Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TUGAS AKHIR
HALAMAN JUDUL
KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER MENGGUNAKAN
LIMBAH FLY ASH PLTU TANJUNG JATI B JEPARA
(CHARACTERISTIC OF GEOPOLYMER CONCRETE USING
FLY ASH WASTE FROM PLTU TANJUNG JATI B JEPARA)
Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Sipil
MUHAMMAD RIDWAN
12 511 428
PRODI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
KARAKTERISTIK BETON GEOPOLIMER MENGGUNAKAN
LIMBAH FLY ASH PLTU TANJUNG JATI B
(CHARACTERISTIC OF GEOPOLYMER CONCRETE USING
FLY ASH WASTE FROM PLTU TANJUNG JATI B JEPARA)
Disusun oleh :
Muhammad Ridwan
12511428
Telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh derajat Sarjana Teknik Sipil
diuji pada tanggal : 30 November 2018
Oleh Dewan Penguji
Pembimbing Penguji I Penguji II
Prof. Ir.Mochamad Teguh,MSCE,Ph.D Ir. Helmy Akbar Bale, M.T . Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc.
NIK : 855110201 NIK : 885110105 NIK : 835110202
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Teknik Sipil
Dr. Ir. Sri Amini Yuni Astuti, M.T.
NIK : 885110101
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir yang
saya susun sebagai syarat untuk memenuhi salah satu persyaratan pada Program
Studi Teknik Sipil Univertitas Islam Indonesia seluruhnya merupakan hasil karya
saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan Tugas Akhir
yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara
jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah. Apabila
dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan Tugas Akhir ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 10 Agustus 2018
Yang membuat pernyataan,
Materai 6.000
Muhammad Ridwan
(12511428)
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah. Puja dan puji syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Karakteristik Beton Geopolimer
Menggunakan Limbah Fly Ash PLTU Tanjung Jati B Jepara”. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah صلى الله عليه وسلم, keluarga, serta
sahabatnya. Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
jenjang Strata Satu (S1) pada jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Islam Indonesia.
Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang begitu besar kepada
semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan Tugas Akhir ini baik
berupa dukungan keilmuwan, moril, maupun materil. Tanpa dukungan terebut
penulis merasa sulit sekali dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Disamping itu, izinkan saya menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Miftahul Fauziah, S.T., M.T., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan.
2. Sri Amini Yuni Astuti, Dr., Ir., MT., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil.
3. Mochammad Teguh, Prof. Ir., MSCE, Ph.D. selaku dosen pembimbing Tugas
Akhir, terimakasih atas bimbingan, nasihat, saran dan dukungan yang
diberikan kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Dr. Eng. Januarti Jaya Ekaputri ST., MT. dosen pembimbing keilmuwan atas
saran, masukan, dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.
5. Ir. Helmy Akbar Bale, M.T, dan Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. selaku dosen penguji
atas saran, masukan dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.
6. Suwarno dan Darussalam, A.Md, selaku Laboran yang telah membantu untuk
memperoleh data pengujian.
7. Bapak, Ibu, Kakak serta Adik-adik yang penulis sayangi, Muhammad Asri,
SE,Ak , RR Hartini, Anggraeni Puspasari, Muhammad Rizky, A.Md, serta
v
Muhammad Raihan terima kasih atas segala motivasi, doa, dan dukungan yang
telah diberikan.
8. Ibu Dian Nurhardiyani , selaku staff bagian Lingkugan pada PLTU Tanjung
Jati B Jepara atas izin penggunaan fly ash yang diberikan.
9. Bramastya Adi Nugraha S.T., Herman Cemper S.T., Aji Mohamad Ilham S.T,
Indra Kusumawardhana S.T., Galih Supiadi S.T., Mochammad Nur Huda,
Kurniawan Hidayat, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan
kerjasamanya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
10. Rekan-rekan Teknik Sipil 2012, 2014, dan 2014, terima kasih atas segala
dukungan, kerjasama dan doanya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna, oleh karena itu
penulis memohon maaf dan Harapan penulis pada Tugas Akhir ini adalah lulus uji
sehingga bisa melanjutkan ke Tugas Akhir yang nantinya dapat berguna dan
bermanfaat bagi saya dan mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam
Indonesia pada khususnya, serta pihak lain yang membaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh
Yogyakarta, 29 September 2018
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
TUGAS AKHIR i
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
ABSTRAK xiii
ABSTRACT 14
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Batasan Masalah 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Pengertian Umum 6
2.2 Penelitian Terdahulu 6
2.3 Keaslian Penelitian 9
BAB III LANDASAN TEORI 12
3.1 Umum 12
3.2 Beton Geopolymer 13
3.3 Material Pembentuk Beton Geopolymer 14
3.3.1 Fly Ash 15
3.3.2 Alkali Aktivator 17
vii
3.3.3 Agregat Halus 18
3.3.4 Agregat Kasar 18
3.4 Proses Pembentukan Geopolimer 19
3.5 Perawatan Benda Uji 22
3.6 Karakteristik Pengujian Beton Geopolimer 23
3.6.1 Slump 23
3.6.2 Kuat Tekan 24
3.6.3 Modulus Elastisitas Beton 26
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 27
4.1 Tinjauan Umum 27
4.2 Peralatan Penelitian 27
4.3 Benda Uji 30
4.4 Lokasi Penelitian 30
4.5 Komposisi Campuran Beton dan Jumlah Benda Uji 31
4.6 Pelaksanaan Penelitian 34
4.6.1 Pembuatan Benda Uji 35
4.6.2 Pengujian 38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 41
5. 1 Pengujian Agregat Halus 41
5.2.1 Berat Jenis dan Penyerapan Air 41
5.2.2 Modulus Halus Butir 42
5.2.3 Berat Volume 43
5.2.4 Kadar Lumpur 44
5. 2 Pengujian Agregat Kasar 44
5.4.1 Berat Jenis dan Penyerapan Air 44
5.4.2 Modulus Halus Butir 45
5.4.3 Berat Volume 47
5. 3 Pengujian Abu Terbang 48
5. 4 Pengujian Slump 49
5. 5 Berat Volume Beton 50
viii
5. 6 Kuat Tekan Beton 51
5.4.1 Perbandingan Alkali Aktivator 0,5 52
5.4.2 Perbandingan Alkali Aktivator 1 53
5.4.3 Perbandingan Alkali Aktivator 1,5 54
5.4.4 Perbandingan Alkali Aktivator 2 56
5.4.5 Perbandingan Alkali Aktivator 2,5 57
5.4.6 Komposisi Maksimum 59
5. 7 Modulus Elastisitas Beton 60
KESIMPULAN DAN SARAN 68
6.1 Kesimpulan 68
6.2 Saran 69
DAFTAR PUSTAKA 71
LAMPIRAN 73
Lampiran 1 Surat Surat Perizinan 74
Lampiran 2 Tabel Data Hasil Pengujian 80
Lampiran 3 Gambar 115
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan antara penelitian terdahulu dan sekarang 10
Tabel 2.2 Perbedaan antara penelitian terdahulu dan sekarang (lanjutan) 10
Tabel 3.1 Penetapan nilai slump adukan beton (Tjokrodimuljo, 1992) 23
Tabel 3.2 Kriteria SCC menurut EFNARC 23
Tabel 3.3 Kriteria SCC menurut ASTM C 1611 23
Tabel 4.1 Jumlah komposisi bahan per silinder 33
Tabel 4.2 Jumlah komposisi bahan total 33
Tabel 4.3 Jumlah benda uji 34
Tabel 5.1 Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus 36
Tabel 5.2 Hasil pengujian analisa saringan agregat halus 37
Tabel 5.3 Hasil pengujian berat volume gembur agregat halus 38
Tabel 5.4 Hasil pengujin berat volume padat agregat halus 38
Tabel 5.5 Hasil pengujian kadar lumpur agregat halus 39
Tabel 5.6 Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar 40
Tabel 5.7 Hasil pengujian analisa saringan agregat kasar 40
Tabel 5.8 Hasil pengujian berat volume gembur agregat kasar 42
Tabel 5.9 Hasil pengujian berat volume padat agregat kasar 42
Tabel 5.10 Hasil uji X-Ray Flouresence 43
Tabel 5.11 Hasil pengujian nilai slump dan slump flow 44
Tabel 5.12 Hasil pengujian berat volume beton 45
Tabel 5.13 Hasil pengujian kuat tekan beton perbandingan 0,5 46
Tabel 5.14 Hasil pengujian kuat tekan beton perbandingan 1 47
Tabel 5.15 Hasil pengujian kuat tekan beton perbandingan 1,5 48
Tabel 5.16 Hasil pengujian kuat tekan beton perbadingan 1,5 (lanjutan) 49
Tabel 5.17 Hasil pengujian kuat tekan beton perbandingan 2 50
Tabel 5.18 Hasil pengujian kuat tekan beton perbandingan 2,5 51
Tabel 5.19 Data tengangan regangan beton 55
Tabel 5.20 Data tegangan regangan beton (lanjutan) 56
x
Tabel 5.21 Rekapitulasi hasil pengujian modulus elastisitas 59
Tabel 5.22 Rekapitulasi hasil pengujian modulus elastisitas (lanjutan) 60
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Konsep Dasar Produksi Beton Geopolymer 14
Gambar 3.2 Perbandingan Ukuran Partikel Semen, Fly Ash, dan Silica Fume 15
Gambar 3. 3 NaOH (flakes) 17
Gambar 3. 4 Alkalinasi dan pembentukan Aluminat Tetravalen 19
Gambar 3. 5 Proses menjadi Pentavalen 20
Gambar 3. 6 Pembentukan Si – OH dan Siloxo dasar 20
Gambar 3. 7Pembentukan gugus Silanol Si – OH 20
Gambar 3. 8 Pembentukan ikatan Si – O – Na 20
Gambar 3. 9 Proses kondensasi 21
Gambar 3. 10 Struktur rantai felspar 22
Gambar 3. 11 Kerucut Abraham 23
Gambar 3. 12 Pengujian kuat tekan beton 25
Gambar 4.1 Mixer/Pengaduk Beton 28
Gambar 4.2 Cetakan Silinder Beton 28
Gambar 4.3 Timbangan 29
Gambar 4.4 Kaliper 29
Gambar 4.5 Mesin Uji Desak Tipe ADR 3000 30
Gambar 4.6 Perbandingan Komposisi Bahan dan Material 31
Gambar 5. 1 Gradasi agregat halus 43
Gambar 5. 2 Gradasi agregat kasar 47
Gambar 5. 3 Nilai slump dan slump flow beton segar 50
Gambar 5. 4 Perbandingan Wc nyata dengan Wc rencana 51
Gambar 5. 5 Peningkatan Kuat Tekan Beton Perbandingan 0,5 52
Gambar 5. 6 Peningkatan Kuat Tekan Beton Perbandingan 1 54
Gambar 5. 7 Peningkatan kuat tekan beton perbandingan 1,5 55
Gambar 5. 8 Peningkatan kuat tekan beton perbandingan 2 57
Gambar 5. 9 Peningkatan kuat tekan beton perbandingan 2,5 58
Gambar 5. 10 Perbandingan kuat tekan beton 59
Gambar 5. 11 Kurva tegangan regangan beton 63
xii
Gambar 5. 12 Kurva tegangan-regangan vaiasi GP-2.0 66
xiii
ABSTRAK
Semen sebagai bahan ikat utama pada beton memiliki banyak kerugian lingkungan, dimulai
dari pengerukan gunung kapur, emisi gas CO2 pada saat proses produksi, hingga produksi CO2 pada
saat semen digunakan. Disisi lain terdapat abu terbang yang merupakan produk sampingan atau
limbah dari sisa proses pembakaran batu bara diPLTU. Abu terbang memiliki kandungan senyawa
silikat dan aluminat yang cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti semen sebagai
bahan ikat pada beton. Beton geopolimer membutuhkan larutan alkali aktivator berupa campuran
larutan NaOH dan Na2SiO3 untuk mereaksikan senyawa silikat dan aluminat pada abu terbang.
Perbedaan kandungan komposisi alkali aktivator yang digunakan akan memberikan reaksi serta kuat
tekan yang berbeda pada beton.
Perencanaan campuran beton mengunakan metoda perbandingan berat pada setiap komposisi
penyusun beton dengan menggunakan faktor w/fa sebesar 0,25. Benda uji berbentuk silinder dengan
perbandingan alkali aktvator NaOH : Na2SiO3 sebesar 1/2 (0,5); 2/2 (1), 3/2 (1,5); 4/2 (2); dan 5/2
(2,5). Benda uji silinder diuji kuat tekan utuk melihat pada umur 7 hari; 14 hari; 21 hari; dan 28 hari
untuk melihat perkembangan pertambahan kuat tekan beton. Pada umur 28 hari sampel beton diuji
modulus elastisitas.
Kuat tekan beton geopolimer dengan komposisi perbandingan alkali aktivator 0,5 tidak dapat
digunakan sebagai beton strukrural karena hanya mencapai kuat tekan sebesar 9,23 MPa. Kuat tekan
rerata beton geopolimer dengan komposisi perbandingan alkali aktivator 2/2, 3/2, 4/2, 5/2 berturut-
urut sebesar 19,67 MPa; 34,796 MPa; 39,049 MPa; 34,779 Mpa. Hasil pengujian tersebut
menunjukan terjadi nya peningkatan kuat tekan dengan kuat tekan maksimum didapat pada
komposisi perbandingan alkali aktivator 4/2 namun kembali menurun pada perbandingan 5/2.
Pengujian modulus elastisitas beton tidak dilakukan pada komposisi perbandingan alkali aktivator
0.5 karena kuat tekan terlalu kecil. Nilai modulus elastisitas beton geopolimer dengan komposisi
perbandingan alkali aktivator 2/2, 3/2, 4/2, 5/2 berturut-urut sebesar 17.628 MPa; 16.882,4 MPa;
23.964,87 MPa; dan 20.171,8 MPa.
Kata Kunci : Limbah PLTU, w/fa, Umur, Kuat tekan, Modulus elastisitas
14
ABSTRACT
Cement as the main bonding material in concrete has many environmental losses, starting
from limestone dredging, CO2 emissions during production process, to the production of CO2 gas
at the time of cement use. On the other hand there is fly ash which is a byproduct or waste from the
rest of the coal burning process at the power plant. The fly ash has a high content of silicate and
aluminate compounds which can be used as a substitute for cement as a binder on concrete. The
geopolymer concrete requires an alkali activator solution in the form of a mixture of NaOH and
Na2SiO3 solutions to react silicate and aluminate compounds in the fly ash. The alkali activator with
different composition will give different reaction and compressive strength of concrete.
Concrete mixture planning using weight comparison method on each composition of concrete
by using w/fa factor of 0.25. Concrete samples were tested to measured their compressive strength
improvement at 7 days; 14 days; 21 days; and 28 days. At 28 days the sample of concrete tested
modulus of elasticity.
The compressive strength of geopolymer concrete with the composition of the alkali activator
of 0.5 can not be categorized as structural concrete because it only reaches a compressive strength
of 9.23 MPa. The compressive strength of geopolymer concrete with composition ratio of alkali
activator 2/2, 3/2, 4/2, 5/2 in sequence of 19,67 MPa; 34,796 MPa; 39,049 MPa; 34,779 Mpa. The
test results show that there is an increase in compressive strength with maximum compressive
strength obtained on the composition of the alkaline alkali activator 4/2 but again decreased in the
5/2 ratio. The concrete elasticity modulus test is not performed on the composition of the alkali-
activator 0.5 because the compressive strength is too small. The value of the modulus of elasticity
of the geopolymer concrete with the composition of the alkaline composition of 2/2, 3/2, 4/2, 5/2 in
sequence of 17,628 MPa; 16,882,4 MPa; 23.964,87 MPa; and 20,171.8 MPa.
Keywords: Power plant waste, w/fa, Curing time, Compressive strength, Modulus of elasticity.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan bahan bangunan yang sangat umum digunakan, karena
memiliki kekuatan untuk menahan gaya tekan yang tinggi. Beton sendiri tersusun
dari agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan semen. Namun penggunaan
semen justru memiliki banyak kerugian lingkungan. penggunaan semen justru
memiliki banyak kerugian lingkugan. Dimulai dari proses pengambilan bahan nya
yang mengeruk gunung kapur yang sangat banyak. Davidovits (1994) menyatakan
proses produksi semen menghasilkan gas emisi CO2 dalam jumlah yang sebanding
dengan jumlah semen yang diproduksi. Dengan kata lain, memproduksi 1 ton
semen sama dengan memproduksi 1 ton CO2 ke dalam udara. Bahkan hingga pada
saat digunakan dalam campuran beton, semen memproduksi gas karbon dioksida
dengan jumlah yang sangat banyak.
Pada pelaksanaan pembakaran batu bara di PLTU, menghasilkan produk
sampingan (side product) berupa abu terbang atau fly ash sebagai sisa dari
pembakaran batu bara yang kemudian dihisap keluar dan ditumpuk. Abu terbang
sendiri mengandung bahan kimia silika dan Alumina, yang membuat Abu terbang
tersebut memiliki sifat pozolanic seperti semen. Proses pembakaran yang tidak
optimal, serta kualitas batu bara yang digunakan akan sangat mempengaruhi
komposisi kimiawi yang terkandung, sehingga berengaruh pada sifat dan
karakteristik abu terbang tersebut.
Beton geopolimer merupakan jenis beton yang tidak menggunakan semen
sama sekali. Limbah abu terbang dimanfaatkan sebagai sumber material binder
pada campuran beton. Davidovits (1999) menyatakan beton geopolimer ini
terbentuk dari reaksi kimia bukan dari reaksi hidrasi seperti pada beton biasa.
Dalam pembuatan beton geopolimer diperlukan alkali aktifator yang berfungsi
mengikat agregat karena fly ash tidak memiliki kemampuan mengikat seperti
halnya semen. Hardjito dkk. (2004) menyatakan aktivator yang umum nya
digunakan adalah sodium hidoksida dan sodium silikat. Sodium silikat berfungsi
2
untuk mempercepat reaksi polimerisasi, sedangkan natrium hidroksida berfungsi
untuk mereaksikan unsur-unsur Al dan Si yang terkandung dalam binder sehingga
dapat menghasilkan ikatan polimer yang kuat. Ekaputri dan Triwulan (2013)
menyatakan “semakin tinggi molaritas yang digunakan, maka semakin tinggi pula
kuat tekan dan kuat belah yang dihasilkan.” Berdasarkan penelitian LI, Ding, dan
Zhang didapat beberapa kelebihan beton geopolymer dabindangkan dengan beton
konvensional, antara lain :
a. hemat energi dan ramah lingkungan,
b. tingkat penyusutan volume beton lebih rendah,
c. dapat mencapaikekuatan hingga 70% dalam waktu 4 jam,
d. tingkat ketahanan tinggi tehadap serangan lingkungan yang agresif, dan
e. pasta geopolimer mampu bertahan pada suhu 1000o C hingga 1200o C tanpa
mengurangi fungsi yang dimilikinya.
Seperti halnya semen, abu terbang yang sudah dicampur dengan alkali
aktifator membutuhkan waktu untuk dapat bereaksi hingga pada akhirnya
mengeras. Pada pengujian setting time pada semen dipengaruhi oleh jenis semen
dan jumlah air yang dingunakan, maka pada abu terbang setting time sangat
dipengaruhi oleh kelas abu terbang yang digunakan, jumlah perbandingan abu
terbang dengan alkali aktivator, dan juga dipengaruhi tingkat molaritas alkali
aktivator. Hardjito (2005) menyatakan aktivator yang umumnya digunakan adalah
sodium hidroksida 8M sampai 14M dan sodium silikat dengan perbandingan antara
0,5 sampai 2,5 .
Davidovits (1994) menyatakan proses produksi dan penggunaan semen
membawa dampak buruk bagi lingkungan, sehingga perlu diadakan penelitian
mengenai bahan alternatif pengganti semen sebagai bahan bangunan. Beton
geopolimer dapat mereduksi pencemaran lingkungan karena tidak menggunakan
semen. Beton geopolimer menggunakan bahan dasar dengan kandungan unsur
silika dan alumina yang tinggi. Abu terbang sebagai bahan ikat memiliki sifat yang
berbeda dengan semen, sehingga perlu dilakukan penelitian terkait kandungan
kimia, teknik pembuatan sampel, hingga pengujian sampel pada saat diaplikasikan
pada beton geopolimer.
3
Beton segar (fresh concrete) membutuhkan waktu untuk dapat mengeras
secara sempurna. Kuat tekan beton mengalami pengingkatan kuat tekan secara terus
menerus dan dianggap mencapai kuat tekan sempurna pada umur 28 hari. Pada
pekerjaan pengecoran yang bersifat massal seperti pada proyek, beton tidak
ditunggu sampai mencapai umur 28 hari sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran
selanjutnya yang dianggap dapat memberi beban pada struktur beton tersebut. Perlu
diadakan penelitian mengenai peningkatan kuat tekan beton berdasarkan umur
sebagai pegangan untuk memprediksi apakah kuat tekan maksimum yang akan
dicapai pada umur 28 hari sudah mencapai spesifikasi, dan sebagai pegangan pada
umur berapa struktur beton tersebut siap untuk diberi beban. Untuk dapat
mengetahui peningkatan kuat tekan beton dapat dilakukan pengujian pada sampel
beton dengan umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan pada saat sudah mengeras
sempurna pada umur 28 hari. Pada penelitian ini digunakan variasi perbandingan
komposisi bahan dengan harapan didapat kombinasi yang menghasilkan kuat tekan
optimal berikut dengan modulus elastisitasnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut ini.
1. Berapakah tingkat kandungan zat kimia yang menunjukkan klasifikasi pada abu
terbang dari Tanjung Jati B Jepara ?
2. Berapakah nilai kuat tekan beton geopolimer dengan variasi umur beton 7 hari,
14 hari, 21 hari, dan 28 hari pada setiap kombinasi campuran?
3. Berapakah Modulus Elastisitas beton geopolimer pada umur 28 hari untuk setiap
kombinasi campuran ?
1.3 Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui klasifikasi pada abu terbang Tanjung Jati B Jepara.
2. Untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton geopolimer dengan variasi umur
beton 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari pada setiap kombinasi campuran.
4
3. Untuk mendapatkan nilai Modulus Elastisitas beton geopolimer pada umur 28
hari untuk setiap kombinasi campuran.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui manfaat penggunaan abu terbang sebagai limbah pembakaran batu
bara pada PLTU sebagai alternatif pengganti semen pada bahan pembuatan
beton.
2. Sebagai informasi kepada PLTU Tanjung Jati B secara khusus, dan kepada
masyarakat secara umum bahwa limbah abu terbang sisa pembakaran batu bara
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti semen pada campuran beton.
3. Menjadi referensi atau acuan penggunaan limbah abu terbang bagi PLTU
Tanjung Jati B sebagai upaya pengurangan penumpukan dan pemanfaatan
limbah abu terbang, serta sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya
mengenai beton geopolimer.
1.5 Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Limbah abu terbang yang digunakan diperoleh dari PLTU Tanjung Jati B
Jepara, sebagai produk sampingan/limbah pembakaran batu bara.
2. Agregat halus atau pasir diperoleh dari Progo, Kab. Kulon Progo, Provinsi
DIY.
3. Agregat kasar diperoleh dari Clereng, Kab. Kulon Progo, Provinsi DIY.
4. Natrium Hidroksida (NaOH), dan Natrium Silikat (Na2SiO3) didapat dari toko
kimia.
5. Konsentrasi atau molaritas larutan NaOH yang digunakan sebesar 10M.
6. Dalam proses pembuatan larutan NaOH 10M digunakan air yang berasal dari
Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Islam Indonesia.
7. Dikarenakan belum ada pedoman perencanaan campuran beton, maka
perencanaan menggunakan perbandingan berat volume.
8. Beton segar dirawat dengan cara direndam.
5
9. Pengujian kuat tekan dilaksanakan pada umur beton 7 hari, 14 hari, 21 hari,
dan 28 hari, dan modulus elastisitas pada umur 28 hari.
10. Kandungan kimia pada fly ash diuji diLaboratorium Balai Konservasi
Borobudur.
11. Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Umum
Menurut SNI-2847-2013, beton (concrete) adalah campuran semen portland
(PC) atau semen hidraulis lainya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan tambah (admixture). Sedangkan Sumajouw dkk. (2014) menyatakan
bahwa, Geopolymer merupakan bahan atau material yang berupa zat anorganik
yang disintesa melalui proses polimerisasi. Terminologi geopolymer pertamakali
digunakan oleh Profesor Davidovits pada tahun 1987 untuk menjelaskan mineral
polymer yang dihasilkan melalui proses geochemistry, sedangkan Sumajouw dkk.
(2014) menyatakan bahwa Geopolymer merupakan bentuk anorganik alumina-
silika yang disintesa dari material yang banyak mengandung Silika (Si) dan
Alumina (Al) yang berasal dari alam atau material hasil sampingan industri.
Beton geopolimer merupakan beton yang 100% tidak menggunakan semen.
Agar terjadi reaksi antara zat polimer yang terkandung dalam suatu material, maka
dibutuhkan larutan activator, sehingga dapat terjadi ikatan antara silikat dan
alumina pada material yang bersifat pozzolan. Fly ash merupakan limbah hasil
pembakaran suatu bahan sebagai sumber panas tinggi pada pabrik maupun PLTU.
Untuk menghasilkan panas yang tinggi, pabrik dan PLTU biasa memanfaatkan batu
bara untuk dibakar, sehingga menghasilkan produk sampingan berupa abu terbang
atau fly ash. Davidovits (1978) menyatakan proses polimerisasi yang terjadi di
dalam beton geopolimer meliputi reaksi kimia yang terjadi antara alkalin dengan
mineral Si – Al untuk menghasilkan rantai polimerik tiga – dimensi dan ikatan
struktur Si – O – Al – O yang konsisten. Davidovits (1978) menyarankan
penggunaan istilah ‘poly(sialate)’ sebagai nama kimia dari beton geopolimer yang
berbahan dasar siliko-aluminate. Sialate adalah singkatan dari silicon-
oxoaluminate.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pemanfaatan fly ash sebagai bahan utama dalam
pembuatan beton geopolimer telah banyak dilakukan, seperti penelitian oleh
7
Ekaputri dkk (2007), Manuahe dkk (2014), dan Prasetyo (2015). Hasil dan
kesimpulan dari beberapa penelitian tersebut digunakan sebagai acuan dalam
penelitian ini.
Ekaputri (2007), melakukan penelitian beton geopolimer berbahan dasar fly
ash dengan variasi masa larutan alkali aktivator dan variasi molaritas yang
bertujuan untuk mengetahui komposisi campuran yang tepat untuk menghasilkan
kuat tekan dan kuat tarik beton geopolimer yang tinggi dengan mengacu pada
penelitian terdahulu.
Hasil dari penelitian beton geopolimer berbahan dasar fly ash dengan variasi
masa larutan alkali aktivator dapat diuraikan sebagai berikut ini.
1. Semakin tinggi perbandingan massa larutan sodium silikat dan sodium
hidroksida tidak selalu menghasilkan kuat tekan dan kuat tarik belah yang tinggi
pula. Perbandingan massa larutan sodium silikat dan sodium hidroksida = 1,5
merupakan titik puncak optimum untuk kuat tekan dan kuat tarik belah.
2. Semakin tinggi molaritas yang digunakan, maka semakin tinggi pula kuat tekan
dan kuat tarik belah yang dihasilkan. Beton geopolimer yang menggunakan
molaritas 10M menghasilkan kuat tekan dan kuat tarik belah yang lebih besar
jika dibandingkan dengan beton geopolimer yang menggunakan molaritas 8M.
3. Dari hasil tes setting time, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi:
a. Perbandingan massa larutan sodium silikat dan sodium hidroksida maka
semakin lama waktu pengikatan awal berlangsung, tetapi semakin cepat
waktu pengikatan berakhir.
b. Molaritas yang digunakan dalam campuran, maka semakin cepat pengikatan
awal berlangsung dan pengikatan berakhir.
4. Dari hasil pengujian porositas yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut ini :
a. Seperti halnya kuat tekan dan kuat tarik belah beton geopolimer, jumlah pori
tertutup dalam beton 8M dan 10M ini juga terdapat titik optimum pada
perbandingan massa sodium silikat dan sodium hidroksida =1.5. Hasil uji
porositas ini berhubungan erat dengan hasil uji tekan dan tarik belah. Pori
tertutup memiliki tekanan hidrostatis yang membantu meningkatkan kuat
8
tekan beton dan kuat tarik belah, sehingga jika semakin besar jumlah pori
tertutup, maka semakin tinggi pula kuat tekan dan kuat tarik belah yang
dihasilkan beton geopolimer.
b. Secara umum dapat diperhatikan bahwa beton geopolimer dengan
menggunakan larutan NaOH 10M memiliki pori tertutup yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan beton geopolimer yang menggunakan larutan NaOH
8M. Hasil yang diperoleh dari tes porositas ini berhubungan erat dengan hasil
kuat tekan dan kuat tarik belah yang diperoleh.
c. Semakin tinggi molaritas, jumlah total pori semakin sedikit tetapi jumlah pori
tertutup semakin banyak.
Manuahe dkk. (2014) melakukan penelitian geopolimer berbahan dasar fly
ash dari PLTU Amurang sebagai bahan pengganti semen dengan variasi curing time
yang bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dengan benda uji berbentuk kubus 15
x 15 x 15 cm.
Hasil penelitian beton geopolimer berbahan dasar fly ash dari PLTU Amurang
sebagai bahan pengganti semen dengan variasi curing time dapat diuraikan sebagai
berikut ini.
1. Nilai kuat tekan beton geopolymer mengalami peningkatan seiring penambahan
curing time, dimana kuat tekan yang maksimum terjadi pada curing time selama
24 jam dengan proses curing oven.
2. Berdasarkan klasifikasi berat jenis beton, hasil pemeriksaan berat volume beton
termasuk beton berbobot normal.
3. Berdasarkan hasil pengujian fly ash, termasuk fly Ash rendah kalsium
(lowcalcium fly ash) yang menurut kategori ACI berada pada kelas F.
4. Uji slump untuk beton geopolymer menghasilkan nilai slump yang cukup
rendah. Hal ini menyebabkan beton geopolymer cukup sulit untuk dicetak atau
tidak workability.
Prasetyo (2015) melakukan penelitian beton geopolimer berbahan dasar fly
ash sebagai bahan pengganti semen dengan variasi Sodium Silikat dan Sodium
Hidroksida yang bertujuan untuk mengetahui hasil kuat tekan beton geopolimer
yang optimum.
9
Hasil dari penelitian beton geopolimer berbahan dasar fly ash sebagai bahan
pengganti semen dengan variasi Sodium Silikat dan Sodium Hidroksida tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut ini.
1. Nilai kuat tekan tertinggi beton geopolymer adalah 141,037 kg/cm2, pada
perbandingan rasio aktifator Na2SiO3 : NaOH = 5:2 untuk beton geopolymer 70
: 30 - F 533kg.
2. Nilai slump tertinggi adalah 25 cm pada beton geopolymer 65 : 35 – F 622 kg,
dengan nilai slump yang tinggi membuat campuran beton sangat mudah diaduk
tapi kuat tekan menurun. Nilai slump optimum untuk kemudahan pengerjaan dan
kuat tekan adalah 11,5 cm.
3. Berdasarkan klasifikasi berat volume beton, hasil pemeriksaan berat volume
beton berkisar antara 2,054 gr/cm3 – 2,209 gr/cm3, maka termasuk beton normal.
4. Proses pembuatan beton geopolymer meliputi pencampuran agregat dengan
binder, binder ini terdiri dari fly ash dan larutan aktivator yang dicampur sampai
homogen, dan terakhir ditambahkan air sesuai mix design. Semua material yang
sudah dimasukkan diaduk sampai rata sehingga didapat kondisi fresh concrete.
2.3 Keaslian Penelitian
Topik yang dibahas pada penelitian ini merupakan pengembangan dari
penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumnya (Ekaputri, 2007; Prasetyo,
2015; Manuahe dkk, 2014). Pada penelitian ini telah ditinjau pengujian sifat dan
kandungan fly ash PLTU Tanjung Jati B, serta pengujian karakteristik beton
geopolimer (pengujian nilai slump, pengujian kuat tekan, serta menghitung
modulus elastisitas).Adapun perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian
sekarang dapat dilihat pada Tabel 2.1
10
Tabel 2.1 Perbedaan antara penelitian terdahulu dan sekarang
Penelitian Sebelumnya Penelitian Sekarang
Peneliti Substansi Penelitian Substansi Penelitian
Ekaputri,
(2007)
1. Penelitian ini membahas mengenai
komposisi campuran yang tepat
untuk menghasilkan kuat tekan
beton geopolimer yang tinggi
dengan mengacu pada penelitian
terdahulu.
2. Studi hanya dilakukan di
laboratorium dengan pembuatan
benda uji berbentuk silinder.
3. Komposisi campuran terbaik,
dipilih berdasarkan hasil uji kuat
tekan beton geopolimer.
4. Faktor yang mempengaruhi
perilaku fisik dan mekanik beton
geopolimer yang diamati meliputi
perilaku yang terjadi akibat
molaritas dan perbandingan massa
activator.
1. Untuk mengetahui sifat dan
karakteristik fly ash Tanjung
Jati B Jepara.
2. Untuk mendapatkan nilai
kuat tekan beton geopolimer
dengan variasi Curing Time 7
hari, 14 hari, 21 hari, dan 28
hari pada setiap kombinasi.
3. Benda uji berbentuk tabung
(Silinder) dengan diameter
15cm dn tinggi 30cm.
Prasetyo,
(2015)
1. Mendapatkan nilai kuat tekan
dari beton geopolymer yang
menggunakan bahan dasar abu
terbang (fly ash)
2. Mendapatkan pengaruh variasi
sodium silikat (Na2SiO3) dan
sodium hidroksida (NaOH)
terhadap kuat tekan beton
geopolymer.
3. Mempelajari teknik pembuatan
beton geopolymer dengan bahan
dasar abu terbang (fly ash).
11
Tabel 2.2 Perbedaan antara penelitian terdahulu dan sekarang
(lanjutan)
Penelitian Sebelumnya Penelitian Sekarang
Peneliti Substansi Penelitian Substansi Penelitian
Manuahe,
Sumajouw,
Windah,
(2014)
1. Adapun tujuan penelitian
adalah untuk mendapatkan
nilai kuat tekan dari beton
dengan bahan dasar abu
terbang (fly ash), beserta
trendnya untuk variasi
curing time: 4 jam, 8 jam, 12
jam dan 24 jam.
12
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Umum
Penggunaan semen sebagai bahan ikat utama pada beton memiliki banyak
kekurangan. Dimulai dari proses pengambilan bahan nya yang mengeruk gunung
kapur yang sangat banyak. Davidovits (1994) menyatakan proses produksi semen
menghasilkan gas emisi CO2 dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah semen
yang diproduksi, dengan kata lain memproduksi 1 ton semen sama dengan
memproduksi 1 ton CO2 ke dalam udara. Bahkan hingga pada saat digunakan dalam
campuran beton, semen memproduksi gas karbon dioksida dengan jumlah yang
sangat banyak.
Pada pelaksanaan pembakaran batu bara di PLTU, menghasilkan produk
sampingan (side product) berupa abu terbang atau fly ash sebagai sisa dari
pembakaran batu bara yang kemudian dihisap keluar dan ditumpuk. Abu terbang
sendiri mengandung bahan kimia silika dan alumina, yang membuat abu terbang
tersebut memiliki sifat pozzolanic seperti semen. Proses pembakaran yang tidak
optimal, serta kualitas batu bara yang digunakan akan sangat mempengaruhi
komposisi kimiawi yang terkandung sehingga berengaruh pada sifat dan
karakteristik abu terbang tersebut.
Kedua bahasan tersebut meyangkut permasalahan lingkungan yang
ditimbulkan oleh masing-masing bahan. Sebagai solusi utama pada permasalahan
ini adalah dengan mengurangi atau bahkan menghentikan penggunaan semen pada
beton, dengan memanfaatkan fly ash sebagai limbah yang memiliki sifat pozolanic
seperti pada semen. Beton dengan bahan ikat fly ash ini sering disebut dengan beton
Geopolymer. Semakin banyak penelitian mengenai beton geopolimer menunjukan
bahwa fly ash semakin terbukti dapat dipakai sebagai bahan ikat pengganti semen,
dengan harapan permasalahan utama diatas dapat teratasi dan beton geopolimer
terbukti sebagai beton ramah lingkungan.
13
3.2 Beton Geopolymer
Beton geopolimer merupakan jenis beton yang tidak menggunakan semen
sama sekali. Limbah abu terbang dimanfaatkan sebagai sumber material binder
pada campuran beton. Davidovits (1999) menyatakan “beton geopolimer terbentuk
dari reaksi kimia bukan dari reaksi hidrasi seperti pada beton biasa. Proses
pembuatan beton geopolimer membutuhkan alkali aktifator sebagai pereaksi
kandungan silika dan alumina yang terkandung dalam fly ash karena fly ash tidak
memiliki sifat cementious.” Aktivator yang umumnya digunakan adalah sodium
hidoksida dan sodium silikat. Sodium silikat berfungsi untuk mempercepat reaksi
polimerisasi, sedangkan natrium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan unsur-
unsur Al dan Si yang terkandung, sehingga dapat menghasilkan ikatan polimer yang
kuat (Hardjito dkk, 2004). Semakin tinggi molaritas yang digunakan, maka semakin
tinggi pula kuat tekan dan kuat belah yang dihasilkan. Walaupun demikian
ditemukan bahwa beton geopolimer bersifat lebih getas daripada beton
konvensional (Ekaputri dan Triwulan , 2013).
Seperti halnya semen, abu terbang yang sudah dicampur dengan alkali
aktifator membutuhkan waktu untuk dapat bereaksi hingga pada akhirnya
mengeras. Pada pengujian setting time pada semen dipengauhi oleh jenis semen dan
jumlah air yang dingunakan, maka pada abu terbang setting time sangat dipengaruhi
oleh kelas abu terbang yang digunakan, jumlah perbandingan abu terbang dengan
alkali aktivator, dan juga dipengaruhi tingkat Molaritas alkali aktivator yang
dingunakan. Hardjito (2005) menyatakan aktivator yang umumnya digunakan
sodium hidroksida 8M sampai 14M dan sodium silikat dengan perbandingan antara
0.5 sampai 2.5. Berikut gambar konsep dasar produksi beton geopolimer dapat
dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
14
Gambar 3.1 Konsep Dasar Produksi Beton Geopolymer
3.3 Material Pembentuk Beton Geopolymer
Material penyusun pada beton Geopolymer dengan campuran fly ash dan
alkali aktifator ini tidak berbeda dengan material penyusun beton pada umumnya.
Beton geopolimer terdiri dari agregat kasar, agregat halus, dan air. NaOH dilarutkan
dengan aquades, kemudian dicampur dengan Na2SiO3. Li, Ding dan Zhan (2004)
menyatakan “secara umum beton geopolimer merupakan varian yang memiliki nilai
slump tinggi namun cepat mengeras sehingga menurunkan workability. Namun
disamping itu, beton ini mampu mencapai kuat tekan 70% dalam waktu 4 jam
pertama.” Seperti halnya semen, abu terbang yang sudah dicampur dengan alkali
aktifator membutuhkan waktu untuk dapat bereaksi hingga pada akhirnya
mengeras. Setting time pada semen dipengaruhi oleh jenis semen dan jumlah air
yang dingunakan, sedangkan setting time pada abu terbang sangat dipengaruhi oleh
kelas abu terbang yang digunakan, jumlah perbandingan abu terbang dengan alkali
aktivator, dan juga dipengaruhi tingkat Molaritas alkali aktifator yang digunakan.
Pengertian dari penjelasan beton geopolymer tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pembuatan beton ini harus teliti dalam pemilihan
material, pencampuran material dan terutama dalam teknis atau proses pembuatan
sampel benda uji.
Alkali Aktifator
+ Air
Fly Ash
Binder
/Pasta
Beton
Geopolymer
Agregat Halus
& Kasar
15
3.3.1 Fly Ash
Berdasarkan SNI 03-6414-2002, fly ash atau abu terbang merupakan hasil
limbah pembakaran pada tungku pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk
halus, bundar dan bersifat pozolanik. Sedangkan ASTM C-618 mendefinisikan
sebagai butiran halus residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara.
Ukuran partikel fly ash dimulai kurang dari 1 µm (micrometer) hingga lebih
besar dari 100 µm, terdapat beberapa literatur menyebutkan ukuran 0.5 µm – 300
µm, dengan sebagian besar berukuran 20 µm. pada umumnya hanya sekitar 10 %
hingga 30% ukuran partikel fly ash yang lebih besar dari 50 µm. Luas permukaan
fly ash berkisar antara 300 m²/kg hingga 500 m²/kg, dengan batas bawah 200 m²/kg
dan batas atas 700 m²/kg. Berat jenis atau Specific Gravity (Gs) fly ash cukup
bervariasi, terdapat beberapa institusi yang memberikan rentang tersendiri, namun
umumnya rentang terbesar berkisar 1.6 – 3.1. Secara umum specific gravity
material fly ash berkisar antara 1.9 – 2.55. Massa jenis fly ash dalam kondisi kering
berkisar 540 – 860 kg/m³, dan dalam kondisi penggetaran alam kemasan pada
umum nya mempunyai massa jenis 1.120 – 1.500 kg/m³. Perbandingan ukuran
antara partikel semen, fly ash, dan silica fume berdasarkan foto Scanning Electron
Microscope dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 3.2 Perbandingan Ukuran Partikel Semen, Fly Ash, dan Silica
Fume
( Sumber : https://lauwtjunnji.weebly.com/fly-ash--overview.html)
16
Fly ash yang dapat digunakan untuk campuran pengganti sebagian semen dalam
beton diatur dalam ASTM (American Standard Testing Methods) nomor C 618
(Standard Spesification for Coal Fly Ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan
for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete).
Jenis batu bara dengan kualitas tertentu yang digunakan pada pembakaran,
serta tingkat optimalisasi proses pembakaran akan sangat mempengaruhi kadar
kandungan kimiawi pada fly ash. Terdapat 2 klasifikasi kelas fly ash berdasarkan
kandungannya seperti pada berikut ini.
1. Kelas F
a. Fly ash dengan kandungan CaO kurang dari 10% yang dihasilkan dari
pembakaran anthracite atau bitumen batubara (bitumminous).
b. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) lebih dari 70%.
c. Kadar Cao < 10%, batasan menurut ASTM menyatakan maksimal 20%,
sedangkan dalam Canadian Standard Association (CSA) dinyatakan
maksimal 8%.
d. Kadar karbon (C) berkisar antara 5% - 10%.
e. Fly ash kelas F tidak memiliki sifat cementious karena mengandung kalsium
tang rendah atau sering disebut low-calcium fly ash, dan hanya bersifat
pozolanic.
2. Kelas C
a. Mengandung CaO lebih dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite
atau sub-bitumen batubara (batubara muda / sub-bituminous).
b. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) lebih dari 50%.
c. Kadar CaO > 10%, ASTM menyatakan 20%, CSA menetapkan 8% - 20%
untuk tipe Cl dan diatas 20% untuk tipe CH.
d. Kadar karbon (C) sekitar 2%.
Fly ash kelas C disebut juga high-calcium fly ash karena mengandung CaO
yang cukup tinggi, sehingga memiliki sifat cementious dan juga pozolanic. Jika
terkena air atau kelembaban, akan terhidrasi dan dapat mengeras dalam waktu
sekitar 45 menit.
17
3.3.2 Alkali Aktivator
Dalam pembuatan beton geopolimer diperlukan alkali aktifavator yang
berfungsi mereaksikan kandungan kimia pada fly ash, sehingga pasta geopolimer
dapat mengikat agregat. Aktivator yang umumnya digunakan adalah Sodium
Hidroksida (NaOH) flakes seperti pada Gambar 3.3 dan Sodium Silikat (Na2SiO3).
Hardjito dkk. (2004) menyatakan “Sodium silikat berfungsi untuk mempercepat
reaksi polimerisasi, sedangkan natrium hidroksida berfungsi untuk mereaksikan
unsur-unsur Al dan Si yang terkandung dalam pasta, sehingga dapat menghasilkan
ikatan polimer yang kuat.”
Gambar 3. 3 NaOH (flakes)
Pada tahun 1999, Palomo menyimpulkan jenis alkali aktivator memiliki
peranan penting didalam proses polimerisasi. Sedangkan pada tahun 2000, Xu dan
Deventer melakukan suatu penelitian geopolimer terhadap enam belas mineral
aluminium alami – silicon, dan ditemukan bahwa pada umumnya NaOH lebih baik
dibandingkan dengan KOH. Molaritas adalah jumlah mol zat atau senyawa terlarut
dalam 1 liter larutan. Molaritas merupakan ukuran konsentrasi suatu larutan.
18
3.3.3 Agregat Halus
Persyaratan penggunaan agregat yang baik digunakan sebagai campuran
beton sudah diatur dalam Peraturan Beton Indonesia tahun 1989, pada pasal 3.3.1
dimana agregat harus memenuhi ketentuan dan persyaratan SII 0052-80 mengenai
“Mutu dan cara uji agregat beton”. Namun apabila tidak terdapat pada pembahasan
SII 0052-80, maka digunakan “specification for concrete agregates”, dan ketentuan
dan persyaratan ASTM C33. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil
desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah
batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm (SNI 03-2834-2000).
Persyaratan mutu agregat halus disusun sebagai berikut ini :
1. kadar lumpur (bagian butir sebesar 75 µm atau lolos ayakan no. 200), maksimum
sebesar 3% untuk beton yang mengalami abrasi, dan 5% untuk jenis beton lain
nya,
2. kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan, maksimum 3 %,
3. apabila tapak permuaan beton dinggap penting, kandungan arang dan ligni
maksimum sebesar 0,5%, sedangkan untu jenis lainnya 1,0%,
4. agegat halus bersih dari kotoran zat organik yang dapat merugikan beton.
3.3.4 Agregat Kasar
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 mm – 40 mm (SNI 03-2834-2000). Menurut PBI (1971),
persyaratan umum agregat kasar yang digunakan sebagai campuran beton adalah
sebagai berikut ini.
1. Agregat kasar berupa kerikil yang berasal dari batu-batuan alami, atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecah batu.
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Butir-
butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering).
19
4. Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang
reaktif alkali.
Sedangkan syarat mutu menurut ASTM C33 :
1. kadar lumpur yang terkandung dalam agregat kasar maksimum sebesar 1%,
2. susunan besar butir agregat kasar, untuk batuan yang memiliki bentuk pipih tidak
boleh melebihi 20% dari beratnya.
Untuk mengetahui karakteristik dari agregat dapat dilakukan dengan
melakukan pengujian seperti yang telah distandarkan berikut ini : analisa saringan,
berat jenis, air resapan, berat volume, kelembaban, dan kebersihan agregat terhadap
lumpur. Agregat kasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah agregat kasar yang
berasal dari batu pecah.
3.4 Proses Pembentukan Geopolimer
Pembentukan beton geopolimer membutuhkan cairan alkalin untuk
mereaksikan unsur silikat dan aluminat dalam material fly ash. Davidovits (1999)
menyatakan proses polimerisasi pada beton geopolimer meliputi reaksi kimia antara
larutan alkalin dengan mineral Si – Al, sehingga menghasilkan rantai polimerik 3
dimensi dan ikatan struktur Si – O – Al – O yang konsisten.
1. Alkalinasi dan pembentukan aluminat tetravalent pada salah satu sisi senyawa
sialat -Si-O-Al- (OH) 3-Na+. Pemodelan molekul reaksi kimia tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3. 4 Alkalinasi dan pembentukan Aluminat Tetravalen
2. Peleburan alkali dimulai dengan mereaksikan bahan dasar OH- pada atom
silikon, yang dengan demikian dapat memperpanjang rantai valensi dari
tetravalent menjadi penta-kovalen. Pemodelan molekul reaksi kimia tersebut
dapat dilihat pada Gambar 3.5.
20
Gambar 3. 5 Proses menjadi Pentavalen
3. Proses reaksi berikutnya dapat dijelaskan dengan pembelahan oksigen
siloksan dalam Si-O-Si melalui transfer elektron dari Si ke O, pembentukan
silanol Si-OH menengah pada satu sisi, dan siloxo dasar Si-O- di sisi lain.
Pemodelan molekul reaksi kimia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3. 6 Pembentukan Si – OH dan Siloxo dasar
4. Membentuk gugus silanol Si-OH lebih lanjut, serta mengisolasi molekul orto-
sialat sebagai bahan utama geopolimer. Pemodelan molekul reaksi kimia
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3. 7 Pembentukan gugus Silanol Si – OH
5. Siloxo Si-O- bereaksi dengan ion Na+ membentuk ikatan Si-O-Na.
Pemodelan molekul reaksi kimia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3. 8 Pembentukan ikatan Si – O – Na
21
6. Kondensasi antar molekul orto-sialate, kelompok Si-ONa reaktif, dan
aluminium hidroksil OH-Al dengan produksi NaOH, pembentukan struktur
cyclo-tri-sialate, pada kondisi tersebut senyawa NaOH dibebaskan dan
bereaksi lagi dan polikondensasi selanjutnya menjadi Na -poly (sialate)
kerangka nepheline. Pemodelan molekul reaksi kimia tersebut dapat dilihat
pada Gambar 3.9 (a).
Dengan adanya waterglass (Na- polysiloxonate) terjadi kondensasi antara
molekul di-siloxonate Q1 dan ortho-sialate, gugus Si-Ona reaktif, Si-OH dan
aluminium hydroxyl OH-Al- , penciptaan ortho-sialate -disilokso struktur
siklik, pada kondisi teresebut alkali NaOH dibebaskan dan bereaksi lagi.
Pemodelan molekul reaksi kimia tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.9 (b).
Gambar 3. 9 Proses kondensasi
7. Polikondensasi lebih lanjut ke dalam kerangka albit Na-poli (sialate-disiloxo)
dengan struktur rantai feldspar tipikal. Pemodelan molekul reaksi kimia
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.10.
(a)
(b)
22
Gambar 3. 10 Struktur rantai felspar
3.5 Perawatan Benda Uji
Menurut SNI 2493-2011, perawatan benda uji harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut ini.
1. Penutupan setelah penyelesaian, yaitu benda uji ditutup dengan bahan yang tidak
mudah menyerap air, tidak reaktif dan dapat menjaga kelembaban sampai saat
benda uji dilepas dari cetakan.
2. Perawatan untuk pemeriksaan proporsi campuran untuk kekuatan atau sebagai
dasar untuk penerimaan atau pengendalian mutu sebagai berikut ini :
a. Perawatan awal sesudah pencetakan dijelaskan sebagai berikut ini :
1) Benda uji harus disimpan dalam suhu antara 16 ºC sampai 27ºC dan dalam
lingkungan yang lembab selama 48 jam, harus terlindungi dari sinar
matahari langsung atau alat yang memancarkan panas,
2) Benda uji dilepas dari cetakan dan diberi perawatan standar,
3) Jika benda uji tidak akan diangkut selama 48 jam, cetakan harus dilepas
dalam waktu 24 jam ± 8 jam dan diberi perawatan standar sampai tiba
waktu pengangkutan.
b. Perawatan standar sebagai berikut ini :
1) Benda uji silinder diuraikan sebagai berikut ini :
a) Dalam waktu 30 menit sesudah dilepas dari cetakan, harus disimpan
dalam keadaan lembab pada suhu 23ºC ± 1,7ºC,
b) Tidak lebih dari 3 jam sebelum pengujian pada suhu antara 20ºC sampai
30ºC,
23
c) Benda uji tidak boleh terkena tetesan atau aliran air.
Penyimpanan benda uji dalam keadaan basah, yaitu dengan perendaman dalam air
kapur jenuh atau dengan ditutupi kain basah.
3.6 Karakteristik Pengujian Beton Geopolimer
Karakteristik pengujian beton geopolimer terbagi beberapa pengujian yang
dapat dilihat pada subbab berikut.
3.6.1 Slump
Nilai slump digunakan untuk pengukuran terhadap tingkat kelecekan suatu
adukan beton, yang berpengaruh pada tingkat pengerjaan beton (workability).
berikut ini gambar kerucut Abraham yang digunakan dapat dilihat Gambar 3.5.
Gambar 3. 11 Kerucut Abraham
Semakin besar nilai slump, maka beton semakin encer dan semakin mudah
untuk dikerjakan, sebaliknya semakin kecil nilai slump, maka beton akan semakin
kental dan semakin sulit untuk dikerjakan. Penetapan nilai slump dan slumpflow
untuk berbagai pengerjaan beton dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Penetapan nilai slump adukan beton (Tjokrodimuljo, 1992)
Pemakaian Beton
(berdasarkan Jenis Struktur yang Dibuat)
Nilai Slump (cm)
Maksimum Minimum
Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang 12,5 5
Fondasi telapak tidak bertulang, dan struktur dibawah
tanah 9 2,5
Plat, balok, kolom, dinding 15 7,5
Perkerasan jalan 7,5 5
Pembetonan massal (beton massa) 7,5 2,5
24
Tabel 3.2 Kriteria SCC menurut EFNARC
Metode pengujian Satuan Tipe jangkauan nilai
Minimal Maksimal
Slumpflow dengan kerucut Abrams mm 650 800
T50cm slumpflow detik 2 5
J-ring mm 0 10
V-funnel detik 6 12
L-box (h2/h1) 0,8 1,0
Sumber: EFNARC Specification and Guidelines for SCC (2002)
Tabel 3.3 Kriteria SCC menurut ASTM C 1611
Metode pengujian Satuan Tipe jangkauan nilai
Slumpflow dengan kerucut Abrams Inch / cm ≥ 20 inch / 50,8 cm
T50cm slumpflow detik 2 - 7
Visual stability index 1
3.6.2 Kuat Tekan
Menurut Mulyono (2006), kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk
menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu
dari sebuah struktur. Semakin tinggi kekuatan struktur dikehendaki, semakin tinggi
pula mutu beton yang dihasilkan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kuat
tekan beton dengan variasi umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Analogi
pengujian kuat tekan beton serta luasan tampang yang menerima gaya dapat dilihat
pada Gambar 3.6.
25
Gambar 3. 12 Pengujian kuat tekan beton
Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya kuat tekan beton
berdasarkan percobaan di laboratorium dapat dilihat pada persamaan (3.1) berikut
ini.
𝑓𝑐′ =𝑃
𝐴 (3.1)
Keterangan:
fc' = kuat tekan (MPa),
P = beban tekan (N), dan
A = luas penampang benda uji (mm2).
Menurut Dipohusodo (1996), beton akan mempunyai kuat tekan yang tinggi
jika tersusun dari bahan lokal yang berkualitas baik. Bahan penyusun beton yang
perlu mendapat perhatian adalah agregat, karena agregat mencapai 70-75% volume
beton. karena kekuatan agregat sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton, maka
hal-hal yang perlu diperhatikan pada agregat adalah sebagai berikut :
1. permukaan dan bentuk agregat,
2. gradasi agregat,
3. ukuran maksimum agregat.
26
3.6.3 Modulus Elastisitas Beton
Pengujian mengenai hubungan antara tegangan dan regangan pada beton
sangat diperlukan untuk dijadika acuan pada saat menganalisis atau merencanakan
suatu bagian struktur. Ketika suatu struktur menerima beban yang didukung nya
dan kemudian terjadi perubahan bentuk, namun kedua hal tersebut sangat
tergantung pada sifat tengangan dan regangan bahan yang digunakan.
Murdock dan Brook (1999) menyatakan bahwa tolak ukur yang umum dari
sifat elastisitas suatu bahan adalah modulus elastisitas, yang merupakan
perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk per-satuan
panjang, sebagai akibat dari tekanan yang diberikan itu. Wang dan Salmon (1994)
menyatakan berbeda dengan baja, maka modulus elastisitas beton dapat berubah
menurut kekuatan. Modulus elastisitas juga tergantung pada umur beton, sifat-sifat
dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji.
Pada penelitian ini nilai modulus elastisitas beton dihitung dengan metoda
analisi gradien pada grafik tegarang regangan beton. Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai modulus elastisitas hasil pengujian adalah berikut ini.
Modulus Elastisitas (Ec) = σ2−σ1
ε2−ε1 (3.2)
Keterangan:
Ec = modulus elastisitas beton (MPa).
σ2 = regangan pada saat tegangan tekan 0,4 tegangan tekan maksimum (MPa).
σ1 = tegangan tekan pada saat regangan sebesar 0,00005 (MPa).
Ɛ2 = regangan beton pada saat mencapai σ2.
Ɛ1 = nilai regangan sebesar 0,00005.
27
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tinjauan Umum
Metode penelitian adalah langkah-langkah umum atau metode yang
dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, fenomena, atau yang lain secara
ilmiah untuk memperoleh hasil yang rasional. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental di laboratorium. Studi eksperimental merupakan suatu metoda
penelitian untuk mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain
dalam suatu kondisi yang terkontrol. Tahapan pelaksanaan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Tahap persiapan, meliputi pengumpulan bahan dan material, pengecekan
kualitas bahan, dan pemeriksaan alat uji sehingga sesuai dengan standar yang
berlaku.
2. Tahap pembuatan benda uji, meliputi pembuatan alkali aktivator 1 hari sebelum
pengadukan adonan, pengecekan nilai slump, dan slump-flow, dan pembuatan
benda uji berbentuk silinder.
3. Tahap pengujian karakteristik benda uji, meliputi pengujian kuat tekan beton
pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28, serta menghitung modulus elastisitas
beton pada umur 28 hari.
4. Tahap pengumpulan data hasil pengujian pada beton dilaboraturium.
5. Tahap pengolahan data, meliputi analisis data hasil pengujian dan, penarikan
kesimpulan.
4.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan benda uji dapat dilihat sebagai
berikut ini.
1. Mixer/pengaduk beton, berfungsi untuk membuat adonan/campuran beton dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
28
Gambar 4.1 Mixer/Pengaduk Beton
2. Cetakan silinder beton, diameter 15 cm dan tinggi 30 cm berfungsi untuk
membuat benda uji kuat desak beton dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Cetakan Silinder Beton
3. Cangkul, sekop, cetok, ayakan, palu, tang, catut, dan peralatan lainnya.
4. Timbangan merk “OHAUS” dengan kapasitas 20 kg dapat dilihat pada Gambar
4.3.
29
Gambar 4.3 Timbangan
5. Kaliper, alat ini digunakan untuk mengukur dimensi dari benda uji silinder
beton sebelum dilakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik (belah) silinder
beton dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Kaliper
Peralatan yang digunakan dalam pengujian benda uji dapat dilihat sebagai
berikut ini.
1. Alat uji Vicat Cement, digunakan untuk mengetahui waktu ikat awal, dan waktu
ikat akhir pada pasta geopolimer, dapat dilihat pada gambar 4.5
2. Compression Testing Machine (CTM), tipe ADR 3000 dengan kapasitas 3000kN
merupakan alat uji yang digunakan untuk mengukur tekan dan tarik (belah) silinder
beton dapat dilihat pada Gambar 4.5.
30
Gambar 4.5 Mesin Uji Desak Tipe ADR 3000
4.3 Benda Uji
Sampel yang menjadi obyek penilitian merupakan beton dengan
menggunakan abu terbang sebagai pengganti semen secara keseluruhan yang di
reaksikan dengan alkali aktivator berupa campuran larutan NaOH 10 Molar dan
waterglass. Sampel beton menggunakan perbandingan antara agregat dan pasta
sebesar 75 : 25 dengan agregat kasar 75% dan agregat halus 25%. Pasta (binder)
menggunakan factor w/fa = 0.25, sedangkan perbandingan antara fly ash dengan
alkali aktivator sebesar 74 : 26. Variasi pada obyek penelitian merupakan
perbadingan Na2SiO3 : NaOH yaitu sebesar 1/2, 2/2, 3/2, 4/2, dan 5/2. Sampel
benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm, dan diameter 15 cm yang akan
diuji kuat tekan pada umur 7, 14, 21, 28 hari dan diuji modulus elastitas pada umur
28 hari.
4.4 Lokasi Penelitian
Pengujian benda uji silinder beton gepolimer dilakukan di Laboratorium
Bahan Konstruksi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Islam Indonesia untuk mengetahui pengujian karakteristik sampel uji beton
geopolimer.
31
4.5 Komposisi Campuran Beton dan Jumlah Benda Uji
Untuk dapat melaksanakan pembuatan sample beton geopolimer diperlukan
perhitungan mengenai jumlah bahan yang digunakan pada setiap satu silinder nya
berdasarkan perbandingan massa yang digunakan. Mengadopsi dari penelitian
sebelumnya dengan perbandingan antara agregat dengan mortar sebesar 75:25
membutuhkan fly ash sebanyak 444 kg per 1m3. Komposisi tersebut dapat dilihat
pada Gambar 4.6, dan Tabel 4.2 berikut.
Gambar 4.6 Perbandingan Komposisi Bahan
Kasar Halus
2 1
Na2SiO3 NaOH
1 2
0.33333333 0.66667
2 2
0.5 0.5
3 2
0.6 0.4
4 2
0.66666667 0.33333
5 2
0.71428571 0.28571
Binder 25%
Alkali Aktivator 26%Fly Ash 74%
w/fa 0,25
Beton Geopolymer
Agregat 75%
32
Berdasarkan jumlah kebutuhan fly ash sebanyak 444kg/m3 , dapat dilakukan
perhitungan jumlah kebutuhan bahan untuk 1 silinder.
Volume silinder = πr2 x H
= π x 0,0075 m x 0,0075 m x 0,3 m
= 0,0053036 m3
Fly ash 1 silinder = 444 kg/m3 x V silinder
= 444 kg/m3 x 0,0053036 m3
=2,356 kg
Pada perhitungan diatas didapat jumlah kebutuhan fly ash untuk 1 silinder
sebanyak 2,356 kg. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dilakukan perhitungan
jumlah kebutuhan air, agregat, Na2SiO3 , dan NaOH. Contoh perhitungan jumlah
kebutuhan bahan dengan konsentrasi larutan NaOH sebesar 10 M pada kombinasi
perbandingan Na2SiO3/NaOH = ½ berdasarkan perbandingan komposisi diatas
adalah sebagai berikut ini.
a. Jumlah air 1 silinder :
0,25 = W
𝐹𝐴
W = FA x 0,25
= 0,589 kg
= 0,589 L
b. Jumlah NaOH 10M :
Molar = 𝑊(𝑔𝑟)
𝑀𝑟 𝑥
1000
𝑉(𝑚𝑙)
𝑊(𝑔𝑟) = 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 𝑉(𝑚𝑙)
1000
= 10 𝑥 40 𝑥 589
1000
𝑊(𝑔𝑟) = 235 gr
c. Kebutuhan water glass :
Wwg = 0,5 x WNaOH
= 0,5 x 0,235 kg
33
= 0,118 kg
d. Jumlah agregat kasar :
Agregat kasar = ( 66,67% x 75% ) x WTot
= ( 66,67% x 75% ) x 12,729 kg
= 6,3643 kg
e. Jumlah agregat halus :
Agregat halus = ( 33,33% x 75% ) x WTot
= ( 33,33% x 75% ) x 12,729 kg
= 3,1821 kg
Besdasarkan contoh perhitungan diatas dilakukan perhitungan dengan
metoda yang sama pada semua kombinasi. Rekapitulasi perhitungan dapat dilihat
pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.1 Jumlah komposisi bahan per silinder
Beton Perbandingan
Aktivator
Na2sio3 NaOH Ag
Halus
Ag
Kasar FA air
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) ml
75 : 25
1/2 0,118 0,235 3,182 6,364 2,355 0,5887
2/2 0,235 0,235 3,182 6,364 2,355 0,5887
3/2 0,353 0,235 3,182 6,364 2,355 0,5887
4/2 0,471 0,235 3,182 6,364 2,355 0,5887
5/2 0,589 0,235 3,182 6,364 2,355 0,5887
Total 1,766 1,177 15,9107 31,8214 11,7739 2943,48
Tabel 4.2 Jumlah komposisi bahan total
Beton Perbandingan
Aktivator
Na2sio3 NaoH Ag
Kalus
Ag
Kasar FA air
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) ml
75 : 25
1/2 1,41287 2,82574 38,1857 76,3714 28,2574 7,06436
2/2 2,82574 2,82574 38,1857 76,3714 28,2574 7,06436
3/2 4,23861 2,82574 38,1857 76,3714 28,2574 7,06436
4/2 5,65149 2,82574 38,1857 76,3714 28,2574 7,06436
5/2 7,06436 2,82574 38,1857 76,3714 28,2574 7,06436
Total 21,1931 14,1287 190,929 381,857 141,287 35,3218
34
Setelah diketahui komposisi beton geopolimer yang digunakan, maka dapat
ditentukan jumlah benda uji yang diguakan dalam pengujian. Menurut SNI-1991,
ketentuan jumlah benda uji sebagai berikut ini.
1. Banyaknya benda uji minimum 3 buah untuk setiap jenis (umur dan kondisi
pengujian).
2. Bila sampel benda uji mencakup variabel yang ditentukan dibuat 3 kali, maka
adukan terpisah dari berbagai umur dan pengujian.
3. Umur kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 7, 14, 21 dan 28 hari.
Pada pengujian ini sampel di uji pada umur beton 7, 14, 21, dan 28 hari dengan
5 variasi perbandingan kadar alkali aktivator, dan setiap 1 variasi dibuat dalam 3
sampel dengan jumlah total 60 sampel. Beton dengan perbandingan Na2SiO3 :
NaOH = 1 : 2 disebut dengan GP-0,5, beton dengan perbandingan Na2SiO3 : NaOH
= 2 : 2 disebut dengan GP-1 dan seterusnya dengan mengacu pada Gambar 4.6.
Kodefikasi pembuatan benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.3 Jumlah benda uji
Kode Benda Uji Umur Beton
Total 7 14 21 28
GP-0,5 3 3 3 3 12
GP-1 3 3 3 3 12
GP-1,5 3 3 3 3 12
GP-2 3 3 3 3 12
GP-2,5 3 3 3 3 12
4.6 Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan pada penelitian ini dimulai dari pengumpulan bahan dan
material, pemeriksaan kualitas bahan dan material, pembuatan benda uji dan
penyiapan alat pengujian, hingga tehap pengujian sampel beton. Pengujian
kandungan kimia pada fly ash dilaksanakan diLaboratorium Balai Konservasi
Borobudur.
35
4.6.1 Pembuatan Benda Uji
Sebelum melaksanakan pembuatan benda uji, dilakukan pengujian analisis
saringan, berat jenis, air resapan, berat volume, kelembapan, dan kadar lumpur pada
material pasir dan kerikil.
Dikarenakan belum terdapat panduan mix design untuk beton geopolimer
pada SNI, maka perencanaan campuran beton mengadopsi dari penelitian
sebelumnya murni menggunakan perbandingan massa pada material, dengan tujuan
mendapatkan komposisi yang menghasilkan kualitas kuat tekan beton maksimum.
Komposisi mix design lebih disederhanakan dengan menentukan variabel yang
tetap dan variabel yang berubah, dapat dilihat berikut ini.
1. Variabel bebas, sebagai berikut :
a. Na2SiO3.
2. Variabel terikat, sebagai berikut :
a. Pasir,
b. Kerikil,
c. Air.
d. Fly ash.
e. NaOH.
Pada penelitian ini digunakan benda uji dengan bentuk silinder berdiameter
150 mm dengan tinggi 300 mm. Tahap pembuatan benda uji adalah sebagai berikut.
1. Membuat larutan NaOH 10M, dengan mencampurkan NaOH dalam bentuk
flake, dengan aquades atau air. Dikarenakan proses ini menghasilkan panas
yang cukup tinggi, maka proses pembuatan larutan NaOH dilaksanakan 1 hari
sebelum proses pengcoran agar larutan dingin terlebih dahulu.
2. Setelah larutan NaOH siap digunakan, kemudian dilanjutkan dengan
membuat larutan alkali aktivator dengan mencampurkan larutan NaOH
dengan Na2SiO3.
3. Menyiapkan agregat halus, agregat kasar, serta fly ash.
4. Menyiapkan alat – alat yang diperlukan dalam pengecoran.
5. Memasukan agregat kasar kedalam mixer.
36
6. Memasukkan fly ash kedalam mixer, tunggu hingga adukan merata.
7. Memasukkan larutan alkali aktivator, aduk hingga merata.
8. Masukkan agregat halus.
9. Setelah pengadukan selesai, dilakukan pengujian slump test, dan slump flow.
10. Mencetak benda uji dilakukan setelah semua tes beton segar memenuhi
persyaratan.
11. Mendiamkan beton geopolimer dalam cetakan hingga 24 jam, kemudian
membongkar cetakan.
12. Perawatan beton SCC sama seperti beton normal, yaitu dengan cara
merendam benda uji sampai sesuai umur yang ditentukan dilaksanakan uji
kuat tekan dan modulus elastisitas. Perendaman ini dilakukan untuk
menghindari pengaruh cuaca terhadap proses pengerasan beton, yang
tentunya dapat mempengaruhi kekuatan beton.
Kerangka mekanisme pembuatan beton geopolimer dapat dilihat pada Gambar 4.7
berikut ini.
37
Gambar 4. 7 Flow chart pembuatan beton geopolymer
Mulai
Pembuatan Alkali Aktifator
Mencampur kerikil & fly ash
didalam mixer
NaOH + H2O
Larutan NaOH 10M
Larutan NaOH 10M + Na2SiO3
Larutan Alkali Aktivator
Mencampur Alkali Aktivator kedalam mixer
Masukkan pasir kedalam mixer
Beton Geopolymer
Selesai
38
4.6.2 Pengujian
5. 1 Uji kuat tekan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dan pengaruh
perbandingan alkali aktivator yang dingunakan terhadap benda uji yang dibuat.
Pengujian dilakukan pada umur 7, 14, 21, dan 28 hari setalah pengecoran. Langkah
– langkah pengujian adalah sebagai berikut.
a. Sehari sebelum pengujian, benda uji dikeluarkan dari bak perendam.
b. Sebelum diuji, benda uji dijemur atau diangin-anginkan guna
mengeringkan benda uji.
c. Benda uji ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat benda uji.
d. Benda uji diletakkan pada mesin uji tekan compression testing machine
(CTM). Kemudian Benda uji diuji sampai pecah dan dilakukan peninjauan
kekuatan tekan.
e. Kemudian dilakukan perhitungan seperti pada rumus (3.1).
5. 2 Menghitung modulus elastisitas beton
Murdock dan Brook (1999) menyatakan tolak ukur yang umum dari sifat
elastisitas suatu bahan adalah modulus elastisitas, yang merupakan perbandingan
dari tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk per-satuan panjang, sebagai
akibat dari tekanan yang diberikan itu.. Untuk rumus perhitungannya ada pada
rumus (3.2).
39
Gambar 4. 8 Flow chart penelitian beton geopolimer
Mulai
Pembuatan Alkali Aktifator
Perancangan Campuran Beton
Persiapan Bahan
Pengujian Kualitas Material
Agregat
1. Berat Jenis & Peny Air
2. Berat Isi
3. Analisis Gradasi
4. Kadar air & lumpur
Standar
Ya
Tidak
A
40
Gambar 4. 9 Flow chart penelitian beton geopolimer (lanjutan)
Kesimpulan dan Saran
Hasil dan Pembahasan
Pembuatan Beton
Analisis Data
Slump Test Setting Time Berat Isi Beton
Perawatan Benda Uji
Pengujian Kuat Tekan
dan Modulus Elastisitas
Selesai
A
41
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian yang dilakukan sebelum pengecoran meliputi pengujian material
penyusun beton antara lain pengujian agregat halus, agregat kasar, dan pengujian
kandungan kimia pada abu terbang. Hasil penelitian setelah proses pengecoran
adalah konversi kuat tekan dengan variasi umur, modulus elastisitas beton.
5. 1 Pengujian Agregat Halus
5.2.1 Berat Jenis dan Penyerapan Air
Pengujian berat jenis dan penyerapan air ini bertujuan untuk mendapatkan
berat jenis curah, berat jenis kering muka (SSD), berat jenis semu, dan angka
penyerapan air pada agregat halus. Hasil analisis dari sampel pengujian berat jenis
dan penyerapan air dapat dilihat pada Tabel 5.1 (Hasil pengujian lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 2).
Tabel 5. 1 Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
No.
Uraian Sampel 1 Sampel 2 Rerata
1. Berat Jenis Curah 2,60 2,64 2,62
2. Berat Jenis Kering Permukaan 2,62 2,68 2,65
3. Berat Jenis Semu 2,82 2,76 2,79
4. Penyerapan Air (%) 9,73 9,64 9,68
Hasil pengujian dan penyerapan air pada agregat halus ini, di peroleh berat
jenis curah rerata sebesar 2,62; berat jenis kering permukaan (SSD) sebesar 2,65;
berat jenis semu sebesar 2,79. Berdasarkan pengujian penyerapan air pada agregat
halus didapatkan presentase penyerapan air sebesar 9,68%. Dari hasil pengujian
berat jenis tersebut, berat jenis yang dihasilkan adalah berat jenis kering permukaan
sebesar 2,65, angka tersebut memenuhi persyaratan karena berada diantara berat
jenis normal agregat halus 2,5 – 2,7.
42
5.2.2 Modulus Halus Butir
Pengujian analisa saringan bertujuan untuk mengklasifikasikan agregat halus
berdasarkan kekasasaran butirannya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
saringan berukuran 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm; dan
pan.
Tabel 5.2 Hasil pengujian analisa saringan agregat halus
No.
Lubang Ayakan (mm)
Berat Tertinggal
(gram)
Berat Tertinggal
(%)
Berat Tertinggal Kumulatif
(%)
Persen Lolos
Kumulatif (%)
1, 10 0 0 0 100
2, 4,80 24 1,202 1,202 98,798
3, 2,40 147 7,361 8,563 91,437
4, 1,20 232,5 11,643 20,206 79,794
5, 0,60 426,78 21,371 41,577 58,423
6, 0,30 726,5 36,380 77,957 22,043
7, 0,15 360,2 18,037 95,994 4,006
8, Sisa 80 4,006 100,000 0,000
9, Jumlah 1996,98 345,498
Berdasarkan dari Tabel 5.2, maka dapat dihitung nilai modulus halus butir
sebagai berikut:
Modulus Halus Butir (MHB) = 345,498
100= 3,4598%
Nilai MHB didapat sebesar 3,4598%, sesuai dengan syarat (SNI 03-1750-
1990) modulus halus butir yaitu 1,5 – 3,8%, Agregat ini termasuk jenis agregat yang
memiliki butir cukup kasar, sehingga baik digunakan untuk pencampuran beton,
Oleh karena itu, agregat ini cukup baik dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
sebelumnya,
Hasil pengujian tersebut dijadikan pedoman dalam menentukan daerah
gradasi agregar halus, Hasil pengujian analisa saringan agregat halus masuk ke
43
dalam Gradasi daerah II yang dapat dilihat dari sebuah grafik pada Gambar 5.1
berikut ini,
Gambar 5.1 Gradasi agregat halus
5.2.3 Berat Volume
Pengujian berat volume agregat halus dilakukan dalam 2 kondisi, kondisi
gembur dan kondisi padat, Data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabe 5.3 dan
Tabel 5.4,
Tabel 5.3 Hasil pengujian berat volume gembur agregt halus
No, Uraian Hasil Pengamatan
1, Berat tabung (W1), gram 10601
2, Berat tabung + agregat kering tungku (W2), gram 17540
3, Berat Agregat, (W3), gram 6939
4, Volume Tabung (V), cm3 5301,437
5, Berat Volume Gembur = W3 / V , gram/cm3 1,308
Tabel 5.4 Hasil pengujian berat volume padat agregt halus
No, Uraian Hasil Pengamatan
1, Berat tabung (W1), gram 10865
2, Berat tabung + agregat kering tungku (W2), gram 19840
3, Berat Agregat, (W3) gram 8975
4, Volume Tabung (V), cm3 5301,437
5, Berat Volume Padat = W3 / V , gram/ cm3 1,692
10, 100
4.8, 98.798
2.4, 91.437
1.2, 79.794
0.6, 58.423
0.3, 22.043
0.15, 4.0060
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
Ko
mula
tif
Lo
los
Ayak
an (
%)
Lubang ayakan (mm)
Hasil Pengamatan
Batas Atas
Batas bawah
44
Dari Tabel 5.3 dan Tabel 5.4 didapat berat volume agregat halus dalam
kondisi gembur dan padat, masing-masing adalah 1,308 gr/cm3 dan 1,692 gr/cm3.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa selisih antara berat volume gembur dan berat
volume padat adalah sebesar 0,281 gr/cm3. Berat volume dapat digunakan untuk
mempermudah perhitungan campuran beton jika dilakukan penimbangan agregat
dengan ukuran volume dan dapat digunakan sebagai perhitungan pada saat
pembelian material. Semakin kecil selisih berat volume padat dan volume gembur
yang didapat, berarti semakin baik gradasi agregat tersebut,
5.2.4 Kadar Lumpur
Data pengujian hasil pengujian kandungan lumpur yang terdapat pada agregat
halus dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini,
Tabel 5.5 Hasil pengujian kadar lumpur agregat halus
Uraian
Hasil Pengamatan
No. sampel 1 Sampel 2
1. Cawan (W1), gram 162,5 77,2
2. Berat Pasir kering mutlak (W2), gram 500 500
3. Berat Pasir setelah dicuci dan dioven lagi, (W3) gram 639,1 554,9
4. Berat Lumpur (W4) 23,4 22,3
5. Kadar Lumpur % 4,68 4,46
6. Kadar Lumpur rata - rata % 4,57
Dari Tabel 5.5 di atas, kandungan lumpur pada pasir didapatkan sebesar
4,57%. Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982 (PUBI-
1982) pasir yang bisa digunakan untuk bahan bangunan jika kandungan lumpurnya
tidak lebih dari 5% (lima persen). Pasir dapat langsung digunakan namun pada
penelitian ini pasir tetap dicuci sebelum dipakai.
5. 2 Pengujian Agregat Kasar
5.2.1 Berat Jenis dan Penyerapan Air
Pengujian berat jenis dan penyerapan air ini bertujuan untuk mendapatkan
berat jenis curah, berat jenis kering muka (SSD), berat jenis semu, dan angka
penyerapan air pada agregat kasar, Hasil analisis dari sampel pengujian berat jenis
dan penyerapan air dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini,
45
Tabel 5.6 Hasil penguian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
No, Uraian Sampel
1
Sampel
2
Rerata
1, Berat Jenis Curah 2,624 2,597 2,611
2, Berat Jenis Kering Permukaan 2,668 2,653 2,660
3, Berat Jenis Semu 2,744 2,750 2,747
4, Penyerapan Air (%) 1,667 2,145 1,906
Tabel 5.6 menunjukkan hasil analisis pengujian berat jenis dan penyerapan
pada agregat kasar, yaitu diperoleh berat jenis curah rerata sebesar 2,611; berat jenis
kering permukaan sebesar 2,66; berat jenis semu sebesar 2,747. Berdasarkan
pengujian penyerapan air pada agregat kasar didapatkan persentase penyerapan air
sebesar 1,9%. Dari hasil pengujian berat jenis di atas, berat jenis yang didapat
adalah berat jenis kering permukaan sebesar 2,66, angka tersebut memenuhi
persyaratan karena berada diantara berat jenis normal agregat halus 2,5 – 2,7.
5.2.2 Modulus Halus Butir
Pengujian analisa saringan bertujuan untuk mengklasifikasikan agregat kasar
berdasarkan kekasaran butirnya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
saringan berukuran 38 mm; 19 mm; 9,6 mm; 4,8 mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,6 mm;
0,3 mm; 0,15 mm; dan pan,
46
Tabel 5. 2 Hasil pengujian analisa saringan agregat kasar
No.
Lubang
Ayakan
(mm)
Berat
Tertinggal
(gram)
Berat
Tertinggal
(%)
Berat
Tertinggal
Kumulatif
(%)
Persen
Lolos
Kumulatif
(%)
1, 40 0 0 0 100
2, 20 3178 63,560 63,560 36,440
3, 10 1520 30,400 93,960 6,040
4, 4,8 279 5,580 99,540 0,460
5, 2,4 2 0,040 99,580 0,420
6, 1,2 0 0,000 99,580 0,420
7, 0,6 0 0,000 99,580 0,420
8, 0,3 0 0,000 99,580 0,420
9, 0,15 0 0,000 99,580 0,420
10, sisa 21 0,420 100,000 0,000
11, Jumlah 5000 754,96 -
Berdasarkan Tabel 5.7, maka dapat dihitung nilai modulus halus butir
sebagai berikut:
Modulus Halus Butir (MHB) = 754,96
100= 7,549%
Modulus halus butir agregat kasar yang didapat adalah sebesar 7,549%.
Hasil tersebut menunjukan agreagt kasar yang digunakan memiliki butir cukup
besar, dengan nilai MHB agregat kasar pada umumnya adalah 3,8 – 8%.
Hasil pengujian tersebut dijadikan pedoman untuk menentukan daerah
gradasi agregat kasar. Gradasi yang dihasilkan dari pengujian modulus halus butir
agregat kasar berada pada daerah II yaitu gradasi dengan ukuran maksimum 40 mm,
dan grafik hubungan antara persentase lolos komulatif dengan lubang ayakan dapat
dilihat pada Gambar 5.2 berikut,
47
Gambar 5. 2 Gradasi agregat kasar
Hasil pengujian menunjukan terjadinya keseragaman agregat dimana agregat
memiliki besar butiran yang hampir sama dengan ukuran >20 mm sebanyak 63%
dan persentase lolos ayakan 36,4%, dan ukuran >10 mm sebanyak 30,4% dengan
persentase lolos ayakan hanya 6,04 %. Hal tersebut menyebabkan grafik hasil
pengamatan pada lubang ayakan 10 mm keluar dari batas bawahnya yaitu sebesar
10%.
5.2.3 Berat Volume
Pengujian berat volume agregat kasar dilakukan dalam 2 kondisi, kondisi
gembur dan kondisi padat, Data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.8 dan
Tabel 5.9,
Tabel 5.8 Hasil pengujian berat volume gembur agregat kasar
No. Uraian Hasil Pengamatan
1. Berat tabung (W1), gram 10801
2. Berat tabung + agregat kering tungku (W2), gram 17580
3. Berat Agregat, (W3) gram 6779
4. Volume Tabung (V) 5301,437
5. Berat Volume Gembur = W3 / V , gram/cm3 1,279
40, 100
20, 36.440
10, 6.040
4.8, 0.460
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40
Ko
mula
tif
Lo
los
Ayak
an (
%)
Lubang ayakan (mm)
Hasil Pengamatan
Batas Atas
Batas Bawah
48
Tabel 5.9 Hasil pengujian berat volume padat agregat kasar
Uraian Hasil Pengamatan
No.
1. Berat tabung (W1), gram 10801
2. Berat tbaung + agregat kering tungku (W2), gram 18380
3. Berat Agregat, (W3) gram 7579
4. Volume Tabung (V), cm3 5301,437
5. Berat Volume Padat = W3 / V , gram/cm3 1,430
Dari Tabel 5.8 dan Tabel 5.9 didapat berat volume agregat kasar dalam
kondisi gembur dan padat, masing-masing adalah adalah 1,279 gr/cm3 dan 1,430
gr/cm3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa selisih antara berat volume gembur dan
berat volume padat adalah sebesar 0,151 gr/cm3. Berat volume agregat kasar dapat
digunakan sebagai acuan pada perencanaan campuran beton, dan acuan pada
perhitungan berat bolume beton.
5. 3 Pengujian Abu Terbang
Abu terbang diuji dengan metoda X-Ray Flourescence untuk mengetahui
presentase komposisi zat kimia yang terkandung, Pengujian ini bertujuan untuk
menentukan tipe kelas abu terbang, Pengujian dilakukan pada Laboraturium Balai
Konservasi Borobudur. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dan diambil rerata
nya. Abu terang yang digunakan dapat dilihat pada lampiran Gambar L-3.1 Abu
terbang (fly ash). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini,
49
Tabel 5.10 Hasil uji X-Ray Flourescence
Kimia Hasil Analisis (%)
Rerata (%) 1 2 3
SiO2 40,87 41,84 40,59 41,10
Al2O3 18,51 18,70 18,38 18,53
Fe2O3 13,65 13,73 13,73 13,70
CaO 7,46 7,66 7,53 7,55
MgO 2,52 3,63 ND 3,08
K2O 2,50 2,55 2,55 2,53
P2O5 0,12 0,14 0,12 0,13
TiO2 0,86 0,85 0,91 0,87
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.10 abu terbang mengandung SiO2
sebanyak 41,1%, Al2O3 sebanyak 18,53%, Fe2O3 sebanyak 13,7%, serta CaO
sebanyak 7,55%. Berdasarkan pengujian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
abu terbang termasuk dalam kelas F karena jumlah SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 sebanyak
73,33% > 70%, dan CaO 7,55% < 10% meurut ASTM C 618.
5. 4 Pengujian Slump
Pengujian slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan
(workability) dari campuran beton segar. Pada penelitian ini tidak terdapat nilai
slump rencana. Beton segar memiliki tingkat kekentalan berbeda yang dipengaruhi
oleh jumlah Na2SiO3 yang digunakan, Perbedaan nilai slump yang didapat sangat
signifikan. Beton dengan komposisi 5:2, 4:2, dan 3:2 cenderung bersifat lebih cair
dengan nilai Slumpflow diukur pada saat campuran berhenti mengalir namun tetap
memiliki sifat lengket, serta cepat mengeras. Hasil pengujian nilai slump dapat
dilihat pada Tabel 5.11, dan Gambar 5.3 berikut ini.
Tabel 5.11 Hasil pengujian nilai slump dan slump flow
No. Benda uji Slump Flow (cm) Slump (cm)
1. GP-2,5 59 24,1
2. GP-2,0 54,3 -
3. GP-1,5 47,5 20,4
4. GP-1,0 - 18
5. GP-0,5 - 14
50
Gambar 5. 3 Nilai slump dan slump flow beton segar
Hasil pengujian nilai slump, dan slump flow menunjukan beton geopolimer
cenderung memiliki workability yang cukup tinggi berdasarkan angka hasil
pengujian dan teori, Namun berdasarkan kondisi pada saat pengerjaan, beton
dengan nilai slump flow paling tinggi tetap memiliki sifat kental dan lengket,
Semakin sedikit kadar Na2SiO3 yang digunakan, semakin meningkat kekentalan
dan sifat lengket pada beton segar. Hasil pengujian tersebut tidak memenuhi kriteria
beton SCC menurut EFNARC, namun masuk dalam kriteria beton SCC menurut
ASTM C 1611.
5. 5 Berat Volume Beton
Benda uji beton dikeluarkan dari perendaman 1 hari sebeum diuji, didiamkan
selama 24 jam dan ditimbang sesaat sebelum diuji. Hasil pengujian berat volume
beton dibandingkan dengan berat volume pada perencanaan dan dilihat selisih nya,
Hasil pengujian berat volume beton dapat dilihat pada Tabel 5.12 dan Gambar 5.4
berikut ini,
59
54
48
24.1
20.418
14
0
10
20
30
40
50
60
70
GP-2.5 GP-2.0 GP-1.5 GP-1.0 GP-0.5
Slu
mp
(cm
)
Slump Flow Slump
51
Tabel 5.12 Hasil pengujian berat volume beton
No. Benda uji Berat volume beton (kg/m3)
Selisih (kg/m3) Aktual Rencana
1 GP-0,5 2555,11 2422,575 132,54
2 GP-1,0 2558,06 2444,784 113,28
3 GP-1,5 2552,74 2466,993 85,75
4 GP-2,0 2498,98 2489,201 9,78
5 GP-2,5 2469,34 2511,410 -42,07
Gambar 5. 4 Perbandingan berat volume beton nyata dan rencana
Hasil pengujian menunjukan bahwa berat volume beton cenderung menurun
dari GP-0,5 hingga GP-2,5, namun sempat meningkat pada GP-1,0. Beton dengan
berat volume paling besar didapat pada variasi GP-1,0 yaitu sebesar 2558,06 kg/m3,
dan berat volume paling kecil didapat pada variasi GP-2,5 yaitu sebesar 469,34
kg/m3.
5. 6 Kuat Tekan Beton
Sampel beton diuji kuat tekan pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari
pada setiap kombinasi. Berdasarkan hasil pengujian tersebut didapat angka
konversi kuat tekan berdasarkan umur beton, serta komposisi terbaik yang dapat
memberikan kuat tekan maksimum.
2,5552,558
2,553
2,499
2,469
2422.575
2444.7842466.993
2489.201
2511.410
2350
2400
2450
2500
2550
2600
GP-0.5 GP-1.0 GP-1.5 GP-2.0 GP-2.5
Ber
at V
olu
me
(kg/m
3)
Wc aktual Wc rencana
52
5.6.1 Perbandingan Alkali Aktivator 0,5
Perbandingan komposisi alkali aktivator sebesar 1 : 2 dengan NaoH sebanyak
0,235 kg, dan Na2SiO3 sebanyak 0,118 kg, dengan nilai Slump 14 cm. Hasil
pengujian kuat tekan dapat dilihat padaTabel 5.13 berikut ini,
Tabel 5.13 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Perbandingan 0,5
No. Benda Uji Umur f 'c
Rerata (MPa)
1 GP-0,5/7/1
7
1,243
1,230 2 GP-0,5/7/2 1,065
3 GP-0,5/7/3 1,381
4 GP-0,5/14/1
14
5,043
5,798 5 GP-0,5/14/2 6,079
6 GP-0,5/14/3 6,271
7 GP-0,5/21/1
21
8,941
8,621 8 GP-0,5/21/2 8,658
9 GP-0,5/21/3 8,263
10 GP-0,5/28/1
28
9,873
9,203 11 GP-0,5/28/2 9,202
12 GP-0,5/28/3 8,533
Gambar 5. 5 Peningkatan Kuat Tekan Beton Perbandingan 0,5
Hasil pengujian menunjukan komposisi tersebut hanya dapat memberikan
kuat tekan yang sangat kecil. Pada umur 7 hari didapat kuat tekan rerata sebesar
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
7 14 21 28
Ku
at
Tek
an
(M
Pa
)
Umur Beton (hari)
f 'c
53
1,229 MPa; pada umur 14 hari sebesar 5,797 MPa; pada umur 21 hari sebesar 8,621
MPa; dan pada umur 28 hari sebesar 9,203 MPa.
Hasil pengujian tersebut memperlihatkan peningkatan kuat tekan beton pada
tiap minggunya, pada umur 7 hari kuat tekan beton berkisar 13,365% ; pada umur
14 hari mencapai 63%; pada umur 21 hari sekitar 93,678% dari umur 100% pada
umur 28 hari.
5.6.2 Perbandingan Alkali Aktivator 1
Perbandingan komposisi alkali aktivator sebesar 2 : 2 dengan Na2SiO3
sebanyak 0,235 kg, dan NaoH sebanyak 0,235 kg pada setiap silinder, dengan nilai
Slump 18 cm. Hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Tabel 5.14 dan Gambar
5.6 berikut ini.
Tabel 5.14 Hasil pengujian kuat tekan beton perbandingan 1
No, Benda Uji Umur f 'c
Rerata (MPa)
1 GP-1/7/1
7
5,832
4,514 2 GP-1/7/2 4,884
3 GP-1/7/3 2,826
4 GP-1/14/1
14
8,271
12,915 5 GP-1/14/2 1,627
6 GP-1/14/3 1,846
7 GP-1/21/1
21
1,695
13,355 8 GP-1/21/2 14,404
9 GP-1/21/3 14,965
10 GP-1/28/1
28
16,655
19,670 11 GP-1/28/2 14,407
12 GP-1/28/3 27,949
54
Gambar 5. 6 Peningkatan Kuat Tekan Beton Perbandingan 1
Hasil pengujian menunjukan kuat tekan pada komposisi tersebut mengalami
pengingkatan dari komposisi sebelumnya. Pada umur 7 hari didapat kuat tekan
rerata sebesar 4,514 MPa; pada umur 14 hari sebesar 12,915 MPa; pada umur 21
hari sebesar 13,355 MPa; dan pada umur 28 hari sebesar 19,67 MPa.
Hasil pengujian tersebut memperlihatkan peningkatan kuat tekan beton pada
tiap minggunya, pada umur 7 hari kuat tekan beton berkisar 22,949% ; pada umur
14 hari mencapai 65,656%; pada umur 21 hari sekitar 67,893% dari umur 100%
pada umur 28 hari.
5.6.3 Perbandingan Alkali Aktivator 1,5
Perbandingan komposisi alkali aktivator sebesar 3 : 2 dengan Na2SiO3
sebanyak 0,353 kg, dan NaOH sebanyak 0,235 kg dengan nilai slump 20,4 cm, dan
slump flow 47,5 cm, foto dokumentasi dapat dilihat pada lampiran Gambar L-3.9
hingga Gambar L-3.11 Slumpflow GP-1,5. Hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat
pada Tabel 5.15 dan Gambar 5.7 berikut ini.
0
5
10
15
20
25
7 14 21 28
Ku
at
Tek
an
(M
Pa
)
Umur Beton (hari)
f 'c
55
Tabel 5.15 Hasil pengujian kuat tekan beton perbandingan 1,5
No. Benda Uji Umur f 'c
Rerata (MPa)
1 GP-1,5/7/1
7
13,741
14,754 2 GP-1,5/7/2 15,002
3 GP-1,5/7/3 15,519
4 GP-1,5/14/1
14
27,336
24,646 5 GP-1,5/14/2 25,858
6 GP-1,5/14/3 20,744
7 GP-1,5/21/1
21
33,705
34,158 8 GP-1,5/21/2 36,923
9 GP-1,5/21/3 31,845
10 GP-1,5/28/1
28
34,898
34,796 11 GP-1,5/28/2 38,890
12 GP-1,5/28/3 30,599
Gambar 5. 7 Peningkatan kuat tekan beton perbandingan 1,5
Hasil pengujian menunjukan peningkatan yang signifikan dibandingkan
degan komposisi sebelum nya. Pada umur 7 hari didapat kuat tekan rerata sebesar
14,754 MPa; pada umur 14 hari sebesar 24,646 MPa; pada umur 21 hari sebesar
34,158 MPa; dan pada umur 28 hari sebesar 34,796 MPa.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
7 14 21 28
Ku
at
Tek
an
(M
Pa
)
Umur Beton (hari)
f 'c
56
Hasil pengujian tersebut memperlihatkan peningkatan kuat tekan beton pada
tiap minggunya, pada umur 7 hari kuat tekan beton berkisar 42,402% ; pada umur
14 hari mencapai 70,83%; pada umur 21 hari sekitar 98,166% dari umur 100% pada
umur 28 hari.
5.6.4 Perbandingan Alkali Aktivator 2
Perbandingan komposisi alkali aktivator sebesar 4 : 2 dengan Na2SiO3
sebanyak 0,471 kg, dan NaOH sebanyak 0,235 kg, dengan nilai Slumpflow 54 cm.
Foto dokumentasi dapat dilihat pada lampiran Gambar L-3.6 hingga Gambar L-3.8
Slumpflow GP-2,0. Hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Tabel 5.16 dan
Gambar 5.8 berikut ini.
Tabel 5.16 Hasil pengujian kuat tekan beton perbandingan 2
No, Benda Uji Umur f 'c
Rerata (MPa)
1 GP-2/7/1
7
10,277
11,115 2 GP-2/7/2 12,494
3 GP-2/7/3 10,575
4 GP-2/14/1
14
24,453
24,692 5 GP-2/14/2 24,922
6 GP-2/14/3 24,701
7 GP-2/21/1
21
33,728
37,219 8 GP-2/21/2 43,457
9 GP-2/21/3 34,473
10 GP-2/28/1
28
31,760
39,049 11 GP-2/28/2 42,383
12 GP-2/28/3 43,003
57
Gambar 5. 8 Peningkatan kuat tekan beton perbandingan 2
Hasil pengujian menunjukan komposisi tersebut hanya dapat memberikan
kuat tekan yang cukup besar. Pada umur 7 hari didapat kuat tekan rerata sebesar
11,115 MPa; pada umur 14 hari sebesar 24,692 MPa; pada umur 21 hari sebesar
37,218 MPa; dan pada umur 28 hari sebesar 39,049 MPa.
Hasil pengujian tersebut memperlihatkan peningkatan kuat tekan beton pada
tiap minggunya, pada umur 7 hari kuat tekan beton berkisar 28,465% ; pada umur
14 hari mencapai 63,234%; pada umur 21 hari sekitar 95,315% dari umur 100%
pada umur 28 hari.
5.6.5 Perbandingan Alkali Aktivator 2,5
Perbandingan komposisi alkali aktivator sebesar 5 : 2 dengan Na2SiO3
sebanyak 0,589 kg, dan NaOH sebanyak 0,235 kg, dengan nilai Slump Flow 58 cm.
Hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Tabel 5,17 dan Gambar 5.9 berikut
ini.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
7 14 21 28
Ku
at
Tek
an
(M
Pa
)
Umur Beton (hari)
f 'c
58
Tabel 5.17 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Perbandingan 2,5
No. Benda Uji Umur f 'c
Rerata (MPa)
1 GP-2,5/7/1
7
10,610
10,811 2 GP-2,5/7/2 12,768
3 GP-2,5/7/3 9,054
4 GP-2,5/14/1
14
22,865
20,834 5 GP-2,5/14/2 19,944
6 GP-2,5/14/3 19,693
7 GP-2,5/21/1
21
27,410
29,065 8 GP-2,5/21/2 29,590
9 GP-2,5/21/3 30,194
10 GP-2,5/28/1
28
34,161
34,779 11 GP-2,5/28/2 35,412
12 GP-2,5/28/3 34,763
Gambar 5. 9 Peningkatan kuat tekan beton perbandingan 2,5
Hasil pengujian menunjukan komposisi tersebut hanya dapat memberikan
kuat tekan yang sangat kecil. Pada umur 7 hari diperoleh kuat tekan rerata sebesar
1,229 MPa; pada umur 14 hari sebesar 5,797 MPa; pada umur 21 hari sebesar 8,621
MPa; dan pada umur 28 hari sebesar 9,203 MPa.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
7 14 21 28
Ku
at
Tek
an
(M
Pa
)
Umur Beton (hari)
f 'c
59
Hasil pengujian tersebut memperlihatkan peningkatan kuat tekan beton pada
tiap minggunya, pada umur 7 hari kuat tekan beton berkisar 31,085% ; pada umur
14 hari mencapai 59,904%; pada umur 21 hari sekitar 83,571% dari umur 100%
pada umur 28 hari.
5.6.6 Komposisi Maksimum
Hasil pengujian kuat tekan beton geopolimer menunjukan terdapat komposisi
perbandingan larutan alkali dengan kuat tekan sangat kecil, namun juga terdapat
komposisi yang mampu memberikan kuat tekan melebehi kuat tekan minimum
untuk termasuk pada golongan beton mutu tinggi. Peningkatan kuat tekan beton
pada semua kombinasi dapat dilihat pada Gambar 5.10 berikut.
Gambar 5. 10 Perbandingan kuat tekan beton
Hasil pengujian kuat tekan beton dimasukkan dalam satu grafik untuk melihat
dinamika perubahan kuat tekan yang terjadi. Kuat tekan beton pada tiap kombinasi
dihubungkan berdasarkan umur yang sama dari perbandingan komposisi paling
kecil hingga paling besar.
Grafik tersebut menunjukkan peningkatan kuat tekan beton terjadi beriringan
dengan meningkatnya kadar Na2SiO3 yang digunakan. Hal ini menunjukan bahwa
1.230
4.514
10.632 11.115 10.811
5.798
12.915
24.646
24.692
20.834
8.621
13.355
34.158
37.219
29.065
9.203
19.670
34.796
39.049
34.779
0
5
10
15
20
25
30
35
40
GP-0,5 GP-1 GP-1,5 GP-2 GP-2,5
Ku
at
Tek
an
(M
Pa
)
Komposisi
7 Hari
14 Hari
21 Hari
28 Hari
60
dengan komposisi larutan NaOH yang konstan pada setiap kombinasi, dengn
anggapan bahwa Na2SiO3 hanya berfungsi sebagai katalis pada proses polimerisasi,
menunjukan bahwa Na2SiO3 juga memiliki pengaruh dalam menyempurnakan
ikatan polisialat pada beton, sehingga dapat memberi kuat tekan yang lebih tinggi.
Grafik tersebut menunjukan peningkatan kuat tekan beton berbanding lurus
dengan pertambahan umur beton. Kuat tekan beton bertambah diiringi dengan
bertambahnya Na2SiO3 yang digunakan, namun kuat tekan maksimal didapat pada
komposisi perbandingan alkali aktivator 4/2 dan kembali menurun pada
perbandingan 5/2. Grafik tersebut menunjukan bahwa kuat tekan yang sangat kecil
pada perbandingan 0,5 diakibatkan kurangnya kadar Na2SiO3 yang berperan
sebagai penyempurna proses polimerisasi. Beton dengan komposisi pasta 25% dari
berat total bahan yang digunakan, serta faktor w/fa = 0,25 kekurangan NaOH yang
berperan sebagai aktivator utama antara senyawa silikat dan aluminat.
Beton geopolimer dengan perbandingan komposisi alkali aktivator 0,5
memberikan kuat tekan dibawah 17 MPa meskipun sudah mencapai umur 28 hari
sehingga tidak memenuhi syarat kuat tekan beton minimum pada golongan beton
structural. Komposisi NaOH yang digunakan dianggap terlalu rendah atau
kekurangan aktivator antara silikat dan aluminat sehingga membutuhkan Na2SiO3
lebih banyak untuk membantu menyempurnakan proses polimerisasi.
Semakin besar kadar Na2SiO3 yang digunakan memberikan pertambahan kuat
tekan secara signifikan, menunjukan Na2SiO3 turut berperan penting pada proses
polimerisasi. Kuat tekan maksimum ditunjukan pada perbandingan 4/2 yang dapat
mencapai kualitas beton mutu tinggi, namun pada komposisi 5/2 kuat tekan beton
kembali menurun. Kuat tekan pada beton dengan komposisi 5/2 menurun
disebabkan karena kadar Na2SiO3 terlalu banyak dibandingkan dengan NaOH itu
sendiri yang berperan sebagai aktivator yang utama.
5. 7 Modulus Elastisitas Beton
Modulus elastisatas beton merupakan tingkat kemampuan beton untuk
meregang pada saat timbul tegangan ketika diberi beban, Pengujian modulus
elastisitas beton geopolimer dilakukan pada benda uji setelah mencapai umur 28
hari. Pengujian tidak dilakukan pada beton dengan komposisi perbandingan alkali
61
aktivator 0,5 karena kuat tekan terlalu kecil, sehingga titik pengamatan pada
perubahan panjang terlampau sedikit untuk dijadikan grafik, Data yang didapat dari
pngujian modulus elastisitas merupakan nilai tegangan dan regangan aksial yang
kemudian diolah dengan program Microsoft Excel untuk dijadikan grafik untuk
dianalisis. Data pengujian modulus elastisitas beton geopolimer dapat dilihat pada
Tabel 5.18 Berikut ini.
Tabel 5.18 Data tegangan tekan dan regangan beton
No
Beban Nilai ∆L A0 L0 σ
ε
(kN)
x 0,001
(mm)
x 0,001
(mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0 0,000 18002,9 200 0 0
2 10 10 0,005 18002,9 200 0,555 0,0000250
3 20 15 0,008 18002,9 200 1,111 0,0000375
4 30 28 0,014 18002,9 200 1,666 0,0000700
5 40 43 0,022 18002,9 200 2,222 0,0001075
6 50 48 0,024 18002,9 200 2,777 0,0001200
7 60 59 0,030 18002,9 200 3,333 0,0001475
8 70 70 0,035 18002,9 200 3,888 0,0001750
9 80 81 0,041 18002,9 200 4,444 0,0002025
10 90 93 0,047 18002,9 200 4,999 0,0002325
11 100 100 0,050 18002,9 200 5,555 0,0002500
12 110 112 0,056 18002,9 200 6,110 0,0002800
13 120 122 0,061 18002,9 200 6,666 0,0003050
14 130 131 0,066 18002,9 200 7,221 0,0003275
15 140 140 0,070 18002,9 200 7,777 0,0003500
16 150 148 0,074 18002,9 200 8,332 0,0003700
17 160 159 0,080 18002,9 200 8,887 0,0003975
18 170 170 0,085 18002,9 200 9,443 0,0004250
19 180 180 0,090 18002,9 200 9,998 0,0004500
20 190 192 0,096 18002,9 200 10,554 0,0004800
21 200 203 0,102 18002,9 200 11,109 0,0005075
22 210 216 0,108 18002,9 200 11,665 0,0005400
23 220 224 0,112 18002,9 200 12,220 0,0005600
24 230 232 0,116 18002,9 200 12,776 0,0005800
25 240 246 0,123 18002,9 200 13,331 0,0006150
Tabel 5.19 Data tegangan regangan beton (lanjutan)
62
No Beban
(kN)
Nilai ∆L A0 L0 σ ε x 0,001
(mm)
x 0,001
(mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
26 250 258 0,129 18002,9 200 13,887 0,0006450
27 260 272 0,136 18002,9 200 14,442 0,0006800
28 270 284 0,142 18002,9 200 14,998 0,0007100
29 280 294 0,147 18002,9 200 15,553 0,0007350
30 290 310 0,155 18002,9 200 16,109 0,0007750
31 300 322 0,161 18002,9 200 16,664 0,0008050
32 310 334 0,167 18002,9 200 17,219 0,0008350
33 320 347 0,174 18002,9 200 17,775 0,0008675
34 330 360 0,180 18002,9 200 18,330 0,0009000
35 340 379 0,190 18002,9 200 18,886 0,0009475
36 350 390 0,195 18002,9 200 19,441 0,0009750
37 360 400 0,200 18002,9 200 19,997 0,0010000
38 370 412 0,206 18002,9 200 20,552 0,0010300
39 380 430 0,215 18002,9 200 21,108 0,0010750
40 390 436 0,218 18002,9 200 21,663 0,0010900
41 400 451 0,226 18002,9 200 22,219 0,0011275
42 410 465 0,233 18002,9 200 22,774 0,0011625
43 420 482 0,241 18002,9 200 23,330 0,0012050
44 430 495 0,248 18002,9 200 23,885 0,0012375
45 440 510 0,255 18002,9 200 24,441 0,0012750
46 450 525 0,263 18002,9 200 24,996 0,0013125
47 460 540 0,270 18002,9 200 25,551 0,0013500
48 470 558 0,279 18002,9 200 26,107 0,0013950
49 480 575 0,288 18002,9 200 26,662 0,0014375
50 490 590 0,295 18002,9 200 27,218 0,0014750
51 500 600 0,300 18002,9 200 27,773 0,0015000
52 510 620 0,310 18002,9 200 28,329 0,0015500
53 520 635 0,318 18002,9 200 28,884 0,0015875
54 530 656 0,328 18002,9 200 29,440 0,0016400
55 540 680 0,340 18002,9 200 29,995 0,0017000
56 550 700 0,350 18002,9 200 30,551 0,0017500
57 560 720 0,360 18002,9 200 31,106 0,0018000
58 570 735 0,368 18002,9 200 31,662 0,0018375
59 580 752 0,376 18002,9 200 32,217 0,0018800
60 590 782 0,391 18002,9 200 32,773 0,0019550
63
Tabel 5.20 Data tegangan regangan beton (lanjutan)
No Beban
(kN) Nilai ∆L A0 L0 σ
ε
x 0,001
(mm)
x 0,001
(mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
61 600 808 0,404 18002,9 200 33,328 0,0020200
62 610 838 0,419 18002,9 200 33,883 0,0020950
63 615 876 0,438 18002,9 200 34,161 0,0021900
Nilai modulus elastisitas beton didapat dari mengolah data tegangan-
regangan pada tabel 5.18. Data hasil pengujian tegangan-regangan diolah menjadi
grafik,sehingga didapat persamaan garis regresi linear pada kondisi elastis yaitu
pada saat beton masih dapat kembali seperti bentuk awal sebelum diberi tekanan,
dan regresi polynomial pangkat 2 pada daerah plastis dimana beton sudah melewati
batas plastis dan tidak dapat kembali seperti bentuk semula.
Gambar 5. 11 Kurva tegangan regangan beton
y = -4.557x2 + 26.309x - 1.582
R² = 0.998
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Teg
angan
(M
Pa)
Regangan (10 -3)
ELASTIS
PLASTIS
64
Analisis Modulus Elastisitas :
a. Saat beban maksimum,
1) ∆L = 𝐷𝑖𝑎𝑙
2 𝑥 0,001
= 876
2 𝑥 0,001
= 0,4380 mm
2) Ao = 1
4 x π x D2
= 1
4 x π x 151,42
= 18002,8653 mm2
3) Tegangan (σ) = 𝑃
𝐴
= 615 𝑥 1000
18002,8653
= 34,1612 MPa
4) Regangan (Ɛ) = ∆𝑙
𝑙0
= 0,4380
200
= 0,00219
b. Kuat tekan terkoreksi.
Dengan persamaan polynomial pangkat 2 y = -4,178,667,350x2 +
25,410,249x - 1,091 nilai x dimasukkan dengan nilai regangan maksimum
sehingga didapat nilai y sebagai tegangan maksimum terkoreksi (MPa),
y = -4,178,667,350x2 + 25,410,249x - 1,091
y = -4,178,667,350(0,00219)2 + 25,410,249(0,00219) - 1,091
y = 34,5161 MPa
berdasarkan perhitungan tersebut didapat nilai kuat tekan terkoreksi
sebesar 34,5161 MPa, maka batas elastis 0,4f”c atau tegangan 2 (σ2)
sebesar 13,806 MPa,
65
c. Nilai regangan 2 (Ɛ2).
Nilai regangan 2 didapat dengan menggunakan persamaan linear y =
21,675,865x + 0,107 , nilai x dihitung dengan mensubtitusi nilai y dengan
0,4f”c terkoreksi (σ2),
y = 21,675,865x + 0,107
13,806 = 21,675,865x + 0,107
13,6995 = 21,675,865x
x = 13,6995/21,675,865
x = 0,00063
Ɛ2 = 0,00063
d. Nilai tegangan 1.
Berdasarkan nilai regangan 1 Ɛ1 = 0,00005, nilai tegangan 1 (σ1)
merupakan nilai y yang didapat dari subtitusi ε1 sebagai x pada persamaam
linear y = 21,675,865x + 0,107,
y = 21,675,865x + 0,107
y = 21,675,865(0,00005) + 0,107
y = 1,19079 MPa
e. Modulus elastisitas beton Ec.
Setelah didapat nilai σ2, σ1, Ɛ1, dan Ɛ2 dapat dicari nilai modulus
elastisitas beton (Ec),
Modulus Elastisitas (Ec) = 𝑆2−𝑆1
ε2−ε1
= 13,806−1,19079
0,00063−0,00005
= 21675,865 MPa
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, beton memiilki modulus elastisitas
sebesar 21675,865 MPa. Pengujian modulus elastisitas dilakukan pada semua
kombinasi dengan umur 28 hari, Hasil pengujian modulus elastisitas pada setiap
kombinasi dapat dilihat pada Tabel 5,21 berikut ini.
66
Gambar 5, 12 Kurva tegangan-regangan vaiasi GP-2,0
Tabel 5.21 Hasil pengujian modulus elastisitas
Kode Ec ASTM
C469
SNI 2013 Ec rerata (Mpa)
4700(f'c)0.5 wc1.5 x 0,043
x (f'c)0.5 ASTM 4700(f'c)0.5
wc1.5 0,043
(f'c)0.5
GP-
1,0
12661,59 19049,18 19969,36
17628,02 20514,26 21439,79 16366,47 17628,73 19004,99
23856,00 24864,87 25345,02
GP-
1,5
17344,54 27759,89 30230,35
16882,40 27407,21 30027,19 16920,65 29199,36 31612,76
16382,00 25262,38 28238,45
GP-
2,0
24301,09 26273,75 29321,31
23964,87 29291,85 32519,65 25486,18 30568,68 34568,43
22107,34 31033,11 33669,23
GP-
2,5
21675,87 27612,71 30452,79
20171,80 27666,87 30225,44 19568,54 27858,55 30267,95
19271,00 27529,36 29955,56
Hasil pengujian menunjukan nilai modulus elastisitas maksimal didapat
dari komposisi perbandingan alkali aktivator 4/2 (2) dengan nilai rerata sebesar
23964,87 MPa. Nilai modulus elastisitas meningkat dan mencapai maksimal pada
perbandingan 4/2 namun kembali menurun pada perbandingan 5/2. Kuat tekan pada
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
Teg
angan
(M
Pa)
Regangan (10-3)
Ec 24301
Ec 25486
Ec 22107
67
komposisi 5/2 cenderung sama atau mendekati kuat tekan ada komposisi 3/2 namun
dapat memberikan nilai modulus elastisitas yang lebih tinggi. Nilai modulus
elastisitas yang lebih tinggi menunjukkan bahwa dengan kadar kandungan NaOH
yang konstan, peningkatan kandungan Na2SiO3 dapat menambah kemampuan
beton untuk meregang,
Pada kombinasi campuran alkali aktivator 4/2 dicapai kuat tekan
maksimum disebabkan perbandingan antara komposisi NaOH dan Na2SiO3 yang
seimbang, sehingga dapat menghasilkan ikatan polimerisasi yang sempurna, dan
memberikan pengaruh pada meningkatnya nilai modulus elastisitas. Sedangkan
pada kombinasi campuran alkali aktivator 2/2 dan 3/2 sampel beton kekurangan
Na2SiO3 sehingga reaksi polimerisasi yang terjadi tidak maksimal, dan berpengaruh
pada nilai modulus elastisitas yang lebih kecil. Pada kombinasi campuran alkali
aktivator 5/2 kuat tekan yang didapat lebih kecil dari perbandingan 4/2 karena
ikatan polimerisasi yang terjadi tidak sempurna, hal ini disebabkan karena kadar
Na2SiO3 yang digunakan terlalu banyak, namun dapat memberikan nilai modulus
elastisitas yang lebih besar dari perbandingan 3/2 meskipun nilai kuat tekan yang
dihasilkan tidak berbeda jauh. Nilai modulus elastisitas pada perbandingan alkali
aktivator 5/2 lebih besar dibandingkan dengan perbandingan komposisi 3/2 karena
penggunaan Na2SiO3 yang lebih banyak, hal ini dipengaruhi sifat Na2SiO3 yang
dapat mengeras karena terjadi penguapan pada air yang dikandung apabila
disimpan pada wadah terbuka.
68
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 5, terdapat beberpa
kesimpulan yang dapat diambil. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Perbandingan alkali aktivator pada setiap kombinasi menunjukkan
peningkatan kuat tekan dari umur beton 7 hari hingga 28 hari dengan
peningkatan sebesar 321% hingga 748%,
2. Kuat tekan beton dengan perbandingan kompsoisi alkali aktivator 1/2 hanya
memberikan kuat tekan yang sangat kecil pada beton. Komposisi optimal
diberikan pada perbadingan alkali aktivator 4/2 (2) dengan kuat tekan
mencapai 43 MPa,
3. Kuat tekan rerata beton geopolimer dengan komposisi perbandingan alkali
aktivator 1/2, 2/2, 3/2, 4/2, 5/2 berturut-urut pada umur 28 hari sebesar 9,203
MPa,19,67 MPa; 34,796 MPa; 39,049 MPa; 34,779 MPa. Beton geopolimer
dengan perbandingan komposisi alkali aktivator 2/2 hingga 5/2 dapat
dijadikan alternatif pengganti beton konvensional karena telah mencapai
syarat kuat tekan beton minimum untuk kategori beton struktural yaitu > 17
MPa,
4. Nilai modulus elastisitas maksimal didapat dari komposisi perbandingan
alkali aktivator 4/2 (0,5) dengan nilai rerata sebesar 23.964,87 MPa, Nilai
modulus elastisitas beton geopolimer dengan komposisi perbandingan alkali
aktivator 2/2, 3/2, 4/2, 5/2 berturut-urut sebesar 17.628,02 MPa; 16.882,4
MPa; 23.964,87 MPa; dan 20.171,8 MPa.
69
6.2 Saran
Berdasarkan proses pelaksanaan dan hasil penelitian terdapat beberapa hal
yang dapat menjadi saran sebagai pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut
mengenai karakteristik beton geopolimer dengan memanfaatkan limbah fly ash dari
PLTU, antara lain sebagai berikut ini.
1. Membuat larutan NaOH 10 M menghasikan panas yang cukup tinggi serta
membahayakan karena bersifat korosif, Larutan NaOH dengan panas tinggi
mencapai 97⁰ celsius serta jumlah banyak menyebabkan kesulitan dalam
proses pengandukan, sehingga terkadang terjadi endapan sebagai tanda
NaOH tidak terlarut sempurna. Perlu diadakan penelitian mengenai metoda
atau teknik membuat larutan NaOH dalam jumlah banyak,
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan merubah presentase perbandingan
komposisi antara agregat dengan pasta menjadi 70:30, 65:25 dan seterusnya,
Komposisi w/fa juga dapat ditingkatkan hingga 0,5 atau lebih,
3. Beton segar memiliki tingkat workability yang rendah meskipun nilai slump
mencapai 18 cm. Beton segar cenderung bersifat lengket dan cepat
mengeras, sehingga perlu diadakan penelitian mengenai penggunaan bahan
tambah SuperPlastisizer sebagai pengencer guna mningkatkan workability
beton segar,
4. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkt kekerasan beton
menggunakan alat PUNDIT (Portable Ultrasonic Non-Destructive digital
Indicatening Test) unttuk mengetahui perbedaan tingkat kekerasan pada
setiap kombinasi serta hubungannya dengan kuat tekan yang dihasilkan,
5. Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai hubungan waktu ikat dengan
porositas, karakteristik kuat tarik beton, kuat lentur balok, hingga
pembuatan benda uji yang lebih aplikatif seperti balok bertulang dan kolom,
6. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik perawatan (curing) beton
bedasarkan pengaruh suhu hingga pengaruh pembakaran suhu tinggi,
7. Fly ash sebagai bahan limbah memungkinkan untuk didapat secara bebas
biaya, namun tidak demikian dengan NaOH, dan Na2SiO3, Bahan NaOH,
70
dan Na2SiO3 merupakan bahan yang dijual bebas pada toko kimia dengan
harga yang tidak murah,sehingga perlu diadakan penelitian dengan
meninjau biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
71
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C 618 – 03 Standart Specification for Coal Fly Ash and Raw or Calcined
Natural Pozzoland for Use as a Mineral Admixture in Concrete, American
Standard Testing and Material.
ASTM C 33-81 Standard specifications for concrete aggregates. United States.
ASTM C 33-97 Standar Specification for Concrete Aggregates. United States.
Badan Standar Nasional Indonesia. 1990. Agregat Beton, Mutu dan Cara Uji. SNI
03-1750. Indonesia.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2011. Tata Cara Pembuatan dan Perawatan
Benda Uji Beton di Laboratorium. SNI 2493-2011. Indonesia.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung. SNI-2847-2013. Indonesia.
Davidovits, J. 1999. Chemistry of Geopolymer System, Terminology, Paper
Presented at the Geopolymer ’99 Intenational Conference. Saint-Quentin.
France.
Davidovits, J. 1991. Geopolymer : Inorganic Polymeric New Materials,
Geopolymer Institut. France.
Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek & Konstruksi. Kanisius.Yogyakarta.
Ekaputri, J, J, Triwulan dan Damayati O,. 2007. Sifat Mekanik Beton Geopolimr
Berbahan Dasar Fly Ash Jawa Power Paiton Sebagai Material Alternatif.
Jurnal PONDASI. vol 13 no 2 hal, 124-134. Institut Sepuluh Nopember.
Surabaya,
Geopolymer Institute. 2006. About Geopolymerization.
(https://www.geopolymer.org/ science /about-geopolymerization/)
Hardjito, D and Rangan, B,V. 2005. Development and Properties Of Low-Calcium
Fly Ash-Based Geopolymer Concrete. Perth.
Hardjito, D,, Wallah S,E,, and Rangan, B,V. 2004. Factor Influencing The
Compressive Strength of Fly Ash Based Geopolymer Concrete. Universitas
Kristen Petra.Surabaya.
Li, Z, , Ding,Z, , dan Zhang, Y ,. 2004. Devlopment Of Sustainable cementitious
materials. HongKong.
Murdock, L, J,, dan Brook, K,M. 1999,.Bahan dan Praktek Beton, terjemahan
Hindarko, S. Erlangga. Jakarta.
72
Mulyono, T. 2006. Teknologi Beton,.Penerbit Andi. Yogyakarta.
Manuahe, R,, Sumajouw, M,D,J,, Windah R,S. 2014. Kuat Tekan Beton
Geopolymer Berbahan Dasar Abu Terbang (Fly Ash). Jurnal Sipil Statik vol,2
no,16. Universitas Sam ratulangi. Manado.
Prasetyo, G,B,, Trinugroho, B,, dan Solikin, M,. 201., Tinjauan Kuat Tekan Beton
Geopolymer Dengan Fly Ash Sebagai Bahan Pengganti Semen. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Wang, C,K,, dan Salmon.1994. Disain Beton Bertulang. Terjemahan Binsar
Hariandja. Penerbit Erlangga. Jakarta.
73
LAMPIRAN
74
Lampiran 1 Surat Surat Perizinan
Surat L-1.1 Surat Pengantar Jurusan Izin Pengambilan Limbah
75
Surat L-1.2 Surat Legalitas Izin Membawa Limbah Keluar
76
Surat L-1.3 Surat Permohonan Pengujian XRF
77
Surat L-1.4 Surat Tanggapan Balai Konservasi Borobudur
78
Surat L-1.5 Surat Hasil Uji XRF
79
Surat L-1.6 Surat hasil uji XRF (lanjutan)
80
Lampiran 2 Tabel Data Hasil Pengujian
Tabel L-2.1 Data pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
Pengirim
Tanggal Terima
Asal Pasir
Keperluan
Hasil 1 Hasil 2 Rata Rata
485.5 489.5 487.5
500 500 500
1159.7 1167.5 1163.6
846 846 846
2.606 2.742 2.673
2.684 2.801 2.741
2.826 2.914 2.869
2.987 2.145 2.564
Disetujui,
Kepala Laboratorium
(Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
Penelitian Tugas Akhir
Kali Progo
Uraian
Berat Pasir Kering mutlak , gram (Bk), gram
Berat pasir kondisi jenuh kering muka (SSD), gram
Berat piknometer berisi pasir dan air (Bt), gram
Berat piknometer berisi air (B), gram
Berat Jenis Curah, Bk/(B+500-Bt)
ANALISIS PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS
(SNI 03 -1970-1990)
Kali Progo
Laboran
(Darussalam, A.Md)
Diperiksa,
Berat jenis Jenuh kering muka, 500/(B+500-Bt)
Berat jenis semu, Bk/(B+Bk-Bt)
Penyerapan air , ((500-Bk)/Bk) x 100%
26 Agustus 2017
81
Tabel L-2.2 Data pengujian analisis saringan agregat halus
Tabel L-2.3 Data berat isi padat agregat halus
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
Pengirim
Tanggal Terima
Asal Pasir
Keperluan
Disetujui,
Kepala Laboratorium
(Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
10865
PEMERIKSAAN BERAT ISI PADAT AGREGAT HALUS
(SNI 03 -4804-1998)
Kali Progo
Penelitian Tugas Akhir
Uraian Hasil Pengamatan
Kali Progo
26 Agustus 2017
Diperiksa,
Laboran
(Darussalam, A.Md)
Berat Tabung (W1), gram
Berat Volume Padat (V), gram/cm3
1.693
Berat Tabung + Agregat SSD ( W2), gram 19840
Berat Agregat (W3), gram 8975
Volume Tabung (V), cm3
5301.437
82
Tabel L-2.4 Data pengujian kadar lumpur agregat halus
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
Pengirim
Tanggal Terima
Asal Pasir
Keperluan
Disetujui,
Kepala Laboratorium
(Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
(SNI 03-4142-1996)
/UJI KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
PEMERIKSAAN BUTIRAN YANG LOLOS AYAKAN NO.200
Kali Progo
26 Agustus 2017
Kali Progo
Penelitian Tugas Akhir
Uraian
Berat Agregat Kering Oven (W1), gram
Berat Agregat Kering Oven setelah dicuci (W2), gram
Berat yang lolos Ayakan No.200 [(W1- W2)]x 100%
Hasil Pengamatan
500
476.6
4.68
Laboran
(Darussalam, A.Md)
Diperiksa,
83
Tabel L-2.5 Data pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
Sumber
Tanggal Terima
Asal Pasir
Keperluan
Hasil 1 Hasil 2 Rata Rata
4918 4895 4906.5
5000 5000 5000
3126 3115 3120.5
2.624 2.597 2.611
2.668 2.653 2.660
2.744 2.750 2.747
1.667 2.145 1.906
Disetujui,
Kepala Laboratorium
(Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
Penelitian Tugas Akhir
Uraian
Berat Kerikil Kering mutlak , gram (Bk), gram
Berat kerikil kondisi jenuh kering muka (SSD), gram (Bj)
ANALISIS PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR
(SNI 03 -1969-1990)
PT Harmak
21 Oktober 2017
Clereng
Berat kerikil dalam air, gram (Ba)
Berat Jenis Curah, Bk/(Bj - Ba)
Berat jenis Jenuh kering muka, Bj/(Bj - Ba)
Berat jenis semu, Bk/(Bk - Ba)
Penyerapan air , ((Bj-Bk)/Bk) x 100%
Diperiksa,
Laboran
(Darussalam, A.Md)
84
Tabel L-2.6 Data pengujian analisis saringan agregat kasar
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
Pengirim
Tanggal Terima
Asal Pasir
Keperluan
40,00
20,00
10,00
4,80
2,40
1,20
0,60
0,30
0,15
Sisa
Jumlah
754.960
100
B atas B bawah
40 100 100 95
20 36.440 70 30
10 6.040 35 10
4.8 0.460 5 0
Disetujui,
Kepala Laboratorium
(Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
Diperiksa,
Laboran
(Darussalam, A.Md)
MODULUS HALUS BUTIR (MHB) / ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
(SNI 03 -1968-1990)
Clereng
Penelitian Tugas Akhir
3178 63.560 63.560 36.440
1520 30.400 93.960 6.040
Lubang ayakan Berat Tertinggal
(gram)Berat Tertinggal (%)
Berat Tertinggal
Komulatif (%)
Persen Lolos Komulatif
(%)
0 0 0 100
0 0.000 99.580 0.420
0 0.000 99.580 0.420
279 5.580 99.540 0.460
2 0.040 99.580 0.420
21 0.420 100.000 0.000
5000 754.960
0 0.000 99.580 0.420
0 0.000 99.580 0.420
GAMBAR ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
MODULUS HALUS BUTIR = = 7.550
Lubang ayakan Persen
Lolos
Besar Butiran max
PT Harmak
21 Oktober 2017
40, 100
20, 36.440
10, 6.040
4.8, 0.460
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40
%K
om
ula
tif
Lo
los
Ay
akan
Lubang ayakan
Hasil Pengamatan
Batas Atas
Batas Bawah
85
Tabel L-2.7 Data pengujian berat isi gembur agregat kasar
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
Pengirim
Tanggal Terima
Asal Pasir
Keperluan
Disetujui,
Kepala Laboratorium
(Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
PEMERIKSAAN BERAT ISI GEMBUR AGREGAT KASAR
(SNI 03 -4804-1998)
Clereng
Berat Agregat (W3), gram 7140
Volume Tabung (V), cm3
5419.874
Berat Volume Gembur (V), gram/cm3
1.317
Penelitian Tugas Akhir
Uraian Hasil Pengamatan
Berat Tabung (W1), gram 10710
Berat Tabung + Agregat SSD ( W2), gram 17850
Diperiksa,
Laboran
(Darussalam, A.Md)
PT Harmak
21 Oktober 2017
86
Tabel L-2.8 Data pengujian berat isi padat agregat kasar
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
Pengirim
Tanggal Terima
Asal Pasir
Keperluan
Disetujui,
Kepala Laboratorium
(Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
Penelitian Tugas Akhir
Uraian Hasil Pengamatan
Berat Tabung (W1), gram 10710
Berat Tabung + Agregat SSD ( W2), gram 18650
PEMERIKSAAN BERAT ISI PADAT AGREGAT KASAR
(SNI 03 -4804-1998)
Clereng
Berat Agregat (W3), gram 7940
Volume Tabung (V), cm3
5419.874
Berat Volume Padat (V), gram/cm3
1.465
(Darussalam, A.Md)
PT Harmak
21 Oktober 2017
Diperiksa,
Laboran
87
Tabel L-2.10 Data pengujian kuat desak beton GP-1
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
No Pengujian :
Jenis Contoh : Silinder Beton
Jumlah Contoh : 12 Sampel
Terima Tanggal : -
Diuji Tanggal : -
Diuji Oleh : Muhammad Ridwan
Diperiksa Oleh : Darussalam, A.Md
H(mm) D(mm)
Disetujui,
300.1 150.1
GP-0.5/28/2 3/21/2018 4/18/2018 28 13288.0 303.7 151.1
305.2 149.8
GP-0.5/21/3 3/21/2018 4/11/2018 21 13052.0 304.4 150.5
GP-0.5/21/2 3/21/2018 4/11/2018 21 13077.0 303 150
GP-0.5/21/1 3/21/2018 4/11/2018 21 13261.0 305 150
GP-0.5/14/3 3/21/2018 4/4/2018 14 13208.0
GP-0.5/14/2 3/21/2018 4/4/2018 14 13110.0 303.3
17860.457 112 6.271 -
150.4 17765.832
304.7 150.8
108 6.079
304.2 149.9 17647.905 89 5.043 -GP-0.5/14/1 3/21/2018 4/4/2018 14 13149.0
304.9 151.8 18098.118 25 1.381 -GP-0.5/7/3 3/21/2018 3/28/2018 7 13491.0
304 150.7 17836.777 19 1.065 -
150.10 17695.028 22 1.243 -
GP-0.5/7/2 3/21/2018 3/28/2018 7 12932.0
GP-0.5/7/1 3/21/2018 3/28/2018 7 13186.0
Nomor Benda Uji
Tanggal Pembuatan
Tanggal
Pengujian
Umur
(hari)
Massa
Benda Uji
(kg)
Dimensi
FORM PENGUJIAN KUAT DESAK SILINDER
Luas Bidang
(mm2)
Gaya
Tekan
(KN)
Kuat
Tekan
(N/mm2)
304.7
Ket.
GP-0.5/28/1 3/21/2018 4/18/2018 28 13324.0
GP-0.5/28/3 3/21/2018 21/12/2017 28 13198.0
Kepala Laboratorium
(Darussalam, A.Md) (Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
153 8.658
17695.028 151 8.533 -
17931.590
17624.366 174 9.873 -
-
158 8.941 -
-
17671.459
147 8.263 -
165 9.202 -
Diperiksa,
Laboran
17789.465
17671.459
88
Tabel L-2.11 Data pengujian kuat desak beton GP-1,5
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
No Pengujian :
Jenis Contoh : Silinder Beton
Jumlah Contoh : 12 Sampel
Terima Tanggal : -
Diuji Tanggal : -
Diuji Oleh : Muhammad Ridwan
Diperiksa Oleh : Darussalam, A.Md
H(mm) D(mm)
Disetujui,
303.8
150.3
Diperiksa,
4/9/2018 28 13149.0 302.6
304.9 150.3GP-1.5/28/2 3/12/2018 4/9/2018 28 13039.0
13058.0 305.7
307.2
150.44/9/2018 28 13060.0
149.9 17647.905 540 30.599 -GP-1.5/28/3 3/12/2018
-
Laboran Kepala Laboratorium
(Darussalam, A.Md) (Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
17742.215 690 38.890
17765.832 620 34.898 -GP-1.5/28/1 3/12/2018
36.923 -
GP-1.5/21/3 3/12/2018 4/2/2018 21 12672.0 302.2 150.3 17742.215 565 31.845 -
GP-1.5/21/2 3/12/2018 4/2/2018 21 13150.0 304.8 152 18145.839 670
-
GP-1.5/21/1 3/12/2018 4/2/2018 21 12889.0 304.5 151.8 18098.118 610 33.705 -
GP-1.5/14/3 3/12/2018 3/26/2018 14 13206.0 305.3
150.5 17789.465 460 25.858 -
150.7 17836.777 370 20.744
GP-1.5/14/2 3/12/2018 3/26/2018 14
27.336 -
15.519 -
GP-1.5/14/1 3/12/2018 3/26/2018 14 13371.0
303.8 150.75 17848.615 277GP-1.5/7/3 3/12/2018 3/19/2018 7 13405.0
17742.215 485
303.7 151.1GP-1.5/7/2 3/12/2018 3/19/2018 7 13187.0 17931.590 269 15.001 -
152.20 18193.623 250 13.741 -
Nomor Benda Uji
Tanggal Pembuatan
Tanggal
Pengujian
Umur
(hari)
Massa
Benda Uji
(kg)
DimensiLuas Bidang
(mm2)
GP-1.5/7/1 3/12/2018 3/19/2018 7 13300.0 304.4
FORM PENGUJIAN KUAT DESAK SILINDER
Gaya
Tekan
(KN)
Kuat
Tekan
(N/mm2)
Ket.
89
Tabel L-2.12 Data pengujian kuat desak beton GP-2
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
No Pengujian :
Jenis Contoh : Silinder Beton
Jumlah Contoh : 12 Sampel
Terima Tanggal : -
Diuji Tanggal : -
Diuji Oleh : Muhammad Ridwan
Diperiksa Oleh : Darussalam, A.Md
H(mm) D(mm)
Disetujui,Diperiksa,
Laboran Kepala Laboratorium
(Darussalam, A.Md) (Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
FORM PENGUJIAN KUAT DESAK SILINDER
304.2 150.5 17789.465 765 43.003 -
151.1 17931.590 760 42.383 -303.7
GP-2/28/3 3/1/2018 3/29/2018 28 13338.0
GP-2/28/2 3/1/2018 3/29/2018 28 13513.0
301.5 150.5 17789.465 565 31.760 -
150.1 17695.028 610 34.473 -304.4
GP-2/28/1 3/1/2018 3/29/2018 28 13192.0
GP-2/21/3 3/1/2018 3/22/2018 21 13339.0
302.8 150.2 17718.614 770 43.457 -
150.5 17789.465 600 33.728 -300.9
GP-2/21/2 3/1/2018 3/22/2018 21 13220.0
GP-2/21/1 3/1/2018 3/22/2018 21 13030.0
306
GP-2/14/3 3/1/2018 3/15/2018 14 13384.0
303.1 153.3 18457.556 460 24.922 -
305.7 152.3 18217.538 450 24.701 -
GP-2/14/2 3/1/2018 3/15/2018 14 13494.0
GP-2/14/1 3/1/2018 3/15/2018 14 13229.0 150.5 17789.465 435 24.453 -
12.494 -
10.575 -GP-2/7/3 3/1/2018 3/8/2018 7 13181.0 302.9
150.75 17848.615 223GP-2/7/2 3/1/2018 3/8/2018 7 13024.0 301.72
151.25 17967.210 190
GP-2/7/1 3/1/2018 3/8/2018 7 13040.0 300.525 151.80 18098.118 186 10.277 -
Nomor Benda UjiTanggal Pembuatan
Tanggal
Pengujian
Umur
(hari)
Massa
Benda Uji
(kg)
Dimensi Luas Bidang
(mm2)
Gaya
Tekan
(KN)
Kuat
Tekan
(N/mm2)
Ket.
90
Tabel L-2.13 Data pengujian kuat desak beton GP-2,5
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Program Studi TEKNIK SIPIL
No Pengujian :
Jenis Contoh : Silinder Beton
Jumlah Contoh : 12 Sampel
Terima Tanggal : -
Diuji Tanggal : -
Diuji Oleh : Muhammad Ridwan
Diperiksa Oleh : Darussalam, A.Md
H(mm) D(mm)
Disetujui,
Laboran Kepala Laboratorium
(Darussalam, A.Md) (Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng.)
Diperiksa,
151.3
13111.0 300.75
300.4 151.1GP-2.5/14/1 2/27/2018 3/13/2018 14 12909.0
302 150
17979.091 625 34.763 -GP-2.5/28/3 2/27/2018 3/27/2018 28 13075.0 300.7
298.8 151.1 17931.590 635 35.412 -
151.4 18002.865 615 34.161 -
GP-2.5/28/2 2/27/2018 3/27/2018 28 12945.0
17884.152 540 30.194 -
GP-2.5/28/1 2/27/2018 3/27/2018 28 13287.0 302.45
29.590 -
GP-2.5/21/3 2/27/2018 3/20/2018 21 13189.0 303.5 150.9
GP-2.5/21/2 2/27/2018 3/20/2018 21 12872.0 299.7 150.3 17742.215 525
-
GP-2.5/21/1 2/27/2018 3/20/2018 21 13130.0 298.7 152.4 18241.469 500 27.410 -
GP-2.5/14/3 2/27/2018 3/13/2018 14 13118.0 303.25
151.6 18050.460 360 19.944 -
150 17671.459 348 19.693
GP-2.5/14/2 2/27/2018 3/13/2018 14
17671.459 160 9.054 -
152.1 18169.723 232 12.768 -
17931.590 410 22.865 -
GP-2.5/7/2 2/27/2018 3/6/2018 7 13145.0
3/6/2018 7 13125.0
299.5
GP-2.5/7/3 2/27/2018
Nomor Benda Uji Tanggal Pembuatan Tanggal
Pengujian
Umur
(hari)
Massa
Benda Uji
(kg)
Dimensi Luas Bidang
(mm2)
GP-2.5/7/1 2/27/2018 3/6/2018 7 12193.0 298.1 151.00 17907.864 190 10.610
FORM PENGUJIAN KUAT DESAK SILINDER
Gaya
Tekan
(KN)
Kuat
Tekan
(N/mm2)
Ket.
-
91
92
93
Tabel L-2.14 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-2,5/10
No Beban ∆L A0 L0 σ ε
(kN) x 0,001 (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 18002,87 200 0,000 0,0000000
2 10 0,0050 18002,87 200 0,555 0,0000250
3 20 0,0075 18002,87 200 1,111 0,0000375
4 30 0,0140 18002,87 200 1,666 0,0000700
5 40 0,0215 18002,87 200 2,222 0,0001075
6 50 0,0240 18002,87 200 2,777 0,0001200
7 60 0,0295 18002,87 200 3,333 0,0001475
8 70 0,0350 18002,87 200 3,888 0,0001750
9 80 0,0405 18002,87 200 4,444 0,0002025
10 90 0,0465 18002,87 200 4,999 0,0002325
11 100 0,0500 18002,87 200 5,555 0,0002500
12 110 0,0560 18002,87 200 6,110 0,0002800
13 120 0,0610 18002,87 200 6,666 0,0003050
14 130 0,0655 18002,87 200 7,221 0,0003275
15 140 0,0700 18002,87 200 7,777 0,0003500
16 150 0,0740 18002,87 200 8,332 0,0003700
17 160 0,0795 18002,87 200 8,887 0,0003975
18 170 0,0850 18002,87 200 9,443 0,0004250
19 180 0,0900 18002,87 200 9,998 0,0004500
20 190 0,0960 18002,87 200 10,554 0,0004800
21 200 0,1015 18002,87 200 11,109 0,0005075
22 210 0,1080 18002,87 200 11,665 0,0005400
23 220 0,1120 18002,87 200 12,220 0,0005600
24 230 0,1160 18002,87 200 12,776 0,0005800
25 240 0,1230 18002,87 200 13,331 0,0006150
26 250 0,1290 18002,87 200 13,887 0,0006450
27 260 0,1360 18002,87 200 14,442 0,0006800
28 270 0,1420 18002,87 200 14,998 0,0007100
29 280 0,1470 18002,87 200 15,553 0,0007350
30 290 0,1550 18002,87 200 16,109 0,0007750
31 300 0,1610 18002,87 200 16,664 0,0008050
32 310 0,1670 18002,87 200 17,219 0,0008350
33 320 0,1735 18002,87 200 17,775 0,0008675
34 330 0,1800 18002,87 200 18,330 0,0009000
35 340 0,1895 18002,87 200 18,886 0,0009475
36 350 0,1950 18002,87 200 19,441 0,0009750
37 360 0,2000 18002,87 200 19,997 0,0010000
38 370 0,2060 18002,87 200 20,552 0,0010300
94
39 380 0,2150 18002,87 200 21,108 0,0010750
40 390 0,2180 18002,87 200 21,663 0,0010900
41 400 0,2255 18002,87 200 22,219 0,0011275
42 410 0,2325 18002,87 200 22,774 0,0011625
43 420 0,2410 18002,87 200 23,330 0,0012050
44 430 0,2475 18002,87 200 23,885 0,0012375
45 440 0,2550 18002,87 200 24,441 0,0012750
46 450 0,2625 18002,87 200 24,996 0,0013125
47 460 0,2700 18002,87 200 25,551 0,0013500
48 470 0,2790 18002,87 200 26,107 0,0013950
49 480 0,2875 18002,87 200 26,662 0,0014375
50 490 0,2950 18002,87 200 27,218 0,0014750
51 500 0,3000 18002,87 200 27,773 0,0015000
52 510 0,3100 18002,87 200 28,329 0,0015500
53 520 0,3175 18002,87 200 28,884 0,0015875
54 530 0,3280 18002,87 200 29,440 0,0016400
55 540 0,3400 18002,87 200 29,995 0,0017000
56 550 0,3500 18002,87 200 30,551 0,0017500
57 560 0,3600 18002,87 200 31,106 0,0018000
58 570 0,3675 18002,87 200 31,662 0,0018375
59 580 0,3760 18002,87 200 32,217 0,0018800
60 590 0,3910 18002,87 200 32,773 0,0019550
61 600 0,4040 18002,87 200 33,328 0,0020200
62 610 0,4190 18002,87 200 33,883 0,0020950
63 615 0,4380 18002,87 200 34,161 0,0021900
64 610 0,4650 18002,87 200 33,883 0,0023250
95
Tabel L-2.15 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-2,5/11
No Beban ∆L A0 L0 σ ε
(kN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17931,59 200 0,0000 0,0000000
2 10 0,0000 17931,59 200 0,5577 0,0000000
3 20 0,0040 17931,59 200 1,1154 0,0000200
4 30 0,0090 17931,59 200 1,6730 0,0000450
5 40 0,0140 17931,59 200 2,2307 0,0000700
6 50 0,0195 17931,59 200 2,7884 0,0000975
7 60 0,0250 17931,59 200 3,3461 0,0001250
8 70 0,0310 17931,59 200 3,9037 0,0001550
9 80 0,0360 17931,59 200 4,4614 0,0001800
10 90 0,0400 17931,59 200 5,0191 0,0002000
11 100 0,0450 17931,59 200 5,5768 0,0002250
12 110 0,0490 17931,59 200 6,1344 0,0002450
13 120 0,0550 17931,59 200 6,6921 0,0002750
14 130 0,0640 17931,59 200 7,2498 0,0003200
15 140 0,0675 17931,59 200 7,8075 0,0003375
16 150 0,0720 17931,59 200 8,3651 0,0003600
17 160 0,0770 17931,59 200 8,9228 0,0003850
18 170 0,0835 17931,59 200 9,4805 0,0004175
19 180 0,0900 17931,59 200 10,0382 0,0004500
20 190 0,0945 17931,59 200 10,5958 0,0004725
21 200 0,1050 17931,59 200 11,1535 0,0005250
22 210 0,1090 17931,59 200 11,7112 0,0005450
23 220 0,1175 17931,59 200 12,2689 0,0005875
24 230 0,1270 17931,59 200 12,8265 0,0006350
25 240 0,1320 17931,59 200 13,3842 0,0006600
26 250 0,1375 17931,59 200 13,9419 0,0006875
27 260 0,1425 17931,59 200 14,4996 0,0007125
28 270 0,1505 17931,59 200 15,0572 0,0007525
29 280 0,1575 17931,59 200 15,6149 0,0007875
30 290 0,1640 17931,59 200 16,1726 0,0008200
31 300 0,1725 17931,59 200 16,7303 0,0008625
32 310 0,1775 17931,59 200 17,2879 0,0008875
33 320 0,1850 17931,59 200 17,8456 0,0009250
34 330 0,1915 17931,59 200 18,4033 0,0009575
35 340 0,2000 17931,59 200 18,9610 0,0010000
36 350 0,2075 17931,59 200 19,5186 0,0010375
37 360 0,2190 17931,59 200 20,0763 0,0010950
38 370 0,2335 17931,59 200 20,6340 0,0011675
96
39 380 0,2330 17931,59 200 21,1917 0,0011650
40 390 0,2410 17931,59 200 21,7493 0,0012050
41 400 0,2470 17931,59 200 22,3070 0,0012350
42 410 0,2450 17931,59 200 22,8647 0,0012250
43 420 0,2550 17931,59 200 23,4224 0,0012750
44 430 0,2625 17931,59 200 23,9800 0,0013125
45 440 0,2670 17931,59 200 24,5377 0,0013350
46 450 0,2770 17931,59 200 25,0954 0,0013850
47 460 0,2820 17931,59 200 25,6531 0,0014100
48 470 0,2920 17931,59 200 26,2107 0,0014600
49 480 0,3005 17931,59 200 26,7684 0,0015025
50 490 0,3105 17931,59 200 27,3261 0,0015525
51 500 0,3180 17931,59 200 27,8838 0,0015900
52 510 0,3245 17931,59 200 28,4414 0,0016225
53 520 0,3330 17931,59 200 28,9991 0,0016650
54 530 0,3440 17931,59 200 29,5568 0,0017200
55 540 0,3590 17931,59 200 30,1145 0,0017950
56 550 0,3670 17931,59 200 30,6721 0,0018350
57 560 0,3750 17931,59 200 31,2298 0,0018750
58 570 0,3860 17931,59 200 31,7875 0,0019300
59 580 0,4005 17931,59 200 32,3452 0,0020025
60 590 0,4165 17931,59 200 32,9028 0,0020825
61 600 0,4325 17931,59 200 33,4605 0,0021625
62 610 0,4510 17931,59 200 34,0182 0,0022550
63 620 0,4775 17931,59 200 34,5759 0,0023875
64 635 0,5100 17931,59 200 35,4124 0,0025500
65 620 0,5550 17931,59 200 34,5759 0,0027750
97
Tabel L-2.16 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-2,5/12
No Beban ∆L A0 L0 σ ε
(kN) x 0,001 (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17979,09 200 0,000 0,0000000
2 10 0,0050 17979,09 200 0,556 0,0000250
3 20 0,0100 17979,09 200 1,112 0,0000500
4 30 0,0165 17979,09 200 1,669 0,0000825
5 40 0,0210 17979,09 200 2,225 0,0001050
6 50 0,0275 17979,09 200 2,781 0,0001375
7 60 0,0340 17979,09 200 3,337 0,0001700
8 70 0,0420 17979,09 200 3,893 0,0002100
9 80 0,0470 17979,09 200 4,450 0,0002350
10 90 0,0525 17979,09 200 5,006 0,0002625
11 100 0,0550 17979,09 200 5,562 0,0002750
12 110 0,0600 17979,09 200 6,118 0,0003000
13 120 0,0670 17979,09 200 6,674 0,0003350
14 130 0,0710 17979,09 200 7,231 0,0003550
15 140 0,0775 17979,09 200 7,787 0,0003875
16 150 0,0825 17979,09 200 8,343 0,0004125
17 160 0,0900 17979,09 200 8,899 0,0004500
18 170 0,0950 17979,09 200 9,455 0,0004750
19 180 0,1070 17979,09 200 10,012 0,0005350
20 190 0,1075 17979,09 200 10,568 0,0005375
21 200 0,1125 17979,09 200 11,124 0,0005625
22 210 0,1200 17979,09 200 11,680 0,0006000
23 220 0,1250 17979,09 200 12,236 0,0006250
24 230 0,1315 17979,09 200 12,793 0,0006575
25 240 0,1395 17979,09 200 13,349 0,0006975
26 250 0,1450 17979,09 200 13,905 0,0007250
27 260 0,1490 17979,09 200 14,461 0,0007450
28 270 0,1520 17979,09 200 15,017 0,0007600
29 280 0,1575 17979,09 200 15,574 0,0007875
30 290 0,1625 17979,09 200 16,130 0,0008125
31 300 0,1690 17979,09 200 16,686 0,0008450
32 310 0,1760 17979,09 200 17,242 0,0008800
33 320 0,1820 17979,09 200 17,798 0,0009100
34 330 0,1875 17979,09 200 18,355 0,0009375
35 340 0,1925 17979,09 200 18,911 0,0009625
36 350 0,2000 17979,09 200 19,467 0,0010000
37 360 0,2075 17979,09 200 20,023 0,0010375
38 370 0,2125 17979,09 200 20,579 0,0010625
98
39 380 0,2170 17979,09 200 21,136 0,0010850
40 390 0,2235 17979,09 200 21,692 0,0011175
41 400 0,2300 17979,09 200 22,248 0,0011500
42 410 0,2365 17979,09 200 22,804 0,0011825
43 420 0,2425 17979,09 200 23,360 0,0012125
44 430 0,2475 17979,09 200 23,917 0,0012375
45 440 0,2540 17979,09 200 24,473 0,0012700
46 450 0,2625 17979,09 200 25,029 0,0013125
47 460 0,2690 17979,09 200 25,585 0,0013450
48 470 0,2755 17979,09 200 26,141 0,0013775
49 480 0,2830 17979,09 200 26,698 0,0014150
50 490 0,2905 17979,09 200 27,254 0,0014525
51 500 0,3050 17979,09 200 27,810 0,0015250
52 510 0,3130 17979,09 200 28,366 0,0015650
53 520 0,3210 17979,09 200 28,922 0,0016050
54 530 0,3300 17979,09 200 29,479 0,0016500
55 540 0,3390 17979,09 200 30,035 0,0016950
56 550 0,3455 17979,09 200 30,591 0,0017275
57 560 0,3550 17979,09 200 31,147 0,0017750
58 570 0,3600 17979,09 200 31,703 0,0018000
59 580 0,3740 17979,09 200 32,260 0,0018700
60 590 0,3850 17979,09 200 32,816 0,0019250
61 600 0,3950 17979,09 200 33,372 0,0019750
62 610 0,4100 17979,09 200 33,928 0,0020500
63 625 0,4250 17979,09 200 34,763 0,0021250
64 610 0,4400 17979,09 200 33,928 0,0022000
99
Tabel L-2.17 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-2/10
No Beban ∆L A0 L0 σ ε
(kN) x 0,001 (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17789,46 200 0,000 0,0000000
2 10 0,0030 17789,46 200 0,562 0,0000150
3 20 0,0055 17789,46 200 1,124 0,0000275
4 30 0,0110 17789,46 200 1,686 0,0000550
5 40 0,0160 17789,46 200 2,249 0,0000800
6 50 0,0200 17789,46 200 2,811 0,0001000
7 60 0,0250 17789,46 200 3,373 0,0001250
8 70 0,0300 17789,46 200 3,935 0,0001500
9 80 0,0350 17789,46 200 4,497 0,0001750
10 90 0,0400 17789,46 200 5,059 0,0002000
11 100 0,0450 17789,46 200 5,621 0,0002250
12 110 0,0500 17789,46 200 6,183 0,0002500
13 120 0,0550 17789,46 200 6,746 0,0002750
14 130 0,0600 17789,46 200 7,308 0,0003000
15 140 0,0615 17789,46 200 7,870 0,0003075
16 150 0,0625 17789,46 200 8,432 0,0003125
17 160 0,0725 17789,46 200 8,994 0,0003625
18 170 0,0775 17789,46 200 9,556 0,0003875
19 180 0,0800 17789,46 200 10,118 0,0004000
20 190 0,0850 17789,46 200 10,680 0,0004250
21 200 0,0900 17789,46 200 11,243 0,0004500
22 210 0,0950 17789,46 200 11,805 0,0004750
23 220 0,1000 17789,46 200 12,367 0,0005000
24 230 0,1050 17789,46 200 12,929 0,0005250
25 240 0,1100 17789,46 200 13,491 0,0005500
26 250 0,1150 17789,46 200 14,053 0,0005750
27 260 0,1175 17789,46 200 14,615 0,0005875
28 270 0,1225 17789,46 200 15,178 0,0006125
29 280 0,1275 17789,46 200 15,740 0,0006375
30 290 0,1325 17789,46 200 16,302 0,0006625
31 300 0,1350 17789,46 200 16,864 0,0006750
32 310 0,1400 17789,46 200 17,426 0,0007000
33 320 0,1450 17789,46 200 17,988 0,0007250
34 330 0,1500 17789,46 200 18,550 0,0007500
35 340 0,1550 17789,46 200 19,112 0,0007750
36 350 0,1600 17789,46 200 19,675 0,0008000
37 360 0,1650 17789,46 200 20,237 0,0008250
38 370 0,1700 17789,46 200 20,799 0,0008500
100
39 380 0,1750 17789,46 200 21,361 0,0008750
40 390 0,1825 17789,46 200 21,923 0,0009125
41 400 0,1850 17789,46 200 22,485 0,0009250
42 410 0,1900 17789,46 200 23,047 0,0009500
43 420 0,1950 17789,46 200 23,609 0,0009750
44 430 0,1990 17789,46 200 24,172 0,0009950
45 440 0,2050 17789,46 200 24,734 0,0010250
46 450 0,2100 17789,46 200 25,296 0,0010500
47 460 0,2150 17789,46 200 25,858 0,0010750
48 470 0,2175 17789,46 200 26,420 0,0010875
49 480 0,2225 17789,46 200 26,982 0,0011125
50 490 0,2300 17789,46 200 27,544 0,0011500
51 500 0,2350 17789,46 200 28,107 0,0011750
52 510 0,2390 17789,46 200 28,669 0,0011950
53 520 0,2425 17789,46 200 29,231 0,0012125
54 530 0,2475 17789,46 200 29,793 0,0012375
55 540 0,2550 17789,46 200 30,355 0,0012750
56 550 0,2600 17789,46 200 30,917 0,0013000
57 565 0,2650 17789,46 200 31,760 0,0013250
58 550 0,2725 17789,46 200 30,917 0,0013625
101
Tabel L-2.18 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-2/11
No Beban ∆L A0 L0 τ ε
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17931,59 200 0,0000 0,0000000
2 10 0,0020 17931,59 200 0,5577 0,0000100
3 20 0,0050 17931,59 200 1,1154 0,0000250
4 30 0,0075 17931,59 200 1,6730 0,0000375
5 40 0,0125 17931,59 200 2,2307 0,0000625
6 50 0,0175 17931,59 200 2,7884 0,0000875
7 60 0,0200 17931,59 200 3,3461 0,0001000
8 70 0,0250 17931,59 200 3,9037 0,0001250
9 80 0,0300 17931,59 200 4,4614 0,0001500
10 90 0,0350 17931,59 200 5,0191 0,0001750
11 100 0,0375 17931,59 200 5,5768 0,0001875
12 110 0,0425 17931,59 200 6,1344 0,0002125
13 120 0,0450 17931,59 200 6,6921 0,0002250
14 130 0,0500 17931,59 200 7,2498 0,0002500
15 140 0,0550 17931,59 200 7,8075 0,0002750
16 150 0,0600 17931,59 200 8,3651 0,0003000
17 160 0,0650 17931,59 200 8,9228 0,0003250
18 170 0,0700 17931,59 200 9,4805 0,0003500
19 180 0,0750 17931,59 200 10,0382 0,0003750
20 190 0,0775 17931,59 200 10,5958 0,0003875
21 200 0,0825 17931,59 200 11,1535 0,0004125
22 210 0,0850 17931,59 200 11,7112 0,0004250
23 220 0,0900 17931,59 200 12,2689 0,0004500
24 230 0,0950 17931,59 200 12,8265 0,0004750
25 240 0,1000 17931,59 200 13,3842 0,0005000
26 250 0,1050 17931,59 200 13,9419 0,0005250
27 260 0,1100 17931,59 200 14,4996 0,0005500
28 270 0,1150 17931,59 200 15,0572 0,0005750
29 280 0,1200 17931,59 200 15,6149 0,0006000
30 290 0,1225 17931,59 200 16,1726 0,0006125
31 300 0,1275 17931,59 200 16,7303 0,0006375
32 310 0,1360 17931,59 200 17,2879 0,0006800
33 320 0,1400 17931,59 200 17,8456 0,0007000
34 330 0,1410 17931,59 200 18,4033 0,0007050
35 340 0,1475 17931,59 200 18,9610 0,0007375
36 350 0,1510 17931,59 200 19,5186 0,0007550
37 360 0,1550 17931,59 200 20,0763 0,0007750
102
38 370 0,1610 17931,59 200 20,6340 0,0008050
39 380 0,1650 17931,59 200 21,1917 0,0008250
40 390 0,1700 17931,59 200 21,7493 0,0008500
41 400 0,1750 17931,59 200 22,3070 0,0008750
42 410 0,1800 17931,59 200 22,8647 0,0009000
43 420 0,1850 17931,59 200 23,4224 0,0009250
44 430 0,1900 17931,59 200 23,9800 0,0009500
45 440 0,1975 17931,59 200 24,5377 0,0009875
46 450 0,2005 17931,59 200 25,0954 0,0010025
47 460 0,2035 17931,59 200 25,6531 0,0010175
48 470 0,2100 17931,59 200 26,2107 0,0010500
49 480 0,2175 17931,59 200 26,7684 0,0010875
50 490 0,2250 17931,59 200 27,3261 0,0011250
51 500 0,2290 17931,59 200 27,8838 0,0011450
52 510 0,2325 17931,59 200 28,4414 0,0011625
53 520 0,2375 17931,59 200 28,9991 0,0011875
54 530 0,2450 17931,59 200 29,5568 0,0012250
55 540 0,2510 17931,59 200 30,1145 0,0012550
56 550 0,2550 17931,59 200 30,6721 0,0012750
57 560 0,2600 17931,59 200 31,2298 0,0013000
58 570 0,2650 17931,59 200 31,7875 0,0013250
59 580 0,2725 17931,59 200 32,3452 0,0013625
60 590 0,2800 17931,59 200 32,9028 0,0014000
61 600 0,2850 17931,59 200 33,4605 0,0014250
62 610 0,2900 17931,59 200 34,0182 0,0014500
63 620 0,2950 17931,59 200 34,5759 0,0014750
64 630 0,2990 17931,59 200 35,1335 0,0014950
65 640 0,3050 17931,59 200 35,6912 0,0015250
66 650 0,3100 17931,59 201 36,2489 0,0015423
67 660 0,3180 17931,59 202 36,8066 0,0015743
68 670 0,3250 17931,59 203 37,3642 0,0016010
69 680 0,3350 17931,59 204 37,9219 0,0016422
70 690 0,3400 17931,59 205 38,4796 0,0016585
71 700 0,3490 17931,59 206 39,0373 0,0016942
72 710 0,3575 17931,59 207 39,5949 0,0017271
73 720 0,3700 17931,59 208 40,1526 0,0017788
74 730 0,3775 17931,59 209 40,7103 0,0018062
75 740 0,3825 17931,59 210 41,2680 0,0018214
76 750 0,3950 17931,59 211 41,8256 0,0018720
77 760 0,4030 17931,59 212 42,3833 0,0019009
78 750 0,4100 17931,59 213 41,8256 0,0019249
103
Tabel L-2.19 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-2/12
No Beban ∆L A0 L0 τ ε
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17789,46475 200 0,0000 0,0000000
2 10 0,0075 17789,46475 200 0,5621 0,0000375
3 20 0,0175 17789,46475 200 1,1243 0,0000875
4 30 0,0275 17789,46475 200 1,6864 0,0001375
5 40 0,0325 17789,46475 200 2,2485 0,0001625
6 50 0,0400 17789,46475 200 2,8107 0,0002000
7 60 0,0450 17789,46475 200 3,3728 0,0002250
8 70 0,0510 17789,46475 200 3,9349 0,0002550
9 80 0,0550 17789,46475 200 4,4970 0,0002750
10 90 0,0575 17789,46475 200 5,0592 0,0002875
11 100 0,0700 17789,46475 200 5,6213 0,0003500
12 110 0,0750 17789,46475 200 6,1834 0,0003750
13 120 0,0800 17789,46475 200 6,7456 0,0004000
14 130 0,0850 17789,46475 200 7,3077 0,0004250
15 140 0,0900 17789,46475 200 7,8698 0,0004500
16 150 0,0950 17789,46475 200 8,4320 0,0004750
17 160 0,1010 17789,46475 200 8,9941 0,0005050
18 170 0,1075 17789,46475 200 9,5562 0,0005375
19 180 0,1125 17789,46475 200 10,1183 0,0005625
20 190 0,1175 17789,46475 200 10,6805 0,0005875
21 200 0,1250 17789,46475 200 11,2426 0,0006250
22 210 0,1290 17789,46475 200 11,8047 0,0006450
23 220 0,1330 17789,46475 200 12,3669 0,0006650
24 230 0,1400 17789,46475 200 12,9290 0,0007000
25 240 0,1440 17789,46475 200 13,4911 0,0007200
26 250 0,1510 17789,46475 200 14,0533 0,0007550
27 260 0,1550 17789,46475 200 14,6154 0,0007750
28 270 0,1600 17789,46475 200 15,1775 0,0008000
29 280 0,1650 17789,46475 200 15,7397 0,0008250
30 290 0,1700 17789,46475 200 16,3018 0,0008500
31 300 0,1755 17789,46475 200 16,8639 0,0008775
32 310 0,1815 17789,46475 200 17,4260 0,0009075
33 320 0,1900 17789,46475 200 17,9882 0,0009500
34 330 0,1950 17789,46475 200 18,5503 0,0009750
35 340 0,1990 17789,46475 200 19,1124 0,0009950
36 350 0,2050 17789,46475 200 19,6746 0,0010250
37 360 0,2100 17789,46475 200 20,2367 0,0010500
104
38 370 0,2150 17789,46475 200 20,7988 0,0010750
39 380 0,2225 17789,46475 200 21,3610 0,0011125
40 390 0,2280 17789,46475 200 21,9231 0,0011400
41 400 0,2330 17789,46475 200 22,4852 0,0011650
42 410 0,2400 17789,46475 200 23,0473 0,0012000
43 420 0,2450 17789,46475 200 23,6095 0,0012250
44 430 0,2510 17789,46475 200 24,1716 0,0012550
45 440 0,2550 17789,46475 200 24,7337 0,0012750
46 450 0,2650 17789,46475 200 25,2959 0,0013250
47 460 0,2700 17789,46475 200 25,8580 0,0013500
48 470 0,2750 17789,46475 200 26,4201 0,0013750
49 480 0,2790 17789,46475 200 26,9823 0,0013950
50 490 0,2860 17789,46475 200 27,5444 0,0014300
51 500 0,2925 17789,46475 200 28,1065 0,0014625
52 510 0,2990 17789,46475 200 28,6687 0,0014950
53 520 0,3050 17789,46475 200 29,2308 0,0015250
54 530 0,3125 17789,46475 200 29,7929 0,0015625
55 540 0,3220 17789,46475 200 30,3550 0,0016100
56 550 0,3260 17789,46475 200 30,9172 0,0016300
57 560 0,3310 17789,46475 200 31,4793 0,0016550
58 570 0,3375 17789,46475 200 32,0414 0,0016875
59 580 0,3425 17789,46475 200 32,6036 0,0017125
60 590 0,3480 17789,46475 200 33,1657 0,0017400
61 600 0,3550 17789,46475 200 33,7278 0,0017750
62 610 0,3600 17789,46475 200 34,2900 0,0018000
63 620 0,3660 17789,46475 200 34,8521 0,0018300
64 630 0,3730 17789,46475 200 35,4142 0,0018650
65 640 0,3815 17789,46475 201 35,9763 0,0018980
66 650 0,3890 17789,46475 202 36,5385 0,0019257
67 660 0,3945 17789,46475 203 37,1006 0,0019433
68 670 0,4050 17789,46475 204 37,6627 0,0019853
69 680 0,4150 17789,46475 205 38,2249 0,0020244
70 690 0,4220 17789,46475 206 38,7870 0,0020485
71 700 0,4280 17789,46475 207 39,3491 0,0020676
72 710 0,4390 17789,46475 208 39,9113 0,0021106
73 720 0,4425 17789,46475 209 40,4734 0,0021172
74 730 0,4510 17789,46475 210 41,0355 0,0021476
75 740 0,4650 17789,46475 211 41,5977 0,0022038
76 750 0,4800 17789,46475 212 42,1598 0,0022642
77 765 0,5115 17789,46475 213 43,0030 0,0024014
78 750 0,5265 17789,46475 214 42,1598 0,0024603
105
Tabel L-2.20 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-1,5/10
No Beban ∆L A0 L0 τ ε
(KN) x 0,001 (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17765,83212 200 0,000 0,0000000
2 10 0,0030 17765,83212 200 0,563 0,0000150
3 20 0,0080 17765,83212 200 1,126 0,0000400
4 30 0,0130 17765,83212 200 1,689 0,0000650
5 40 0,0200 17765,83212 200 2,252 0,0001000
6 50 0,0275 17765,83212 200 2,814 0,0001375
7 60 0,0340 17765,83212 200 3,377 0,0001700
8 70 0,0405 17765,83212 200 3,940 0,0002025
9 80 0,0475 17765,83212 200 4,503 0,0002375
10 90 0,0545 17765,83212 200 5,066 0,0002725
11 100 0,0600 17765,83212 200 5,629 0,0003000
12 110 0,0685 17765,83212 200 6,192 0,0003425
13 120 0,0755 17765,83212 200 6,755 0,0003775
14 130 0,0805 17765,83212 200 7,317 0,0004025
15 140 0,0855 17765,83212 200 7,880 0,0004275
16 150 0,0920 17765,83212 200 8,443 0,0004600
17 160 0,1000 17765,83212 200 9,006 0,0005000
18 170 0,1065 17765,83212 200 9,569 0,0005325
19 180 0,1125 17765,83212 200 10,132 0,0005625
20 190 0,1200 17765,83212 200 10,695 0,0006000
21 200 0,1260 17765,83212 200 11,258 0,0006300
22 210 0,1325 17765,83212 200 11,820 0,0006625
23 220 0,1375 17765,83212 200 12,383 0,0006875
24 230 0,1450 17765,83212 200 12,946 0,0007250
25 240 0,1520 17765,83212 200 13,509 0,0007600
26 250 0,1575 17765,83212 200 14,072 0,0007875
27 260 0,1650 17765,83212 200 14,635 0,0008250
28 270 0,1705 17765,83212 200 15,198 0,0008525
29 280 0,1770 17765,83212 200 15,761 0,0008850
30 290 0,1825 17765,83212 200 16,323 0,0009125
31 300 0,1900 17765,83212 200 16,886 0,0009500
32 310 0,1975 17765,83212 200 17,449 0,0009875
33 320 0,2025 17765,83212 200 18,012 0,0010125
34 330 0,2100 17765,83212 200 18,575 0,0010500
35 340 0,2125 17765,83212 200 19,138 0,0010625
36 350 0,2175 17765,83212 200 19,701 0,0010875
37 360 0,2205 17765,83212 200 20,264 0,0011025
106
38 370 0,2250 17765,83212 200 20,826 0,0011250
39 380 0,2325 17765,83212 200 21,389 0,0011625
40 390 0,2400 17765,83212 200 21,952 0,0012000
41 400 0,2450 17765,83212 200 22,515 0,0012250
42 410 0,2525 17765,83212 200 23,078 0,0012625
43 420 0,2600 17765,83212 200 23,641 0,0013000
44 430 0,2700 17765,83212 200 24,204 0,0013500
45 440 0,2775 17765,83212 200 24,767 0,0013875
46 450 0,2800 17765,83212 200 25,330 0,0014000
47 460 0,2895 17765,83212 200 25,892 0,0014475
48 470 0,3000 17765,83212 200 26,455 0,0015000
49 480 0,3075 17765,83212 200 27,018 0,0015375
50 490 0,3150 17765,83212 200 27,581 0,0015750
51 500 0,3200 17765,83212 200 28,144 0,0016000
52 510 0,3300 17765,83212 200 28,707 0,0016500
53 520 0,3400 17765,83212 200 29,270 0,0017000
54 530 0,3470 17765,83212 200 29,833 0,0017350
55 540 0,3560 17765,83212 200 30,395 0,0017800
56 550 0,3650 17765,83212 200 30,958 0,0018250
57 560 0,3725 17765,83212 200 31,521 0,0018625
58 570 0,3825 17765,83212 200 32,084 0,0019125
59 580 0,3925 17765,83212 200 32,647 0,0019625
60 590 0,4060 17765,83212 200 33,210 0,0020300
61 600 0,4225 17765,83212 200 33,773 0,0021125
62 610 0,4775 17765,83212 200 34,336 0,0023875
63 620 0,4950 17765,83212 200 34,898 0,0024750
64 610 0,5075 17765,83212 201 34,336 0,0025249
107
Tabel L-2.21 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-1,5/11
No Beban ∆L A0 L0 τ ε
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17742,22 200 0,0000 0,0000000
2 10 0,0025 17742,22 200 0,5636 0,0000125
3 20 0,0070 17742,22 200 1,1273 0,0000350
4 30 0,0130 17742,22 200 1,6909 0,0000650
5 40 0,0215 17742,22 200 2,2545 0,0001075
6 50 0,0270 17742,22 200 2,8181 0,0001350
7 60 0,0350 17742,22 200 3,3818 0,0001750
8 70 0,0410 17742,22 200 3,9454 0,0002050
9 80 0,0480 17742,22 200 4,5090 0,0002400
10 90 0,0550 17742,22 200 5,0726 0,0002750
11 100 0,0600 17742,22 200 5,6363 0,0003000
12 110 0,0675 17742,22 200 6,1999 0,0003375
13 120 0,0750 17742,22 200 6,7635 0,0003750
14 130 0,0810 17742,22 200 7,3272 0,0004050
15 140 0,0875 17742,22 200 7,8908 0,0004375
16 150 0,0950 17742,22 200 8,4544 0,0004750
17 160 0,1020 17742,22 200 9,0180 0,0005100
18 170 0,1040 17742,22 200 9,5817 0,0005200
19 180 0,1150 17742,22 200 10,1453 0,0005750
20 190 0,1225 17742,22 200 10,7089 0,0006125
21 200 0,1280 17742,22 200 11,2725 0,0006400
22 210 0,1350 17742,22 200 11,8362 0,0006750
23 220 0,1425 17742,22 200 12,3998 0,0007125
24 230 0,1475 17742,22 200 12,9634 0,0007375
25 240 0,1550 17742,22 200 13,5271 0,0007750
26 250 0,1610 17742,22 200 14,0907 0,0008050
27 260 0,1685 17742,22 200 14,6543 0,0008425
28 270 0,1760 17742,22 200 15,2179 0,0008800
29 280 0,1815 17742,22 200 15,7816 0,0009075
30 290 0,1880 17742,22 200 16,3452 0,0009400
31 300 0,1930 17742,22 200 16,9088 0,0009650
32 310 0,1980 17742,22 200 17,4725 0,0009900
33 320 0,2030 17742,22 200 18,0361 0,0010150
34 330 0,2080 17742,22 200 18,5997 0,0010400
35 340 0,2130 17742,22 200 19,1633 0,0010650
36 350 0,2180 17742,22 200 19,7270 0,0010900
37 360 0,2230 17742,22 200 20,2906 0,0011150
108
38 370 0,2280 17742,22 200 20,8542 0,0011400
39 380 0,2330 17742,22 200 21,4178 0,0011650
40 390 0,2380 17742,22 200 21,9815 0,0011900
41 400 0,2450 17742,22 200 22,5451 0,0012250
42 410 0,2525 17742,22 200 23,1087 0,0012625
43 420 0,2600 17742,22 200 23,6724 0,0013000
44 430 0,2650 17742,22 200 24,2360 0,0013250
45 440 0,2700 17742,22 200 24,7996 0,0013500
46 450 0,2850 17742,22 200 25,3632 0,0014250
47 460 0,2930 17742,22 200 25,9269 0,0014650
48 470 0,3015 17742,22 200 26,4905 0,0015075
49 480 0,3100 17742,22 200 27,0541 0,0015500
50 490 0,3250 17742,22 200 27,6177 0,0016250
51 500 0,3375 17742,22 200 28,1814 0,0016875
52 510 0,3450 17742,22 200 28,7450 0,0017250
53 520 0,3510 17742,22 200 29,3086 0,0017550
54 530 0,3615 17742,22 200 29,8723 0,0018075
55 540 0,3700 17742,22 200 30,4359 0,0018500
56 550 0,3775 17742,22 200 30,9995 0,0018875
57 560 0,3850 17742,22 200 31,5631 0,0019250
58 570 0,3950 17742,22 200 32,1268 0,0019750
59 580 0,4050 17742,22 200 32,6904 0,0020250
60 590 0,4100 17742,22 200 33,2540 0,0020500
61 600 0,4175 17742,22 200 33,8176 0,0020875
62 610 0,4280 17742,22 200 34,3813 0,0021400
63 620 0,4390 17742,22 200 34,9449 0,0021950
64 630 0,4480 17742,22 200 35,5085 0,0022400
65 640 0,4550 17742,22 200 36,0722 0,0022750
66 650 0,4575 17742,22 200 36,6358 0,0022875
67 660 0,4700 17742,22 200 37,1994 0,0023500
68 670 0,4825 17742,22 200 37,7630 0,0024125
69 680 0,4950 17742,22 200 38,3267 0,0024750
70 690 0,5150 17742,22 200 38,8903 0,0025750
71 680 0,5350 17742,22 201 38,3267 0,0026617
109
Tabel L-2.22 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-1,5/12
No Beban ∆L A0 L0 τ ε
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17647,90459 200 0,0000 0,0000000
2 10 0,0055 17647,90459 200 0,5666 0,0000275
3 20 0,0125 17647,90459 200 1,1333 0,0000625
4 30 0,0175 17647,90459 200 1,6999 0,0000875
5 40 0,0275 17647,90459 200 2,2666 0,0001375
6 50 0,0325 17647,90459 200 2,8332 0,0001625
7 60 0,0390 17647,90459 200 3,3998 0,0001950
8 70 0,0445 17647,90459 200 3,9665 0,0002225
9 80 0,0515 17647,90459 200 4,5331 0,0002575
10 90 0,0575 17647,90459 200 5,0998 0,0002875
11 100 0,0650 17647,90459 200 5,6664 0,0003250
12 110 0,0700 17647,90459 200 6,2330 0,0003500
13 120 0,0775 17647,90459 200 6,7997 0,0003875
14 130 0,0850 17647,90459 200 7,3663 0,0004250
15 140 0,0925 17647,90459 200 7,9330 0,0004625
16 150 0,1015 17647,90459 200 8,4996 0,0005075
17 160 0,1075 17647,90459 200 9,0662 0,0005375
18 170 0,1160 17647,90459 200 9,6329 0,0005800
19 180 0,1225 17647,90459 200 10,1995 0,0006125
20 190 0,1300 17647,90459 200 10,7662 0,0006500
21 200 0,1375 17647,90459 200 11,3328 0,0006875
22 210 0,1450 17647,90459 200 11,8994 0,0007250
23 220 0,1535 17647,90459 200 12,4661 0,0007675
24 230 0,1610 17647,90459 200 13,0327 0,0008050
25 240 0,1630 17647,90459 200 13,5993 0,0008150
26 250 0,1760 17647,90459 200 14,1660 0,0008800
27 260 0,1825 17647,90459 200 14,7326 0,0009125
28 270 0,1895 17647,90459 200 15,2993 0,0009475
29 280 0,1950 17647,90459 200 15,8659 0,0009750
30 290 0,2025 17647,90459 200 16,4325 0,0010125
31 300 0,2075 17647,90459 200 16,9992 0,0010375
32 310 0,2150 17647,90459 200 17,5658 0,0010750
33 320 0,2225 17647,90459 200 18,1325 0,0011125
34 330 0,2300 17647,90459 200 18,6991 0,0011500
35 340 0,2380 17647,90459 200 19,2657 0,0011900
36 350 0,2430 17647,90459 200 19,8324 0,0012150
37 360 0,2525 17647,90459 200 20,3990 0,0012625
110
38 370 0,2600 17647,90459 200 20,9657 0,0013000
39 380 0,2660 17647,90459 200 21,5323 0,0013300
40 390 0,2725 17647,90459 200 22,0989 0,0013625
41 400 0,2825 17647,90459 200 22,6656 0,0014125
42 410 0,2900 17647,90459 200 23,2322 0,0014500
43 420 0,2960 17647,90459 200 23,7989 0,0014800
44 430 0,3085 17647,90459 200 24,3655 0,0015425
45 440 0,3160 17647,90459 200 24,9321 0,0015800
46 450 0,3210 17647,90459 200 25,4988 0,0016050
47 460 0,3310 17647,90459 200 26,0654 0,0016550
48 470 0,3375 17647,90459 200 26,6321 0,0016875
49 480 0,3460 17647,90459 200 27,1987 0,0017300
50 490 0,3525 17647,90459 200 27,7653 0,0017625
51 500 0,3625 17647,90459 200 28,3320 0,0018125
52 510 0,3750 17647,90459 200 28,8986 0,0018750
53 520 0,3850 17647,90459 200 29,4653 0,0019250
54 510 0,3950 17647,90459 200 28,8986 0,0019750
55 500 0,4050 17647,90459 200 28,3320 0,0020250
111
Tabel L-2.23 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-1/10
No Beban ∆L A0 L0 τ ε
(KN) x 0,001 (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 18313,35674 200 0,000 0,0000000
2 10 0,0050 18313,35674 200 0,546 0,0000250
3 20 0,0125 18313,35674 200 1,092 0,0000625
4 30 0,0175 18313,35674 200 1,638 0,0000875
5 40 0,0345 18313,35674 200 2,184 0,0001725
6 50 0,0410 18313,35674 200 2,730 0,0002050
7 60 0,0490 18313,35674 200 3,276 0,0002450
8 70 0,0580 18313,35674 200 3,822 0,0002900
9 80 0,0675 18313,35674 200 4,368 0,0003375
10 90 0,0760 18313,35674 200 4,914 0,0003800
11 100 0,0840 18313,35674 200 5,460 0,0004200
12 110 0,0870 18313,35674 200 6,007 0,0004350
13 120 0,1010 18313,35674 200 6,553 0,0005050
14 130 0,1110 18313,35674 200 7,099 0,0005550
15 140 0,1190 18313,35674 200 7,645 0,0005950
16 150 0,1280 18313,35674 200 8,191 0,0006400
17 160 0,1400 18313,35674 200 8,737 0,0007000
18 170 0,1505 18313,35674 200 9,283 0,0007525
19 180 0,1600 18313,35674 200 9,829 0,0008000
20 190 0,1690 18313,35674 200 10,375 0,0008450
21 200 0,1780 18313,35674 200 10,921 0,0008900
22 210 0,1925 18313,35674 200 11,467 0,0009625
23 220 0,2025 18313,35674 200 12,013 0,0010125
24 230 0,2150 18313,35674 200 12,559 0,0010750
25 240 0,2250 18313,35674 200 13,105 0,0011250
26 250 0,2400 18313,35674 200 13,651 0,0012000
27 260 0,2525 18313,35674 200 14,197 0,0012625
28 270 0,2720 18313,35674 200 14,743 0,0013600
29 280 0,2900 18313,35674 200 15,289 0,0014500
30 290 0,3050 18313,35674 200 15,835 0,0015250
31 300 0,3100 18313,35674 200 16,381 0,0015500
32 305 0,3200 18313,35674 200 16,655 0,0016000
33 300 0,3250 18313,35674 200 16,381 0,0016250
112
Tabel L-2.24 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-1/11
No Beban ∆L A0 L0 τ ε
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 17907,86 200 0,0000 0,0000000
2 10 0,0050 17907,86 200 0,5584 0,0000250
3 20 0,0120 17907,86 200 1,1168 0,0000600
4 30 0,0185 17907,86 200 1,6752 0,0000925
5 40 0,0260 17907,86 200 2,2337 0,0001300
6 50 0,0335 17907,86 200 2,7921 0,0001675
7 60 0,0400 17907,86 200 3,3505 0,0002000
8 70 0,0470 17907,86 200 3,9089 0,0002350
9 80 0,0525 17907,86 200 4,4673 0,0002625
10 90 0,0600 17907,86 200 5,0257 0,0003000
11 100 0,0675 17907,86 200 5,5841 0,0003375
12 110 0,0750 17907,86 200 6,1426 0,0003750
13 120 0,0850 17907,86 200 6,7010 0,0004250
14 130 0,0925 17907,86 200 7,2594 0,0004625
15 140 0,1000 17907,86 200 7,8178 0,0005000
16 150 0,1100 17907,86 200 8,3762 0,0005500
17 160 0,1190 17907,86 200 8,9346 0,0005950
18 170 0,1290 17907,86 200 9,4930 0,0006450
19 180 0,1400 17907,86 200 10,0515 0,0007000
20 190 0,1505 17907,86 200 10,6099 0,0007525
21 200 0,1650 17907,86 200 11,1683 0,0008250
22 210 0,1775 17907,86 200 11,7267 0,0008875
23 220 0,1850 17907,86 200 12,2851 0,0009250
24 230 0,2100 17907,86 200 12,8435 0,0010500
25 240 0,2300 17907,86 200 13,4019 0,0011500
26 250 0,2500 17907,86 200 13,9603 0,0012500
27 258 0,2950 17907,86 200 14,4071 0,0014750
28 240 0,3400 17907,86 200 13,4019 0,0017000
113
Tabel L-2.25 Data pengujian tegangan tekan regangan GP-1/12
No Beban ∆L A0 L0 τ ε
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
1 0 0,0000 18784,07139 200 0,0000 0,0000000
2 10 0,0015 18784,07139 200 0,5324 0,0000075
3 20 0,0050 18784,07139 200 1,0647 0,0000250
4 30 0,0090 18784,07139 200 1,5971 0,0000450
5 40 0,0135 18784,07139 200 2,1295 0,0000675
6 50 0,0170 18784,07139 200 2,6618 0,0000850
7 60 0,0200 18784,07139 200 3,1942 0,0001000
8 70 0,0250 18784,07139 200 3,7266 0,0001250
9 80 0,0290 18784,07139 200 4,2589 0,0001450
10 90 0,0335 18784,07139 200 4,7913 0,0001675
11 100 0,0375 18784,07139 200 5,3237 0,0001875
12 110 0,0420 18784,07139 200 5,8560 0,0002100
13 120 0,0460 18784,07139 200 6,3884 0,0002300
14 130 0,0510 18784,07139 200 6,9208 0,0002550
15 140 0,0550 18784,07139 200 7,4531 0,0002750
16 150 0,0600 18784,07139 200 7,9855 0,0003000
17 160 0,0650 18784,07139 200 8,5179 0,0003250
18 170 0,0700 18784,07139 200 9,0502 0,0003500
19 180 0,0755 18784,07139 200 9,5826 0,0003775
20 190 0,0815 18784,07139 200 10,1150 0,0004075
21 200 0,0875 18784,07139 200 10,6473 0,0004375
22 210 0,0925 18784,07139 200 11,1797 0,0004625
23 220 0,0975 18784,07139 200 11,7121 0,0004875
24 230 0,1025 18784,07139 200 12,2444 0,0005125
25 240 0,1075 18784,07139 200 12,7768 0,0005375
26 250 0,1150 18784,07139 200 13,3091 0,0005750
27 260 0,1225 18784,07139 200 13,8415 0,0006125
28 270 0,1275 18784,07139 200 14,3739 0,0006375
29 280 0,1330 18784,07139 200 14,9062 0,0006650
30 290 0,1390 18784,07139 200 15,4386 0,0006950
31 300 0,1470 18784,07139 200 15,9710 0,0007350
32 310 0,1525 18784,07139 200 16,5033 0,0007625
33 320 0,1600 18784,07139 200 17,0357 0,0008000
34 330 0,1670 18784,07139 200 17,5681 0,0008350
35 340 0,1750 18784,07139 200 18,1004 0,0008750
36 350 0,1790 18784,07139 200 18,6328 0,0008950
37 360 0,1850 18784,07139 200 19,1652 0,0009250
114
38 370 0,1925 18784,07139 200 19,6975 0,0009625
39 380 0,2025 18784,07139 200 20,2299 0,0010125
40 390 0,2090 18784,07139 200 20,7623 0,0010450
41 400 0,2150 18784,07139 200 21,2946 0,0010750
42 410 0,2225 18784,07139 200 21,8270 0,0011125
43 420 0,2325 18784,07139 200 22,3594 0,0011625
44 430 0,2425 18784,07139 200 22,8917 0,0012125
45 440 0,2490 18784,07139 200 23,4241 0,0012450
46 450 0,2575 18784,07139 200 23,9565 0,0012875
47 460 0,2675 18784,07139 200 24,4888 0,0013375
48 470 0,2775 18784,07139 200 25,0212 0,0013875
49 480 0,2875 18784,07139 200 25,5536 0,0014375
50 490 0,3050 18784,07139 200 26,0859 0,0015250
51 500 0,3250 18784,07139 200 26,6183 0,0016250
52 510 0,3400 18784,07139 200 27,1507 0,0017000
53 520 0,3550 18784,07139 200 27,6830 0,0017750
54 525 0,3950 18784,07139 200 27,9492 0,0019750
55 520 0,4350 18784,07139 200 27,6830 0,0021750
115
Lampiran 3 Gambar
Gambar L-3.1 Abu terbang (fly ash)
Gambar L-3.2 NaOH (flakes)
116
Gambar L-3.3 Waterglass
Gambar L-3.4 Larutan alkali aktivator
117
Gambar L-3.5 Pasta geopolimer
Gambar L-3.6 Slumpflow GP-2,0
118
Gambar L-3.7 Slumpflow GP-2,0
Gambar L-3.8 Slumpflow GP-2,0
119
Gambar L-3.9 Slumpflow GP-1,5
Gambar L-3.10 Slumpflow GP-1,5
120
Gambar L-3.11 Slumpflow GP-1,5
Gambar L-3.12 Beton segar
121
Gambar L-3.13 Sampel kuat tekan
Gambar L-3.14 Sampel kuat tekan
122
Gambar L-3.15 Sampel kuat tekan
.