihat fenomena yang terjadi
sekarang ini, menggambarkan bahwa nilai pendidikan khususnya sikap masih
perlu ditingkatkan. Sebagai contoh kasus kematian guru honorer mata pelajaran
seni rupa di Sampang, Madura. Jawa Timur, akibat pemukulan terhadapnya oleh
seorang murid, menambah deretan masalah dalam sistem pendidikan nasional.
7
7
Hal ini jelas tercermin dalam kurikulum yang dibuat pemerintah dewasa ini yang
menekankan aspek sikap menjadi yang paling diprioritaskan.
Sehubungan dengan itu, penulis ingin membahas tentang nilai edukatif
menurut Daulay (Asiani, 2019: 26) yang kemudian membagi jenis edukatif
menjadi; edukatif religi, edukatif ketangguhan, edukatif empati dan edukatif
kejujuran.
Selaras dengan itu karya sastra merupakan media paling digemari oleh
masyarakat, karena di dalam sastra terdapat unsur seni dan unsur edukatif, selain
terhibur banyak pula nilai yang dapat dipetik oleh para penikmat sastra . Menurut
Rubiyanto (2004: 21) menyatakan pendidikan sebagai seni mengajar karena
dengan mengajarkan ilmu, keterampilan dan pengalaman tertentu, orang akan
melakukan perbuatan kreatif. Mendidik tidak semata-mata teknis, metodis dan
mekanis menkoperkan skill( psikomotorik) kepada anak tetapi merupakan
kegiatan yang berdimensi tinggi dan berunsur seni yang bernuansa
dedikasi(kognitif), emosional, kasih sayang dalam upaya membangun dan
membentuk kepribadian(afektif). Maka dari itu, karya sastra dapat digunakan
sebaik mungkin dijadikan sebagai media pendidikan yang ampuh, selain dapat
memberi ilmu juga dapat menghibur dan tidak terkesan memaksa.
Beberapa alasan penulis mengangkat novel Mimpi Sejuta Dolar sebagai
objek kajian yaitu: Pertama, berkaitan dengan isi ceritanya novel Mimpi Sejuta
Dolar, novel ini banyak menceritakan usaha Merry dalam menuntut ilmu di
Negara Tetangga yang lebih baik aspek pendidikannya, artinya banyak hikmah
yang dapat dipetik dan dipraktikkan dalam cerita novel tersebut. Kedua, Novel
8
8
Mimpi Sejuta Dolar Karya Albertheine Endah ini telah mendapat apresiasi besar
dari masyarakat berkat telah meraih gelar best seller pada saat pencetakannya.
Ketiga, sosok Merry Riana merupakan gambaran wanita muda modern sekarang
ini, Ia dikenal sebagai motivator di acara tv swasta di Indonesia yang terkenal
dengan kepintaran, keuletan, kegigihan dan sikap kepeduliannya terhadap orang-
orang yang berada di sekitarnya. Keempat, Novel Mimpi Sejuta Dolar Karya
Albertheine Endah telah diangkat menjadi film Mimpi Sejuta Dolar garapan
sutradara Hestu Saputra. Kelima konsep cerita yang digunakan dalam karya sastra
hampir mirip dengan kitab suci Alquran yang menggunakan media cerita sebagai
sarana untuk memberikan pengejaran/larangan dan arahan. Keenam Merry Riana
merupakan anutan bagi para peserta didik khususnya kaula muda sekarang ini,
karena telah meraih mimpinya terbebas dari masalah keuangan dan mampu
meraih sejuta dollarnya diumur ke-26 tahun.
Penting bagi penulis mengangkat judul ini dengan menemukan nilai
edukatif yang terdapat dalam Cerita Novel Mimpi Sejuta Dolar dan film Mimpi
Sejuta Dolar sehingga mampu menjadi pendorong semangat bagi semua kaula
muda zaman ini yang mengalami kesulitan keungan dan juga sulit untuk
menemukan pekerjaan terkhusus bagi para mahasiswa yang telah menyandang
gelar S1 di negeri kita tercinta yang kebanyakan mengganggur akibat sulitnya
lapangan pekerjaan. Semoga dapat menjadi cermin bagi para generasi selanjutnya
untuk mengikuti jejak seorang Merry Riana.
9
9
B. Rumusan Masalah
Apakah perbedaan bentuk nilai edukatif yang terjadi pada waktu dilakukan proses
transformasi dari sebuah novel Mimpi Sejuta Dolar ke dalam Bentuk Film Mimpi
Sejuta Dolar ?
C. Tujuan Kajian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan permasalahan sebagai berikut:
Untuk mendeskripsikan perbedaan nilai edukatif yang terdapat pada novel
“Mimpi Sejuta Dolar” ke film “Mimpi Sejuta Dolar” setelah dilakukan proses
ekranisasi.
D. Manfaat penelitian
Ada dua Manfaat yang dapat ditemukan dalam penelitian ini, diantaranya
manfaat secara teoretis dan secara praktis.
1. Manfaat teoretis yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu; Mengungkap
proses ekranisasi lintas genre dan juga dari segi nilai edukatif yang terdapat
dalam novel maupun film diharapkan mampu menjadi anutan bagi pembaca.
2. Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu;
a. Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman
peneliti dalam menganalisis suatu karya.
10
10
b. Bagi pembaca, diharapkan membantu pembaca dalam mengungkapkan
makna yang terkandung dalam film tersebut, dan memberikan pemahaman
tentang proses transformasi yang terjadi, dan perbedaan pada nilai edukatif
karya tersebut dari bentuk novel ke bentuk film. Penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain dalam mengkaji novel dan film
“Mimpi Sejuta Dolar”.
E. Definisi Istilah
1. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat setiap pelaku.
2. Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara
yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing,dan
skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. (Effendy, 2002: 50).
3. Ekranisasi menurut Eneste (1991: 60) sebagai pelayarputihan (ecran dalam
bahasa Perancis berarti layar). Pemindahan novel ke layar putih mau tidak mau
mengakibatkan timbulnya berbagai perubahan.
4. Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Nilai merupakan sesuatu yang dihargai, selalu dijunjung tinggi, serta dikejar
manusia dalam memperoleh kebahagiaan hidup.
5. Nilai edukatif merupakan segala sesuatu hal baik maupun buruk yang berguna
bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap atau
11
11
perilaku dalam upaya mendewasakan diri melalui proses pengembangan
intelektual secara berkesinambungan.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Relevan
Keberhasilan penelitian bergantung pada teori yang mendasarinya karena
teori merupakan landasan suatu penelitian yang tersebar diberbagai pustaka
yang mempunyai kaitan dengan masalah yang dibahas. Penelitian relevan
untuk objek yang sama membahas mengenai novel Mimpi Sejuta Dolar
sepengetahuan penulis belum ditemukan, akan tetapi untuk kajian dengan teori
ekranisasi atau perubahan dari novel ke film dalam bentuk film sudah ada.
Penelitian relevan untuk kajian ekranisasi dalam penelitian ini yang pertama;
Devi Shyviana Arry Yanti. 2014. Ekranisasi Novel Ke Bentul Film 99
Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra. Skripsi. Penelitian tersebut ditulis oleh. Devi merupakan
mahasiswa S1 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam penelitian tesebut dijelaskan bahwa
pembahasan tentang proses ekranisasi pada unsur alur, tokoh, dan latar dalam
novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra ke bentuk film 99 Cahaya di Langit Eropa karya sutradara Guntur
Soeharjanto. Hasil dari penelitian tersebut diperoleh perubahan; penambahan,
pengurangan, perubahan bervariasi, pada alur. Kategori aspek
penciutan/pengurangan alur sebanyak 13 penciutan, kategori aspek
13
13
penambahan alur sebanyak 37 penambahan, dan untuk kategori aspek
perubahan bervariasi alur sebanyak 18 perubahan bervariasi. Proses ekranisasi
tokoh dalam novel ke bentuk film 99 Cahaya di Langit Eropa untuk kategori
aspek penciutan tokoh sebanyak 6 tokoh, kategori aspek penambahan tokoh
sebanyak 7 tokoh, dan untuk kategori aspek perubahan bervariasi tokoh juga
sebanyak 6 tokoh.
Megasari Martin tahun 2017. Ekranisasi Novel Surga yang Dirindukan
Karya Asman Nadia ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara Kuntz
Agus .Megasari merupakan mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Penelitian ini mendeskripsikan
perubahan-perubahan yang ada dalam novel dan film serta mengkaji intrinsik
karya sastra yaitu tokoh, alur, dan latar. Perubahan yang terjadi dalam
ekranisasi adalah pemciutan/pemotongan, penambahan serta perubahan-
perubahan yang muncul dalam transformasi karya yang menjadi objek materi
peneliti tersebut. Teori ekranisasi merupakan teori yang digunakan dalam
merepresentasikan data yang ada baik pada alur, tokoh, maupun latar. Hasil
dari penelitian tersebut adalah perubahan yang paling menonjol adalah bagian
penceritaan diri Mei Rose dan bagian masa-masa Arini menunggu waktu yang
tepat untuk mendatangi Mei Rose. Kedua, terjadi penambahan episode cerita di
dalam film Surga yang Tak Dirindukan karya sutradara Kuntz Agus. Hal itu
terjadi karena sutradara menganggap adegan-adegan itu penting dan dapat
memancing emosi penonton. Penambahan yang terlihat menonjol adalah Arini
14
14
bertengkar dengan Pras dan akhir cerita film, yaitu hubungan Arini dan Mei
Rose menjadi harmonis. Ketiga, terjadi perubahan variasi berupa peristiwa,
tokoh dan latar episode cerita yang sama-sama terdapat di dalam novel dan
film, hal itu terjadi dikarenakan adanya kreativitas sutradara saat mengadaptasi
novel ke film. Perubahan variasi yang paling menonjol adalah saat Pras dan
Arini pertama bertemu, saat Pras panik dan saat Arini mengetahui tentang
keberadaan perempuan lain dalam kehidupan Pras.
Mutia Mashita, dkk. pada tahun 2013. Nilai-Nilai Pendidikan dalam
Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara dan Implikasinya dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Skripsi. Mutia Mashita merupakan
mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Padang. Dalam penelitian ini digunakan
Teori deskriptif untuk menjelaskan secara gamblang nilai edukatif yang
terdapat dalam novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara dan
Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Terkhusus nilai edukatif
menurut Zuriah, (2007: 139) bahwa nilai edukatif terbagi menjadi delapan
puluh delapan sifat positif namun hanya segelintir saja yang diambil
diantaranya; (1) kerja keras, (2) kasih sayang, (3) disiplin, (4) sabar dan (5)
sportif. Hasil dari penelitian ini bahwa nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam novel Sepatu Dahlan karya Khrisna Pabichara adalah nilai budi pekerti,
yang meliputi: (1) kerja keras, orang tua memiliki semangat kerja keras demi
memenuhi kebutuhan anaknya, begitu juga seorang anak memiliki semangat
kerja keras untuk mencapai cita-cita dengan keringat sendiri, (2) kasih sayang,
15
15
rasa kasih sayang yang dimiliki setiap tokoh dalam novel ini terjalin dengan
baik, dengan kasih sayang menjadikan kehidupan bersosialisasi menjadi indah,
(3) disiplin, orang tua melatih anaknya tentang kedisiplinan. Anak tersebut
menanamkan sikap disiplin dalam kesehariannya, (4) sabar, orang sabar akan
tahan terhadap cobaan, (5) sportif, orang sportif melakukan suatu pekerjaan
dengan adil dan jujur terhadap kawan maupun lawan.
Ketiga Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena
membahas ekranisasi novel ke bentuk film. Penelitian yang dilakukan
Megasari dan Dhevi yakni untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam
proses ekranisasi yaitu penciutan, penambahan, dan perubahan bervariasi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Mashita Mutia. Penilitian ini mirip
dengan penilitian oleh Mutia namun penelitian ini membahas tentang proses
ekranisasi dan dampak dari proses ekranisasi terhadap nilai edukatif sedangkan
Megasari hanya sebatas mengetahui nilai eduatif dalam sebuah novel dan; nilai
edukatif yang maksud oleh penulis dalam meneliti novel ke film Mimpi Sejuta
Dolar yaitu berdasarkan dari pendapat Daulay (Asiani, 2019: 26) membagi atas
empat bagian yaitu: Edukatif religi, Edukatif ketangguhan, Edukatif empati,
dan Edukatif kejujuran.
16
16
2. Deskripsi Teori
a. Pengertian Sastra
Teeuw (Setiawati, 2017: 8 ) Kata sastra berasal dari bahasa
Sangsekerta. Kata sas dalam kata kerja turunan berarti ‘mengarahkan,
mengajar, memberi petunjuk atau induksi’, dan kata tra mempunyai arti
menunjukkan alat, sarana. Maka sastra berarti ‘alat untuk mengajar, buku
petunjuk, buku instruksi atau pengajaran’, secara sederhana dapat dikatakan
bahwa sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiran
yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa.
Karya sastra pada hakikatnya adalah pengejawantahan kehidupan,
hasil pengamatan sastrawan atas kehidupan di sekitarnya. Pengarang dalam
menciptakan karya sastra didasarkan pada pengalaman yang telah
diperolehnya dari realitas kehidupan di masyarakat yang terjadi pada peran
tokoh di dunia nyata dan dituangkan ke dalam bidang sastra, aspek
pertamalah yang memperoleh perhatian karena bahasa merupakan medium
utama karya sastra, sedangkan dalam karya itu sendiri sudah terkandung
berbagai permasalahan Ratna (Istiqomah dkk, 2014: 2).
Pradotokusumo (2008: 28) sastra adalah sebuah nama dengan alasan
tertentu diberikan kepada sejumlah faktor antara lain dengan pemakaian
bahasanya yang mendorong para pembaca untuk menyebut teks ini sastra
dan teks itu bukan sastra.
Sebuah karya sastra tercipta berdasarkan imajinasi pengarang. Suatu
hal yang tidak dapat dipungkiri adalah suatu kenyataan bahwa pengarang
17
17
senantiasa hidup dalam suatu ruang dan waktu tertentu. Di dalamnya ia
senantiasa terlibat dalam suatu permasalahan. Sebuah karya sastra
merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan
sosial pengarangnya. Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan
sastrawan. Kehidupan di dalam karya sastra merupakan kehidupan yang
telah diwarnai dengan sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya,
keyakinannya dan sebagainya. Karena itu kenyataan atau kebenaran dalam
karya sastra tidak mungkin disamakan dengan kenyataan atau kebenaran
yang ada di sekitar kita. Suharianto (Istiqomah, dkk, 2014: 2).
Esten (Rimang, 2011: 2) bahwa sastra atau kesusastraan adalah
pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manisfestasi
kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan
memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
Sastra bukanlah sebuah benda yang dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari, sastra adalah sebuah nama dengan alasan tertentu diberikan kepada
sejumlah masyarakat dalam suatu lingkungan kebudayaan. Luxemburg
(Setiawati, 2017: 9) ada beberapa bagian tentang sastra, yaitu: a) sastra ialah
teks-teks yang tidak hanya disusun atau dipakai untuk suatu tujuan
komunikatif yang praktis dan yang hanya berlangsung untuk sementara
waktu; b) dalam sastra, bahannya diolah secara istimewa. Ini berlaku bagi
puisi maupun prosa. Cara pengolahan tersebut berbeda-beda. Ada yang
menekankan ekuivalensi, ada yang menekankan penyimpangan dari tradisi
bahasa atau tata bahasa;
18
18
c) sebuah karya sastra dapat dibaca menurut tahap-tahap arti yang berbeda-
beda. Dalam sebuah novel misalnya tidak hanya menjadi paham akan
pengalaman dan hidup batin tokoh-tokoh fiktif, tetapi lewat peristiwa-
peristiwa itu juga diperoleh pengertian mengenai tema-tema yang lebih
umum sifatnya. Misalnya tema sosial, penindasan dalam masyarakat, cinta
kasih, ataupun praktek-praktek korup; d) terdapat karya-karya yang semula
tidak dianggap sebagai suatu karya sastra, tetapi kemudian dimasukkan
kedalam kategori sastra. Ialah karya-karya yang bersifat naratif, seperti
biografi-biografi atau karya-karya yang menonjol karena bentuk dan
gayanya.
Menurut Ratna (2009:13), secara garis besarnya sastra terbagi atas dua
golongan besar, yaitu:
1) Sastra imajinatif, yaitu sastra yang dihasilkan melalui proses daya
imajinasi/daya khayal pengarangnya. Sastra imajinatif terbagi atas
a) Puisi adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa mudah, padat,
tepat, tetapi mengandung nilai-nilai yang luas.
b) Prosa adalah jenis sastra yang menggunakan bahasa yang panjang,
bebas, rinci dalam teknik pengungkapannya.
c) Drama adalah bentuk sastra yang dilukiskan dalam bahasa bebas dan
panjang serta dilukiskan dengan menggunakan dialog dan monolog.
2) Sastra nonimajinatif, yaitu sastra yang lebih mengutamakan keaslian
suatu peristiwa (kejadian) tanpa menambah daya imajinasi atau daya
khayal pengarangnya.
19
19
Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk
berkarya, karena siapapun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam
sebuah tulisan yang bernilai seni (Wellek dan Waren, 2014: 193).
b. Prosa Fiksi
Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris,
banyaknya suku kata, dalam setiap baris serta tak terikat oleh irama dan
rimanya seperti dalam puisi. Prosa berbeda dengan puisi karena variasi
ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih
sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa"
yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan
untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis
media lainnya. Prosa kadangkala juga disebut dengan istilah "gancaran".
Saleh (Rimang, 2011: 20) merujuk pada suatu karya sastra yang
menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada
dan terjadi sunguh-sunggh sehingga ia tak perlu dicari kebenarannya pada
dunia nyata. Istliah fiksi ini sering dipertengtangkan dengan realitas, sesuatu
yang benar ada dan terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannya dibuktikan
dengan data empiris.
Sebagai karya imajinatif fiksi menawarkan berbagai persoalan
manusia kemanusiaan. Hidup kehidupan, cinta dan percintaan, alam dan
kenyataan. Di sinilah Altenbernd dan Lewis (Rimang,2011: 20)
mendefinisikan fiksi sebagai prosa naratif yang bersifat imajiner, tetapi
20
20
kadang masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasi
hubungan-hubungan antar manusia.
Menurut Djuanda dan Israwati (2006: 158) prosa fiksi adalah kisahan
atau cerita yang diemban oleh-oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran,
latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil
imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Intinya prosa fiksi
adalah kisah yang memiliki pemeran, latar serta tahapan rangkaian peristiwa
yang dihasilkan oleh imajinasi penulisnya sehingga menjalin suatu kesatuan
kisah. Imajinasi disini dapat berarti cerminan kenyataan dari berbagai
pengalaman, pengetahuan dan literasi penulisnya. Sehingga tulisannya akan
tetap memiliki karakteristik yang unik dan subjektif berdasarkan pendapat
penulis.
Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan
drama. Karya sastra fiksi atau biasa disebut cerita rekaan, merupakan salah
satu jenis karya sastra yang beragam. Adapun pengertian prosa fiksi
menurut Djuanda dan Iswara (2006: 158) adalah kisahan atau cerita yang
diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeran, latar serta tahapan
dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita.
1) Jenis-jenis Prosa
a) Prosa Modern
Yang termasuk ke dalam prosa modern yaitu :
(1) Cerita pendek/cerpen, adalah cerita berbentuk prosa yang pendek.
21
21
(2) Novelet, adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen,
tetapi lebih pendek dari novel.
(3) Novel/roman, adalah cerita berbentuk prosa yang menyajikan
permasalahan-permasalahan secara kompleks dengan penggarapan
unsur-unsurnya secara lebih luas dan rinci.
(4) Cerita anak, adalah cerita yang mencakup rentang umur pembaca
beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun
(bahkan 13 dan 14) tahun.
(5) Novel remaja adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca
remaja.
b) Prosa lama
Yang termasuk kedalam prosa lama yaitu :
(1) Dongeng, adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil
imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang diceritakan
seluruhnya belum pernah terjadi.
(2) Fabel adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau
para pelakunya binatang yang diperlakukan seperti manusia.
Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan
lain-lain.
(3) Hikayat adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif,
yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau
sekadar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah,
Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain.
22
22
(4) Legenda adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul
suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah.
Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula
Candi Prambanan, dan lain-lain.
(5) Mite adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah
atau hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut
pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar
biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul
(6) Cerita Penggeli Hati, sering pula diistilahkan dengan cerita
noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat.
Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong
kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya
mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia/masyarakat.
Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang,
dan lain-lain.
(7) Cerita Perumpamaan adalah dongeng yang mengandung kiasan
atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai
contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji
Bakhil.
2) Unsur Cerita Fiksi
Teks cerita fiksi adalah karya sastra yang berisi cerita rekaan atau
didasari dengan angan-angan (fantasi) dan bukan berdasarkan kejadian
nyata, hanya berdasarkan imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang
23
23
diolah berdasarkan pengalaman, wawasan, pandangan, tafsiran,
kecendikiaan, penilaiannya terhadap berbagai peristiwa, baik peristiwa
nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata.
Cerita fiksi atau fiksi sering dimaknai sebagai cerita khayalan.
Secara umum fiksi lebih sering dikaitkan dengan cerita pendek atau
novel. Karya fiksi, sebagaimana bentuk karya sastra yang lainnya, seperti
drama dan puisi, dibangun atas unsur-unsur yang juga menandai
kekhasan bentuk karya tersebut. Dalam cerita fiksi unsur-unsur
pembangunnya antara lain adalah plot, karakter, tema, latar, dan sudut
pandang.
Penulisan cerita fiksi yang bagus sekiranya harus memiliki lima
unsur. Kesemua unsur tersebut adalah bahan paling penting untuk kita
gunakan dalam membuat cerita fiksi yang memikat, indah, menawan,
memukau, sehingga membuat pembaca begitu betah berlama-lama
membaca cerita kita. Jenis cerita fiksi ada 3, yaitu: 1) Novel, yaitu sebuah
karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif. 2) Cerpen, yaitu suatu
bentuk prosa naratif fiktif yang cenderung padat dan langsung pada
tujuannya. 3) Roman.
a) Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Fiksi
Berikut ini unsur intrinsik yang membangun cerita fiksi unsur
ini ada di dalam cerita fiksi. Antara lain;
1) Tema, yaitu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra dan yang terkandung di dalam teks.
24
24
2) Tokoh, yaitu pelaku dalam karya sastra. Karya sastra dari segi
peranan dibagi menjadi 2, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.
3) Alur/Plot, yaitu cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang
satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.
4) Konflik, yaitu kejadian yang tergolong penting, merupakan sebuah
unsur yang sangat diperlukan dalam mengembangkan plot.
5) Klimaks, yaitu saat sebuah konflik telah mencapai tingkat
intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sebuah yang tidak dapat
dihindari.
6) Latar, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
7) Amanat, yaitu pemecahan yang diberikan pengarang terhadap
persoalan di dalam sebuah karya sastra.
8) Sudut pandang, yaitu cara pandang pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
9) Penokohan, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan tokoh.
b) Unsur Ekstrinsik yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu
sendiri, berikut ini:
1) Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap.
2) Keyakinan
25
25
3) Pandangan hidup yang keseluruhan itu akan memengaruhi karya
yang ditulisnya.
4) Psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang seperti ekonomi,
politik, dan sosial juga akan memengaruhi karya sastra.
5) Pandangan hidup suatu bangsa.
6) Berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.
3) Struktur Teks Cerita Fiksi
Struktur cerita fiksi terdiri 6 unsur berikut:
a) Abstrak, bagian ini adalah opsional atau boleh ada maupun tidak ada.
Bagian ini menjadi inti dari sebuah teks cerita fiksi.
b) Orientasi, berisi tentang pengenalan tema, latar belakang tema serta
tokoh-tokoh di dalam novel. Terletak pada bagian awal dan menjadi
penjelasan dari teks cerita fiksi dalam novel.
c) Komplikasi, merupakan klimaks dari teks cerita fiksi karena pada
bagian ini mulai muncul berbagai permasalahan, biasanya komplikasi
di sebuah novel menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca.
d) Evaluasi, bagian dalam teks naskah novel yang berisi munculnya
pembahasan pemecahan atau pun penyelesaian masalah.
e) Resolusi, merupakan bagian yang berisi inti pemecahan masalah dari
masalah-masalah yang dialami tokoh utama.
f) Koda (reorientasi), berisi amanat dan juga pesan moral positif yang
bisa dipetik dari sebuah naskah teks cerita fiksi.
26
26
c. Novel
Sebutan novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella, dalam bahasa
Jerman Novelle. Secara harfiah novella berarti “sebuah barang baru yang
kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek dalam bentuk prosa”.
Dalam arti luas novel adalah cerita yang berbentuk prosa dalam ukuran yang
luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan alur (Plot) yang
kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang
beragam pula. Sumardjo & Saini (Yandi, 2014: 8).
Menurut Padi (2013: 45) novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang
tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita . Novel adalah media
hiburan. Bisa saja novel dijadikan sebagai media informasi, edukasi,
dakwah, dan sebagainya, namun semua itu harus disajikan dengan cara yang
menghibur (Sambu, 2013: 9).
Menurut Stanton (2007: 98) novel mampu menghadirkan
perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang
melibatkan banyak sedikit karakter, dan berbagai peristiwa yang ruwet yang
terjadi beberapa tahun silam secara mendetail. Selain itu, dunia dalam novel
sangat memadai bahkan bila digunakan untuk sebagai jenis pengalaman atau
peristiwa.
Novel adalah salah satu karya sastra yang merefleksi kehidupan
manusia dengan unsur-unsur kehidupannya. Novel adalah jenis karya sastra
yang diciptakan oleh pengarangnya dengan harapan untuk dapat dinikmati,
dipahami, direnungkan, dan dimamfaatkan oleh pembaca. Diantaranya
27
27
terdapat unsur-unsur yang membangunya yakni unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.
Soharab (2016: 2) karya sastra juga tidak terlepas dari nilai-nilai yang
dikandungnya. Suatu karya sastra bisa dikatakan baik jika mengandung
nilai-nilai yang mendidik. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia
melalui berbagai hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan
sebuah karya sastra. Hubungan sastra dengan pendidikan sangatlah erat dan
tidak bisa dipisahkan karena keduanya memilki keterkaitan. Hubungan ini
dikarenakan dalam sastra terkandung nilai-nilai pendidikan bagi pembaca.
Meskipun rangkaian cerita dan tokoh bersifat imajinatif, tetapi kebenaran
nilai kehidupan yang disampaikan pengarang tidak dapat disangkal. Nilai-
nilai pendidikan dalam karya sastra memberikan nasihat bagi pembaca,
tidak jarang pula memberikan pesan kepada pembaca untuk menjadi insan
yang pandai dalam memetik sebuah hikmah dari nilai yang terkandung
dalam karya sastra.
Soharab (2016: 2) Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra
yang tertulis yang di dalamnya mengandung ide-ide, gagasan, pesan-pesan,
ataupun ajaran-ajaran yang diungkapkan dalam bentuk cerita. Novel
merupakan sebuah karya imajinasi yang menceritakan berbagai masalah
kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama ,
interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan tuhan, yang
merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi pengarang terhadap
lingkungan dan kehidupan.
28
28
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah
karya sastra yang berisi tentang kisah hidup seseorang yang penuh dengan
persoalan sosial dan kebudayaan yang dituangkan ke dalam tulisan sebagai
mediumnya.
Hakikatnya setiap karya sastra mengandung unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Yang dimaksud dengan unsur intrinsik karya sastra adalah unsur-
unsur yang membangun karya sastra dari dalam, sedangkan faktor ekstrinsik
mencakup faktor sosial, ideologi, politik, ekonomi, kebudayaan, dan lain-
lain, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat pakar yang
mengemukakan tentang unsur pembangun karya sastra.
Moody (Rimang, 2011: 23) mengemukakan bahwa unsur intrinsik
sebuah cerita fiksi mencakup, setting, characters, narrative technique,
lengaguage, dan ritme. EM. Forster, menyebutkan adanya tujuh unsur yang
membangun: cerita, orang/tokoh, alur, fantasi, pola, dan ritme. Anton
Bakker, berpendapat syarat-syarat pembangun unsur fiksi mencakup plot,
setting, character, action, thema, dan language.
Sedangkan Wellek & Warren (Rimang, 2011: 23), berpendapat bahwa
unsur pembangun cerita fiksi itu meliputi: plot, characterization, dan
setting. sementara itu tokoh lain berpendapat lain yaitu, Murfy (Rimang,
2011: 23) menyebutkan lain, yakni plot, setting, ways of felling a story,
characters and personilities, dan language. Dan Sumardjo (Rimang, 2011:
23), mengungkapkan unsur pembangun fiksi yang meliputi: tema, karakter,
plot, point of view, setting dan suasana. Dari beberapa pendapat para ahli
29
29
dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsik sebuah prosa fiksi adalah:
tokoh/penokohan, latar, sudut pandang, alur, latar, dan amanat.
d. Drama
Harymawan (Fahmi, 2017: 34) mengatakan drama berasal dari bahasa
Yunani yakni draomai yang berarti bertindak, berlaku, berbuat, beraksi, dan
sebagainya. Drama lebih banyak dihubungkan dengan karya sastra, bisa
juga berarti naskah lakon. Tjahyono (Fahmi, 2017: 34) menyebutkan bahwa
drama dapat diartikan sebagai bentuk seni yang berusaha mengungkapkan
hal kehidupan manusia melalui gerak atau aksi dan percakapan atau yang
lebih dikenal dengan dialog.
Brunetire dan Verhagen (Fahmi, 2017: 34) menyebutkan bahwa
drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus
melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Drama adalah
hidup yang dilukiskan dengan gerak, menyaksikan kehidupan manusia yang
diekspresikan secara langsung. Dapat disimpulkan bahwa drama adalah
cerita konflik manusia dalam naskah kemudian dipentaskan pemain teater di
tempat pertunjukan dan ditonton (langsung). Drama yang dipentaskan
sebagai tontonan atau pertunjukan inilah yang biasa disebut dengan istilah
teater.
Menurut Hae (Fahmi, 2017: 35) jika dalam sastra representasi melulu
bertumpu pada bahasa, sementara pada seni lainnya, seperti seni rupa atau
film, citra visual justru hadir setelah dipahami dan diuraikan oleh mata,
maka teater menggabungkan keduanya. Dalam sebuah pementasan lakon
30
30
kita bukan hanya menonton serangkaian lakuan, segala rupa, bentuk, suara,
tetapi sekaligus masuk ke dalam tindak berbahasa tertentu. Dengan
berbahasa tokoh-tokoh lakon itu bukan hanya menghidupkan karakter
masing-masing melainkan juga melukiskan sesuatu kepada penonton,
menceritakan dan menunjukkannya. Semua itu untuk meyakinkan mereka
bahwa dunia rekaan itu layak dipercaya sebab ia tiruan yang paling
meyakinkan dari dunia nyata.
Atar Semi (Fahmi, 2017: 35) mengemukakan perbedaan drama
dengan jenis karya sastra lainnya, antara lain:
1) Drama mempunyai tiga dimensi, yakni dimensi sastra, gerakan, dan
ujaran
2. Drama memberi pengaruh emosional yang lebih kuat dibandingkan
dengan karya sastra lain.
3. Bagi sebagian besar orang, menonton drama lebih menyenangkan dan
menghasilkan pengalaman yang lebih lama diingat dibandingkan dengan
membaca novel.
4. Drama disusun dengan suatu keterbatasan. Ia dibatasi oleh dua konvensi,
yaitu: intensitas dan konsentrasi.
5. Kekhususan drama yang amat penting pula adalah keterbatasan pemain-
pemain secara fisik.
6. Drama memiliki keterbatasan pemanfaatan objek material.
7. Drama dapat memiliki keterbatasan bukan saja dari segi artistik tetapi
juga dari segi kepentasan
31
31
8. Keterbatasan lain yang dimiliki drama dibandingkan dengan karya sastra
yang lain adalah, bahwa drama dibatasi oleh keterbatasan intelegensi
rata-rata penonton.
9. Drama memiliki episode dan jumlah alur yang terbatas.
10. Naskah drama merupakan suatu karya yang isinya melalui percakapan.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hal yang membedakan antara
drama dengan karya sastra lainnya, yaitu pada segi cerita, dialog, dan
maksud pengarang. Dari segi cerita, isinya berupa rangkaian peristiwa yang
dikaitkan secara logis dan kronologis yang dikembangkan dengan adanya
konflik. Dalam drama, dialog menjadi elemen bahasa yang penting dan
dominan. Jika dikaitkan dengan maksud pengarang, naskah drama dibuat
oleh pengarang dan dimaksudkan untuk dapat dipentaskan di atas panggung.
Fortier (Fahmi, 2017: 35) menegaskan bahwa drama sebagai suatu
karya sastra mempunyai kekhususan dibandingkan dengan puisi atau novel.
Kekhususan drama disebabkan karena tujuan penulis drama tidak hanya
berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara
imajinatif oleh para penikmat, namun harus diteruskan dengan kemungkinan
dapat dipentaskan dalam suatu pertunjukan. Hasanuddin (Fahmi, 2017: 35)
berpendapat bahwa selayaknya proporsi drama ditempatkan sebagai suatu
karya yang mempunyai dua dimensi karakter, yaitu sebagai genre sastra dan
sebagai seni lakon, peran, atau seni pertunjukan.
Meskipun drama ditulis dengan tujuan dipentaskan, tidaklah berarti
bahwa semua karya drama yang ditulis pengarang haruslah dipentaskan.
32
32
Tanpa dipentaskan, karya drama tetap dapat dipahami, dimengerti, dan
dinikmati. Pemahaman dan penikmatan atas karya sastra drama tersebut
tentu lebih pada aspek cerita sebagai ciri karya sastra, dan bukan sebagai
karya seni lakon.
Pendekatan terhadap drama dilakukan melalui dua cara, pertama
drama sebagai sebuah bentuk kesusastraan dan kedua sebagai seni
pertunjukan. Sebagai bentuk kesusastraan, hanya memperhatikan aspek
tertulis saja atau yang biasa disebut dengan lakon atau naskah. Sebagai
karya kreatif, drama didukung oleh beberapa hal, antara lain kreativitas
pengarangnya dan realitas objektif. Selain itu, drama mengandung unsur
alur dan pengaluran, tokoh dan penokohan, latar, konflik-konflik, gagasan-
gagasan, serta aspek gaya bahasa.
Drama sebagai seni pertunjukan dibentuk oleh unsur-unsur yang
menyebabkan suatu pertunjukan dapat terlaksana dan terselenggara.
Menurut Damono (Fahmi, 2017: 36) terdapat tiga unsur yang merupakan
suatu kesatuan yang membuat drama dapat dipertunjukkan, yaitu: 1) unsur
naskah, 2) unsur pementasan, dan 3) unsur penonton. Dalam unsur
pementasan ada bagian penting lagi, yaitu 1) komposisi pentas, 2) tata
busana, 3) tata rias, 4) pencahayaan, 5) tata suara, dan 6) unsur sutradara
serta pemain. Jadi untuk membicarakan drama harus ditentukan terlebih
dahulu sudut yang akan dibahas, unsur sastra atau pertunjukan, atau kedua-
duanya sebagai karya drama yang terpadu.
33
33
e. Film
Secara harfiah, film (cinema) berasal dari kata cinematographie yang
berarti cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya) dan graphie atau graph
(tulisan, gambar, citra). Sehingga dapat diartikan film adalah melukis gerak
dengan cahaya alat yang digunakan adalah kamera.
Menurut Effendy (2002: 50) film adalah cerita singkat yang
ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang dikemas sedemikian rupa
dengan permainan kamera, teknik editing, dan skenario yang ada sehingga
membuat penonton terpesona
Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara memberinya
daya tarik tersendiri, media ini biasanya digunakan untuk tujuan-tujuan
hiburan dan pendidikan, namun film menyajikan informasi, memaparkan
proses, dan memberikan pengaruh sikap yang cukup besar terhadap
penikmat film. (Arsyad, 2003: 48).
Film adalah suatu bentuk komunikasi massa elektronik yang berupa
media audio visual yang mampu menampilkan kata-kata, bunyi, citra, dan
kombinasinya. Film juga merupakan salah satu bentuk komunikasi modern
yang kedua muncul di dunia. Sobur (Oktavianus, 2015: 3). Film berperan
sebagai sebuah sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan
yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa,
musik, drama, lawak, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.
McQuail (Oktavianus, 2015: 3). Film juga menurut Prof. Effendy adalah
medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan,
34
34
tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Effendy (Oktavianus, 2015: 3)
film mempunyai suatu dampak tertentu terhadap penonton, dampak–
dampak tersebut dapat berbagai macam seperti, dampak psikologis dan
dampak sosial.
McQuail (Oktavianus, 2015: 6) pesan yang terkandung dalam film
timbul dari keinginan untuk merefleksikan kondisi masyarakat dan bahkan
mungkin juga bersumber dari keinginan untuk memanipulasi. Pentingnya
pemanfaatan film dalam pendidikan sebagian didasari oleh pertimbangan
bahwa film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang dan
sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film memiliki kemampuan
mengantar pesan secara unik. Secara mendalam film merupakan alat untuk
menyampaikan sebuah pesan bagi para pemirsanya dan juga merupakan alat
bagi sutradara untuk menyampaikan sebuah pesan untuk masyarakatnya.
Film pada umumnya mengangkat sebuah tema atau fenomena yang terjadi
di tengah-tengah masyarakat. McQuail (Oktavianus, 2015: 6)
Film mempuyai keterbatasan teknis dan mempunyai waktu putar yang
sangat terbatas. Oleh sebab itu, tidak mungkin memindahkan baris-baris
novel secara keseluruhan ke dalam film. Mau tidak mau, pembuat film
terpaksa mengadakan penciutan atau pemotongan atas bagian-bagian
tertentu novel di dalam film, sehingga terkesan tidak selengkap novelnya.
1) Jenis- Jenis Film
a) Film Cerita (story film)
Film cerita adalah jenis film yang mengandung sebuah cerita
35
35
yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang
film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita
yang diangkat menjadi topik film berupa cerita fiktif atau berdasarkan
kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari
jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya (Ardianto, 2012: 143).
Jenis film ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan
diperuntukkan semua publik dimana saja. Banyak sekali unsur yang
terkandung dalam film cerita seperti humor, tegang, gembira, sedih,
marah, kejahatan, dan lain-lain (Kurniati, 2000:211). Cerita yang
diambil dari kisah-kisah nyata dari sejarah, cerita nyata dari kehidupan
sehari-hari ataupun bersal dari khayalan yang kemudian diolah
menjadi film sehingga, ada unsur menarik (Elvinaro, 2007: 148).
Sejarah dapat diangkat menjadi film cerita yang mengandung
informasi akurat, sekaligus contoh teladan perjuangan para pahlawan
atau untuk memotivasi para penonton. Cerita sejarah yang pernah
diangkat menjadi film adalah G30S PKI, Janur Kuning, Serangan
Umum 1 Maret, dan lain- lain. Sekalipun film cerita itu fiktif dapat
saja bersifat mendidik penonton karena mengandung ilmu
pengetahuan dan teknologi tinggi (Karlinah, 2014 : 34).
Film cerita memiliki berbagai jenis genre yang mulai ditandai
oleh gaya, bentuk, dan isi. Pada dasarnya genre film terbagi menjadi
beberapa jenis, tergantung karakter dan isi yang ditampilkan di film.
Beberapa film yang lain diantaranya yaitu:
36
36
(a) Film action, istilah ini selalu dikaitkan dengan adegan berkelahi,
kebut-kebutan, dan tembak-menembak film ini secara sederhana
disebut film action yang berisi pertarungan fisik antara tokoh
protagonis dan antagonis (Trianto, 2013: 29).
(b) Film drama, film menyuguhkan adegan-adegan yang menonjolkan
sisi human interest rasa kemanusiaan.
(c) Film komedi, tema ini selalu menawarkan sesuatu yang membuat
penontonya tersenyum bahkan tertawa. Biasanya adegan film
komedi merupakan sindiran dari suatu kejadian atau fenomena
yang sedang terjadi. Film komedi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu komedi slapstik dan situation comedy (komedi situasi).
(d) Film plesetan atau film parodi, merupakan duplikasi dari tema film
lain yang sengaja diplesetkan (Trianto, 2013: 31).
(e) Film tragedi, tema yang diangkat dalam film ini menitikberatkan
pada nasib manusia. Film tradegi biasanya disisipkan adegan laga
atau aksi yang menegangkan, adegan romantis atau adegan lucu.
(f) Film horor, film yang menyuguhkan suasana yang menakutkan
atau menyeramkan sehingga membuat penontonya merinding
hingga menjerit ketakutan (Trianto, 2013: 32).
b) Film berita atau newsreel
Film berita adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-
benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada
publik harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria film berita
37
37
itu adalah penting dan menarik. Film berita dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu,
pembaca berita yang membacakan narasinya (Ardianto, 2012: 144).
Film berita sudah tua usianya, lebih tua dari film cerita. Bahkan
film cerita yang pertama-tama dipertunjukkan kepada publik
kebanyakan berdasarkan film cerita. Imitasi film berita semakin lama,
semakin penting. Oleh karena itu, film berita kemudian berkembangan
menjadi film cerita yang kini mencapai kesempurnaan (Elvinaro,
2007: 148). Bagi peristiwa-peristiwa tertentu, seperti perang,
kerusuhan, pemberontakan dan sejenisnya, biasanya merupakan film
berita yang dihasilkan kurang baik. Dalam hal ini yang terpenting
adalah peristiwanya terekam secara utuh.
c) Film dokumenter (documentary film)
Film dokumenter oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan
mengenai kenyataan” (creative treatment of actuality). Film
dokumenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatannya)
mengenai kenyataan tersebut (Ardianto, 2012: 145). Film dokumenter
adalah sebuah film yang menggambarkan kejadian nyata, kehidupan
dari seseorang, periode dalam kurun sejarah atau sebuah rekaman dari
suatu cara hidup makhluk berbentuk rangkuman perekaman fotografi
berdasarkan kejadian nyata dan akurat.
Titik berat dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa
yang terjadi. Bedanya dengan film berita adalah film berita harus
38
38
mengenai sesuatu yang mempunyai nilai berita untuk disajikan kepada
penonton apa adanya (sebenarnya) dan dalam waktu sesingkat-
singkatnya. Film berita sering dibuat dengan waktu yang tergesa-gesa,
sedangkan film dokumenter dapat dilakukan dengan pemikiran dan
perencanaan yang matang, serta merupakan hasil interpretasi atau
gambaran dari kenyataan (Elvinaro, 2007: 149).
d) Film kartun (cartoon film)
Film kartun dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar
film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa
karena kelucuan para tokohnya.
Namun, ada juga yang membuat iba penontonnya karena
penderitaan tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, film
kartun bisa juga mengandung unsur pendidikan (Ardianto, 2012: 149).
Film kartun merupakan film yang diambil dari gambar hewan,
tumbuhan, benda, atau manusia dibuat untuk anak-anak.
Beberapa jenis film di atas merupakan perkembangan luar biasa
dalam seni drama yang memasuki dunia perfilman, yang semakin
mengalami kemajuan. Film yang syarat dengan simbol-simbol, tanda-
tanda atau ikon-ikon akan cenderung menjadi film yang penuh tafsir.
Film memiliki kemajuan secara teknis dan mekanis, ada jiwa dan
nuansa di dalamnya yang dihidupkan oleh cerita dan skenario yang
memikat. Film Mimpi Sejuta Dollar termasuk dalam katagori film
dokumenter karena film ini menceritakan sosok Merry Riana.
39
39
2) Fungsi Film Sebagai Media Massa
A.M. (2003: 3) Media massa, termasuk film dan jenis sinema
lainnya memiliki tiga fungsi utama yakni; (1) memberi informasi (to
inform), (2) mendidik (to educate), dan (3) menghibur (to entertain). Di
samping itu, ada tiga fungsi lain media massa yakni: (4) mempengaruhi
(to influence), (5) membimbing (to guide), dan (6) mengeritik (to
criticise). Melihat keenam fungsi film tersebut, alangkah baiknya jika
kita dapat memanfaatkannya sebagai media pendidikan kultural bagi
kaum terpelajar ataupun masyarakat pada umumnya. Sebab, dengan daya
artistik dan kecanggihan teknologinya, film tidak saja memberi penonton
hiburan melainkan juga memberi informasi sekaligus mendidik secara
persuasif. Sehingga, seperti halnya karya sastra, tanpa memaksa atau
sebaliknya memanjakan, film mengajak para pentonton memperoleh
pendidikan kultural tanpa harus menggurui.
Seperti halnya karya sastra, film pada hakikatnya menyangkut dua
jenis ungkapan sosial-budaya. Soebadio (A. M., 2003: 3). Di satu sisi
film memberikan kesaksian tentang keadaan masyarakat (kehidupan
sosial) pada zamannya dan di sisi lain film juga memberikan kesaksian
akan pikiran dan perasaan yang hidup dalam masyarakat yang
bersangkutan (kehidupan budaya). Dalam hal ini, film memberikan
kesaksiannya melalui gambar bahkan, dulu film sering disebut sebagai
gambar hidup. Dengan kata lain, film menggunakan cara visual untuk
mengungkapkan kehidupan sosial-budaya masyarakat.
40
40
f. Transformasi dan Ekranisasi
Transformasi merupakan perubahan rupa, (bentuk, sifat, fungsi, dan
sebagainya); atau perubahan struktur gramatikal menjadi struktur gramatikal
lain dengan menambah, mengurangi, atau menata kembali unsur-unsurnya.
Menurut Nurgiyantoro (Mahani, 2013: 10) trasnformasi adalah
perubahan, yaitu perubahan terhadap suatu hal atau keadaan. Jika suatu hal
atau keadaan yang berubah itu adalah budaya itulah yang mengalami
perubahan.
Perubahan dari satu jenis ke jenis kesenian lain, misalnya dari karya
sastra novel menjadi film disebut alih wahana. Karya sastra tidak hanya
dapat diterjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lainnya, tetapi juga dapat
dialihwahanakan (diubah menjadi kesenian lainnya). Berdasarkan
pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa suatu karya dapat berubah
wahana dari satu wahana ke wahana lainnya, tidak terbatas pada satu arah
alih wahana melainkan juga dapat berubah ke berbagai macam bentuk
(Damono, 2005: 96)
Lebih spesifik lagi perubahan dari novel ke bentuk film disebut
dengan istilah ekranisasi.
Berdasarkan asal katanya, Eneste (1991: 60) mengartikan ekranisasi
sebagai pelayarputihan (Ecran dalam bahasa Perancis berarti layar).
Pemindahan novel ke layar putih mau tidak mau mengakibatkan timbulnya
berbagai perubahan. Ekranisasi memiliki arti perubahan atau pemindahan
novel ke dalam media film. Menurut Eneste (1991: 60) ekranisasi adalah
41
41
pelayarputihan atau pemindahan sebuah novel ke dalam bentuk film.
Pemindahan novel ke layar putih akan mengakibatkan munculnya sebuah
perubahan dalam sebuah novel, alat utama yang digunakan adalah melalui
kata-kata. Segala unsur dalam sebuah novel disampaikan dengan kata-kata
seperti cerita, tokoh, alur, latar, dan gaya bahasa. Pemindahan dari novel ke
film berarti terjadinya perubahan alat-alat yang semula menggunakan kata-
kata menjadi dunia gambar-gambar yang bergerak yang saling
berkelanjutan. Dalam proses penggarapan tersebut akan terjadi sebuah
perubahan.
Membaca sebuah novel adalah sebuah proses mental. Kata-kata yang
ditulis pengarang akan menimbulkan imajinasi bagi yang membacanya dan
selanjutnya mengerti apa yang hendak disampaikan pengarang tidak
demikian dengan film. Penonton film disuguhi gambar-gambar hidup,
konkret, dan visual, seakan-akan penonton sedang menyaksikan barang-
barang atau benda-benda yang sesungguhnya. Dengan demikian, ekranisasi
berarti terjadi perubahan pada proses penikmatan, yakni dari pembaca
menjadi penonton.
Film merupakan hasil dari gotong-royong. Eneste (1991: 60) bagus
tidaknya film tergantung pada keharmonisan kerja unit-unit di dalamnya:
produser, penulis skenario, sutradara, juru kamera, penata artistik, perekam
suara, para pemain dan lain-lain. Dengan kata lain, ekranisasi berarti proses
perubahan dari sesuatu yang dihasilkan secara individual menjadi sesuatu
yang dihasilkan secara bersama-sama (gotong-royong).
42
42
Menurut Eneste (1991: 61) perubahan yang terjadi dalam proses
ekranisasi adalah proses penciutan, penambahan, dan perubahan variasi.
1) Penciutan atau Pengurangan
Ekranisasi berarti pula apa yang dinikmati berjam-jam atau berhari-
hari, harus diubah menjadi apa yang dinikmati (ditonton) selama
Sembilan puluh sampai seratus dua puluh menit. Artinya tidak semua hal
yang diungkapkan dalam novel akan dijumpai pula dalam film. Sebagian
cerita, alur, tokoh-tokoh, latar maupun suasana novel tidak akan ditemui
dalam film. Pengurangan tersebut diakibatkan karena durasi dalam
sebuah film hanya sedikit dan memikirkan dana yang dikeluarkan terlalu
besar apabila seluruh cerita dalam novel ditayangkan ke dalam film.
2) Penambahan
Penambahan terjadi dikarenakan berbagai alasan untuk menarik
perhatian penonton film yang diangkat dari novel. Penambahan dapat
juga meliputi penambahan peristiwa, tokoh, atapun latar. Peristiwa,
tokoh, ataupun latar yang tidak terdapat dalam novel tetapi ada dalam
film itulah yang dikatakan penambahan. Penambahan pada tokoh, latar,
alur dll. Seorang sutradara mempunyai alasan tertentu untuk melakukan
penambahan ini. Misalnya dikatakan, penambahan itu penting dari sudut
filmis atau penambahan itu masih relevan dengan versi novelnya. Ada
pula faktor lain yang mengakibatkan penambahan yaitu penulis skenario
43
43
dan sutradara telah menafsirkan terlebih dahulu novel yang hendak
difilmkan terjadi penambahan-penambahan disana-sini.
3) Perubahan variasi
Perubahan variasi adalah terjadinya variasi dalam transformasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain media yang digunakan,
persoalan penonton, durasi waktu pemutaran. Eneste (1991: 67)
mengatakan bahwa dalam mengekranisasi pembuat film merasa perlu
membuat variasi-variasi dalam film, sehingga terkesan film yang
didasarkam atas novel itu tidak seasli novelnya serta meluruskan
pendapat pembaca yang menganggap film yang diangkat dari novel tidak
selalu sama dengan aslinya.
Eneste (1991: 62) dalam memindahkan novel ke layar putih ,
ternyata bukan hanya pada cerita alur, penokohan, latar atau suasana saja
terjadi perubahan. Tema/amanat novel mungkin saja telah berubah dalam
film.
g. Hakikat Nilai Pendidikan
Nilai adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat
penting dan bernilai di kehidupan manusia yang bersifat mendidik. Nilai
dapat berpengaruh terhadap cara berpikir, cara sikap, dan cara bertindak
seseorang dalam mencapai tujuan hidup (Alwi, 2007:783).
Sesuatu dikatakan bernilai bila sesuatu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia. Nilai sebagai kualitas yang independen akan memiliki
ketetapan atau tidak berubah pada objek yang dikenai nilai. Persahabatan
44
44
sebagai nilai (positif/baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada
pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu
ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling
melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial.
Kesatuan nilai dan sastra tak dapat dipisahkan tetapi bisa dikaji secara
terurai demi suatu tujuan. Tak pernah ada sastra yang tidak bernilai
meskipun nilai itu sendiri bukan sastra. Sastra sebagai produk kehidupan
mengandung banyak nilai, nilai estetis, sosial, filsafat, religi, dan sebagainya
baik yang mempunyai penyodoran konsep baru. Sastra tidak hanya
memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total.
Selanjutnya mengenai pegertian pendidikan, Suwarno (2006: 19)
istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogi, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar
seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput
dinamakan paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan
dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam.
Dalam bahasa Inggris pendidkan diistilahkan to educate yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 (Mukarramah. 2018: 23) pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
45
45
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Rubiyanto (2004: 21) menyatakan pendidikan sebagai Seni mengajar
karena dengan mengajarkan ilmu, keterampilan dan pengalaman tertentu,
orang akan melakukan perbuatan kreatif. Mendidik tidak semata-mata
teknis, metodis dan mekanis menkoperkan skill( psikomototik) kepada anak
tetapi merupakan kegiatan yang berdimensi tinggi dan berunsur seni ynag
bernuansa dedikasi(kognitif), emosional, kasih sayang dalam upaya
membangun dan membentuk kepribadian(afektif).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,
meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat
kesatuan unsur-unsur atau faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu bahwa
pengertian pendidikan merupakan usaha orang dewasa untuk membimbing
para anak yang lebih muda, meminpin, mengarahkan.
Berdasarkan dua pengertian nilai dan pendidikan dapat disimpulkan
bahwa nilai pendidikan merupakan batas segala yang mendidik ke arah
kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupan
yang diperoleh melalui proses, pendidikan juga menciptakan manusia yang
berkualitas. Proses pendidikan bukan hanya dapat dilakukan dalam suatu
tempat atau suatu waktu.
1) Jenis-Jenis Nilai Edukatif
Menurut Daulay (Aulia, 2019: 26) bahwa nilai edukatif terdiri atas
empat nilai, diantaranya yaitu:
46
46
a) Nilai Edukatif Religi
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara
mendalam dalam lubuk hati manusia. Religi melihat aspek di lubuk
hati, getaran nurani pribadi, totalitas kedalam pribadi manusia.
Nurgiantoro (Asiani, 2007: 327). Religi tidak hanya menyangkut segi
kehidupan secara lahiria melainkan juga menyangkut keseluruhan diri
pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam
keesaan tuhan. Nilai religi juga merupakan nilai yang bersumber dari
kenyakinan terhadap Allah Subhanawataala, yang ada dalam diri
seseorang. Nilai religi adalah sesuatu yang dilandasi dengan iman
kepada Allah, sehingga seluruh tingkah lakunya berlandaskan
keimanan yang membentuk sikap positif dalam pribadi dan
perilakunya sehari-hari. Dengan demikian, nilai religi adalah sesuatu
yang berguna dan dilakukan oleh manusia berupa sikap dan perilaku
yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dapat dimaknai bahwa agama bersifat mengikat, yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah SubhanaWataala akan tetapi juga
meliputi hubungan dengan manusia lainnya, masyarakat atau alam
sekelilingnya. Dalam segi isi, agama adalah seperangkat ajaran yang
merupakan perangkat nilai-nilai kehidupan yang harus dijadikan tolok
ukur para pemeluknya dalam menentukan pilihan tindakan dalam
kehidupannya.
47
47
Nilai religi yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan
agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin
dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai
religi dalam sastra bersifat individual dan personal. Religi lebih pada
hati, nurani, dan pribadi manusia itu sendiri. Nilai religi yang
merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan manusia.
Religi lebih mengarah pada kepercayaan atau keyakinan
seseorang yang berpusat pada hati nurani untuk melangsungkan hidup
yang lebih baik untuk diri pribadi dan orang banyak.
b) Nilai Edukatif Ketangguhan
Nilai ketangguhan merupakan kemampuan seseorang untuk
berbuat yang terbaik dari apa yang dipercayakan kepadanya. Tangguh
ialah keputusan untuk mengubah sikap mengasihani diri, mandiri, dan
totalitas dalam bertindak. Pribadi pantang menyerah yang tidak
merasa lemah terhadap sesuatu yang menimpanya atau keadaan yang
dialaminya. Khaidir (Aulia, 2019: 27) menyatakan tangguh sama
artinya dengan kuat, kokoh, tahan banting, bertekad untuk berdiri
tegak dan gigih serta pantang menyerah.
Pribadi yang tangguh merupakan pribadi yang memilki
kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang
berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan dan mendapat rezeki.
Sebaliknya jika Ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkan, misalnya
48
48
kesedihan karena kegagalan, dan mendapat bala bencana, ataupun
sakit, Ia tetap memiliki ketahanan untuk selalu bersabar.
Pribadi pantang menyerah bukan hanya semata-mata secara fisik
melainkan sifat positif dalam jiwanya yang begitu tangguh dan kuat.
Seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. Hidup
akan menjadi bahagia jika percaya diri, optimis dan penuh gairah.
Pikiran merupakan kekuatan yang paling menakjubkan yang
dianugerahkan Allah kepada manusia dan pikiran merupakan pemicu
timbulnya sifat tangguh seseorang.
c) Nilai Edukatif Kepedulian
Nilai kepedulian merupakan nilai rasa empati yang didasarkan
pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain.
Kepedulian dan rasa empati adalah merasakan kepedulian terhadap
sesama agar berupaya mengenali pribadi orang lain yang sedang
dalam keadaan susah. Melalui empati, seseorang mengenali rasa
kemanusiaan terhadap diri sendiri ataupun orang lain.
Kepedulian sosial sebagai salah satu inti dalam implementasi
pendidikan karakter yang merupakan sikap atau tindakan yang selalu
ingin memberikan bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
d) Nilai Edukatif Kejujuran
Jujur adalah berlaku benar dan baik dalam perkataan maupun
dalam perbuatan. Kejujuran yang harus diterapkan bukanlah suatu hal
49
49
yang mudah. Diperlukan kesadaran dan latihan agar sifat tersebut
benar-benar menjadi prinsip hidup, kesadaran bermula dari
pengetahuan, seseorang harus diberi pengetahuan mengenai
pentingnya jujur dan apa akibat tidak jujur. Sementara latihan jujur itu
sendiri bisa dilakukan secara personal.
Nilai kejujuran adalah pengantar akhlak mulia yang akan
mengantar pemiliknya kepada kebajikan. Sifat jujur merupakan faktor
terbesar tegaknya agama dan dunia. Karena agama tidak bisa tegak di
atas kebohongan dan kehidupan dunia akan kacau. Jujur merupakan
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya baik dalam perkataan maupun
perbuatannya.
B. Kerangkan Pikir
Karya sastra merupakan gambaran kehidupan seseorang dengan
menggunakan tulisan sebagai mediumnya, kata-kata yang melukiskan dengan
imajinasi, khayalan oleh pengarang. Karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu:
Puisi, novel, dan drama. Puisi merupakan karya sastra yang terikat oleh rima,
irama, ritme, dan puisi merupakan karya yang menggunakan kata-kata khiasan
dan dipersingkat. Novel ialah karya sastra yang tertulis dalam bentuk cerita dan
biasanya tidak terikat oleh banyaknya kata maupun irama, novel biasanya
mencerminkan pengalaman atau pengentahuan pengarangnya dan melukiskan
permasalahan yang ada di masyarakat. Sedangkan drama merupakan karya sastra
50
50
yang terbilang komplit, karena telah menghadirkan tulisan juga telah
menampilkan gambar dan suara. Peneliti kali ini hanya terfokus pada karya sastra
novel dan drama saja yang berjudul Mimpi Sejuta Dolar. Novel yang telah
diangkat ceritanya ke layar kaca telah mengalami proses Ekranisasi (Eneste: 1991:
61).
Proses ekranisasi menurut Eneste (1991: 61) setidaknya mengalami
perubahan yaitu: penambahan, pengurangan, maupun perubahan bervariasi, baik
dari segi unsur instrinsik karya sastra maupun ekstrinsiknya. Maka dibutuhkan
analisis lebih lanjut untuk mengetahui letak-letak perubahan tersebut. Terkhusus
pada unsur nilai edukatif, sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial
yang saling melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial.
Kesatuan nilai dan sastra tak dapat dipisahkan tetapi bisa dikaji secara terurai
demi suatu tujuan. Tak ada sastra yang tak bernilai meskipun nilai itu sendiri
bukan sastra.
Nilai edukatif menurut Daulay membagi unsur pendidikan menjadi empat
bagian yaitu; nilai edukatif religi, nilai edukatif ketangguhan, nilai edukatif
kepedulian, nilai edukatif kejujuran. Nilai edukatif religi lebih mengarah pada
kepercayaan atau keyakinan seseorang yang berpusat pada hati nurani untuk
melangsungkan hidup yang lebih baik untuk diri pribadi maupun bagi orang
banyak. Nilai edukatif ketangguhan merupakan kemampuan seseorang untuk
berbuat yang terbaik dari apa yang dipercayakan kepadanya. Tangguh sama
artinya dengan kuat, kokoh, dan tahan banting, bertekad untuk berdiri tegak dan
gigih serta pantang menyerah. Nilai edukatif kepedulian didasarkan pada
51
51
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, melalui empati
seseorang mengenali rasa kemanusiaan terhadap diri sendiri ataupun orang lain.
Nilai edukatif kejujuran adalah berlaku benar dan adil dalam perkataan maupun
dalam perbuatan. Jujur lawan kata dari bohong.
52
52
Bagan Kerangka Pikir
Eneste (1991: 61)
Perubahan Yang terjadi dalam Proses Ekranisasi
Penambahan
Pengurangan Perubahan variasi
Karya Sastra
Prosa / Novel Puisi Drama
Unsur Intrinsik
dan Ekstrinsik/ Nilai Edukatif
Analisis
Temuan
Mimpi Sejuta Dolar
Film
Mimpi Sejuta Dolar
54
BAB III
METODE PENENLITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan cara ilmiah mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun tujuan dari penelitian adalah bersifat
penemuan, pembuktian, dan pengembangan (Sugiyono, 2012: 2). Rancangan
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kaulitatif adalah
metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data
melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dikarenakan ada
beberapa pertimbangan diantaranya adalah penelitian ini bersifat menggambarkan,
menguraikan suatau hal dengan apa adanya, maksudnya adalah data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata atau penalaran, gambar, dan bukan angka-
angka, menyajikan data secara objektif atau sesuai dengan kenyataan yang
ditemukan dilapangan untuk memperoleh data.
B. Fokus Penelitian
Agar tidak terjadi perluasan pembahasan maka dari itu peneliti terfokus
pada bagian unsur pembangun sebuah karya sastra dari luar atau sering disebut
unsur ekstrinsik dan intrinsik yang terdiri atas beberapa unsur, namun kali ini,
peneliti hanya terfokus pada nilai edukatif (pendidikan) yang terkandung di dalam
55
55
karya sastra tersebut, baik dalam novel “Mimpi Sejuta Dolar” maupun dalam
film “Mimpi Sejuta Dolar” yang diperngaruhi oleh perubahan unsur intrinsik
karya sastra yaitu alur dan tokoh.
Peneliti kali ini ingin mencari tahu letak perbedaan nilai edukatif yang
terjadi secara signifikan pada waktu dilakukan proses transformasi dari sebuah
novel ke dalam bentuk film.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterangan atau bahan
nyata seperti kata, kalimat, dan paragrap dalam novel Mimpi Sejuta Dolar
Karya Albhrthein Endah maupun adegan, dialog, monolog dari film Mimpi
Sejuta Dolar garapan sutradara Hestu Saputra yang dapat dijadikan kajian
penelitian nilai edukatif menurut Dualay(Asiani,2019:26) melipiuti nilai
edukatif religi, ketangguhan, empati dan kejujuran pada novel “Mimpi Sejuta
Dolar” dengan film “Mimpi Sejuta Dolar”.
2. Sumber Data
Sumber data adalah objek dari mana data diperoleh yang menjadi dasar
pengambilan atau tempat untuk memperoleh data yang diperlukan dengan
demikian, sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul “Mimpi
Sejuta Dolar” dengan sub-copy film “Mimpi Sejuta Dolar” .
56
56
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik baca dan catat
dengan jalan mengumpulkan data melalui sumber tertulis dengan cara penelitian
pustaka yaitu:
1. Membaca berulang-ulang Novel “Mimpi Sejuta Dolar” .
2. Mencatat data yang termasuk nilai edukatif (pendidikan) yang terdapat di
dalam Novel “Mimpi Sejuta Dolar”
3. Mengklasifikasikan data yang termasuk nilai (pendidikan) yakni nilai dalam
buku catatan.
Terkhusus untuk film teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik
menonton, analisa dan teknik mencatat, yaitu :
1. Menonton film secara berulang-ulang.
2. Mencatat bagian atau adengan yang mengandung nilai edukatif.
3. Memilah data yang termasuk bagian yang mengandung nilai edukatif.
E. Teknik Analisis Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan metode deskriptif. Meleong ( Yanti, 2016: 33) mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat
diamati.
Serupa dengan Meleong, Ratna (Yanti, 2016: 33) mengatakan metode
penelitian kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran
57
57
dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Dalam ilmu sastra, sumber
datanya adalah karya, naskah, sedangkan data penelitiannya sebagai data formal
adalah kata-kata, kalimat dan wacana.
Adpapun langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk mengalisis data
pada penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi seluruh data yang telah dipersiapkan berupa novel dan
film.
2. Mengklasifikasikan data yang telah diperoleh.
3. Menelaah /menganalisa seluruh data yang telah dipeoleh berupa nilai
edukatif dalam novel “Mimpi Sejuta Dolar” dan film “Mimpi Sejuta
Dolar”
4. Mendeskripsikan unsur yang membangun karya sastra khususnya
menyangkut nilai edukatif dalam novel “Mimpi Sejuta Dolar” dan film
“Mimpi Sejuta Dolar”
.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini yang berjudul Transformasi Nilai Edukatif dalam
NovelMimpi Sejuta Dolar Ke dalam Film Mimpi Sejuta Dolar pertamakali yang
dilakukan adalah Analisis Nilai Edukatif dalam Novel “Mimpi Sejuta Dolar”dan
Analisis Nilai Edukatif dalam Film “Mimpi Sejuta Dolar”. Setelah ditemukan
Nilai Edukatif dalam novel dan film “Mimpi Sejuta Dolar” maka dilakukan
analisis Transformasi Nilai Edukatif Dalam Novel Mimpi Sejuta Dolar Ke Dalam
Film Mimpi Sejuta Dolar dengann menggunakan kajian Enkranisasi.
Sesuai dengann Proses ekranisasi maka peneliti memperoleh hasil berupa
proses ekranisasi tokoh dan alur novel Mimpi Sejuta Dolar ke dalam film Mimpi
Sejuta Dolar dilihat dari kategori aspek penciutan atau pengurangan, penambahan
dan perubahan bervariasi.
Dalam menganalisis novel dan film “Mimpi Sejuta Dolar” kita akan
menggunakan 4 Kriteria Nilai Edukatif menurut Daulay yaitu Nilai Edukatif
Religius, Nilai Edukatif Ketangguhan, Nilai Edukatif Kepedulian dan Nilai
Edukatif Kejujuran.
Berikut beberapa proses ekranisasi alur dilihat dari kategori aspek
pengurangan, penambahan, dan perubahan bervariasi.
59
59
1. Aspek Proses Ekranisasi Alur dan Tokoh Berdampak pada Nilai Edukatif
Ketuhanan
a. Aspek Pengurangan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Ketuhanan
Aspek pengurangan alur ialah proses pengurangan Alur pada Novel
ketika proses Ekranisasi, artinya ada beberapa alur yang akan dihilangkan
pada saat pembuatan film. Kategori aspek pengurangan alur berjumlah 8
deskripsi bagian. Deskripsi bagian tersebut terdapat dalam beberapa bagian
yang berbeda dalam novel berdasarkan urutan kejadian. Kategori aspek
penciutan ini dilihat dari tidak ditampilkannya bagian-bagian dalam novel
tersebut ke dalam film setelah mengalami proses ekranisasi yang berefek
pada berubahnya kuantitas nilai edukatif ketuhanan dan juga menyebabkan
perubahan bentuk dalam penyampaian nilai edukatif ketuhanan tersebut.
Nilai Edukatif yang mencerminkan hubungan manusia dengann Tuhan
atau disebut juga Nilai Edukatif Religius, yang meliputi nilai; berdoa,
beriman, dan bertaubat yang dikategorikan menjadi Nilai Edukatif karakter
religius. Nilai Edukatif Religius merupakan sudut pandang yang mengikat
manusia dengann Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang
hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama.
Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula
bertindak sebagai pemacu faktor kreatif, kedinamisan hidup, dan
perangsang atau pemberi makna kehidupan. Melalui agama, manusia pun
dapat mempertahankan keutuhan masyarakat yang telah tetap sekaligus
menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik.
60
60
Pembahasan pada aspek pengurangan alur akan dibahas satu persatu
sesuai dengann urutan dalam novel maupun film berdasarkan penelitian.
1) Pengurangan pertama terhadap nilai edukatif ketuhanan yaitu pada
[Hal.1] novel, berikut kutipannya;
Merry:“Tuhan menganuhgerahkan segala fitur di dalam tubuh
dan pikiran kita. Aku bersyukur karena kusadari itu sejak
muda untuk meraih sukses”.
Kutipan di atas yang berhuruf tebal merupakan kutipan yang
mengandung unsur niali edukatif ketuhanan yang menunjukkan sikap Ria
yang bersyukur kepada Tuhan, Bersyukur merupakan sikap atau contoh
perilaku berkomunikasi dengann Tuhan atas nikmat yang telah diberikan
atau wujud dari beriman atau percaya bahwa nikmat yang telah diberikan
berasal dari Tuhan, sesuai dengann definisi di atas, kutipan di atas
menceritakan Ria bersama Alva yang datang ke NTU setelah meraih
sukses dan mengatakan bahwa Ia sangat bersyukur kepada Tuhan bahwa
Ia telah diberi fitur pembangkit dalam tubuh dan pikiran dan Ia sadari itu
sejak awal. Setelah dilakukannya proses ekranisasi pengurangan alur
unsur nilai edukatif ketuhanan dalam alur film berkurang atau tidak
ditemukan alur serupa sehingga kutipan yang mengandung nilai edukatif
ketuhanan dalam novel tersebut mengalami pengurangan seiring dengann
pengurangan alur.
2) Pengurangan alur yang kedua terdapat pada [Hal.40] yang menceritakan
bahwa Ria berusaha berpikir positif bahwa keputusan kedua orangtuanya
menyekolahkannya di luar negeri merupakan cara ampuh membuatnya
61
61
menjadi orang mandiri walau ini merupakan kali pertama Ria pergi jauh
tanpa didampingi oleh kedua orangtuanya.berikut kutipannya;
Merry: “Aku berusaha menguatkan hati dan berpikir positif
bahwa kepergianku ke negeri orang tanpa didampingi
orangtua barangkali adalah cara Tuhan untuk
mempersiapkan kemandirianku di sana”.
Nilai edukatif ketuhananya terletak pada saat Ria berusaha
membuat pola pikir bahwa keputusan kedua orang tuanya itu merupakan
kehendak atau sudah menjadi rencana Tuhan untuk dirinya, pemikiran
Ria tersebut merupakan pemikiran orang yang percaya akan adanya
Tuhan dan ini merupakan wujud dari iman seseorang atau
kepercayaannya terhadap Tuhan. Namun setelah dilakukan proses
ekranisasi berupa pengurangan alur mengakibatkan kandungan nilai
edukatif ketuhanan itu dihilangkankan atau dikurangi pada alur ini
karena tidak adanya kutipan serupa pada versi film.
3) Pengurangan alur ketiga pada [Hal.104] yang menceritakan ungkapan
yang biasa Ria sampaikan kepada para pendenganrnya ketika menjadi
motivator pada alur ini terdapat unsur nilai edukatif ketuhanan lewat
ucapan Ria berikut kutipan tersebut
“Kekuatan iman sangat berpengaruh dalam membentuk
ketabahan seseorang, dan ini prinsip yang hakiki. Oleh sebab
itu, hingga sekarang aku selalu mengatakan pada orang-orang
yang meminta saran sukses dariku, “selalu sertakan Tuhan
sebagai partner dalam bekerja.” Kita harus bersenyawa
dengann Tuhan sehingga segala yang kita jalani berorientasi
pada hal-hal yang baik dengann prinsip yang baik pula”.
Nilai edukatif ketuhanan terletak pada kutipan di atas Ria berpesan
bahwa segala kegiatan yang dilakukan selalu untuk mengikut sertakan
62
62
Tuhan di dalamnya dan jadikan Tuhan sebagai teman yang selalu
menunjukkan jalan kepada kita. Pada kutipan di atas memperlihatkan kita
bahwa Ria begitu beriman kepada Tuhan dan memercayai kekuatan
Tuhan. Namun setelah dilakukan proses ekranisasi, alur ini dihilangkan
sehingga nilai edukatif ketuhanan yang dikandung alur tersebut
berkurang dari segi kuantitasnya.
4) Pengurangan alur keempat terjadi pada [Hal.156] yang menceritakan Ria
bersama Alva di sebuah taman mereka berjumpa dengann Tylus seorang
anak muda yang sedang berjualan tiket seminar Anthony Robbins di
sebuah lapak kecil, Ria melihat tiket tersebut dan spontan merasa kaget
kegirangan kemudian langsung memberi tahu Alva bahwa tokoh idola
mereka beberapa hari lagi akan datang ke Singapura, Ria dalam hati
mengatakan bahwa ini merupakan berkat Tuhan, berikut kutipan Ria
dalam novel,
“Merry: “Anthony Robbins akan datang ke singapura !”Aku
memekik...Ya Tuhan, impianku sepertinya tengah berlari
mendekatiku.”
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan yang
mengandung nilai edukatif ketuhanan terdapat ketika Ria memercayai
bahwa kejadian tersebut merupakan berkat Tuhan yang diberikan
untuknya agar bisa bertemu dengann toko idola mereka yang Ia kenal
melalui buku yang sering dibacanya.
Mereka pun berniat membeli tiket tersebut dan mengambil uang
tabungan mereka. Proses ekranisasi pengurangan alur mengakibatkan
63
63
pula pengurangan tokoh seperti Tylus, seorang pemuda penjual tiket
seminar Anthony Robbins, Anthony Robbins seorang motivator dari
USA serta Bodyguard dan ShiefBodyguard Anthony Robbins sehingga
membuat unsur nilai edukatif ketuhanan mengalami pengurangan
terkhusus pada alur ini.
5) Pengurangan alur kelima terjadi pada novel [Hal.176] yang menceritakan
kutipan Ria yang mengandung nilai edukatif ketuhanan;
“Merry: “Selain partner yang sevisi dan memiliki energi positif, di
atas itu, jelas yang terpenting adalah partner tertinggi, yakni
Tuhan. Yakni Tuhan. Aku tidak pernah melupakan dialogku
dengann Tuhanku. Terlebih di masa-masa yang berat selama
di NTU. Beribadah bagiku bukan semata menjalankan ajaran
agama, tapi merupakan cara untuk menyerahkan hidupku
dipimpin oleh-Nya. Kurasa iman adalah dasar terpenting dan
paling dibutuhkan manusia di dunia sebelum berpikir untuk
melakukan apapun”.
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan yang
menunjukkan nilai edukatif ketuhanan yang menceritakan bahwa Ria
selalu berdialog dengann Tuhan dengann cara beribadah dan menjadikan
ibadah bukan semata-mata untuk menjalankan ajaran agama semata
namun menjadikannya agama sebagai pedoman hidupnya dan dipimpin
oleh Tuhan.
Setelah proses ekranisasi pengurangan alur mengakibatkan alur
yang mengandung kutipan tersebut ditiadakan pada alur film sehingga
mengurangi unsur nilai edukatif ketuhanan pada alur film dan beberapa
tokoh dalam novel. Sesuai dengann pengertian nilai edukatif ketuhanan
di atas bahwa nilai ketuhanan merupakan hubungan manusia dengann
64
64
Tuhan-Nya dengann berbagai cara berdasarkan agama yang dipeluknya,
Ria dalam kutipan di atas memperlihatkan kepada kita bahwa Ia selalu
melakukan dialog dengann Tuhan-Nya secara ketat dan memercayai
bahwa Tuhan akan membimbing jalannya.
6) Pengurangan yang keenam terjadi pada kutipan novel [Hal.244]
menceritakan Ria yang selalu melakukan ibadah dan memohon agar
utang pendidikannya dapat Ia lunasi, berikut kutipannya dalam novel,
“Setiap malam aku berdoa di kamar apartemenku yang
sempit. Semoga uang pendidikanku bisa segera terbayar, dan
pekerjaan yang kupilih ini memang bisa memberikan
mukjizat”.
Kutipan tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa Ria sangat
menyakini dengann adanya Tuhan melalui ibadah dan doanya kepada
Tuhan agar diberi mukjizat untuk melunasi utang pendidikannya, kutipan
tersebut dikategorikan dalam nilai edukatif ketuhanan karena
memperlihatkan Ria yang selalu berdoa, doa merupakan upaya
berkomunikasi dengann Tuhan.
Setelah mengalami proses ekranisasi pengurangan alur
mengakibatkan kutipan serupa atau kutipan yang menggambarkan Ria
berdoa dan beribadah itu dihilangkan, proses pengurangan alur secara
tidak langsung mengakibatkan kandungan nilai edukatif ketuhanan
mengalami pengurangan pada alur ini karena tidak ada lagi alur yang
menceritakan Ria beribadah dan berdoa.
7) Pengurangan alur yang ketujuh terjadi pada [Hal.322] yang menceritakan
Ria yang mengajarkan kepada kita bahwa keyakinan apapun yang kita
65
65
anut siapa pun Tuhan yang kita sembah, tetap jadikan Tuhan sebagai
teman sejalan dan petunjuk jalan kita, serta mensyukuri keberhasilan
walaupun kecil.berikut kutipannya pada novel;
“Siapa pun kita, kepercayaan apapun kita anut, sertakanlah
Tuhan sebagai bagian atau partner kerja kita. Hidupkan rasa
syukur dalam setiap pencapaian kecil dan berharaplah itu
akan merujuk pada kesempatan besar”
Kutipan di atas merupakan nilai edukatif ketuhanan karena Ria
mengajarkan kita untuk selalu mengikut sertakan Tuhan pada setiap
aktivitas yang kita lakukan, sesuai dengann definisi nilai edukatif
ketuhanan, bahwa nilai edukatif ketuhanan merupakan kepercayaan
manusia kepada Tuhan yang dapat diwujudkan dengann berbagai cara
termasuk percaya dengann kekuatan Tuhan.
Kutipan serupa tidak akan dijumpai dalam alur film karena telah
mengalami proses ekranisasi berupa pengurangan alur, pengurangan alur
ini mengakibatkan berkurangnya unsur nilai edukatif ketuhanan yang
terdapat dalam alur cerita film.
8) Pengurangan alur kedelapan terjadi pada novel [Hal.343] yang
menceritakan tentang kutipan Ria yang telah mampu melunasi utangnya
dan mensyukuri nikmat Tuhan karena telah mengabulkan doa-doanya,
berikut kutipannya;
“Tiada terkira rasa syukurku pada anugerah Tuhan yang luar
biasa. Sekarang aku bisa merasakan pembuktian dari
kekuatan doa dan kerja keras”.
Kutipan tersebut termasuk nilai edukatif ketuhanan karena Ria
memperlihatkan rasa syukur Ria kepada Tuhan karena telah
66
66
membuktikan kekuatan doa dan kerja kerasnya, kutipan serupa tidak
akan terlihat pada alur film karena telah mengalami proses ekranisasi
pengurangan alur sehingga membuat kandungan unsur nilai edukatif
ketuhanan tidak dijumpai pada alur film.
Pengurangan juga dilakukan karena tidak memungkinkan untuk
memvisualisasikan semua cerita yang ada dalam novel. Sebagai contoh
misalnya saat Ria saat memulai menjadi pembicara dan motivator.
Visualisasi pada film akan kesulitan mencari peserta, selain itu juga akan
memakan banyak biaya untuk membayar peran tersebut, penghilangan
juga bertujuan membuat waktu pemutaran film tidak terlalu lama
dikarenakan banyaknya pekerjaan yang dilakoni Ria sewaktu di
Singapura. Selain itu, dalam adegan tiga hari kegiatan seminar yang
dilakukan oleh Anthony Robbins, dalam visualisasinya pada film akan
kesulitan menghadirkan tokoh Anthony Robbins dan juga mencari ribuan
orang untuk menyaksikan atau menghadiri seminar tersebut dan juga
adegan saat Ria menjadi seorang manajer dan memiliki perusahaan,
adegan ini kemungkinan besar menelan biaya yang sangat banyak.
b. Aspek Penambahan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Ketuhanan
Aspek penambahan alur artinya adaya penambahan alur pada film
yang tidak dapat ditemukan pada alur novel. Kategori aspek penambahan
alur berjumlah 1 deskripsi adegan. Pengelompokan adegan tersebut dibagi
berdasarkan urutan kejadian.
67
67
1) Data pertama yang menunjukkan penambahan alur yaitu pada film menit
[F.27.28] yang menceritakan Ria yang berulang tahun mendapat kejutan
dari Irene yang memberinya kue ulang tahun kecil dan merayakannya
berdua di kamarnya. Mereka meniup lilin kemudian setelah itu, Irene
meminta Ria untuk berdoa di hadapan kue tersebut, berikut kutipannya;
Ria:(Berdoa dihadapan kue ulang tahun yang dipegang Irene)
“Semoga gue bisa kembali bertemu dengann keluarga gue
lagi dan semoga gue bisa bersahabatan terus dengann
Irene”
Irene: “Semoga dia bisa bayar semua utangnya, ada lagi gak?”
Ria: “Semoga gue bisa kembali ke Indonesia sebagai orang
sukses”
Kutipan film di atas menceritakan pada malam hari di kamar
asrama Ria dan Irene sedang merayakan hari ulang tahun Ria seraya
berdoa di hadapan kue tar kecil yang dipegang Irene.
Kutipan di atas yang berhuruf tebal merupakan kutipan film yang
mengandung nilai edukatif ketuhanan, kutipan tersebut memperlihatkan
kita bahwa semua hal yang kita doakan dan kita lakukan harus mengikut
sertakan Tuhan di dalamnya dengann syarat harus berusaha dengann
sungguh-sungguh. Kepercayaan dalam ajaran islam doa merupakan hal
yang tidak boleh dilewatkan bahkan tak terpisahkan bagi orang-orang
yang beragama dan berdoa merupakan cara manusia untuk memohon dan
berkounikasi dengann Tuhan. Berdoa merupakan wujud dari kepercayaan
manusia bahwa Ia memercayai adanya kekuatan besar di luar dirinya
yaitu kekuatan Tuhan.
68
68
Penambahan cerita memang wajar dilakukan dalam pembuatan film,
dalam pembuatan film Mimpi Sejuta Dolar juga terjadi penambahan cerita.
Penambahan cerita tersebut secara keseluruhan tidak jauh menyimpang dari
novel aslinya. Penambahan tersebut dilakukan untuk menambah daya jual
film sehingga penonton tidak akan bosan saat melihat film tersebut.
Penambahan dilakukan dengann penambahan adegan antara Irene dengann
Ria, penambahan adegan ketika Ria mendapatkan kejutan kue ulang tahun
dari Irene dan memanjatkan doa bersama, penambahan adegan dalam alur
film terletak ketika mereka berdua memanjatkan doa sedangkan adegan
dalam novel tidak menceritakan adegan berdoa tersebut hanya menceritakan
Ria yang mendapat kejutan dari teman-teman asrama lainnya dan
merayakannya di lapangan kecil dekat asrama. Penonton yang terbawa alur
cerita menjadi penasaran dengann akhir adegan dan doa yang telah
dipanjatkan hingga akan menonton film hingga akhir.
c. Aspek Perubahan Bervariasi Alur Berdampak pada Nilai Edukatif
Ketuhanan
Kategori perubahan alur bervariasi merupakan perubahan wujud alur
dari novel ketika di filmkan, perubahan bervariasi artinya adanya bagian
alur yang berubah atau adanya inprovisasi alur yang terjadinya, tidak
dikurangi atau ditambah hanya saja disampaikan dengann tokoh yang
berbeda maupun dengann kutipan yang berbeda.
69
69
Kategori aspek perubahan bervariasi pada alur berjumlah 4 variasi.
Kategori aspek perubahan bervariasi ini dilihat dari adanya perubahan
penggambaran cerita dalam visualisasinya ke bentuk film.
1) Pembahasan untuk kategori perubahan bervariasi akan dibahas satu
persatu sesuai dengann urutan hasil penelitian dalam waktu kemunculan.
Perubahan bervariasi pertama terjadi pada novel [Hal.2] yang
menceritakan saat pertama kali Ria tiba di NTU, Ria berjalan kaki
bersama teman-teman asal Indonesia di NTU menuju tempat penginapan
atau asrama tempat mereka akan menginap selama kuliah disana, Ria
yang merasakan kelelahan selama perjalanan dari Indonesia disuguhi
pemandangan NTU di malam hari yang begitu indah, Ria berdialog
dalam hati, berikut kutipannya;
Ria: “Akan tetapi tuhan begitu baik, karena jalan itu seperti
diciptakan untuk mereka yang membutuhkan penghiburan
sepanjang kaki mungil dengann kontur bukit yang
mendamaikan, bangunan-bangunan asrama yang mirip
deretan vila menyenangkan seperti yang kita dilihat di banyak
film”.
Kutipan berhuruf tebal di atas menunjukkan nilai edukatif
ketuhanan, karena telah memperlihatkan kita bahwa Ria percaya dan
bersyukur kepada Tuhan karena selagi merasakan lelahnya perjalanan Ia
kemudian menikmati keindahan pemandangan NTU yang begitu indah
dan Ria menyakini bahwa keindahan tersebut telah dipersiapkan oleh
Tuhan untuk mengobati rasa lelahnya. Percaya merupakan wujud iman
seseorang kepada Tuhan, sesuai dengann perngertian di atas bahwa tanda
nilai edukatif ketuhanan yaitu beriman kepada Tuhan.
70
70
Perubahan bervariasi alur terjadi ketika di filmkan, dalam alur film
diceritakan awal mula kedatangan Ria ke NTU pada menit [F.07.75],
berikut kutipannya;
Irene: “Lu butuh tempat nginep ajakan ?
Ria: “Sampai Papa datang”
Irene: “Oke, gue punya ide sih, lo nginep di dorm gue aja”
Ria: “Emang boleh?”
Irene: “Gak boleh sih, ada guidenya(penjaga).”
Kutipan yang bergaris tebal di atas merupakan kutipan pada alur
film yang menunjukkan alur awal kedatangan Ria ke NTU, dalam
kutipan di atas menunjukkan kutipan Irene yang membantu Ria dengann
memberinya tumpangan untuk bermalam di Asrama NTU.
Kedua kutipan tersebut sama-sama menceritakan awal kedatangan
Ria ke NTU, namun dalam alur film telah mengalami proses ekranisasi
pengurangan alur mengakibatkan unsur nilai edukatif ketuhanan yang
terdapat pada kutipan novel telah ditiadakan.
2) Perubahan bervariasi alur kedua terjadi pada novel [Hal.37] yang
menceritakan tentang Ria yang membuka buku harian Mama yang
diberikan padanya, berikut kutipan dalam buku harian Mama yang Ria
paling gemari;
“Serahkan segalanya pada Tuhan, dan Dia akan memberikan
jalan padamu. Yakinlah bahwa semua akan indah pada waktu-
Nya. Dia akan menunjukkan jalan selangkah demi selangkah
menuju kebaikanmu.”
Kutipan berhuruf tebal di atas mengajarkan kita bahwa segala
sesuatu jika dikerjakan dengann sungguh-sungguh serta mengikut
sertakan Tuhan dalamnya maka Tuhan senantiasa membukan jalan untuk
71
71
kita sedikit demi sedikit menuju keinginan yang ingin kita capai. Dalam
agama Islam biasa disebut dengann berserah diri.
Sesuai dengann pengertian nilai edukatif ketuhanan, Unsur nilai
edukatif ketuhanan ialah beriman, beriman artinya percaya dalam hati,
diucapkan dengann lisan dan dikerjakan dengann amal perbuatan, pada
kutipan tersebut Mama mengajarkan kita untuk percaya kepada Tuhan
dengann cara menyerahkan segala urusan kepada Tuhan, maka Tuhan
akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Setelah mengalami proses ekranisasi perubahan bervariasi alur,
alur film menceritakan bahwa Ria tidak memiliki buku harian Mama
terlebih lagi untuk membaca buku pemberian Mama, melainkan Ria
memiliki folder foto keluarga mereka, berikut kutipannya pada film
menit [F.40.01];
Ria: “Lo punya Hard drive kan ?
Irene: “Ada, kenapa ?”
Ria: “Mau nitip data-data gue (Folder foto keluarga), gue
mau jual laptop gue”
Irene:“Hah ?, lu ngapain jual laptop ?, lu kalo butuh duit gue
ada kok. Lu mau pinjam?”
Kutipan yang bergaris tebal di atas merupakan kutipan pada film
yang menunjukkan bahwa alur telah mengalami proses ekranisasi
perubahan bervariasi, dalam adegan film Ria berniat untuk meminjam
harddisck milik Irene untuk menyimpan folder foto keluarganya karena
Dia berniat untuk menjual laptopnya.
Semula dalam alur novel Ria memiliki buku harian Mama namun
setelah di filmkan Ria hanya memiliki folder foto keluarga mereka.
72
72
Perubahan bervariasi ini secara tidak langsung menyebabkan hilangnya
kandungan nilai edukatif ketuhanan dalam serial filmnya karena kutipan
Mama dalam buku hariannya untuk berserah diri atau beriman kepada
Tuhan telah digantikan.
3) Perubahan bervariasi ketiga terjadi pada novel [Hal.44] berikut
kutipannya;
Merry:“Ini merupakan berkat Tuhan yang patut kusyukuri,
Merry:”Bahwa aku berangkat bersama dengann rombongan
siswi yang sebagain besar telah aku kenal”.
Kutipan di atas menceritakan Ria yang berangkat ke Singapura
bersama dengann sebagain besar siswi yang Ria sudah kenal dan Ria
sangat mensyukuri nikmat Tuhan tersebut walaupun tidak berangkat
bersama dengann kedua orangtuanya tetapi Ia berangkat dengann teman-
temannya,
Kutipan novel di atas yang bergaris tebal menunjukkan nilai
edukatif ketuhanan, sesuai dengann pengertian nilai edukatif ketuhanan
di atas bahwa nilai edukatif ketuhanan meliputi beriman, berdoa dan
bertobat, nilai edukatif ketuhanan terletak ketika Ria percaya dan
bersyukur bahwa keberangakatanya telah dipersiapkan oleh Tuhan,
syukur merupakan sifat atau cara manusia berterima kasihh kepada
Tuhan atas berkah yang telah diberikan dan wujud dari keimanan
seseorang.
Perubahan bervariasi terjadi pada alur film menit [F.03.34] berikut
kutipannya;
73
73
Ria: “Papa apa-apaan sih ?? Ria gak mau pah, kita jalan semua atau
gak jalan semua sekalian”
Papa:“Kamu gak bisa disini, disana kamu lebih aman,
walaupun kamu sendiri”, “ini tiket kamu ke Singapura”.
Kutipan bergaris tebal di atas merupakan kutipan percakapan Ria
dan Papa yang terjadi di Bandara sebelum keberangkatan Ria ke
Singapura yang menunjukkan bahwa alur cerita telah mengalami
perubahan bervariasi, Ria diceritakan berangkat seorang diri dan
kepergiannya secara tiba-tiba tanpa ada persiapan apapun dan
keberangkatannya ke Singapura demi keselamatan hidupnya bukan untuk
kuliah. Adanya perubahan alur ini membuat nilai edukatif ketuhanan itu
ditiadakan, karena tidak terdapat alur yang menceritakan ketika Ria
bersyukur kepada Tuhan bisa berangkat bersama dengann teman-
temannya.
4) Perubahan bervariasi keempat terjadi pada novel [Hal.59] yang
menceritakan saat Mama menelfon Ria yang menanyakan tentang
keadaan Ria setelah beberapa hari di Singapura berikut kutipan
percakapan mereka;
Mama: “Mama harap kamu baik-baik saja Ria”. “Mama akan
berdoa terus untukmu,”
Kutipan bergaris tebal di atas memperlihatkan nilai edukatif
ketuhanan yang dicerminkan oleh Mama yang terus mendoakan Ria dari
kejauhan, sesuai dengann definisi nilai edukatif ketuhanan meliputi;
berberdoa, beriman dan bertobat, dalam kutipan tersebut
memperlihatkan sosok Mama sangat religius namun setelah mengalami
74
74
proses ekranisasi membuat sosok Mama dalam alur film menjadi tidak
ditampilkan sosok religiusnya, bahkan tidak ada kutipan dari Mama
yang mengandung nilai edukatif ketuhanan.
Perubahan bervariasi terjadi pada alur film menit [F.23.01] berikut
kutipannya;
Papa: “Kamu tinggal dimana sih ??”
Ria: “Papa jangan kaget yaa, Pa,, Ria mengambil student lose”.
Pa: “Iya, tapi seberapa besar pinjaman kamu Ria???
Ria : “40.000 ribu dolar.
Kutipan bergaris tebal di atas merupakan kutipan pada film yang
menandakan telah terjadi perubahan bervariasi alur film setelah
mengalami proses ekranisasi, perubahan terjadi pada tokoh yang
menelfon Ria setelah tiba di Singapura, pada novel Ria melakukan
percakapan bersama Mama dan setelah di filmkan Ria berkomunikasi
dengann Papa, sehingga kutipan yang mengandung unsur nilai edukatif
ketuhanan saat menceritakan Mama yang akan terus mendoakan Ria itu
ditiadakan.
2. Aspek Proses Ekranisasi Alur Berdampak pada Nilai Edukatif
Ketangguhan
a. Aspek Pengurangan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif
Ketangguhan
Aspek pengurangan alur ialah proses pengurangan Alur pada Novel
ketika proses Ekranisasi, artinya ada beberapa alur yang akan dihilangkan
pada saat pembuatan film.
75
75
Kategori aspek pengurangan alur berjumlah 5 deskripsi bagian.
Deskripsi bagian tersebut terdapat dalam beberapa bagian yang berbeda
dalam novel berdasarkan urutan kejadian. Kategori aspek penciutan ini
dilihat dari tidak ditampilkannya bagian-bagian alur dan tokoh dalam novel
tersebut ke dalam film setelah mengalami proses ekranisasi yang berefek
pada berubahnya kuantitas nilai edukatif ketangguhan dan juga
menyebabkan perubahan bentuk dalam penyampaian nilai edukatif
ketangguhan tersebut.
Khaidir (Aulia, 2019: 27) menyatakan tangguh sama artinnya dengann
kuat, kokoh, tahan banting, bertekad untuk berdiri tegak dan gigih serta
pantang menyerah.
1) Pengurangan pertama terjadi pada novel [Hal.6] yang menceritakan Ria
yang meminum air keran di NTU demi mengirit uang belanja, berikut
kutipannya dalam novel;
“Kureguk air segar itu karena aku tidak punya cukup uang
untuk membeli air mineral sekalipun. Aku akan mematikan
keran jika ada orang yang lewat. Jarang sekali ada mahasiswa
yang minum dari air keran itu”.
Pada kutipan di atas menceritakan Ria yang berada di NTU dalam
keadaan keuangan yang minim harus meminum air keran demi mengirit
uang belanja dan harus meminumnya secara sembunyi-sembunyi karena
tidak banyak orang yang minum disana bahkan jarang sekali, namun Ria
harus melakukannya untuk menjaga keuangannya hingga akhir bulan.
Kutipan yang huruf tebal di atas merupakan nilai edukatif
ketangguhan yang menunjukkan saat Ria meminum air keran yang secara
76
76
kesehatan kurang steril karena air tersebut belum diolah, kemudian Ia
harus melakukannya berkali-kali dan secara sembunyi-sembunyi.
Walaupun demikian Ria tidak pernah mengeluh dengann keadaanya dan
tetap melanjutkan kuliahnya sampai selesai, sikap tersebut sesuai degan
definisi nilai edukatif ketangguhan yang diutarakan Khaidir ( Aulia,
2019:27) bahwa tangguh artinya kuat, kokoh dan pantang menyerah.
Pada alur film alur serupa tidak ditemukan sehingga membuat jumlah
nilai edukatif ketangguhan pada alur film mengalami pengurangan.
2) Pengurangan kedua terjadi pada novel [Hal.61] yang menceritakan
bahwa Ria sangat bergantung pada mie instan sebagai makanan pokok,
berikut kutipannya;
“Betapa berartinya kini mie instan itu bagi hidupku. Bukan
lagi berfungsi sebagai tambahan pengganjal perut atau
santapan iseng penghangat tubuh. Aku kini mengandalkannya
benar-benar untuk bertahan dari rasa lapar. Untuk hidup”.
Kutipan bergaris tebal di atas merupakan kutipan pada alur novel
yang menceritakan saat Ria melakukan pengiritan super, Ia harus
mengirit uang belanjanya dengann mengomsumsi mie instan sebagai
makanan pokok dan sangat mengandalkan mie tersebut untuk menjaga
dirinya tetap bertahan hidup di negara orang lain seorang diri demi
melanjutkan pendidikannya, mie instan merupakan makanan yang kurang
sehat dimakan jika keseringan karena mengandung pengawet dan nilai
gizinya juga tidak cukup banyak untuk seorang pelajar karena harus
berpikir keras. Namun, Ria tidak menyerah Ia tetap bisa mendapat nilai
yang lumayan bagus dan tidak ada pelajaran yang sampai harus
77
77
mengulang tahun berikutnya. Sesuai pengertian tangguh menurut Khaidir
di atas bahwa tangguh artinya; kuat, kokoh dan pantang menyerah. Itulah
yang selama beberapa semester Ria lakukan untuk tetap bisa bertahan
hidup.
Setelah melewati proses ekranisasi alur ini telah mengalami
pengurangan sehingga secara tidak langsung mengakibatkan unsur nilai
edukatif ketangguhan di dalamnya ikut mengalami pengurangan.
3) Pengurangan ketiga terjadi pada novel [Hal.179] berikut kutipannya;
“Dengann kata lain, bisnis yang tadinya akan kami jalankan
merupakan bisnis yang sudah dikuasai oleh pemain besar. Secara
logika tidak mungkin kami kalahkan dalam tempo cepat.
Akhirnya, aku dan Alva mengubur harapan itu. Kecewa,
memang. Tapi kami tidak patah semangat”.
Kutipan novel berhuruf tebal di atas merupakan kutipan yang
mengandung nilai edukatif ketangguhan. Kutipan alur novel di atas
menceritakan saat Ria dan Alva yang ingin memulai bisnis ketika
memasuki masa awal penyusunan skripsi mereka, dan mereka berdua
berniat membuka bisnis percetakan skripsi dan juga baju kaos, mereka
lalu mencari rekan bisnis atau pengusaha percetakan karena mereka
belum memiliki alat dan mereka berniat untuk melakukan kerja sama.
Namun tidak ada yang ingin bekerja sama dengann mereka, bahkan harga
yang ditawarkan para pengusaha percetakan disana lebih murah
dibanding harga yang Ria ingin tawarkan nantinya. Akhirnya mereka
batal untuk melakukan bisnis tersebut.
78
78
Nilai edukatif ketangguhan terletak pada saat mereka tidak patah
semangat karena tidak jadi melakukan bisnis, namun malah mencari
peluang lain dengann mencari ide lain untuk membuka bisnis lain. Sesuai
dengann pengertian tangguh menurut Khaidir bahwa tangguh artinya
kuat, kokoh, tahan banting dan pantang menyerah, itu terlihat pada
kutipan di atas.
4) Pengurangan keempat terjadi pada [Hal.187] yang menceritakan tentang
Ria bersama Alva membuka bisnis Tianshi, berikut kutipannya
“Ini kegagalan real pertama dan mengalami “peningkatan
kerugian”. Ketika gagal melakukan bisnis penjilidan skripsi dan
pembuatan kaus, aku belum mengeluarkan modal dan belum
melakukan upaya berarti. Tapi dalam Tianshi, aku sudah
mengeluarkan modal dan telah melakukan upaya. Di atas
semua itu, aku mencoba berpikir positif. Setidaknya dari
kegagalan ini ada sesuatu yang bisa dipelajari”.
Kutipan novel di atas menceritakan tentang Ria dan Alva yang
gagal memulai bisnis Tianshi sebuah merek kesehatan asal Tiongkok,
sebuah produk kesehatan yang laris dan cukup terkenal di Indonesia
namun produk tersebut gagal masuk ke Singapura, kerja keras mereka
terlihat dalam kutipan di atas, ketika mereka telah melakukan promosi
dan membeli beberapa produk dari Indonesia yang dibawa ke Singapura,
tak sampai disitu saja, mereka juga menerjemahkan bahasa Indonesia ke
Inggris dan mencetak kemasan produk baru sebagai contoh barang,
mereka beranggapan bahwa nantinya mereka yang menjadi agen Tianshi
pertama di Singapura, namun produk tianshi gagal masuk ke Singapura,
akhirnya mereka batal memulai bisnis.
79
79
Kutipan berhuruf tebal merupakan kutipan yang mengandung nilai
edukatif ketangguhan, kutipan tersebut menceritakan pada saat Ria dan
Alva yang tidak patah semangat dan bahkan berusaha menjadikan
kegagalan mereka yang telah menelan biaya dan tenaga tersebut menjadi
sebuah pembelajaran bagi mereka kedepannya.
Pada proses pengurangan alur secara tidak langsung
mengakibatkan pengurangan nilai edukatif ketangguhan karena setelah
mengalami proses ekranisasi, alur ini tidak ditemukan pada alur film dan
pengurangan alur ini mengakibatkan pengurangan tokoh Indri dalam
novel, Indri diceritakan sebagai teman Ria yang memberikan informasi
bahwa akan ada produk kesehatan bernama tianshi yang akan masuk ke
Singapura.
5) Pengurangan kelima terjadi pada novel [Hal.237] yang menceritakan
tentang Ria yang menangis karena merasa kesulitan mendapatkan klien
ketika Ia bekerja sebagai agen keuangan, berikut kutipannya;
Aku buru-buru menghapus air mataku. Aku tidak boleh kalah.
Tantanganku, harus mendapatkan sebanyak mungkin klien
atau nasabah. Jika aku down, akan makin jauh jarakku
dengann sukses. Aku menghela napas dan memejamkan mata,
mengumpulkan kekuatan”.
Kutipan berhuruf tebal di atas menceritakan saat Ria sedih hingga
menangis karena merasa kesulitan mendapatkan klien, namun Ia sadar
bahwa Ia harus bekerja keras lagi sebelum Ia mencapai tujuannya yaitu
bebas dari kekurangan biaya.
80
80
Nilai edukatif ketangguhan terdapat pada kutipan novel yang
berhuruf tebal yang menceritakan pada saat Ria menghapus air matanya
dan kembali semangat mencari klien agar ia dapat mencapai target. Ia
tidak larut dalam kesedihan dan terpuruk dalam kesedihan, Ia sadar
bahwa butuh perjuangan besar untuk mencapai tujuannya tersebut. Sesuai
pengertian tangguh menurut Khaidir bahwa tangguh artinya adalah kuat,
kokoh, tahan banting dan pantang menyerah itu tercermin pada alur
kutipan novel di atas yang memperlihatkan Ria yang tidak mudah
menyerah.
Setelah mengalami proses ekranisasi berupa pengurangan alur
mengakibatkan adegan ini tidak ditayangkan dalam alur film karena
proses pengurangan alur, sehingga secara tidak langsung mengakibatkan
pengurangan jumlah nilai edukatif ketangguhan pada sosok Ria pada saat
Ia bekerja sebagai agen keuangan.
6) Pengurangan keenam terjadi pada novel [Hal.305] yang menceritakan
saat Ria menjadi pembicara di Jakarta dan seseorang menanyainya,
“kenapa kami mengalami banyak penolakan, Miss Merry apa yang
salah dengann kami? kenapa Miss Merry bisa mendapatkan banyak
nasabah dan kami susah?” berikut kutipan jawaban Ria,
“Banyak gagal, banyak belajar. Tapi coba dan coba terus.
Jangan patah semangat. Yang penting kita tidak melakukan
kesalahan yang sama. Dari setiap kegagalan kita harus bisa
mengambil pelajaran yang kemudian menjadi petunjuk bagi
langkah-langkah selanjutnya”.
Kutipan yang berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada novel
yang mengandung nilai edukatif ketangguhan, sesuai dengann definisi
Khaidir bahwa tangguh merupakan kuat dan pantang menyerah persis
81
81
sama dengann sikap yang Ria tunjukkan dalam kutipan tersebut. Kutipan
tersebut menceritakan saat Ria menjadi pembicara dan motivator, Ria
ajarkan kepada para hadirin yang menanyakan rahasia suksesnya,
kuncinya Ria mengatakan bahwa jangan pernah menyerah dan
menjadikan kesalahan sebagai pembelajaran dan jangan melakukan
kesalahan yang sama.
Setelah mengalami proses ekranisasi pengurangan alur
mengakibatkan adegan ini tidak diceritakan pada alur film sehingga
secara tidak langsung mengakibatkan hilangnya kandungan nilai edukatif
ketangguhan yang semula terdapat pada alur novel.
b. Aspek Penambahan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif
Ketangguhan
Aspek penambahan alur artinya adanya penambahan alur pada film,
yang tidak dapat ditemukan pada alur novel. Kategori aspek penambahan
alur berjumlah 1 deskripsi adegan. Pengelompokan adegan tersebut dibagi
berdasarkan urutan kejadian.
1) Penambahan alur terjadi pada film [F.30.47] yang menceritakan saat Ria
yang bekerja sebagai pembagi brosur dipecat karena tempat Ia bekerja
dalam pengawasan Polisi dan Bos Brosur takut dan akhirnya
memutuskan untuk memecat Ria, di Singapura terdapat peraturan yang
melarang mempekerjakan seseorang dibawah umur dan bagi pendatang
dari Negara lain harus memiliki surat izin kerja terlebih dahulu, terlebih
82
82
Ria tidak memiliki surat izin kerja. Berikut kutipan Bos Brosur bersama
Ria;
Bos Brosur: “Merry, seseorang melapor polisi bahwa kita
mempekerjakan orang tanpa izin kerja, saya sudah jelaskan
kalau kita adalah organisasi sosial, tapi mereka akan tetap
mengawasi kita dari sekarang, maaf, Merry, kami tidak
bisa mempekerjakanmu lagi. Merry, kamu tidak apa-
apa ?
Ria: “Tidak apa-apa, terima kasih.
Kutipan di atas yang berhuruf tebal merupakan kutipan yang
memperlihatkan nilai edukatif ketangguhan pada saat Ria mengatakan
tidak apa-apa setelah Bos Brosur memecatnya. Berdasarkan definisi dari
Khaidir bahwa tangguh artinya kuat, kokoh , tahan banting dan pantang
menyerah itu terlihat pada kutipan novel di atas yang berhuruf tebal,
yang memperlihatkan sikap Ria yang tetap kuat setelah bosnya terpaksa
memecatnya.
Nilai edukatif ketangguhan kutipan di atas merupakan adegan
tambahan setelah mengalami proses ekranisasi, adegan pemecatan Ria
tidak terdapat dalam alur novel, dan setelah proses ekranisasi
penambahan alur ini mengakibatkan berubahnya sosok bos Ria saat
bekerja sebagai pembagi brosur, dalam novel tidak terdapat tokoh
tersebut, karena Bos Ria sewaktu menjadi pembagi brosur merupakan
seorang Pria paruh baya bernama Mr. Kenny.
Setelah mengalami proses ekrnisasi mengakibatkan bertambahnya
alur dan perubahan bervariasi tokoh yang secara tidak langsung
mengakibatkan bertambahnya jumlah kandungan nilai edukatif
83
83
ketangguhan pada alur film. Berikut gambar tokoh Bos brosur dalam
adegan film yang telah mengalami perubahan bervariasi;
Gambar.1 Merupakan sosok Bos Brosur dalam cerita film Mimpi
Sejuta Dolar.
c. Aspek Perubahan Bervariasi Alur Berdampak pada Nilai Edukatif
Ketangguhan
Untuk kategori aspek perubahan bervariasi pada alur berjumlah 4
variasi alur. Kategori aspek perubahan bervariasi ini dilihat dari adanya
perubahan penggambaran cerita dalam visualisasinya ke bentuk film.
Pembahasan untuk kategori perubahan bervariasi akan dibahas satu persatu
sesuai dengann urutan hasil penelitian dalam waktu kemunculan sesuai
topik.
1) Perubahan bervariasi pertama terjadi pada novel [Hal.215] yang
menceritakan tentang percakapan Ria dan Alva bersama teman-teman
kampusnya pada akhir semester di NTU yang membahas tentang apa
yang akan mereka lakukan setelah lulus, Ria dan Alva mengatakan tidak
akan melamar pekerjaan di perusahaan manapun dan ingin membuka
usaha, berikut kutipannya,
84
84
“Kami jadi bahan tertawaan dan bulan-bulanan ledekan.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa kami sudah gila. Tidak
punya modal, tidak ada relasi, tak punya ilmu bisnis khusus,
ada utang besar, berijazah sarjana, tapi malah hendak mencari
peluang usaha yang belum pasti”. ….
“ Aku dan Alva berusaha tegar dan tak goyah dengann
cemoohan itu”.
Kutipan pada novel di atas yang berhuruf tebal memperlihatkan sisi
nilai edukatif ketangguhan yang diperlihatkan Ria dan Alva ketika
mendapat ledekan dari teman-temannya dan tetap teguh dengann
pendiriannya serta tidak patah semangat dengann cemoohan itu.
Setelah mengalami proses ekranisasi perubahan bervariasi alur, alur
pada film menceritakan hanya Ria yang ingin memutuskan untuk
berbisnis dan tidak ingin menjadi karyawan di perusahaan, tidak
diceritakan Alva bersama Ria. Perubahan bervariasi terletak saat Ria
hanya seorang diri yang berusaha menjadi seorang pebisnis. Berikut
kutipannya dalam alur film pada menit [F.1.19.30];
Manager: “Apakah kamu yakin akan mencoba di perusahaan ini ?,
apakah kamu siap untuk setiap penolakan ?”
Ria: “Saya bukan yang paling pandai, bukan yang paling kuat,
tapi saya gigih sekali, saya akan berjuang mati-matian,
dan takkan menyerah”
Manager: “Baiklah kita akan membantumu mendapatkan lisensi
dan saya akan melatihmu untuk menjadi seorang agen,
tidak ada gaji pokok tapi kamu akan mendapat komisi
ketika kamu mendapatkan kesepakatan.
Perubahan bervariasi alur mengakibatkan penyampaian nilai
edukatif ketangguhan pada setiap alur disampaikan melalui adegan yang
berbeda, pada novel nilai edukatif ketangguhannya terletak saat Ria dan
Alva tetap tegar saat teman-temannya meledeknya terhadap
keputusannya untuk memulai bisnis sedangkan pada alur film, nilai
85
85
edukatif ketangguhannya terdapat pada saat Ria mengatakan kepada bos
di agen keuangan bahwa Ia akan kerja mati-matian dan takkan menyerah.
2) Perubahan bervariasi kedua terjadi pada kutipan dalam novel pada
[Hal.11], berikut kutipannya;
”Aku mulai sejak liburan tahun kedua kuliahku, dengann
karier awal sebagai penyebar brosur di tempat umum. “
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada novel yang
mengandung nilai edukatif ketangguhan, sesuai dengann definisi menurut
Khaidir bahwa tangguh adalah kuat, kokoh, tahan banting dan pantang
menyerah, terlihat pada kutipan di atas ketika Ria harus bekerja sambil
kuliah pada saat liburan tahun kedua kuliah. Sikap kokoh Ria terlihat
ketika Ia harus bekerja sebagai pembagi brosur di tempat umum.
Perubahan bervariasi terjadi pada alur film menit [F.17.26] yang
menceritakan percakapan Ria, Irene dan Alva, Berikut kutipannya dalam
film;
Ria: “Lu pegang uang gue (sambil memberi uang ke tangan
Alva) nih dompet entar gue isi (kemudian memberi Irene
amplop berisi berkas pendaftarannya di NTU).
Ria:“ Aku harus kuat, harus sabar”.
Kutipan di atas menceritakan percakapan antara Ria, Irene dan
Alva saat Ria bersama Irene meminta Alva untuk menjadi penanggung
jawab Ria yang ingin mengambil uang pinjaman pendidikan di Bank
yang telah bekerjasama dengann NTU, namun Alva mau membantu
mereka asal Ria terlebih dahulu mendapatkan pekerjaan, Irene
menegaskan dan memohon kepada Alva bahwa Ria sangat butuh
bantuannya karena hari tersebut merupakan hari terakhir pendaftaran,
86
86
namun Alva bersikuku dengann keputusannya tersebut. Sehingga Ria
memberikan uang yang ada di dompetnya sebagai jaminan bahwa Ia akan
mendapatkan pekerjaan hari itu juga.
Kutipan berhuruf tebal pada kutipan alur film di atas menunjukkan
nilai edukatif ketangguhan terletak pada Ria tidak menyerah untuk
meyakinkan Alva bahwa Ia tidak akan menyusahkannya dan Ia akan
mendapatkan pekerjaan sesegera mungkin bahkan memberikan Uang di
dompetnya, kemudian Ria mengatakan dalam hati bahwa Ia harus kuat,
harus sabar dan tetap mencari pekerjaan agar Alva segera membantunya,
hingga akhirnya Ia mendapat pekerjaan sebagai pembagi brosur kegiatan
sosial.
Kedua alur antara novel dan film sama-sama menceritakan awal
mula Ria mencari pekerjaan. Adanya perubahan bervariasi tersebut tidak
mengakibatkan nilai edukatif yang terkandung dalam novel dan film
mengalami pengurangan namun penyampaian nilai edukatif ketangguhan
disampaikan dengann versi yang berbeda.
3) Perubahan bervariasi ketiga terjadi pada alur pada novel [Hal.87]
mulanya menceritakan Ria yang mencari pekerjaan pada saat ia libur,
berikut kutipannya;
“Aku mulai melakukan perjalanan ke pusat kota dan
kudapatkan informasi tentang pekerjaan-pekerjaan yang biasa
dilakukan banyak anak-anak muda selagi liburan. Pekerjaan
itu adalah membagikan flyer. Pembagi brosur atau
pamphlet”…. “Tanpa kesulitan aku segera peroleh pekerjaan
dari sebuah biro jodoh”.
87
87
Kutipan di atas merupakan alur pada novel yang menceritakan Ria
yang bekerja sebagai pembagi brosur biro jodoh.
Perubahan bervariasi terjadi pada alur film menit [F.19.44] yang
menceritakan tentang Ria yang bersikeras agar Bos Brosur mau
mempekerjakannya, karena tidak memiliki surat izin kerja dan sudah
banyak tokoh yang menolaknya karena Ria tidak memiliki surat izin
kerja, berikut kutipannya dalam film;
“Bos browsur: “Apakah kamu mahasiswa ?”
Ria: “Ya”
Bos browsur: “Mempekerjakanmu adalah pelanggaran hokum”.
Ria: “Tolonglah saya sangat butuh sekali pekerjaan ini”
Bos browsur: “Maaf, tidak bisa, pekerjaaan ini bukan sekadar
membagikan browsur, kami butuh orang-orang memberikan
donasi”.
Ria: “Saya bisa melakukannya untuk anda.( langsung
mengambil tumpukan browsur di meja di depannya) [F.
19.44]
Bos browsur: “Heii, nona !
Kutipan di atas menceritakan Ria yang belum sepakat dengann Bos
Brosur untuk mempekerjakannya langsung mengambil brosur yang ada
di atas meja dan langsung membagikannya kepada orang-orang yang
lalu-lalang.
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada alur film
yang menunjukkan nilai edukatif ketangguhan terdapat pada saat Ria
yang tidak pernah menyerah saat melamar pekerjaan bahkan Ia langsung
membagikan brosur dengann enerjik agar Bos Brosur mau menerimanya,
Bos Brosur mengatakan bahwa mereka adalah agen organisasi sosial gaji
bekerja disana sedikit, namun Ria tetap bersedia bekerja disana.
88
88
Proses ekranisasi mengakibatkan perubahan pada alur cerita dari
novel ke film, perubahan bervariasi terjadi pada jenis pekerjaan Ria yang
mula bekerja sebagai pembagi brosur biro jodoh berganti menjadi
pembagi brosur organisasi sosial, perubahan berikutnya terjadi pada
waktu kejadian Ria bekerja sebagai pembagi brosur, pada novel Ria
bekerja pada saat liburan kuliah berubah menjadi Ria bekerja sebelum
mendaftar kuliah karena telah diberi syarat oleh Alva.
Menurut hemat penulis nilai edukatif ketangguhan di alur film
lebih menonjol karena Ria harus mendapatkan pekerjaan dalam tempo
waktu yang singkat dan terpaksa melakukannya agar Alva mau
menandatangani surat pinjaman uang pendidikannya sedangkan dalam
alur novel Ria mengatakan bahwa “Tanpa kesulitan aku segera
peroleh pekerjaan dari sebuah biro jodoh”. .
4) Perubahan bervariasi keempat terjadi kutipan dalam novel [Ha.221] yang
menceritakan saat Ria mencari kerja sebagai agen keuangan bersama
Alva, berikut kutipannya dalam novel;
“Tiga kantor penjual produk keuangan yang kami datangi
menolak dengann cepat…. “Pada kunjungan ke kami ke
kantor keempat sebuah kantor yang sangat sederhana di
Tanjong Pagar, barulah kami diterima”.
Kutipan di atas menceritakan Ria mencari pekerjaan bersama
dengann Alva dan mereka harus pergi ke beberapa kantor keuangan
hingga akhirnya mereka diterima.
Nilai edukatif ketangguhan pada alur ini terletak pada saat Ria dan
Alva harus berkeliling sebanyak empat kantor keuangan, barulah mereka
89
89
diterima di salah satu kantor tersebut dan harus melewati beberapa tes
lagi.
Perubahan bervariasi alur terjadi pada alut film menit [F.1.19.30]
yang menceritakan saat Ria seorang diri melamar pekerjaan sebagai agen
keuangan berikut kutipan percakapan Ria dengann menager perusahaan
agen keuangan;
Manager: “Apakah kamu yakin akan mencoba di perusahaan ini ?,
apakah kamu siap untuk setiap penolakan ?”
Ria: “Saya bukan yang paling pandai, bukan yang paling kuat,
tapi saya gigih sekali, saya akan berjuang mati-matian,
dan takkan menyerah”
Kutipan di atas merupakan percakapan saat Ria ditanya oleh
manager agen keuangan perihal apakah Ria siap menerima penolakan
sewaktu bekerja nanti?, dan kutipan berhuruf tebal diatas merupakan
kutipan yang menunjukka nilai edukatif ketangguhan yang ditunjukkan
oleh Ria saat mengatakan bahwa Ia takkan menyerah dan akan mati-
matian agar mencapai target prentasi sesuai dengann keinginan manager.
Proses ekranisasi mengakibatkan perubahan pada alur novel yang
semula menceritakan bahwa Alva dan Ria harus menerima penolakan
dari tiga kantor agen keuangan, barulah di kantor keempat mereka
diterima, sedangkan dalam alur film diceritakan bahwa Ria seorang diri
datang melamar pekerjaan dan tidak diceritakan bahwa Ia pergi ke
beberapa kantor agen keuangan lainnya.
Nilai edukatif ketangguhan pada alur novel berubah cara
penyampaiannya pada alur film, nilai edukatif ketangguhan pada alur
90
90
novel terletak saat Alva dan Ria tidak saat menyerah melamar pekerjaan
di beberapa kantor agen keuangan, namun nilai edukatif di alur film
terletak pada saat Ria mengatakan kepada Manager agen keuangan
bahwa Ia akan matia-matian da takkan menyerah saat diterima nantinya.
3. Aspek Pengurangan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Kepedulian
a. Aspek Pengurangan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Kepedulian
Kategori aspek pengurangan alur berjumlah 4 deskripsi bagian.
Deskripsi bagian tersebut terdapat dalam beberapa bagian yang berbeda
dalam novel berdasarkan urutan kejadian. Kategori aspek penciutan ini
dilihat dari tidak ditampilkannya bagian-bagian dalam novel tersebut ke
dalam film setelah mengalami proses ekranisasi yang berefek pada
berubahnya kuantitas nilai edukatif kepedulian dan juga menyebabkan
perubahan bentuk dalam penyampaian nilai edukatif kepedulian tersebut.
1) Pengurangan alur pertama terjadi pada [Hal.69] yang menceritakan Ria
yang kerapkali kedapatan oleh mahasiswi India di dapur asrama sedang
memasak mie instan, karena saking seringnya Mahasiswi India tersebut
bertanya kepada Ria, berikut kutipannya dalam novel;
“Hei, bukankah makanan itu tidak sehat kalau dimakan setiap
hari? Kamu tidak takut sakit?” (Tanyanya dengann wajah
menyiratkan keseriusan).
Kutipan berhuruf tebal di atas memperlihatkan nilai edukatif kepedulian
yang ditunjukkan oleh Mahasiswi India dan kutipan yang berada dalam
tanda kurung merupakan mimik wajah Mahasiswa India tersebut, pada
kutipan di atas Mahasiswa India tersebut menanyakan kepada Ria bahwa
91
91
apakah dengann mengomsumsi mie instan baik untuk kesehatan,
pertanyaan yang diajukan tersebut merupakan bentuk keprihatinan
Mahasiswi India tersebut kepada Ria, karena Ia tahu bahwa
mengomsumsi mie instan terus-menerus tidak baik untuk kesehatan,
namun Ria harus melakukannya karena Ia sangat menghemat uang dan
mie instan itu juga merupakan bekal Ria dari Mama. Sesuai dengann
definisi nilai edukatif kepedulian yang telah dipaparkan di atas bahwa
nilai edukatif kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman diri sendiri dan memahami orang lain, kutipan pada dalam
novel yang berhuruf tebal di atas menunjukkan nilai edukatif kepedulian
karena pada kutipan tersebut menunjukkan sikap Mahasiswa India
menunjukkan sikap mengasihani dan mengkhawatirkan perihal kesehatan
Ria yang sertiap hari mengomsumsi mie instan .
Proses ekranisasi mengakibatkan pengurangan alur, dalam alur film
tidak ada kutipan Ria berbincang dengann Mahasiswi India dan juga
tidak adanya alur yang memperlihatkan Ria sedang memasak mie instan
di dapur asrama. Akibat dari proses ekranisasi juga mengakibatkan
pengurangan tokoh yaitu Mahasiswa India. Sehingga dengann adanya
pengurangan alur disertai dengann pengurangan tokoh Mahasiswi India,
pengurangan alur ini juga secara tidak langsung mengakibatkan
dihilangkannya unsur nilai edukatif kepedulian pada alur film yang tidak
menayangkan alur tersebut.
92
92
2) Pengurangan alur kedua terjadi pada novel [Hal.142] yang menceritakan
saat Ria kuliah di NTU dan memilih untuk magang di perusahaan
Micron, berikut kutipannya dalam novel;
“Rasa kagumku pada perusahaan Micron bertambah ketika
suatu kali Mr. Roslan memanggilku dan mengatakan meminta
perusahaan membayarkan 25% dari total biaya kuliahku, alias
satu tahun terakhir kulliahku akan dibayarkan. (Bukan main
girangnya aku). Itu berarti utangku berkurang sekitar 70 juta
rupiah”.
Kutipan di atas menceritakan saat Mr. Roslan selaku superpisor
Ria, mempromosikan Ria untuk masuk seleksi untuk mendapat beasiswa
dari perusahaan micron.
Nilai edukatif kepedulian terletak saat Mr, Roslan mempromosikan
Ria, karena Mr. Roslan tahu betapa berartinya uang beasiswa tersebut
bagi Ria jika berhasil dalam tes tersebut, sesuai dengann devisi nilai
edukatif kepedulian bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang
didasarkan pada pemehaman perasaan diri sendiri dan memahami orang
lain, kepedulian adalah merasakan kepedulian terhadap sesama agar
berupaya mengenali pribadi orang lain yang sedang dalam keadaan
susah, dan sikap itu diperlihatkan oleh Mr. Roslan.
Proses ekranisasi pengurangan alur mengakibatkan alur Ria sedang
magang di perusahaan micron dalam serial film telah ditiadakan, secara
tidak langsung mengakibatkan hilangnya kandungan nilai edukatif yang
ditunjukkan oleh Mr. Roslan dan juga terjadinya pengurangan tokoh Mr.
Roslan.
93
93
3) Pengurangan alur ketiga terjadi pada novel [Hal.254] yang menceritakan
saat Ria dan Alva yang sedang bekerja sebagai agen keuangan, mereka
telah menetapkan prinsip kerja bahwa mereka harus melakukan
setidaknya 20 presentasi dalam sehari, namun suatu hari Ria merasa letih
dan mengajak Alva untuk menyudahi pekerjaannya hari itu sebelum
mencapai 20 prentasi, kemudian Alva mengatakan, berikut kutipannya
dalam novel;
Alva:“Apakah kamu ingin ibumu direndahkan terus? Jika iya,
ayo kita pulang saja sekarang….” (Alva berkata
dengann lembut).
Merry :“Mendenganr itu, sesuatu menggetarkan mengalir di diriku.
Dalam beberapa detik semangatku muncul kembali. “Aku
tidak boleh menyerah!”.
Kutipan di atas yang berhuruf tebal merupakan kutipan adegan
pada novel yang menceritakan saat Alva mengingatkan Ria pada saat
dulu ibunya merasa malu dan merasa direndahkan oleh Mama Luki,
Mama Ria merasa sedih sewaktu Mama Luki menelfon Mama Ria untuk
memberitahukan Ria agar Ria tidak lagi menghubungi Luki dan
memaksanya untuk ikut sebagai nasabah agen keuangan yang Ria lakoni,
sehingga Mama Ria memerintahkan Ria untuk berhenti bekerja sebagai
agen keuangan.
Nilai edukatif kepedulian terdapat pada saat Alva memperlihatkan
rasa peduli terhadap Ria dengann mengingatkan waktu Mamanya
direndahkan, perkataan Alva tersebut berusaha membangkitkan semangat
Ria untuk bekerja, sehingga Ria dapat memperlihatkan kepada Mamanya
bahwa keputusannya menjadi agen keuanga itu tidak salah sekaligus
94
94
dapat membuat Mamanya bangga dengannnnya. Sikap Alva pada kutipan
yang berhuruf teal di atas telah sesuai dengann definisi kepedulian yang
dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang
didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang
lain.
Setelah mengalami proses ekranisasi mengakibatkan pengurangan
alur dan juga tokoh Luki dan Mamanya, alur yang menceritakan Ria dan
Alva bekerja sebagai agen keuangan itu ditiadakan dan juga alur yang
memperlihatkan Luki dan Mamanya, secara tidak langsung
mengakibatkan nilai edukatif kepedulian yang ditunjukkan Alva juga
mengalami pengurangan.
4) Pengurangan alur keempat terjadi pada [Hal.329] yang menceritakan saat
Ria yang telah sukses sebagai pebisnis dan telah membuat perusahaan
sendiri dan juga telah mendapat beberapa gelar dari berbagai pihak
perihal kesuksesannya sebagai sales agen keuangan. Berikut kutipannya;
“Setiap minggu kuluangkan waktu satu jam untuk
memberikan konsultasi cuma-cuma”.
Kutipan novel yang berhuruf tebal di atas merupakan kutipan yang
menunjukkan nilai edukatif kepedulian yang ditunjukkan oleh Ria, Ria
yang telah sukses dan telah banyak meraih penghargaan dari berbagai
pihak berusaha membagikan tips dan trik suksesnya kepada mereka yang
sedang membutuhkan, tanpa harus mengeluarkan dana alias gratis, Ria
menunjukkan sisi kepeduliannya dengann memberikan saran, masukan
serta motivasi, Ria tidak memandang latar belakang dari masing-masing
95
95
pendenganrnya yang Ia fokuskan hanya cara agar banyak orang yang
dapat mengikuti langkahnya menjadi orang yang bebas tekanan finansial
dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia
sebelum usia tiga puluh tahun. Sesuai dengann definisi kepedulian yang
dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang
didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang
lain, dan Ria memperlihatkan itu dengann memberi konsultasi dengann
cuma-cuma.
Proses ekranisasi ini secara tidak langsung mengakibatkan
pengurangan unsur nilai edukatif kepedulian yang tunjukkan Ria, karena
dalam alur film tidak ditemukan kutipan tersebut, pengurangan alur
mengakibatkan dihilangkannya alur yang menceritakan Ria menjadi
pembicara ataupun mativator.
b. Aspek Penambahan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Kepedulian
Kategori aspek penambahan alur berjumlah 9 deskripsi adegan.
Pengelompokan adegan tersebut dibagi berdasarkan urutan kejadian yang
sama sesuai waktu yang berdekatan. Kategori aspek penambahan ini dilihat
dari penambahan cerita dalam film, artinya cerita tersebut merupakan cerita
tambahan dimana dalam novel tidak terdapat cerita tersebut.
1) Pembahasan untuk aspek penambahan alur akan dibahas satu persatu
dengann urutan waktu pembahasan. Data pertama yang menunjukkan
penambahan alur terjadi pada [F.06.04] yang menceritakan Saat Ria yang
duduk kebingungan di sebuah anjungan diberi kata sandi jaringan oleh
96
96
Mrs. Noor, Ria pun menggunakan jaringan tersebut untuk mencari
kenalannya asal Indonesia untuk membantunya mencari penginapan
karena Om Hans tidak ada di rumahnya. Berikut kutipan pada film yang
menceritakan saat Mrs. Noor memberi Ria katasandi;
Mrs. Noor; “Cookie 123, itu Kepunyaanku,” sandinya Cookie
123 doble o, itu namanya( duduk di bangku taman sambil
menggendong kucingnya).
Kutipan di atas merupakan kutipan yang menunjukkan sikap nilai
edukatif kepedulian yang diperlihatkan oleh Mrs. Noor yang melihat Ria
yang sedang seorang diri dalam keadaan kebingungan, sehingga
menolongnya dengann memberikan kata sandi jaringan yang Ia miliki,
sehingga Ria bisa menghubungi Irene, sesuai dengann definisi
kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan
rasa empati yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan
memahami orang lain. Pada kutipan di atas memperlihatkan sikap
kepedulian yang diperlihatkan oleh Mrs. Noor yang telah membantu Ria.
Proses ekranisasi mengakibatkan penambahan alur yang secara
tidak langsung penambahan alur tersebut mengakibatkan penambahan
alur yang mengandung nilai edukatif kepedulian dan penambahan alur
tersebut juga mengakibatkan perubahan bervariasi tokoh, semula dalam
alur novel tokoh Mrs. Noor tidak disebutkan namanya namun setelah
melalui proses ekranisasi mengakibatkan penggambaran tokoh Mrs. Noor
yang lebih diperjelas dengann menunjukkan namanya. Berikut gambar
Mrs. Noor dalam adegan Film;
97
97
Gambar.2 Menunjukkan sosok Mrs. Noor bersama Cookie dalam
cerita film Mimpi Sejuta Dolar.
2) Penambahan alur film kedua terjadi pada menit [F.33.27] menceritakan
saat Alva mengajak dan membantu Ria untuk mencari pekerjaan, namun
setelah beberapa tempat Ia datangi melamar pekerjaan tidak ada yang
menerimanya setelah itu Alva memberi Ria beberapa uang karena Alva
tahu bahwa Ria sudah tidak memiliki uang lagi karena Ria baru telah
dipecat dari pekerjaannya sebagai pembagi brosur, berikut kutipan dalam
film;
Alva: “Nih, buatkamu makan besok”(memberi uang beberapa
dolar)
Kutipan di atas merupakan alur tambahan setelah mengalami
proses ekranisasi. Nilai edukatif kepedulian terletak saat Alva membantu
Ria mencari pekerjaan karena hari itu mereka tidak mendapat kerja,
akhirnya Alva berinisiatif untuk memberi Ria beberapa dolar untuk Ria.
Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa
kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada pemahaman
98
98
perasaan diri sendiri dan memahami orang lain. Sikap itu ditunjukkan
oleh Alva yang memberinya beberapa dolar setelah gagal melamar
pekerjaan.
3) Pengurangan ketiga terjadi pada [F.40.01] yang menceritakan saat Irene
manawarkan Ria untuk meminjam uangnya jika Ria butuh uang, berikut
kutipannya dalam film;
Irene: “Hah ?, lu ngapain jual laptop ?, lu kalo butuh duit gue
ada kok. Lu mau pinjam ?”
Kutipan di atas merupakan kutipan yang telah melewati proses
ekranisasi penambahan alur, sehingga alur ini merupakan alur tambahan
atau alur yang semula tidak terdapat pada novel.
Sisi nilai eduktif kepedulian terletak saat Irene sabagai sahabat Ria
dan juga teman sekamar Ria mewarkan uang buat Ria pinjam jika mau,
karena Ria ingin menjual laptopnya. Sesuai dengannn definisi kepedulian
yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati
yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami
orang lain, Irene menunjukkan sikap empatinnya dengann menawarkan
dirinya untuk meminjamkan uangnya.
4) Pengurangan alur film keempat terjadi pada menit [F.48.25] yang
menceritakan saat Alva yang bekerja sebagai pembersih Singapur FLyer
memberikan pekerjaannya tersebut kepada Ria karena beberapa minggu
yang lalu mereka gagal mendapatkan pekerjaan. Berikut kutipannya
dalam film;
Ria: “ Jadi ini kerjaan lo ?”
99
99
Alva: “ Iya, tapi sekarang pekerjaan lo. (memberikan
peralatan kerja)
Ria: “Gak bisa gini Va.
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada alur film
yang menunjukkan unsur nilai edukatif kepedulian oleh Alva, Ia rela
memberikan pekerjaannya buat Ria karena Ia tahu bahwa Ria sangat
membutuhkan pekerjaan tersebut, kutipan yang berada dalam tanda
kurung merupakan adegan atau gerakan dalam film saat Alva
mengucapkan kutipan di atas, Alva berdalih bahwa Ia dapat bekerja di
pabrik sabagai buruh angkut yang notabene Ria tidak sanggup lakukan.
Sesuai dengannn definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay,
bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, saat Alva
memberikan pekerjaannya untuk Ria.
5) Pengurangan alur film keenam terjadi pada menit [F.53.59] yang
menceritakan saat Mr. Haresh (satpam asrama) membantu Ria mencari
Alva di parbik dengann memboncengnya dengann sepeda, berikut
kutipannya;
Mr. Hares:“Merry !! Merry, ayo naik , ayo, percaya saya”
(mengendarai sepeda berniat mengantar mencari Alva).
Kutipan yang berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada film
menit [F.53.59] yang mengandung nilai edukatif kepedulian dan kutipan
yang berada dalam tanda kurung merupakan kutipan yang
menggambarkan keadaan saat itu bahwa Mr. Hares mengendarai sepeda.
100
100
Kutipan yang mengandung nilai edukatif kepedulian di tunjukkan
saat Mr. Haresh yang mencoba membantu Ria mencari Alva di pabrik
karena Irene salah paham kepada Ria sehingga merasa sedih dan kecewa
dan mengunci Ria dalam kamar. Mr. Hares merasa kasihan kepada Ria
karena sepeulang kerja Ia harus berjalan kaki mencari Alva di Pabrik.
Sesuai dengannn definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay,
bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, terlihat saat
Mr. Hares mengantar Ria untuk mencari Alva. Adegan ini hanya terdapat
pada alur film akibat proses ekranisasi penambahan alur
6) Penambahan alur film keenam terjadi pada menit [F.1.17.13] yang
menceritakan saat kedatangan Mama ke Singapura untuk menjenguk Ria,
pada hari itu bertepatan saat Ria baru saja dibebaskan oleh Alva dari
dugaan polisi kepaa Ria yang telah melakukan percobaan penipuan yang
Ia lakukan terkait MLM yang pernah Ia lakoni. Berikut kutipannya dalam
film;
“Mama pernah melihat kegagalan yang kebih besar dari ini,
tapi semua lebih mudah kalau kita punya harapan, hidup ini
tidak cukup cuman berhemat dan berhitunng tapi harus
diselesaikan, selesaikan Ria, apa yang kamu pilih harus kamu
selesaikan dengann baik. Ini (memeluk kemudian memberi
uang), kalau ada lagi Mama minta Papa kirim lagi untuk kamu
lagi”
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan yang
mengandung nilia edukatif kepedulian dan kutipan yang berada dalam
101
101
tanda kurung merupakan adegan dalam film yang dilakukan mama pada
saat mengucapkapkan kutipan tersebut.
Kutipan di atas menceritakan saat Mama datang ke asrama setelah
Ria baru saja bebas dari dugaan penipuan yang Ia lakukan. Ria sangat
merasa sangat takut dan ingin pulang ke Indonesia Ria menegaskan pula
ke Mama bahwa semua usaha yang Ia lakukan semua gagal. Namun
Mama lagi memeluk Ria dan berusah menguatkan Ria dan mengatakan
bahwa Mama pernah melihat kegagalan yang lebih besar dan semua bisa
dilewati kalau kita punya harapan,
Nilai edukatif terletak saat Mama datang menjenguk Ria dan
menguatkan Ria kemudian memberikan beberapa dolar buat Ria untuk
modal awal dan biaya sehari-hari Ria untuk mengarungi hari-harinya di
Singapura hingga lulus di NTU. Sesuai dengannn definisi kepedulian
yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati
yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami
orang lain, dan itu ditunjukkan oleh Mama pada kutipan teresbut.
7) Penambahan alur film ketujuh terjadi pada menit [F.1.22.12] ketika Ria
sedang bekerja dan jalan lewat dekat seorang Pengamen Wanita Tua
yang kelelahan kemudian jatuh pingsan, berikut kutipannya;
Ria:“Apakah kamu baik-baik saja ? tolong, Seseorang
tolonglah”. (sambil duduk menahan Bibi pengamen dengann
pundaknya dan teriak meminta pertolongan)
Kutipan di atas yang berhuruf tebal memperlihatkan nilai edukatif
kepedulian yang Ria perlihatkan, karena telah menolong dengann
102
102
membawa Pengamen wanita tua tersebut ke RS terdekat. Menolong
merupakan nilai edukatif kepedulian karena sikap membantu merupakan
perilaku yang menunjukkan sikap mengasihani orang lain. Kutipan yang
berada dalam tanda kurung merupakan adegan atau gerakan yang
dilakukan pada saat adegan film dan dapat pula dilihat pada gambar.3 di
bawah.
Proses ekranisasi mengakibatkan penambahan alur yang
mengandung nilai edukatif kepedulian dan juga mengakibatkan
penambahan tokoh Pengamen wanita tua.
Berikut gambar Pengamen wanita tua yang ditolong Ria;
Gambar.3 Bibi pengamen jatuh pingsan dan dibantu oleh Ria dalam
cerita film Mimpi Sejuta Dolar.
8) Penambahan alur film kedelapan terjadi pada menit [F.1.23.31] yang
menceritakan saat Ria yang sedang membantu Mrs. Noor untuk
memungut barang belanjaan Mrs. Noor yang tumpah akibat kantong
kreseknya yang sobek. Berikut kutipannnya;
“Baiklah,,,, saya punya ide, ijinkan saya membantumu, mari
kita bungkus untukmu”
103
103
Kutipan berhuruf tebal di atas memperlihatkan nilai edukatif
kepedulian karena Ria membantu Mrs.Noor memperbaiki kantong kresek
dan membawa barang belanjaannya hingga ke rumah. Sesuai dengannn
definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian
merupakan rasa empati yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri
sendiri dan memahami orang lain, perilaku tersbut diperlihatkan oleh Ria
saat membantu Mrs. Noor memungut barang belanjaan dan
membawakannya hingga ke rumah Mrs. Noor.
Adegan di atas merupakan alur tambahan setelah melewati proses
ekranisasi berupa penambahan alur. Sehingga alur ini hanya terdapat
pada alur film saja yang menambah deretan kandungan nilai edukatif
kepedulian pada sisi alur film.
9) Penambahan alur film kesembilan terjadi pada menit [F.1.26.28] yang
menceritakan saat Irene membantu Ria yang terjatuh saat kakinya yang
luka akibat terlalu lama berjalan kaki dengann sepatu, beriku kutipannya;
Ria: “Irene ??”
Irene: “Hai Mer”,(memapah Merry saat jatuh di jalan akibat
kakinya luka) [F.1.26.28]
Ria: “Thanks so much for everiting Ren,,, guee,,,,
Iren: “ Gue minta maaf sama lo”
Ria: “Seharusnya gue yang minta maaf Ren
Kutipan berhuruf tebal di atas termasuk kutipan yang mengandung
unsur nilai edukatif kepedulian, karena memperlihatkan adegan saat Irene
yang membantu dan memapah Ria ke kamar Irene kemudian mengobati
luka Ria. Setelah itu Irene meminta maaf kepada Ria bahwa Ia telah salah
paham ke Ria terkait hubugan asmara Ria dengann Alva.
104
104
Kutipan yang berada dalam tanda kurung merupakan gerakan atau
aksi yang dilakukan dalam film berkaitan dengannn kutipan di atas.
Proses ekranisasi mengakibatkan penambahan alur di adegan film
sehingga secara tidak langsung menambah kesan nilai edukatif
kepedulian pada alur film.
c. Aspek Perubahan Bervariasi Alur Berdampak pada Nilai Edukatif
Kepedulian
Untuk kategori aspek perubahan bervariasi pada alur berjumlah 8
variasi. Kategori aspek perubahan bervariasi ini dilihat dari adanya
perubahan penggambaran cerita dalam visualisasinya ke bentuk
film.Pembahasan untuk kategori perubahan bervariasi akan dibahas satu
persatu sesuai dengann urutan hasil penelitian dalam waktu kemunculan
sesuai topik.
1) Perubahan bervariasi alur novel ke film pertama terjadi pada [Hal.8]
yang menceritakan saat Ria yang harus diberangkatkan ke Singapura oleh
orang tuanya karena kerusuhan yang terjadi di Indonesia dan membuat
orang tuanya memutuskan untuk memastikan pendidikan Ria tetap
berjalan dengann keselamatan yang terbilang terjamin lebih aman
dibanding di Indonesia, berikut kutipannya dalam novel;
“Namun kerusuhan itu pada akhirnya membenturkan aku pada satu
rencana yang pasti. Orangtuaku memutuskan mengirimkan aku ke
Singapura. Selain untuk menjaga keselamatan, juga untuk
memastikan pendidikanku berlangsung terus, tidak berjeda”.
Kutipan berhuruf tebal di atas menceritakan kutipan pada novel
yang mengandung nilai kepedulian pada saat kedua orang tua Ria
105
105
memutuskan untuk menyekolahkan Ria di Singapura dan menyiapkan
segala kebutuhkan Ria disana nantinya.
Setelah mengalami proses ekranisasi perubahan bervariasi
mengakibatkan alur pada film menjadi seperti berikut;
“Kamu gak bisa disini, disana kamu lebih aman, walaupun kamu
sendiri”, “ini tiket kamu ke Singapura”.
Kutipan tersebut terdapat pada film [F.03.34] yang menceritakan
saat Papa yang memberikan uang dan tiket ke Singapura serta kartu nama
Om Hans kepada Ria dan memaksanya untuk berangkat seorang diri
demi keselamatan Ria.
Kutipan berhuruf tebal merupakan kutipan yang menunjukkan nilai
edukatif kepedulia, karena memperlihatkan kepedulian Papa untuk
menjaga keselamatan Ria dan menyuruhnya untuk pergi ke Singapura,
Sesuai dengannn definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay,
bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, dan itu
diperlihatkan oleh Papa.
Perubahan bervariasi terjadi ketika Papa pada alur film menyuruh
Ria ke Singapura hanya untuk menginap sementara di rumah Om Hans
yang kemudian keluarganya datang untuk menjemputnya.
2) Perubahan bervariasi kedua terjadi pada [Hal.38] yang menceritakan saat
Mama memberika saran kepada saat nanti berada di Singapura, berikut
kutipannya;
106
106
Mama:“Kamu tidak perlu banyak berbelanja, agar bekal uang
dari kami tidak cepat habis”,(kata Mama sambil menyusun
kardus mi instan, pasta gigi, detergen,sabun mandi, gula, teh,
dan banyak lagi).
Kutipan di atas merupakan adegan percakapan saat Mama dan Ria
saat mengemas barang-barang yang Ria akan bawa ke Singapura. Nilaii
edukatif kepedulian terletak pada saat Mama yang mengemaskan barang
bawaan dan juga tak lupa memberikan saran kepada Ria agar pandai-
pandai berhemat. Proses ekranisasi mengakibatkan perubahan bervariasi
alur terjadi pada saat di filmkan, dalam adegan film nilai edukatif
kepedulian ditayangkan oleh Papa yang memberikan uang dan tiket
untuk ke Singapura berikut kutipannya;
“Kamu gak bisa disini, disana kamu lebih aman, walaupun
kamu sendiri”, “ini tiket kamu ke Singapura”.
Kutipan tersebut terdapat pada film [F.03.34] yang menceritakan
kutipan Papa yang memberikan uang dan tiket ke Singapura serta kartu
nama Om Hans kepada Ria dan memaksanya untuk berangkat seorang
diri demi keselamatan Ria, perubahan bervariasi terjadi ketika Papa pada
alur film menyuruh Ria ke Singapura hanya untuk menginap sementara
di rumah Om Hans yang kemudian keluarganya datang untuk
menjemputnya. Proses ekranisasi mengakibatkan penambahan toko yaitu
Om Hans merupakan Om yang akan Ria tempati rumahnya setibanya di
Singapura.
3) Perubahan bervariasi ketiga terjadi pada novel [Hal.59] yang
menceritakan saat Mama dengann Ria melakukan percakapan via
telepon, percakapan tersebut sebagai berikut;
107
107
“Mama harap kamu baik-baik saja Ria”.
Kutipan berhuruf tebal di atas mengandung nilai edukatif
kepedulian yang diperlihatkan oleh Mama yang menanyakan keadaan
Ria setelah beberapa hari tinggal di Singapura. Sesuai dengann definisi
kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan
rasa empati yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan
memahami orang lain, yang ditunjukkan oleh Mama yang menanyakan
kabar Ria yang berada seorang diri di Singapura.
Setelah mengalami proses ekranisasi alur yang serupa terdapat
pada alur film [F.23.01] berubah menjadi, berikut kutipannya;
“Kamu tinggal dimana sih ??”
Kutipan tersebut merupakan perkapan Papa dengann Ria via
telepon, pada kutipan percakapan tersebut memperlihatkan nilai edukatif
kepedulian yang perlihatkan Papa dengann menanyakan Ria tinggal
dimana setelah beberapa hari di Singapura,maksud dan tujuan dari
pertanyaan Papa merupakan wujud dan rasa kekhawatiran Papa terhadap
keadaan Ria,dan kekhawatiran tersebut cerminan dari sikap mengasihani
dan memeahami perasaan orang lain
Perubahan bervariasi alur mengakibatkan unsur nilai edukatif
kepedulian yang disampaikan tidak mengalami transfomasi dari segi
kuantitas namun berubah pada tokoh yang menyampaikan kutipan, antara
Mama pada novek dan Papa pada film, kemudian berubah pada
108
108
pertanyaan yang diajukan tapi keduanya sama-sama menunjukkan nilai
edukatif kepedulian.
4) Perubahan bervariasi keempat terjadi pada novel [Hal.98] yang
menceritakan saat hari ulang tahun Ria yang digelar dipelataran NTU
bersama teman-teman asrama yang melakukan patungan untuk membeli
kue, berikut kutipannya;
“Malam itu kebahagianku bertambah, karena teman-teman
asrama memberikan kue tart mungil dan mereka mengadakan
acara kecil dipelataran belakang asrama”.
Kutipan berhuruf tebal di atas mengandung nilai edukatif
kepedulian saat teman-teman asrama Ria menggelar acara kecil-kecilan
dengann membelikan kue tart kecil buat Ria dan menggelarnya secara
sederhana di NTU, Sesuai dengannn definisi kepedulian yang dipaparkan
oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan
pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, kutipan
di atas memperlihatkan sikap teman-teman asrama Ria yang
memperlihatkan sikap perhatiannya kepada Ria dengann memberikan
kejutan serta membelikan sebuah kue ulta untuk Ria.
Setelah mengalami proses ekranisasi mengakibatkan proses
perubahan bervariasi pada alur, sehingga alur pada film menceritakan
Irene yang memberikan Ria kue tart kecil dan merayakan hari kelahiran
Ria tersebut dengann senang. Berikut kutipannya pada film [F.27.28];
“(Memegang kue tart kecil dengann lilin sambil menyanyikan
lagu selamat ulang tahun), “Selamat ulang tahun ya Merry”.
109
109
Kutipan berhuruf tebal di atas memperlihatkan bahwa telah terjadi
perubahan bervariasi pada alur, semula pada alur novel yang merayakan
hari kelahiran Ria adalah teman-teman asrama Ria, namun setalah
mengalami proses ekranisasi mengakibatkan hanya Irene yang
merakannya bersama Ria di kamar asramannya. Sesuai dengannn definisi
kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan
rasa empati yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan
memahami orang lain, kutipan di atas memperlihatkan sikap Irene yang
memperlihatkan sikap perhatian kepada Ria.
Perubahan nilai edukatif kepedulian tidak terlalu mengalami
perubahan dari segi isi namun hanya penyampaian kandungan nilai
edukatif kepedulian disampaikan dengann alur yang berbeda saja dan
tokoh berbeda..
5) Perubahan bervariasi alur kelima terjadi pada novel [Hal.47] berikut
kutipannya;
“Rombongan kami dibawa oleh sebuah bus besar, langsung menuju
NTU, karena hari sudah beranjak gelap, panitia penjemput
memutuskan untuk langsung mengarahkan kami ke asrama”.
Kutipan di atas menunjukkan momen pada saat awal mula
kedatangan Ria ke NTU bersama teman-teman rombongan dari
Indonesia, kutipan pada alur ini memperlihatkan perubahan bervariasi
yang akan terjadi setelah proses ekranisasi.
Perubahan bervariasi alur terjadi pada film menit [F.07.75] yang
menceritakan saat Irene mengajak Ria untuk menginap di kamar kosnya
110
110
di NTU yang dijaga oleh seorang satpam bernama Mr.Hares, ada aturan
yang berlaku di NTU bahwa seseorang yang bukan mahasiswa NTU
tidak diperkenankan untuk menginap disana, namun Irene membawa Ria
dengann cara mengendap-endap agar Mr. Hares tidak mengetahuinya,
berikut kutipannya;
“Oke, gue punya ide sih, lo nginep di dorm gue aja”
Nilai edukatif kepedulian ditunjukkan oleh Irene yang membantu
Ria untuk mencari penginapan sementara waktu karena Irene tahu bahwa
Ria tidak punya banyak uang dan juga tidak punya siapa-siapa di
Singapura,
Kedua alur di atas antara alur novel dan alur film sama-sama
menceritakan momen awal kedatangan Ria ke NTU. Akibat dari proses
ekranisasi perubahan bervariasi alur, alur semula dalam novel
menceritakan saat keberangkatan Ria Ia tidak susah lagi mencari
penginapan karena dari awal Ria memang mendaftar sebagai mahasiswa
NTU yang sudah dipersiapkan penginapan oleh pihak kampus, setelah di
filmkan mengakibatkan bertambahnya kandungan nilai edukatif
kepedulian yang terdapat pada alur film. Pada alur film tersebut Irene
membantu Ria untuk mendapatkan penginapan bahkan Ia rela melanggar
aturan di NTU. Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh
Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, perilaku
yang dilakukan oleh Irene pada kutipan di atas menunjukkan sikap
111
111
kepedulian Irene yang membantu Ria yang tidak memiliki tempat
menginap walau memiliki risiko kedapatan oleh satpam NTU.
6) Perubahan bervariasi keenam terjadi pada novel [Hal.38];
“Sepanjang bulan Juni menuju Juli 1998 aku dan Papa sibuk
membereskan urusan pendaftaran. Beruntung NTU
menyediakan agen yang cukup kooperatif di Jakarta sehingga
segala urusan berjalan lancar”.
Kutipan di atas mengisahkan saat masih di Jakarta Papa
menyiapkan pendaftaran Ria untuk kuliah di Singapura, sehingga tidak
ada lagi perihal Ria kesulitan mendapatkan tempat untuk menginap
karena telah disediakan pihak kampus.
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada novel
[Hal.38] yang menunjukkan nilai edukatif kepedulian yang diperliatkan
oleh Papa yang sedang membantu Ria untuk membereskan barang-
barang keperluan kuliah Ria yang akan dibawa ke Singapura.
Proses ekranisasi peruabahn bervariasi terjadia pada alur film menit
[F.11.31] yang menceritakan saat Ria dan Irene kedapatan oleh Mr.
Haresh (satpam asrama) menginap diam-diam di asrama NTU, mereka
pun dibawa ke seorang wanita yang mengurus semua administrasi
kampus, penulis memberinya nama Staf kampus, Staf kampus
mengatakan bahwa perbuatan Irene sudah melanggar peraturan, Ria
hanya bisa tinggal disana kalau Ria mendaftar sebagai mahasiswa,
berikut kutipannya;
Irene: “Bisakah dia tinggal di Asrama ? setidaknya sampai
orang tuanya datang menjemput”.
112
112
Staf Kampus:“Maaf, tidak bisa, peraturan tetaplah peraturan, selain
mahasiswa tidak boleh menginap di asrama. Selain itu,
akomodasi tersedia hanya untuk para mahasiswa atau
mahasiswa baru yang dating dari Negara lain untuk
mengikuti tes
Irene: “Bagaimana kalau dia mengikuti tes ? bolehkah dia
tinggal di asrama, dia bisa tinggal di kamarku, aku
tidak keberatan”.
Kutipan di atas menceritakan saat Irene berusaha mempertahankan
Ria dan meminta Staf kampus agar Ria dapat tinggal di asrama hingga
orang tua Ria datang menjemput dan menanyakan kepada Staf Kampus
bahwa apakah Ria diperbolehkan tinggal di Asrama kalau Ria mendaftar
sebagai mahasiswa ? Irene juga menambahkan bahwa Dia tidak
keberatan jika sekamar dengann Ria. Sesuai dengann definisi kepedulian
yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati
yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami
orang lain, pada kutipan di atas memperlihatkan sikap Irene yang
mengasihani Ria yang seorang diri di Singapura dan tidak memiliki
keluarga, maka Irene berusaha keras agar Ria bisa mendaftar di NTU
sebagai mahasiswa, bahkan Irene mengatakan bahwa Ia bersedia sekamar
dengann Ria.
Kedua kutipan pada alur novel dan film masing-masing
menceritakan momen saat Ria mendaftar sebagai mahasiswa NTU,
Proses ekranisasi perubahan bervariasi alur mengakibatkan sedikit variasi
pada alur, semula dalam alur novel menceritakan bahwa pendaftaran Ria
menjadi mahasiswa NTU sudah jauh hari dipersiapkan. Sedangkan
proses pendaftaran Ria pada alur versi film menceritakan bahwa Ria
113
113
secara mendadak mendaftar sebagai mahasiswa di NTU setelah Ia
kepergok oleh satpam menginap di NTU dan tidak diperkenankan untuk
tinggal di asrama.
7) Perubahan bervariasi ketujuh terjadi novel [Hal.111] berikut kutipannya;
Merry : “Saya betul-betul minta maaf…”
Mr.Kenny: “Ikut saya yuk, kita makan siang. Kamu mengantuk
mungkin karena lapar”(Mr. Kenny malah berkata
dengann ramah)
Merry: “(Aku menurut) Kupikir barangkali dia akan
menyenangkan diriku dulu sebelum memecatku. Baiklah, ini
memang sudah suratan nasibku. Aku memang bersalah.
masih bagus Mr. Kenny membangunkan aku. Bagaimana
kalau ada orang jahat yang menyerangku selagi tidur”. [Hal.
110-111]
Mr. Kenny: “Jangan takut. Saya tidak akan memecatmu,” ujar
Mr. Kenny seperti bisa membaca pikiranku”.
Kutipan di atas merupakan adegan saat Ria yang bekerja sabagai
pembagi brosur, suatu hari secara tidak sengaja Ria kedapatan tertidur
oleh bosnya yang bernama Mr. Kenny, dan Mr. Kenny mengajaknya
untuk mengobrol dan makan siang bersama.
Setelah mengalami proses ekranisasi alur pada film menit
[F.30.50] yang menceritakan saat Bos brusor memecat Ria karena telah
dilaporkan kepada pihak kepolisian karena telah mempekerjakan
seseorang dibawa umur tanpa memiliki surat izin kerja, Berikut
kutipannya;
“Merry, seseorang melapor polisi bahwa kita mempekerjaan orang
tanpa surat kerja, saya sudah jelaskam kalau kita adalah oraganisasi
sosial, tetapi mereka akan tetap mengawasi kita dari sekarang.
Maaf, Merry. Kami tidak bisa mempekerjakanmu lagi, Merry
kamu tidak apa-apa ???”
114
114
Kutipan di atas memperlihatkan nilai edukatif kepedulian oleh Bos
brosur karena terpaksa telah memecat Ria, Ia juga takut jika tetap
mempekerjakan Ria karena bisa membuatnya terkena hukum dan bisa
dipenjara. Setelah ia memecat Ria, Ia menanyakan keadaan Ria, Ia
merasa simpati kepada Ria karena Ia tahu Ria sangat membutuhkan
pekerjaan itu.
Kedua kutipan di atas menceritakn momen pada saat menjadi
pembagi brosur, setelah proses ekranisasi perubahan bervariasi
mengakibatkan alur semula pada novel menceritakan Ria yang bekerja
sebagai pembagi brosur tidak pernah dipecat sedangkan dalam film Ria
harus dipecat. Proses ekranisasi perubahan bervariasi alur mengakibatkan
alur semula dalam novel yang menceritakan bahwa Bos Ria tidak ingin
memecatnya namun mengajaknya mengobrol dan makan siang bersama.
Nilai edukatif terlatak pada saat Mr. Kenny tidak memecat Ria
malah mengajaknya makan siang sedangkan pada alur film nilai edukatif
kepedulian ketika Bos brosur menanyakan keadaan Ria setelah
memecatnya dan terlihat miimik waja memperlihatkan raut muka yang
mencerminkan sikap tidak sampai hati atau tidak tega melakukannya
namun Ia terpaksa. Kemudian dengann adanya perubahan bervariasi
mengakibatkan perubahan bervariasi pada tokoh Mr. Kenny menjadi Bos
brosur.
8) Perubahan bervariasi alur kedelapan terjadi pada novel [Hal.190] berikut
kutipannya;
115
115
“Yang pasti kami harus memiliki simpanan di Bank OCBC,….
Yakni uang simpanan yang akan dipakai sebagai modal bermain
saham. Aku menggabungkan tabunganku dengann tabungan
Alva.
Kutipan pada novel di atas menunjukkan momen pada saat Ria dan
Alva pergi untuk ikut bisnis jual beli saham online, kutipan ini tidak
mengandung nilai edukatif kepedulian karena kedua sama berinisiatif
untuk memulai bisnis, kemudian pada kutipan yang bergaris tebal
menunjukkan momen perubahan bervariasi alur telah terjadi pada alur
film setelah mengalami proses ekranisasi.
Perubahan bervariasi terjadi pada film menit [F.1.00.30] yang
menceritakan saat Alva mengajak Ria untuk ikut bisnis jual beli saham
online, berikut kutipanya;
Alva: “Lu pakai handphone gue aj dulu, gue bisa pake
handphone yang lama”.
Ria: “Gak papa?”
Alva: “Gak papa”
Kutipan di atas menceritakan momen Alva menunjukkan nilai
edukatif kepeduliannya dengann cara mengajak Ria untuk bergabung
dalam jual beli bisnis online dan meminjamkan Ria gawai untuk
digunakan sebagai alat untuk mengakses situs bisnis tersebut, kemudian
Alva mengajari Ria cara menjalankan bisnis tersebut.
Proses ekranisasi mengakibatkan perubahan pada alur novel,
semula alur novel menceritakan bahwa Ria dan Alva patungan untuk
melakukan bisnis tersebut dan sama-sama mempelajari serta menjalankan
bisnis tersebut.Namun setelah mengalami proses ekranisasi alur film
116
116
mengalami perubahan ketika Alva mengajak Ria untuk ikut bisnis
tersebut dan Alva mengatakan Ia sudah menjalankannya satu bulan lalu
dan penghasilannya lumayan untuk tamabahan dana kemudian
meminjamkan Ria gawai untuk dipakai sementara. Adanya proses
ekranisasi mengakibatkan penambahan sisi nilai edukatif kepedulian
pada alur film yang menceritakan Alva yang mengajak Ria dan
meminjamkan Ria gawai untuk digunakan berbisnis jual beli saham,
Alva mengetahui bahwa Ria saat itu sangat membutuhkan pekerjaan dan
penghasilan hingga akhirnya Ia mengajak Ria.
4. Aspek Proses Ekranisasi Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Kejujuran
a. Aspek Pengurangan Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif Kejujuran
Kategori aspek kategori aspek pengurangan alur berjumlah 2 deskripsi
bagian. Deskripsi bagian tersebut terdapat dalam beberapa bagian yang
berbeda dalam novel berdasarkan urutan kejadian. Kategori aspek penciutan
ini dilihat dari tidak ditampilkannya bagian-bagian dalam novel tersebut ke
dalam film setelah mengalami proses ekranisasi yang berefek pada
berubahnya kuantitas nilai edukatif kepedulian dan juga menyebabkan
perubahan bentuk dalam penyampaian nilai edukatif kepedulian tersebut.
117
117
1) Pengurangan alur pada novel pertama terjadi pada [Hal.82] yang
menceritakan saat Ria dan Alva melakukan percakapan mengenai
alokasih uang saku mereka, Ria mengatakan Ia berusaha mengirit
uangnya untuk digunakan membeli buku sedangkan Alva lebih
mementingkan makan dibanding membeli buku, berikut kutipannya
dalam novel;
Alva:“Aku lebih mementingkan makan, karena aku tidak bisa
belajar kalau lapar”. (ujar Alva tanpa malu-malu).
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada novel
[Hal..82] yang memperlihatkan sisi nilai edukatif kejujuran yang
perlihatkan Alva ketika Ia lebih mementingkan makan dibanding
membeli buku, ia menambahkan bahwa ia akan kesulitan belajar jika
dalam keadaan lapar, lanjutnya Ia mengatakan bahwa bisa berpatungan
dengann teman-temannya untuk membeli buku dengann begitu akan
lebih menghemat uang.
Nilai edukatif kejujuran saat Alva mengatakan bahwa Ia lebih
mementingkan makan, jujur merupakan sikap terpuji, seperti yang telah
diterangkan Daulay di atas tentang pengertian jujur, Ia mengatakan
bahwa jujur merupakan tindakan mengatakan atau melakukan informasi
yang sebenarnya.
Proses ekranisasi mengakibatkan pengurangan alur ini dalam film
dihilangkan, sehingga secara tidak langsung menghilangkan kandungan
nilai edukatif kejujuran pada alur film.
118
118
2) Pengurangan alur novel kedua terjadi pada [Hal.230] yang menceritakan
saat Ria bekerja sebagai agen keuangan dan mendatangi Dosennya di
NTU, Ria menawarinya beberapa produk keuangan dan mengajaknya
untuk menjadi nasabah di perusahaan tempatnya bekerja. Berikut
kutipannya percakapannya dalam novel;
Merry : “Begini Prof… saya… lulusan NTU, dan sekarang
hendak menawarkan produk keuangan ….” (Aku bicara
agak gagap). (Seperti yang ditebak, wajah dosen menegang)
Dosen:“Anda bukan mahasiswa yang mau bertanya tentang
pelajaran ?”
Merry:(Aku menggeleng).“Aku menjelaskan lagi maksud
kedatanganku dengann sikap yang lebih percaya diri”.
Kupikir, buat apa takut . Toh aku menawarkan sesuatu
yang benar. Tetapi dosen itu terlanjur merasa dikelabui”.
Dosen : “Silahkan keluar, atau saya panggil satpam”. [Hal.230]
Kutipan berhuruf tebal di atas menceritakan saat Ria ditanya oleh
Dosen perihal maksud kedatangannya ke ruangannya bukan untuk
konsultasi mengenai pelajaran dan dengann jujur Ria mengatakan bahwa
maksud kedatangannya kesana dengann tujuan untuk menawari
dosennya untuk menawarkan produk keuangan serta ikut bergabung jasa
kesehatan yang Ria tawarkan.
Nilai edukatif kejujuran terletak saat Ria dengann jujur
mengatakan bahwa maksud kedatangannya ke ruangan dosen dia tidak
ingin berkonsultasi melainkan untuk menawari dosennya jasa keuangan,
karena tidak semua orang dapat masuk ke ruangan dosen tersebut
melainkan bagi para mahasiswa yang ingin menanyakan perihal
pelajaran.
Setelah mengalami proses ekranisasi mengakibatkan pengurangan
119
119
alur dan tokoh, pengurangan terjadi pada alur yang menceritakan Ria
mendatangi dosennya di NTU, sehingga secara tidak langsung
mengurangi kandungan nilai edukatif kejujuran yang terkandung dalam
alur film. Kemudian proses ekranisasi juga mengakibatkan pengurangan
tokoh Dosen NTU.
b. Aspek Penambahan Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif Kejujuran
Kategori aspek penambahan alur berjumlah 3 deskripsi adegan.
Pengelompokan adegan tersebut dibagi berdasarkan urutan kejadian.
Kategori aspek penambahan ini dilihat dari penambahan cerita dalam film,
artinya cerita tersebut merupakan cerita tambahan dalam alur film sehingga
dalam alur novel tidak terdapat cerita tersebut.
1) Data pertama yang menunjukkan penambahan alur terjadi pada film
menit [F.56.49] yang menceritakan percakapan Alva dan Ria yang
membahas kesalahpahaman yang terjadi antara Ria dan Irene, Irene yang
sedari awal menunjukkan sikap suka dengann Alva merasa cemburu
dengann Ria, karena telah melihat Ria dan Alva berduan di
SingapurFlyer, sehingga Irene pergi meninggalkan Ria di asrama.
Berikut kutipannya dalam novel;
Alva: “Mer, lu kenapa sih ?”
Ria: “Gue berantem dengann Irene, dia ngeliat kita berduaan
di Singapurflyer dan dia cemburu”.
Alva: “Cemburu?” gue gak pernah buat komitmen apa-apa
sama dia, ini tidak adil Mer”.
Kutipan berhuruf tebal di atas memperlihatkan nilai edukatif
kejujuran yang menceritakan percakapan Ria saat mengatakan alasan Ia
120
120
menghindari Alva, Ria mengatakan bahwa ini semua terjadi karena Irene
cemburu melihat kita berduaan di Singapurflyer. Nilai edukatif kejujuran
juga terlihat ketika Alva menjelaskan perihal hubungan asmara Dia
dengann Irene yang sesungguhnya kepada Ria, dengann jujur Alva
mengatakan bahwa Ia tidak pernah buat komitmen dengann Irene
bahkan Ia mengatakan bahwa semua yang terjadi bukan atas
kehendaknya.
Proses ekranisasi mengakibatkan alur cerita pada film mengalami
penambahan, alur yang menceritakan Irene menyukai Alva tidak ada
dalam novel. Penambahan pada alur film mengakibatkan penambahan
kandungan unsur nilai edukatif kejujuran pada alur ini.
2) Penambahan alur kedua terjadi pada film menit [F.58.10] yang
menceritakan mengenai percakapan Alva dengann Ria yang membahas
ketertarikan Alva kepada Ria, berikut kutipannya dalam alur film;
“…Hanya jujur kepada diri sendiri kita bisa sukses, Mer gua kasihh
buku itu karena gua mau jujur dengann diri gua sendiri….”
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada novel yang
mengandung unsur nilai edukatif kejujuran ketika Alva mengatakan
dengann jujur terkait perasaanya kepada Ria, Ia bermaksud untuk
mengungkapkan perasaannya kepada Ria dengann memperlihatkan buku
dengann cover berlambang hati yang menandankan bahwa Alva
menyukai Ria secara pribadi. Sesuai dengann definisi kejujuran menurut
Daulay bahwa kejujuran atau jujur adalah mengatakan atau memberikan
informasi yang sebenarnya atau sesuai dengann kenyataan, pada kutipan
121
121
di atas memperlihatkan bahwa Alva mengatakan sejujurnya perihal
perasaanya kepada Ria.
Proses ekranisasi mengakibatkan penambahan alur dan secara
tidak langsung menambah unsur nilai edukatif kejujuran khususnya pada
alur ini.
3) Penambahan alur film ketiga terjadi menit [F.1.24.41] yang menceritakan
saat Ria melakukan percakapan dengann Mrs. Noor setelah Ia
membawakan barang belanjaan Mrs. Noor ke rumahnya. Berikut
kutipannya;
Mrs Noor: “Apa nih???”
Merry:”Ini nama orang-orang yang saya hubungi”
Mrs.Noor:”Hubungi? Untuk apa ?”,Bolehka saya melihatnya?”
Banyak sekali hari ini, 36 ?”
Merry:”Tapi belum ada yang Deal , lagian ini tidak penting, ini
hanya catatan presentasi saya tiap hari”
Mrs. Noor: “Kalau begitu aku yang ke 37 ?
Ria: “Bukan, bukan itu maskud saya, saya kesini hanya untuk
membantu Mrs. Noor, tidak ingin memprospek Mrs.
Noor.
Mrs. Noor: “Ayolah”
Ria: “Tidak Mrs. Noor, ini sudah larut malam anda harus istirat”.
Kutipan berhuruf tebal di atas menceritakan saat Ria ditanya oleh
Mrs. Noor perihal buku catatan yang Ria bawa, Ria mengatakan bahwa
buku tersebut hanya catatan kecilnya mengenai orang-orang yang telah
diprospek terkait agen keuangan yang Ria tawarkan, dan Mrs. Noor
bertanya kepada Ria bahwa maksud kedatanganya untuk memprospek
Mrs. Noor juga. Lalu Ria mengatakan kenyataan sesungguhnya bahwa Ia
tidak bermaksud untuk itu, Ia hanya ingin mengantarkan barang
belanjaan Mrs. Noor yang telah tertumpah di jalan tadi.
122
122
Nilai edukatif kejujuran terletak pada saat Ria mengatakan dengann
jujur bahwa Ia hanya ingin membantu Mrs. Noor untuk membawakan
barang belanjaan bukan untuk memprospeknya. Sesuai dengann definisi
kejujuran menurut Daulay bahwa kejujuran atau jujur adalah mengatakan
atau memberikan informasi yang sebenarnya atau sesuai dengann
kenyataan, terlihat ketika Ria mengatakan bahwa maksud kedatangannya
hanya untuk membantu Mrs. Noor dan tidak bermaksud lain.
c. Aspek Perubahan Bervariasi Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif
Kepedulian
Untuk kategori aspek perubahan bervariasi alur berjumlah 1 variasi
alur. Kategori aspek perubahan bervariasi alur ini dilihat dari adanya
perubahan penggambaran cerita dalam visualisasinya ke bentuk film.
Pembahasan untuk kategori perubahan bervariasi akan dibahas satu persatu
sesuai dengann urutan hasil penelitian dalam waktu kemunculan.
1) Perubahan bervariasi pertama terjadi pada novel [Hal.55] berikut
kutipannya;
“Setiap mahasiswa yang akan meminjam dana pendidikan harus
mendapatkan dua buah tanda tangan senior.…..pagi itu aku berhasil
mendapatkan dua buah tandatangan senior yang dibutuhkan tanpa
kesulitan”.
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan yang memperlihatkan
proses perubahan bervariasi alur yang terjadi pada saat Ria sebagai calon
mahasiswa NTU mencari dua tandatangan senior untuk menjadi
penanggung jawab perihal peminjaman uang pendidikan yang Ria
ajukan.
123
123
Setelah proses ekranisaasi mengakibatkan pada alur film
mengalami perubahn berikut kutipannya pada film menit [F.16.55] yang
menceritakan saat Ria ditanya Alva mengenai apakah Ria pernah bekerja
sebelumnya di Jakarta? Ria mengatakan belum, berikut kutipannya dalam
film;
Alva: “Lo disini pernah kerja ?”
Ria: “gak”( menggeleng).
Alva: “Berarti lo ngandelin biaya sehari-hari dari biaya student lu
doang, gak mungkin terlalu kecil, di Jakarta pernah kerja ?”
Ria: “ Belum pernah” [
Alva: “Gini deh, lu cari kerja dulu, buktiin ke gue lu bisa cari
uang disini, terus balik lagi ke gue, kalau bisa gue mau
jadi guarantor lu”
Kutipan di atas menunjukka nilai edukatif kejujuran saat Ria
menjawab yang sebenarnya kepada Alva perihal pengalamannya bekerja,
Ria bisa saja berbohong terkait pengalamannya tersebut agar Alva ingin
menjadi penanggung jawabnya dan menandatangi surat peminjaman
uang pendidikannya namun Ria malah mengatakan yang sejujurnya
bahwa Ia belum punya pengalaman kerja sama sekali. Sesuai dengann
definisi kejujuran menurut Daulay bahwa kejujuran atau jujur adalah
mengatakan atau memberikan informasi yang sebenarnya atau sesuai
dengann kenyataan. Terlihat pada kutipan di atas saat Ria menjawab
pertanyaan Alva, Ia mengatakan atau memberikan informasi yang
sebenarnya terkait pengalaman kerjanya.
Kedua kutipan di atas sama-sama menceritakan momen saat Ria
mencari tandatangan senior untuk mendapatkan seorang penanggung
jwab perihal uang pendidikan yang Ia ajukan kepada Bank. Proses
124
124
ekranisasi mengakibatkan perubahan barvariasi pada alur, alur novel
semula menceritakan tentang Ria yang mencari penanggungjawabnya
dengann mudah dan tidak harus mencari pekerjaan terlabih dahulu dan
pada kutipan pada alur novel juga tidak mengandung nilai edukatif
kejujuran.
125
125
B. Pembahasan
Pembahasan merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Pada
bagian ini akan ditemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengann rumusan
masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi, yakni (a) Proses
ekranisasi yang muncul pada tokoh yang mengakibatkan transformasi pada nilai
edukatif dalam novel ke film Mimpi Sejuta Dolar, (b) Proses ekranisasi yang
muncul pada alur yang mengakibatkan transformasu pada nilai edukatif dalam
novel ke film Mimpi Sejuta Dolar.
Pada bagian ini akan dideskripsikan transformasi tokoh dan alur pada novel
Mimpi Sejuta Dolar ke film Mimpi Sejuta Dolar. Deskripsi kedua hal tersebut
akan dijelaskan secara berkesinambungan sesuai dengann data yang terdapat pada
hasil penelitian. Kemudian penjelasan lebih lanjut terkait perubahan yang terjadi
dan dampaknya terhadap nilai edukatif baik nilai edukatif ketuhanan, nilai
edukatif ketangguhan, nilai edukatif kepedulian dan nilai edukatif kejujuran.
Berikut adalah pembahasan dari data-data tersebut.
1. Aspek Proses Ekranisasi Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Ketuhanan
a. Aspek Pengurangan Berdampak pada Nilai Edukatif Ketuhanan Alur
Kategori aspek pengurangan alur berjumlah 8 deskripsi bagian.
Deskripsi bagian tersebut terdapat dalam beberapa bagian yang berbeda
dalam novel berdasarkan urutan kejadian, perubahan novel terjadi pada
kutipan; [Hal.1], [Hal.40], [Hal.104], [Hal.156],176], [Hal244], [Hal.322],
[Hal.343] Kategori aspek penciutan dilihat dari tidak ditampilkannya
126
126
bagian-bagian dalam novel tersebut ke dalam film setelah mengalami proses
ekranisasi yang berefek pada berubahnya kuantitas nilai edukatif ketuhanan
dan juga menyebabkan perubahan bentuk dalam penyampaian nilai edukatif
ketuhanan tersebut serta adanya proses ekranisasi pada tokoh.
1) Pengurangan alur pertama berdampak terhadap pengurangan kuantitas
nilai edukatif ketuhanan terjadi pada novel [Hal.1] pengurangan alur
tersebut mengakibatkan pengurangan unsur nilai edukatif ketuhanan
ketika menunjukkan sikap Ria yang bersyukur kepada Tuhan karena
telah menganuhgerahkan segala fitur dalam tubuh dan pikiran yang Ria
sadari sejak muuda, Bersyukur merupakan sikap atau contoh perilaku
berkomunikasi dengann Tuhan atas nikmat yang telah diberikan,
bersyukur juga merupakan wujud dari beriman atau percaya bahwa
nikmat yang telah diberikan berasal dari Tuhan.
2) Pengurangan alur kedua terhadap nilai edukatif ketuhanan terjadi pada
kutipan novel pada [Hal.40] yang bercerita saat Ria membuat pola pikir
bahwa keputusan orangtuanya untuk menguliahkannya di luar negeri itu
merupakan kehendak atau sudah menjadi rencana Tuhan untuk dirinya.
3) Pengurangan alur ketiga yang berdampak pengurangan terhadap nilai
edukatif ketuhanan terjadi pada kutipan novel pada [Hal.104] ketika Ria
menjadi pembicara dan Ia memberitahukan rahasia suksesnya kepada
para peserta seminar, Ia mengatakan bahwa segala kegiatan yang
dilakukannya selalu untuk mengikut sertakan Tuhan di dalamnya dan
jadikan Tuhan sebagai teman yang selalu menunjukkan jalan kepada kita.
127
127
4) Pengurangan Alur keempat Terhadap nilai edukatif ketuhanan Kutipan
novel pada [Hal.156] mengandung nilai edukatif ketuhanan terletak
ketika Ria dalam hati mengatakan bahwa ini merupakan berkat Tuhan,
karena tokoh idola mereka akan hadir di Singapura beberapa hari akan
datang.
5) Pengurangan Alur lima berdampak terhadap nilai edukatif ketuhanan
terjadi pada kutipan novel [Hal.176] yang mengandung nilai edukatif
ketuhanan saat Ria selalu berdialog dengann Tuhan dengann cara
beribadah dan menjadikan ibadah bukan semata-mata untuk menjalankan
ajaran agama, namun menjadikannya agama sebagai pedoman hidupnya
dan dipimpin oleh Tuhan.
6) Pengurangan Alur keenam yang berakibat pengurangan terhadap nilai
edukatif ketuhanan terdapat pada [Hal.244], kutipan tersebut
mengandung nilai edukatif ketuhanan terletak ketika Ria sangat
menyakini dengann adanya Tuhan melalui ibadah dan doanya kepada
Tuhan agar dirinya diberi mukjizat untuk melunasi utang pendidikannya.
7) Pengurangan Alur ketujuh yang mengakibatkan pengurangan terhadap
nilai edukatif ketuhanan terdapat pada Kutipan novel [Hal.322] kutipan
tersebut mengandung nilai edukatif ketuhanan terletak ketika Ria
mengajarkan kita untuk selalu mengikut sertakan Tuhan pada setiap
aktivitas yang kita lakukan apapun kepercayaan yang kita anut.
8) Pengurangan Alur kedelapan berdampak terhadap pengurangan nilai
edukatif ketuhanan terletak pada kutipan novel [Hal.343], nilai edukatif
128
128
ketuhanan terletak ketika Ria bersyukur kepada Tuhan karena telah
mengabulkan doa-doanya sehingga Ria dapat melunasi utang
pendidikannya di Bank.
Pengurangan alur setelah proses ekranisasi merupakan hal wajar
yang dilakukan demi beberapa pertimbangan, seperti mengurangi biaya
prosuksi, mengurangi waktu penanyangan dan lain-lain. Delepan
pengurangan alur di atas merupakan pengurangan pada film Mimpi
Sejuta Dolar yang mengandung unsur nilai edukatif ketuhanan,
penelitian serupa yang menggunakan kajian ekranisasi yaitu dari Devi
Shyviana Arry Yanti. Pada tahun 2014 yang berjudul Ekranisasi Novel
Ke Bentuk Film 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela
Rais dan Rangga Almahendra. Perbedaan penulis dan penelitian yang
dilakukan Devi terletak pada objek kajian berupa novel maupun film,
film yang diteliti oleh Devi yaitu novel dan film 99 Cahaya Di Langit
Eropa sedangkan penulis meneliti novel dan film Mimpi Sejuta Dolar,
perbedaan lain yaitu waktu penelitian dilakukan antara Devi pada Tahun
2014 sedangkan penulis pada Tahun 2019, selain itu perbedaan lain
terdapat pada saat penulis mengamati pengurangan alur yang
mengandung unsur nilai edukatif ketuhanan pada novel setelah
mengalami melewati proses ekranisasi ke bentuk film, sedangkan
penelitian yang dilakukan Devi tidak membahas mengenai nilai edukatif
ketuhanan, hanya sebatas mengamati perubahan alur, tokoh dan latar
yang terjadi akibat proses ekranisasi.
129
129
b. Aspek penambahan alur berdampak pada nilai edukatif ketuhanan
Aspek penambahan alur artinya adaya penambahan alur pada film,
yang tidak dapat ditemukan pada alur novel. Kategori aspek penambahan
alur berjumlah 1 deskripsi adegan. Penjelasan adegan tersebut terlihat pada
tambah alur di bawah ini:
1) Data pertama yang menunjukkan penambahan alur film yang berdampak
pada penambahan nilai edukatif ketuhanan yaitu pada menit [F.27.28]
yang menceritakan Ria yang berulang tahun mendapat kejutan dari Irene
yang memberinya kue ulang tahun kecil dan merayakannya berdua di
kamarnya. Meraka meniup lilin kemudian setelah itu, Irene meminta Ria
untuk berdoa di hadapan kue tersebut sambil direkam menggunakan
gawai, berdoa merupakan wujud dari kepercayaan manusia bahwa Ia
memercayai ada kekuatan besar di luar dirinya yaitu kekuatan Tuhan.
Berdoa merupakan bentuk komunikasi dan meminta kepada Tuhan.
Penelitian serupa telah dilakukan Mutia Mashita, dkk pada tahun
2013 yang beerjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara dan Implikasihnya dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan Mutia Ia mengutip
pengertian nilai pendidikan menurut Zuriah,(2007: 139) diantaranya; (1)
kerja keras, (2) kasihh sayang, (3) disiplin, (4) sabar dan (5) sportif.
Perbedaan penelitian penulis dengann yang dilakukan Mutia terletak
pada beberapa poin yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mutia tidak
membahas poin nilai edukatif ketuhanan, dan perbedaan lain terletak
130
130
pada objek penelitian, Mutia fokus meneliti novel berjudul Novel Sepatu
Dahlan Karya Khrisna Pabichara sedangkan penulis melakukan
penelitian pada novel yang difilmkan atau memakai kajian ekranisasi
dengann judul novel dan film Mimpi Sejuta Dolar, kemudian penulis
mengamati perubahan berupa penambahan tokoh dan alur yang
mengandung nilai edukatif ketuhanan yang berdampak pada perubahan
kuantitas nilai edukatif ketuhanan setelah melewati proses ekranisasi,
penulis meneliti unsur nilai edukatif menggunakan definisi menurut
Daulauy yang terdiri menjadi empat yaitu; nilai edukatif ketuhanan, nilai
edukatif ketangguhan, nilai edukatif kepedulian dan nilai edukatif
kejujuran.
c. Aspek perubahan bervariasi alur berdampak pada nilai edukatif
ketuhanan.
Kategori perubahan alur bervariasi merupakan perubahan wujud alur
dari novel ketika di filmkan, perubahan bervariasi artinya adanya bagian
alur yang berubah atau adanya inprovisasi alur yang terjadinya, tidak
dikurangi atau ditambah hanya saja disampaikan dengann tokoh yang
berbeda maupun dengann alur kutipan yang berbeda.
Kategori aspek perubahan bervariasi pada alur berjumlah 4 variasi.
Kategori aspek perubahan bervariasi ini dilihat dari adanya perubahan
penggambaran cerita dalam visualisasinya ke bentuk film yaitu.
1) Perubahan bervariasi pertama terjadi pada novel [Hal.2] menunjukkan
perubahan bervariasi alur sehingga mengakibatkan perubahan kuantitas
131
131
nilai edukatif ketuhanan yang terkandung pada alur film akibat proses
ekranisasi. Perubahan bervariasi alur terjadi ketika di filmkan, dalam alur
film diceritakan awal mula kedatangan Ria ke NTU pada menit
[F.07.75], yang menceritakan Ria bersama Irene masuk ke NTU secara
ilegal, dengann adanya perubahan bervariasi ini megakibatkan
pengurangan kunatitas nilai edukatif ketuhanan yang semula terdapat
pada alur novel kemudian mengalami pengurangan kandungan nilai
edukatif akibat dari perubahan bervariasi alur dan perubahan bervariasi
tokoh.
2) Perubahan kedua terjadi pada novel [Hal.37] menceritakan tentang Ria
yang membuka buku harian Mama yang diberikan padanya, dalam buku
tersebut mengandung kutipan Mama yang mengandung nilai edukatif
ketuhanan. Namun, setelah melewati proses ekranisasi ketika di filmkan
alur berubah menjadi Ria tidak memiliki buku harian Mama terlebih lagi
untuk membaca buku pemberian Mama, melainkan Ria hanya memiliki
folder foto keluarga mereka yang ditunjukkan pada film menit[F.40.01].
Adanya perubahan bervariasi alur tersebut secara tidak langsung
menyebabkan hilangnya kandungan nilai edukatif ketuhanan dalam serial
filmnya karena kutipan Mama dalam buku hariannya untuk berserah diri
atau beriman kepada Tuhan telah ditiadakan.
3) Perubahan bervariasi alur ketiga terjadi pada novel [Hal.44]
menceritakan Ria yang berangkat ke Singapura bersama dengann
sebagain besar siswi yang Ria sudah kenal dan Ria sangat mensyukuri
132
132
nikmat Tuhan tersebut walaupun tidak berangkat bersama dengann kedua
orangtuanya, perubahan bervariasi alur terjadi pada film menit [F.03.34],
Ria diceritakan berangkat seorang diri dan kepergiannya secara tiba-tiba
tanpa ada persiapan apapun dan keberangkatannya ke Singapura demi
keselamatan hidupnya bukan untuk kuliah. Adanya perubahan bervariasi
alur ini membuat nilai edukatif ketuhanan itu ditiadakan, karena tidak
terdapat alur yang menceritakan ketika Ria bersyukur kepada Tuhan bisa
berangkat bersama dengan teman-temannya.
4) Perubahan bervariasi keempat terjadi pada novel [Hal.59] yang
menceritakan saat Mama menelfon Ria yang menanyakan tentang
keadaan Ria setelah beberapa hari di Singapura, Perubahan bervariasi
terjadi pada alur film menit [F.23.01] yang menceritakan Papa yang
menelfon Ria setelah beberapa hari di Singapura, perubahan terjadi pada
tokoh yang menelfon Ria setelah tiba di Singapura, pada novel Ria
melakukan percakapan bersama Mama dan setelah di filmkan Ria
berkomunikasi dengann Papa, sehingga kutipan yang mengandung unsur
nilai edukatif ketuhanan saat menceritakan Mama yang akan terus
mendoakan Ria itu ditiadakan.
Keempat perubahan bervariasi alur seteleh proses ekranisasi
mengakibatkan pengurangan alur yang mengakibatkan pengurangan
unsur nilai ketuhanan, Penelitian serupa telah dilakukan Mutia Mashita,
dkk pada tahun 2013 yang beerjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel
Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara dan Implikasihnya dalam
133
133
Pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan Mutia
Ia mengutip pengertian nilai pendidikan menurut Zuriah,(2007: 139)
diantaranya; (1) kerja keras, (2) kasihh sayang, (3) disiplin, (4) sabar dan
(5) sportif.
Perbedaan penelitian penulis dengann yang dilakukan Mutia
terletak pada beberapa poin yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mutia
tidak membahas poin nilai edukatif ketuhanan, dan perbedaan lain
terletak pada objek penelitian, Mutia fokus meneliti novel berjudul Novel
Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara sedangkan penulis melakukan
penelitian pada novel yang difilmkan atau memakai kajian ekranisasi
dengann judul novel dan film Mimpi Sejuta Dolar, kemudian penulis
mengamati perubahan berupa penambahan tokoh dan alur yang
mengandung nilai edukatif ketuhanan yang berdampak pada perubahan
kuantitas nilai edukatif ketuhanan setelah melewati proses ekranisasi,
penulis meneliti unsur nilai edukatif menggunakan definisi menurut
Daulauy yang terdiri menjadi empat yaitu; nilai edukatif ketuhanan, nilai
edukatif ketangguhan, nilai edukatif kepedulian dan nilai edukatif
kejujuran.
2. Proses Ekranisasi Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Ketangguhan
a. Aspek Pengurangan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif
Ketangguhan
134
134
Aspek pengurangan alur ialah proses pengurangan Alur pada Novel
ketika proses Ekranisasi, artinya ada beberapa alur yang akan dihilangkan
pada saat pembuatan film.
Kategori aspek pengurangan alur berjumlah 5 deskripsi bagian.
Deskripsi bagian tersebut terdapat dalam beberapa bagian yang berbeda
dalam novel berdasarkan urutan kejadian. Kategori aspek penciutan ini
dilihat dari tidak ditampilkannya bagian-bagian alur dan tokoh dalam novel
tersebut ke dalam film setelah mengalami proses ekranisasi yang berefek
pada berubahnya kuantitas nilai edukatif ketangguhan dan juga
menyebabkan perubahan bentuk dalam penyampaian nilai edukatif
ketangguhan tersebut.
Khaidir (Aulia, 2019: 27) menyatakan tangguh sama artinnya
dengann kuat, kokoh, tahan banting, bertekad untuk berdiri tegak dan
gigih serta pantang menyerah.
1) Pengurangan pertama terjadi pada novel [Hal.6] yang menceritakan Ria
yang meminum air keran di NTU demi mengirit uang belanja, nilai
edukatif ketangguhan terletak saat Ria meminum air keran yang secara
kesehatan kurang steril karena air tersebut belum diolah, kemudian Ia
harus melakukannya berkali-kali dan secara sembunyi-sembunyi.
Walaupun demikian Ria tidak pernah mengeluh dengann keadaanya dan
tetap melanjutkan kuliahnya sampai selesai, sikap tersebut sesuai
dengann definisi nilai edukatif ketangguhan yang diutaran Khaidir (
Aulia, 2019:27) bahwa tangguh artinya kuat, kokoh dan pantang
135
135
menyerah. Setelah melewati proses ekranisasi pada alur film, alur serupa
tidak ditemukan sehingga membuat jumlah nilai edukatif ketangguhan
pada alur film mengalami pengurangan.
2) Pengurangan kedua terjadi pada novel [Hal.61] yang menceritakan
bahwa Ria sangat bergantung pada mie instan sebagai makanan pokok,
Sesuai pengertian tangguh menurut Khaidir di atas bahwa tangguh
artinya; kuat, kokoh dan pantang menyerah. Selama beberapa semester
Ria lakukan itu untuk tetap bisa bertahan hidup. Setelah melewati proses
ekranisasi alur ini telah mengalami perngurangan, artinya setelah difilkan
tidak terdapat alur serupa yang menceritakan Ria yang harus memakan
mie instan. Sehingga secara tidak langsung mengakibatkan unsur nilai
edukatif ketangguhan di dalam alur film ikut mengalami pengurangan
kandungan nilai edukatif ketuhanan.
3) Pengurangan ketiga terjadi pada novel [Hal.179] saat Ria dan Alva yang
berdua berniat membuka bisnis percetakan skripsi dan juga baju kaos,
mereka lalu mencari rekan bisnis atau pengusaha percetakan karena
mereka belum memiliki alat dan mereka berniat untuk melakukan kerja
sama. Namun tidak ada yang ingin bekerja sama dengann mereka,
bahkan harga yang ditawarkan para pengusaha percetakan disana lebih
murah dibanding harga yang Ria ingin tawarkan nantinya. Akhirnya
mereka batal untuk melakukan bisnis tersebut. Namun mereka tidak
patah semangat, merekah malah mencari peluang lain dengann mencari
ide lain untuk membuka bisnis lain. Sesuai dengann pengertian tangguh
136
136
menurut Khaidir bahwa tangguh artinya kuat, kokoh, tahan banting dan
pantang menyerah.
4) Pengurangan alur keempat terjadi pada novel [Hal.187] yang berdampak
pada pengurangan kuantitas nilai edukatif ketangguhan yang
menceritakan tentang Ria bersama Alva membuka bisnis Tianshi, sebuah
merek kesehatan asal Tiongkok, sebuah produk kesehatan yang laris dan
cukup terkenal di Indonesia namun produk tersebut gagal masuk ke
Singapura, usaha yang berarti dalam kutipan di atas Ialah mereka telah
melakukan promosi dan membeli beberapa produk dari Indonesia yang
dibawa ke Singapura, tak sampai disitu saja mereka juga menerjemahkan
bahasa Indonesia ke Inggris dan mencetak kemasan produk baru sebagai
contoh barang, namun produk tiashi gagal masuk ke Singapura, Ria dan
Alva yang tidak patah semangat dan bahkan berusaha menjadikan
kegagalan mereka yang telah menelan biaya dan tenaga tersebut menjadi
sebuah pembelajaran bagi mereka kedepannya. Pada proses pengurangan
alur ini pula mengakibatkan pengurangan nilai edukatif ketangguhan
karena setelah mengalami proses ekranisasi alur, pengurangan alur ini
juga mengakibatkan pengurangan tokoh Indri, dalam novel Indri
diceritakan sebagai teman Ria yang memberikan informasi bahwa akan
ada produk kesehatan bernama tianshi yang akan masuk ke Singapura.
5) Pengurangan kelima terjadi pada novel [Hal.237] yang menceritakan
tentang Ria yang menangis karena merasa kesulitan mendapatkan klien
ketika Ia bekerja sebagai agen keuangan, namun Ia sadar bahwa Ia harus
137
137
bekerja keras lagi sebelum Ia mencapai tujuannya yaitu bebas dari
kekurangan biaya sebelum usianya menginjak angka 30. Nilai edukatif
ketangguhan terdapat pada saat Ria menghapus air matanya dan kembali
semangat mencari klien agar ia dapat mencapai target. Ia tidak larut
dalam kesedihan dan terpuruk dalam kesedihan, Ia sadar bahwa butuh
perjuangan besar untuk mencapai tujuannya tersebut. Sesuai pengertian
tangguh menurut Khaidir bahwa tangguh artinya adalah kuat, kokoh,
tahan banting dan pantang menyerah itu tercermin pada alur kutipan
novel di atas yang memperlihatkan Ria yang tidak mudah menyerah.
Setelah mengalami proses ekranisasi berupa pengurangan alur
mengakibatkan adegan ini tidak ditayangkan dalam alur film, sehingga
secara tidak langsung mengakibatkan pengurangan jumlah nilai edukatif
ketangguhan pada sosok Ria pada saat Ia bekerja sebagai agen keuangan.
6) Pengurangan keenam terjadi pada novel [Hal.305] yang menceritakan
saat Ria menjadi pembicara di Jakarta dan seseorang menanyanya,
“Kenapa kami mengalami banyak penolakan, Miss Merry apa yang salah
dengann kami? kenapa Miss Merry bisa mendapatkan banyak nasabah
dan kami susah?”
Sesuai dengan definisi Khaidir bahwa tangguh merupakan kuat dan
pantang menyerah persis sama dengann sikap yang Ria tunjukkan dalam
kutipan novel tersebut. Ria ajarkan kepada para hadirin yang
menanyakan rahasia suksesnya, Ria mengatakan bahwa jangan pernah
menyerah dan menjadikan kesalahan sebagai pembelajaran dan jangan
138
138
melakukan kesalahan yang sama. Setelah mengalami proses ekranisasi
pengurangan alur mengakibatkan adegan ini tidak diceritakan pada alur
film sehingga secara tidak langsung mengakibatkan hilangnya kandungan
nilai edukatif ketangguhan yang semula terdapat pada alur novel
kemudian ditiadakan pada alur film.
Pengurangan alur setelah proses ekranisasi merupakan hal wajar
yang dilakukan demi beberapa pertimbangan, seperti mengurangi biaya
prosuksi, mengurangi waktu penanyangan dan lain-lain. Delepan
pengurangan alur di atas merupakan pengurangan pada film Mimpi
Sejuta Dolar yang mengandung unsur nilai edukatif ketangguhan,
penelitian serupa yang menggunakan kajian ekranisasi yaitu dari Devi
Shyviana Arry Yanti. Pada tahun 2014 yang berjudul Ekranisasi Novel
Ke Bentuk Film 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela
Rais dan Rangga Almahendra. Perbedaan penulis dan penelitian yang
dilakukan Devi terletak pada objek kajian berupa novel maupun film,
film yang diteliti oleh Devi yaitu novel dan film 99 Cahaya Di Langit
Eropa sedangkan penulis meneliti novel dan film Mimpi Sejuta Dolar,
perbedaan lain yaitu waktu penelitian dilakukan antara Devi pada Tahun
2014 sedangkan penulis pada Tahun 2019, selain itu perbedaan lain
terdapat pada saat penulis mengamati pengurangan alur yang
mengandung unsur nilai edukatif ketuhanan pada novel setelah
mengalami melewati proses ekranisasi ke bentuk film, sedangkan
penelitian yang dilakukan Devi tidak membahas mengenai nilai edukatif
139
139
ketangguhan, hanya sebatas mengamati perubahan alur, tokoh dan latar
yang terjadi akibat proses ekranisasi.
b. Aspek Penambahan Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif
Ketangguhan
Aspek penambahan alur artinya adaya penambahan alur pada film,
yang tidak dapat ditemukan pada alur novel. Kategori aspek penambahan
alur berjumlah 1 deskripsi adegan. Pengelompokan adegan tersebut dibagi
berdasarkan urutan kejadian.
1) Penambahan alur terjadi pada film [F.30.47] yang menceritakan saat Ria
yang bekerja sebagai pembagi brosur dipecat karena tempat Ia bekerja
dalam pengawasan Polisi sehingga Bos Brosur takut dan akhirnya
memutuskan untuk memecat Ria, di Singapura terdapat peraturan yang
melarang mempekerjakan seseorang dibawah umur dan bagi pendatang
dari Negara lain diwajibkan memiliki surat izin kerja terlebih dahulu,
terlebih Ria tidak memiliki surat izin kerja. Nilai edukatif ketangguhan
terletak pada saat Ria mengatakan tidak apa-apa setelah Bos Brosur
memecatnya. Berdasarkan definisi dari Khaidir bahwa tangguh artinya
kuat, kokoh , tahan banting dan pantang menyerah itu terlihat pada
kutipan novel di atas yang berhuruf tebal, yang memperlihatkan sikap
Ria yang tetap kuat setelah bosnya terpaksa memecatnya. Nilai edukatif
ketangguhan di atas merupakan adegan tambahan setelah mengalami
proses ekranisasi, adegan pemecatan Ria tidak terdapat dalam alur novel,
dan setelah proses ekranisasi penambahan alur, penambahan ini
140
140
mengakibatkan perubahan bervariasi tokoh bos Ria saat bekerja sebagai
pembagi brosur, dalam novel tidak terdapat tokoh tersebut, karena Bos
Ria sewaktu menjadi pembagi brosur merupakan seorang Pria paruh baya
bernama Mr. Kenny. Setelah mengalami proses ekrnisasi berupa
penambahan alur mengakibatkan penambahan nilai edukatif ketangguhan
akibat Ria yang harus dipecat dan perubahan bervariasi tokoh bos tempat
Ria bekerja sebagai pembagi brosur.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Megasari Martin pada
tahun 2017 yang berjudul Ekranisasi Novel Surga yang Dirindukan
Karya Asman Nadia ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara
Kuntz Agus. Perbedaan penelitian terletak pada objek penelitian yaitu
novel dan film, Mega meneliti Novel Surga yang Dirindukan Karya
Asman Nadia ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara Kuntz
Agus sedangkan penulis meneliti novel Mimpi Sejuta Dolar dan Film
Mimpi Sejuta Dolar. Letak perbedaan lainnya terletak pada saat penulis
hanya meneliti unsur nilai edukatif menurut Daulay setalah mengalami
proses ekranisasi pada alur.
c. Aspek Perubahan Bervariasi Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif
Ketangguhan
Untuk kategori aspek perubahan bervariasi pada alur berjumlah 4
variasi alur. Kategori aspek perubahan bervariasi ini dilihat dari adanya
perubahan penggambaran cerita dalam visualisasinya ke bentuk film.
Pembahasan untuk kategori perubahan bervariasi akan dibahas satu persatu
141
141
sesuai dengann urutan hasil penelitian dalam waktu kemunculan sesuai
topik.
1) Perubahan bervariasi pertama terjadi pada novel [Hal.215] yang
menceritakan tentang percakapan Ria dan Alva bersama teman-teman
kampusnya pada akhir semester di NTU yang membahas tentang apa
yang akan mereka lakukan setelah lulus, Ria dan Alva mengatakan tidak
akan melamar pekerjaan di perusahaan manapun dan ingin membuka
usaha sendiri, nilai edukatif ketangguhan diperlihatkan ketika Ria dan
Alva mendapat ledekan dari teman-temannya, Ria dan Alva tetap teguh
dengann pendiriannya serta tidak patah semangat dengann cemoohan itu.
Setelah mengalami proses ekranisasi perubahan bervariasi alur, alur pada
film menceritakan hanya Ria yang ingin memutuskan untuk berbisnis dan
tidak ingin menjadi karyawan di perusahaan, tidak diceritakan Alva
bersama Ria. Perubahan bervariasinya terletak saat Ria hanya seorang
diri yang berusaha menjadi seorang pebisnis ditunjukkan pada film
menit[F.1.19.30]. Perubahan bervariasi alur mengakibatkan penyampaian
nilai edukatif ketangguhan pada alur disampaikan melalui adegan yang
berbeda, pada novel nilai edukatif ketangguhannya terletak saat Ria dan
Alva tetap tegar saat teman-temannya meledeknya terhadap
keputusannya untuk memulai bisnis sedangkan pada alur film, nilai
edukatif ketangguhannya terdapat pada saat Ria mengatakan kepada bos
agen keuangan bahwa Ia akan kerja mati-matian dan takkan menyerah.
142
142
2) Perubahan bervariasi kedua terjadi pada kutipan dalam novel pada
[Hal.11], Menceritakan ketika Ria harus bekerja sambil kuliah pada saat
liburan tahun kedua kuliah. Sikap kokoh Ria terlihat ketika Ia harus
bekerja sebagai pembagi brosur di tempat umum, sesuai dengann definisi
menurut Khaidir bahwa tangguh adalah kuat, kokoh, tahan banting dan
pantang menyerah, perubahan bervariasi terjadi pada alur film menit
[F.17.26] yang menceritakan percakapan Ria, Irene dan Alva, isi
percakapan tersebut bercerita saat Ria bersama Irene meminta Alva untuk
menjadi penanggung jawab Ria yang ingin mengambil uang pinjaman
pendidikan di Bank yang telah bekerjasama dengann NTU, namun Alva
mau membantu mereka asal Ria terlebih dahulu mendapatkan pekerjaan,
Irene menegaskan dan memohon kepada Alva bahwa Ria sangat butuh
bantuannya karena hari tersebut merupakan hari terakhir pendaftaran,
namun Alva bersikuku dengann keputusannya tersebut. Sehingga Ria
memberikan uang yang ada di dompetnya sebagai jaminan bahwa Ia akan
mendapatkan pekerjaan hari itu juga. Kutipan tersebut menunjukkan nilai
edukatif ketangguhan saat Ria tidak menyerah untuk menyakinkan Alva
bahwa Ia tidak akan menyusahkannya dan Ia akan mendapatkan
pekerjaan sesegera mungkin bahkan memberikan Uang di dompetnya,
kemudian Ria mengatakan dalam hati bahwa Ia harus kuat, harus sabar
dan tetap mencari pekerjaan agar Alva segera membantunya, hingga
akhirnya Ia mendapat pekerjaan sebagai pembagi brosur kegiatan sosial.
Kedua alur antara novel dan film sama-sama menceritakan awal mula
143
143
Ria mencari pekerjaan. Adanya perubahan bervariasi alur tersebut tidak
mengakibatkan nilai edukatif yang terkandung dalam novel dan film
mengalami pengurangan namun penyampaian nilai edukatif ketangguhan
disampaikan dengann versi yang berbeda.
3) Perubahan bervariasi ketiga terjadi pada alur novel [Hal.87]
menceritakan Ria yang mencari pekerjaan pada saat ia libur dan Ia
berhasil menjadi pembagi brosur biro jodoh, Perubahan bervariasi terjadi
pada alur film menit [F.19.44] yang menceritakan tentang Ria yang
bersikeras agar Bos Brosur mau mempekerjakannya, karena pada saat itu
Ria tidak memiliki surat izin kerja dan sudah banyak tokoh yang
menolaknya dan Ia harus memiliki pekerjaan agar Alva mau
membantunya, Ria yang belum sepakat dengann Bos Brosur untuk
mempekerjakannya langsung mengambil brosur yang ada di atas meja
dan langsung membagikannya kepada orang-orang yang lalu-lalang, dan
akhirya mendapat pekerjaan sebagai pembagi brosur agen sosial untuk
mencari seorang donatur. nilai edukatif ketangguhan terdapat pada saat
Ria yang tidak pernah menyerah saat melamar pekerjaan bahkan Ia
langsung membagikan brosur dengann enerjik agar Bos Brosur mau
menerimanya, Bos Brosur mengatakan bahwa mereka adalah agen
organisasi sosial dengann gaji minim, namun Ria tetap bersedia bekerja
disana. Proses ekranisasi mengakibatkan perubahan variasi pada alur
cerita dari novel ke film, perubahan bervariasi alur mengakibatkan
perubahan pada jenis pekerjaan Ria lakoni, awal mula Ria bekerja
144
144
sebagai pembagi brosur biro jodoh berganti menjadi pembagi brosur
organisasi sosial, perubahan berikutnya terjadi pada waktu kejadian Ria
bekerja sebagai pembagi brosur, pada novel Ria bekerja pada saat liburan
kuliah, berubah menjadi Ria bekerja sebelum mendaftar kuliah karena
telah diberi syarat oleh Alva.
4) Perubahan bervariasi keempat terjadi kutipan dalam novel [Ha.221] yang
menceritakan saat Ria mencari kerja sebagai agen keuangan bersama
Alva, nilai edukatif ketangguhan terletak pada saat Ria dan Alva harus
berkeliling sebanyak empat kantor agen keuangan, barulah mereka
diterima di salah satu kantor tersebut dan harus melewati beberapa tes
lagi. Perubahan bervariasi alur terjadi pada film menit [F.1.19.30] yang
menceritakan saat Ria seorang diri melamar pekerjaan sebagai agen
keuangan. nilai edukatif ketangguhan ditunjukkan oleh Ria saat
mengatakan bahwa Ia takkan menyerah dan akan mati-matian agar
mencapai target prentasi sesuai dengann keinginan manager. Proses
ekranisasi mengakibatkan perubahan pada alur novel yang semula
menceritakan bahwa Alva dan Ria harus menerima penolakan dari tiga
kantor agen keuangan, barulah di kantor keempat mereka diterima,
sedangkan dalam alur film diceritakan bahwa Ria seorang diri datang
melamar pekerjaan dan tidak diceritakan bahwa Ia pergi ke beberapa
kantor agen keuangan lainnya, dan terdapat kutipan Ria yang
mengatakan bahwa Ia akan bekerja mati-matian dan tidak mudah
menyerah.
145
145
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Megasari Martin pada
tahun 2017 yang berjudul Ekranisasi Novel Surga yang Dirindukan
Karya Asman Nadia ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara
Kuntz Agus., perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu novel dan
film, Mega meneliti Novel Surga yang Dirindukan Karya Asman Nadia
ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara Kuntz Agus yang
bergenre percintaan sedangkan penulis meneliti novel Mimpi Sejuta
Dolar dan Film Mimpi Sejuta Dolar bergenre perjuangan dan
pendidikan, perbedaan lain terletak pada saat penulis hanya meneliti
perubahan alur yang mengandung unsur nilai edukatif menurut Daulauy
yaitu nilai edukatif ketuhanan, ketangguhan, kepedulian dan kejujuran
setelah melewati proses ekranisasi.
Nilai edukatif ketangguhan pada alur novel berubah cara
penyampaiannya pada alur film, nilai edukatif ketangguhan pada alur
novel terletak saat Alva dan Ria tidak saat menyerah melamar pekerjaan
di beberapa kantor agen keuangan, namun nilai edukatif di alur film
terletak pada saat Ria mengatakan kepada Manajer keuangan bahwa Ia
akan matia-matian da takkan menyerah saat diterima nantinya
3. Aspek Pengurangan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Kepedulian
a. Aspek Pengurangan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif Kepedulian
Kategori aspek pengurangan alur berjumlah 4 deskripsi bagian.
Deskripsi bagian tersebut terdapat dalam beberapa bagian yang berbeda
146
146
dalam novel berdasarkan urutan kejadian. Kategori aspek penciutan ini
dilihat dari tidak ditampilkannya bagian-bagian dalam novel tersebut ke
dalam film setelah mengalami proses ekranisasi yang berefek pada
berubahnya kuantitas nilai edukatif kepedulian dan juga menyebabkan
perubahan bentuk dalam penyampaian nilai edukatif kepedulian tersebut.
1) Pengurangan alur pertama terjadi pada novel [Hal.69] yang menceritakan
Ria yang kerapkali kedapatan oleh mahasiswi India di dapur asrama
sedang memasak mie instan, sehingga Mahasiswi India tersebut bertanya
kepada Ria perihal dampak keseringan mengomsumsi mie instan. nilai
edukatif kepedulian yang ditunjukkan oleh Mahasiswi India, pada saat Ia
mengajukan pertanyaan kepada Ria, pertanyaan tersebut menunjukkan
keprihatinan Mahasiswi India tersebut kepada Ria, karena Ia tahu bahwa
mengomsumsi mie instan terus-menerus tidak baik untuk kesehatan,
namun Ria harus melakukannya karena Ia sangat menghemat uang dan
mie instan itu juga merupakan bekal Ria dari Mama. Sesuai dengann
definisi nilai edukatif kepedulian yang telah dipaparkan di atas bahwa
nilai edukatif kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman diri sendiri dan memahami orang lain, pada kutipan tersebut
menunjukkan sikap Mahasiswa India menunjukkan sikap mengasihani
dan mengkhawatirkan kesehatan Ria yang sertiap hari mengomsumsi mie
instan. Proses ekranisasi mengakibatkan pengurangan alur, dalam alur
film tidak ada kutipan Ria berbincang dengann Mahasiswi India dan juga
tidak adanya alur yang memperlihatkan Ria sedang memasak mie instan
147
147
di dapur asrama. Akibat dari proses ekranisasi juga mengakibatkan
pengurangan tokoh yaitu Mahasiswa India. Sehingga dengann adanya
pengurangan alur disertai dengann pengurangan tokoh Mahasiswi India
secara tidak langsung mengakibatkan pengurangan unsur nilai edukatif
kepedulian pada film.
2) Pengurangan alur kedua terjadi pada novel [Hal.142] yang menceritakan
saat Ria kuliah di NTU dan memilih untuk magang di perusahaan
Micron, Kutipan di atas menceritakan saat Mr. Roslan selaku superpisor
Ria, mempromosikan Ria untuk masuk seleksi untuk mendapat beasiswa
dari perusahaan micron. Nilai edukatif kepedulian terletak saat Mr,
Roslan mempromosikan Ria, karena Mr. Roslan tahu betapa berartinya
uang beasiswa tersebut bagi Ria jika berhasil lulus dalam tes tersebut,
sesuai dengann devisi nilai edukatif kepedulian bahwa kepedulian
merupakan rasa empati yang didasarkan pada pemehaman perasaan diri
sendiri dan memahami orang lain, kepedulian adalah merasakan
kepedulian terhadap sesama agar berupaya mengenali pribadi orang lain
yang sedang dalam keadaan susah, dan sikap itu diperlihatkan oleh Mr.
Roslan. Proses ekranisasi pengurangan alur mengakibatkan alur Ria
sedang magang di perusahaan micron dalam serial film telah ditiadakan,
penguranngan alur tersebut secara tidak langsung mengakibatkan
pengurangan kuantitas kandungan nilai edukatif yang ditunjukkan oleh
Mr. Roslan, pengurangan alur itu juga mengakibatkan pengurangan
tokoh Mr. Roslan.
148
148
3) Pengurangan alur ketiga terjadi pada novel [Hal.254] yang menceritakan
saat Ria dan Alva yang sedang bekerja sebagai agen keuangan, mereka
telah menetapkan prinsip kerja bahwa mereka harus melakukan
setidaknya 20 presentasi dalam sehari, namun suatu hari Ria merasa letih
dan mengajak Alva untuk menyudahi pekerjaannya hari itu sebelum
mencapai 20 prentasi, Alva mengingatkan Ria pada saat dulu ibunya
merasa malu dan merasa direndahkan oleh Mama Luki, Mama Ria
merasa sedih sewaktu Mama Luki menelfon Mama Ria untuk
memberitahukan Ria agar Ria tidak lagi menghubungi Luki dan
memaksanya untuk ikut sebagai nasabah agen keuangan yang Ria lakoni,
sehingga Mama Ria memerintahkan Ria untuk berhenti bekerja sebagai
agen keuangan. Nilai edukatif kepedulian terdapat pada saat Alva
memperlihatkan rasa peduli terhadap Ria dengann mengingatkan waktu
dulu Mamanya pernah direndahkan, perkataan Alva tersebut berusaha
membangkitkan semangat Ria untuk bekerja, sehingga Ria dapat
memperlihatkan kepada Mamanya bahwa keputusannya menjadi agen
keuanga itu tidak salah sekaligus dapat membuat Mamanya bangga
dengannya. sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh
Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain. Setelah
mengalami proses ekranisasi mengakibatkan pengurangan alur dan juga
tokoh Luki dan Mamanya, alur yang menceritakan Ria dan Alva bekerja
sebagai agen keuangan itu ditiadakan dan juga alur yang memperlihatkan
149
149
Luki dan Mamanya, secara tidak langsung mengakibatkan nilai edukatif
kepedulian yang ditunjukkan Alva juga mengalami pengurangan.
4) Pengurangan alur keempat terjadi pada [Hal.329] yang menunjukkan
nilai edukatif kepedulian yang ditunjukkan oleh Ria, Ria yang telah
sukses dan telah banyak meraih penghargaan dari berbagai pihak
berusaha membagikan tips dan trik suksesnya kepada mereka yang
sedang membutuhkan, tanpa harus mengeluarkan dana alias gratis, Ria
menunjukkan sisi kepeduliannya dengann memberikan saran, masukan
serta motivasi, Ria tidak memandang latar belakang dari masing-masing
pendenganrnya yang Ia fokuskan hanya cara agar banyak orang yang
dapat mengikuti langkahnya menjadi orang yang bebas dari tekanan
finansial dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat
Indonesia. Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh
Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, dan Ria
memperlihatkan itu dengann memberi konsultasi dengann cuma-cuma.
Proses ekranisasi ini secara tidak langsung mengakibatkan pengurangan
unsur nilai edukatif kepedulian yang tunjukkan Ria karena dalam alur
film tidak ditemukan kutipan yang menceritakan Ria menjadi seorang
motivator.
Penelitian serupa telah dilakukan Mutia Mashita, dkk pada tahun
2013 yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara dan Implikasihnya dalam Pembelajaran
150
150
Bahasa Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan Mutia Ia mengutip
pengertian nilai pendidikan menurut Zuriah,(2007: 139) diantaranya; (1)
kerja keras, (2)kasih sayang, (3) disiplin, (4) sabar dan (5) sportif.
Perbedaa penelitian Mutia dengann penulis ketika Mutia menggunakan
Devinii nialii edukatif menurut Zuriah sedangkan penulis menggunakan
devenisi dari Daulay, perbedaan lain terletak ketika poin nilai edukatif
menurut Zuriah tidak membahas poin nilai edukatif ketuhanan, dan
perbedaan lain pada penelitian penulis dengann Mutia terletak pada saat
penulis melakukan penelitian pada novel yang filmkan, kemudian
mengamati perubahan tokoh dan alur yang berdampak pada transformasi
nilai edukatif menurut Daulay setelah proses ekranisasi.
b. Aspek Penambahan Alur Berdampak pada Nilai Edukatif
Kepedulian
Kategori aspek penambahan alur berjumlah 9 deskripsi adegan.
Pengelompokan adegan tersebut dibagi berdasarkan urutan kejadian yang
sama sesuai waktu yang berdekatan. Kategori aspek penambahan ini
dilihat dari penambahan cerita dalam film, artinya cerita tersebut
merupakan cerita tambahan dimana dalam novel tidak terdapat cerita
tersebut.
1) Pembahasan untuk aspek penambahan alur akan dibahas satu persatu
dengann urutan waktu pembahasan. Data pertama yang menunjukkan
penambahan alur terjadi pada film menit [F.06.04] yang menceritakan
Saat Ria yang duduk kebingungan di sebuah anjungan kemudian diberi
151
151
kata sandi jaringan oleh Mrs. Noor, Ria pun menggunakan jaringan
tersebut untuk mencari kenalannya asal Indonesia untuk membantunya
mencari penginapan karena Om Hans tidak ada di rumahnya. Sikap nilai
edukatif kepedulian yang diperlihatkan oleh Mrs. Noor yang melihat Ria
seorang diri dalam keadaan kebingungan, sehingga Ia menolongnya
dengann memberikan kata sandi jaringan yang Ia miliki, sesuai dengann
definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian
merupakan rasa empati yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri
sendiri dan memahami orang lain.
Proses ekranisasi mengakibatkan terjadinya penambahan alur,
penambahan alur itupun secara tidak langsung penambah kandungan
nilai edukatif kepedulian dan penambahan alur itu juga mengakibatkan
perubahan bervariasi tokoh, semula dalam alur novel tokoh Mrs. Noor
tidak disebutkan namanya namun setelah melalui proses ekranisasi
mengakibatkan penggambaran tokoh Mrs. Noor yang lebih diperjelas
dengann menunjukkan namanya.
2) Penambahan alur film kedua terjadi pada menit [F.33.27] menceritakan
saat Alva mengajak dan membantu Ria untuk mencari pekerjaan, namun
setelah beberapa tempat Ia datangi melamar pekerjaan tidak ada yang
menerimanya setelah itu Alva memberi Ria beberapa uang karena Alva
tahu bahwa Ria sudah tidak memiliki uang lagi karena Ria baru telah
dipecat dari pekerjaannya sebagai pembagi brosur, Sesuai dengann
definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian
152
152
merupakan rasa empati yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri
sendiri dan memahami orang lain. Sikap itu ditunjukkan oleh Alva yang
memberinya beberapa dolar kepada Ria.
3) Pengurangan ketiga terjadi pada [F.40.01] yang menceritakan saat Irene
manawarkan Ria untuk meminjam uangnya jika Ria butuh uang. proses
ekranisasi penambahan alur, sisi nilai eduktif kepedulian terletak saat
Irene sabagai sahabat Ria dan juga teman sekamar Ria mewarkan uang
buat Ria pinjam jika mau, karena Ria ingin menjual laptopnya. Sesuai
dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa
kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada pemahaman
perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, Irene menunjukkan sikap
empatinnya dengann menawarkan diri untuk meminjamkan uangnya.
4) Pengurangan alur film keempat terjadi pada menit [F.48.25] yang
menceritakan saat Alva yang bekerja sebagai pembersih Singapur FLyer
memberikan pekerjaannya tersebut kepada Ria karena beberapa minggu
yang lalu mereka gagal mendapatkan pekerjaan. Alva berdalih bahwa Ia
dapat bekerja di pabrik sabagai buruh angkut yang notabene Ria tidak
sanggup lakukan. Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan
oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan
pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, nilai
edukatif kepedulian terlihat saat Alva memberikan pekerjaannya untuk
Ria. Adegan ini merupakan adegan tambahan dalam film dan secara tidak
153
153
langsung penambahan alur ini juga mengakibatkan penambahan unsur
nilai edukatif kepedulian.
5) Pengurangan alur film keenam terjadi pada menit [F.53.59] yang
menceritakan saat Mr. Haresh (satpam asrama) membantu Ria mencari
Alva di parbik dengann memboncengnya dengann sepeda,
Kutipan yang mengandung nilai edukatif kepedulian di tunjukkan
saat Mr. Haresh yang mencoba membantu Ria mencari Alva di pabrik
karena Irene salah paham kepada Ria sehingga merasa sedih dan kecewa
dan mengunci Ria dalam kamar. Mr. Hares merasa kasihan kepada Ria
karena sepeulang kerja Ia harus berjalan kaki mencari Alva di Pabrik.
Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa
kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada pemahaman
perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, terlihat saat Mr. Hares
mengantar Ria untuk mencari Alva. Adegan yang mengandung unsur
nilai edukatif kepedulian ini hanya terdapat pada alur film akibat proses
ekranisasi penambahan alur.
6) Penambahan alur film keenam terjadi pada menit [F.1.17.13] yang
menceritakan saat kedatangan Mama ke Singapura untuk menjenguk Ria,
pada hari itu bertepatan saat Ria baru saja dibebaskan oleh Alva dari
dugaan polisi kepaa Ria yang telah melakukan percobaan penipuan yang
Ia lakukan terkait MLM yang pernah Ia lakoni. Ria merasa sangat takut
dan ingin pulang ke Indonesia, Ria menegaskan ke Mama bahwa semua
usaha yang Ia lakukan semuanya gagal. Namun Mama memeluk Ria dan
154
154
berusaha menguatkan Ria dan mengatakan bahwa Mama pernah melihat
kegagalan yang lebih besar dan semua bisa dilewati kalau kita punya
harapan. Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh
Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, dan itu
ditunjukkan oleh Mama pada kutipan teresbut, adanya penamabahan alur
tersebut mengakibatkan penambahan kandungan nilai edukatif
kepedulian secara tidak langsung.
7) Penambahan alur film ketujuh terjadi pada menit [F.1.22.12] ketika Ria
sedang bekerja dan jalan lewat dekat seorang Pengamen Wanita Tua
yang kelelahan kemudian jatuh pingsan, Ria pun menolong dengann
membawa Pengamen wanita tua tersebut ke RS terdekat. Menolong
merupakan sikap yang menunukkan nilai edukatif kepedulian karena
sikap membantu merupakan perilaku yang menunjukkan sikap
mengasihani orang lain. Proses ekranisasi mengakibatkan penambahan
alur yang mengandung nilai edukatif kepedulian dan juga mengakibatkan
penambahan tokoh baru yaitu Pengamen wanita tua.
8) Penambahan alur film kedelapan terjadi pada menit [F.1.23.31] yang
menceritakan saat Ria yang sedang membantu Mrs. Noor untuk
memungut barang belanjaan Mrs. Noor yang tumpah akibat kantong
kreseknya yang sobek. Sesuai dengann definisi kepedulian yang
dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang
didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang
155
155
lain, perilaku tersebut diperlihatkan oleh Ria saat membantu Mrs. Noor
memungut barang belanjaan dan membawakannya hingga ke rumah Mrs.
Noor. setelah melewati proses ekranisasi berupa penambahan alur.
Mengakibatkan penambahan deretan kandungan nilai edukatif
kepedulian pada sisi alur film.
9) Penambahan alur film kesembilan terjadi pada menit [F.1.26.28] yang
menceritakan saat Irene membantu Ria yang terjatuh saat kakinya yang
luka akibat terlalu lama berjalan kaki dengann sepatu, saat itu Irene
membantu memapah Ria ke kamar Irene kemudian mengobati luka Ria.
Setelah itu Irene meminta maaf kepada Ria bahwa Ia telah salah paham
ke Ria terkait hubugan asmara Ria dengann Alva. Proses ekranisasi
mengakibatkan penambahan alur di adegan film sehingga secara tidak
langsung menambah kesan nilai edukatif kepedulian pada alur film.
c. Aspek Perubahan Bervariasi Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif
Kepedulian
Untuk kategori aspek perubahan bervariasi pada alur berjumlah 8
variasi. Kategori aspek perubahan bervariasi ini dilihat dari adanya
perubahan penggambaran cerita dalam visualisasinya ke bentuk
film.Pembahasan untuk kategori perubahan bervariasi akan dibahas satu
persatu sesuai dengann urutan hasil penelitian dalam waktu kemunculan
sesuai topik.
1) Perubahan bervariasi alur novel ke film pertama terjadi pada [Hal.8]
yang menceritakan saat Ria yang harus diberangkatkan ke Singapura oleh
156
156
orang tuanya karena kerusuhan yang terjadi di Indonesia dan membuat
orangtuanya memutuskan untuk memastikan pendidikan Ria tetap
berjalan dengann keselamatan yang terbilang terjamin lebih aman
dibanding di Indonesia, nilai kepedulian terlihat pada saat kedua orang
tua Ria memutuskan untuk menyekolahkan Ria di Singapura dan
menyiapkan segala kebutuhkan Ria disana nantinya.
Setelah mengalami proses ekranisasi perubahan bervariasi
mengakibatkan alur pada film menit [F.03.34] yang menceritakan saat
Papa yang memberikan uang dan tiket ke Singapura serta kartu nama Om
Hans kepada Ria dan memaksanya untuk berangkat seorang diri demi
keselamatan Ria. Nilai edukatif kepedulian diperlihatkan ketika Papa
berusaha untuk menjaga keselamatan Ria dengann menyuruhnya untuk
pergi ke Singapura namun bukan untuk kuliah namun hanya untuk
mengungsi hingga kerusuuhan mereda, Sesuai dengann definisi
kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan
rasa empati yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan
memahami orang lain, dan itu diperlihatkan oleh Papa.
Perubahan bervariasi terjadi ketika Papa pada alur film menyuruh
Ria ke Singapura hanya untuk menginap sementara di rumah Om Hans
yang kemudian keluarganya datang untuk menjemputnya namun alur
semula pada novel menceritak bahwa Papa dan Mama mengirim Ria ke
Singapura bukan hanya menjamin keselamatan Ria tapi juga menjamin
pendidikan Ria tetap jalan.
157
157
2) Perubahan bervariasi kedua terjadi pada [Hal.38] yang menceritakan saat
Mama memberika saran kepada Ria ketika telah berada di Singapura,
Nilai edukatif kepedulian terletak pada saat Mama yang mengemaskan
barang bawaan dan juga tak lupa memberikan saran kepada Ria agar
pandai-pandai berhemat. Proses ekranisasi mengakibatkan perubahan
bervariasi alur terjadi pada saat di filmkan, dalam adegan film nilai
edukatif kepedulian ditayangkan oleh Papa yang memberikan uang dan
tiket untuk ke Singapura
Untuk Ria, adegan terdapat pada film [F.03.34] yang menceritakan
kutipan Papa yang memberikan uang dan tiket ke Singapura serta kartu
nama Om Hans kepada Ria dan memaksanya untuk berangkat seorang
diri demi keselamatan Ria, perubahan bervariasi terjadi ketika Papa pada
alur film menyuruh Ria ke Singapura hanya untuk menginap sementara
di rumah Om Hans yang kemudian keluarganya datang untuk
menjemputnya. Proses ekranisasi mengakibatkan penambahan toko yaitu
Om Hans.
3) Perubahan bervariasi ketiga terjadi pada novel [Hal.59] yang
menceritakan saat Mama dengann Ria melakukan percakapan via
telepon. Mama menanyakan keadaan Ria setelah beberapa hari tinggal di
Singapura. Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh
Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, yang
158
158
ditunjukkan oleh Mama yang menanyakan kabar Ria yang berada
seorang diri di Singapura.
Setelah mengalami proses ekranisasi alur yang serupa terdapat
pada alur film [F.23.01] berubah menjadi, percakapan Papa dengann Ria
via telepon, pada kutipan percakapan tersebut memperlihatkan nilai
edukatif kepedulian yang perlihatkan Papa dengann menanyakan Ria
tinggal dimana setelah beberapa hari di Singapura, maksud dan tujuan
dari pertanyaan Papa merupakan wujud dan rasa kekhawatiran Papa
terhadap keadaan Ria,dan kekhawatiran tersebut cerminan dari sikap
mengasihani dan memeahami perasaan orang lain. Perubahan bervariasi
alur mengakibatkan unsur nilai edukatif kepedulian yang disampaikan
tidak mengalami transfomasi dari segi kuantitas namun berubah pada
tokoh yang menyampaikan kutipan, antara Mama pada novel dan Papa
pada film, kemudian berubah pada pertanyaan yang diajukan tapi
keduanya sama-sama menunjukkan nilai edukatif kepedulian
4) Perubahan bervariasi keempat terjadi pada novel [Hal.98] yang
menceritakan saat hari ulang tahun Ria yang digelar dipelataran NTU
bersama teman-teman asrama yang melakukan patungan untuk membeli
kue, nilai edukatif kepedulian terdapat saat teman-teman asrama Ria
menggelar acara kecil-kecilan dengann membelikan kue tart kecil buat
Ria yang sedang berulang tahun dan menggelarnya secara sederhana di
NTU, Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh Daulay,
bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
159
159
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, kutipan di
atas memperlihatkan sikap teman-teman asrama Ria yang
memperlihatkan sikap perhatiannya kepada Ria dengann memberikan
kejutan serta membelikan sebuah kue ulta untuk Ria. Setelah mengalami
proses ekranisasi mengakibatkan proses perubahan bervariasi pada alur,
sehingga alur pada film menceritakan Irene yang memberikan Ria kue
tart kecil dan merayakan hari kelahiran Ria tersebut dengann senang.
Adegan terdapat pada film [F. 27.28], Sesuai dengann definisi kepedulian
yang dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati
yang didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami
orang lain. Perubahan nilai edukatif kepedulian tidak mengalami
perubahan dari segi isi namun cara penyampaian kandungan nilai
edukatif kepedulian disampaikan dengann alur yang berbeda saja dan
tokoh berbeda.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Devi Shyviana Arry Yanti.
Pada tahun 2014 yang berjudul Ekranisasi Novel Ke Bentul Film 99
Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra. Perbedaan peneliti dan penelitian yang dilakukan Devi, pada
saat Devi hanya meneliti sampai pada poin mengetahui perubahan tokoh,
latar dan alur saja setelah melewati proses ekranisasi, perbedaan peniliti
terletak ketika penulis kemudian mengaitkan proses perubahan alur setelah
proses ekranisasi dengann kandungan nilai edukatif menurut Daulay yang
terbagi atas nilai edukatif ketuhanan, ketangguhan, kepedulian, dan
160
160
kejujuran, sedangkan penelitian yang dilakukan Devi sebatas menekankan
pada aspek perubahan tokoh, alur dan latar.
5) Perubahan bervariasi alur kelima terjadi pada novel [Hal.47] yang
menunjukkan momen pada saat awal mula kedatangan Ria ke NTU
bersama teman-teman rombongan dari Indonesia, kutipan pada alur ini
memperlihatkan perubahan bervariasi yang akan terjadi setelah proses
ekranisasi. Perubahan bervariasi alur terjadi pada film menit [F.07.75]
yang menceritakan saat Irene mengajak Ria untuk menginap di kamar
kosnya di NTU yang dijaga oleh seorang satpam bernama Mr.Hares, ada
aturan yang berlaku di NTU bahwa seseorang yang bukan mahasiswa
NTU tidak diperkenankan untuk menginap disana, namun Irene
membawa Ria dengann cara mengendap-endap agar Mr. Hares tidak
mengetahuinya, Nilai edukatif kepedulian ditunjukkan oleh Irene yang
membantu Ria untuk mencari penginapan sementara waktu karena Irene
tahu bahwa Ria tidak punya banyak uang dan juga tidak punya siapa-
siapa di Singapura, Kedua alur di atas antara alur novel dan alur film
sama-sama menceritakan momen awal kedatangan Ria ke NTU. Akibat
dari proses ekranisasi perubahan bervariasi alur, alur semula dalam novel
menceritakan saat keberangkatan Ria Ia tidak susah lagi mencari
penginapan karena dari awal Ria memang mendaftar sebagai mahasiswa
NTU yang sudah dipersiapkan penginapan oleh pihak kampus, setelah di
filmkan mengakibatkan bertambahnya kandungan nilai edukatif
kepedulian yang terdapat pada alur film. Pada alur film tersebut Irene
161
161
membantu Ria untuk mendapatkan penginapan bahkan Ia rela melanggar
aturan di NTU. Sesuai dengann definisi kepedulian yang dipaparkan oleh
Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang didasarkan pada
pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain, perilaku
yang dilakukan oleh Irene pada kutipan di atas menunjukkan sikap
kepedulian Irene yang membantu Ria yang tidak memiliki tempat
menginap walau memiliki risiko kedapatan oleh satpam NTU.
6) Perubahan bervariasi keenam terjadi pada novel [Hal.38] yang
mengisahkan saat masih di Jakarta Papa menyiapkan pendaftaran Ria
untuk kuliah di Singapura, sehingga tidak ada lagi perihal Ria kesulitan
mendapatkan tempat untuk menginap karena telah disediakan pihak
kampus, nilai edukatif kepedulian yang diperliatkan oleh Papa yang
sedang membantu Ria untuk membereskan barang-barang keperluan
kuliah Ria yang akan dibawa ke Singapura. Proses ekranisasi peruabahn
bervariasi terjadia pada alur film menit [F.11.31] yang menceritakan saat
Ria dan Irene kedapatan oleh Mr. Haresh (satpam asrama) menginap
diam-diam di asrama NTU, mereka pun dibawa ke seorang wanita yang
mengurus semua administrasi kampus, penulis memberinya nama Staf
kampus, Staf kampus mengatakan bahwa perbuatan Irene sudah
melanggar peraturan, Ria hanya bisa tinggal disana kalau Ria mendaftar
sebagai mahasiswa, Irene berusaha mempertahankan Ria dan meminta
Staf kampus agar Ria dapat tinggal di asrama hingga orang tua Ria
datang menjemput dan menanyakan kepada Staf Kampus bahwa apakah
162
162
Ria diperbolehkan tinggal di Asrama kalau Ria mendaftar sebagai
mahasiswa ? Irene juga menambahkan bahwa Dia tidak keberatan jika
sekamar dengann Ria. Sesuai dengann definisi kepedulian yang
dipaparkan oleh Daulay, bahwa kepedulian merupakan rasa empati yang
didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang
lain, pada kutipan di atas memperlihatkan sikap Irene yang mengasihani
Ria yang seorang diri di Singapura dan tidak memiliki keluarga, maka
Irene berusaha keras agar Ria bisa mendaftar di NTU sebagai mahasiswa,
bahkan Irene mengatakan bahwa Ia bersedia sekamar dengann Ria.
Kedua kutipan pada alur novel dan film masing-masing
menceritakan momen saat Ria mendaftar sebagai mahasiswa NTU,
Proses ekranisasi perubahan bervariasi alur mengakibatkan sedikit variasi
pada alur, semula dalam alur novel menceritakan bahwa pendaftaran Ria
menjadi mahasiswa NTU sudah jauh hari dipersiapkan. Sedangkan
proses pendaftaran Ria pada alur versi film menceritakan bahwa Ria
secara mendadak mendaftar sebagai mahasiswa di NTU setelah Ia
kepergok oleh satpam menginap di NTU dan tidak diperkenankan untuk
tinggal di asrama.
7) Perubahan bervariasi ketujuh terjadi pada novel [Hal.111] menceritakan
adegan saat Ria yang bekerja sabagai pembagi brosur biro jodoh, suatu
hari secara tidak sengaja Ria kedapatan tertidur oleh bosnya yang
bernama Mr. Kenny, dan Mr. Kenny mengajaknya untuk mengobrol dan
makan siang bersama. Setelah mengalami proses ekranisasi alur pada
163
163
film menit [F.30.50] yang menceritakan saat Bos brusor memecat Ria
karena seseorang telah melaporkannya kepada pihak kepolisian karena
telah mempekerjakan seseorang dibawa umur tanpa memiliki surat izin
kerja, nilai edukatif kepedulian pada alur film terdapat ketika Bos brosur
menanyakan keadaan Ria setelah memecatnya, Ia terpaksa melakukannya
karean Bos Brosur juga takut jika tetap mempekerjakan Ria karena bisa
membuatnya terkena hukum dan bisa dipenjara. Ia merasa simpati
kepada Ria karena Ia tahu Ria sangat membutuhkan pekerjaan itu.
Kedua kutipan di atas menceritakan momen pada saat menjadi
pembagi brosur, setelah proses ekranisasi perubahan bervariasi
mengakibatkan alur semula pada novel menceritakan Ria yang bekerja
sebagai pembagi brosur tidak pernah dipecat sedangkan dalam film Ria
harus dipecat. Proses ekranisasi perubahan bervariasi alur mengakibatkan
alur semula dalam novel yang menceritakan bahwa Bos Ria tidak ingin
memecatnya namunmengajaknya mengobrol dan makan siang bersama.
Nilai edukatif terlatak pada saat Mr. Kenny tidak memecat Ria malah
mengajaknya makan siang sedangkan pada alur film nilai edukatif
kepedulian ketika Bos brosur menanyakan keadaan Ria setelah
memecatnya dan terlihat mimik wajah memperlihatkan raut muka yang
mencerminkan sikap tidak sampai hati atau tidak tega melakukannya
namun Ia terpaksa. Kemudian dengann adanya perubahan bervariasi
mengakibatkan perubahan bervariasi pada tokoh Mr. Kenny menjadi Bos
brosur.
164
164
8) Perubahan Kutipan pada novel di atas menunjukkan momen pada saat
Ria dan Alva pergi untuk ikut bisnis jual beli saham online, kutipan ini
tidak mengandung nilai edukatif kepedulian karena kedua sama
berinisiatif untuk memulai bisnis, kemudian pada kutipan yang bergaris
tebal menunjukkan momen perubahan bervariasi alur telah terjadi pada
alur film setelah mengalami proses ekranisasi.
Perubahan bervariasi terjadi pada film menit [F.1.00.30] yang
menceritakan saat Alva mengajak Ria untuk ikut bisnis jual beli saham
online, Alva menunjukkan nilai edukatif kepeduliannya dengann cara
mengajak Ria untuk bergabung dalam jual beli bisnis online dan
meminjamkan Ria gawai untuk digunakan sebagai alat untuk mengakses
situs bisnis tersebut, kemudian Alva mengajari Ria cara menjalankan
bisnis tersebut.
Proses ekranisasi mengakibatkan perubahan pada alur novel,
semula alur novel menceritakan bahwa Ria dan Alva patungan untuk
melakukan bisnis tersebut dan sama-sama mempelajari serta menjalankan
bisnis tersebut.Namun setelah mengalami proses ekranisasi alur film
mengalami perubahan ketika Alva mengajak Ria untuk ikut bisnis
tersebut dan Alva mengatakan Ia sudah menjalankannya satu bulan lalu
dan penghasilannya lumayan untuk tamabahan dana kemudian
meminjamkan Ria gawai untuk dipakai sementara. Adanya proses
ekranisasi mengakibatkan penambahan sisi nilai edukatif kepedulian
pada alur film yang menceritakan Alva yang mengajak Ria dan
165
165
meminjamkan Ria gawai untuk digunakan berbisnis jual beli saham,
Alva mengetahui bahwa Ria saat itu sangat membutuhkan pekerjaan dan
penghasilan hingga akhirnya Ia mengajak Ria.
Penelitian serupa telah dilakukan Mutia Mashita, dkk pada tahun
2013 yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sepatu Dahlan
Karya Khrisna Pabichara dan Implikasihnya dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Pada penelitian yang dilakukan Mutia Ia mengutip
pengertian nilai pendidikan menurut Zuriah,(2007: 139) diantaranya; (1)
kerja keras, (2) kasihh sayang, (3) disiplin, (4) sabar dan (5) sportif.
Persamaan penelitian penulis terletak pada beberapa poin seperti poin
satu kerja keras serupa dengann poin nilai edukatif ketangguhan, kasih
sayang serupa dengann kepedulian dan sportif serupa dengann kejujuran,
berbedaan terletak pada saat penelitian Mutia tidak membahas poin nilai
edukatif ketuhanan dan perbedaan lain terletak pada saat penulis
melakukan penelitian pada novel yang filmkan kemudian mengamati
perubahan tokoh dan alur terlebih dahulu kemudian dikaitkan dengann
nilai edukatif menurut Daulay yang membagi nilai edukatif menjadi
empat yaitu; nilai edukatif ketuhanan, nilai edukatif ketangguhan, nilai
edukatif kepedulian dan nilai edukatif kejujuran
4. Aspek Proses Ekranisasi Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif Kejujuran
a. Aspek Pengurangan Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif Kejujuran
166
166
Kategori aspek kategori aspek pengurangan alur berjumlah 2 deskripsi
bagian. Deskripsi bagian tersebut terdapat dalam beberapa bagian yang
berbeda dalam novel berdasarkan urutan kejadian. Kategori aspek penciutan
ini dilihat dari tidak ditampilkannya bagian-bagian dalam novel tersebut ke
dalam film setelah mengalami proses ekranisasi yang berefek pada
berubahnya kuantitas nilai edukatif kepedulian dan juga menyebabkan
perubahan bentuk dalam penyampaian nilai edukatif kepedulian tersebut.
1) Pengurangan alur pada novel pertama terjadi pada [Hal.83] yang
menceritakan saat Ria dan Alva melakukan percakapan mengenai
alokasih uang saku mereka, Ria mengatakan Ia berusaha mengirit
uangnya untuk digunakan membeli buku sedangkan Alva lebih
mementingkan makan dibanding membeli buku, sisi nilai edukatif
kejujuran yang diperlihatkan Alva ketika Ia lebih mementingkan makan
dibanding membeli buku, ia menambahkan bahwa ia akan kesulitan
belajar jika dalam keadaan lapar, lanjutnya Ia mengatakan bahwa bisa
berpatungan dengann teman-temannya untuk membeli buku dengann
begitu akan lebih menghemat uang. jujur merupakan sikap terpuji,
seperti yang telah diterangkan Daulay di atas tentang pengertian jujur, Ia
mengatakan bahwa jujur merupakan tindakan mengatakan atau
melakukan informasi yang sebenarnya.
Proses ekranisasi mengakibatkan pengurangan alur ini dalam film
dihilangkan, sehingga secara tidak langsung menghilangkan kandungan
nilai edukatif kejujuran pada alur film.
167
167
2) Pengurangan alur novel kedua yang berakibat pada pengurangan unsur
nilai edukatif terjadi pada [Hal.230] yang menceritakan saat Ria bekerja
sebagai agen keuangan dan mendatangi Dosennya di NTU, Ria
menawarinya beberapa produk keuangan dan mengajaknya untuk
menjadi nasabah di perusahaan tempatnya bekerja menceritakan saat Ria
ditanya oleh Dosen perihal maksud kedatangannya ke ruangannya bukan
untuk konsultasi mengenai pelajaran dan dengann jujur Ria mengatakan
bahwa maksud kedatangannya kesana dengann tujuan untuk menawari
dosennya untuk menawarkan produk keuangan serta ikut bergabung jasa
kesehatan yang Ria tawarkan.
Nilai edukatif kejujuran terletak saat Ria dengann jujur
mengatakan bahwa maksud kedatangannya ke ruangan dosen dia tidak
ingin berkonsultasi melainkan untuk menawari dosennya jasa keuangan,
karena tidak semua orang dapat masuk ke ruangan dosen tersebut
melainkan bagi para mahasiswa yang ingin menanyakan perihal
pelajaran. Setelah mengalami proses ekranisasi mengakibatkan
pengurangan alur dan tokoh, pengurangan terjadi pada alur yang
menceritakan Ria mendatangi dosennya di NTU, sehingga secara tidak
langsung pengurangan alur tersebut mengakibatkan pengurangan
kandungan nilai edukatif kejujuran yang terkandung dalam alur film.
Kemudian proses ekranisasi juga mengakibatkan pengurangan tokoh
Dosen NTU.
168
168
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Megasari Martin pada
tahun 2017 yang berjudul Ekranisasi Novel Surga yang Dirindukan
Karya Asman Nadia ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara
Kuntz Agus. Persamaan penelitian terletak pada kajian yang digunakan
yaitu kajian ekranisasi yaitu proses pengangkat alur novel menjadi
sebuah film, perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu novel dan
film, Mega meneliti Novel Surga yang Dirindukan Karya Asman Nadia
ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara Kuntz Agus yang
bergenre percintaan sedangkan penulis meneliti novel Mimpi Sejuta
Dolar dan Film Mimpi Sejuta Dolar bergenre perjuangan atau bercerita
tentang kisah nyata.
b. Aspek Penambahan Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif Kejujuran
Kategori aspek penambahan alur berjumlah 3 deskripsi adegan.
Pengelompokan adegan tersebut dibagi berdasarkan urutan kejadian.
Kategori aspek penambahan ini dilihat dari penambahan cerita dalam film,
artinya cerita tersebut merupakan cerita tambahan dalam alur film sehingga
dalam alur novel tidak terdapat cerita tersebut.
1) Data pertama yang menunjukkan penambahan alur yang berakibat pada
penambahan unsur nilai edukatif kejujuran terjadi pada film menit
[F.56.49] yang menceritakan percakapan Alva dan Ria yang membahas
kesalahpahaman yang terjadi antara Ria dan Irene, Irene yang sedari awal
menunjukkan sikap suka dengann Alva merasa cemburu dengann Ria,
karena telah melihat Ria dan Alva berduan di SingapurFlyer, sehingga
169
169
Irene pergi meninggalkan Ria di asrama. nilai edukatif kejujuran tersebut
menceritakan percakapan Ria saat mengatakan alasan sehinggga Ia
menghindari Alva, Ria mengatakan bahwa ini semua terjadi karena Irene
cemburu melihat kita berduaan di Singapurflyer. Nilai edukatif kejujuran
juga terlihat ketika Alva menjelaskan perihal hubungan asmara Dia
dengann Irene yang sesungguhnya kepada Ria, dengann jujur Alva
mengatakan bahwa Ia tidak pernah buat komitmen dengann Irene bahkan
Ia mengatakan bahwa semua yang terjadi bukan atas kehendaknya.
Proses ekranisasi mengakibatkan alur cerita pada film mengalami
penambahan, alur yang menceritakan Irene menyukai Alva tidak ada
dalam novel. Penambahan pada alur film mengakibatkan penambahan
kandungan unsur nilai edukatif kejujuran pada alur ini.
2) Penambahan alur kedua yang berdampak pada penambahan unsur nilai
edukatif terjadi pada film menit [F.58.10] yang menceritakan mengenai
percakapan Alva dengann Ria yang membahas ketertarikan Alva kepada
Ria,
Kutipan berhuruf tebal di atas merupakan kutipan pada novel yang
mengandung unsur nilai edukatif kejujuran ketika Alva mengatakan
dengann jujur terkait perasaanya kepada Ria, Ia bermaksud untuk
mengungkapkan perasaannya kepada Ria dengann memperlihatkan buku
dengann cover berlambang hati yang menandankan bahwa Alva
menyukai Ria secara pribadi. Sesuai dengann definisi kejujuran menurut
Daulay bahwa kejujuran atau jujur adalah mengatakan atau memberikan
170
170
informasi yang sebenarnya atau sesuai dengann kenyataan, pada kutipan
di atas memperlihatkan bahwa Alva mengatakan sejujurnya perihal
perasaanya kepada Ria.
Proses ekranisasi mengakibatkan penambahan alur dan secara
tidak langsung menambah unsur nilai edukatif kejujuran khususnya pada
alur ini.
3) Penambahan alur film ketiga terjadi menit [F.1.24.41] yang menceritakan
saat Ria melakukan percakapan dengann Mrs. Noor setelah Ia
membawakan barang belanjaan Mrs. Noor ke rumahnya dan
menceritakan saat Ria ditanya oleh Mrs. Noor perihal buku catatan yang
Ria bawa, Ria mengatakan bahwa buku tersebut hanya catatan kecilnya
mengenai orang-orang yang telah diprospek terkain agen keuangan yang
Ria tawarkan, dan Mrs. Noor bertanya kepada Ria bahwa maksud
kedatanganya untuk memprospek Mrs. Noor juga. Lalu Ria mengatakan
kenyataan sesungguhnya bahwa Ia tidak bermaksud untuk itu, Ia hanya
ingin mengantarkan barang belanjaan Mrs. Noor yang telah tertumpah di
jalan. Nilai edukatif kejujuran terletak pada saat Ria mengatakan
dengann jujur bahwa Ia hanya ingin membantu Mrs. Noor untuk
membawakan barang belanjaan bukan untuk memprospeknya.Sesuai
dengann definisi kejujuran menurut Daulay bahwa kejujuran atau jujur
adalah mengatakan atau memberikan informasi yang sebenarnya atau
sesuai dengan kenyataan, terlihat ketika Ria mengatakan bahwa maksud
171
171
kedatangannya hanya untuk membantu Mrs. Noor dan tidak bermaksud
lain.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Megasari Martin pada
tahun 2017 yang berjudul Ekranisasi Novel Surga yang Dirindukan
Karya Asman Nadia ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara
Kuntz Agus. Persamaan penelitian terletak pada kajian yang digunakan
yaitu kajian ekranisasi yaitu proses pengangkat alur novel menjadi
sebuah film, perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu novel dan
film, Mega meneliti Novel Surga yang Dirindukan Karya Asman Nadia
ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara Kuntz Agus yang
bergenre percintaan sedangkan penulis meneliti novel Mimpi Sejuta
Dolar dan Film Mimpi Sejuta Dolar bergenre perjuangan atau bercerita
tentang kisah nyata.
c. Aspek Perubahan Bervariasi Alur Berdampak Pada Nilai Edukatif
Kejujuran
Untuk kategori aspek perubahan bervariasi alur berjumlah 1 variasi
alur. Kategori aspek perubahan bervariasi alur ini dilihat dari adanya
perubahan penggambaran cerita dalam visualisasinya ke bentuk film.
Pembahasan untuk kategori perubahan bervariasi akan dibahas satu persatu
sesuai dengann urutan hasil penelitian dalam waktu kemunculan.
1) Perubahan bervariasi alur pertama terjadi pada novel [Hal.55] yang
memperlihatkan saat Ria sebagai calon mahasiswa NTU mencari dua
tandatangan senior untuk menjadi penanggung jawab perihal peminjaman
172
172
uang pendidikan yang Ria ajukan. Setelah proses ekranisaasi
mengakibatkan pada alur film mengalami perubahn pada film menit
[F.16.55] yang menceritakan saat Ria ditanya Alva mengenai apakah Ria
pernah bekerja sebelumnya di Jakarta? Ria mengatakan belum, Kutipan
di atas menunjukka nilai edukatif kejujuran saat Ria menjawab yang
sebenarnya kepada Alva perihal pengalamannya bekerja, Ria bisa saja
berbohong terkait pengalamannya tersebut agar Alva ingin menjadi
penanggung jawabnya dan menandatangi surat peminjaman uang
pendidikannya namun Ria malah mengatakan yang sejujurnya bahwa Ia
belum punya pengalaman kerja sama sekali. Sesuai dengann definisi
kejujuran menurut Daulay bahwa kejujuran atau jujur adalah mengatakan
atau memberikan informasi yang sebenarnya atau sesuai dengann
kenyataan. Terlihat pada kutipan di atas saat Ria menjawab pertanyaan
Alva, Ia mengatakan atau memberikan informasi yang sebenarnya terkait
pengalaman kerjanya.
Kedua alur di atas sama-sama menceritakan momen saat Ria
mencari tandatangan senior untuk mendapatkan seorang penanggung
jawab perihal uang pendidikan yang Ia ajukan kepada Bank. Proses
ekranisasi mengakibatkan perubahan bervariasi pada alur, alur novel
semula menceritakan tentang Ria yang mencari penanggungjawabnya
dengann mudah dan tidak harus mencari pekerjaan terlabih dahulu dan
pada kutipan pada alur novel juga tidak mengandung nilai edukatif
kejujuran, sedangkan alur film setelah proses ekranisasi mengakibatkan
173
173
Ria harus berupaya keras mendapat tandatangan senior yang akan
menjadi penanggungjawab, Alva merupakan tokoh senior tempat Ria
meminta tandatangan, Alva memberi syarat kepada Ria untuk terlebih
dahulu untuk mendapatkan pekerjaan sebelum Alva bersedia untuk
menandatangani permohonan pinjamannya.
Pengurangan alur bervariasi yang berdampak pada unsur nilai
edukatif kejujuran berjumlah 1 perubahan bervariasi, terkait perubahan
tersebut penelitian serupa pernah dilakukan oleh Megasari Martin pada
tahun 2017 yang berjudul Ekranisasi Novel Surga yang Dirindukan
Karya Asman Nadia ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara
Kuntz Agus, perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu novel dan
film, Mega meneliti Novel Surga yang Dirindukan Karya Asman Nadia
ke Film Surga yang Dirindukan Karya sutradara Kuntz Agus yang
bergenre percintaan sedangkan penulis meneliti novel Mimpi Sejuta
Dolar dan Film Mimpi Sejuta Dolar bergenre perjuangan atau bercerita
tentang kisah nyata. Kedua kajian masing-masing menggunakan kajian
ekranisasi namun penulis hanya berfokus pada perubahan bervariasi alur
yang mengandung unsur nilai edukatif kejujuran.
173
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penciptaan film adaptasi sebagai salah satu wujud perubahan karya sastra
boleh jadi menghasilkan beberapa perbedaan dari karya yang menjadi acuannya
misalnya nilai edukatif yang dikandungnya. Dengan demikian, dalam proses
pengadaptasian karya sastra ke dalam bentuk film hendaknya tetap
memperhatikan makna cerita, sehingga penonton tetap mendapatkan pemahaman
secara menyeluruh mengenai inti dari karya sastra tersebut pada saat terjadi proses
ekranisasi dari yang semula merupakan media tekstual kemudian diubah menjadi
media audio visual, atau sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang proses ekranisasi pada
unsur alur dan tokoh, yang mengakibatkan transformasi terhadap nilai edukatif
yang terkandung dalam novel Mimpi Sejuta Dolar ke bentuk film Mimpi Sejuta
Dolar, dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Proses ekranisasi alur dalam novel ke bentuk film Mimpi Sejuta Dolar untuk
kategori aspek penciutan alur terhadap nilai edukatif ketuhanan sebanyak 8
penciutan, kategori aspek penambahan alur sebanyak 1 penambahan, dan untuk
kategori aspek perubahan bervariasi alur sebanyak 4 perubahan bervariasi,
kategori aspek penciutan alur terhadap nilai edukatif ketangguhan sebanyak 6
penciutan alur, kategori aspek penambahan alur sebanyak 1 penambahan, dan
untuk kategori aspek perubahan bervariasi alur sebanyak 4 perubahan
174
174
bervariasi, kategori aspek penciutan alur terhadap nilai edukatif kepedulian
sebanyak 4 penciutan alur, kategori aspek penambahan alur sebanyak 9
penambahan, dan untuk kategori aspek perubahan bervariasi alur sebanyak 8
perubahan bervariasi alur, kategori aspek penciutan alur terhadap nilai edukatif
kejujuran sebanyak 2 penciutan, kategori aspek penambahan alur sebanyak 3
penambahan, dan untuk kategori aspek perubahan bervariasi alur sebanyak 1
perubahan bervariasi, total kategori aspek penciutan tokoh pada keempat aspek
nilai edukatif sebanyak 11 tokoh, kategori aspek penambahan tokoh sebanyak
2 tokoh, dan untuk kategori aspek perubahan bervariasi tokoh juga sebanyak 3
tokoh.
Penciutan alur yang dilakukan dalam visualisasinya ke bentuk film secara
keseluruhan masih wajar dilakukan. Artinya, cerita tersebut tidak jauh
melenceng dari apa yang digambarkan dalam film dan menyangkut durasi
pumutaran film yang singkat. Penambahan alur dalam film secara keseluruhan
masih relevan dangan cerita yang ada dalam novel, hanya saja pada visualisasi
dalam film dibuat lebih menarik. Banyak konflik yang dimunculkan sehingga
alur dalam film tidak monoton seperti dalam novel. Kemunculan konflik
tersebut untuk menambah esensi film sehingga penonton akan terbawa masuk
dalam alur cerita. Adapun untuk perubahan bervariasi cerita yang dilakukan
juga tidak jauh berbeda seperti apa yang diceritakan dalam novel. Penonton
yang telah terbawa dalam suasana konflik menegangkan akan penasaran dan
akan menantikan kelanjutan konflik tersebut hingga akhir film. Adapun untuk
perubahan bervariasi cerita yang dilakukan untuk mengurangi durasi
175
175
pemutaran film dan juga tidak jauh berbeda seperti apa yang diceritakan dalam
novel. Kemudian dengan adanya proses ekranisasi tersebut terhadap nilai
edukatif; ketuhanan, ketangguhan, kepedulian dan kejujuran yang dikandung
pada novel mengakibatkan trasnformasi kuantitas nilai edukatif; ketuhanan,
ketangguhan, kepedulian dan kejujuran yang terkandung dalam film secara
keseluruhan akibat pengurangan dan penambahan alur, proses ekranisasi
berakibat pula pada transformasi penyampaian nilai edukatif ketuhanan dari
novel ke film, transformasi dari tokoh yang menyampaikan kutipan yang
mengandunng unsur nilai edukatif ketuhanan, ketangguhan, kepedulian dan
kejujuran atau berubah dari segi kosakata yang disampaikan.
176
176
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian yang lebih
sempurna, baik yang berhubungan dengan penelitian ini, maupun yang
berhubungan dengan masalah lain dalam penelitian karya sastra ke dalam film
dengan kajian ekranisasi dapat dijadikan alternatif untuk menambah apresiasi
sastra dan dijadikan sebagai salah satu acuan dalam upaya membandingkan
film adaptasi dengan karya aslinya. Dengan demikian, pembaca dan penonton
dapat memperhatikan perbedaan-perbedaan yang muncul di antara keduanya
secara subjekktif.
2. Bagi para pendidik, diharapkan banyak menjadikan karya sastra khususnya
novel dan film sebagai bahan pengajaran sehingga nilai-nilai dan makna besar
yang terkandung dalam karya sastra tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk mencerminkan kebudayaan Islam seutuhnya seperti halnya konsep yang
terdapat kitab suci umat Islam yang berisi 95% kisah atau cerita di dalamnya.
3. Bagi pembaca diharapakan penelitian ini dapat meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap karya sastra, serta dapat menjadi bahan rujukan bagi
pembaca yang hendak meneliti karya sastra dengan pendekatan yang sama.
Terkhusus dalam menilai perbedaan yang terdapat pada karya sastra saat proses
ekranisasi dilakukan.
177
DAFTAR PUSTAKA
A. M., Ali Imran. 2003. Aktualisasi Sastra Sebagai Media Pendidikan
Multikultural. Akademika Jurnal Kebudayaan. (Online), Vol. 1, No.1,
(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/,diakses 11 Januari 2020).
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Belia Pustaka.
Ardianto, Elvirano, dkk. 2012. Komunikasi Massa. Bandung: Sambiosa Rekatama
Media
Arsyad, Azhar. 2003. Media pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafido Persada.
Asiani, Aulia. 2019. Nilai Edukatif dalam Film Assalaimualaikum Beijing Karya
Asma Nadia. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pengangan Peniliti Sastra Bandingan. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Djuanda, D. dan Israwati, PD.2006. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung: UPI
Press.
Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser.
Jakarta:Yayasan Konfiden.
Eneste, Pamusuk. 1989. Novel dan Film. Flores: Nusa Indah.
Elvinaro, dkk. 2007. Mari Membuat Film. Jakarta: Erlangga.
Fahmi, Ridzky Firmansyah. 2017. Pembalajaran Naskah Drama Melalui Bedah
Naskah. Jurnal Forum Didaktik, (Online), Vol. 1, No.1, (https://Journal.
unpe. ac. id,diakses 10 Januari 2020).
Isiqomah, Nuriana. 2014. Sikap Hidup Orang Jawa dalam Novel Orang-Orang
Proyek Karya Ahmad Tohari. Jurnal Sastra Indonesia, (Online), Vol.3,
No. 1, (https://journal.unnes. ac. id, diakses 11 Januari 2020).
Karlina, Sitti, dkk. 2014. Komunikasi Massa. Banten: Universitas Terbuka.
Kurniati, Nia. 2000. Nonton Film Nonton Indonesia. Jakarta: PT. Citra Aditya
Bakti.
Mahani, Bangkit Setia. 2013. Kajian Transformasi Novel Laskar Pelangi Karya
Andre Hinata Ke Film Laskar Pelangi Karya Riri Riza: Diambil dari: Jurnal
178
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Martin, Megasari. 2017. Ekranisasi Novel Surga yang Tak Dirindukan karya
Asma Nadia ke film Surga Tak Dirindukan Karya Sutradara Kuntz Agus.
Jurnal KATA. Vol. 1 No. 1, (https:// ejournal. kopertis. co.id, diakses 22
Januari 2020).
Mashita, Mutia. dkk. 2013. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sepatu Dahlan
karya Khrisna Pabhicara dan Implikasinya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No.2 ,
(https:// media. neliti.com, diakses 22 Januari 2020)
Mukarramah. 2018. Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita Rakyat Legenda
Sawerigading. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengakajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Oktavianus, Handi. 2015. Penerima Penonton Terhadap Praktek Eksorsis Di
dalam Film Conjuring. Junal E-Komunikasi. (Online). Vol.3, No. 2,
(https://media. neliti.com, diakses 11 Januari 2020).
Padi, Editorial. 2013. Kumpulan Super Lengkap Sastra Indonesia. Jakarta: CV.
Ilmu Padi Infra Pustaka Makmur.
Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2008. Pengkajian Sastra. Jakarta: Gramedia
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pusaka
Pelajar.
Rimang, Siti Suwadah. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyajakarta: Aura
Pustaka.
Rubiyanto, Rubinto. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sambu, Garai Rakai. 2013. Langkah Awal Menjadi Penulis Fiksi.Yogyakarta:
Media Presindo.
Setadi, Indra. 2013. Analisis Nilai Edukatif Dalam Novel Cinta Suci Zahrana
Karya Habiburrahman El shirazhy. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Setiawati, Rara Rezky. 2017. Alih Wahana Novel Supernova Karya Dewi Lestari
Menjadi Film Supernova Karya Rizal Mantovani Kajian Model Pamusuk
179
Eneste. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Soharab, Vivi Zulfiani & Marwati. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel
Sabtu Bersama Bapak Karya Adhitya Mulya. Jurnal Bastra, (Online), Vol.3,
No. 3,(http://ojs.uho.ac.id, diakses 10 Januari 2020).
Stanton, Robert. 2017. Teori Fiksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suwarno, W. 2006. Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar Rizz
Trianto, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogjakarta: Graha Ilmu.
Wellek, Rene & Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh
Melani Budiantoro. Jakarta: Gramedia.
Yandi, Fajriani. 2014. Nilai Pendidikan dalam Novel Hidupmu Hanya Untuk
Kami Karya Eidelwish Almira. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Yanti, Devi Shyviana Arry. 2016. Skripsi Dhevy Shiviana Arry Yanti. (Online).
(https://eprints.unram.ac.id,diakses 22 Januari 2020)
180
Lampiran
A. Deskripsi Beberapa Tabel Korpus Data Proses Ekranisasi Alur dan Tokoh
Terhadap Nilai Edukatif ketuhanan, kepedulian dan kejujuran pada Novel
Mimpi Sejuta Dolar
1. Nilai Edukatif yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan atau
disebut juga Nilai Edukatif Religius, yang meliputi nilai; berdoa, beriman,
dan bertaubat yang dikategorikan menjadi Nilai Edukatif karakter religius.
Nilai Edukatif Religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia
dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan
manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama
merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula bertindak
sebagai pemacu faktor kreatif, kedinamisan hidup, dan perangsang atau
pemberi makna kehidupan. Melalui agama, manusia pun dapat
mempertahankan keutuhan masyarakat yang telah tetap sekaligus menuntun
untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Deskripsi Tabel.1 Korpus Data Pengurangan Alur dan Tokoh Terhadap Nilai
Edukatif Ketuhanan pada Novel Mimpi Sejuta Dolar Seperti Pada Beberapa
Kutipan di Bawah Ini:
No. Nilai Transformasi
1.
Nilai Edukatif Ketuhanan
Merry:“Tuhan menganuhgerahkan segala
fitur di dalam tubuh dan pikiran kita. Aku
bersyukur karena kusadari itu sejak
muda untuk meraih sukses”. [Hal.1] novel.
Proses Ekranisasi berupa; Pengurangan
pada Alur pada novel.
Kutipan pada novel [Hal.1] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
181
2.
3. 3.
4.
4
Merry: “Aku berusaha menguatkan
hati dan berpikir positif bahwa
kepergianku ke negeri orang tanpa
didampingi orangtua barangkali
adalah cara Tuhan untuk
mempersiapkan kemandirianku di
sana”. [Hal.40]
Merry: “Kekuatan iman sangat
berpengaruh dalam membentuk
ketabahan seseorang, dan ini prinsip yang
hakiki. Oleh sebab itu, hingga sekarang
aku selalu mengatakan pada orang-orang
yang meminta saran sukses dariku, “selalu
sertakan Tuhan sebagai partner dalam
bekerja.” Kita harus bersenyawa dengan
Tuhan sehingga segala yang kita jalani
berorientasi pada hal-hal yang baik
dengan prinsip yang baik pula”. [Hal.104]
Merry: “Anthony Robbins akan datang ke
singapura !”Aku memekik. Ya Tuhan,
impianku sepertinya tengah berlari
mendekatiku.” [Hal.156]
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel [Hal.40] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel [Hal.104] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel [Hal.156] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketuhanan dan pengurangan
beberapa tokoh seperti; Anthony Robbins,
182
5
6
7
8
Merry: “Selain partner yang sevisi dan
memiliki energi positif, di atas itu, jelas yang
terpenting adalah partner tertinggi, yakni
Tuhan. Aku tidak pernah melupakan
dialogku dengan Tuhanku. Terlebih di
masa-masa yang berat selama di NTU.
Beribadah bagiku bukan semata
menjalankan ajaran agama, tapi
merupakan cara untuk menyerahkan
hidupku dipimpin oleh-Nya. Kurasa iman
adalah dasar terpenting dan paling
dibutuhkan manusia di dunia sebelum
berpikir untuk melakukan apapun”.
[Hal.176]
Merry: “Setiap malam aku berdoa di
kamar apartemenku yang sempit. Semoga
uang pendisegera terbayar, dan pekerjaan
yang kupilidikanku bisa h ini memang bisa
memberikan mukjizat”. [Hal.244]
Merry: “Siapa pun kita, kepercayaan
apapun kita anut, sertakanlah Tuhan
sebagai bagian atau partner kerja kita.
Hidupkan rasa syukur dalam setiap
pencapaian kecil dan berharaplah itu akan
merujuk pada kesempatan besar”. [Hal.
Bodyguard Anthony Robbins,
ShiefBodiguard dan Tylus (penjual tiket)
Kutipan pada novel [Hal.176] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel [Hal.244] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel [Hal.322] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
183
322]
Merry: “Tiada tekira rasa syukurku pada
anugerah Tuhan yang luar biasa. Sekarang
aku bisa merasakan pembuktian dari
kekuatan doa dan kerja keras”. [Ha. 343]
edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel [Hal.343] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketuhanan.
Deskripsi Tabel.2 Korpus Data Penambahan Alur dan Tokoh Terhadap Nilai
Edukatif Ketuhanan pada Novel Mimpi Sejuta Dolar Seperti Pada Beberapa
Kutipan Di Bawah Ini:
No. Nilai Transformasi
184
1
Nilai Edukatif Ketuhanan
Ria: (Berdoa dihadapan kue ulang tahun
yang dipegang Irene) “Semoga gue bisa
kembali bertemu dengan keluarga gue
lagi dan semoga gue bisa bersahabatan
terus dengan Irene”
Irene: “Semoga dia bisa bayar semua
utangnya, ada lagi gak?”
Ria: “Semoga gue bisa kembali ke
Indonesia sebagai orang sukses”.
Proses Ekranisasi berupa; Pengurangan
pada Alur pada novel.
Kutipan pada film [F.27.28] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga menambah kuantitas nilai
edukatif ketuhanan.
Deskripsi Tabel.3 Korpus Data Perubahan bervariasi Alur dan Tokoh Terhadap
Nilai Edukatif Ketuhanan pada novel mimpi sejuta dolar seperti pada beberapa
kutipan di bawah ini:
No. Nilai Transformasi
185
1.
2.
Nilai Edukatif Ketuhanan
Merry: “Akan tetapi tuhan begitu baik,
karena jalan itu seperti diciptakan untuk
mereka yang membutuhkan penghiburan
sepanjang kaki mungil dengan kontur
bukit yang mendamaikan, bangunan-
bangunan asrama yang mirip deratan vila
menyenangkan seperti yang kita dilihat di
banyak film”. [Hal.2] berubah menjadi tidak
mengandung nilai edukatif ketuhanan;
Irene: “Lu butuh tempat nginep ajakan ? Ria:
“Sampai Papa dating” Irene: “Oke, gue
punya ide sih, lo nginep di dorm gue aja”
Ria: “Emang boleh?” Irene: “Gak boleh sih,
ada guidenya(penjaga).” [F.07.75
Mama: “Serahkan segalanya pada Tuhan,
dan Dia akan memberikan jalan padamu.
Yakinlah bahwa semua akan indah pada
waktu-Nya. Dia akan menunjukkan jalan
selangkah demi selangkah menuju
kebaikanmu.” [Hal.37] kutipan berubah
menjadi tidak mengandung nilai edukatif
ketuhanan; Ria: “Lo punya Hard drive kan ?
Irene: “Ada, kenapa ?” Ria: “Mau nitip data-
Proses Ekranisasi berupa; Perubahan
bervariasi pada Alur pada novel.
Kutipan pada novel pada [Hal.2] telah
mengalami proses ekranisasi berupa
perubahan bervariasi pada film [F.07.75]
sehingga mengakibatkan pengurangan
unsur kuantitas nilai edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel pada [Hal.3] telah
mengalami proses ekranisasi berupa
perubahan bervariasi pada film [F.40.01]
sehingga mengakibatkan pengurangan
unsur kuantitas nilai edukatif ketuhanan.
186
3.
4.
data gue (Folder foto keluarga), gue mau jual
laptop gue”Irene: “Hah ?, lu ngapain jual
laptop ?, lu kalo butuh duit gue ada kok.
Lu mau pinjam ?” [F.40.01]
Merry: ”Ini merupakan berkat Tuhan yang
patut kusyukuri, bahwa aku berangkat
bersama dengan rombongan siswi yang
sebagian besar telah aku kenal”. [Hal.44]
kutipan berubah menjadi tidak mengandung
nilai edukatif ketuhanan; Ria: “Papa apa-
apaan sih ?? Ria gak mau pah, kita jalan
semua atau gak jalan semua sekalian” Papa:
“Kamu gak bisa disini, disana kamu lebih
aman, walaupun kamu sendiri”, “ini tiket
kamu ke Singapura”. [F.03.34]
Mama: “Mama harap kamu baik-baik saja
Ria”. “Mama akan berdoa terus untukmu,”
[Hal.59] kutipan berubah menjadi tidak
mengandung nilai edukatif ketuhanan; Papa:
“Kamu tinggal dimana sih ??” Ria: “Papa
jangan kaget yaa, Pa,, Ria mengambil student
lose”. [F.23.01]
Kutipan pada novel pada [Hal.44] telah
mengalami proses ekranisasi berupa
perubahan bervariasi pada film [F.03.34]
sehingga mengakibatkan pengurangan
unsur kuantitas nilai edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel pada [Hal.59] telah
mengalami proses ekranisasi berupa
perubahan bervariasi pada film [F.23.01]
sehingga mengakibatkan pengurangan
unsur kuantitas nilai edukatif ketuhanan.
Deskripsi Tabel.4 Korpus Data Pengurangan Alur dan Tokoh Terhadap Nilai
Edukatif Ketagguhan pada Novel Mimpi Sejuta Dolar Seperti Pada Beberapa
187
Kutipan di Bawah Ini:
No. Nilai Transformasi
1.
2.
3.
4.
Nilai Edukatif Ketangguhan
Merry: “Kureguk air segar itu karena aku
tidak punya cukup uang untuk membeli
air mineral sekalipun. Aku akan
mematikan keran jika ada orang yang
lewat. Jarang sekali ada mahasiswa yang
minum dari air keran itu”. [Hal.6]
Merry:“Betapa berartinya kini mie instan
itu bagi hidupku. Bukan lagi
berfungsi sebagai tambahan
pengganjal perut atau santapan
iseng penghangat tubuh. Aku kini
menggandalkannya benar-benar
untuk bertahan dari rasa lapar.
Untuk hidup”. [Hal.61]
Merry: “Dengan kata lain, bisnis yang
tadinya akan kami jalankan
merupakan bisnis yang sudah
dikuasai oleh pemain besar. Secara
logika tidak mungkin kami kalahkan
dalam tempo cepat. Akhirnya, aku
dan Alva mengubur harapan itu.
Kecewa, memang. Tapi kami tidak
patah semangat”. [Hal.179]
Merry: “Ini kegagalan ril pertama dan
mengalami “peningkatan
kerugian”. Ketika gagal melakukan
bisnis penjilidan skripsi dan
pembuatan kaus, aku belum
mengeluarkan modal dan belum
melakukan upaya berarti. “Tapi
dalam Tianshi, aku sudah
mengeluarkan modal dan telah
melakukan upaya. Di atas semua
itu, aku mencoba berpikir positif.
Setidaknya dari kegagalan ini
ada sesuatu yang bisa
dipelajari”. [Hal.187]
Merry:“Aku buru-buru menghapus air
mataku. Aku tidak boleh kalah.
Proses Ekranisasi berupa; Pengurangan
pada Alur pada novel.
Kutipan pada novel [Hal.6] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketuhanan.
Kutipan pada novel [Hal.61] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif ketangguhan
Kutipan pada novel [Hal.179] ditiadakan
akibat dari pengurangan alur sehingga
mengurangi kuantitas nilai edukatif
ketangguhan.
Kutipan pada novel [Hal.187] ditiadakan
akibat dari pengurangan alur sehingga
mengurangi kuantitas nilai edukatif
ketangguhan.
188
5.
6.
Tantanganku, harus mendapatkan
sebanyak mungkin klien atau
nasabah. Jika aku down, akan
makin jauh jarakku dengan
sukses. Aku menghela napas dan
memejamkan mata,
mengumpulkan kekuatan”.
[Hal.237
Merry: “Banyak gagal, banyak belajar .
Tapi coba dan coba terus.
Jangan patah semangat.
Yang penting kita tidak
melakukan kesalahan yang
sama. Dari setiap
kegagalan kita harus bisa
mengambil pelajaran yang
kemudian menjadi
petunjuk bagi langkah-
langkah selanjutnya”.
[Hal.305
Kutipan pada novel [Hal.237] ditiadakan
akibat dari pengurangan alur sehingga
mengurangi kuantitas nilai edukatif
ketangguhan.
Kutipan pada novel [Hal.305] ditiadakan
akibat dari pengurangan alur sehingga
mengurangi kuantitas nilai edukatif
ketangguhan.
Deskripsi Tabel.5 Korpus Data Penambahan Alur dan Tokoh Terhadap Nilai
Edukatif Ketangguhan pada Novel Mimpi Sejuta Dolar Seperti Pada Beberapa
Kutipan Di Bawah Ini:
No. Nilai Transformasi
1.
Nilai Edukatif Ketangguhan
Bos brosur:“Merry, seseorang melapor
polisi bahwa kita
mempekerjakan orang tanpa
izin kerja, saya sudah
jelaskan kalau kita adalah
organisasi sosial, tapi
mereka akan tetap
mengawasi kita dari
sekarang, maaf, Merry,
Proses Ekranisasi berupa; Penambahan
pada Alur pada novel.
Kutipan pada film [F.30.47] merupakan
adegan yang mengalami perubahan
bervariasi akibat dari perubahan bervariasi
alur sehingga menambah kuantitas nilai
edukatif ketangguhan serta mengakibatkan
189
kami tidak bisa
mempekerjakanmu lagi.
Merry, kamu tidak apa-
apa ?
Ria: “Tidak apa-apa, terima kasih.
[F.30.47]
perubahan bervariasi tokoh Mr. Kenny
menjadi Bos Brosur.
Deskripsi Tabel.6 Korpus Data Perubahan bervariasi Alur dan Tokoh Terhadap
Nilai Edukatif Ketangguhan pada novel mimpi sejuta dolar seperti pada
beberapa kutipan di bawah ini:
No. Nilai Transformasi
1.
Nilai edukatif ketangguhan
“Kami jadi bahan tertawaan dan bulan-
bulanan ledekan. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa kami sudah gila.
Tidak punya modal, tidak ada relasi,
tak punya ilmu bisnis khusus, ada utang
besar, berijazah sarjana, tapi malah
hendak mencari peluang usaha yang
belum pasti”. ….
“ Aku dan Alva berusaha tegar dan tak
goyah dengan cemohoohan itu”.
[Hal.305]
Setelah mengalami perubahan menjadi;
Manager: “Apakah kamu yakin akan
mencoba di perusahaan ini ?,
apakah kamu siap untuk setiap
penolakan ?”
Ria: “Saya bukan yang paling pandai,
bukan yang paling kuat, tapi
saya gigih sekali, saya akan
berjuang mati-matian, dan
takkan menyerah”
Proses Ekranisasi berupa; Pengurangan
Alur pada novel.
Kutipan pada novel [Hal.305] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif ketangguhan yang ada pada
alur film [F.1.19.30].
190
2.
3.
4.
Manager: “Baiklah kita akan membantumu
mendapatkan lisensi dan saya akan
melatihmu untuk menjadi seorang
agen, tidak ada gaji pokok tapi
kamu akan mendapat komisi ketika
kamu mendapatkan kesepakatan”.
[F.1.19.30].
”Aku mulai sejak liburan tahun kedua
kuliahku, dengan karier awal sebagai
penyebar brosur di tempat umum”.
Setelah mengalami perubahan menjadi;
Ria: “Lu pegang uang gue (sambil
memberi uang ke tangan Alva) nih
dompet entar gue isi (kemudian
memberi Irene amplop berisi berkas
pendaftarannya di NTU).
Ria:“ Aku harus kuat, harus sabar”.
“Aku mulai melakukan perjalanan ke
pusat kota dan kudapatkan informasi
tentang pekerjaan-pekerjaan yang
biasa dilakukan banya anak-anak
muda selagi liburan. Pekerjaan itu
adalah membagikan flyer. Pembagi
brosur atau pamphlet”…. “Tanpa
kesulitan aku segera peroleh pekerjaan
dari sebuah biro jodoh”.
Setelah mengalami perubahan menjadi;
“Bos browsur: “Apakah kamu mahasiswa
?”
Ria: “Ya”
Bos browsur: “Mempekerjakanmu adalah
pelanggaran hokum”.
Ria: “Tolonglah saya sangat butuh sekali
pekerjaan ini”
Bos browsur: “Maaf, tidak bisa,
pekerjaaan ini bukan sekadar
membagikan browsur, kami butuh
orang-orang memberikan donasi”.
Ria: “Saya bisa melakukannya untuk
Kutipan pada novel [Hal.305] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif ketangguhan yang ada pada
alur film [F.1.19.30].
Kutipan pada novel [Hal.305] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif ketangguhan yang ada pada
alur film [F.1.19.30].
191
anda.( langsung mengambil
tumpukan browsur di meja di
depannya) [F. 19.44]
Bos browsur: “Heii, nona !
“Tiga kantor penjual produk keuangan
yang kami datangi menolak dengan
cepat…. “Pada kunjungan ke kami ke
kantor keempat sebuah kantor yang
sangat sederhana di Tanjong Pagar,
barulah kami diterima”.
Setelah mengalami perubahan menjadi;
Manager: “Apakah kamu yakin akan
mencoba di perusahaan ini ?,
apakah kamu siap untuk setiap
penolakan ?”
Ria: “Saya bukan yang paling pandai,
bukan yang paling kuat, tapi
saya gigih sekali, saya akan
berjuang mati-matian, dan
takkan menyerah”
Kutipan pada novel [Hal.305] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif ketangguhan yang ada pada
alur film [F.1.19.30].
Deskripsi Tabel.7 Korpus Data Pengurangan Alur Terhadap Nilai Edukatif
Kepedulian pada Novel Mimpi Sejuta Dolar Seperti Pada Beberapa Kutipan Di
Bawah Ini:
No. Nilai Transformasi
1
Nilai Edukatif Kepedulian
“Hei, bukankah makanan itu tidak
sehat kalau dimakan setiap hari? Kamu
tidak takut sakit?” (Tanyanya dengan
Proses ekranisasi ; berupa pengurangan
alur pada novel
Kutipan pada novel [Hal.69] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
192
2.
3.
4.
wajah menyiratkan keseriusan).
“Rasa kagumku pada perusahaan
Micron bertambah ketika suatu kali
Mr. Roslan memanggilku dan
mengatakan meminta perusahaan
membayarkan 25% dari total biaya
kuliahku, alias satu tahun terakhir
kuliahku akan dibayarkan. (Bukan main
girangnya aku). Itu berarti utangku
berkurang sekitar 70 juta rupiah”.
Alva:“Apakah kamu ingin ibumu
direndahkan terus? Jika iya, ayo kita
pulang saja sekarang….” (Alva berkata
dengan lembut).
Merry :“Mendengar itu, sesuatu menggetarkan
mengalir di diriku. Dalam beberapa detik
semangatku muncul kembali. “Aku tidak
boleh menyerah!”.
“Setiap minggu kuluangkan waktu satu
jam untuk memberikan konsultasi
cuma-Cuma”.
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif kepedulian.
Kutipan pada novel [Hal.1]42] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif kepedulian..
Kutipan pada novel [Hal.254] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif kepedulian..
Kutipan pada novel [Hal.329] ditiadakan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengurangi kuantitas nilai
edukatif kepedulian.
Deskripsi Tabel.8 Korpus Data Penambahan Alur berdampak Terhadap Nilai
Edukatif Ketuhanan pada Novel Mimpi Sejuta Dolar Seperti Pada Beberapa
Kutipan Di Bawah Ini:
No. Nilai Transformasi
193
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nilai edukatif kepedulian
Mrs. Noor; “Cookie 123, itu
Kepunyaanku,” sandinya Cookie 123
doble o, itu namanya( duduk di bangku
taman sambil menggendong kucingnya).
Alva: “Nih, buatkamu makan besok”
( memberi uang beberapa dolar)
Irene: “Hah ?, lu ngapain jual laptop ?,
lu kalo butuh duit gue ada kok. Lu
mau pinjam ?”.
Ria: “ Jadi ini kerjaan lo ?”
Alva: “ Iya, tapi sekarang pekerjaan lo.
(memberikan peralatan kerja)
Ria: “Gak bisa gini Va.
Mr. Hares:“Merry !! Merry, ayo naik ,
ayo, percaya saya” (mengendarai
sepeda berniat mengantar mencari
Alva).
“Mama pernah melihat kegagalan yang
lebih besar dari ini, tapi semua lebih
mudah kalau kita punya harapan,
hidup ini tidak cukup cuman berhemat
Proses ekranisasi ; berupa pengurangan
alur pada novel
Kutipan pada film [F.06.04] ditambahkan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga menambah kuantitas nilai
edukatif kepedulian..
Kutipan pada film [F.33.27] ditambahkan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga menambah kuantitas nilai
edukatif kepedulian..
Kutipan pada film [F.40.01] ditambahkan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga menambah kuantitas nilai
edukatif kepedulian..
Kutipan pada film [F.4.25] ditambahkan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga menambah kuantitas nilai
edukatif kepedulian..
Kutipan pada film [F.23.59] ditambahkan
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga menambah kuantitas nilai
edukatif kepedulian..
Kutipan pada film [F.1.17.13]
ditambahkan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga menambah
194
7.
8.
9.
dan berhitung tapi harus diselesaikan,
selesaikan Ria, apa yang kamu pilih
harus kamu selesaikan dengan baik.
Ini (memeluk kemudian memberi
uang), kalau ada lagi Mama minta
Papa kirim lagi untuk kamu lagi”
Ria:“Apakah kamu baik-baik saja ?
tolong, Seseorang tolonglah”. (sambil
duduk menahan Bibi pengamen dengan
pundaknya dan teriak meminta
pertolongan)
“Baiklah,,,, saya punya ide, ijinkan
saya membantumu, mari kita bungkus
untukmu”
Ria: “Irene ??”
Irene: “Hai Mer”,(memapah Merry
saat jatuh di jalan akibat kakinya luka)
[F.1.26.28]
Ria: “Thanks so much for everiting Ren,,,
guee,,,,
Iren: “ Gue minta maaf sama lo”
Ria: “Seharusnya gue yang minta maaf
Ren”.
kuantitas nilai edukatif kepedulian..
Kutipan pada film [F.1.22.12]
ditambahkan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga menambah
kuantitas nilai edukatif kepedulian..
Kutipan pada film [F.1.23.31]
ditambahkan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga menambah
kuantitas nilai edukatif kepedulian.
Kutipan pada film [F.1.26.28]
ditambahkan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga menambah
kuantitas nilai edukatif kepedulian.
Deskripsi Tabel.9 Korpus Data Perubahan bervariasi Alur dan Tokoh Terhadap
Nilai Edukatif Kepedulian pada novel mimpi sejuta dolar seperti pada beberapa
kutipan di bawah ini:
No. Nilai Transformasi
195
1.
2.
3.
4.
Nilai Edukatif Kepedulian
“Namun kerusuhan itu pada akhirnya
membenturkan aku pada satu rencana yang
pasti. Orangtuaku memutuskan mengirimkan
aku ke Singapura. Selain untuk menjaga
keselamatan, juga untuk memastikan
pendidikanku berlangsung terus, tidak
berjeda”.Setelah mengalami perubahan
menjadi;
“Kamu gak bisa disini, disana kamu lebih
aman, walaupun kamu sendiri”, “ini tiket
kamu ke Singapura”.
Mama:“Kamu tidak perlu banyak
berbelanja, agar bekal uang dari kami
tidak cepat habis”,(kata Mama sambil
menyusun kardus mi instan, pasta gigi,
detergen,sabun mandi, gula, teh, dan banyak
lagi). Setelah mengalami perubahan
menjadi
“Kamu gak bisa disini, disana kamu lebih
aman, walaupun kamu sendiri”, “ini tiket
kamu ke Singapura”.
“Mama harap kamu baik-baik saja Ria”.
Setelah mengalami perubahan menjadi
“Kamu tinggal dimana sih ??”
“Malam itu kebahagianku bertambah,
karena teman-teman asrama memberikan
kue tart mungil dan mereka mengadakan
acara kecil dipelataran belakang asrama”.
Proses ekranisasi ; berupa perubahan
bervariasi alur pada novel
Kutipan pada novel [Hal.8] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif kepedulian yang ada
pada alur film [F.03.34].
Kutipan pada novel [Hal.38] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif kepedulian yang ada
pada alur film [F.03.34].
Kutipan pada novel [Hal.59] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif kepedulian yang ada
pada alur film [F.23.01].
Kutipan pada novel [Hal.98] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif kepedulian yang ada
pada alur film [F.27.28].
Kutipan pada novel [Hal.47] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
196
5.
6.
7.
Setelah mengalami perubahan menjadi
“(memegang kue tart kecil dengan lilin
sambil menyanyikan lagu selamat ulang
tahun), “Selamat ulang tahun ya Merry”
“Rombongan kami dibawa oleh sebuah bus
besar, langsung menuju NTU. karena hari
sudah beranjak gelap, panitia penjemput
memutuskan untuk langsung mengarahkan
kami ke asrama”.
Setelah mengalami perubahan menjadi
Oke, gue punya ide sih, lo nginep di dorm
gue aja”
“Sepanjang bulan Juni menuju Juli 1998
aku dan Papa sibuk membereskan urusan
pendaftaran. Beruntung NTU
menyediakan agen yang cukup kooperatif
di Jakarta sehingga segala urusan berjalan
lancar”.
Setelah mengalami perubahan menjadi
Irene: “Bisakah dia tinggal di Asrama ?
setidaknya sampai orang tuanya datang
menjemput”.
Staf Kampus:“Maaf, tidak bisa, peraturan
tetaplah peraturan, selain mahasiswa tidak
boleh menginap di asrama. Selain itu,
akomodasi tersedia hanya untuk para
mahasiswa atau mahasiswa baru yang datang
dari Negara lain untuk mengikuti tes
Irene: “Bagaimana kalau dia mengikuti tes
? bolehkah dia tinggal di asrama, dia bisa
tinggal di kamarku, aku tidak keberatan”. Merry : “Saya betul-betul minta maaf…”
Mr.Kenny: “Ikut saya yuk, kita makan siang.
Kamu mengantuk mungkin karena lapar”(Mr.
Kenny malah berkata dengan ramah)
nilai edukatif kepedulian yang ada
pada alur film [F.07.75].
Kutipan pada novel [Hal.38] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif kepedulian yang ada
pada alur film [F.11.31].
Kutipan pada novel [Hal.111] diubah
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif kepedulian yang ada
pada alur film [F.30.50].
Kutipan pada novel [Hal.190] diubah
197
8.
Merry: “(Aku menurut) Kupikir barangkali dia
akan menyenangkan diriku dulu sebelum
memecatku. Baiklah, ini memang sudah suratan
nasibku. Aku memang bersalah. masih bagus Mr.
Kenny membangunkan aku. Bagaimana kalau ada
orang jahat yang menyerangku selagi tidur”. [Hal.
110-111]
Mr. Kenny: “Jangan takut. Saya tidak akan
memecatmu,” ujar Mr. Kenny seperti bisa
membaca pikiranku”.
Setelah mengalami perubahan menjadi
Merry, seseorang melapor polisi bahwa kita
mempekerjakan orang tanpa surat kerja, saya
sudah jelaskan kalau kita adalah oraganisasi
sosial, tetapi mereka akan tetap mengawasi
kita dari sekarang. Maaf, Merry. Kami tidak
bisa mempekerjakanmu lagi, Merry kamu
tidak apa-apa ???”
“Yang pasti kami harus memiliki simpanan
di Bank OCBC,…. Yakni uang simpanan
yang akan dipakai sebagai modal bermain
saham. Aku menggabungkan tabunganku
dengan tabungan Alva.
Setelah mengalami perubahan menjadi
Alva: “Lu pakai handphone gue aj dulu,
gue bisa pake handphone yang lama”.
Ria: “Gak papa?”
Alva: “Gak papa”
akibat dari perubahan bervariasi alur
sehingga mengubah cara penyampaian
nilai edukatif kepedulian yang ada
pada alur film [F.1.00.30].
Deskripsi Tabel.10 Korpus Data Pengurangan Alur Terhadap Nilai Edukatif
kejujuran pada Novel Mimpi Sejuta Dolar Seperti Pada Beberapa Kutipan Di
Bawah Ini:
No. Nilai Transformasi
1.
Nilai Edukatif Kejujuran
Alva:“Aku lebih mementingkan makan, karena
aku tidak bisa belajar kalau lapar”.
(ujar Alva tampa malu-malu).
Proses ekranisasi ; berupa
pengurangan alur pada novel
Kutipan pada novel [Hal.83]
ditiadakan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga mengurangi
198
2.
Merry : “Begini Prof… saya… lulusan NTU,
dan sekarang hendak menawarkan
produk keuangan ….” (Aku bicara
agak gagap). (Seperti yang ditebak,
wajah dosen menegang)
Dosen:“Anda bukan mahasiswa yang mau
bertanya tentang pelajaran ?”
Merry:(Aku menggeleng).“Aku
menjelaskan lagi maksud
kedatanganku dengan sikap yang
lebih percaya diri”. Kupikir, buat
apa takut . Toh aku menawarkan
sesuatu yang benar. Tetapi dosen itu
terlanjur merasa dikelabui”.
Dosen : “Silahkan keluar, atau saya panggil
satpam”. [Hal.230]
Merry : “Begini Prof… saya… lulusan NTU,
dan sekarang hendak menawarkan
produk keuangan ….” (Aku bicara
agak gagap). (Seperti yang ditebak,
wajah dosen menegang)
Dosen:“Anda bukan mahasiswa yang mau
bertanya tentang pelajaran ?”
Merry:(Aku menggeleng).“Aku
menjelaskan lagi maksud
kedatanganku dengan sikap yang
lebih percaya diri”. Kupikir, buat
apa takut . Toh aku menawarkan
sesuatu yang benar. Tetapi dosen itu
terlanjur merasa dikelabui”.
Dosen : “Silahkan keluar, atau saya panggil
satpam”. [Hal.230]
kuantitas nilai edukatif kejujuran.
Kutipan pada novel [Hal.230]
ditiadakan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga mengurangi
kuantitas nilai edukatif kejujuran.
Deskripsi Tabel.11 Korpus Data Penambahan Alur dan Tokoh Terhadap Nilai
Edukatif Ketuhanan pada Novel Mimpi Sejuta Dolar Seperti Pada Beberapa
Kutipan di Bawah Ini:
No. Nilai Transformasi
199
1.
2.
3.
Nilai edukatif kejujuran
Alva: “Mer, lu kenapa sih ?”
Ria: “Gue berantem dengan Irene, dia
ngeliat kita berduaan di Singapurflyer dan
dia cemburu”.
Alva: “Cemburu?” gue gak pernah buat
komitmen apa-apa sama dia, ini tidak adil
Mer”.
“…Hanya jujur kepada diri sendiri kita bisa
sukses, Mer gua kasih buku itu karena gua
mau jujur dengan diri gua sendiri….”
Mrs Noor: “Apa nih???”
Merry:”Ini nama orang-orang yang saya
hubungi”
Mrs.Noor:”Hubungi? Untuk apa ?”,Bolehkah
saya melihatnya?” Banyak sekali hari ini,
36 ?”
Merry:”Tapi belum ada yang Deal , lagian ini
tidak penting, ini hanya catatan
presentasi saya tiap hari”
Mrs. Noor: “Kalau begitu aku yang ke 37 ?
Ria: “Bukan, bukan itu maskud saya, saya
kesini hanya untuk membantu Mrs.
Noor, tidak ingin memprospek Mrs.
Noor.
Mrs. Noor: “Ayolah”
Ria: “Tidak Mrs. Noor, ini sudah larut malam
anda harus istirat”.
Proses ekranisasi ; berupa
penambahan alur pada novel
Kutipan pada film [F.56.49]
ditambahkan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga menambah
kuantitas nilai edukatif kejujuran.
Kutipan pada film [F.58.10]
ditambahkan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga menambah
kuantitas nilai edukatif kejujuran.
Kutipan pada film [F.1.24.41]
ditambahkan akibat dari perubahan
bervariasi alur sehingga menambah
kuantitas nilai edukatif kejujuran.
Deskripsi Tabel.12 Korpus Data Perubahan bervariasi Alur dan Tokoh
Terhadap Nilai Edukatif Kejujuran pada novel mimpi sejuta dolar seperti pada
beberapa kutipan di bawah ini:
200
No. Nilai Transformasi
]
1.
Nilai Eduatif Kejujuran
“Setiap mahasiswa yang akan meminjam
dana pendidikan harus mendapatkan dua
buah tanda tangan senior.…..pagi itu aku
berhasil mendapatkan dua buah tandatangan
senior yang dibutuhkan tanpa kesulitan”.
Setelah mengalami perubahan menjadi
Alva: “Lo disini pernah kerja ?”
Ria: “gak”( menggeleng).
Alva: “Berarti lo ngandelin biaya sehari-hari
dari biaya student lu doang, gak mungkin
terlalu kecil, di Jakarta pernah kerja ?”
Ria: “ Belum pernah” [
Alva: “Gini deh, lu cari kerja dulu, buktiin
ke gue lu bisa cari uang disini, terus balik
lagi ke gue, kalau bisa gue mau jadi
guarantor lu”
Proses ekranisasi ; berupa perubahan
bervariasi alur pada novel
Kutipan pada novel pada [Hal.55]
telah mengalami proses ekranisasi
berupa perubahan bervariasi pada film
[F.16.55] sehingga mengakibatkan
pengurangan unsur kuantitas nilai
edukatif kejujuran.
201
Sinopsis Novel Mimpi Sejuta Dolar
Merry Riana, gadis 18 tahun yang baru saja lulus SMA merasa bahagia
karena sebentar lagi akan merasakan masa-masa kuliah. Tetapi terpaksa harus
mengungsi ke Negara tetangga, Singapura. Dulu Merry ingin melanjutkan
pendidikannya ke Universitas Trisakti, akibat kerusuhan Mei tahun 1998 karena
keluarganya berdarah Tionghoa. Orang tuanya menganjurkannya untuk
melanjutkan pendidikan ke Nanyang Technological University (NTU) Singapura.
Ia menyetujuinya walau dengan keterpaksaan.
Merry tiba di Singapura dengan rombongannya dan langsung diantar oleh
pengurus NTU ke asrama yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama masih
belajar di NTU. Di Singapura kondisi finansial Merry pada saat itu sangat
memprihatinkan. Untuk biaya awal pendidikan seperti biaya asrama, biaya kuliah,
dan uang saku ia meminjam di Development Bank of Singapore (DBS). DBS
merupakan Bank yang bekerja sama dengan NTU dan pembayaran bisa dicicil
setelah mahasiswa lulus dan bisa bekerja. Sedangkan untuk biaya buku dan
kebutuhan lainnya mahasiswa harus menanggung sendiri. Jumlah uang yang
diberikan 40 ribu dolar Singapura atau mencapai 300 juta rupiah dalam kurs saat
itu.
Setelah dihitung-hitung ia hanya mendapatkan uang saku sebesar 10 dolar
seminggu, sungguh jauh dari kata cukup. Awal kuliah Merry sangat tertekan,
bingung, dan merasa putus asa. Untung saja suasana kampus NTU yang nyaman
dan asrama yang sederhana namun indah itu membuatnya memiliki spirit lagi
untuk terus maju dan pantang menyerah. Tahun pertama kuliahnya di NTU telah
202
membuka matanya untuk berjuang, bekerja keras, tekun, disiplin, untuk meraih
kesuksesan.
Kitab Suci dan mengantarkannya bertemu dengan Alva. Seseorang yang
akan mengisi ruang hatinya dan mengisi hari-harinya yang penuh dengan kerja
keras dan tekad dan tidak kenal kata lelah. Merry dan Alva sama-sama
mempunyai problem finansial akibat krisis moneter di Negaranya.
Tahun kedua kuliah, Merry memutuskan untuk bekerja di hari liburnya.
Pekerjaan pertamanya ialah membagikan brosur di trotoar atau ditempat umum.
Upah yang diberikan sekitar 3 sampai 5 dolar perjam. Pelajaran yang diperoleh
dari pengalaman pekerjaan pertamanya yaitu betapa kerja keras dan ketekunan
akan membawakan hasil. Karena dasar dari keberhasilan perjuangan adalah
ketabahan dan kegigihan.
Tahun ketiga atau semester lima, Merry mengisi liburan dengan bekerja
lagi. Pekerjaannya masih tetap pembagi brosur, hanya di perusahaan yang
berbeda. Lalu bosnya yang baik hati menawarinya pekerjaan menjadi pelayan di
toko bunga atau florist. Iapun menerima tawaran itu dengan senang hati. Pada
akhir pekan ketika florist tutup ia bekerja menjadi pelayan banquets disebuah
hotel bintang lima dikawasan Orchard. Pergulatan melawan keadaan sulit dengan
berhemat dan bekerja keras telah mengantarkannya pada kesadaran: ia ingin
menggapai kebebasan finansial sebelum usia 30 tahun.
Ia mencoba berbisnis tetapi ia malah ditipu oleh salah satu perusahaan.
Kegagalan bisnis pertamanya tidak membuatnya kehilangan semangat untuk terus
berjuang. Memasuki semester enam, semua mahasiswa diharuskan mengikuti
203
kerja magang di perusahaan-perusahaan yang telah ditentukan oleh NTU.
Merry memilih perusahaan semikonduktor dari Amerika, Micron
Semiconductor Pt Ltd dengan gaji 750 dolar perbulan.
Saat Merry dan Alva sedang melihat-lihat pameran pendidikan yang digelar
di Suntec City, mereka melewati sebuah stand yang sangat mungil. Mereka
membaca brosur yang diberikan oleh penjaga stand dan betapa terkajutnya
mereka, Anthony Robbins akan menggelar seminar di Singapura. Anthony
Robbins adalah seorang motivator yang sangat terkenal.
Ketika tiba saatnya seminar Anthony Robbins digelar, Merry dan Alva
sangat bersemangat untuk datang. Anthony Robbins adalah salah satu idola
mereka. Seminar berakhir namun memiliki kesan tersendiri dalam diri mereka.
Semester akhir kuliah, para mahasiswa bersiap untuk menyusun skripsi.
Merry dan Alva mencari peluang bisnis. Namun kegagalan demi kegagalan
menghampiri usaha mereka. Mereka berpikir bahwa kegagalan akan memberikan
kedewasaan. Merry dan Alva berhasil lulus dengan meraih penghargaan Second
Upper Honours. Sejarah di NTU berakhir dan siap untuk menyambut sebuah era
baru. Merry dan Alva menggelar acara pertunangan tepat pada hari wisuda
mereka.
Setelah lulus mereka memilih pekerjaan menjadi sales dari pada menjadi
karyawan disebuah perusahaan. Merry dan Alva menjadi sales asuransi dan
produk bank. Mereka tak kenal kata lelah, yang mereka kenal yaitu berjuang dan
disiplin. Dalam waktu singkat Merry bisa melunasi utang pendidikannya. Ia
sukses menjadi manager dan President Star Club dan akhirnya mendirikan sebuah
204
organisasi dan menikah dengan Alva.
205
Sinopsis Film Mimpi Sejuta Dolar
Kisah berawal di jakarta tahun 1998. Pada saat kisruh yang terjadi pada
masa itu. Penjarahan dimana-mana dan yang menjadi sasaran ialah kaum etnis
Cina. Memaksa seorang gadis yang bernama Merry Riana yang diperankan oleh
(Chelsea Islan) yang baru saja lulus dari SMA terpaksa mengungsi ke negara
Singapura Walau sebenarnya ingin tetap bertahan, namun kedua orang tua Merry
Riana tetap memintanya untuk segera berangkat.
Pada saat perjalanan ke bandara, Sang ayah Merry sampai rela menyewa
ambulans untuk dijadikanya tumpangan agar tidak diketahui oleh masa yang
kisruh pada masa itu. Namun sialnya mereka sekeluarga malah dihadang kawanan
penjarah dan mereka terpaksa harus melepaskan harta benda demi keselamatan
mereka. Di bandara, orangtua Merry Riana diperankan oleh (Ferry Salim dan
Cyntia Lamusu ) menjual semua harta benda mereka dan hanya mampu
mendapatkan satu tiket saja. Kedua orang tua Merry Riana berpikir untuk Merry
saja yang berangkat ke singapura. Demi keselamatan putri mereka.
Ketika sampai di Singapura, Merry di suruh ayahnya untuk mencari alamat
teman ayahnya yang tinggal disana. Namun ternyata alamat yang dia cari ternyata
tidak ada. Merry yang kini sendirian di Singapura dengan bekal uang Yang pas-
pasan, Harus bertahan hidup minimal sampai ayahnya kesana menjemputnya .
Dari sinilah kisah perjuangan Merry Riana dimulai dengan harus mencari tempat
tinggal dan bertahan hidup. Kuliah dan sukses yang menjadi cita-citanya terasa
begitu jauh.
Merry Riana tidak putus asa begitu saja , melalui media sosial ia temukan
206
seorang temanya sewaktu SMA bernama Irene diperankan oleh ( Kimberly Rider )
yang memang kuliah di Singapura. Merry tidak mengenal begitu akrab dengan
sosok Irene, tapi Merry yakin bahwa Irene adalah teman yang baik. Dengan
bantuan Irene, Merry akhirnya menemukan tempat untuk dijadikan tinggal
sementara sampai ayahnya datang. Merry menginap di asrama Irene secara ilegal.
Karena perbuatannya itu melanggar aturan akhirnya Merry harus diusir dari
asrama itu. Irene, mencoba untuk bernegosiasi dengan pihak kampus agar Merry
dapat menginap di sana, Pihak kampus memberi syarat untuk tinggal disana harus
menjadi mahasiswa di kampus tersebut. syarat untuk menjadi mahasiswa di
universitas tersebut, Merry harus melewati tes. Merry yang memiliki kegigihan
dan kepintaran akhirnya lolos seleksi ujian dan diterima di salah satu perguruan
tinggi terbaik di Singapura. Senyum Merry lantas hilang ketika dia tahu bahwa
harus membayar uang sebesar $40.000. Salah satu harapan Merry adalah
mengambil student loan yang hanya bisa didapat jika ada yang menjadi penjamin.
Karena tidak ada kerabat dan Irene tidak bisa menjadi penjamin, Merry pun harus
mencari mahasiswa senior yang bisa menjadi penjaminnya.
Kemudian Irene yang memiliki kenalan mahasiswa senior di kampus
tersebut. meminta tolong kepada salah satu mahasiswa senior yang bernama Alva
yang diperankan oleh ( Dion Wiyoko ) Merry berpikir Alva mau menjadi
penolongnya. Namun ternyata, Alva kurang begitu percaya karena belum pernah
mengenal Merry sebelumnya. Alva ingin diberi jaminan bahwa Merry akan benar-
benar sanggup membayar hutangnya. Dari situlah Merry berjuang untuk
mendapatkan penghasilan. Agar Alva percaya dan mau menjadi penjamin Merry.
207
Semua tempat-tempat usaha yang berada disekitar situ dicoba Merry untuk
mendapatkan penghasilan. Namun tak satupun dari mereka yang mau menerima
Merry bekerja di tempat-tempet itu. Merry yang tetap gigih walaupun banyak
menerima penolakan, akhirnya menemukan pekerjaan dengan gaji yang sedikit.
Karna kegigihan Merry pula yang akhirnya membuat Alva akhirnyaa mau
menolongnya untuk menjadi penjamin hutangnya.
Merry pun berpikir bahwa dia harus kuliah dengan benar dan sukses demi
untuk tidak mau menyusahkan kedua orang tuanya karena dia ingin
membahagiakan dan membanggakan mereka. Maka Merry pun kuliah dan
berpikir keras untuk mendapatkan pekerjaan dan melipat gandakan uang yang ia
miliki, mulai dari bekerja menyebar brosur, bisnis online, bekerja di restoran dan
bermain saham dengan resiko tinggi. Bahkan pernah suatu ketika Merry menjadi
korban penipuan berkedok Multi Level Marketing. Semua uangnya habis karena
sudah terlanjur investasi diperusahaan abal-abal tersebut.
Merry yang pantang menyerah walaupun sudah jatuh bangun
memperjuangkan kuliahnya. Membuat Alva jatuh cinta kepada Merry. Namun
dilemanya, Irene sahabat Merry yang terlebih dulu mengenal Alva, juga menyukai
cowok tampan tersebut. Pernah suatu ketika, saat Irene mengetahui Alva sedang
berduaan Merry. Membuat Irene marah sampai-sampai mengusir Merry dari
kamar tempat mereka tinggal berdua.
Kisah cinta Merry dan Alva yang sungguh dramatis. Akhirnya menjadikan
mereka satu sebagai sepasang kekasih. Ada suatu kutipan difilm ini, ketika Alva
menyatakan perasaanya kepada Merry dengan memberinya buku berjudul
208
(s.h.m.i.l.y) yang artinya ‘See How Much I love you’.
Banyak kata-kata yang memotivasi dalam film ini. Salah satu yang paling
saya suka ialah “sukses itu bukan sekedar memiliki uang banyak, Tapi sukses itu
ketika kita bisa membuat orang memiliki harapan” .
209
RIWAYAT HIDUP
Ichsan Aridani, Dilahirkan di Anabanua Kabupaten Wajo
pada tanggal 21 November 1996, anak kedua dari dua
bersaudara pasangan dari Ayahanda Arifuddin dan Ibunda
St. Darniati. Penulis masuk Taman Kanak-Kanak (TK)
Dharmawanita pada tahun 2000 di Kab. Wajo. Pada Tahun
itu juga lanjut Sekolah Dasar pada tahun 2002 di SDN 202 Anabanua, pada tahun
2003 pindah di SDN 360 Anabanua dan 2005 pindah di SD Inpres Tanetea Kab.
Bantaeng dan tamat pada tahun 2008, tamat SMPN 3 Tompobulu Kab. Bantaeng
tahun 2011 dan tamat SMAN 1 Tompobulu tahun 2014. Pada tahun (2015),
Penulis melanjutkan pendidikan pada program Strata satu (S1) Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2021.