Upload
nowandapradita
View
84
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Survei Konsumsi Pangan Di Kelurahan Dadaprejo RT 01/RW 02
Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan Food Frequency Method
Disusun Oleh:
Annisaa Septyani Rowadyah (125100100111031)
Deine Kalpika Sari (125100101111029)
Nowanda Pradita Arlianti (125100101111035)
Sabrina Widya Purbasari (125100101111039)
Zulfa Rahmawati (125100107111007)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang
2014
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk paling
banyak di dunia. Penduduk Indonesia tersebar di berbagai daerah kepulauan seperti
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, Papua, Bali dan kepulauan kecil lainnya. Dengan
latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang beragam sehingga menyebabkan
terjadi keragaman konsumsi pangan di Indonesia. Keragaman konsumsi pangan
tersebut mencakup ragam jenis pangan yang dikonsumsi, jumlah pangan yang
dikonsumsi serta frekuensi dan waktu makan yang secara kuantitatif menentukan
jumlah atau porsi yang dikonsumsi oleh masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Apabila keragaman pangan tersebut berada di bawah anjuran, maka tingkat
konsumsinya perlu ditingkatkan dengan cara peningkatan pendapatan serta
pengetahuan pangan dan gizi serta peningkatan ketersediaan pangan yang sesuai
dengan kondisi dan potensi sumber daya di daerah yang bersangkutan.
Informasi mengenai konsumsi pangan dapat diperoleh melalui survei konsumsi
pangan. Survei konsumsi pangan merupakan suatu metode dalam menghimpun
informasi dengan tujuan untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang atau suatu
kelompok. Hal terpenting dalam survei konsumsi pangan adalah metode pengumpulan
data yang bertujuan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Survei konsumsi pangan tersebut harus direncanakan dengan baik agar
menjamin ketepatan (accuracy) serta validitas data dan informasi yang diperoleh
(Suhardjo, 1987).
Survei konsumsi pangan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Survei konsumsi pangan secara kualitatif biasanya digunakan untuk mengetahui
frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis pangan yang dikonsumsi dan
menggali informasi tentang kebiasaan makan (food habit) serta cara memperoleh
pangan. Sedangkan survei konsumsi pangan secara kuantitatif dimaksudkan untuk
mengetahui jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung
konsumsi zat gizi seseorang atau kelompok orang (Suhardjo,1989).
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
Metode yang dapat digunakan dalam pengukuran konsumsi pangan secara
kualitatif adalah metode riwayat makanan (dietary history method), metode frekuensi
makanan (food frequency method), metode pendaftaran makanan (food list method) dan
metode telepon. Sedangkan metode pengukuran konsumsi pangan secara kuantitatif
yaitu metode perkiraan makanan (estimated food records method), metode penimbangan
makanan (food weighing), food account, dan metode inventaris (inventory method), serta
metode pencatatan (household food records method) (Supariasa, 2001).
Food frequency method (metode frekuensi makanan) adalah metode yang
dilakukan untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan
makanan atau makanan jadi selama periode tertentu, seperti harian, mingguan, bulanan,
atau tahunan. Metode ini dilakukan untuk mengetahui pola konsumsi pangan
perorangan. Food frequency method sering digunakan dalam survei konsumsi pangan
karena relative murah dan sederhana, tidak membutuhkan latihan khusus, serta dapat
membantu menjelaskan hubungan antara penyakit dengan kebiasaan makan (Supariasa,
2001).
Untuk mengetahui keragaman konsumsi pangan atau pola pangan dari
masyarakat penulis melakukan survei pola pangan di Kelurahan Dadaprejo, Kecamatan
Junrejo RT 01 RW 02. Masyarakat Kelurahan Dadaprejo Batu, Malang kebanyakan
bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Dengan jumlah penduduk yang
cukup besar memungkinkan masyarakat Kelurahan Dadaprejo Batu, Malang memiliki
keragaman pola konsumsi pangan yang ada di tiap kepala keluarga. Sehingga, penulis
mengambil sampel acak 10 kepala keluarga dan pola pangan selama 3 hari di Kelurahan
Dadaprejo Batu Malang tersebut untuk selanjutnya dilakukan analisa apakah pola
konsumsi pangan sudah memenuhi anjuran pemenuhan keragaman konsumsi pangan
yang ditetapkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2.2 Tujuan
Tujuan dari survei pola pangan di Kelurahan Dadaprejo, Batu Malang adalah:
1. Mengetahui pola pangan masyarakat Kelurahan Dadaprejo, Batu Malang
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
2. Mengetahui asupan gizi yang terpenuhi dari masyarakat Kelurahan Dadaprejo, Batu
Malang
3. Mengetahui status gizi dari masyarakat Kelurahan Dadaprejo, Batu Malang
4. Mengetahui cara penanggulangan permasalahan pola pangan masyarakat Kelurahan
Dadaprejo, Batu Malang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pola Konsumsi Pangan
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan
lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi
manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi
(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi landasan utama bagi
manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang
dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan individu secara biologik, psikologik, maupun sosial. Hal ini terkait
dengan fungsi makanan yaitu gastronomik, identitas, budaya, religi dan magis,
komunikasi, lambang status ekonomi serta kekuatan. Oleh karena itu ekspresi setiap
individu dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain. Ekspresi tersebut
akan membentuk pola perilaku makan yang disebut dengan kebiasaan makan (Baliwati,
dkk, 2004)
Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. (Baliwati, 2004). Pola makan
merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah
bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas
untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. (Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti,
2004 : 89).
Di masyarakat dikenal pola pangan atau kebiasaan makan yang ada pada
masyarakat dimana seseorang anak hidup. Keadaan kesehatan tergantung dari tingkat
konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan.
Kuantitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam
susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas
menunjukan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan
hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya,
maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang
menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat. Bila
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
konsumsi baik kuantitasnya dan dalam jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh
dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih.
(Sediaoetama, 2006)
2.2 Konsumsi Makanan Beraneka Ragam
Menurut Sediaoetama (2006), tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan
kuantitas makanan yang dimakan. Kualitas makanan menunjukkan adanya zat gizi yang
diperlukan tubuh didalam susunan hidangan dan perbandingannya terhadap satu dan
lainnya. Kuantitas menunjukkan jumlah masing - masing zat gizi terhadap kebutuhan
tubuh. tingkat konsumsi individu dapat mempengaruhi status gizinya.
Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak
ada satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang
untuk tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Makanan
sumber zat tenaga seprti beras, jagung, gandum, roti, dan ubi, menghasilkan energi
untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang berasal dari bahan
makanan nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari
hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil olahannya. Makanan sumber zat pengatur
adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai
vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal harus
berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makanan, hidangan tersebut terdiri dari 4
kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah).
2.3 Penilaian Konsumsi Pangan Wilayah
Analisis konsumsi pangan wilayah diarahkan untuk menganalisis situasi konsumsi
pangan dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya dan sosial ekonomi wilayah.
Alam menganalisis konsumsi pangan wilayah yang berbasis sumberdaya, perlu
diperhatikan faktor pendukung utama yang mempengaruhi pola konsumsi yaitu (1)
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
ketersediaan; (2) kondisi sosial dan ekonomi; (3) letak geografis wilayah (desa -kota)
serta (4) karakteristik rumah tangga.
2.4 Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency Method)
Metode frekuensi makanan adalah metode yang dilakukan untuk memperoleh data
tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode
tertentu seperti hari, minggu bulan atau tahun. Tujuan dari metode frekuensi makanan
ini adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah makanan
secara kualitatif. Kuisioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan
dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Kuisioner frekuensi
makanan telah digunakan secara luas, terutama pada penelitian epidemologi penyakit
kronik, untuk melihat pola makan dari individu yang menjadi subjek penelitian
(Supariasa, 2001).
Kelebihan pada metode frekuensi makanan antara lain relative murah dan
sederhana, dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan latihan khusus,
serta dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan
makan. Sedangkan kekurangan dari metode frekuensi makanan adalah tidak dapat
menghitung intake zat gizi dalam sehari, sulit mengembangkan kuisioner pengumpulan
data, cukup menjemukan bagi pewawancara, diperlukan percobaan pendahuluan untuk
menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuisioner, dan
responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi. (Supariasa, 2001).
2.5 Angka Kecukupan gizi (AKG)
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan atau Recommended Dietary Allowances (RDA)
adalah taraf konsumsi zat-zat gizi essensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai
cukup untuk memenuhi kebutuhan hamper semua orang sehat. Angka Kecukupan Gizi (AKG)
adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan
status gizi (Almatsier, 2009).
Standar kecukupan gizi di Indonesia pada umumnya masih menggunakan standar makro,
yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein, sedangkan standar kecukupan gizi
secara mikro seperti kecukupan vitamin dan mineral belum banyak diterapkan. AKG yang
dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur,
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
gender, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui.
(Almatsier, 2009).
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi 2013 bagi Orang Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam survei ini adalah metode analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
mengetahui pola konsumsi pangan di masyarakat khususnya warga RT 01 RW 02
Kelurahan Dadaprejo,Kota Batu.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
3.2 Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik yang digunakan pada metode penelitian ini adalah pengumpulan data
primer. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan sasaran kelompok
masyarakat tertentu yang berada dalam lingkup rukun tetangga (RT).
Penelitian yang dilakukan dengan cara observasi secara langsung ke setiap rumah warga
yang menjadi responden. Jumlah responden atau sampel yang diambil berjumlah 10 KK
pada satu RT.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam survei ini dilakukan pengumpulan data primer saja dengan cara surveior
turun langsung ke lapangan yaitu mendatangi rumah warga satu per satu. Pengumpulan
data yang dilakukan secara primer dengan cara mewawancarai responden
menggunakan kuisioner yang sudah tersedia meliputi identitas responden, karakteristik
responden serta konsumsi pangan rumah tangga menggunakan metode “recall” 1x24
jam selama 3 hari.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dengan mempersiapkan kuisioner yang akan digunakan,
dilankutkan dengan pengumpulan data wawancara dan dilakukan tabulasi data hasil
survei. Setelah itu, dilakukan analisis data secara deskriptif dan kuantitatif.
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini setelah dilakukan
pengumpulan data. Analisis yang dilakukan meliputi analisis deskriptif dan analisis
kuantitatif.
1. Analisis Deskriptif
Metode Analisis Deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data
yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan responden
secara umum. Data yang sudah diperoleh dan sifatnya kualitatif misalnya karakteristik
rumah tangga meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan dianalisis
menggunakan metode analisis deskriptif.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung data primer yang diperoleh
dari data pola konsumsi pangan harian secara statistik menggunakan perhitungan AKE
dan AKP.
Persiapan kuisioner
Data wawancara
Tabulasi Data
Analisis Data
Deskriptif
Kuantitatif
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Survei konsumsi pangan yang dilakukan di Kelurahan Dadaprejo RT 01 RW 02
Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada tanggal 4 Mei 2013 terdiri 10 responden dengan
hasil sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang terdapat dalam 10
keluarga tersebut adalah
2.
Analisis Kuisioner Survei
1. Keluarga Pak Samsul Rachman
Secara umum, karakteristik keluarga Pak Samsul Rachman adalah sebagai
berikut; terdiri dari 4 orang, yang meliputi
1. Pak Samsul Rachman - kepala keluarga (49 tahun), riwayat pendidikan : S2,
pekerjaan: Kepala Sekolah SD dengan penghasilan Rp 5.000.000,00/bulan
2. Bu Vaama - istri (39 tahun), riwayat pendidikan : S1, pekerjaan: ibu rumah tangga
No. Keluarga
Jenis Kelamin Anggota
Keluarga
Jumlah Anggota
Keluarga
Laki-Laki Perempuan
1. Pak Samsul Rachman 2 2 4
2. Pak Sugito 2 2 4
3. Pak Indra L. 1 2 3
4. Bu Lilik 3 3
5. Bu Toriqotul Jannah 1 2 3
6. Pak Edi H. 4 2 6
7. Pak Budi H 2 2 4
8. Pak Imanul 2 2 4
9. Pak Samsul Hadi 1 1 2
10. Pak Paito 3 1 4
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
3. Hilman – anak (19 tahun), riwayat pendidikan: Mahasiswa, tidak bekerja (masih
bersekolah)
4. Vira – anak (12 tahun), riwayat pendidikan SD, tidak bekerja (masih bersekolah).
Dari hasil perhitungan survei konsumsi pangan dengan food frequency method,
diperoleh bahwa jumlah energi yang dikonsumsi oleh tiap individu di keluarga pak
Samsul Rachman adalah 1362.97 kkal dengan jumlah konsumsi protein sebesar 46.65
gram. Sedangkan menurut tabe AKG tahun 2013, kecukupan energi dan protein untuk
orang dewasa secara berurutan adalah 2000 kkal dan 52 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah energi dan protein yang dikonsumsi oleh tiap individu di dalam keluarga
pak Samsul Rachman masih dibawah standar.
Kurangnya kecukupan energi pada tiap individu dalam keluarga Pak Samsul
Rachman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah individu dalam keluarga
dan total penghasilan keluarga. Semakin banyak jumlah individu dalam suatu keluarga,
maka semakin banyak kebutuhan konsumsi pangannya. Hal ini dimaksudkan agar
kecukupan energi dan protein tiap individu dapat terpenuhi. Namun, hal ini tidak
ditemukan pada keluarga Pak Samsul Rachman. Sehingga kecukupan energinya berada
di bawah standar. Total penghasilan dalam suatu keluarga juga berpengaruh pada pola
konsumsi pangan. Semakin tinggi total penghasilan dalam suatu keluarga maka semakin
banyak jumlah bahan pangan yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat meningkatkan
jumlah energi yang dikonsumsi oleh tiap individu dalam keluarga tersebut.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
2. Keluarga Pak Sugito
Secara umum, karakteristik keluarga Pak Sugito adalah sebagai berikut; terdiri
dari 4 orang, yang meliputi:
1. Pak Sugito - kepala keluarga (48 tahun), riwayat pendidikan : SMK, pekerjaan:
pegawai swasta dengan penghasilan Rp 1.000.000,00/bulan.
2. Bu Sofyah - istri (46 tahun), riwayat pendidikan : SMA, pekerjaan: ibu rumah tangga
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
3. Bayu – anak (12 tahun), riwayat pendidikan : SD, pekerjaan: tidak bekerja (masih
bersekolah).
4. Nia. – anak (8 tahun), riwayat pendidikan: SD, pekerjaan: tidak bekerja (masih
bersekolah).
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan dengan food frequency
method, diperoleh bahwa jumlah energi yang dikonsumsi oleh tiap individu dalam
keluarga Pak Sugito adalah 1882.83 kkal dengan protein sebesar 29.24 gram. Sedangkan
menurut tabel AKG tahun 2013, kebutuhan energi untuk orang dewasa adalah 2000 kkal
dan protein sebesar 52 gram. Hal ini menunjukkan bahwa energi dan protein yang
dikonsumsi oleh tiap individu di keluarga tersebut lebih rendah dari standar yang
ditentukan.
Dari hasil survei didapatkan bahwa konsumsi makanan dari keluarga pak Sugito
untuk protein masih tergolong rendah sehingga AKP tidak mencukupi AKP standar.
Begitupula jumlah energi yang dikonsumsi lebih rendah daripada AKG standar.
Tingginya tingkat konsumsi protein dalam keluarga ini dapat dikatakan dalam batas
kewajaran. Karena pada keluarga ini terdapat anak yang masih dalam masa
pertumbuhan. Kurangnya kecukupan energy pada tiap individu dalam keluarga pak
Sugito ini dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya yaitu penghasilan
dan jumlah individu dalam keluarga. Dapat dilihat penghasilan 1 bulan hanya
Rp.1.000.00 dan istrinya hanya ibu rumah tangga, dan mempunyai 2 anak yang
masih bersekolah di bangku SD. Rendahnya penghasilan sangat mempengaruhi
jumlah bahan pangan yang dikonsumsi. Karena jika semakin tinggi total penghasilan
dalam suatu keluarga maka semakin banyak jumlah bahan pangan yang dapat
dikonsumsi. Sehingga dapat meningkatkan jumlah energy yang dikonsumsi oleh tiap
individu dalam keluarga tersebut.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
3. Keluarga Pak Indra L.
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
Secara umum, karakteristik keluarga Pak Indra L. adalah sebagai berikut; terdiri
dari 3 orang, yang meliputi
1. Pak Indra L. - kepala keluarga (30 tahun), riwayat pendidikan : SMA, Pekerjaan :
Swasta dengan penghasilan Rp 2.000.000,00/bulan.
2. Bu Annisa Mufida - istri (24 tahun), riwayat pendidikan : SMP, pekerjaan: ibu rumah
tangga
3. Fahma Aminah. – anak (1.5 tahun), riwayat pendidikan: belum sekolah.
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan, diperoleh bahwa energi yang
dikonsumsi oleh tiap individu di keluarga Pak Indra L. adalah 1791.324 kkal dengan
protein sebesar 42.75 gram. Sedangkan menurut tabel AKG tahun 2004, kebutuhan
energi untuk orang dewasa adalah 2000 kkal dan protein sebesar 52 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah energi dan protein yang dikonsumsi oleh tiap individu di
keluarga Pak Indra L. masih di bawah standar AKG dan AKP yang telah ditetapkan.
Apabila ditinjau dari segi pendapatan, keluarga ini termasuk keluarga yang
mampu. Hanya saja, jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya tidak terlalu banyak.
Selain itu, kurangnya pengetahuan mengenai kebutuhan zat gizi yang seimbang juga
dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan dalam suatu keluarga. Bu Annisa sebagai
ibu rumah tangga dengan riwayat pendidikan akhir SMP ini sangatlah mempengaruhi
pengetahuan tentang kebutuan zat gizi yang seimbang.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
4. Keluarga Bu Lilik
Secara umum, karakteristik keluarga Bu Lilik adalah sebagai berikut; terdiri dari 3
orang, yang meliputi
1. Bu Lilik - kepala keluarga (33 tahun), riwayat pendidikan : SMA, Pekerjaan :
Wiraswasta dengan penghasilan Rp 4.500.000,00/bulan.
2. Ita – anak (15 tahun), riwayat pendidikan: SMP, tidak bekerja (masih bersekolah).
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
3. Zulfa – anak (10 tahun), riwayat pendidikan SD, tidak bekerja (masih bersekolah).
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan, diperoleh bahwa energi yang
dikonsumsi oleh setiap individu di keluarga Bu Lilik adalah 1920 kkal dengan protein
sebesar 53.04 gram. Sedangkan menurut tabel AKG tahun 2013, kebutuhan energi untuk
orang dewasa adalah 2000 kkal dan protein sebesar 52 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah energi dan protein yang dikonsumsi oleh tiap individu di keluarga Bu
Lilik telah mencukupi standar AKG dan AKP yang ditentukan.
Dari hasil survei yang dilakukan, diperoleh bahwa total pendapatan pada keluarga
ini cukup tinggi. Total pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan di
keluarga tersebut. Semakin tinggi total pendapatannya, maka semakin banyak jenis dan
jumlah bahan pangan yang dapat dikonsumsi. Tentu saja hal ini akan berpengaruh
terhadap jumlah energi dan protein yang dikonsumsi oleh tiap individu di keluarga
tersebut. Selain itu, pengetahuan mengenai pola makan yang seimbang juga mendukung
tingginya jumlah energi dan protein yang dikonsumsi oleh tiap individu dalam suatu
keluarga.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
5. Keluarga Bu Toriqotul Jannah
Secara umum, karakteristik keluarga Bu Toriqotul Jannah adalah sebagai berikut:
terdiri dari 3 orang, yang meliputi
1. Bu Toriqotul Jannah. - kepala keluarga (39 tahun), riwayat pendidikan: SMA,
Pekerjaan : Wiraswasta dengan penghasilan Rp 2.000.000,00/bulan.
2. Shellyna – anak (13 tahun), riwayat pendidikan: SMP, pekerjaan: tidak bekerja (masih
bersekolah).
3. Sandika – anak (7 tahun), riwayat pendidikan TK. tidak bekerja (masih bersekolah).
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan, diperoleh bahwa energi yang
dikonsumsi oleh setiap individu di keluarga Bu Toriqotul Jannah. adalah 2660 kkal
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
dengan protein sebesar 41.08 gram. Sedangkan menurut tabel AKG tahun 2013,
kebutuhan energi untuk orang dewasa adalah 2000 kkal dan protein sebesar 52 gram.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah energi sudah mencukupi AKE berdasarkan AKG dan
konsumsi protein hampir mencukupi AKP yang dianjurkan.
Dari hasil survey yang dilakukan, diperoleh bahwa total pendapatan pada keluarga ini
cukup tinggi dengan 2 anak yang masih duduk dibangku SMP dan TK. Total pendapatan
dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan di keluarga tersebut. Semakin tinggi total
pendapatannya, maka semakin banyak jenis dan jumlah bahan pangan yang dapat dikonsumsi.
Namun kecukupan protein keluarga ini sedikit kurang mencukuipi kebutuhan energy menurut
AKG. Hal ini bisa disebabkan oleh pemilihan bahan makanan yang dikonsumsi setiap harinya
sedikit mengandung protein.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya beragam atau tdk (yg pake range nilai kemarin)
6. Keluarga Pak Edi H.
Secara umum, karakteristik keluarga Pak Edi H. adalah sebagai berikut; terdiri dari
6 orang, yang meliputi
1. Pak Edi H. - kepala keluarga (48 tahun), riwayat pendidikan: SMA, Pekerjaan :
wiraswasta dengan penghasilan Rp 2.500.000,00/bulan.
2. Bu Mujiati - istri (47 tahun), riwayat pendidikan: SMA, pekerjaan: ibu rumah tangga
3. Niko – anak (21 tahun), riwayat pendidikan: Mahasiswa, pekerjaan: tidak bekerja
(masih bersekolah).
4. Tito. – anak (20 tahun), riwayat pendidikan: Mahasiswa, pekerjaan: tidak bekerja
(masih bersekolah).
5. Mbah Warsini – Orang tua (80 tahun), riwayat pendidikan: SD, pekerjaan: tidak
bekerja
6. Budi – pekerja (35 tahun), riwayat pendidikan: SMA
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan, diperoleh bahwa energi yang
dikonsumsi oleh tiap individu di keluarga Pak Edi H. adalah 1839 kkal dengan protein
sebesar 51.24 gram. Sedangkan menurut tabel AKG tahun 2013, kebutuhan energi untuk
orang dewasa adalah 2000 kkal dan protein sebesar 52 gram. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah energi dan protein yang dikonsumsi keluarga Pak Edi H. sudah hamper
mencukupi AKE dan AKP yang dianjurkan.
Dari survey yang dilakukan, diketahui bahwa setiap individu di keluarga ini kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat. Penghasilan per bulan
Rp.2.000.000 dengan jumlah individu dalam keluarga 6 sangat mempengaruhi konsumsi
makanan. Selain itu, kuranganya pengetahuan mengenai pola konsumsi makanan yang
sehat dan seimbang juga dapat mengakibatkan rendahnya jumlah karbohidrat dan
protein yang dikonsumsi oleh setiap individu.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
7. Keluarga Pak Budi H.
Secara umum, karakteristik keluarga Pak Budi H. adalah sebagai berikut; terdiri
dari 4 orang, yang meliputi
1. Pak Budi H. - kepala keluarga (46 tahun), riwayat pendidikan: SMP, Pekerjaan: Buruh
bangunan dengan penghasilan Rp 900.000,00/bulan.
2. Bu Murtiani - istri (46 tahun), riwayat pendidikan: SMA, pekerjaan: ibu rumah
tangga
3. Andi – anak (21 tahun), riwayat pendidikan: SD, pekerjaan: tidak bekerja
4. Christin – anak (18 tahun), riwayat pendidikan SMP, pekerjaan: tidak bekerja
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan, diperoleh bahwa energi yang
dikonsumsi oleh setiap individu di keluarga Pak Karyanto adalah 1133.6 kkal dengan
protein sebesar 32.45 gram. Sedangkan menurut tabel AKG tahun 2013, kebutuhan
energi untuk orang dewasa adalah 2000 kkal dan protein sebesar 52 gram. Hal ini
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
menunjukkan bahwa jumlah energi dan protein yang dikonsumsi oleh setiap individu di
keluarga pak Budi H. masih kurang memenuhi standar sehingga perlu tambahan
konsumsi makanan yang menghasilkan kalori lebih banyak juga protein sehingga nilai
AKE dan AKP seimbang.
Dari survey yang dilakukan, diketahui bahwa pendapatan keluarga ini per bulan
sangatlah minim. Ekonomi keluarga juga sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi,
dengan pendapatan yang sedikit untuk memenuhi kecukupan energy dan protein
perharinya sangatlah kurang. Sehingga kecukupan energinya berada di bawah standard.
Selain itu, kurangnya pengetahuan mengenai kebutuhan zat gizi yang seimbang juga
dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan dalam suatu keluarga.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
8. Keluarga Pak Imanul
Secara umum, karakteristik keluarga Pak Imanul adalah sebagai berikut; terdiri
dari 4 orang, yang meliputi
1. Pak Imanul - kepala keluarga (38 tahun), riwayat pendidikan: MA, Pekerjaan: swasta
dengan penghasilan Rp 1.700.000,00/bulan.
2. Bu Azizah - istri (29 tahun), riwayat pendidikan: SD, pekerjaan: ibu rumah tangga
3. Arin – anak (9 tahun), riwayat pendidikan: SD, pekerjaan: tidak bekerja (masih
bersekolah).
4. Fatir – anak (2 bulan), riwayat pendidikan: belum sekolah
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan, diperoleh bahwa energi yang
dikonsumsi oleh setiap individu di keluarga Pak Imanul adalah 1641.66 kkal dengan
protein sebesar 49.13 gram. Sedangkan menurut tabel AKG tahun 2013, kebutuhan
energi untuk orang dewasa adalah 2000 kkal dan protein sebesar 52 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah energi dan protein yang dikonsumsi oleh setiap individu di
keluarga Pak Imanul masih kurang dari AKG dan AKP standar.
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
Dari survey yang telah dilakukan, diperoleh bahwa total pendapatan pada keluarga
ini cukup tinggi dengan jumlah anggota keluarga 4. Total pendapatan dapat
mempengaruhi pola konsumsi pangan di keluarga tersebut. Semakin tinggi total
pendapatannya, maka semakin banyak jenis dan jumlah bahan pangan yang dapat
dikonsumsi. Tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah energy dan protein
yang dikonsumsi oleh tiap individu di keluarga tersebut. Namun total energy dan
protein yang dikonsumsi setiap harinya tidak memenuhu standar AKG. Hal ini bisa
dibabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai pola makan yang seimbang, karena
pengetahuan mengenai pola makan yang seimbang juga mendukung tingginya jumlah
energy dan protein yang dikonsumsi oleh tiap individu dalam suatu keluarga.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
9. Keluarga Pak Samsul Hadi
Secara umum, karakteristik keluarga Pak Samsul Hadi adalah sebagai berikut;
terdiri dari 2 orang, yang meliputi
1. Pak Samsul Hadi - kepala keluarga (77 tahun), riwayat pendidikan: SMP, pekerjaan:
Pensiunan Pegawai Negeri dengan penghasilan Rp 1.500.000,00/bulan.
2. Bu Sofyah - istri (54 tahun), riwayat pendidikan: SD pekerjaan: swasta dengan
penghasilan Rp 2.000.000,00/bulan
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan, diperoleh bahwa energi yang
dikonsumsi oleh keluarga Pak Samsul Hadi adalah 3333.87 kkal dengan protein sebesar
119.19 gram. Sedangkan menurut tabel AKG tahun 2013, kebutuhan energi untuk orang
dewasa adalah 2000 kkal dan protein sebesar 52 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
energi dan protein yang dikonsumsi oleh setiap individu dalam keluarga pak Samsul
Hadi melebihi standar AKG yang ditentukan dikarenakan jumlah anggota keluarga pak
Samsul Hadi hanya 2 orang.
Dari hasil survey yang dilakukan, diperoleh bahwa total pendapatan pada keluarga
ini cukup tinggi dan jumlah angota keluarga pun sedikit. Total pendapatan dapat
mempengaruhi pola konsumsi pangan di keluarga tersebut. Semakin tinggi total
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
pendapatannya, maka semakin banyak jenis dan jumlah bahan pangan yang dapat dikonsumsi.
Tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah energy dan protein yang dikonsumsi oleh
tiap individu di keluarga tersebut. Selain itu, pengetahuan mengenai pola makan yang
seimbang juga mendukung tingginya jumlah energy dan protein yang dikonsumsi oleh tiap
individu dalam suatu keluarga.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
10. Keluarga Pak Paito
Secara umum, karakteristik keluarga Pak Paito adalah sebagai berikut; terdiri
dari 4 orang, yang meliputi
1. Pak Paito - kepala keluarga (49 tahun), riwayat pendidikan: SMA, Pekerjaan: Swasta
dengan penghasilan Rp 1.000.000,00/bulan.
2. Bu Ninik - istri (43 tahun), riwayat pendidikan: SMA, pekerjaan: swasta dengan
penghasilan Rp 700.000,00/bulan.
3. Alfian – anak (16 tahun), riwayat pendidikan: SMP, pekerjaan: tidak bekerja (masih
bersekolah).
4. Rafi. – anak (8 tahun), riwayat pendidikan: SD, pekerjaan: tidak bekerja (masih
bersekolah).
Dari hasil perhitungan pada survei konsumsi pangan, diperoleh bahwa energi yang
dikonsumsi oleh setiap individu di keluarga Pak Paito adalah 2603.05 kkal dengan
protein sebesar 32.97 gram. Sedangkan menurut tabel AKG tahun 2013, kebutuhan
energi untuk orang dewasa adalah 2000 kkal dan protein sebesar 52 gram. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah energi yang dikonsumsi oleh setiap individu dalam
keluarga pak Paito sudah mencukupi standar AKG, sedangkan untuk konsumsi protein
masih kurang dari AKP yang ditetapkan.
Tambahin Kaitan persentase energi dan protein dengan pola pangan
keluarganya (yg pake range nilai kemarin)
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
Secara garis besar karakteristik responden dari Kelurahan Dadap Rejo RT 01/RW
02, Kecamatan Junrejo, Kota Batu dapat ditunjukkan dengan grafik berikut:
KURVA KELOMPOK UMUR
KURVA Gaji PEKERJAAN
Perbandingan antara jumlah energi dan protein yang dikonsumsi oleh
masyarakat di Kelurahan Dadaprejo RT 01/ RW 02 Kecamatan Junrejo, Kota Batu
dengan AKG dan AKP standar adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Perbandingan antara jumlah energi dan protein yang dikonsumsi dengan
AKG dan AKP standar
No Nama KK. Jumlah
Konsumsi
Energi (kkal)
AKG standar (kkal) Jumlah
Konsumsi
Protein (g)
AKP standar (g)
1 Pak Samsul R. 1362.97 2000 46.65 52
2 Pak Sugito 1882.83 2000 29.24 52
3 Pak Indra L. 1791.324 2000 42.75 52
4 Bu Lilik 1920 2000 53.04 52
5 Bu Toriqotul J. 2660 2000 41.08 52
6 Pak Edi H. 1839.6 2000 51.24 52
7 Pak Budi H. 1133.6 2000 32.45 52
8 Pak Imanul 1641.66 2000 49.13 52
9 Pak Samsul H. 3333.87 2000 119.19 52
10 Pak Paito 2603.05 2000 32.97 52
Grafik 1. Data persebaran jumlah konsumsi energi dan protein dari 10 responden
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1362.97
1882.831791.324 1920
2660
1839.6
1133.6
1641.66
3333.87
2603.05
46.65 29.24 42.75 53.04 41.08 51.24 32.45 49.13 119.19 32.97
Grafik Data Konsumsi Energi dan Protein 10 Responden
Jumlah Konsumsi Energi (kkal) Jumlah Konsumsi Protein (g)
Grafik diatas menunjukkan adanya variasi jumlah konsumsi energi dan protein pada
setiap individu dari 10 keluarga yang dipilih secara acak (diwakilkan oleh responden).
Adanya variasi tersebut dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain yaitu;
1. Pendapatan,
Semakin tinggi pendapatan suatu keluarga maka semakin banyak jenis bahan
pangan yang dapat dikonsumsi. Sehingga jumlah energi dan protein pada setiap
individu di keluarga tersebut juga semakin tinggi.
2. Pendidikan,
Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi jumlah energi dan protein yang
dikonsumsinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan
tentang makanan yang bergizi dan seimbang akan semakin baik. Mereka akan
berusaha untuk mengkonsumsi bahan pangan yang bergizi dan seimbang. Sehingga
energi dan protein yang dikonsumsi semakin tinggi.
3. Kesehatan
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
faktor ini dapat mempengaruhi pola konsumsi pangan di suatu keluarga. Maka
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap jumlah energi dan protein yang
dikonsumsi oleh tiap individu di keluarga tersebut. Sebagai contoh, apabila terdapat
anggota keluarga yang menederita sakit diabetes mellitus, maka konsumsi
karbohidratnya akan lebih rendah daripada AKG yang ditetapkan.
4. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan atau food habit adalah cara seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makanan yang dikonsumsinya yang dipengaruhi oleh fisiologis,
psikologis, budaya dan sosial. Hal ini dapat berpengaruh terhadap jenis makanan
yang dikonsumsi oleh tiap individu. Sehingga dapat mempengaruhi jumlah konsumsi
energi dan proteinnya.
5. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah konsumsi energi dan protein di suatu keluarga. Hal ini dikarenakan, semakin
banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak pula bahan pangan yang
harus disediakan oleh keluarga tersebut. Secara tidak langsung, penyediaan bahan
pangan dalam jumlah yang tinggi dan bervariasi dapat meningkatkan jumlah
konsumsi energi dan protein pada setiap individu di keluarga tersebut.
6. Solusi
Solusi yang ditawarkan untuk tiap keluarga
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil survei konsumsi pangan yang telah dilakukan di di Kelurahan Dadaprejo
RT 01 RW 02 Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada tanggal 4 Mei 2013 yang ditujukan
pada 10 responden dipilih secara acak dengan menggunakan food frequency method,
maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat memiliki status gizi yang cukup
baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil survei yang menunjukkan terdapat beberapa
responden yang jumlah konsumsi energi dan proteinnya diatas AKG dan AKP yang
dianjurkan. Namun, masih terdapat beberapa responden yang jumlah energi dan
proteinnya di bawah standar. Sehingga masih terdapat kesenjangan atau perbedaan
status gizi di daerah tersebut. Namun, perbedaan ini tidak terlalu signifikan. Perbedaan
status gizi di suatu daerah dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu pendapatan,
pendidikan, kesehatan, kebiasaan makan, dan jumlah anggota keluarga. Tambahan
kesimpulan kalo ada
2. Saran
Disarankan agar pertanyaan yang terdapat di kuisioner lebih spesifik agar dapat
mengetahui bahan pangan yang dikonsumsi secara lebih detail. Hal ini diperlukan agar
hasil survey yang diperoleh lebih valid. tambahan saran kalo ada
SURVEI POLA KONSUMSI PANGAN
KELURAHAN DADAPREJO
KOTA BATU
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anne Lies Ranti Santoso Soegeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta
Baliwati Y. F. dan Roosita K. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sediaoetama, 2006. Ilmu Gizi Jilid I, Cetakan Keenam. Dian Rakyat. Jakarta
Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.
Suhardjo, Hardiansyah & H. Riyadi. 1987. Survei Konsumsi Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi. IPB, Bogor.
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.