ULKUS-drg

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    1/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    LESI ULSERATIF

    Ulkus merupakan kondisi diskontinuitas jaringan yang meluas hingga ke dermis

    hingga ke subcutis dan selalu terjadi pada kondisi patologis (Wolff dan Johnson, 2009).

    Menurut Regezi dan Sciubba (1993), berdasarkan penyebabnya, ulkus dikelompokkan

    menjadi 5, yaitu lesi reaktif, infeksi bakteri, infeksi jamur, kondisi yang berhubungan dengan

    disfungsi immunologi dan neoplasma. Menurut Birnbaum dan Dunne (2010), ulkus dapat

    dikelompokkan menjadi 5 berdasarkan penyebabnya, yaitu traumatik, infeksi, neoplasma,

    sistemik dan lain-lain.

    1. LESI REAKTIF

    Pengertian dan Etiologi

    Pada umumnya, lesi ini disebabkan oleh trauma mekanis dan hubungan antara

    penyebabnya diketahui. Ulkus traumatik tergolong lesi reaktif dengan gambaran klinis

    berupa ulkus tunggal pada mukosa yang dapat disebabkan oleh adanya trauma fisik

    atau mekanik, perubahan thermal, kimia dan radiasi yang mengakibatkan kerusakan

    jaringan (Regezi dan Sciubba, 1993).

    a. Trauma mekanik atau fisik

    Penyebabnya antara lain maloklusi, kesalahan pada pembuatan protesa, menyikat

    gigi yang terlalu keras, kebiasaan pasien yang suka menggigit-gigit pipi atau bibir dan

    oral piercing(Greenberg dkk., 2008). Menurut Birnbaum dan Dunne (2010), trauma

    mekanik dapat disebabkan oleh karena tergigit baik disengaja maupun tidak

    disengaja. Lokasinya bisa bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah, tepi plat

    gigi tiruan atau ortodontik.

    Neville dkk. (2009) menuliskan bahwa pada anak-anak, ulkus traumatik disebutRiga-Fede yang muncul pada permukaan ventral lidah. Ulkus ini bersifat kronis,

    dengan gambaran histopatologis yang disebut ulserasi eosinofilik (traumatic

    granuloma, traumatic ulcerative granuloma with stromal eosinophilia [TUGSE],

    eosinophilic granuloma of the tongue).

    b. Trauma termal

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    2/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    Greenberg dkk. (2008) menuliskan bahwa trauma termal dapat disebabkan karena

    makanan yang panas sehingga menimbulkan luka bakar pada lidah dan palatum, atau

    dapat disebabkan oleh berkontaknya instrument dental yang panas dengan mukosa

    (iatrogenic).

    Pada umumnya, jejas yang ditimbulkan akibat thermal food burns terletak pada

    palatum maupun mukosa bukal bagian posterior. Lesinya berwarna kemerahan

    (eritema) pada bagian tengah ulkus dengan epitelium yang nekrosis pada bagian

    tepinya (Neville dkk., 2009). Salah satu contoh food burns adalah pizza burns yang

    diakibatkan oleh keju panas, dan paling banyak terdapat pada palatum (Regezi dan

    Sciubba, 1993).

    c. Trauma kimiawi

    Trauma kimiawi dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang bersifat

    kaustik, seperti obat kumur dengan kandungan tinggi alkohol, hidrogen peroksida dan

    fenol dan penggunaan aspirin sebagai obat sakit gigi. Selain itu, sodium perborate dan

    turpentin juga dapat menyebabkan terjadinya ulkus (Neville dkk., 2009). Penggunaan

    aspirin baik dalam tablet maupun yang digunakan secara topikal pada mukosa dapat

    menyebabkan ulkus pada mukosa (Greenberg dkk., 2008).

    Material endodontik yang berfungsi sebagai bahan devitalisasi pulpa seperti pastaarsen atau paraformaldehide dapat menyebabkan terjadinya nekrosis pada gingiva dan

    tulang yang diakibatkan oleh bocornya bahan devitalisasi dari kamar pulpa menuju ke

    jaringan sekitar. Sodium hypochlorite juga dapat menimbulkan efek yang sama

    apabila mengalir ke jaringan sekitar. Pada penggunaan cotton roll, juga dapat

    menyebabkan timbulnya ulkus pada mukosa rongga mulut. Kejadian ini disebut

    cotton roll burn atau cotton roll stomatitis (Neville dkk., 2009).

    d. Terapi radiasi dan kemoterapi

    Manifestasi oral akibat terapi radiasi adalah oral mucositis yang timbul pada

    minggu kedua setelah terapi, dan akan sembuh perlahan 2-3 minggu setelah terapi

    dihentikan. Area yang terkena adalah mukosa yang disinari langsung oleh sinar X.

    Pada kemoterapi, mukosa yang terkena adalah mukosa nonkeratinisasi, seperti

    mukosa bukal, ventrolateral lidah, palatum mole, dan dasar mulut.

    Lesi awal berwarna keputihan dengan sedikit deskuamasi pada keratin, yang

    kemudian menimbulkan atrofi pada mukosa dengan gambaran edematous dan

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    3/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    eritematous. Selanjutnya ulkus akan ditutupi oleh membran fibrinopurulen. Ulkus

    terasa nyeri dengan sensasi rasa terbakar, serta tidak nyaman (Neville dkk., 2009).

    Gambaran klinis

    Lesi ini ditandai dengan adanya membran fibrin purulen berwarna kekuningan

    yang disertai dengan timbulnya rasa nyeri (Regezi dan Sciubba, 1993). Menurut

    Neville dkk. (2009), tepi ulkus traumatik ditandai dengan area berwarna kekuningan

    yang dikelilingi oleh halo eritematous, namun pada beberapa kasus, tepi ulkus dapat

    berwarna putih karena adanya hiperkeratosis.

    Ulkus traumatik dapat terjadi pada lidah, bibir dan mukosa bukal. Selain itu, dapat

    juga terjadi pada gingiva, palatum danfornix. Lesi ini dapat sembuh dalam beberapa

    hari atau minggu setelah penyebab traumanya dihilangkan. Rasa nyeri akan hilang

    dalam waktu 3 atau 4 hari (Wood dan Goaz, 1997), dan akan sembuh dalam jangka

    waktu 10-14 hari. Jika ulkus tidak sembuh dalam kurun waktu 2 minggu, maka

    diindikasikan untuk dilakukan biopsy (Neville dkk., 2009).

    Gambaran Histopathologi

    Ulkus terdiri dari jaringan granulasi yang berisi sel inflamasi seperti limfosit,

    histiosit, neutrofil dan sel plasma (Neville dkk., 2009).

    Perawatan dan Prognosis

    Ulkus traumatik dapat sembuh apabila sumber trauma atau faktor iritasi telah

    dihilangkan. Untuk mempercepat proses penyembuhan, dapat diberikan aloclair

    pada permukaan ulkus. Aloclair mengandung air, maltodextrin, propylene glycol,

    polyvinylpyrrolidone (PVP), ekstrak aloe vera, kalium sorbate, natrium benzoate,

    hydroxyethylcellulose, PEG 40, hydrogenated glycyrrhetic acid (MIMS,2009).

    Kandungan PVP akan membentuk lapisan protektif tipis di atas ulkus yang akanmenutupi dan melindungi akhiran saraf yang terbuka sehingga mengurangi rasa nyeri

    dan mencegah iritasi pada ulkus. Ekstrak Aloe vera mengandung kompleks

    polisakarida dan gliberellin. Polisakarida berikatan dengan reseptor permukaan sel

    fibroblast untuk memperbaiki jaringan yang rusak, menstimulasi dan mengaktivasi

    pertumbuhan fibroblast, sedangkan gliberellin mempercepat penyembuhan ulkus

    dengan cara menstimulasi replikasi sel (Plasket, 2008).

    1. INFEKSI

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    4/11

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    5/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    a. Virus

    Primary Herpetic Gingivostomatitis

    Disebabkan oleh herpes virus hominis tipe 1 (HVH-1), dan sering disebut

    dengan herpes simpleks. Lesi diawali dari gingiva tepi yang berwarna merah dan

    membesar, serta sangat nyeri. Vesikel berukuran kecil muncul pada gingiva bebas,

    palatum, lidah, mukosa bukal, dan bibir. Ulkus dapat bergabung menjadi area

    erosif yang luas dan mudah berdarah.

    Infeksi sekunder dari herpes virus simpleks disebut dengan herpes labialis

    yang selalu muncul pada vermilion border. Herpes labialis diawali dengan vesikel,

    yang kemudian akan pecah dan bergabung membentuk krusta berwarna kuning.

    Lesi ini diawali dengan gejala prodromal, dan menimbulkan rasa nyeri.

    Varicella danHerpes zoster

    Varicella (chickenpox) dan herpes zoster (shingles) disebabkan oleh

    herpesvirus varicella-zoster. Varicella merupakan infeksi primer, sedangkan

    infeksi rekuren disebut herpes zoster. Vesikel pada varicella memiliki tampilan

    yang disebut dew-drop on a rose petal yang terlihat seperti tetesan air pada

    kulit. Lesi pada rongga mulut diawali dengan bentuk vesikel yang akan menjadi

    aphthous pada tahap lanjut, dan banyak ditemukan pada palatum. Pada kulit,varicella akan memberikan gambaran herald-spot dan sembuh membentuk

    jaringan parut. Herpes zoster diawali dengan sindrom prodromal seperti itching,

    tingling, rasa terbakar, dan nyeri pada lokasi dimana vesikel akan erupsi (Bricker

    dkk., 1994).

    1. NEOPLASMA

    a. Squamous Cell Carcinoma

    Lokasi ulkus pada lidah, dasar mulut, dan mukosa bukal. Lesi berbentuk bulat dan

    tidak beraturan.

    Karsinoma pada bibir

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    6/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    Karsinoma pada bibir bawah lebih sering terjadi daripada bibir atas. Penyebab

    yang paling penting adalah sinar UV dan merokok menggunakan pipa. Lesi ini

    berkembang dari vermillion dan tampak sebagai ulkus kronis yang tidak sembuh.

    Karsinoma pada lidah

    SCC pada lidah merupakan keganasan yang palig sering terjadi pada rongga

    mulut, dengan persentase 25-40%. Karsinoma pada lidah bersifat asimtomatik

    pada awalnya. Pada tahap akhir, terjadi invasi yang dalam menyebabkan

    timbulnya rasa nyeri atau disfagia. Selain itu, timbul ulkus yang tidak sembuh,

    indurasi, dapat berupa lesi berwarna merah, putih, atau sebagai lesi berwarna

    merah-putih. Lokasi yang paling banyak terlibat pada SCC lidah adalah bagian

    posterior-lateral lidah (45%). Lesi sangat jarang ditemukan pada dorsum lidah

    atau ujung lidah.

    Karsinoma pada dasar mulut

    Dasar mulut merupakan lokasi kedua yang paling sering pada SCC (15-20%).

    Karsinoma ini lebih sering muncul pada laki-laki yang merokok dan peminum

    kronis. Ulkus yang timbul tidak sakit, tidak sembuh, dan indurasi, dengan

    gambaran berupa patch berwarna outih atau merah. Lesi ini umumnya terletak

    pada dasar lidah yang menyebabkan berkurangnya pergerakan lidah. Metastase ke

    limfonodi submandibula sering ditemukan pada SCC dasar lidah. Karsinoma pada mukosa bukal dan gingiva

    Gambaran klinis ulkus pada SCC ini adalah patch berwarna putih, tidak

    sembuh, dan eksofitik. Lesi ini tumbuh lambat dan jarang metastase, serta

    memiliki prognosis yang cukup baik.

    Karsinoma pada palatum

    Sangat jarang terjadi pada palatum durum. Lesi yang timbul bersifat

    asimtomatik, dengan plak berwarna merah atau putih; atau berupa massa yang

    terulserasi dan mengalami keratosis.

    a. Kaposi sarcoma

    Terjadi pada pasien yang menderita AIDS dengan lesi berbentuk soliter maupun

    multipel, dan berwarna biru/merah/ungu.

    b. Non-Hodgkin Lymphoma (NHL)

    NHL dapat bermanifestasi pada rongga mulut dan rahang dengan prevalensi 2-3%.

    Lesi pada rongga mulut berwarna merah (eritematous), pembesaran tanpa rasa sakit,

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    7/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    dan terdapat ulser sebagai akibat dari trauma sekunder. Lokasi ulkus yang paling

    sering adalah pada lidah, palatum, gingiva, mukosa bukal, bibir, dan orofaring.

    1. KONDISI SISTEMIK DAN DISFUNGSI IMMUNOLOGI

    a. Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS)

    Aphthous stomatitis disebut juga canker sore yang ditandai dengan timbulnya rasa

    nyeri dan kerusakan pada membran mukosa. RAS terjadi pada 10% populasi dengan

    prevalensi wanita lebih tinggi daripada pria (Jurge dkk., 2006).

    Gambaran Klinis

    RAS pada umumnya terjadi pada lining mucosa rongga mulut yang tidak

    mengalami keratinisasi, seperti pada lidah, mukosa bukal, dan mukosa labial.

    Perkembangan RAS biasanya ditandai dengan adanya gejala prodromal, seperti

    rasa terbakar, kesemutan (tingling), atau mukosa yang berwarna kemerahan (Zunt,

    2001). Ulkus pada RAS berbentuk bulat atau oval dengan pusat berwarna putih

    kekuningan yang dikelilingi oleh area berwarna kemerahan.

    Gambar 1. Minor RAS pada mukosa labial dengan gambaran klinis berupa ulkus yang ditutupi oleh

    membran fibrinopurulen berwarna putih kekuningan

    Klasifikasi

    RAS diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu minor, mayor, dan herpertiform.

    Minor aphthous ulcers merupakan ulkus yang paling sering terjadi, yaitu sekitar

    80-85% dari seluruh kasus yang ada. Major aphthous ulcer terjadi pada 5-10%

    kasus, dan herpetiform terjadi pada 5-10% kasus.

    Minor aphthous ulcers

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    8/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    Pada umumnya, ulkus ini berbentuk bulat atau oval dengan bagian

    tengah berwarna putih kekuningan dan dikelilingi oleh halo eritematous.

    Ulkus ini sembuh dalam waktu 14 hari tanpa terbentuknya jaringan parut

    (Zunt, 2001). Lokasi lesi ini biasanya pada mukosa nonkeratinisasi, seperti

    pada mukosa bukal, mukosa labial, dan dasar mulut. Namun, dapat juga terjadi

    pada mukosa keratinisasi, seperti palatum keras, gingiva, dan dorsum lidah.

    Lesi ini dapat multipel dengan diameter 2-5 mm (Neville dkk., 2009;

    Birnbaum dan Dunne, 2010).

    Major aphthous ulcer (Suttons disease)

    Ulkus ini lebih dalam daripada ulser aftosa minor dengan tepi lesi yang

    irregular, dan diameter > 1cm. Ulkus ini dapat sembuh dalam waktu beberapa

    minggu hingga bulan dan sering terbentuk jaringan parut. Pada lesi ini, perlu

    dicurigai adanya keterlibatan kondisi sistemik, seperti defisiensi nutrisi atau

    gangguan hematologis (Zunt, 2001).

    Biasanya ulkus ini ditemukan pada bagian posterior mulut, palatum mole,

    dan daerah tonsila. Jumlah ulserasi bisa soliter atau multipel, ukurannya lebih

    besar dari 1 cm, bisa juga mencapai 5 cm, bentuknya bulat atau lonjong, dasar

    lesi kekuningan, keabuan, tepi lesi merah meradang, bisa lebih menonjoldibandingkan jaringan sekitarnya, jaringan dasar tetap lunak dan tidak

    mengalami indurasi (Birnbaum dan Dunne, 2010).

    Herpetiform aphthous ulcer

    Lesi ini merupakan lesi yang multipel, rekuren dan menimbulkan rasa

    nyeri, serta lebih banyak ditemukan pada wanita (Zunt, 2001). Lokasinya pada

    lidah, dasar mulut, dan mukosa bukal. Jumlah lesi multipel, bisa mencapai 100

    lesi pada saat yang bersamaan. Beberapa lesi dapat bergabung menjadi satu.

    Ukuran kecil, diameter 1-3 mm, bentuknya tidak beraturan, dasar lesi keabuan,

    tepi lesi tidak tegas, ditemukan daerah kemerahan yang luas pada membran

    mukosa (Birnbaum dan Dunne, 2010). Lesi ini sama seperti pada primary

    herpetic gingivostomatitis (Silverglade, 2011).

    Penyebab

    Menurut Nally (1997), faktor penyebab RAS belum diketahui, namun beberapa penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian RAS

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    9/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    dengan respon system imun yang abnormal. Birnbaum dan Dunne (2010)

    menyatakan bahwa faktor yang dapat berkaitan dengan munculnya RAS meliputi

    trauma, stress psikologis, menstruasi dan alergi makanan, misalnya coklat dan

    pengawet makanan. Selain itu, defisiensi Fe, asam folat, dan vitamin B12 juga

    dapat menyebabkan RAS. Menurut Cawson dan Odell (2002), faktor etiologi yang

    mungkin untuk RAS adalah genetik, respon terhadap trauma, infeksi, abnormalitas

    imunologi, gangguan gastrointestinal, kekurangan hematologi, gangguan

    hormonal, dan stress.

    Lesi ini biasanya kambuhan, penyebabnya tidak diketahui tetapi kemungkinan

    karena kerusakan sistem imun pada mediasi oleh sel T, dipacu oleh adanya stress,

    trauma dan faktor lain yang mempengaruhi immunitas (Regezi dan Sciubba,

    1993). Menurut Neville dkk. (2009), pemeriksaan darah perifer pada pasien RAS

    menunjukkan adanya penurunan rasio CD4+ terhadap CD8+ pada limfosit T, dan

    peningkatan T cell reseptor + dan tumor necrosis factor- (TNF- ).Lesi awal pada RAS adalah lesi inflamasi preulseratif yang terdapat pada

    epitel rongga mulut yang ditandai dengan peningkatan jumlah limfosit T. Sel T

    sitotoksik tampak pada lokasi dimana banyak terdapat antigen atau di dalam

    keratinosit. Pelepasan bermacam-macam sitokin dan kemokin imunoreaktif

    menginduksi respon yang dimediasi oleh sel yang diyakini sebagai hasil darilisisnya keratinosit (Silverman dkk., 2001).

    Beberapa penyakit pada gastrointestinal yang dapat menyebabkan ulkus pada

    rongga mulut adalah:

    Celiac disease

    Merupakan gangguan autoimun yang ditandai dengan adanya intoleransi

    terhadap gluten pada usus halus. Campisi dkk. (2008) melaporkan bahwa lesi

    pada rongga mulut seperti RAS dapat berfungsi sebagai tanda adanya

    gangguan gastrointestinal kronis yang disebabkan oleh adanya malabsorpsi.

    Chrons disease

    Merupakan penyakit kronis pada gastrointestinal yang ditandai dengan adanya

    pembengkakan pada saluran pencernaan, nyeri abdomen, nausea, diare,

    kehilangan berat badan, demam, dan perdarahan rectal. Pada 10-20% pasien

    chrons disease terjadi ulkus pada rongga mulut, dengan karakteristik yang

    disebut cobble stone. Apabila terdapat ulkus rekuren dengan sebab yang tidak

    jelas pada rongga mulut, maka penyakit ini dapat dipertimbangkan sebagaisalah satu faktor etiologi ulkus (Katsanos dkk., 2003).

  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    10/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

    Merupakan salah satu gangguan gastrointestinal yang disebabkan oleh

    keluarnya asam lambung menuju esophagus. Asam lambung yang keluar

    hingga ke rongga mulut dapat menyebabkan terjadinya keruasakan pada

    mukosa yang bersifat erosif dan dapat berakhir sebagai ulkus. Selain itu,

    GERD juga dapat menyebabkan timbulnya faringitis, laringitis, bronchitis, dan

    pneumonia.

    a. Behcets Syndrome

    Adanya keterkaitan rongga mulut merupakan komponen yang penting pada

    Behcets syndrome dengan manifestasi pada rongga mulut sebesar 99%. Lesi ini

    serupa dengan aphthous ulcerations pada orang sehat dengan durasi dan frekuensi

    yang sama, namun pada pasien dengan Behcets syndrome, lesi dapat berjumlah 6

    atau lebih. Lesi dapat terjadi pada palatum lunak dan orofaring, dengan tepi yang

    bergelombang dan dikelilingi oleh area eritema yang difus. Pada penderita Behcets

    syndrome, ketiga jenis RAS dapat muncul, namun minor RAS paling banyak terjadi

    pada pasien ini. Selain pada rongga mulut, lesi pada genital dan ocular (mata) juga

    muncul pada pasien ini.

    b. Erythema Multiforme

    Lesi timbul tiba-tiba, nyeri, penyebaran luas, biasanya sembuh sendiri. Gambaran

    klinisnya bervariasi sehingga disebut multiformis, multiple, pada bibir berbentuk

    krusta disertai bercak darah.

    c. Lupus Erytematosus

    Eritematus dan ulkus pada mukosa bukal, gingiva dan vermilion, dengan area

    putih keratosis mengelilingi ulkus dan biasanya nyeri

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2003, Aloclair, http://www.dentalringen.com, diunduh 18 Februari 2011

    Anonim, 2010, About Aloclair : How does aloclair work?, http://www.aloclair.co.uk,diunduh 18 Februari 2011

    Birnbaum, W. dan Dunne, S.M., 2010, Diagnosis Kelainan Dalam Mulut Petunjuk bagiKlinisi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

    http://www.dentalringen.com/http://www.aloclair.co.uk/http://www.aloclair.co.uk/http://www.dentalringen.com/
  • 8/6/2019 ULKUS-drg

    11/11

    Veni Wira

    06/198481/KG/8107

    Campisi G, Di Liberto C, Carroccio A, Compilato D, Iacono G, Procaccini M, Di Fege G, LoMuzio L, Craxi A, Catassi C, Scully C. 2008. Coeliac Disease: Oral Ulcer Prevalence,Asssesment of Risk and Association with Gluten-Free Diet in Children.Dig Liver Dis

    40(2): 104-107.

    1

    Greenberg, M.S., Glick, M., Ship, J.A., 2008, Burkets Oral Medicine, 11th Edition, BCDecker Inc., Hamilton.

    Katsanos KH, Georgiadis A, Drosos AA, Tsianos EV. 2003. Oral Ulcers as First ClinicalManifestation in Chrons Disease.Annals of Gastroenterology. 16(2): 177-178.

    MIMS, 2009, Aloclair,http://www.mims.com, diunduh 18 Februari 2011

    Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., Bouquot, J.E., 2009, Oral and Maxillofacial

    Pathology, 3rd edition, Elsevier, India.

    Plasket, 2008, The Healing Properties of Aloevera, http://www.dietahoodia.com diunduh 18Februari 2011

    Regezi, J. dan Sciubba,J., 1993, Oral Pathology: Clinical Pathology Correlations, WB.Saunders, USA

    Silverglade, Lee. Preventive Dentistry: Overview of Common Oral Lessions. University ofIllinois at Chicago. http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.diunduh 16 februari 2011.

    Sonis,S.T., Fazio, R.C. dan Fang, 1995, Principle and Practice of Oral Medicine, 2nd Edition,W.B.Saunders, Philadelphia

    Wood, W.K. dan Goaz, P.W., 1997, Differential Diagnosis of Oral and MaxillofacialLesions, 5th Edition., C.V. Mosby Co., St. Louis

    http://www.mims.com/http://www.mims.com/http://www.dietahoodia.com/http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011http://www.mims.com/http://www.dietahoodia.com/http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011