78
UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE) HASIL PIROLISIS RESIDU KOPI ARABIKA TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA ABSES ODONTOGENIK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi MICHELLE NATASCHA WAHAB NIM : 160600114 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

  • Upload
    others

  • View
    26

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

HASIL PIROLISIS RESIDU KOPI ARABIKA

TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS

PADA ABSES ODONTOGENIK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

MICHELLE NATASCHA WAHAB

NIM : 160600114

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

Page 2: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2020

Michelle Natascha Wahab

Uji Daya Hambat Asap Cair (Liquid Smoke) Hasil Pirolisis Residu Kopi

Arabika terhadap Bakteri Staphylococcus aureus pada Abses Odontogenik

xiii + 48 halaman

Abses odontogenik merupakan suatu rongga patologis yang berisi nanah (pus)

yang dapat meningkatkan angka morbilitas dan mortalitas. Bakteri Staphylococcus

aureus adalah penyebab utama abses odontogenik yang telah resisten terhadap

berbagai jenis antibiotik. Salah satu perawatan alternatifnya adalah dengan aplikasi

asap cair (liquid smoke) yang merupakan hasil kondensasi pembakaran tidak

sempurna (pirolisa) dari bahan organik alamiah yang memiliki komponen utama,

yaitu hemiselulosa, selulosa, dan lignin sehingga membentuk zat antibakteri berupa

senyawa fenol, karbonil, dan asam-asam organik. Residu kopi arabika mengandung

komponen utama pembentuk asap cair yang bersifat antibakteri, sehingga sangat

cocok dimanfaatkan sebagai bahan baku penghasil asap cair untuk menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada abses odontogenik.

Penelitian ini berjenis eksperimental dengan rancangan penelitian true

experimental randomized posttest only control group design untuk mengetahui daya

hambat asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika terhadap bakteri Staphylococcus

aureus. Pelaksanaannya dimulai dengan pembuatan asap cair hasil pirolisis residu

kopi arabika. Asap cair yang diperoleh ber-pH 2,8. Diameter uji daya hambat asap

cair berkonsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100% terhadap bakteri

Staphylococcus aureus adalah 16,44 mm, 16,22 mm, 17,74 mm, 21,47 mm, dan

21,20 mm. Analisis data menunjukkan bahwa asap cair hasil pirolisis residu kopi

arabika mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, dimana

konsentrasi optimalnya adalah 50%.

Daftar Rujukan : 55 (2001-2019)

Page 3: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

Faculty of Dentistry

Departement Oral and Maxillofacial Surgery

Year 2020

Michelle Natascha Wahab

Inhibitory Power Test of Liquid Smoke from Arabica Coffee Residue

Pyrolysates against Staphylococcus aureus in Odontogenic Abscess

xiii + 48 pages

Odontogenic abscess is a pathological cavity that contains a thick fluid called

pus which could increase the rate of morbility and mortality. Staphylococcus aureus,

the main bacteria that causes odontogenic abscess has been resistant to various types

of antibiotics. One of the alternative treatments is using liquid smoke which is the

result of incomplete combustion condensation (pyrolysis) from natural organic

material which has the main components, such as hemicellulose, cellulose, and lignin,

so that, it established antibacterial substances in the form of phenol compounds,

carbonyl, and organic acids. Arabica coffee residue contain the main components

above, so that it is suitable to be used as raw material for producing liquid smoke to

inhibit the growth of Staphylococcus aureus in odontogenic abscess.

The design of this research was true experimental randomized posttest only

control group design to know the inhibitory power and optimal concentration of

liquid smoke from arabica coffee residue pyrolysates against Staphylococcus aureus.

It was initiated by manufacturing liquid smoke through the pyrolysis of arabica coffee

residue. The result of pH measurement of liquid smoke was 2,8. Inhibition zone

diameter of liquid smoke 6.25%, 12.5%, 25%, 50%, dan 100% concentrated was

16.44 mm, 16.22 mm, 17.74 mm, 21.47 mm, dan 21.20 mm. Data analysis showed

that liquid smoke from arabica coffee residue pyrolysates could inhibit

Staphylococcus aureus growth with an optimal concentration 50%.

Bibliography : 55 (2001-2019)

Page 4: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

ii

Page 5: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

iii

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 20 Januari 2020

TIM PENGUJI

KETUA : Gostry Aldica Dehude, drg., Sp.BM

ANGGOTA : 1. Isnandar, drg., Sp.BM (K)

2. Hendry Rusdy, drg., M.Kes., Sp.BM (K)

Page 6: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Uji Daya Hambat Asap Cair (Liquid Smoke) Hasil

Pirolisis Residu Kopi Arabika terhadap Bakteri Staphylococcus aureus pada Abses

Odontogenik” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran Gigi.

Dalam skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, bantuan,

saran-saran, motivasi, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati, serta penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM (K) selaku Ketua Departemen

Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara.

3. Isnandar, drg., Sp.BM (K) selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Hendry Rusdy, drg., M.Kes., Sp.BM (K) dan Gostry Aldica Dehude, drg.,

Sp.BM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Pimpinan dan staf perusahaan Ekotani Indonesia yang telah memberikan

kesempatan, fasilitas, dan bimbingan selama pelaksanaan penelitian.

6. Dosen dan asisten laboratorium di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan,

fasilitas, dan bimbingan selama pelaksanaan penelitian.

7. Prof. Monang Panjaitan, drg., MS selaku dosen pembimbing akademis

Page 7: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

v

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

atas ilmu serta bantuan yang diberikan kepada penulis.

9. Orangtua, nenek, dan adik tercinta yang telah memberi doa, dukungan, dan

semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Seluruh mahasiswa kepaniteraan dan staf klinik Departemen Bedah Mulut

dan Maksilofasial, kakak dan abang senior, serta teman-teman di Fakultas

Kedokteran Gigi stambuk 2016 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas doa,

semangat, dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama pembuatan skripsi.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat

memberikan manfaat dan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,

pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 16 Januari 2020

Penulis,

Michelle Natascha Wahab

NIM : 160600114

Page 8: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ ii

TIM PENGUJI SKRIPSI .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3

1.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................ 3

1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 4

1.5.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5

2.1 Abses Odontogenik ........................................................................... 5

2.1.1 Klasifikasi Abses Odontogenik ...................................................... 5

2.1.1.1 Abses Periodonsium .................................................................... 6

2.1.1.2 Abses Dentoalveolar ................................................................... 7

2.1.2 Patogenesis Abses Odontogenik .................................................... 10

2.1.3 Komplikasi Abses Odontogenik .................................................... 10

2.2 Bakteri Staphylococcus aureus ......................................................... 12

2.2.1 Taksonomi Bakteri Staphylococcus aureus ................................... 12

2.2.2 Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus ..................................... 13

Page 9: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

vii

2.3 Residu Kopi Arabika ......................................................................... 13

2.3.1 Hemiselulosa .................................................................................. 14

2.3.2 Selulosa .......................................................................................... 14

2.3.3 Lignin ............................................................................................. 14

2.4 Asap Cair ........................................................................................... 15

2.4.1 Pirolisa ........................................................................................... 15

2.4.2 Kandungan Kimia dan Aktivitas Antibakteri Asap Cair ............... 16

2.5 Larutan Asam .................................................................................... 17

2.6 Uji Daya Hambat Bakteri dengan Metode Difusi ............................. 18

2.7 Kerangka Teori.................................................................................. 20

2.8 Kerangka Konsep .............................................................................. 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 22

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 22

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 22

3.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 22

3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 22

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 22

3.3.1 Populasi Penelitian ......................................................................... 22

3.3.2 Sampel Penelitian ........................................................................... 22

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................... 23

3.4.1 Variabel Penelitian ......................................................................... 23

3.4.1.1 Variabel Bebas ............................................................................ 23

3.4.1.2 Variabel Terikat .......................................................................... 24

3.4.1.3 Variabel Terkendali ..................................................................... 24

3.4.2 Definisi Operasional....................................................................... 24

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 25

3.5.1 Alat Penelitian ................................................................................ 25

3.5.2 Bahan Penelitian............................................................................. 26

3.6 Alur Penelitian .................................................................................. 26

3.7 Prosedur Penelitian............................................................................ 27

3.7.1 Pembuatan Asap Cair (Liquid Smoke) Hasil Pirolisis Residu Kopi Arabika 27

3.7.2 Pembuatan Media Agar .................................................................. 30

3.7.2.1 Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA) .................................... 30

3.7.2.2 Pembuatan Medium Mueller Hinton Agar (MHA) ..................... 30

3.7.3 Pembuatan Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus .................... 30

3.7.4 Uji Daya Hambat terhadap Bakteri Staphylococcus aureus .......... 31

3.8 Analisis Data ..................................................................................... 32

3.8.1 Uji Normalitas Data ....................................................................... 32

Page 10: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

viii

3.8.2 Analisis Data Univariat .................................................................. 33

3.8.3 Analisis Data Multivariat ............................................................... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 34

4.1.Asap Cair (Liquid Smoke) Hasil Pirolisis Residu Kopi Arabika....... 34

4.2.Daya Hambat Asap (Liquid Smoke) Hasil Pirolisis Residu Kopi Arabika

Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ......................................... 35

BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................................. 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 43

6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 43

6.2. Saran ................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44

LAMPIRAN

Page 11: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perbedaan abses periodontal dan abses dentoalveolar ........................................ 5

2. Abses gingiva ...................................................................................................... 6

3. Abses periodontal ................................................................................................ 6

4. Abses perikoronal................................................................................................ 7

5. Abses dentoalveolar ............................................................................................ 7

6. Abses intraalveolar .............................................................................................. 8

7. Abses subperiosteal ............................................................................................. 8

8. Abses submukosa ................................................................................................ 9

9. Abses subkutan ................................................................................................... 9

10. Lokasi resorbsi tulang alveolar berdasarkan lokasi sumber infeksi ................ 11

11. Lokasi resorbsi tulang alveolar berdasarkan ketebalan dari tulang kortikal ... 11

12. Staphylococcus aureus .................................................................................... 13

13. Struktur pembentuk hemiselulosa pada residu kopi arabika ........................... 14

14. Struktur pembentuk selulosa pada residu kopi arabika ................................... 14

15. Struktur pembentuk lignin pada residu kopi arabika ...................................... 15

16. Pembuatan asap cair ........................................................................................ 15

17. Residu kopi arabika ......................................................................................... 27

18. Pemasukan residu kopi arabika ke dalam reaktor pirolisa .............................. 27

19. Pengeringan residu kopi arabika ..................................................................... 27

20. Suhu pengeringan ............................................................................................ 27

21. Uap air ............................................................................................................. 28

22. Air kondensat .................................................................................................. 28

23. Pirolisa residu kopi arabika ............................................................................. 28

24. Suhu pirolisa ................................................................................................... 29

25. Penampungan zat pengotor ............................................................................. 29

26. Penampungan asap cair hasil pirolisa residu kopi arabika .............................. 30

27. Penyaringan asap cair ...................................................................................... 30

Page 12: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

x

28. Asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika dengan konsentrasi a. 100%

b. 50% c. 25% d. 12,5% e. 6,25% ............................................................. 34

Page 13: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional .................................................................................. 24

2. Hasil pengukuran diameter zona hambat asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis

residu arabika terhadap bakteri Staphylococcus aureus ........................... 34

3. Hasil uji normalitas data dengan uji Saphiro Wilks .................................. 36

4. Rata-rata zona hambat setiap kelompok perlakuan dan hasil uji ANOVA 36

5. Hasil uji Post-Hoc LSD rata-rata zona hambat setiap kelompok perlakuan 37

Page 14: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Pengaruh konsentrasi terhadap pH asap cair ............................................. 34

2. Pengaruh konsentrasi asap cair terhadap rata-rata diameter zona hambat 37

Page 15: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Biaya Penelitian

3. Jadwal Kegiatan Penelitian

4. Surat Ethical Clearance

5. Dokumentasi Alat dan Bahan Penelitian

6. Dokumentasi Hasil Uji Antibakteri

7. Output Analisis Data dengan SPSS

8. Surat Keterangan Penelitian

Page 16: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abses odontogenik merupakan suatu rongga patologis yang berisi cairan

kental yang disebut nanah (pus) akibat proses infeksi yang dipengaruhi oleh virulensi

dan resistensi bakteri.1 Abses odontogenik terbagi menjadi dua, yaitu abses

periodonsium dan abses dentoalveolar. Abses periodonsium adalah abses yang

infeksinya berasal dari poket periodontal, sedangkan abses dentoalveolar adalah abses

yang infeksinya berasal dari jaringan periapikal gigi.2 Abses dentoalveolar lebih

sering terjadi daripada abses periodonsium.3,4

Abses odontogenik jarang didiskusikan

sebelum abad ke-20 akibat tingkat morbilitas dan mortalitas yang kurang

diperhatikan.5

Pada abad ke-20, tingkat mortalitas akibat abses odontogenik yang

menyebar dan menyebabkan severe sepsis dinyatakan 10-40%.1,6

Pada tahun 1999

dan 2004, data dari Hull Royal Infirmary menunjukkan jumlah pasien bedah mulut

dan maksilofasial dengan dental sepsis meningkat.1

Para ahli ilmu bakteri menyatakan, bahwa penyebab abses odontogenik terdiri

dari bakteri anaerob obligat dan anaerob fakultatif.7 Staphylococcus aureus adalah

bakteri utama penyebab abses odontogenik.yang merupakan bakteri gram-positif

anaerob fakultatif dengan diameter 0,5-1,5 μm.1,8

Hasil penelitian Mahalakshmi dan

Chandrasekaran menunjukkan bahwa prevalensi Staphylococcus aureus pada abses

odontogenik adalah 44%.5

Pengobatan klinis untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Staphylococcus aureus adalah dengan menggunakan antibiotik.9 Saat ini,

Staphylococcus aureus menjadi masalah yang sangat serius karena peningkatan

resistensi bakteri ini terhadap berbagai jenis antibiotik (Multi Drug Resistance).

Staphylococcus aureus memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa, sehingga

terjadi resistensi terhadap banyak antibiotik, seperti golongan penicillin dan β-laktam.

Selain itu, resistensi silang juga terjadi pada antibiotik non-β-laktam seperti

Page 17: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

2

eritromisin, klindamisin, gentamisin, kotrimoksasol, dan siprofloksasin.9,10

Hal ini

terjadi akibat penggunaan antibiotik yang sudah semakin banyak dan bebas.10

Resistensi bakteri Staphylococcus aureus terhadap berbagai golongan

antibiotik menjadi masalah utama dalam penanganan abses odontogenik, sehingga

membutuhkan strategi baru dalam membangun perawatan alternatif. Salah satu

perawatan alternatifnya adalah dengan menggunakan hasil kekayaan alam di

Indonesia, yaitu asap cair (liquid smoke). Asap cair merupakan hasil kondensasi asap

yang diperoleh melalui pembakaran tidak sempurna (pirolisa) dari bahan organik

alamiah yang memiliki komponen utama, yaitu hemiselulosa, selulosa, dan lignin.

Pirolisa komponen utama ini membentuk senyawa fenol, karbonil, dan asam-asam

organik yang mampu merusak dan menembus dinding sel sehingga dapat berfungsi

sebagai antibakteri.11

Beberapa penelitian menghasilkan asap cair dari berbagai bahan organik alami

seperti kayu,11,12

tongkol jagung,12

tempurung kelapa,13

cangkang kelapa sawit,14

kulit

kacang walnut,15

jerami padi.16

Di industri pangan, asap cair digunakan sebagai

bahan pengawet daging, ayam, ikan, dan daging olahan.13

Asap cair tidak merusak

protein pada daging.15

Oleh karena itu, asap cair merupakan bahan pengawet alami

yang aman digunakan.14

Di bidang peternakan, asap cair digunakan untuk

menghilangkan bau dari kandang ternak, kotoran, dan urin ternak, sehingga

lingkungan kandang tidak bau menyengat dan mengurangi hama penyakit.17

Pemakaian asap cair juga sudah diuji untuk pengobatan ulser di rongga mulut pada

penelitian yang dilakukan Surboyo, dkk pada tahun 2017.18,19

Kopi adalah salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia.20

Dalam industri pengolahan kopi arabika, dihasilkan residu kopi sebanyak lebih dari

50 % dari massa biji kopi yang diperoleh melalui proses ekstraksi bubuk kopi dengan

pelarut air untuk menghasilkan kopi instan.21

Selama ini sebagian residu ini dibakar

sebagai campuran bahan bakar boiler, sebagian lagi dibiarkan membusuk menjadi

pupuk kompos. Baik asap pembakaran maupun bau busuk yang timbul tentu dapat

mencemari lingkungan.22

Residu kopi mengandung hemiselulosa, selulosa, lignin,

abu, mineral, lemak, dan protein.22

Karena mengandung komponen utama pembentuk

Page 18: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

3

asap cair yang bersifat zat antibakteri dan tersedia dalam jumlah yang berlimpah,

yaitu mencapai 6 juta ton/tahun,20

residu kopi arabika sangat cocok dimanfaatkan

sebagai bahan baku penghasil asap cair untuk menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus pada abses odontogenik. Dengan demikian masalah resistensi

bakteri Staphylococcus aureus terhadap antibiotik dapat teratasi. Selain itu,

pencemaran lingkungan dapat dikurangi dan peningkatan nilai tambah residu kopi

arabika juga terwujud.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut, yaitu: Apakah asap cair (liquid smoke) hasil

pirolisis residu kopi arabika mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus pada abses odontogenik?

1.3 Hipotesis Penelitian

Ho : Asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika tidak mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada abses odontogenik.

Ha : Asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika mampu

menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada abses odontogenik.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui daya hambat asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu

kopi arabika terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada abses odontogenik.

1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui konsentrasi optimal asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis

residu kopi arabika yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus pada abses odontogenik.

Page 19: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

4

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan atau kontribusi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang ilmu

bedah mulut dan maksilofasial dalam perawatan abses odontogenik dengan

menggunakan asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat dikembangkan sebagai informasi awal

untuk penelitan yang lebih lanjut mengenai perawatan alternatif abses odontogenik.

1.5.2. Manfaat Praktis

1. Informasi ini dapat digunakan Dinas Kesehatan untuk program kesehatan

gigi dan mulut, yaitu dengan menggunakan asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis

residu kopi arabika sebagai perawatan alternatif abses odontogenik.

2. Bagi tenaga kesehatan dapat menjadi masukan dan memberikan informasi

perawatan alternatif abses odontogenik.

3. Bagi masyarakat dapat menjadi informasi baru bahwa asap cair (liquid

smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika dapat digunakan sebagai perawatan

alternatif abses odontogenik.

Page 20: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abses Odontogenik

Abses odontogenik merupakan suatu rongga patologis yang berisi cairan

kental yang disebut nanah (pus) akibat proses infeksi yang dipengaruhi oleh virulensi

dan resistensi bakteri.1 Abses odontogenik yang tidak ditanggulangi dapat

menyebabkan morbilitas dan mortalitas yang tinggi.1,5

2.1.1. Klasifikasi Abses Odontogenik

Secara umum, abses odontogenik terdiri dari abses periodontal yang

infeksinya berasal dari poket periodontal dan abses dentoalveolar yang infeksinya

berasal dari jaringan periapikal gigi.2

Gambar 1. Perbedaan abses periodontal dan abses dentoalveolar (a)

Abses periodontal (b) Abses dentoalveolar23

b a

Page 21: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

6

2.1.1.1. Abses Periodonsium

Abses periodonsium merupakan suatu rongga yang berisi nanah (pus) yang

infeksinya berasal dari poket periodontal dan bukan dari jaringan pulpa dari gigi.

Abses ini berada di dalam dinding gingiva yang dapat menyebabkan destruksi

ligament periodontal dan tulang alveolar.2,24

Abses ini sering muncul sebagai

eksaserbasi akut dari saku periodontal yang ada sebelumnya, pembersihan kalkulus

yang tidak sempurna, setelah terapi antibiotik sistemik, dan akibat dari penyakit

rekuren.24

Karakteristik dari abses ini adalah terlihat licin, adanya edema, berwarna

kemerahan pada gingiva, terasa sakit, kedalaman sulkus gingiva meningkat sehingga

terbentuk poket periodontal yang memungkinkan kehilangan perlekatan periodontal

dengan cepat yang dapat menyebabkan terjadinya mobiliti pada gigi.2,24

Berdasarkan letaknya, abses periodonsium dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Abses gingiva

Abses gingiva adalah infeksi purulen yang terlokalisir dan hanya

melibatkan jaringan lunak yang dekat dengan margin gingival atau papilla

interdental.7

Gambar 2. Abses gingiva25

b. Abses periodontal

Abses periodontal adalah infeksi purulen yang terlokalisir dan ukurannya

lebih besar karena meluas ke apikal dan berbatasan dengan poket periodontal.7

Gambar 3. Abses periodontal25

Page 22: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

7

c. Abses perikoronal

Abses perikoronal adalah infeksi purulen yang terlokalisir di dalam

gingival yang menyelubungi mahkota dari gigi yang telah erupsi sebagian

atau sempurna.7

Gambar 4. Abses perikoronal26

2.1.1.2. Abses Dentoalveolar

Abses dentoalveolar merupakan suatu rongga yang berisi nanah (pus) yang

infeksinya berasal dari gigi yang sudah nonvital, dimana bakteri keluar dari saluran

akar gigi yang terinfeksi ke jaringan periapikal.2 Abses ini muncul akibat karies gigi

yang telah mencapai pulpa, trauma, serta kegagalan perawatan saluran akar.1

Karakteristik abses ini dibagi menjadi 2 gejala, yaitu: gejala lokal dan sistemik.

Gejala lokalnya adalah rasa sakit yang tumpul berlanjut dan memburuk ketika gigi

diperkusi atau berkontak dengan gigi antagonisnya, edema intraoral atau ekstraoral

dan biasanya memliki lokasi di bukal, rasa elongasi, sedikit mobiliti, sangat sensitif

terhadap sentuhan, dan kesulitan dalam menelan. Gejala sistemiknya adalah demam

39-40°C, menggigil, meriang, sakit pada otot dan sendi, anoreksia, insomnia, mual,

dan muntah.2

Gambar 5. Abses dentoalveolar25

Page 23: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

8

Berdasarkan tahap selular, gambaran klinis abses dentoalveolar dibedakan

menjadi:

a. Abses intraalveolar

Abses ini adalah infeksi purulen akut yang berakumulasi dan berkembang

pada tulang alveolar di bagian apikal gigi. Abses ini menimbulkan rasa sakit denyut

yang parah, mobiliti gigi, dan sensasi elongasi dari gigi penyebab.2

b. Abses subperiosteal

Abses ini adalah penyebaran dari abses intraalveolar ketika pus menembus

tulang dan menetap di bawah periosteum (ruangan subperiosteal). Abses ini

menimbulkan edema, rasa sakit yang parah karena penekanan pada periosteum dan

sensitivitas selama palpasi.2

Gambar 6. Abses intraalveolar (a) maksila (b) mandibula2

Gambar 7. Abses subperiosteal (a) Ilustrasi (b) Gambaran klinis2

a

.

b

.

Page 24: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

9

c. Abses submukosa

Abses ini adalah penyebaran dari abses subperiosteal ketika pus menembus

periosteum dan menetap di bawah mukosa. Abses ini menimbulkan pembengkakan

mukosa dengan fluktuasi terlihat jelas, sensitivitas selama palpasi dan hilangnya

lipatan mukobukal pada daerah infeksi. Jika abses ini terjadi di palatal,

pembengkakannya bulat, dekat dengan gigi yang terlibat, mukosa terlihat kemerahan,

sensitivitas ketika palpasi dan fluktuasi.2

d. Abses subkutan

Abses ini adalah pembengkakan yang berfluktuasi yang terletak pada daerah

wajah di bawah kulit. Abses ini terjadi dari penyebaran infeksi utama yang tidak

segera diobati. Abses ini menimbulkan edema, bentuknya bulat dengan batas yang

jelas, kulit berwarna kemerahan, dan lubang mudah terbentuk ketika ditekan.2

Gambar 8. Abses submukosa (a) Ilustrasi (b) Gambaran klinis2

Gambar 9. Abses subkutan (a) Ilustrasi (b) Gambaran klinis2

a

.

b

.

a

.

b

.

Page 25: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

10

2.1.2. Patogenesis Abses Odontogenik

Abses periodonsium diawali dari masuknya bakteri patogen ke dalam dinding

poket periodontal.27

Bakteri patogen tersebut kemudian menyebabkan proses

inflamasi sehingga terjadi aktivasi respon inflamasi. Kemudian sel-sel inflamatori dan

enzim ekstraseluler menyebabkan pertahanan jaringan periodonsium melemah dan

virulensi bakteri meningkat akibat terjadi enkapsulasi sel bakteri. Akhirnya terjadi

destruksi jaringan ikat yang menyebabkan bakteri menembus jaringan periodonsium

sehingga terbentuk abses periodonsium.27,28

Abses dentoalveolar diawali dari pembentukan plak dan terjadi kerusakan

pada lapisan enamel dan dentin yang melindungi pulpa dari bakteri patogen. Ketika

enamel dan dentin mengalami kerusakan, bakteri patogen memasuki pulpa melalui

pembuluh darah dan saraf.29

Hal ini menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi, edema,

dan suplai darah menurun sehingga jaringan pulpa menjadi mati (nekrosis pulpa).

Nekrosis pulpa menjadi tempat bagi pertumbuhan bakteri anaerob yang kemudian

menyebar ke tulang alveolar sehingga terbentuk abses dentoalveolar.29,3

2.1.3. Komplikasi Abses Odontogenik

a. Resorbsi tulang alveolar

Abses periodonsium jarang menyebabkan resorbsi tulang alveolar.

Sedangkan, abses dentoalveolar secara bertahap akan menyebabkan resorbsi bagian

fasial atau lingual pada tulang alveolar maksila atau mandibula. Lokasi resorbsi

tulang alveolar dipengaruhi oleh terhadap lokasi sumber infeksi dan ketebalan dari

tulang kortikal.4,30

Page 26: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

11

Gambar 10. Lokasi resorbsi tulang alveolar berdasarkan

lokasi sumber infeksi (A) Resorbsi tulang alveolar pada

bagian fasial (labial). (B) Resorbsi tulang alveolar pada

bagian palatal.30

Gambar 11. Lokasi resorbsi tulang

alveolar berdasarkan ketebalan dari

tulang kortikal30

Tulang alveolar pada maksila lebih tipis di bagian bukal. Sedangkan, tulang alveolar

pada mandibula lebih tipis di bagian lingual.30

b. Penyebaran infeksi

Abses dentoalveolar dapat menyebar ke wajah dengan memproduksi

hialuronidase yang merupakan enzim pengurai asam hialuronat sehingga infeksi

mampu menyebar melalui jaringan subkutan (di bawah kulit). Penyebaran abses ke

daerah wajah ini menyebabkan terciptanya lingkungan yang bersifat asam yang

Page 27: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

12

memudahkan pertumbuhan bakteri anaerob. Dominasi bakteri anaerob menyebabkan

kerusakan jaringan yang lebih lanjut, terjadinya nekrosis likuifaksi akibat

peningkatan tekanan jaringan pulpa, dan kerusakan sel-sel darah putih. Selain itu,

tekanan dari perluasan abses meningkatkan tekanan hidrostatik pada pembuluh darah

di jaringan sekitarnya, mencegah aliran darah yang dapat menyebabkan iskemia, dan

menyebabkan perluasan nekrosis dalam rongga abses.30

2.2. Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri koagulase positif dan katalasi

positif, bersifat anaerob fakultatif. Hal ini membedakan Staphylococcus aureus

dengan spesies lainnya. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama bagi

manusia, hamper setiap orang mengalami beberapa tipe infeksi Staphylococcus

aureus sepanjang hidupnya, yaitu mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit

ringan, sampai infeksi berat yang mengancam jiwa.31

Suhu optimum pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35-37°C, suhu

minimum 6,7°C, dan suhu maksimum 45,4°C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0

– 9,8 pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 bila substratnya

mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.31

2.2.1. Taksonomi Bakteri Staphylococcus aureus

Berdasarkan klasifikasi menurut Berget, taksonomi Staphylococcus aureus

adalah:31

Kingdom : Monera

Divisio : Firmicutes

Kelas : Bacilli

Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Page 28: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

13

2.2.2. Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, tidak bergerak, tidak

berspora, dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus, dan tersusun seperti buah

anggur. Ukuran Staphylococcus aureus berbeda-beda tergantung pada media

pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus aureus

memiliki diameter 0,5-1 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya

mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering selnya. Asam teikoat

adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus aureus. Asam teikoat

mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.31

2.3. Residu Kopi Arabika

Residu kopi arabika mengandung banyak persenyawaan kimia seperti

karbohidrat, lignin, abu, mineral, lemak, dan protein.20,22

Karbohidrat merupakan

komponen terbanyak dalam residu kopi arabika, yaitu 51,50 % dari keseluruhan

kandungan yang terdapat dalam residu kopi arabika, terutama selulosa dan

hemiselulosa.20,22

Kandungan dalam residu kopi arabika yang berperan dalam proses

pirolisa pembentukan asap cair adalah hemiselulosa, selulosa, dan lignin.11

Gambar 12. Staphylococcus aureus (a) Mikroskopis32

(b) Pada media kultur33

a b

Page 29: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

14

2.3.1. Hemiselulosa

Kandungan hemiselulosa dalam residu kopi arabika adalah 39,10%.22

Hemiselulosa dibentuk oleh lebih dari satu tipe polisakarida, yaitu arabinosa, manosa,

dan galaktosa.20,22

Manosa merupakan polisakarida utama penyusun hemiselulosa

yang terkandung dalam residu kopi arabika, yaitu sebanyak 19,07%, sedangkan

arabinosa 3,60% dan galaktosa 16,43%.22

2.3.2. Selulosa

Kandungan selulosa dalam residu kopi arabika adalah 12,40%.22

Selulosa

adalah rantai panjang linear yang dibentuk dari struktur glukosa yang diikat oleh

ikatan glikosidik. Selulosa terdiri dari 9.000-15.000 unit glukosa.11

Gambar 14. Struktur pembentuk selulosa pada residu kopi arabika11

2.3.3. Lignin

Kandungan lignin dalam residu kopi arabika adalah 23,90%. Lignin

merupakan makromolekul yang tersusun dari hidroksil fenolik, hidroksil alifatik,

metoksil, karboksil, dan sulfonat.22

Gambar 13. Struktur pembentuk hemiselulosa pada residu kopi arabika11

Page 30: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

15

Gambar 15. Struktur pembentuk lignin pada residu kopi arabika11

2.4. Asap Cair

Asap cair merupakan hasil kondensasi asap yang diperoleh melalui

pembakaran tidak sempurna (pirolisa) dari bahan organik alamiah.11

Metode pirolisa

adalah penguraian dengan bantuan panas tanpa adanya atau dengan jumlah oksigen

yang terbatas. Pirolisis dilakukan dengan membakar bahan organik alamiah dalam

tabung tertutup. Melalui proses pirolisa akan terbentuk karbon berupa zat padat dan

gas pirolisa berupa asap. Asap kemudian didinginkan (dikondensasi) melalui

kondensator sehingga terbentuk asap cair.34

Gambar 16. Pembuatan asap cair 35

2.4.1. Pirolisa

Berdasarkan temperaturnya, reaksi pirolisa terhadap residu kopi arabika

terjadi dalam 3 tahapan, yaitu:11

Page 31: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

16

a. Pirolisa hemiselulosa

Pada temperatur 200-260°C, hemiselulosa merupakan komponen residu kopi

yang pertama-tama terurai. Pada suhu ini akan terbentuk asam asetat, asam format,

furan dan derivatnya, serta asam karboksilat alifatik.11

b. Pirolisa selulosa

Selulosa terurai pada suhu 260-310°C. Berdasarkan suhu, penguraian selulosa

dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pada saat suhu di bawah 300°C. Di

tahap ini ada terjadi pirolisis, propagasi, dan pembentukan produk yang menghasilkan

arang, karbon monoksida, karbon dioksida, dan air. Tahap kedua adalah pada suhu di

atas 300°C, di mana terjadi penguraian molekul yang membentuk senyawa karbonil,

fenolat, hidrokarbon, aromatik, keton, alifatik, dan alkohol siklik, aldehid, ester,

furan.11

c. Pirolisa lignin

Lignin terurai pada suhu 310-500°C. Pembakaran lignin menghasilkan

senyawa fenol, ester fenolat (guiakol dan siringol). Selain itu, juga ada susunan dari

senyawa metal, etil, propel, vinil, alil, propinil yang berada di ujung rantai. Ikatan

eter, cincin piran, dan furan heterosiklik terurai menjadi fenol dan kresol.11

2.4.2. Kandungan Kimia dan Aktivitas Antibakteri Asap Cair

Kandungan kimia yang terdapat dalam hasil pirolisa dari hemiselulosa,

selulosa, dan lignin dalam bahan organik yang efektif sebagai antibakteri adalah:

a. Senyawa fenol

Kandungan senyawa fenol dalam asap cair adalah 0,2-2,9%. Senyawa ini

memiliki kemampuan bakteriostatik dan bakterisidal. Fenol terdiri dari 4 senyawa,

yaitu fenol sederhana, flavonoid, asam hydroksisinnamat, dan asam fenolat. Asam

fenolat dalam asap cair berfungsi untuk merusak membran sitoplasma pada bakteri,

sehingga terjadi kebocoran terhadap cairan intraseluler dari bakteri.11

b. Senyawa karbonil

Kandungan senyawa karbonil dalam asap cair adalah 2,6-4,6%. Karbonil

berperan dalam mencegah pertumbuhan bakteri dengan menembus dinding sel dan

Page 32: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

17

menginaktivasi enzim yang berada di sitoplasma dan membran sitoplasma. Karbonil

terdiri dari 3 tipe, yaitu tipe A, B, dan C. Tipe A menurunkan gizi pada media

pertumbuhan bakteri. Tipe B berperan dalam menginaktivasi dan menghentikan

enzim ekstraseluler yang disekresikan oleh bakteri. Hal ini akan menghilangkan

asam amino esensial dan gula pada bakteri yang berfungsi untuk metabolisme normal

pada bakteri. Tipe C berperan untuk memodifikasi polimer substrat yang akan

mengalami depolimerasi, sehingga polimer substrat tersebut menjadi bentuk yang

tidak efisien bagi enzim untuk bekerja.11

c. Senyawa asam organik

Kandungan senyawa asam organik dalam asap cair adalah 2,8-9,5%. Asam

organik yang terdapat dalam asap cair terdiri dari asam asetat, asam propionat, dan

asam benzoat. Dalam peran antibakteri, asam organik menguraikan dirinya. Asam

organik pada bentuk yang terurai berperan untuk menembus membran sel lipid

bilayer pada bakteri. Karena pH di dalam sel bakteri lebih tinggi dari pH di luar sel,

asam terurai dalam sel. Ketika asam terurai di dalam sel bakteri, sel akan

mengeluarkan seluruh cadangan ATP yang menyebabkan sel bakteri tidak dapat

bertahan hidup.11

2.5. Larutan Asam

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai zat yang digolongkan

sebagai asam, misalnya asam cuka, asam sitrun, asam jawa, asam belimbing, serta

“asam lambung” (asam klorida dengan kadar sekitar 0,1 molar yang dihasilkan

lambung untuk mencerna makanan), asam sulfat, dan lain-lain. Salah satu sifat asam

adalah rasanya masam. Tingkat keasamaan suatu larutan dapat diketahui dengan

mengukur pH-nya.36

pH merupakan parameter untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Namun

demikian, perlu diperhatikan bahwa tingkat keasaman berbanding terbalik dengan

nilai pH. Artinya, semakin asam suatu larutan, maka semakin kecil nilai pH-nya, dan

sebaliknya. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai

Page 33: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

18

pH lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH = 7. pH larutan dapat

ditentukan dengan menggunakan pH-meter.36

Pembawa sifat asam adalah ion H+. Derajat atau tingkat keasaman larutan

bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H

+,

semakin asam larutan tersebut. Nilai konsentrasi ion H+ tersebut sering kali sangat

kecil. Misalnya, konsentrasi ion H+ dalam asam cuka 0,1 M adalah sekitar 0,001 M;

dan konsentrasi ion H+ dalam akuades adalah sekitar 1 x 10

-7 M.

36

Untuk menyederhanakan penulisan, Sorensen mengusulkan konsep pH untuk

menyatakan konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion

H+. Secara matematika, nilai pH diungkapkan dengan persamaan:

36

pH = -log [H+]

dari persamaan tersebut disimpulkan rumus sebagai berikut:

[H+] = 10

-pH

Dengan menggunakan kalkulator, untuk menghitung konsentrasi ion H+

dapat

menggunakan tombol yang berlabel log-1

atau INV log terhadap nilai pH. Prosedur

ini dikenal dengan menghitung antilogaritma yang merupakan kebalikan dari cara

menghitung logaritma suatu angka.37

2.6. Uji Daya Hambat Bakteri dengan Metode Difusi

Metode ini merupakan metode yang mudah dan efisien, dimana dasar

pengamatannya adalah terbentuk atau tidaknya zona hambatan di sekeliling cakram

yang berisi zat antibakteri yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat antibakteri.

Metode ini dilakukan dengan meletakkan kertas cakram (blanc disc) yang sudah diisi

dengan suatu zat antibakteri pada media agar yang telah diinokulasikan dengan

bakteri. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan bakteri oleh zat

antibakteri.38

Mekanisme proses adsorpsi kertas cakram terhadap zat antibakteri terbagi

menjadi 4 tahap, yaitu:39

a. Transfer partikel-partikel zat antibakteri menuju lapisan film yang

mengelilingi kertas cakram.

Page 34: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

19

b. Difusi zat antibakteri yang teradsorpsi melalui lapisan film yang

mengelilingi kertas cakram (film diffusion process).

c. Difusi zat antimikroba yang teradsorpsi melalui kapiler atau pori dalam

kertas cakram (pore diffusion process).

d. Adsorpsi zat antibakteri yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan

kertas cakram.

Page 35: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

20

2.7 Kerangka Teori

Abses Odontogenik

Abses Periodonsium Abses Dentoalveolar

Penyebab

Bakteri anaerob fakultatif

Perawatan

Staphylococcus aureus

Umumnya

Alternatif Pemberian Antibiotik

Resistensi

Asap Cair

Fenol

Karbonil

Asam Organik

Residu Kopi Arabika

Hemiselulosa

Selulosa

Lignin

Reaktor

Pirolisa

Asap

Kondensator

Karbon

Bakteri anaerob obligat

Uji Daya Hambat

Page 36: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

21

2.8. Kerangka Konsep

Residu

Kopi Arabika

Uji Daya Hambat terhadap

Bakteri Staphylococcus aureus

pada Abses Odontogenik

Asap Cair

Page 37: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

22

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan

penelitian true experimental randomized posttest only control group design untuk

mengetahui daya hambat asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika

terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada abses odontogenik.40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat, yakni pembuatan asap cair

hasil pirolisis residu kopi arabika di Ekotani Indonesia, sedangkan pembiakan dan

pengujian bakteri di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai November 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah bakteri gram positif anaerob fakultatif pada

abses odontogenik.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Besar sampel

pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Federer, yaitu:40

Page 38: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

23

(t-1) (n-1) ≥ 15

Keterangan:

t = banyak kelompok perlakuan

n = jumlah replikasi

Dalam penelitian dilakukan 7 kelompok perlakuan, yaitu:

a. Kelompok 1 : Asap cair berkonsentrasi 100%.

b. Kelompok 2 : Asap cair berkonsentrasi 50%.

c. Kelompok 3 : Asap cair berkonsentrasi 25%.

d. Kelompok 4 : Asap cair berkonsentrasi 12,5%.

e. Kelompok 5 : Asap cair berkonsentrasi 6,25%.

f. Kelompok 6 : Clindamycin (kontrol positif).

g. Kelompok 7 : Aquades (kontrol negatif).

Jadi,

(t-1) (n-1) ≥ 15

(7-1) (n-1) ≥ 15

(6) (n-1) ≥ 15

(n-1) ≥ 2,5

n ≥ 3,5

n = 4

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa jumlah sampel setiap

kelompok perlakuan dalam penelitian ini adalah 4 sampel. Oleh karena itu, besar

sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 28 sampel.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1. Variabel Penelitian

3.4.1.1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi asap cair (liquid

smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika.

Page 39: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

24

3.4.1.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat bahan

perlakuan terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

3.4.1.3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk

pembiakan bakteri Staphylococcus aureus dan suhu yang digunakan dalam inkubator

saat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

3.4.2. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur

Hasil

Pengukuran

Skala

Ukur

1.

Konsentrasi

asap cair

(liquid smoke)

residu kopi

arabika

Pembagian

konsentrasi asap cair

ditimbang dengan

satuan gram, yaitu

pada konsentrasi

6,25% ditimbang

sebanyak 6,25 g asap

cair, konsentrasi

12,5% ditimbang

sebanyak 12,5 g asap

cair, konsentrasi 25%

ditimbang sebanyak

25 g asap cair,

konsentrasi 50%

ditimbang sebanyak

50 g asap cair, dan

Timbangan

dan gelas

ukur

Konsentrasi

asap cair

(%)

Kategorik

Page 40: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

25

konsentrasi 100%

ditimbang sebanyak

100 g asap cair. Setiap

konsentrasi dilarutkan

dengan aquades

hingga 100 g.

2.

Zona hambat

dari bahan

perlakuan

terhadap bakteri

Staphylococcus

aureus

Diameter dari zona

bening di sekeliling

kertas cakram yang

tidak ditemukan

pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus

Kaliper

digital

Diameter

zona hambat

(mm)

Numerik

3. Waktu

pembiakan

Waktu yang

diperlukan untuk

membiakkan bakteri

Staphylococcus aureus

adalah 24 jam.

Stopwatch Jam Numerik

4. Suhu

inkubator

Suhu yang digunakan

dalam inkubator saat

pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus

adalah 37°C

Termometer Derajat

Celcius Numerik

3.5. Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat unit

pengolahan lengkap dengan pemanas, termometer, reaktor pirolisa, kondensator,

bejana penampung asap cair, corong, pH meter, sprayer, lampu spiritus, jarum ose,

cawan petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi, vortex, kuvet, spektofotometer,

Page 41: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

26

erlenmeyer, spatula, batang pengaduk, pipet volume, inkubator untuk kultur bakteri,

alat pemanas, pinset, autoclave, kaliper digital.

3.5.2. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah residu kopi arabika,

kertas saring, air, aquades steril, alkohol 70%, bakteri Staphylococcus aureus, kapas

lidi, medium Nutrient Agar (NA), medium Müller Hinton Agar (MHA), aluminium

foil, kapas, kertas cakram kosong steril 6 mm, plastic wrap.

3.6. Alur Penelitian

Residu kopi arabika

Asap cair

Uji daya hambat terhadap

bakteri Staphylococcus aureus

Pengeringan

Pirolisis

Kondensasi

Page 42: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

27

3.7. Prosedur Penelitian

3.7.1. Pembuatan Asap Cair (Liquid Smoke) Hasil Pirolisis Residu Kopi

Arabika

1. Residu kopi arabika dimasukkan ke dalam reaktor pirolisa yang dilengkapi

pemanas

Gambar 17. Residu kopi arabika

Gambar 18. Pemasukan residu

kopi arabika ke dalam reaktor

pirolisa

2. Residu kopi arabika dikeringkan mulai dari suhu 27 °C dengan

peningkatan suhu 40 °C setiap jam. Pengeringan bertekanan -35 cmHg ini

berlangsung selama 5 jam hingga temperatur mencapai 200°C.

Gambar 19. Pengeringan residu kopi arabika

Gambar 20. Suhu

pengeringan

Page 43: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

28

3. Uap air dan sedikit asap pirolisa yang terbentuk di dalam reaktor pirolisa

mengalir ke dalam kondensator sehingga uap air dikondensasi dan terbentuk air

kondensat bercampur asap cair yang tertampung di dalamnya. Larutan ini dapat

dikeluarkan setiap saat dengan membuka kran yang terdapat pada pangkal

kondensator.

Gambar 21. Uap air

Gambar 22. Air kondensat

4. Selanjutnya suhu residu kopi arabika yang telah dikeringkan di dalam

reaktor pirolisa ini ditingkatkan hingga 260 °C dengan ratio peningkatan 60°C/jam.

Suhu ini dipertahankan selama 2 jam.

Gambar 23. Pirolisa residu kopi arabika

Page 44: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

29

Gambar 24. Suhu pirolisa

5. Asap yang terbentuk di dalam reaktor pirolisa mengalir ke dalam

kondensator sehingga asap dikondensasi dan terbentuk asap cair yang tertampung di

bagian bawah kondensator. Asap cair ini dapat dikeluarkan setiap saat melalui kran

yang terdapat pada bagian bawah kondensator. Zat-zat pengotor seperti debu dan

sedikit tar yang terbentuk akan diendapkan melalui sebuah pipa penampung di antara

reaktor dan kondensator. Melalui kran di bagian bawah pipa tersebut zat pengotor

dapat dikeluarkan.

Gambar 25. Penampungan zat

pengotor

6. Asap cair yang berada di dalam bagian bawah kondensator mengalami

penguapan karena dasar kondensator dipanaskan hingga suhu 200 °C. Uap yang

terbentuk mengalir melalui kondensator pada tingkat berikutnya dan kembali

mengalami kondensasi membentuk asap cair yang bebas dari zat-zat pengotor. Asap

Page 45: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

30

cair yang terbentuk kini merupakan asap cair murni dan dapat dikeluarkan melalui

sebuah kran.

Gambar 26. Penampungan asap cair

hasil pirolisa residu kopi arabika

7. Setelah dibiarkan selama seminggu, asap cair disaring untuk membebaskan

partikel karbon hasil reaksi reduksi asap cair.

Gambar 27.

Penyaringan asap cair

8. Asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika dalam penelitian ini dibagi

menjadi 5 konsentrasi, yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% yang diencerkan

dengan aquades.

9. Pengukuran pH dari asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika.42,43

Page 46: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

31

3.7.2. Pembuatan Media Agar

3.7.2.1. Pembuatan Medium Nutrient Agar (NA)

Sebanyak 28 g NA dilarutkan dalam 1 L aquades. Setelah itu dihomogenkan

dengan spatula diatas penangas air sampai mendidih. Selanjutnya sebanyak 5 ml

dituangkan pada tabung reaksi steril dan ditutup dengan aluminium foil. Media tersebut

disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit, kemudian dibiarkan pada

suhu ruangan selama ± 30 menit sampai media memadat pada kemiringan 30°. Media

NA miring digunakan untuk inokulasi bakteri.43

3.7.2.2. Pembuatan Medium Mueller Hinton Agar (MHA)

Sebanyak 38 g MHA dilarutkan dalam 1 L aquades. Setelah itu dihomogenkan

dengan spatula diatas penangas air sampai mendidih. Selanjutnya sebanyak 15 ml

dituangkan pada 8 tabung reaksi steril dan ditutup dengan aluminium foil. Media

disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C, tekanan 1,5 atm dan

selama 15 menit. Setelah disterilisasi, MHA dalam setiap tabung reaksi dituang ke

masing-masing cawan petri yang akan digunakan sebagai medium dalam uji daya

hambat bakteri.43

3.7.3. Pembuatan Suspensi Bakteri Staphylococcus aureus

1. Bakteri uji diambil dengan kawat ose steril, lalu ditanamkan pada media

NA miring dengan cara menggores. Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada

suhu 37°C selama 24 jam.

2. Bakteri uji yang telah diinokulasi diambil dengan kawat ose steril lalu

disuspensikan kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9% kemudian

dilakukan vortex. Setelah dilakukan vortex, suspensi diukur absorbansinya dengan

spektofotometer pada panjang gelombang 600 nm sampai diperoleh absorbansi 0,5

Mc Farland.44

Page 47: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

32

3.7.4. Uji Daya Hambat Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

1. Lakukan sterilisasi terhadap semua alat yang akan digunakan. Sekitar meja

dibersihkan dengan alkohol 70%, tangan dicuci terlebih dahulu dengan alkohol 70%,

seluruh alat dicuci dikeringkan dan disterilisasi dalam autoclave dengan suhu 121oC

dan tekanan sebesar 15 Psi (Persquare inchi) selama 15 menit. Alat yang tidak tahan

temperatur tinggi disterilisasi dengan alkohol 70%.

2. Ambil kapas lidi steril dengan pinset steril, kemudian celupkan ke dalam

suspensi bakteri Staphylococcus aureus.

3. Setelah salah satu ujung kapas lidi steril tercelup dalam suspensi bakteri

Staphylococcus aureus, pegang ujung kapas lidi steril yang satunya lagi dengan

tangan, lalu buat streak rapat pada media MHA sebanyak 3 kali pengulangan setiap

cawan petri.

4. Dua puluh delapan buah cakram kosong steril diambil dengan

menggunakan pinset steril dan dicelupkan masing-masing 4 cakram dalam setiap

bahan perlakuan asap cair berkonsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,

clindamycin, dan aquades selama 10 menit.

5. Setelah itu, masing-masing cakram diambil dengan pinset steril dan

diamkan selama 5 detik agar bahan perlakuan tidak menetes lagi, kemudian

diletakkan diatas media MHA yang telah dibuat di cawan petri.

6. Semua cawan petri dililit dengan plastic wrap untuk menghindari

kontaminan lalu dimasukkan dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.

7. Diameter daya hambat ditandai dengan adanya zona bening yang diukur

menggunakan kaliper digital yang diukur sebanyak 3 kali kemudian diambil rata-

ratanya.38,45

3.8. Analisis Data

3.8.1. Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Saphiro

Wilks karena besar sampel dalam penelitian ini adalah 24 sampel (n ≤ 50).40

Page 48: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

33

3.8.2. Analisis Data Univariat

Analisis univarian dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai rata-

rata dan standar deviasi diameter zona bening yang merupakan daya hambat dari

setiap kelompok perlakuan dalam penelitian ini terhadap petumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.40

3.8.3. Analisis Data Multivariat

Jika data dalam penelitian ini terdistribusi normal, maka analisis data yang

digunakan adalah:

1. Uji ANOVA (Analysis of Variance) untuk melihat pengaruh daya hambat

perlakuan-perlakuan dalam penelitian ini terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.

2. Uji Post-Hoc LSD untuk mengetahui pasangan perlakuan mana dalam

penelitian ini yang memiliki perbedaan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus.40,46

Sedangkan, jika data dalam penelitian ini terdistribusi tidak normal, maka analisis

data yang digunakan adalah uji Kruskall-Wallis.40

Page 49: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

34

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Asap Cair (Liquid Smoke) Hasil Pirolisis Residu Kopi Arabika

Asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika dalam penelitian

ini dibagi menjadi 5 konsentrasi, yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%.

Gambar 28. Asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika dengan

konsentrasi a. 100% b. 50% c. 25% d. 12,5% e. 6,25%

f. Aquades (kontrol negatif)

Asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika yang dihasilkan memiliki pH 2,8.

Setelah diencerkan pH asap cair dengan konsentrasi 50% adalah 3,1, konsentrasi 25%

adalah 3,4, konsentrasi 12,5% adalah 3,7, dan konsentrasi 6,25% adalah 4. Aquades

sebagai kontrol negatif dalam penelitian ini memiliki pH 7.

a b c d e f

Page 50: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

35

Grafik 1. Pengaruh konsentrasi terhadap pH asap cair

4.2. Daya Hambat Asap (Liquid Smoke) Hasil Pirolisis Residu Kopi

Arabika Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Hasil pengukuran diameter zona hambat asap cair (liquid smoke) hasil

pirolisis residu arabika terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang dilakukan

dengan 4 kali replikasi pada konsentrasi 6,25% adalah 18,43 mm, 18,83 mm, 14,03

mm, dan 14,47 mm, pada konsentrasi 12,5% adalah 18,97 mm, 19,00 mm, 14,60 mm,

dan 12,30 mm, pada konsentrasi 25% adalah 18,03 mm, 17,07 mm, dan 18,17 mm,

pada konsentrasi 50% adalah 23,43 mm, 20,23 mm, 24,90 mm, dan 17,30 mm, pada

konsentrasi 100% adalah 21,30 mm, 19,47 mm, 25,00 mm, dan 19,03 mm.

Sedangkan diameter zona hambat pada Clindamycin sebagai kontrol positif adalah

17,37 mm, 16,37 mm, 17,23 mm, dan 16,10 mm.

Tabel 2. Hasil pengukuran diameter zona hambat asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis

residu arabika terhadap bakteri Staphylococcus aureus

Replikasi

Diameter Zona Hambat (mm)

Konsentrasi Asap Cair (Liquid Smoke)

Hasil Pirolisis Residu Arabika Kontrol

6,25% 12,5% 25% 50% 100% Positif Negatif

1 18,43 18.97 18,03 23,43 21,30 17,37 0,00

2 18,83 19,00 17,07 20,23 19,47 16,37 0,00

3 14,03 14,60 17,70 24,90 25,00 17,23 0,00

4 14,47 12,30 18,17 17,30 19,03 16,10 0,00

0

400

800

1200

1600

0

2

4

6

8

0 25 50 75 100

Ko

nse

ntr

asi

Io

n H

+

Laru

tan

Asa

p C

air

[m

mo

l/k

L]

pH

Laru

tan

Asa

p C

air

Konsentrasi Larutan Asap Cair [%]

pH CH+ [mmol/kL]

Page 51: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

36

Hasil uji normalitas data dengan uji Saphiro Wilks menunjukkan data dalam

penelitian ini terdistribusi normal yang ditunjukkan oleh p-value ≥ 0,05 sehingga

analisis data multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji ANOVA dan Post-Hoc

LSD.

Tabel 3. Hasil uji normalitas data dengan uji

Saphiro Wilks

Kelompok Perlakuan p-value

Asap cair berkonsentrasi 6,25% 0,12

Asap cair berkonsentrasi 12,5% 0,24

Asap cair berkonsentrasi 25% 0,50

Asap cair berkonsentrasi 50% 0,77

Asap cair berkonsentrasi 100% 0,33

Kontrol positif 0,31

Rata-rata zona hambat asap cair hasil pirolisis residu arabika pada konsentrasi

6,25% adalah 16,44 ± 2,54 mm, pada konsentrasi 12,5% adalah 16,22 ± 3,33 mm,

pada konsentrasi 25% adalah 17,74 ± 0,49 mm, pada konsentrasi 50% adalah 21,47 ±

3,38 mm, dan pada konsentrasi 100% adalah 21,20 ± 2,72 mm. Sedangkan rata-rata

zona hambat Clindamycin sebagai kontrol positif adalah 16,77 ± 0,63 mm dan

aquadest sebagai kontrol negatif adalah 0 mm.

Hasil penelitian yang diuji dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa asap cair

(liquid smoke) hasil pisolisis residu kopi arabika mampu menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus pada abses odontogenik yang ditunjukkan oleh p-

value ≤ 0,05.

Tabel 4. Rata-rata zona hambat setiap kelompok perlakuan dan hasil uji ANOVA

Kelompok Perlakuan Rata-rata zona hambat ± standar deviasi

(mm) p-value

Asap cair berkonsentrasi 6,25% 16,44 ± 2,54

0,001

Asap cair berkonsentrasi 12,5% 16,22 ± 3,33

Asap cair berkonsentrasi 25% 17,74 ± 0,49

Asap cair berkonsentrasi 50 % 21,47 ± 3,38

Asap cair berkonsentrasi 100% 21,20 ± 2,72

Kontrol positif 16,77 ± 0,63

Kontrol negatif 0

Page 52: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

37

Grafik 2. Pengaruh konsentrasi asap cair

terhadap rata-rata diameter zona hambat

Hasil penelitian yang diuji dengan uji Post-Hoc LSD menunjukkan bahwa

daya hambat antara asap cair hasil pirolisis residu arabika pada konsentrasi 6,25%

dan 12,5%, 6,25% dan 25%, 6,25% dan kontrol positif, 12,5% dan 25%, 12,5% dan

kontrol positif, 25% dan kontrol positif, 50% dan 100% tidak memiliki perbedaan

yang ditunjukkan oleh p-value > 0,05. Sedangkan daya hambat antara asap cair hasil

pirolisis residu arabika pada konsentrasi 6,25% dan 50%, 6,25% dan 100%, 6,25%

dan kontrol negatif, 12,5% dan 50%, 12,5% dan 100%, 12,5% dan kontrol negatif,

25% dan 50%, 25% dan 100%, 25% dan kontrol negatif, 50% dan kontrol positif,

50% dan kontrol negatif, 100% dan kontrol positif, 100% dan kontrol negatif

memiliki perbedaan yang ditunjukkan oleh p-value ≤ 0,05.

Tabel 5. Hasil uji Post-Hoc LSD rata-rata zona hambat setiap kelompok perlakuan

Kelompok Perlakuan Selisih rata-rata

(mm) p-value

Asap cair

berkonsentrasi

6,25%

Asap cair berkonsentrasi 12,5% 0,22 0,89

Asap cair berkonsentrasi 25% 1,30 0,43

Asap cair berkonsentrasi 50 % 5,03 0,01

Asap cair berkonsentrasi 100% 4,76 0,01

Kontrol positif 0,33 0,84

Kontrol negatif 16,44 0,01

Page 53: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

38

Asap cair

berkonsentrasi

12,5%

Asap cair berkonsentrasi 25 % 1,53 0,36

Asap cair berkonsentrasi 50 % 5,26 0,01

Asap cair berkonsentrasi 100% 4,98 0,01

Kontrol positif 0,55 0,74

Kontrol negatif 16,22 0,01

Asap cair

berkonsentrasi

25 %

Asap cair berkonsentrasi 50 % 3,73 0,03

Asap cair berkonsentrasi 100% 3,46 0,04

Kontrol positif 0,98 0,06

Kontrol negatif 17,74 0,01

Asap cair

berkonsentrasi

50 %

Asap cair berkonsentrasi 100% 0,27 0,87

Kontrol positif 4,70 0,01

Kontrol negatif 21,47 0,01

Asap cair

berkonsentrasi

100%

Kontrol positif 4,43 0,01

Kontrol negatif 21,20 0,01

Page 54: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

39

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengukuran zona hambat dalam penelitian ini, asap cair

(liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika dengan konsentrasi 100%, 50%,

25%, 12,5%, dan 6,25% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus

aureus pada abses odontogenik . Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa ada 2 kelompok daya hambat asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, yaitu kelompok pertama

adalah yang berkonsentrasi 6,25%, 12,5%, dan 25% dengan masing-masing zona

hambatnya adalah 16,44 mm, 16,22 mm, dan 17,74 mm, sedangkan kelompok kedua

adalah yang berkonsentrasi 50% dan 100% dengan masing-masing zona hambatnya

adalah 21,47 mm dan 21,20 mm.

Menurut Greenwood, zona hambat yang terbentuk pada metode disc diffusion

kurang dari 10 mm dikategorikan tidak ada daya hambat, 10-15 mm dikategorikan

daya hambat lemah, 16-20 mm dikategorikan sedang, dan jika lebih dari 20 mm

dikategorikan daya hambat kuat terhadap pertumbuhan bakteri.47

Berdasarkan hasil

pengukuran zona hambat dalam penelitian ini, asap cair hasil pirolisis residu kopi

arabika dengan kelompok pertama dikategorikan memiliki daya hambat yang sedang

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan asap cair hasil pirolisis

residu kopi arabika kelompok kedua dikategorikan memiliki daya hambat yang kuat

terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika antara kelompok pertama dan

kedua menunjukkan terjadi peningkatan daya hambat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Pelczar dan Chan bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu zat antibakteri,

maka semakin banyak bakteri yang mati atau terhambat pertumbuhannya.48

Dari

perbandingan dua kelompok ini, terlihat bahwa kelompok kedua memiliki daya

hambat yang lebih baik terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Page 55: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

40

Pada kelompok kedua ini, terlihat asap cair berkonsentrasi 50% dan 100%

memiliki daya hambat yang sama. Hal ini berhubungan dengan mekanisme proses

adsorpsi yang merupakan suatu proses yang terjadi ketika fluida (cairan) terserap ke

dalam pori-pori suatu padatan. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan

adsorben. Adsorbat merupakan substansi yang terserap, dimana dalam penelitian ini

adalah asap cair, sedangkan adsorben merupakan suatu media penyerap, dimana

dalam penelitian ini adalah kertas cakram. Secara umum, faktor yang mempengaruhi

proses adsorpsi adalah luas permukaan pori adsorben dan jumlah partikel adsorbat.

Namun, dalam penelitian ini luas permukaan adsorben (cakram) tidak mempengaruhi

karena tidak divariasikan, sedangkan jumlah partikel adsorbat (asap cair)

mempengaruhi proses adsorpsi karena konsentrasi asap cair dalam penelitian ini

divariasikan. Jumlah partikel dari asap cair berkonsentrasi 100% terlalu terlalu tinggi

dibandingkan dengan daya tampung luas permukaan pori dari kertas cakram,

sehingga tidak semua zat aktif dari asap cair berkonsentrasi 100% bisa terserap

sempurna dalam kertas cakram.39

Selain itu, juga terjadi perbedaan kecepatan difusi zat antibakteri pada

konsentrasi yang berbeda yang dinyatakan pada penelitian Qamariah, dkk.49

Pada

penelitian Suryani, dkk juga dinyatakan bahwa apabila konsentrasi zat antibakteri

terlalu tinggi, maka zat antibakteri akan sulit berdifusi dibandingkan dengan zat

antibakteri yang konsentrasinya lebih rendah.50

Pernyataan ini juga dipertegas oleh

Cappucino dan Sherman yang menyatakan bahwa kemampuan difusi dari zat

antibakteri ke dalam media dan interaksinya dengan bakteri uji adalah salah satu

faktor yang mempengaruhi zona hambat selain jumlah bakteri yang diinokulasi dan

kecepatan pertumbuhan bakteri.38

Asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika dengan konsentrasi 6,25%, 12,5%,

dan 25% memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

yang sama dengan Clindamycin sebagai kontrol positif dalam penelitian ini,

sedangkan asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika dengan konsentrasi 50% dan

100% memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus

yang lebih baik daripada Clindamycin.

Page 56: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

41

Asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika dalam penelitian

ini memiliki pH 2,8. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Noor, dkk yang

menghasilkan asap cair hasil pirolisis serabut kelapa dengan pH 2,87-2,97.51

Pada

penelitian yang dilakukan oleh Maulina, dkk dihasilkan asap cair hasil pirolisis

tempurung kelapa sawit dengan pH 2,2-2,4. Asap cair yang bagus memiliki pH

berkisar antara 1,5-3,7, karena pada kondisi pH rendah ini spora mikroba tidak dapat

hidup dan berkembang biak sehingga dapat mengambat pertumbuhan mikroba.

Semakin rendah pH yang dimiliki asap cair, maka kualitas asap cair tersebut semakin

bagus karena memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang

lebih besar. Nilai pH yang terkandung dalam asap cair dipengaruhi oleh adanya

kandungan senyawa, yaitu asam asetat dan asam-asam lainnya. Selain itu, kadar fenol

juga mempengaruhi nilai pH karena karakter asam, yang dimiliki fenol memiliki

pengaruh cincin aromatis.52

Dalam penelitian Akbar, dkk dihasilkan asap cair hasil pirolisis kayu pelawan

pada suhu 200-250°C yang mengandung asam asetat sebanyak 30-32 mg/ml.53

Pada

suhu 200-260°C terjadi pirolisa hemiselulosa yang membentuk asam-asam organik.11

Molekul asam lemah yang terdisosiasi (menghasilkan ion H+

dan anion)

menyebabkan penurunan pH lingkungan dan dapat kontak dengan dinding sel,

permukaan sel sitoplasma, sehingga menyebabkan efek kerusakan pada sel bakteri.

Pada pH lingkungan yang sangat rendah, asam asetat dapat menyebabkan denaturasi

enzim dan ketidakstabilan permeabilitas membran sel bakteri sehingga menghambat

pertumbuhan dan menurunkan daya hidup bakteri atau mikroba lainnya.51

Selain asam-asam organik, pada suhu 200°C juga terbentuk senyawa fenol

dari hasil pirolisa primer dari lignin.54

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh

Maulina, dkk tentang pirolisis pelepah kelapa sawit pada berbagai suhu, di mana

pirolisa pada suhu 200°C dihasilkan senyawa fenol sebanyak 3,349% dalam waktu 30

menit dan jumlahnya meningkat sampai pada waktu 90 menit. Secara umum, kadar

fenol akan meningkat dengan kenaikan suhu pada waktu pirolisis yang konstan.

Demikian juga halnya dengan peningkatan waktu pada suhu pirolisis yang konstan.

Hal ini disebabkan semakin lama waktu pirolisis, maka kontak antara panas dengan

Page 57: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

42

kandungan penyusun bahan organik yang akan diuraikan akan lebih lama sehingga

semakin banyak kandungan bahan organik yang teruraikan.55

Kandungan fenol

memiliki sifat bakteristatik yang tinggi yang merusak membran sitoplasma pada

bakteri sehingga terjadi kebocoran terhadap cairan intraseluler dari bakteri dan

menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang biak.11,51

Page 58: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

43

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian Uji Daya Hambat Asap Cair (Liquid Smoke) Hasil

Pirolisis Residu Kopi Arabika Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus pada Abses

Odontogenik, dapat disimpulkan bahwa:

1. Asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika mampu

menghambat bakteri Staphylococcus aureus pada abses odontogenik pada konsentrasi

100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%.

2. Konsentrasi optimal dari asap cair hasil pirolisis residu kopi arabika yang

kuat untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah 50%

dengan hasil yang lebih baik daripada Clindamycin.

6.2. Saran

Bagi peneliti berikutnya:

1. Melakukan optimasi konsentrasi asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis

residu kopi arabika dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus.

2. Melakukan penelitian tentang kandungan dari asap cair (liquid smoke) hasil

pirolisis residu kopi arabika yang spesifik dalam menghambat bakteri Staphylococcus

aureus.

3. Melakukan penelitian tentang toksisitas asap cair (liquid smoke) hasil

pirolisis residu kopi arabika.

4. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan metode dilusi.

5. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan suhu pirolisis yang lebih tinggi.

6. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan daya hambat

asap cair (liquid smoke) hasil pirolisis residu kopi arabika dengan metronidazole gel

yang merupakan obat untuk menanggulangi abses periodontal secara topikal.

Page 59: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

44

DAFTAR PUSTAKA

1. Shweta, Praskash SK. Dental abscess: A microbiological review. Dental Research

Journal. 2013;10(5):585-91.

2. Fragiskos FD. Oral surgery. Springer: Liepzig; 2007:205-10.

3. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 3rd ed. New Delhi: Jaypee

Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2012:661-3.

4. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 5th

ed. Missouri: Elsevier; 2008:291-2.

5. Mahalakshmi K, Chandrasekaran SC. Frequencies of staphylococcus aureus in

periodontal abscess-a pilot study. IOSR JPBS. 2017; 12(5):27-8.

6. Robertson D, Smith AJ. The microbiology of the acute dental abscess. Journal of

Medical Microbiology 2009; 58:155–62.

7. Gupta D, Verma P, Dhariwal G, Chaudhary S. Periodontal abscess – a localized

collection of pus a review. TMU J Dent. 2015; 2(1):17-22.

8. Ejaz R, Ashfaq UA, Idrees S. Antimicrobial potential of Pakistani medical plants

gainst multi-drug resistance staphylococcus aureus. J of Cost Life Med

2014;2(9):710-20.

9. Syed R, Prasad G, Deeba F, et al. Antibiotic drug resistance of hospital acquired

staphylococcus aureus in Andra Paradesh: A monitoring study. Afr J Microbiol

Res 2011; 5(6):671-4.

10. Afifurrahman, Samadin KH, Aziz S. Pola kepekaan bakteri staphylococcus aureus

terhadap antibiotik vancomycin di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

MKS 2014 Oktober: 266-70.

11. Milly PJ. Antimicrobial properties of liquid smoke fractions. Thesis. Athens:

Universisty of Georgia, 2003: 3-20.

12. Swastawati F, Agustini TW, Darmanto YS. Liquid smoke performance of lamtoro

Page 60: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

45

wood and corn cob. J of Coastal Development 2007; 10(3):189-96.

13. Zuraida I, Sukarno, Budijanto S. Antibacterial activity of coconut shell liquid

smoke (CS-LS) and its application on fish ball preservation. Int Food Res J 2011;

18:405-10.

14. Achmadi SS, Mubarik NR, Nursyamsi R, Septiaji P. Characterization of

redistilled liquid smoke of oil-palm shells and its application as fish preservatives.

J Appl Sci 2013; 13(3):401-8.

15. Yusnaini, Soeparno, Suryanto E, Armunanto R. Physical, chemical and sensory

properties of kenari (Canariun indicum L.) shell liquid smoke-immersed beef on

different level of dilution. J Indones Trop Anim Agric 2012; 37(1):27-33.

16. Kim SP, Yang JY, Kang MY, Park JC, Nam SH, Friedman M. Composition of

liquid rice hull smoke and anti-inflammatory effects in mice. J Agric Food Chem

2011; 59(9):4570-81.

17. Aisyah I. Multimanfaat arang dan asap cair dari limbah biomasa. Yogyakarta :

Deepublish Publisher, 2019:85-7.

18. Surboyo MDC, Arundina I, Rahayu RP. Increase of collagen in diabetes-related

traumatic ulcers after the application of liquid smoke coconut shell. DJMKG

2017;50(2):71-5.

19. Surboyo MDC. Oral ulcer healing after treatment with distilled liquid smoke of

coconut shell on diabetic rats. JKIMSU 2019;8(2):70-9.

20. Mussatto SI, Caneiro LM, Silva JPA, Roberto IC, Teixera JA. A study on

chemical constituents and sugars extraction from spent. J Carb Pol 2011;83:368-

74.

21. Vega RC, Pina GL, Castaneda HV, Oomah BD. Spent coffee grounds: A review

on current research and future prospects. Trends in Food Science & Technology

2015 12 April: 1-15.

22. Ballesteros LF. Teixeira JA, Mussatto SI. Chemical, functional, and structural

properties of spent coffee grounds and coffee silverskin. Food Bioprocess

Page 61: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

46

Technol 2014 28 May: 3493-503.

23. Favpng. Dental abscess periodontal disease periodontal abscess gingivitis. 9

September 2018. https://favpng.com/png_view/carie-dental-abscess-periodontal-

disease-periodontal-abscess-gingivitis-png/RC6C7E75 (10 Agustus 2019).

24. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Clinical periodontal.

13th ed. Los Angeles: Elsevier; 2018:2603-4.

25. Schroeder M. Types of dental abscesses. 5 Juli 2017.

https://fineartamerica.com/featured/types-of-dental-abscesses-illustration-monica-

schroeder.html (8 Agustus 2019).

26. Salem S. Tooth abscess treatment. 11 November 2019.

https://sharedentalcare.com/tooth-abscess-treatment/ (18 November 2019).

27. Lang NP, Lindhe J. Clinically periodontology and implant dentistry. 6th ed.

Pondicherry: SPi Publisher Services; 2015:191-4.

28. Patel PV, Kumar GS, Patel A. Periodontal abscess: A review. JCDR. 2011; 5(2):

404-9.

29. Tyagi N, Sharma M, Khanna P. Periapical abscess - a review. WJPPS. 2017;

6(9):618-23.

30. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 7th

ed. Philadelphia: Elsevier; 2019: 318-20.

31. Nasution M. Pengantar mikrobiologi. Medan: USU Press; 2016:76-8.

32. Medical Laboratory. Staphylococcus aureus. 10 May 2019.

https://medical.talalm.com/2019/05/10/staphylococcus-aureus/ (20 Agustus

2019).

33. Aryal S. Mannitol Salt Agar for the isolation of staphylococcus aureus. 15

Agustus 2019. https://microbiologyinfo.com/mannitol-salt-agar-for-the-isolation-

of-staphylococcus-aureus/ (22 Agustus 2019).

34. Salmet S. Hidayat T. Studi eksperimen pemilihan biomassa untuk memproduksi

gas asap cair (liquid smoke gases) sebagai bahan pengawet. Jurnal SIMETRIS.

Page 62: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

47

2015; 6(1): 189-96.

35. Kailaku SI, Syakir M, Mulyawanti. Antimicrobial activity of coconut shell liquid

smoke. In ANA S, editor. : IOP Conference Series: Materials Science and

Engineering, Bogor, 2016: 1-6.

36. Purba M. Kimia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2018:1-12.

37. Chang R. ed.3.Kimia Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003:312.

38. Cappuccino JG, Welsh C. Microbiology a laboratory manual. 11th

ed. Harlow:

Pearson Education Limited; 2018: 305-11.

39. Syauqiyah I, Amalia M, Kartini HA. Analisis variasi waktu dan kecepatan

pengaduk pada proses adsorpsi limbah logam berat dengan arang aktif. Info

Teknik 2011. 12(1):11-14.

40. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka cipta; 2017: 50-64,171-

87.

41. Emig G, Klemm E. Chemische reaktionstechnik. 6th

ed. Erlangen: Springer-

Lehrbuch; 2017: 82-109.

42. Scholz R, Beckmann M, Schulenburg. Abfallbehandlung in thermischen

Verfahren. Stuttgart: Encourage Creativity; 2001:115-21.

43. Hudaya A, Radiastuti N, Sukandar D, Djajanegara I. Uji aktivitas antibakteri

ekstrak air bunga kecombrang terhadap bakteri e. coli dan s. aureus sebagai bahan

pangan fungsional. Al-Kauniyah Jurnal Biologi. 2014;7(1):9-10.

44. Wangkanusa D, Lolo WA, Wewengkang DS. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak

daun prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) terhadap pertumbuhan bakteri

staphylococcus aureus dan pseudomonas aeruginosa. Pharmacon Jurnal Ilmiah

Farmasi. 2016;5(4):206.

45. Vitko NP, Richardson AR. Laboratory maintenance of metlicillin-resistance

staphylococcus aureus (MRSA). Curr Protoc Microbiol 2014 25 Juni:1-7.

46. Sabri L, Hastono SP. ed.1. Statistik kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers; 2014: 125-

9.

47. Alfath CR, Yulina V, Sunnati. Antibacterial effect of granati fructus cortex

Page 63: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

48

extract on streptococcus mutans in vitro. JDI 2013; 20(1):5-8.

48. Apriani D, Amaliawati N, Kurniati E. Efektifitas berbagai konsentrasi infusa daun

salam (Eugenia polyantha Weight) terhadap daya antibakteri staphylococcus

aureus secara in vitro. J Tekno Lab 2014. 3(2):1-8.

49. Qamariah N, Handayani R, Friskila A. Uji daya hambat ekstrak etanol batang

tumbuhan saluang belum terhadap bakteri staphylococcus aureus. JSM 2018.

4(1):90-101.

50. Suryani Y, Sophia LW, Cahyanto T, Kinasih I. Uji aktivitas antibakteri dan

antioksidan infusum cacing tanah (Lumbricus rubellus) dengan tambahan kitosan

udang pada Salmonella thypi. Jurnal Istek 2015. 9(2):270-4.

51. Noor E, Pari G. Isolasi dan pemurnian asap cair berbahan dasar tempurung kelapa

secara pirolisis dan distilasi. Dalam Luditama C,ed. Prosiding Konferensi

Nasional Kelapa VIII, Bogor, 2014:93-102.

52. Maulina S, Putri FS. Pengaruh suhu, waktu, dan kadar air bahan baku terhadap

pirolisis serbuk pelepah kelapa sawit. Jurnal Teknik Kimia 2017. 6(2):35-9.

53. Akbar A, Paindoman R, Coniwanti P. Pengaruh variabel waktu dan temperatur

terhadap pembuatan asap cair dari limbah kayu pelawan (Cyanometra cauliflora).

Jurnal Teknik Kimia 2013; 19(1):1-8.

54. Kawamoto H. Lignin pyrolysis reactions. Springer 2016 17 Desember: 1-10.

55. Maulina S, Putri FS. Pirolisis pelepah kelapa sawit untuk mengasilkan fenol pada

asap cair. Jurnal Teknik Kimia 2018. 7(2):12-6.

Page 64: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Michelle Natascha Wahab

Tempat / Tanggal Lahir : Erlangen / 10 September 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Sekip No.5E / 7 Medan

Riwayat Pendidikan

1. 2003 – 2004 : TK Kalam Kudus Medan

2. 2004 − 2010 : SD Santo Yoseph Medan

3. 2010 – 2013 : SMP Santo Yoseph Medan

4. 2013 – 2016 : SMA Sutomo 1 Medan

5. 2016 – 2019 : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Page 65: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LAMPIRAN 2

BIAYA PENELITIAN

1. Biaya pencetakan : Rp 600.000,00

2. Biaya print dan fotokopi : Rp 225.000,00

3. Biaya transportasi : Rp 500.000,00

4. Biaya penggandaan dan penjilidan : Rp 200.000,00

5. Biaya residu kopi arabika : Rp 100.000,00

6. Biaya pembuatan asap cair dari residu kopi arabika : Rp 3.000.000,00

7. Biaya bakteri Staphylococcus aureus : Rp 75.000,00

8. Biaya uji daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus : Rp 1.000.000,00

Rp 5.700.000,00

+

Page 66: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LAMPIRAN 3

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Kegiatan

Bulan

Agustus September Oktober November Desember Januari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan dan

Pembuatan

Proposal

Seminar

Proposal

Penelitian

Pengumpulan

dan Pengolahan

Data

Pembuatan

Laporan Hasil

Penelitian

Seminar Hasil

Penelitian

Sidang Skripsi

Page 67: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LAMPIRAN 4

Page 68: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LAMPIRAN 5

Residu kopi arabika Corong

pH-meter

Seperangkat unit pengolahan asap cair

Page 69: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

Media NA Media MHA

Sprayer berisi

alkohol 70%

Gelas ukur

Erlenmeyer

Cawan petri

Rak tabung dan tabung reaksi

Page 70: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

Timbangan Alat pemanas

Pipet volume

Vortex

Page 71: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

Autoklaf Inkubator

Spektofotometer

Kuvet

Kaliper digital

Page 72: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

Batang pengaduk

Spatula

Kawat ose

Pinset

Cakram kosong steril

Page 73: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LAMPIRAN 6

Page 74: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LAMPIRAN 7

Oneway

Descriptives

DIAMETER_ZONA_HAMBAT

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

LS 6,25% 4 16,4400 2,54042 1,27021 12,3976 20,4824 14,03 18,83

LS 12,5 % 4 16,2175 3,33075 1,66537 10,9175 21,5175 12,30 19,00

LS 25% 4 17,7425 ,48972 ,24486 16,9632 18,5218 17,07 18,17

LS 50% 4 21,4725 3,38052 1,69026 16,0933 26,8517 17,33 24,90

LS 100% 4 21,2000 2,71734 1,35867 16,8761 25,5239 19,03 25,00

K (+) 4 16,7675 ,62729 ,31364 15,7693 17,7657 16,10 17,37

K (-) 4 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Total 28 15,6914 7,13814 1,34898 12,9235 18,4593 ,00 25,00

ANOVA

DIAMETER_ZONA_HAMBAT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1264,752 6 210,792 39,887 ,000

Within Groups 110,978 21 5,285

Total 1375,730 27

Tests of Normalityb

PERLAKUAN Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DIAMETER_ZONA_HAMBAT

LS 6,25% ,283 4 . ,809 4 ,119

LS 12,5 % ,296 4 . ,854 4 ,240

LS 25% ,221 4 . ,914 4 ,503

LS 50% ,219 4 . ,959 4 ,775

LS 100% ,238 4 . ,877 4 ,326

K (+) ,270 4 . ,874 4 ,315

a. Lilliefors Significance Correction

b. DIAMETER_ZONA_HAMBAT is constant when PERLAKUAN = K (-). It has been omitted.

Page 75: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: DIAMETER_ZONA_HAMBAT

LSD

(I) PERLAKUAN (J) PERLAKUAN Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

LS 6,25%

LS 12,5 % ,22250 1,62553 ,892 -3,1580 3,6030

LS 25% -1,30250 1,62553 ,432 -4,6830 2,0780

LS 50% -5,03250* 1,62553 ,005 -8,4130 -1,6520

LS 100% -4,76000* 1,62553 ,008 -8,1405 -1,3795

K (+) -,32750 1,62553 ,842 -3,7080 3,0530

K (-) 16,44000* 1,62553 ,000 13,0595 19,8205

LS 12,5 %

LS 6,25% -,22250 1,62553 ,892 -3,6030 3,1580

LS 25% -1,52500 1,62553 ,359 -4,9055 1,8555

LS 50% -5,25500* 1,62553 ,004 -8,6355 -1,8745

LS 100% -4,98250* 1,62553 ,006 -8,3630 -1,6020

K (+) -,55000 1,62553 ,738 -3,9305 2,8305

K (-) 16,21750* 1,62553 ,000 12,8370 19,5980

LS 25%

LS 6,25% 1,30250 1,62553 ,432 -2,0780 4,6830

LS 12,5 % 1,52500 1,62553 ,359 -1,8555 4,9055

LS 50% -3,73000* 1,62553 ,032 -7,1105 -,3495

LS 100% -3,45750* 1,62553 ,045 -6,8380 -,0770

K (+) ,97500 1,62553 ,555 -2,4055 4,3555

K (-) 17,74250* 1,62553 ,000 14,3620 21,1230

LS 50%

LS 6,25% 5,03250* 1,62553 ,005 1,6520 8,4130

LS 12,5 % 5,25500* 1,62553 ,004 1,8745 8,6355

LS 25% 3,73000* 1,62553 ,032 ,3495 7,1105

LS 100% ,27250 1,62553 ,868 -3,1080 3,6530

K (+) 4,70500* 1,62553 ,009 1,3245 8,0855

K (-) 21,47250* 1,62553 ,000 18,0920 24,8530

LS 100%

LS 6,25% 4,76000* 1,62553 ,008 1,3795 8,1405

LS 12,5 % 4,98250* 1,62553 ,006 1,6020 8,3630

LS 25% 3,45750* 1,62553 ,045 ,0770 6,8380

LS 50% -,27250 1,62553 ,868 -3,6530 3,1080

K (+) 4,43250* 1,62553 ,013 1,0520 7,8130

K (-) 21,20000* 1,62553 ,000 17,8195 24,5805

K (+) LS 6,25% ,32750 1,62553 ,842 -3,0530 3,7080

Page 76: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LS 12,5 % ,55000 1,62553 ,738 -2,8305 3,9305

LS 25% -,97500 1,62553 ,555 -4,3555 2,4055

LS 50% -4,70500* 1,62553 ,009 -8,0855 -1,3245

LS 100% -4,43250* 1,62553 ,013 -7,8130 -1,0520

K (-) 16,76750* 1,62553 ,000 13,3870 20,1480

K (-)

LS 6,25% -16,44000* 1,62553 ,000 -19,8205 -13,0595

LS 12,5 % -16,21750* 1,62553 ,000 -19,5980 -12,8370

LS 25% -17,74250* 1,62553 ,000 -21,1230 -14,3620

LS 50% -21,47250* 1,62553 ,000 -24,8530 -18,0920

LS 100% -21,20000* 1,62553 ,000 -24,5805 -17,8195

K (+) -16,76750* 1,62553 ,000 -20,1480 -13,3870

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 77: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE

LAMPIRAN 8

Page 78: UJI DAYA HAMBAT ASAP CAIR (LIQUID SMOKE