71
UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN (Ruellia tuberose L.) PADA MENCIT (Mus musculus) dan RESPON TERHADAP SUSUNAN SARAF OTONOM WA ODE YULIASRI PUTRI N111 07 639 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN (Ruellia tuberose L.)

PADA MENCIT (Mus musculus) dan RESPON TERHADAP SUSUNAN SARAF OTONOM

WA ODE YULIASRI PUTRI N111 07 639

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

Page 2: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN (Ruellia tuberose L.)

PADA MENCIT (Mus musculus) dan RESPON TERHADAP SUSUNAN SARAF OTONOM

SKRIPSI

untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

WA ODE YULIASRI PUTRI N111 07 639

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

Page 3: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN (Ruellia tuberose L.)

PADA MENCIT (Mus musculus) dan RESPON TERHADAP SUSUNAN SARAF OTONOM

WA ODE YULIASRI PUTRI

N111 07 639

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama,

Usmar, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 19710109 199702 1 001

Pembimbing Pertama,

Drs. H. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt NIP. 19480727 1979031 1 001

Pembimbing Kedua, Drs. H. Kus Haryono, MS., Apt. NIP19501126 197903 1 002

Page 4: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Pada tanggal,12 Desember 2012

PENGESAHAN

UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN (Ruellia tuberose L.)

PADA MENCIT (Mus musculus) dan RESPON TERHADAP SUSUNAN SARAF OTONOM

Oleh : WA ODE YULIASRI PUTRI

N111 07 639

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Pada Tanggal, 12 Desember 2012

Panitia Penguji Skripsi

1. Ketua

Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, MS., Apt. :………………..

2. Sekretaris

Dra. Rosany Tayeb, M.Si., Apt : ……………….

3. Anggota

Drs. H. Hasyim Bariun, M.Si., Apt. : …………….....

4. Ex Officio

Usmar, S.Si, M.Si., Apt. : ……………….

5. Ex Officio

Drs. H. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt. : ……………….

6. Ex Officio

Drs. H. Kus Haryono, MS., Apt : ……………….

Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi

Page 5: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. NIP. 19560114 198601 2 001

Page 6: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum. Makassar, 12 Desember 2012 Penyusun, Wa Ode Yuliasri Putri

Page 7: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, tiada kata yang lebih patut diucapkan oleh seorang

hamba yang beriman selain ucapan puji syukur ke hadirat Allah SWT.

Tuhan Yang Maha Mengetahui, Pemilik segala ilmu, karena atas petunjuk-

Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan.

Sungguh banyak kendala yang penulis hadapi dalam rangka

penyusunan skripsi ini. Namun berkat dukungan dan bantuan berbagai

pihak, akhirnya penulis dapat melewati kendala-kendala tersebut. Oleh

karena itu, penulis dengan tulus menghanturkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda H. La Ode Muhammad Sjafei kahar dan Ibunda. Hj. Wa Ode

Salmatiah. Terima kasih telah membesarkan serta mendidik Ananda

penuh kasih sayang dan tanggung jawab serta seluruh keluarga besar

yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat

2. Pembimbing utama Usmar, S.Si, M.Si., Apt., pembimbing pertama

Drs.H. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt. dan pembimbing kedua Drs. H.

Kus Haryono, MS,. Apt. yang telah meluangkan waktu dalam memberi

petunjuk dan menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam

membimbing mulai saat perencanaan penelitian sampai selesainya

penulisan skripsi ini.

Page 8: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Elly

Wahyudin, DEA., Apt., Wakil Dekan I Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt

Wakil Dekan II Prof. Dr.rer.nat Marianti A. Manggau, Apt., dan Wakil

Dekan III Drs. Abd. Muzakkir Rewa, M.Si., Apt.

4. Ketua Peogram Studi Farmasi Fakultas Farmasi UNHAS

beserta seluruh staf atas segala fasilitas yang diberikan dalam

menyelesaikan penelitian ini.

5. Drs. H. Kus Haryono, MS,. Apt. selaku Penasehat Akademik dan

pembimbin yang telah meluangkan waktu dan memberi petunjuk serta

nasehat dalam menempuh pendidikan di Jurusan Farmasi Fakultas

Farmasi Universitas Hasanuddin.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin.

7. Kepada teman seperjuangan Akmal, Aksan, Masdhar Agung, Ivan,

Fitri, Eki, Geby, Elita yang banyak memberikan support dan bantuan

selama penelitian, Riri, Nia, dan Milka yang telah berbaik hati

meminjamkan alat-alatnya. serta seluruh teman seangkatan Eksudat

07 yang selalu memberikan dukungan semangat

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, namun besar harapan penulis kiranya karya ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Semoga apa yang

Page 9: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

telah kita lakukan bernilai ibadah di sisi Allah SWT dan kita senantiasa

mendapatnya ridha-Nya. Amin.

Makassar, 12 Desember 2012

Penulis

Page 10: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian uji efek hipoglikemik dari infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) dan respon terhadap sistem saraf otonom pada mencit (Mus muscullus). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) yang efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah dan responnya terhadap sistem saraf otonom pada mencit (Mus muscullus). Penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit yang dibagi dalam 2 pengujian, yaitu uji efek hipoglikemik dan uji respon otonomik. Pada pengujian hipoglikemik terbagi atas 5 kelompok tiap kelompok terdiri atas 3 ekor. Kelompok I adalah kelompok kontrol yang diberi air suling, kelompok II adalah kelompok pembanding yang diberi suspensi glibenklamid 0,02 mg/ml, kelompok III, IV dan V adalah kelompok perlakuan yang diberi infus sampel dengan konsentrasi 1,5%, 3%, dan 6% b/v. Sedangkan untuk uji otonomik terbagi atas 3 kelompok tiap kelompok terdiri atas 3 ekor. Kelompok I, II, dan III diberi infus daun pletekan dengan konsentrasi 1,5%, 3%, dan 6% b/v. Pemberian dilakukan secara peroral dengan volume pemberian 1 ml /30 g BB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infus dengan konsentrasi 1,5%, 3%, dan 6% b/v. memiliki respon otonomik dan efek penurunan glukosa darah pada mencit (Mus muscullus) jantan.

Page 11: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

ABSTRACT

The research about hypoglycemic effect of infusion of pletekan leaves (Ruellia tuberose L.) and response of the autonomic nervous systemic mice (Mus muscullus). The research was conducted with the aim to determine the concentration of the infusion of pletekan leaves (Ruellia tuberose L.) to decreas blood glucose levels and its response to the autonomic nervous system in mice (Mus muscullus). The research used 24 mice were divided into 2 test, the test of the effects of hypoglycemic and autonomic response testing. On testing hypoglycemic divided into 5 groups each group consisting of 3 tails. The first group as control that given aquadest, the second group as comparator that was administered 0,02 mg/ml glybenclamide suspension, the the third, fourth and fifth group as treatment group that given infusion sample in concentration of 1,5%, 3%, and 6% w/v. As for the test autonomic devided into 3 groups each group consisting of 3 tails. The first, second, and third group that given infusion sample in concentration of 1,5%, 3%, and 6% w/v. Administrations were orally in a dose of 1 ml/ 30 gram of body weight. The result of the research indicated that the sample infusion 1,5%, 3%, and 6% w/v had autonomic response and hypoglycemic effect in male mice (Mus muscullus).

Page 12: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv

PERNYATAAN ........................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

II.1UraianTanaman .......................................................................... 4

II.1.1 Klasifikasi ............................................................................... 4

II.1.2 Nama Daerah ......................................................................... 4

II.1.3 Morfologi Tanaman................................................................. 4

II.1.4 Pemanfaatan dan Kegunaan .................................................. 5

II.1.5 Kandungan Senyawa ............................................................. 5

Page 13: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

II.2 Diabetes Mellitus ....................................................................... 5

II.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus .................................................. 5

II.2.2 Penyebab Diabetes Mellitus .................................................. 5

II.2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus .................................................. 7

II.2.4 Gejala Diabetes Mellitus ........................................................ 9

II.2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus ................................................ 12

II.2.6 Pengobatan Diabetes Mellitus .............................................. 14

II.2.7 Metode Analisis Glukosa ...................................................... 19

II.3 Susunan Saraf Otonom ........................................................... 20

II.3.1 Fungsi ................................................................................... 20

II.3.2 Neurotransmiter .................................................................... 21

II.3.3 Reseptor Kolinergik .............................................................. 21

II.4 Ekstraksi dan Metode Ekstraksi .............................................. 22

II.4.1 Metode Ekstraksi .................................................................. 22

II.4.2 Metode Infudasi .................................................................... 23

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................. 24

III.1 Penyiapan Alat dan Bahan ..................................................... 24

III.2 Pengambilan dan Penyiapan Sampel .................................... 24

III.3. Pembuatan Sediaan Uji ......................................................... 24

III.3.1 Pembuatan Larutan Glukosa 15 % b/v ................................ 24

III.3.2 Pembuatan Larutan Koloidal Na CMC 1% .......................... 25

Page 14: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

III.3.3 Pembuatan Suspensi Glibenklamid ..................................... 25

III.3.4 Variasi Dosis Pemberian dan Pembuatan Infus .................. 25

III.4 Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji ..................................... 26 III.5 Perlakuan terhadap Hewan Uji .............................................. 26

III.6 Pengukuran Glukosa Darah Hewan Uji .................................. 27

III.7 Pengamatan Efek Terhadap Susunan Saraf Otonom ............ 27

III.8 Pengumpulan dan Analisis Data ............................................ 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 28

IV.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 28

IV.2 Pembahasan .......................................................................... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 34

V.1 Kesimpulan ............................................................................. 34

V.2 Saran ...................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 35

LAMPIRAN .............................................................................................. 37

Page 15: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kadar Glukosa Darah Rata-rata Mencit Akibat Pemberian Infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) dengan Kontrol dan Pembanding 28

2. Hasil Pengamatan respon terhadap susunan saraf otonom setelah pemberian Infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) pada mencit (Mus muscullus). 30

3. Analisis statistika dengan metode Rancangan Acak Lengkap

(RAL) laju penurunan kadar glukosa darah pada hewan coba mencit (Mus muscullus) jantan akibat pemberian air suling, Infus daun pletekan 1,5% b/v, Infus daun pletekan 3% b/v, Infus daun pletekan 6% b/v, dan glibenklamid 0,02mg/ml 42

4. Tabel Anova atau Analisis Statistik Ragam 44

5. Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND) 45

Page 16: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

DAFTAR GAMBAR Gambar halaman 1. Rumus Bangun Glibenklamid ............................................................. .17

2. Profil penurunan kadar glukosa darah mencit akibat pemberian Infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) dengan pembanding glibenklamid dan kontrol negatif air suling................................................................29

3. Tanaman Pletekan (Ruellia tuberosa L.) . ............................................ 47

4. Tablet Glibenklamid ............................................................................. 48

5. Alat Pengukur Glukosa Darah (GukoDr) dan contoh strip...................48

Page 17: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skema kerja uji efek hipoglikemik 2. Skema kerja uji respon susunan saraf otonom 3. Perhitungan dosis 4. Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada mencit jantan

sebagai efek pemberian sediaan uji infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) dengan Pembanding glibenklamid dan control negatif air suling

5. Analisis statistik data 6. Foto sampel dan alat

37

38

39

41

42

46

Page 18: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut data WHO, lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia

mengidap diabetes melitus. Pada tahun 2005 diperkirakan 1,1 juta orang

meninggal akibat diabetes melitus. Berdasarkan kasus kematian tersebut,

80% berasal dari negara-negara berkembang. Hampir setengah kematian

tersebut terjadi pada penderita dibawah usia 70 tahun, diperkirakan jumlah

ini akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030 (1). Menurut data dari

Poliklinik diabetes di seluruh Indonesia menunjukkan pada tahun 2000

diperkirakan terdapat 4 juta jiwa menderita penyakit ini (2). Diabetes

melitus adalah sekumpulan dari gangguan metabolik yang ditandai oleh

hiperglikemi dan abnormalitas metabolisme dari karbohidrat, lemak, dan

protein (3).

Sistem saraf otonom tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya

adalah mengatur secara otomatis keadaan fisiologi yang konstan, seperti

suhu badan, tekanan dan peredaran darah, serta pernapasan. Sistem

saraf otonom dapat di bagi menjadi kolinergik dan adrenergik. adrenergik

merupakan neuron postganglioner dari simpatis meneruskan impuls dari

Page 19: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

sistem saraf pusat dengan melepaskan neurohormon adrenalin dan atau

noradrenalin pada ujungnya, neuron ini dinamakan saraf adrenergis.

Adrenalin juga dihasilkan oleh bagian dalam (medulla) dari anak ginjal (4).

Kadar glukosa darah sangat di pengaruhi oleh fungsi hepar

pankreas adenohipofisis dan adrenal (5). Adrenalin dapat menghambat

sekresi insulin yang merupakan hormon pembawa gula dari darah ke sel

tubuh yang membutuhkan mengubahnya menjadi energi (6).

Dalam dunia pengobatan banyak orang memilih menggunakan obat

modern sebagai terapi, akan tetapi efek sampingnya yang timbul dapat

mempengaruhi kesehatan karena obat tersebut berupa bahan sintesis.

Oleh karena itu masyarakat akhirnya cenderung untuk memakai obat

tradisional karena selain mudah diperoleh relatif lebih aman karena efek

sampingnya lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetis.

Daun pletekan (Ruellia tuberose L.), suku Acanthaceae

mengandung senyawa aktif saponin, flavanoid, juga mengandung serat

kasar 13,55%, tanin 3,25% dan mineral seng 3,55 ppm. Saponin,

flavanoid dan tanin merupakan antioksidan, serat berpengaruh terhadap

penurunan kadar glukosa dan lemak darah karena dapat menyerap

kolesterol (7).

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang timbul adalah

apakah infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) dapat menurunkan kadar

Page 20: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

glukosa darah dan apakah efek tersebut berkaitan dengan respon

terhadap sistem saraf otonom pada mencit. Untuk memecahkan masalah

tersebut maka dilakukan penelitian uji efek hipoglikemik infus daun

pletekan (Ruellia tuberose L.) pada mencit (Mus musculus) dan respon

terhadap susunan saraf otonom.

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji efek

pemberian infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) terhadap penurunan

kadar glukosa darah dan responnya terhadap sistem saraf otonom pada

mencit (Mus muscullus), sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui

konsentrasi infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) yang efektif untuk

menurunkan kadar glukosa darah dan responnya terhadap sistem saraf

otonom pada mencit (Mus muscullus).

Page 21: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Klasifikasi Tanaman (8)

Dunia : Plantae

Anak Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta, Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Anak Kelas : Asteridae

Bangsa : Scrophulariales

Suku : Acanthaceae

Marga : Ruellia

Jenis : Ruellia tuberosa L.

II.1.2 Nama daerah

Ruellia tuberosa L. memiliki nama daerah diantaranya: Pletekan,

ceplikan (Jawa), dan kabote-bote (Buton).

II.1.3 Morfologi Tanaman (8)

Tanaman Pletekan tergolong tanaman semusim, tumbuh tegak, tanaman

ini biasanya tumbuh di tepi jalan, pematang, semak-semak dsb. Batang pletekan

tegak atau pangkalnya sedikit berbaring, berbentuk segi empat tumpul dan

berwarna hijau. Daun pletekan tunggal, tersusun bersilang berhadapan, helaian

Page 22: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

daun bentuk memanjang hingga bulat telur terbalik, dengan pangkal runcing dan

ujung tumpul, tepi bergigi, panjang 6-18 cm. lebar 3-9 cm, permukaan daun licin,

II.1.4 Pemanfaatan dan Kegunaan

Di masyarakat daunnya digunakan sebagai obat diabetes

II.1.5 Kandungan Senyawa (7,9)

Kandungan senyawa daun pletekan adalah saponin, flavonoid, juga

mengandung serat kasar tanin dan mineral seng.

II.2 Diabetes Mellitus

II.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus (10)

Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi dimana seseorang mempunyai

kadar gula darah (glukosa) melebihi kondisi normal, baik disebabkan karena

tubuh tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau karena sel-sel

tubuh tidak merespon secara baik terhadap insulin yang diproduksi. Insulin

adalah suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, yang memungkinkan sel-

sel tubuh untuk menyerap glukosa dan selanjutnya digunakan sebagai sumber

energi. Apabila sel-sel tubuh tidak dapat menyerap glukosa, maka glukosa

tersebut akan terakumulasi dalam darah (kondisi ini disebut sebagai

hiperglikemia), yang akan menyebabkan timbulnya komplikasi pada saluran

darah, syaraf dan lain-lain.

II.2.2 Penyebab Diabetes Mellitus (11, 12, 13)

Diabetes mellitus penyakit yang disebabkan kadar gula darah lebih tinggi

dari kondisi biasa atau normal. Kadar gula darah normal adalah 60 mg/dl – 145

mg/dl. Penyakit ini dapat terjadi karena tidak dapatnya gula memasuki sel-sel

Page 23: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

akibat kekurangan atau resistensi insulin. Kondisi kadar gula darah yang tinggi

juga sangat dipengaruhi oleh pola makan. Ada beberapa faktor yang dapat

berperan dalam timbulnya diabetes mellitus antara lain:

1. Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko

kena diabetes. Kurang gizi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas

mengakibatkan gangguan kerja insulin.

2. Kelebihan karbohidrat

Tingginya jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia

diakibatkan pola makan orang Indonesia yang terlalu banyak mengonsumsi

karbohidrat. Dengan nasi sebagai makanan pokok banyak mengandung glukosa

dalam kuantitas banyak dan glukosa yang berlebihan merupakan salah satu

penyebab penyakit diabetes mellitus.

3. Kelainan genetika

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat

menghasilkan insulin dengan baik.

4. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis

menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah

seseorang memasuki usia 45 tahun dan pada mereka yang berat badannya

berlebih sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

5. Stres

Page 24: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Stres kronis yang cenderung membuat seseorang mencari makanan yang

manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak serotonin

otak.

6. Pankreas.

Adanya mutasi pada pankreas sehingga menghasilkan insulin yang tidak

normal, terlalu banyak dihasilkan proinsulin yang tidak dapat diubah menjadi

insulin dan adanya gangguan sekresi insulin.

7. Makanan dan kebiasaan

Teh manis, gorengan, ngemil, kurang tidur, malas beraktifitas fisik, sering

stres, kecanduan rokok, menggunakan pil kontrasepsi, takut kulit jadi hitam,

keranjingan soda

8. Penyebab diabetes lainnya

Kadar kortikosteroid yang tinggi, kehamilan, obat-obat yang dapat

merusak pankreas, racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari

insulin.

II.2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus (12)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui 3 bentuk DM, yaitu:

1. Diabetes Mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 disebut juga insulin-dependent diabetes mellitus

(IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), atau diabetes anak-anak,

dicirikan dengan rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau

Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes

tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Kebanyakan

Page 25: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat

penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respon tubuh

terhadap insulin umumnya normal, terutama pada tahap awal. Penyebab

terbanyak dari rusaknya sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi

autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas

tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat ini, diabetes tipe 1

hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan yang

teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.

Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun,

adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis

dapat menyebabkan koma, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Penekanan

juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari

pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian insulin 24 jam

sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan. Juga dimungkinkan pemberian

dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta

dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui “inhaled powder”.

2. Diabetes Mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 disebut juga non-insulin-dependeny diabetes

mellitus (NIDDM, “diabetes yang tidak bergantung pada insulin”) terjadi karena

kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap

insulin” (adanya efek respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor

Page 26: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah

berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya

kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan

berbagai cara dan disertai obat anti diabetes yang dapat meningkatkan

sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hati.

3. Diabetes Gestasional

Diabetes mellitus pada kehamilan atau sering disebut diabetes mellitus

gestasional merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu-ibu yang sedang

hamil. Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama

pada penyakit diabetes mellitus lainnya yaitu sering buang air kecil (poliuria),

selalu merasa haus (polidipsia) dan sering merasa lapar (polifagia). Yang

membedakannya adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil.

II.2.4 Gejala Diabetes Mellitus (14, 15, 16)

Gejala-gejala yang terjadi pada penderita diabetes mellitus dapat

digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Gejala akut

Gejala penyakit diabetes mellitus dari suatu penderita ke penderita

lainnya tidaklah selalu sama. Gejala yang disebutkan di bawah ini adalah

gejala yang umumnya timbul dengan tidak mengurangi kemungkinan

adanya variasi gejala lain. Bahkan, ada penderita diabetes mellitus yang

tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu.

Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi :

Page 27: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

(1) Polifagia (banyak makan)

Kadar glukosa darah yang tidak masuk ke dalam sel, menyebabkan

timbulnya rangsangan ke otak untuk mengirim pesan rasa lapar.

Akibatnya penderita semakin sering makan. Kadar glukosa pun makin

tinggi, tetapi tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan tubuh karena tidak bisa

masuk ke sel tubuh.

(2) Poliuria (banyak kencing)

Kadar glukosa darah yang berlebihan akan dikeluarkan melalui

urin. Akibat tingginya kadar glukosa darah, penderita merasa ingin buang

air terus, dan dalam volume urin yang banyak.

(3) Polidipsia (banyak minum)

Makin banyak urin yang dikeluarkan, tubuh makin kekurangan air,

Akibatnya timbul rasa haus dan ingin minum terus. Bila keadaan tersebut

tidak cepat diobati, lama kelamaan mulai timbul gejala yang disebabkan

oleh kurangnya insulin, bahkan kadang-kadang disusul dengan mual jika

kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl.

Gejala yang ditimbulkan yaitu banyak minum, banyak

berkemih,mudah lelah, berat badan turun dengan cepat (dapat turun 5-10

kg dalam waktu 2 - 4 minggu), dan bila tidak lekas diobati, akan timbul

rasa mual, bahkan penderita akan mengalami koma (tidak sadarkan diri)

dan disebut koma diabetik. Koma diabetik adalah koma pada penderita

Page 28: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

diabetes mellitus akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi, biasanya

melebihi 600 mg/dI. Dalam praktek, gejala dan penurunan berat badan

inilah yang paling sering menjadi keluhan utama penderita untuk pergi

berobat ke dokter.

2. Gejala kronik

Kadang-kadang penderita penyakit diabetes mellitus tidak

menunjukkan gejala akut, tetapi penderita tersebut baru menunjukkan

gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit

diabetes mellitus. Gejala ini disebut gejala kronik atau menahun.

Gejala kronik yang sering timbul adalah

(1) kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum

(2) kesemutan, kram, capek, mudah mengantuk

(3) mata kabur, biasanya sering ganti kacamata

(4) gatal disekitar kemaluan, terutama wanita

(5) gigi mudah goyah dan mudah lepas

(6) kemampuan seksual menurun, bahkan impotent

(7) rasa tebal di kulit, sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal

(8) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin

dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.

II.2.5 Komplikasi Diabetes Mellitus (17, 18)

Page 29: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan

komplikasi akut dan kronik. Berikut ini beberapa komplikasi yang sering

terjadi dan harus diwaspadai.

a. Hipoglikemia

Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita akan

merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam

(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung

meningkat, bahkan hilang kesadaran. Apabila penderita tidak segera

ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya menyebabkan

kematian. Pada hipoglikemia, kadar glukosa darah penderita kurang dari

50 mg/dl, walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan

gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar

glukosa darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak

mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat

rusak. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1,

yang dapat dialami 1 – 2 kali perminggu.

b. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak

secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress,

infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan

poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan

Page 30: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat

dicegah tidak menjadi parah. Hipergikemia dapat memperburuk

gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi,

dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang berlangsung lama

dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara

lain ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis = DKA) yang dapat

berakibat fatal dan membawa kematian. Hiperglikemia dapat dicegah

dengan kontrol kadar gula darah yang ketat.

c. Ketoasidosis diabetik

Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia,

glukosuria berat, kehilangan energi, turunnya berat badan, dan rasa letih. Tubuh

mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang disertai

pembentukan zat perombakan seperti asetoasetat, asam hidroksibutirat, dan

aseton, yang membuat darah menjadi asam. Peningkatan keton dalam plasma

mengakibatkan ketoasidosis yang amat berbahaya karna akhirnya dapat

menyebabkan pingsan (koma diabetikum) dan nafas penderita yang berbau

khas.

d. Makrovaskular

Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada

penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease=

CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer

(peripheral vaskular disease= PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular dapat

Page 31: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang paling sering terjadi komplikasi

makrovaskular adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi,

dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi

makrovaskular dikenal dengan berbagai nama, antara lain Cardiac dysmetabolic

Syndrome, hyperinsulinemic syndrome, atau Insuline Resistance syndrome.

e. Mikrovaskular

Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1.

Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk

HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh

sehingga terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal ini

yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, yaitu lesi

spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati

Diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer (neuropati

diabetik).

II.2.6 Pengobatan Diabetes Mellitus (17,19,20)

Obat antidiabetik oral dibagi dalam beberapa golongan yaitu :

1. Sulfonilurea

Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian

sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin pankreas. Sifat

perangsangan sulfonilurea berbeda dengan perangsangan oleh glukosa,

dan ternyata pada saat hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin

dalam jumlah yang mencukupi, tetapi obat-obat tersebut masih mampu

Page 32: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

meninggikan sekresi insulin. Itulah sebabnya obat-obat ini bermanfaat

pada penderita diabetes yang pankreasnya masih mampu memproduksi

insulin. Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal,

dan tiroid. Absorpsi derivat sulfonilurea melalui usus baik, sehingga dapat

diberikan per oral, setelah diabsorpsi obat ini tersebar ke seluruh cairan

ekstrasel dalam plasma, dan sebagian terikat pada protein plasma

terutama albumin (70-90%). Pemilihan preparat tergantung dari lama, cara

kerja dan kerja ikatannya.

Sulfonilurea Generasi Pertama

a. Tolbutamid

Tolbutamid diabsorbsi dengan baik tetapi cepat dimetabolisme

dalam hati. Sediaan ini bekerja singkat dengan kadar maksimal dicapai

dalam 3-5 jam dengan waktu paruh eliminasi 4-5 jam, durasi obat

bertahan 6-12 jam. Oleh karena itu merupakan sulfonilurea yang paling

aman digunakan untuk pasien diabetes berusia lanjut. Utamanya diberikan

pada penderita yang teratur jam makannya, atau puasa. Dalam darah,

tolbutamid terikat protein plasma, di dalam hati obat ini diubah menjadi

karboksitolbutamid untuk diekskersi melalui ginjal. Tolbutamid paling baik

diberikan dalam dosis terbagi (misalnya 500 mg sebelum makan &

sesudah ); namun beberapa pasien hanya memerlukan satu atau dua

tablet sehari. Reaksi toksik yang akut jarang terjadi. Jarang dilaporkan

Page 33: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

terjadinya hipoglikemia yang berlangsung lama, terutama hanya terjadi

pada pasien yang menerima obat tertentu (misalnya dicumarol,

phenylbutazone, atau sulfonamid tertentu) yang menghambat

metabolisme tolbutamid.

b. Klorpropamid

Klorpropamid memiliki waktu paruh 32 jam dan dimetabolisme

dengan lambat menjadi produk yang masih mempertahankan beberapa

aktivitas biologisnya. Sekitar 20-30 % diekskresi dalam bentuk tidak

berubah di dalam urin. Rata-rata dosis pemeliharaannya adalah sebesar

250 mg sehari yang diberikan dalam dosis tunggal pada pagi hari. Reaksi

hipoglikemik yang berlangsung dalam waktu panjang lebih lazim terjadi

dibandingkan dengan tolbutamid. Golongan Sulfonilurea Generasi

Pertama lainnya adalah asetoheksamid & Tolazamid.

Beberapa efek samping golongan sulfonilurea yaitu Mual, muntah,

sakit kapala, vertigo,demam,kelainan pada kulit, dermatitis, pruritus,

kelainan hematologik : lekopeni, trombositopeni, anemia, dan Ikterus

kolestatik.

Sulfonilurea Generasi Kedua

1. Glibenklamid

Obat ini 200 kali lebih kuat dari pada Tolbutamid, tetapi efek

hipoglikemiknya maksimal mirip dengan sulfonilurea lainnya.

Page 34: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Dimetabolisme di hati hanya 25%, metabolit diekskresi melalui urin dan

sisanya diekskresi melalui empedu dan tinja. Mekanisme kerja sediaan ini

yaitu merangsang sel β pankreas untuk melepaskan insulin. Glibenklamid

efektif pada pemberian dosis tunggal, bila pemberian dihentikan, obat

akan bersih dari serum sesudah 36 jam, waktu paruh eliminasinya 10 jam

dan durasi obat dapat bertahan sampai 24 jam.

Rumus bangun glibenklamid (Gambar 1), yaitu:

Senyawa sulfonilurea generasi kedua lainnya yaitu glipizid, dan

glimepirid. Jenis obat ini seyogyanya digunakan dengan hati-hati pada

pasien dengan penyakit kardiovaskular ataupun pada pasien usia lanjut

karena hipoglikemia akan sangat berbahaya bagi mereka.

2. Biguanid

Derivat Biguanid mempunyai mekanisme kerja yang berlainan

dengan derivat sulfonilurea, obat-obat tersebut kerjanya tidak melalui

perangsangan sektesi insulin, tetapi langsung menurunkan kadar glukosa

darah menjadi normal dan istimewanya tidak pernah menyebabkan

hipoglikemia. Biguanid tidak merangsang ataupun menghambat

CO–NH-CH2-CH2 SO2-NH-CO-NH

Cl

OCH3

Page 35: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

perubahan glukosa menjadi lemak. Pada penderita diabetes yang gemuk

ternyata pemberian biguanid menurunkan bobot badan dengan

mekanisme yang belum jelas. Penyerapan biguanid oleh usus baik sekali

dan obat ini dapat dipakai bersama-sama dengan insulin atau sulfonilurea.

Sebagai besar penderita diabetes yang gagal diobati dengan sulfonilurea

dan dapat ditolong dengan biguanid. Efek samping biguanid yang sering

terjadi adalah maul, muntah-muntah, dan kadang-kadang diare. Oleh

karena itu lebih baik obat ini diberikan pada penderita yang gemuk agar

sekaligus menurunkan bobot badan.

3.Thiazolidindion

Merupakan golongan obat antidiabetes baru yang ada pada tahun

1996 dan dipasarkan di AS dan Inggris. Kegiatan berupa penurunan kadar

glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari

otot, jaringan lemak dan hati. Sebagai efeknya penyerapan glukosa ke

dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Begitupula asam lemak bebas

dan mengurangi glukoneogenesis dalam hati. Zat ini tidak mendorong

pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti pelepasan insulin

seperti sulfonilurea. Di samping itu troglitazon bekerja antihipertensif, yaitu

dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Mekanisme

kerjanya meningkatkan sensivitas insulin pada otot dan jaringan adipose

dan menghambat glukoneogenesis hepatik. Obat ini khusus dianjurkan

Page 36: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

sebagai obat tambahan pada pasien NIDDM yang perlu diobati dengan

insulin. Dua anggota dari golongan tersebut tersedia secara komersial

yaitu Rosiglitazon dan Pioglitazon.

4. Penghambat alfa-glukosidase

Obat-obat ini termasuk kelompok obat baru, mekanisme kerjanya

yaitu akarbosa menghambat alfa-glukosidase sehingga mencegah

penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus sehingga

dapat memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat. Dengan

demikian glukosa dilepaskan lebih lambat dan absorbsinya ke dalam

darah juga kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga

memuncaknya kadar gula darah dihindarkan. Tidak ada kemungkinan

hipoglikemia dan terutama berguna pada penderita kegemukan, dimana

tindakan diet tidak menghasilkan efek. Kombinasi dengan obat-obat lain

memperkuat efeknya.

5. Miglitinida

Kelompok obat terbaru ini (1999) bekerja menurut suatu

mekanisme khusus, yakni mencetuskan pelepasan insulin dari pankreas

segera sesudah makan. Miglitinida harus diminum tepat sebelum makan

dan karena resorbsinya cepat, maka mencapai kadar darah puncak

dalam 1 jam. Insulin yang dilepaskan menurunkan kadar glukosa darah

Page 37: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

secukupnya. Ekskresinya juga cepat sekali, dalam waktu 1 jam sudah

dikeluarkan dari tubuh.

II.2.7 Metode Analisis Glukosa (21)

Pengukuran glukosa darah dengan glukometer menggunakan

metode elektrokimia, yaitu berdasarkan pada pengukuran potensial (daya

listrik) yang disebabkan oleh reaksi dari glukosa dengan bahan pereaksi

glukosa pada elektroda strip. Strip uji mengandung bahan kimia : glukosa

oksidase 29,1% b/b, Kalium heksasianoferat [III] 32,0% b/b, dan bahan-

bahan tidak aktif 38,9% b/b.

Prinsip kerja alat glukometer adalah sampel darah diserap masuk

ke dalam ujung strip berdasarkan reaksi kapiler. Apabila darah mengisi

ruang reaksi pada strip uji, kalium ferisianida / kalium heksasianoferat [III]

diuraikan dan glukosa sampel dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase

menyebabkan penurunan bilangan oksidasi (kalium heksasianoferat [III]

menjadi kalium heksasianoferat [II]). Aplikasi jumlah voltase yang konstan

dari meteran, mengoksidase kalium heksasianoferat [II] kembali menjadi

kalium heksasianoferat [III], dan memberikan elektron. Elektron yang

dihasilkan untuk menimbulkan arus sebanding dengan kadar glukosa

pada sampel. Setelah waktu 60 detik, konsentrasi glukosa pada sampel

darah ditayangkan pada layar monitor dengan satuan mg/dl.

II.3 Susunan Saraf Otonom

Page 38: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

II.3.1 Fungsi (4, 15)

Susunan saraf otonom adalah bagian susunan saraf yang

mengurus perasaan viseral dan semua gerakan involuntar reflektorik,

seperti vasodilatasi-vasokontriksi, bronkodilatasi-bronkokontriksi,

peristaltik, berkeringat dan merinding.

Susunan saraf otonom juga disebut susunan saraf vegetatif,

meliputi antara lain saraf-saraf ganglia yang merupakan persarafan ke otot

polos dari berbagai organ (bronchia, lambung, usus, pembuluh darah, dan

lain-lain). Termasuk kelompok ini pula adalah otot, jantung serta beberapa

kelenjar (ludah, keringat dan pencernaan).

Susunan saraf otonom dapat dipecah lagi dalam dua cabang, yakni

susunan simpatis dan susunan parasimpatis. Pada umumnya dapat

dikatakan bahwa kedua susunan ini bekerja antagonis, bila satu sistem

merintangi fungsi tertentu, maka sistem lainnya justru menstimulasinya.

Tetapi dalam beberapa hal, efek kerjanya berlainan sama sekali atau

bahkan bersifat sinergis.

II.3.2 Neurotransmiter (4, 22)

Asetilkolin dan norepinefrin merupakan neurotransmitter yang

diproduksi oleh neuron-neuron susunan saraf otonom. Asetilkolin

merupakan neurotransmitter yang digunakan oleh bagian parasimpatis

Page 39: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

dan norepinefrin oleh bagian simpatis dalam penyaluran impuls melalui

sinaps-sinaps.

Jika transmisi diperantarai oleh asetilkolin, saraf ini disebut

kolinergik. Asetilkolin menghantarkankan transmisi impuls saraf melintasi

ganglion otonom pada sistem simpatis dan parasimpatis. Jika norepinefrin

atau epinefrin adalah transmiter, serabut disebut adrenergik. Pada saraf

simpatis, norepinefrin menghantarkan transmisi inpuls saraf dari saraf

otonom pasca ganglion ke organ efektor

III.3.3 Reseptor Kolinergik (4, 22)

Ada berbagai reseptor kolinergik yaitu reseptor nikotinik dan

reseptor muskarinik. Reseptor nikotinik terdapat pada ganglia otonom,

adrenal medulla, otot dan susunan saraf pusat sedangkan reseptor

muskarinik terdapat pada otot-otot polos, kelenjar eksokrin dan jantung.

Pemberian senyawa kolinergik dapat memperlihatkan efek :

1. Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi

kelenjar ludah, getah lambung dan sekresi air mata.

2. Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,

vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.

3. Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi,

sedangkan sekresi dahak diperbesar.

4. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis).

Page 40: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

5. Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar

pengeluaran urin.

6. Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

II.4 Ekstraksi dan Metode Ekstraksi

II.4.1 Ekstraksi (23)

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan dan termasuk

biota laut. Zat-zat aktif tersebut berada di dalam sel, namun sel tumbuhan

dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan

metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya.

Umumnya, zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun

hewan lebih larut dalan pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif

dalam tumbuhan adalah pelarut organik akan menembus dinding sel dan

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dan pelarut organik diluar sel. Maka larutan terpekat akan

berdifusi ke luar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi

keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam sel dan di luar sel.

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang

terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dan biota laut

dengan pelarut organik tertentu. Proses ekstraksi ini berdasarkan pada

kemampuan pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk

Page 41: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam

pelarut organik dan karena adanya perbedaan antara konsentrasi di dalam

dan konsentrasi di luar sel, mengakibatkan terjadinya difusi pelarut organik

yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung terus

menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam dan

di luar sel.

II.4.2 Metode Infudasi (23)

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia

degan air pada suhu 900C selama 15 menit. Infudasi adalah proses

penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif

yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini

menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan

kapang. Oleh karena itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh

disimpan lebih dari 24 jam.

Page 42: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Penyiapan Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah gelas ukur, gelas piala, lumpang

dan alu, glukometer, spoit oral 1 ml, labu tentukur 100 ml, strip gluco,

pengaduk elektrik, termometer, kain flanel, panci infus, timbangan analitik

dan timbangan hewan.

Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, daun pletekan

(Ruellia tuberose L), glukosa, tablet glibenklamid® (generik), hewan coba

yang digunakan adalah mencit (Mus musculus).

III.2 Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Sampel penelitian yang digunakan adalah daun pletekan (Ruellia

tuberose L) yang diambil di kota Makassar.

Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari. Sampel yang telah

dikumpulkan dibersihkan dan dicuci dengan air. Setelah dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung,

kemudian sampel dipotong kecil-kecil hingga setara dengan derajat halus

4/18.

III.3 Pembuatan Sediaan Uji

III.3.1 Pembuatan Larutan Glukosa 15 % b/v

Page 43: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Glukosa sebanyak 15 g dilarutkan dengan air suling dan

dicukupkan volumenya hingga 100 ml.

II.3.2 Pembuatan Larutan Koloidal Na CMC 1%

Air suling sebanyak 180 ml dipanaskan kemudian Na CMC

sebanyak 2 g dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk dengan

pengaduk elektrik hingga homogen, kemudian volumenya dicukupkan

dengan air suling panas hingga 200 ml.

III.3.3 Pembuatan Suspensi Glibenklamid

Tablet glibenklamid ditimbang sebanyak 20 tablet, kemudian

dihitung bobot rata-ratanya. Sejumlah tablet dimasukkan ke dalam

lumpang lalu digerus hingga halus dan homogen kemudian ditimbang

sampai diperoleh bobot 81,36 mg (mengandung 0,02 mg glibenklamid

yang setara dengan 5 mg glibenklamid dosis manusia) dan disuspensikan

dengan Na CMC 1% hingga volume 100 ml.

III.3.4 Variasi Dosis Pemberian dan Pembuatan Infus

Untuk pemberian dengan dosis 0,5 mg/g, 1 mg/g, dan 2 mg/g

bobot badan, dibuat infus daun pletekan dengan konsentrasi masing-

masing 1,5%, 3%, dan 6% b/v. Untuk membuat infus 1,5% b/v, sampel

sebanyak 1,5 g dimasukkan ke dalam panci infus, ditambahkan air suling

(2 kali bobot simplisia), diaduk hingga semua permukaan simplisia

Page 44: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

menjadi basah, dibiarkan 10 menit lalu ditambahkan air 100 ml. sampel

dipanaskan dalam panci infus selama 15 menit terhitung mulai suhu

mencapai 90oC sambil sekali-sekali diaduk. Selanjutnya diserkai selagi

panas melalui kain flanel. Kemudian dicukupkan volumenya dengan air

suling panas melalui ampas hingga diperoleh infus 100 ml.

Untuk pembuatan sampel dengan konsentrasi 3% dan 6% b/v,

dilakukan dengan cara yang sama dengan pembuatan pada konsentrasi

1,5% b/v. Sampel yang ditimbang masing-masing 3 g dan 6 g.

III.4 Pemilihan dan penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) yang

sehat dan dewasa dengan bobot badan 20-30 g, sebanyak 24 ekor yang

dibagi dalam 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor.

III.5 Perlakuan terhadap Hewan Uji

Pada perlakuan untuk efek hipoglikemik, hewan uji yang digunakan

sebanyak 15 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, sebelum

diberi perlakuan terlebih dahulu mencit ditimbang, diukur kadar glukosa

darah normalnya. Mencit dipuasakan selama 8 jam. Setelah dipuasakan

masing-masing diberi glukosa 15% peroral sebanyak 1 ml/30 g bobot

badan. Satu jam setelah pemberian glukosa 15%, diambil darahnya pada

bagian ekor dengan cara disayat. Kelompok I diberi air suling, kelompok II

diberi suspensi glibenklamid , kelompok III, IV dan V diberi per oral infus

Page 45: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

daun pletekan dengan konsentrasi masing-masing 1,5%, 3%, dan 6% b/v

sebanyak 1 ml/30 g bobot badan.

Pada perlakuan untuk efek terhadap sistem saraf otonom

disediakan 3 kelompok tiap kelompok terdiri dari 3 ekor mencit. Sebelum

diberi perlakuan terlebih dahulu mencit ditimbang dan dipuasakan selama

8 jam. Kemudian mencit kelompok I, II, & III diberi per oral infus daun

pletekan dengan konsentrasi masing-masing 1,5%, 3%, dan 6% b/v

sebanyak 1 ml/30 g bobot badan. Setelah diberi perlakuan pada semua

hewan uji, kemudian diamati efek yang terjadi.

III.6 Pengukuran Kadar Glukosa Darah Hewan Uji

Sebelum pengambilan darah terlebih dahulu glukometer diaktifkan

dengan menekan tombol alat tersebut dan dikalibrasi kemudian

dimasukkan strip pada alat tersebut. Darah mencit diambil melalui ekor

kemudian diteteskan diatas strip, dan kadar glukosa akan terukur secara

otomatis yang akan ditampilkan pada layar monitor.

III.7 Pengamatan Efek Terhadap Sistem Saraf Otonom

Setelah mencit diberi perlakuan kemudian diamati efeknya

terhadap saraf otonom yaitu salivasi, diare, diuresis, vasodilatasi (warna

telinga merah) dan miosis (pupil mata menyempit)

III.8 Pengumpulan dan Analisis Data

Page 46: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Data hasil pengukuran glukosa darah normal, glukosa awal

(puasa), setelah pemberian larutan glukosa 15% b/v, setelah pemberian

infus daun pletekan dan setelah pemberian air suling. Data dikumpulkan

dan ditabulasi kemudian dianalisis secara statistika.

Page 47: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Dari hasil infudasi daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) dengan berat

1,5 , 3, dan 6 g diperoleh infus dengan konsentrasi 1,5% ,3%, dan 6% b/v.

Hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit selama 5 jam

diperoleh rata-rata penurunan kadar glukosa darah akibat pengaruh

pemberian infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) pada mencit (Mus

musculus) jantan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 . Kadar Glukosa Darah Rata-rata Mencit Akibat Pemberian Infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) dengan Kontrol dan Pembanding

Perlakuan

Kadar Glukosa

Awal/ puasa (mg/dl)

Kadar Glukosa Setelah induksi (mg/dl)

Kadar Glukosa Tiap Jam Setelah pemberian

Perlakuan Sediaan Uji (mg/dl)

Laju

Penurunan Kadar

glukosa, K (mg/dl.

jam) 1 2 3 4 5

Air Suling 88,0 207,7 197,0 195,0 191,7 190,0 187,7 20,0

Glibenklamid 0,02 mg/ml

92,7 183,0 104,0 86,7 80,7 75,3 56,0 127,0

Infus kons. 1,5%

91,3 203,0 148,7 124,7 107,0 100,6 67,3 135,6

Infus kons. 3%

87,3 254,6 172,0 139,3 120,6 93,7 76,3 178,3

Infus kons. 6%

90,7 250,0 134,3 101,0 95,3 89,0 82,3 167,6

28

Page 48: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Data dari tabel 1 diplot dalam diagram sehingga diperoleh profil

penurunan kadar glukosa darah mencit sebagai efek pemberian Infus

daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) yang disertai dengan kontrol negatif

dan pembanding, seperti terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Profil penurunan kadar glukosa darah mencit akibat pemberian Infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) dengan pembanding glibenklamid dan kontrol negatif air suling

Hasil pengamatan sistem saraf otonom setelah pemberian infus

daun pletekan (Ruellia tuberose L.) menunjukkan efek berupa vasodilatasi

pada telinga mencit serta terjadi urinasi pada hewan coba.

Page 49: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Tabel 2 . Hasil Pengamatan respon terhadap susunan saraf otonom setelah pemberian Infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) pada mencit (Mus muscullus).

Dosis Waktu

Parameter yang diamati

Urinasi Salivasi Vasodilatasi pada

telinga Diare

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Infus daun pletekan 1,5% b/v

5 - - - - - - - - - - - -

10 + + - - - - + + + - - -

15 + - - - - - + + - - - -

30 - - - - - - - - - - - -

60 - - - - - - - - - - - -

120 - - - - - - - - - - - -

Infus daun pletekan 3% b/v

5 + + + - - - + - + - - -

10 + + - - - - + + + - - -

15 - - - - - - - - - - - -

30 - + - - - - - - - - - -

60 - - - - - - - - - - - -

120 - - - - - - - - - - - -

Infus daun pletekan 6% b/v

5 + + + - - - + + + - - -

10 - - + - - - + + - - - -

15 - - - - - - - - - - - -

30 + + - - - - - - - - - -

60 - - - - - - - - - - - -

120 - - - - - - - - - - - -

IV.2 Pembahasan

Diabetes mellitus adalah sekumpulan dari gangguan metabolik

yang ditandai oleh hiperglikemik dan abnormalitas metabolisme dari

karbohidrat, lemak dan protein.

Page 50: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Hiperglikemik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah

tinggi, sedangkan Hipoglikemik adalah suatu keadaan dimana kadar

glukosa darah rendah atau dibawah normal.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsentrasi

infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) yang efektif untuk menurunkan

kadar glukosa darah dan responnya terhadap sistem saraf otonom pada

mencit (Mus muscullus). Penelitian ini menggunakan infus dari daun

pletekan dengan konsentrasi 1,5 %, 3 %, dan 6 % b/v. Air suling

digunakan sebagai kontrol negatif dan sebagai kontrol positif digunakan

glibenklamid 0,02 mg/ml.

Efek hipoglikemik ditentukan dengan menggunakan metode

toleransi glukosa dan kondisi perlakuan diusahakan agar tetap seragam

dengan tujuan untuk mengurangi faktor-faktor yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil percobaan.

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit

(Mus musculus) yang berjenis kelamin jantan, dalam kondisi sehat, dan

makanan yang diberikan pada saat adaptasi jenisnya harus sama. Mencit

betina tidak digunakan karena sistem hormonalnya tidak stabil

dibandingkan dengan mencit jantan. Walaupun demikian, faktor variasi

biologis dari hewan uji tidak dapat dihilangkan sehingga dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

Page 51: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Sebelum perlakuan, mencit terlebih dahulu dipuasakan selama

8 jam untuk menghindari pengaruh makanan pada saat dilakukan

pengukuran kadar glukosa darah dan untuk meningkatkan kecepatan

absorpsi obat dan memudahkan pemberian sediaan secara oral. Selama

dipuasakan, sekam dikeluarkan dari kandang, agar tidak termakan oleh

hewan coba.

Sebagai penginduksi naiknya kadar glukosa darah digunakan

larutan glukosa 15 % b/v diberikan pada mencit 1 jam sebelum perlakuan

dengan tujuan untuk menaikkan kadar glukosa darah (kondisi

hiperglikemik) sehingga kemampuan menurunkan kadar glukosa dari

sampel/sediaan uji dapat diamati secara jelas.

Pengukuran kadar glukosa darah pada mencit dilakukan selama

5 jam dengan interval waktu 1 jam. Hal ini berdasarkan literatur yang

menyatakan bahwa absorbsi glukosa dalam tubuh memerlukan waktu

sekitar 30 – 60 menit dan akan menurun setelah 2 – 3 jam, maka untuk

melihat penurunan kadar glukosa yang lebih jelas digunakan jangka waktu

selama 5 jam setelah pemberian sediaan uji.

Setelah dilakukan pengukuran kadar glukosa darah selama 5 jam,

dari diagram terlihat bahwa pengaruh terbesar ditunjukkan oleh infus

konsentrasi 3%, melebihi efek dari pembanding glibenklamid 0,02 mg/ml.

Page 52: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi pada kelompok kontrol

negatif (Air suling) disebabkan karena adanya penggunaan glukosa oleh

tikus dalam pembentukan energi dan terjadinya absorpsi glukosa ke

dalam sel yang disimpan sebagai gula cadangan.

Penurunan kadar glukosa darah pada setiap jenis perlakuan

memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Pada kelompok kontrol (air

suling) laju penurunan kadar glukosa darahnya adalah 20 mg/dL.jam,

kelompok pembanding (glibenklamid 0,02 mg/ml) laju penurunannya 127

mg/dL.jam dan kelompok perlakuan dengan pemberian infus sampel

konsentrasi 1,5%, 3%, dan 6% b/v laju penurunannya masing-masing

adalah 135,667 mg/dL.jam, 178,333 mg/dL.jam dan 167,667 mg/dL.jam.

Nilai penurunan kadar glukosa tersebut dianalisis dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang memperlihatkan perbedaan yang

sangat nyata (sangat signifikan) antara perlakuan dengan kelompok

kontrol negatif (air suling). Hal ini dapat dilihat pada tabel ANAVA yaitu F

hitung < F tabel pada taraf 5% dan 1%.

Berdasarkan dari penelitian uji efek hipoglikemik infus daun

pletekan (Ruellia tuberose L.) terhadap mencit (Mus muscullus) dengan

beberapa variasi dosis menunjukkan bahwa infus daun pletekan memiliki

perbedaan efek yang sangat nyata terhadap penurunan kadar glukosa

darah pada mencit (Mus muscullus) jantan.

Page 53: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Pada pengujian sampel untuk mengetahui respon terhadap

susunan saraf otonom menggunakan infus dari daun pletekan dengan

konsentrasi 1,5%, 3%, dan 6% b/v. Setelah dilakukan pengamatan selama

2 jam, hasil yang diperoleh yaitu terjadi diuresis dan vasodilatasi pada

mencit (mus muscullus).

Page 54: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa :

1) infus daun pletekan (Ruellia tuberosa L.) pada konsentrasi 1,5%, 3%

dan 6% b/v memiliki potensi menurunkan kadar glukosa darah, dengan

efek terbesar diberikan oleh infus dengan konsentrasi 3% b/v.

2) infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) menunjukkan efek

parasimpatis berupa vasodilatasi pada telinga mencit serta terjadi

diuresis pada hewan coba.

V.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai isolasi dan identifikasi

komponen kimia dari infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) yang

berefek sebagai obat hipoglikemik.

Page 55: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Diabetes. Med.Cen [serial on the internet]. November 2009 [dikutip 28 November 2010]. Available from: http://www.who.int/mediacenter/factsheets/fs312/en.

2. Siagan RA. Indeks Glikemik Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 2004. Hal 53.

3. Priyanto dan Bimed M. Farmakoterapi dan Terminologi Medis. Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi. Jakarta. 2009. Hal. 165.

4. Tan, HT dan Rahardja, K. Obat-Obat Penting. Ed 6. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta. 2007. hal. 480-483, 505

5. Suharti, K.S. Insulin dan Antidiabetik Oral. Di dalam : Ganiswara SG, Editor.

Farmakologi Dan Terapi Ed.5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008. Hal 484

6. Harkness, R. Interaksi Obat. Terjemahan Oleh Agoes, G. Dan Widianto, M. Bandung. Penerbit ITB. 1989. Hal.14a-15a 99.

7. Cintari, L. Swamedikasi Diabetes Melitus (DM) dengan daun ceplikan (Ruellia tuberose L). Jurnal Skala Husada 2009. (20 Desember 2011). 6 (1). Hal 74 – 65

8. Anonim, Tanaman obat Ruellia tuberosa L. [serial on the internet]. [diakses tanggal 19 Juli 2012]. Available from: http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/depkes/4-079.pdf

9. Hariana A. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Penebar Swadaya. Jakarta. 2008. Hal. 179.

10. Muchtadi D. Karbohidrat Pangan dan Kesehatan. Alfabeta CV. Bandung. 2011. Hal.79

11. Sutanto dan Hariwijaya M. Pengetahuan Praktis Tentang Penyakit Obat-Obatan. Bandaliko Praktis. Jogjakarta. 2006. Hal.107-105.

12. Fitria, A. Diabetes Tips Pencegahan Preventif dan Penanganan. Venus. Yokyakarta. 2009. Hal. 32-21.

Page 56: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

13. Hasanah. Pengaruh pemberian ekstrak buah labu parang (Cucurbita moschata Duch) terhadap kadar glukosa darah dan asam urat pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2011. Hal.6-16.

14. Noer SHM. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Ed.3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1996. Hal. 572-91

15. Price SA. dan Wilson LM. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.Hal.1267-70

16. Viswanath K. Dan McGavin DDM. Diabetic retinopathy: clinical findings and management. JCEH. [serial on the internet] 2003; 16: 21-4. [cited 2011 Desember 28th]. Available from: http://www.cehjournal.org/download/ceh_16_46_021.pdf

17. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2005. Hal. 21-47. Available as PDF file.

18. Brunton,L., Parker K., Blumenthel D., dan Buxton I. Goodman & Gillman’s: Manual of Pharmacology and Therapeutics. The Mc-Graw Hill Company. New York. 2008. Hal.1041

19. Handoko T dan Suharto B. Insulin, Glukagon dan Anti Diabetik Oral. Di dalam : Ganiswara SG, Editor. Farmakologi dan Terapi. Ed. 5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal.471,476-7.

20. Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Ed. 8. Salemba Medika. Jakarta. 2002. Hal.696-705.

21. Mahmudatussadeh. Metode analisis kadar glukosa darah. [serial on the internet]. 2005 [dikutip 10 Oktober 2009]. Available from: www.scribd.com

22. Arini setiawati dan Sulistia Gan. Susunan Saraf Otonom dan Transmisi Neurohumoral. Di dalam : Ganiswara SG, Editor. Farmakologi Dan Terapi Ed.5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008. Hal 36-34

23. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1986. Hal. 10 - 1

35

Page 57: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

LAMPIRAN I

SKEMA KERJA UJI EFEK HIPOGLIKEMIK DARI PEMBERIAN INFUS DAUN PLETEKAN (Ruellia tuberose L)

PADA MENCIT (Mus musculus)

Infus daun pletekan 1,5%, 3% dan 6% b/v

Mencit jantan 15 ekor

Pengambilan darah setiap 1 jam selama 5 jam

Dipelihara, Ditimbang, Dikelompokkan, Dipuasakan

Dibersihkan, Dikeringkan, Dipotong kecil-kecil. Diinfudasi

Daun pletekan

Kelompok I Kontrol

Air suling

Pengukuran kadar glukosa darah

Pengukuran kadar glukosa darah awal (Puasa)

larutan glukosa 15% b/v secara oral

Pengukuran kadar glukosa darah hiperglikemik

Setelah 60 menit

Perlakuan terhadap Mencit

Pengumpulan data

Analisis data

Kelompok II Pembanding

Suspensi Glibenklamid

Kelompok III Infus daun pletekan 1,5% b/v

Kelompok IV Infus daun

pletekan 3% b/v

Kelompok V Infus daun

pletekan 6% b/v

Page 58: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Pembahasan dan Kesimpulan

Page 59: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

LAMPIRAN II

SKEMA KERJA UJI RESPON SISTEM SARAF OTONOM TERHADAP PEMBERIAN

INFUS DAUN PLETEKAN (Ruellia tuberose L.) PADA MENCIT (Mus musculus)

Infus daun pletekan 1,5%, 3% dan 6% b/v

Mencit jantan 9 ekor

Perlakuan terhadap Mencit

Pembahasan

Pengamatan efeknya terhadap system saraf otonom: Salivasi, urinasi, vasodilatasi, miosis, & diare

Kesimpulan

Dipelihara, Ditimbang, Dikelompokkan, Dipuasakan

Dibersihkan, Dikeringkan, Dipotong kecil-kecil. Diinfudasi

Daun pletekan

Kelompok III Infus daun pletekan 1,5% b/v

Kelompok IV Infus daun

pletekan 3% b/v

Kelompok V Infus daun

pletekan 6% b/v

Page 60: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

LAMPIRAN III

PERHITUNGAN DOSIS

A. Perhitungan Dosis dan Pemberian Glibenklamid Perhitungan Dosis Obat untuk Kontrol Positif

a. Perhitungan suspensi glibenklamid

Dosis lazim untuk manusia: 5 mg

Faktor konversi dosis manusia ke dosis mencit (BB 20 g): 0,0026

Acuan volume pemberian maksimal per oral untuk mencit: 1 ml (30 g)

Dosis untuk mencit dengan BB 20 g adalah = 5 mg x 0,0026

= 0,013 mg/20 g BB

Dosis untuk mencit dengan BB 30 g = 0,013 mg x 30/20

= 0, 02 mg/30 g BB

Sediaan yang dibuat: 100 ml

Glibenklamid yang dibutuhkan = 0,02 mg/ml x 100

= 2 mg

b. glibenklamid yang ditimbang

Bobot rata-rata 20 tablet = 4,068 g/20 tablet

= 4068 mg/20 tablet

= 203,4 mg

Bobot yang ditimbang = 2 mg/5 mg x 203,4 mg

= 81,36 mg

Page 61: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

B. Perhitungan Glukosa

Dosis untuk kelinci adalah 1 gram / kg BB

Faktor konversi dari kelinci (1,5 kg) = 0,04 ke mencit (20 g)

Dosis untuk mencit 20 g = 1500 mg x 0,04 = 60 mg

Dosis untuk mencit 30 g = 60 g x 30/20 = 90 mg

Dibuat 100 ml glukosa = 90 mg/ml x 100 ml

= 9 gram / 100 ml

= 9,0 % b / v

C. Perhitungan Konversi Volume Pemberian Sediaan/Sampel

Volume maksimal pemberian sediaan : 1 ml secara oral pada mencit (Mus musculus)

Hewan Uji dengan BB yang tertinggi : 30 gram

Volume pemberian sediaan/sampel : 1 ml / 30 gram BB

BB (gram) Untuk Hewan Uji dengan BB < 30 gram : x 1 ml 30 gram

Page 62: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

LAMPIRAN IV

Hasil pengukuran kadar glukosa darah pada mencit jantan sebagai efek pemberian sediaan uji infus daun pletekan (Ruellia tuberose L.) dengan Pembanding glibenklamid dan control negatif air suling

Perlakuan

Re

pli

ka

si

Glu

ko

sa

P

ua

sa

(m

g/d

L)

Glu

ko

sa

In

du

ks

i (m

g/d

L)

Penurunan kadar glukosa darah selama 5 jam (mg/dL)

Penurunan Kadar

glukosa darah

setelah 5 jam

1 2 3 4 5

Air suling

1 82 205 199 197 195 195 192 13

2 89 207 196 193 190 188 185 22

3 93 211 196 195 190 187 186 25

Rata-rata 88 207.67 197 195 191.66 190 187.67 20

Infus daun pletekan 1,5% b/v

1 88 207 141 113 107 98 85

122

2 90 186 153 138 120 118 63

123

3 96 216 152 123 94 86 54

162

Rata-rata 91,33 203 148,66 124,66 107 100,66 67,33 135.67

Infus daun pletekan 3%

b/v

1 83

186 160 117 110 76 64 122

2 89

253 171 131 117 106 79 174

3 90

325 185 170 135 99 86 239

Rata-rata 87,33 254,66 172 139,33 120,66 93,66 76,33 178.34

Infus daun pletekan 6%

b/v

1 87 290 135 109 102 98 92 198

2 90 198 138 120 114 105 96 102

3 95 262 130 74 70 64 59 203

Rata-rata 90,66 250 134,33 101 95,33 89 82,33 167.67

Glibenklamid 0,02 mg/ml

1 87 210 98 87 81 70 58 152

2 93 167 106 86 83 81 74 93

3 98 172 108 87 78 75 36 136

Rata-rata 92,66 183 104 86,66 80,66 75,33 56 127

Page 63: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

LAMPIRAN V

Tabel 3. Analisis statistika dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) laju penurunan kadar glukosa darah pada hewan coba mencit (Mus muscullus) jantan akibat pemberian air suling, Infus daun pletekan 1,5% b/v, Infus daun pletekan 3% b/v, Infus daun pletekan 6% b/v, dan glibenklamid 0,02mg/ml.

Analisis Sidik Ragam (ASR) A. Sumber Keragaman Sumber keragaman adalah :

1. Perlakuan (P) 2. Kesalahan/Galat (G) 3. Total Percobaan (T)

B. Perhitungan Derajat Bebas (Db)

1. DbT = (r.t) – 1 = ( 3 x 5 ) – 1 = 14 2. DbP = t – 1 = 5 – 1 = 4 3. DbG = DbT – DbP = 14 - 4 = 10

C. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK) 1. Faktor Koreksi (FK)

Kelompok / Perlakuan Replikasi

Jumlah Rata-rata 1 2 3

Kelompok I (air suling)

13,00 22,00 25,00 60,00 20

Kelompok II ( Infus daun pletekan 1,5% b/v)

122,00 123,00 162,00 407,00 135,66

Kelompok III ( Infus daun pletekan 3% b/v)

122,00 174,00 239,00 535,00 178,33

Kelompok III ( Infus daun pletekan 6% b/v)

192,00 102,00 203,00 497,00 165,66

Glibenklamid 0,02 mg/ml 153,00 93,00 136,00 382,00 127,33

Jumlah 1881 125,4

42

Page 64: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Tij2 (1881)2 FK = = = 235877,4 r . t 3 x 5 2. Jumlah Kuadrat Total (JKT)

JKT = T(Yij2) – FK = (13,002 + 22,002 + 25,002 + 122,002 +….+ 136,002) – FK

= 298847 – 235877,4

= 62969,6

3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)

JKP = r

TP2

– FK

60,002 + 407,002 + 535,002 + 497,002 + 3822 = – FK 3 848407 = – 235877,4 3 = 282802,33 – 235877,4 = 46924,93 4. Jumlah Kuadrat Galat (JKG)

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 62969,6 – 46924,93

= 16044,67

D. Perhitungan Kuadrat Tengah

1. Kuadrat Tengah Perlakuan ( KTP )

KTP = DbP

JKP =

4

46924,93 = 11731,23

2. Kuadrat Tengah Galat ( KTG )

KTG = DbG

JKG =

10

16044,67 = 1604,47

42

Page 65: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

E. Perhitungan Distribusi F (Fh)

Fh = KTG

KTP =

1604,47

11731,23 = 7,31

Tabel 4. Tabel Anova atau Analisis Statistik Ragam

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung

F Tabel Ket.

5 % 1 %

Perlakuan 4 46924,93 11731,23 7,31 3,47 5,99 SS

Galat 10 16044,67

1604,47

Total 14 62969,60

Ket : F Hitung > F Tabel = Sangat signifikan Kesimpulan : Pada pemberian perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda memberikan efek yang sangat nyata terhadap penurunan kadar glukosa darah.

Nilai tengah =

= = 125,4

Koefisien Keragaman (KK)

KK = x100%γ

KTG

= x 100%

= 31,93% Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND)

JNTD = P (p.v) . S

S = replikasi

KTG =

3

47,1604

= 82,534

= 23,12

Page 66: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Tabel 5. Uji Beda Jarak Nyata Duncan (BJND)

Perlakuan Laju

Penurunan

beda nyata pada jarak p =

2 3 4 5

Air Suling 20,0 -

Glibenklamid 0,58 mg /20 ml

127,3 107,3SS

-

Infus Daun Pletekan 1,5% b/v

135,7 8,4NS 115,7SS -

Infus Daun Pletekan 6 % b/v

165,7 30NS

38,4NS

145,7SS

-

Infus Daun Pletekan 3 % b/v

178,3 12,6NS 42,6NS 51NS 158,3SS

P0,05;10

3,15 3,29 3,38 3,43

P0,01;10

4,48 4,67 4,79 4,87

BJND0,05;10 (p . s )

72,82 76,06 78,14 79,30

BJND0,01;10 103,57 107,97 110,74 112,59

Keterangan: ss : Sangat signifikan s : Signifikan ns : Tidak signifikan

Kesimpulan: Perbedaan konsentrasi infus memberikan efek yang tidak berbeda nyata dan tidak berbeda nyata dengan efek control positif. Infus 1,5% - 6% b/v memberikan efek yang tidak berbeda nyata dengan dengan efek glibenklamid pada dosis lazim.

Page 67: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

LAMPIRAN IV

GAMBAR SAMPEL

Gambar Sampel: pletekan (Ruellia tuberose L.)

Page 68: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …

Gambar 5. Tablet Glibenklamid 5 mg

Gambar 6. Alat Pengukur Glukosa Darah (GukoDr) dan contoh strip

Strip

Layar

Page 69: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …
Page 70: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …
Page 71: UJI EFEK HIPOGLIKEMIK INFUS DAUN PLETEKAN ( PADA …