36
A. UHKUWAH ISLAMIYAH a.Pengertian dan Hakikat Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas ketaatan seseorang terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus merupakan salah satu kekuatan perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan. Fenomena kebersamaan ini dalam banyak hal dapat memberikan inspirasi solidaritas sehingga tidak ada lagi jurang yang dapat memisahkan silaturahmi di antara sesamanya. Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, bangunan kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-godaan kepentingan yang dapat merusak keutuhan komunikasi dan bahkan mengundang sikap dan prilaku yang saling berseberangan. Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana dapat terlihat dari ada atau tidak adanya sikap saling memahami untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi. Ukhuwah Islamiyah sendiri menunjukkan jalan yang dapat ditempuh untuk membangun komunikasi di satu sisi, dan di sisi lain, ia juga memberikan semangat baru untuk sekaligus 1

UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hubungan sesama umat beragama islam dan sesama umat manusia

Citation preview

Page 1: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

A. UHKUWAH ISLAMIYAH

a. Pengertian dan Hakikat

Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas

ketaatan seseorang terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus

merupakan salah satu kekuatan perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan.

Fenomena kebersamaan ini dalam banyak hal dapat memberikan inspirasi

solidaritas sehingga tidak ada lagi jurang yang dapat memisahkan silaturahmi di

antara sesamanya. Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, bangunan

kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-godaan kepentingan yang dapat

merusak keutuhan komunikasi dan bahkan mengundang sikap dan prilaku yang

saling berseberangan. Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana dapat

terlihat dari ada atau tidak adanya sikap saling memahami untuk menumbuhkan

interaksi dan komunikasi. Ukhuwah Islamiyah sendiri menunjukkan jalan yang

dapat ditempuh untuk membangun komunikasi di satu sisi, dan di sisi lain, ia juga

memberikan semangat baru untuk sekaligus melaksanakan ajaran sesuai dengan

petunjuk al-Qur'an serta teladan dari para Nabi dan Rasul-Nya. Sekurang-

sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan persaudaraan

yang Islami. Pertama, persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu yang

dipersonifikasikan ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah satu dari

anggota badan itu sakit, maka anggota lainnya pun turut merasakan sakit. Kedua,

persaudaraan Islam itu juga mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat, yang

antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memberikan fungsi

untuk memperkuat dan memperkokoh.

1

Page 2: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

Ilustrasi pertama menunjukkan pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian

dalam upaya merakit bangunan ukhuwah menurut pandangan Islam. Sebab Islam

menempatkan setiap individu dalam posisi yang sama. Masing-masing memiliki

kelebihan, lengkap dengan segala kekurangannya. Sehingga untuk menciptakan

wujud yang utuh, diperlukan kebersamaan untuk dapat saling melengkapi.

Sedangkan ilustrasi berikutnya menunjukkan adanya faktor usaha saling tolong

menolong, saling menjaga, saling membela dan saling melindungi.

Pernyataan al-Qur'an: Innama al-mu'minuuna ikhwatun (sesungguhnya

orang-orang mu'min itu bersaudara) memberikan kesan bahwa orang mu'min itu

memang mestinya bersaudara. Sehingga jika sewaktu-waktu ditemukan kenyataan

yang tidak bersaudara, atau adanya usaha-usaha untuk merusak persaudaraan, atau

bahkan mungkin adanya suasana yang membuat orang enggan bersaudara, maka ia

berarti bukan lagi seorang mu'min. sebab penggunaan kata "innama" dalam bahasa

Arab menunjukkan pada pengertian "hanya saja."

Tuntutan normatif seperti tertuang dalam al-Qur'an di atas memang

seringkali tidak menunjukkan kenyataan yang diinginkan. Kesenjangan ini terjadi,

antara lain, sebagai akibat dari semakin memudarnya penghayatan terhadap pesan-

pesan Tuhan khususnya berkaitan dengan tuntutan membina persaudaraan. Bahkan,

lebih celaka lagi apabila umat mulai berani memelihara penyakit ambivalensi sikap:

antara pengetahuan yang memadai tentang al-Qur'an di satu sisi, dengan

kecenderungan menolak pesan-pesan yang terkandung di dalamnya di sisi lain,

hanya karena terdesak tuntutan pragmatis, khususnya menyangkut kepentingan

sosial, politik ataupun ekonomi. Karena itu, bukan hal yang mustahil, jika seorang

pemuka agama sekalipun, rela meruntuhkan tatanan ukhuwah hanya karena

2

Page 3: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

pertimbangan kepentingan-kepentingan primordial. Karena tarik menarik antara

berbagai kepentingan itulah, sejarah umat Islam selain diwarnai sejumlah prestasi

yang cukup membanggakan, juga diwarnai oleh sejumlah konflik yang tidak kurang

memprihatinkan. Nilai-nilai ukhuwah tidak lagi menjadi dasar dalam melakukan

interaksi sosial dalam bangunan masyarakat tempat hidupnya sehari-hari. Konflik

yang bersumber pada masalah-masalah yang tidak prinsip menurut ajaran, dapat

membongkar bangunan kebersamaan dalam seluruh tatanan kehidupannya.

Perbedaan interprestasi tentang imamah pada akhir periode kepemimpinan

shahabat, misalnya, telah berakibat pada runtuhnya kebesaran peradaban Islam yang

telah lama dirintis bersama. Lalu sejarah itu pun berlanjut, seolah ada keharusan

suatu generasi untuk mewarisi tradisi konflik yang mewarnai generasi sebelumnya.

Akhirnya, nuansa kekuasaan pada masa-masa berikutnya hampir selalu diwarnai

oleh politik "balas dendam" yang tidak pernah berujung. Al-Qur'an memang

memberikan peluang kepada ummat manusia untuk bersilang pendapat dan berbeda

pendirian. Tetapi al-Qur'an sendiri sangat mengutuk percekcokan dan pertengkaran.

Interprestasi terhadap ayat-ayat yang mujmal (umum), pemaknaan terhadap

keterikatan sesuatu ayat dengan asbab nuzul, atau sesuatu hadits dengan asbab

wurud-nya, seringkali melahirkan adanya sejumlah perbedaan. Lebih-lebih jika

perbedaan itu telah memasuki wilayah ijtihadiyah. Dalil-dalil dzanny yang biasa

menjadi rujukan beramal memang memiliki potensi untuk melahirkan perbedaan.

Tetapi perbedaan itu sendiri seharusnya dapat melahirkan hikmah, baik dalam

bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis, maupun dalam membangun

semangat mencari tahu sesuai dengan anjuran memperbanyak ilmu. Sayangnya,

dalam kenyataan, perbedaan itu justru seringkali melahirkan hancurnya nilai-nilai

3

Page 4: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

ukhuwah, hanya karena ketidaksiapan untuk memahami cara berpikir yang lain,

atau karena keengganan menerima perbedaan sebagai buah egoisme yang tidak

sehat. Dan, yang lebih celaka lagi, apabila potensi konflik itu telah dipengaruhi

variabel-variabel politik dan ekonomi seperti apa yang saat ini tengah dialami oleh

bangsa kita yang semakin lelah ini. Ikatan agama telah pudar oleh kepentingan

kekuasaan. Kehangatan persaudaraan pun semakin menipis karena desakan-desakan

materialisme ataupun kepentingan primordialisme. Perbedaan paham politik sangat

potensial untuk melahirkan suasana ketidakakraban yang cenderung membawa

kepada suasana batin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Demikian juga

perbedaan tingkah kekayaan sering melahirkan kecemburuan yang juga sangat

potensial untuk mengundang suasana bathin yang tidak menunjang tegaknya

ukhuwah. Subhanallah, ukhuwah kini telah menjadi barang antik yang sulit

dinikmati secara bebas dan terbuka. Karena ukhuwah memang hanya akan dapat

terwujud apabila masyarakat sudah mampu memiliki dan menghayati prinsip-

prinsip tasamuh (toleransi), sekaligus terbuka untuk melakukan tausiyah (saling

mengingatkan).

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai

makhluk individu ia memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu dengan yang

lain (bahkan kalaupun merupakan hasil cloning), dengan fikiran dan kehendaknya

yang bebas. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain,

membutuhkan sebuah kelompok - dalam bentuknya yang minimal - yang mengakui

keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal - kelompok di mana dia dapat

bergantung kepadanya.

4

Page 5: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

Kebutuhan untuk berkelompok ini merupakan naluri yang alamiah, sehingga

kemudian muncullah ikatan-ikatan - bahkan pada manusia purba sekalipun. Kita

mengenal adanya ikatan keluarga, ikatan kesukuan, dan pada manusia modern

adanya ikatan profesi, ikatan negara, ikatan bangsa, hingga ikatan peradaban dan

ikatan agama. Juga sering kita dengar adanya ikatan berdasarkan kesamaan species,

yaitu sebagai homo erectus (manusia), atau bahkan ikatan sebagai sesama makhluk

Allah.

Islam sebagai sebuah peradaban - terlebih sebagai sebuah din - juga menawarkan

bahkan memerintahkan/menganjurkan adanya sebuah ikatan, yang kemudian kita

kenal sebagai ukhuwah Islamiah. Dalam Wawasan Al Qur'an, Dr. Quraish Shihab

menulis bahwa ukhuwah (ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai "persaudaraan",

terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti "memperhatikan". Makna asal ini

memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak

yang merasa bersaudara

Sedang makna ukhuwah Islamiah terkadang diartikan sebagai "persaudaraan

antar sesama muslim", di mana kata "Islamiah" menunjuk kepada pelaku; dan

terkadang juga diartikan sebagai "persaudaraan yang bersifat Islami atau yang

diajarkan oleh Islam", di mana di sini kata "Islamiah" difahami sebagai kata sifat

Dalam kajian ini, kedua makna tersebut saya gunakan sehingga ukhuwah

islamiah diartikan sebagai "persaudaraan antar sesama muslim yang diajarkan oleh

Islam dan bersifat Islami". Dengan definisi yang 'lengkap' ini, pertanyaan what, who

dan how tentang ukhuwah Islamiah ini secara general telah terjawab.

Dalam kaitannya dengan hali ini, Allah berfirman:

5

Page 6: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

�ه� الل �ق وا و�ات م� �ك خ�و�ي� أ �ن� �ي ب �ح وا ص�ل

� ف�أ �خ�و�ة� إ ون� �م ؤ�م�ن ال �م�ا �ن إ

ح�م ون� ( ر� ت م� �ك �ع�ل )١٠ل

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu

mendapat rahmat." (Al Hujurat:10)

Juga di dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar ra yang diriwayatkan Bukhari dan

Muslim, Rasulullah saw bersabda:

"Orang muslim itu saudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan

tidak pula membiarkannya dizalimi."

Dari dalil naqli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sesama muslim dan juga

sesama mu'min adalah bersaudara, di mana tentunya kesadaran terhadap hal ini

akan memberikan konsekuensi berikutnya.

b. Kedudukan dan Peran

Penyebutan secara eksplisit adanya persaudaraan antar sesama muslim (dan

mu'min) di dalam Al Qur'an dan Hadits menunjukkan bahwa hal tersebut

merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kaum muslimin. Dalam

prakteknya, Rasulullah saw juga menganggap penting akan hal ini. Terbukti pada

saat hijrah ke Madinah, Rasulullah saw segera mempersaudarakan shahabat Anshor

dengan shahabat Muhajirin, seperti Ja'far bin Abi Thalib yang dipersaudarakan

dengan Mu'adz bin Jabal, Abu Bakar ash Shiddiq dengan Kharijah bin Zuhari,

Umar bin Khaththab dengan 'Utbah bin Malik, dst.

6

Page 7: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebuah komunitas (bisa

berbentuk negara) hanya akan eksis dengan adanya kesatuan dan dukungan elemen-

elemennya. Sedang kesatuan dan dukungan ini tidak akan lahir tanpa adanya rasa

saling bersaudara dan mencintai. Namun persaudaraan inipun perlu didahului oleh

suatu faktor pemersatu, berupa ideologi atau aqidah. Dari sini mungkin kita mulai

dapat menarik kesimpulan penyebab aksi-aksi separatisme di tanah air, ataupun

lemahnya kekuatan kaum muslimin dewasa ini. Dua komunitas dengan rasa

kesatuan yang nyaris hilang.

Ukhuwah juga merupakan salah satu pilar kekuatan (quwwatul ukhuwwah)

di samping pilar kekuatan lainnya, seperti kekuatan iman, senjata, dll. Banyak

contoh yang menunjukkan kehancuran sebuah komunitas yang disebabkan oleh

ketiadaan ukhuwah.

c. Tahapan Implementasi

Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiah - bahkan juga dalam rangka

menjalin hubungan dalam maknanya yang umum - ada beberapa tahapan konseptual

yang perlu diperhatikan. Secara garis besar tahapan tersebut dapat dibagi menjadi:

1. Ta'aruf

Ta'aruf dapat diartikan sebagai saling mengenal. Dalam rangka mewujudkan

ukhuwah Islamiyah, kita perlu mengenal orang lain, baik fisiknya, pemikiran, emosi

dan kejiwaannya. Dengan mengenali karakter-karakter tersebut,

Dalam Surat Al Hujurat, Allah berfirman:

7

Page 8: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

0ا ع وب ش م� �اك �ن ع�ل و�ج� �ى �ث ن و�أ �ر6 ذ�ك م�ن� م� �اك �ق�ن ل خ� �ا �ن إ �اس الن :ه�ا ي� أ �ا ي

�يم� ع�ل �ه� الل �ن� إ م� �ق�اك ت� أ �ه� الل �د� ن ع� م� م�ك �ر� ك

� أ �ن� إ ف وا �ع�ار� �ت ل �ل� �ائ و�ق�ب

�ير� ( ب )١٣خ�

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di

antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujurat:13)

Ta'aruf ini perlu kita lakukan dari lingkungan yang terdekat dengan kita. Dengan

keluarga, dengan lingkungan sekolah atau tempat bekerja, hingga berta'aruf dalam

komunitas yang lebih luas, seperti dalam komunitas KMII.

2. Tafahum

Pada tahap tafahum (saling memahami), kita tidak sekedar mengenal saudara kita,

tapi terlebih kita berusaha untuk memahaminya. Sebagai contoh jika kita telah

mengetahui tabiat seorang rekan yang biasa berbicara dengan nada keras, tentu kita

akan memahaminya dan tidak menjadikan kita lekas tersinggung. Juga apabila kita

mengetahui tabiat rekan lain yang sensitif, tentu kita akan memahaminya dengan

kehati-hatian kita dalam bergaul dengannya.

Perlu diperhatikan bahwa tafahum ini merupakan aktivitas dua arah. Jadi jangan

sampai kita terus memposisikan diri ingin difahami orang tanpa berusaha untuk

juga memahami orang lain.

8

Page 9: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

3. Ta'awun

Ta'awun atau tolong-menolong merupakan aktivitas yang sebenarnya secara

naluriah sering (ingin) kita lakukan. Manusia normal umumnya telah dianugerahi

oleh perasaan 'iba' dan keinginan untuk menolong sesamanya yang menderita

kesulitan - sesuai dengan kemampuannya. Hanya saja derajat keinginan ini berbeda-

beda untuk tiap individu.

Dalam surat Al Maidah, Allah berfirman:

و�ال ام� �ح�ر� ال ه�ر� الش� و�ال �ه� الل �ر� ع�ائ ش� ل:وا ح� ت ال وا آم�ن �ذ�ين� ال :ه�ا ي� أ �ا ي

م�ن� ف�ض�ال �غ ون� �ت �ب ي ام� �ح�ر� ال �ت� �ي �ب ال آمNين� و�ال �د� �ق�الئ ال و�ال �ه�د�ي� ال

�آن ن ش� م� �ك �ج�ر�م�ن ي و�ال ف�اص�ط�اد وا م� �ت �ل ل ح� �ذ�ا و�إ 0ا و�ر�ض�و�ان Nه�م� ب ر�

وا �ع�او�ن و�ت �د وا �ع�ت ت �ن� أ � ام �ح�ر� ال ج�د� �م�س� ال ع�ن� م� ص�د:وك �ن� أ 6 ق�و�م

�ق وا و�ات �ع د�و�ان� و�ال � �م اإلث ع�ل�ى وا �ع�او�ن ت و�ال �ق�و�ى و�الت Nر� �ب ال ع�ل�ى

�ع�ق�اب� ( ال د�يد ش� �ه� الل �ن� إ �ه� )٢الل

Artinya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Al

Maaidah:2)

9

Page 10: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

Juga dalam hadits Ibnu Umar di atas ("al muslimu akhul muslimi ..."), seterusnya

disebutkan bahwa siapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya itu maka

Allah memperhatikan kepentingannya, dan siapa yang melapangkan satu kesulitan

terhadap sesama muslim maka Allah akan melapangkan satu dari beberapa

kesulitannya nanti pada hari qiyamat, dan barangsiapa yang meneymbukan rahasia

seorang muslim maka Allah menyembunyikanrahasianya nanti pada hari qiyamat.

Dalil naqli di atas memberi encouragement bahkan perintah kepada orang

beriman untuk tolong-menolong, yang dibatasi hanya dalam masalah kebajikan dan

taqwa. Bentuk tolong-menolong ini bisa dilakukan dengan saling mendo'akan,

saling menasihati, juga saling membantu dalam bentuk amal perbuatan. Kalaupun

tidak turut berperang, kita dapat ikut menyediakan bekal menghadapi peperangan,

misalnya.

Dalam masalah-masalah yang jelas kesalahannya, kita dilarang untuk saling

memberikan pertolongan. Contoh ringan yang mungkin pernah kita alami saat

masih sekolah, misalnya memberi contekan saat ulangan. Mungkin saat itu kita

merasa sungkan untuk menolak memberi 'pertolongan'. Dan contoh yang lebih berat

mungkin akan sering kita jumpai seiring dengan semakin dewasanya kita dan

semakin kompleksnya permasalahan yang kita hadapi.

Jadi kita seharusnya berterima kasih jika ada yang menegur kita, bahkan

mencegah kita dengan kekuatan manakala kita sedang berbuat kesalahan.

4. Takaful

Takaful ini akan melahirkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Di mana rasa

susah dan sedih saudara kita dapat kita rasakan, sehingga dengan serta merta kita

10

Page 11: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

memberikan pertolongan. Dalam sebuah hadits Rasulullah memberikan

perumpamaan yang menarik tentang hal ini, yaitu dengan mengibaratkan orang

beriman - yang bersaudara - sebagai satu tubuh.

Unsur pokok di dalam ukhuwah adalah mahabbah (kecintaan), yang terbagi

dalam beberapa tingkatan:

Tingkatan terendah adalah salamus shadr (bersihnya jiwa) dari perasaan hasud,

membenci, dengki dan sebab-sebab permusuhan/pertengkaran. Dalam hadits

yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Rasulullah saw bersabda bahwa tidak

halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya selama tiga hari, yang

apabila saling bertemu maka ia berpaling, dan yang terbaik di antara keduanya

adalah yang memulai dengan ucapan salam. Juga dalam hadits lain yang

diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda bahwa ada tiga orang

yang shalatnya tidak diangkat di atas kepala sejengkal pun, yaitu seorang yang

mengimami suatu kaum sedangkan kaum itu membencinya, wanita yang diam

semalam suntuk sedang suaminya marah kepadanya, dan dua saudara yang

memutus hubungan di antara keduanya.

Tingkatan berikutnya adalah cinta. Di mana seorang muslim diharapkan

mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, seperti dalam hadits:

"Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai

saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri." (HR muttafaq alaihi)

Tingkatan yang tertinggi adalah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan

saudaranya atas dirinya dalam segala sesuatu yang ia cintai, sesuatu yang untuk

zaman sekarang sering baru mencapai tahap wacana. Patut kita renungkan kisah

11

Page 12: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

sahabat nabi dalam sebuah peperangan, di mana dalam keadaan sekarat dan

kehausan dia masih mendahulukan saudaranya yang lain untuk menerima air.

Juga contoh yang dilakukan oleh shahabat Anshar, Sa'ad bin rabbi' yang

menawarkan hartanya, rumahnya, istrinya yang terbaik untuk dimiliki oleh

Abdurrahman bin Auf. Dalam hal ini Abdurrahman bin Auf pun berlaku iffah

dengan hanya meminta untuk ditunjukkan jalan ke pasar. Kisah-kisah di atas

kalaupun belum mampu kita lakukan, minimal kita jadikan sebagai sebuah

motivasi awal untuk sedikit lebih memperhatikan saudara kita yang lain.

12

Page 13: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

B. UKHUWAH INSANIYAH

Dalam diri manusia yang rendah terdapat keterikatan material, ketika tidak

menggapai syi’ar kebebasan yang ada dalam jiwanya dan terikat oleh materi yang

mendorong kehambaannya pada materi, mereka bertemu dan bersatu dalam

kebutuhan materi yang sama. Koloni yang membentuk jiwa-jiwa mati sering

bertemu satu sama lain. Mereka ini dengan sendirinya berkelompok menurut

kecondongan hawa nafsunya. Fenomena konglomerasi yang kita saksikan di

berbagai negara menunjukkan hal itu.

Ketika manusia terikat sedemikian rupa oleh materi yang ada dalam

benaknya, maka itu tidak lebih dari angka-angka statistik fluktuasi harga yang

sedemikian rupa berpengaruh pada diri mereka disebut budak hartanya. Sebab harta

ketika sedemikian besarnya, maka kehilangannya sama saja dengan hilangnya

seluruh semangatnya, motivasi bahkan orientasinya. Fenomena kumpulan para

usahawan yang bersekongkol dalam menindas orang-orang lemah yang biasanya

dilakukan pemilik kapital besar menunjukkan masyarakat materialis – budak-budak

harta dan bendawi ini. Mereka tak lebih dari binatang-binatang yang hina, yang

apabila kehilangan harta benda penyatu ikatan mereka, maka mereka saling

melaknat dan mencaci satu sama lain.

Kasus mega skandal Bapindo menunjukkan hal ini. Ketika pengikat,

penjaga status mereka tetap ada, yaitu kredit-profit dan suap, hubungan mereka

tampak sedemikian mesra. Masyarakat yang melihatnya menjadi segan dan kadang

memuji koruptor-koruptor berhias emas permata dan jabatan. Apakah yang terjadi

dengan robeknya hubungan mereka ? yaitu saat emosi mereka tak terpenuhi lagi

sehingga kutukan dan saling tuduh, yang justru muncul pada saat tidak ada musuh

13

Page 14: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

sejahat rekan-rekan mereka yang sebelumnya demikian mesra. Saksi, sumpah palsu

dan berbagai cara diupayakan untuk menenangkan dan menyelamatkan diri serta

meluluskan egoismenya.

Perhatikan dengan binatang yang bertarung satu sama lain, apa beda

mereka dengan binatang ? kebinatangan yang sebagiannya kemudian mampu

menutup sejarah dihadapan orang-orang bodoh (jahil) dan awam. Namun para

ulama’ tentunya merasa jijik dengan jiwa kebinatangan ini dan bersegera

menjauhkan diri.

Bagaimana dengan kita ? aadakah kita memandang saudara kita dengan

pertimbangan materi ? sehingga kita melebihkan si kaya sambil merendahkan

simiskin ? Jika demikian, maka kita sepenuhnya terpaku pada nilai-nilai material

yang mengikat diri kita satu sama lain. Semoga Allah menjauhkan kita dari jiwa

kebinatangan atau kekerdilan seperti itu.

Terkadang hubungan fisikal ini demikian menjenuhkannya. Mereka

menggaji yang menduduki posisi tinggi merasa paling berotoritas dan – tanpa

kematangan ilmu dan kebijaksanaan sedikitpun – berlaku semena-mena. Alangkah

kejinya mereka itu. Terlebih lagi setelah menjustifikasi diri atas nama agama.

Terdapat pertanyaan mendasar, apakah kemudian melandasi ukhuwah

ditengah-tengah mereka dengan menafikan hubungan ekonomis ? jawabnya jelas

tidak, namun Islam menolak jika faktor utama persatuan Islam dengan fokus atau

dasar ekonomi. Jelas masyarakat yang menjadikan materi sebagai pengikat diantara

mereka, akan bergerak kearah materi. Dalam falsafah tujuan penciptaan telah

dijelaskan hal ini.

14

Page 15: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

Persatuan Sentimentilagak sulit mencari kata yang tepat untuk persatuan

semacam ini. Tetapi melalui studi ini diharapkan ada semacam studi tematik yang

dapat menghasilkan kata tpat tentangnya.

Berangkat dari sebuah fenomena yang terjadi pada kaum Gay di Amerika

Serikat yang menciptakan ikatan-ikatan sentimentil diantara mereka. Berangkat dari

ikatan emosional sepenuhnya atauu sebagian saja tanpa landasan pemikiran yang

rasional. Ikatan mereka sedemikian rupa sehingga membuat hubungan dan

persatuan yang terpadu antara elemen-elemennya.

Tidak selamanya ikatan semacam ini terjadi pada Gay’s. Hubungan yang

sama terbentuk oleh penonton bioskop, dimana ikatan emosi mereka disatukan

dalam sebuah gedung bioskop, sehingga bisa mengucurkan air mata atau tertawa

bersama. Pembahasan tentang kumpulan-kumpulan jenis ini sekedar contoh un tuk

menggambarkan asosiasi yang sering disebut ukhuwah. Hal ini merupakan contoh-

contoh sederhana untuk menggambarkan ideologi nasionalisme atau rasialisme

yang sudah mencapai fase menghalangi perkembangan Islam. Hal ini berdampak

secara langsung, karena klaim-kalaimnya tentang ukhuwah Islamiyah itu sendiri

diseantero dunia.

Gamal Abdul Nasser yang kembali menghidupkan Pan Arabisme di PBB

menunjukan hal ini. Persatuan rasial ini hanya bertahan sesaat. Selain tidak

memiliki landasan kokoh, Gamal telah membuahkan luka sejarah yang menyakitkan

dunia Islam.

Islam tidak menolak keberadaan nation ataupun ras-ras. Namun, Islam

sesekali tidak menjadikannya fokus pemersatu ukhuwah Islamiyah. Al-Qur’an

menerima suku-suku dan bangsa-bangsaa sebagai tanda (bukan fokus pemersatu

15

Page 16: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

yang menyebabkan keterbelengguan berselubung kebebasan) sebagaimana dalam

sebuah ayat yang berbunyi :

 "Dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa untuk saling mengenal"

(QS)

a. Persatuan Pengkhayal

Fenomena menunjukkan persatuan yang dibentuk oleh para pengkhayal

yang hampir sehari-hari berkumpul tertawa bersama dan berbicara tanpa arahan

yang jelas, dan sedikitpun tidak pernah berkesimpulan. Anehnya, meskipun mereka

berbicara tidak sinkron namun dapat berkumpul bersama. Ikatan mereka disebut

kumpulan para pengkhayal, yang terdiri dari beberapa orang yang keberadaannya

hampir merata dimana-mana. Eksistensinya menjadi tampak ketika dengan serta

merta bangkit menjadi penghalang kemajuan. Muthahari menggambarkan mereka

seperti penduduk desa yang duduk diam disekitar kereta api, dan bangkit melempari

kereta dengan batu ketika mesin hidup dan bergerak. Banyak terlihat pemuda yang

kini berwatak pengkhayal. Jumlaah mereka berserakan merata hampir seluruh kota.

Mereka bangkit dengan perkelahian massal, pecandu obat bius, dan minuman keras

yang oleh kaum sosialis menjadi aset/lahan hasutan potensial.

Islam pada dasarnya tidak melarang hiburan bagi umatnya. Sekali lagi hal

itu bukan menjadi dasar bagi pemersatu ummat manusia.

b. Persatuan Ilmu Pengetahuan

Yang dimaksud disini prinsip persatuan dalam serbuah organisasi

intelektual, semacam ICMI, IPKI atau sejenisnya. Selintas ia tampak besar,

meskipun organisasi semacam ini tak lebih dari tempat menumpahkan pendapat-

16

Page 17: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

pendapat dan tidak sedikitpun mereka pernah merumuskan kesimpulan bersama.

Hal ini disebabkan prinsip Tesa dan antitesa yang diharuskan ada. Mereka

berkumpul, pengikat merka adalah batasan-batasan ilmiah dan tidak memiliki

kepastian dalam studi mereka.

Dan yang menjadi kekhawatiran perkembangan Ahli bait di Indonesia

ditandai dengan mulainya pergeseran kearah ini. Bila hal ini benar, sungguh

disayangkan. Karena itu majelis tadris tidak terwujud ditengah kita, sebaliknya

seminar atau perkumpulan-perkumpulan hari-hari besar Islam seperti Muharam,

Arba’in, Studi buku yang seluruhnya bersifat sementara dan lebih diminati daripada

madrasah-madrasah / halqah-halqah. Tak ubahnya mazhab ini dengan ICMI yang

secara logis - sulit membangun ukhuwah Islamiyah, sehingga bagi kita

berhubungan satu sama lainnya. Malahan yang timbul ditengah-tengah kitapun

terasa kering dan kitalah yang melihat pemuda-pemuda Ahli Bait tidak pandai

mengangkat permasalahan umat. Ashabiyah ustadz dan organisasi dapat hidup,

bahkan menonjol ketimbang Ukhuwah Islamiyah yang menjadi kewajiban setiap

pecinta Ahli Bait.

c. Kisah di zaman Nabi SAW

1) Kisah Rasulullah SAW dengan si pengemis Yahudi

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap

harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai

saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong,

dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan

dipengaruhinya". Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW

17

Page 18: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata

pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis

itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu

adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai

beliau wafat. Setelah wafatnya Rasulullah SAW,  tidak ada lagi orang yang

membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu

hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke

rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain dan tidak bukan merupakan isteri

Rasulullah SAW dan beliau bertanya  kepada anaknya itu, "Anakku, adakah

kebiasaan kekasihku (Muhammad SAW) yang belum aku kerjakan?". Aisyah

RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir

tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja".

"Apakah Itu?", tanya Abubakar RA. "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi

ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi

buta yang ada di sana ", kata Aisyah RA. Keesokan harinya Abubakar RA pergi

ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu.

Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu

kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah

sambil menghardik, "Siapakah kamu?". Abubakar RA menjawab, "Aku orang

yang biasa (mendatangi engkau)." "Bukan! Engkau bukan orang yang biasa

mendatangiku", bantah si pengemis buta itu. "Apabila ia datang kepadaku tidak

susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang

biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya

makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan

18

Page 19: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

perkataannya. Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis

sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa

datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia

itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW". Seketika itu juga

pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan

kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya,

memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku

dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia...Pengemis Yahudi buta

tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak

hari itu menjadi muslim. Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani

kemuliaan akhlak Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niat kita untuk

meneladani beliau? Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlak.

Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya

kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita

sanggup melakukannya.

2) Di peperangan Uhud Nabi SAW terluka pada muka dan tanggal beberapa

giginya. Berkatalah salah seorang sahabatnya: “Cobalah tuan doakan agar

mereka selaka”. Nabi SAW menjawab: “Aku sekali-kali tidak diutus nuntuk

melaknat seseorang, tetapi aku diutus untuk mengajak kepada kebaikan dan

rahmat”. Lalu beliau mengangkat tangannya kepada Aallah Yang Maha Mulia

dan berdoa:

19

Page 20: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

“Wahai Tuhanku ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka orang yang tidak

mengetahui”. (Hadis).

3). Dalam perang Uhud juga Nabi SAW memaafkan seorang budak hitam bernama

Wahsyi, karena apabila berhasil membunuh paman Nabi bernama Hamzah bin

Abdul Muthalib maka dia akan dibebaskan oleh tuannya. Peristiwa

pembunuhan Hamzah oleh Wahsyi telah berhasil, Wahsyi telah dimerdekakan.

Wahsyi telah ditangkap oleh Rasulullah SAW tetapi dia dimaafkan oleh

Rasulullah SAW dan kemudian Wahsyi memeluk agama Islam berkat akhlak

Rasulullah.

4) Peristiwa lainnya adalah “Du’tsur seorang Arab kafir Quraisy telah menguasai

Rasulullah SAW ketika sedang tidur di bawah pohon rindang. Du;tsur

menghunuskan pedang ke hadapan Nabi, sambil mengancam dan bertanya:

“Siapa yang dapat membelamu sekarang ini?” Dengan tegas Nabi menjawab:

“Allah”. Du’tsur gemetar sehingga pedangnya jatuh dan kontan pedang direbut

oleh Nabi lalu menghunuskannya ke hadapan Du’tsur sambil Nabi bertanya:

“Siapakah yang dapat membelamu sekarang ini”? Du’tsur menjawab (dengan

gemetar) “tak seorangpun”. Du’tsur dimaafkan oleh Nabi dan dibebaskannya

pulang, lalu Du’tsur menceritakan kisahnya itu kepada kawan-kawanya, dan

akhirnya Du’tsur pun masuk agama Islam.

5) Dalam peperangan Khaibar (perkampungan Yahudi), Zainab binti Al-Harits

isteri Salam bin Misykam (salah seorang pemimpin Yahudi). Zainab berhasil

20

Page 21: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

membunuh Bisyr bin Baraa’ bin Ma’rur dengan membubuhkan racun ke paha

kambing yang disuguhkan olehnya. Sebenarnya yang akan diracun adalah Bisyr

dan Rasulullah SAW. Tetapi Rasulullah mendapat pemberitahuan dari Allah

sehingga racun di paha kambing itu tidak dimakannya. Namun Si wanita

Yahudi ini ketika telah ditangkap oleh Rasulullah SAW terus dimaafkan.

21

Page 22: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

KESIMPULAN

A. UKHUWWAH ISLAMIYAH:

1. Bermusyawarah dan memilih orang yang bertakwa dan berakhlaq karimah

sebagai pemimpin

2. Tolong-menolong dalam kebajikan dan ketakwaan

3. Bersikap sopan dan lemah lembut

4. Menjalin hubungan sillaturrahmi dan melakukan rekonsiliasi (perdamaian)

5. Menghormati ulama shaleh/ahli ilmu

6. Dilarang mencela diri sendiri dan meremehkan sesama mukmin

7. Dilarang menggunjing kepada sesama manusia

8. Dilarang memanggil dengan panggilan yang tidak baik/ “paraban/ wadanan”

yang dapat merendahkan martabat orang ybs.

9. Hormat kepada orang tua dan sayang pada orang yang lebih muda

10. Berbuat kebaikan kepada kaum kerabat yang dekat dan jauh

11. Berbuat kebaikan kepada tetangga dekat dan tetangga yang jauh

12. Menolong orang fakir miskin, ibnu sabil, dan anak yatim

13. Menghormati/ mengasihi mualaf (orang yang baru masuk Islam)

14. Semangat berqurban untuk kepentingan ukhuwah

15. Mendoakan dan memohonkan ampunan kepada Allah untuk kaum

mukminin

22

Page 23: UKWAH ISLAMIYAH dan UKWAH INSANIYAH

B. UKHUWAH INSANIYAH

1. Menyantuni orang Non Muslim yang lemah

2. Memaafkan orang Non Muslim yang berbuat kesalahan

3. Bergaul dengan sesama manusia dengan baik

4. Mengupayakan sikap perdamaian (rekonsiliasi) jika terjadi perselisihan

5. Kadang-kadang harus bersikap tegas terhadap orang yang ingkar (kafir).

6. Memohonkan ampunan Allah untuk mereka di kala mereka masih hidup

23