Upload
adi-pratama
View
255
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
8/6/2019 ULKUS-drg
1/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
LESI ULSERATIF
Ulkus merupakan kondisi diskontinuitas jaringan yang meluas hingga ke dermis
hingga ke subcutis dan selalu terjadi pada kondisi patologis (Wolff dan Johnson, 2009).
Menurut Regezi dan Sciubba (1993), berdasarkan penyebabnya, ulkus dikelompokkan
menjadi 5, yaitu lesi reaktif, infeksi bakteri, infeksi jamur, kondisi yang berhubungan dengan
disfungsi immunologi dan neoplasma. Menurut Birnbaum dan Dunne (2010), ulkus dapat
dikelompokkan menjadi 5 berdasarkan penyebabnya, yaitu traumatik, infeksi, neoplasma,
sistemik dan lain-lain.
1. LESI REAKTIF
Pengertian dan Etiologi
Pada umumnya, lesi ini disebabkan oleh trauma mekanis dan hubungan antara
penyebabnya diketahui. Ulkus traumatik tergolong lesi reaktif dengan gambaran klinis
berupa ulkus tunggal pada mukosa yang dapat disebabkan oleh adanya trauma fisik
atau mekanik, perubahan thermal, kimia dan radiasi yang mengakibatkan kerusakan
jaringan (Regezi dan Sciubba, 1993).
a. Trauma mekanik atau fisik
Penyebabnya antara lain maloklusi, kesalahan pada pembuatan protesa, menyikat
gigi yang terlalu keras, kebiasaan pasien yang suka menggigit-gigit pipi atau bibir dan
oral piercing(Greenberg dkk., 2008). Menurut Birnbaum dan Dunne (2010), trauma
mekanik dapat disebabkan oleh karena tergigit baik disengaja maupun tidak
disengaja. Lokasinya bisa bersebelahan dengan gigi yang karies atau patah, tepi plat
gigi tiruan atau ortodontik.
Neville dkk. (2009) menuliskan bahwa pada anak-anak, ulkus traumatik disebutRiga-Fede yang muncul pada permukaan ventral lidah. Ulkus ini bersifat kronis,
dengan gambaran histopatologis yang disebut ulserasi eosinofilik (traumatic
granuloma, traumatic ulcerative granuloma with stromal eosinophilia [TUGSE],
eosinophilic granuloma of the tongue).
b. Trauma termal
8/6/2019 ULKUS-drg
2/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
Greenberg dkk. (2008) menuliskan bahwa trauma termal dapat disebabkan karena
makanan yang panas sehingga menimbulkan luka bakar pada lidah dan palatum, atau
dapat disebabkan oleh berkontaknya instrument dental yang panas dengan mukosa
(iatrogenic).
Pada umumnya, jejas yang ditimbulkan akibat thermal food burns terletak pada
palatum maupun mukosa bukal bagian posterior. Lesinya berwarna kemerahan
(eritema) pada bagian tengah ulkus dengan epitelium yang nekrosis pada bagian
tepinya (Neville dkk., 2009). Salah satu contoh food burns adalah pizza burns yang
diakibatkan oleh keju panas, dan paling banyak terdapat pada palatum (Regezi dan
Sciubba, 1993).
c. Trauma kimiawi
Trauma kimiawi dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang bersifat
kaustik, seperti obat kumur dengan kandungan tinggi alkohol, hidrogen peroksida dan
fenol dan penggunaan aspirin sebagai obat sakit gigi. Selain itu, sodium perborate dan
turpentin juga dapat menyebabkan terjadinya ulkus (Neville dkk., 2009). Penggunaan
aspirin baik dalam tablet maupun yang digunakan secara topikal pada mukosa dapat
menyebabkan ulkus pada mukosa (Greenberg dkk., 2008).
Material endodontik yang berfungsi sebagai bahan devitalisasi pulpa seperti pastaarsen atau paraformaldehide dapat menyebabkan terjadinya nekrosis pada gingiva dan
tulang yang diakibatkan oleh bocornya bahan devitalisasi dari kamar pulpa menuju ke
jaringan sekitar. Sodium hypochlorite juga dapat menimbulkan efek yang sama
apabila mengalir ke jaringan sekitar. Pada penggunaan cotton roll, juga dapat
menyebabkan timbulnya ulkus pada mukosa rongga mulut. Kejadian ini disebut
cotton roll burn atau cotton roll stomatitis (Neville dkk., 2009).
d. Terapi radiasi dan kemoterapi
Manifestasi oral akibat terapi radiasi adalah oral mucositis yang timbul pada
minggu kedua setelah terapi, dan akan sembuh perlahan 2-3 minggu setelah terapi
dihentikan. Area yang terkena adalah mukosa yang disinari langsung oleh sinar X.
Pada kemoterapi, mukosa yang terkena adalah mukosa nonkeratinisasi, seperti
mukosa bukal, ventrolateral lidah, palatum mole, dan dasar mulut.
Lesi awal berwarna keputihan dengan sedikit deskuamasi pada keratin, yang
kemudian menimbulkan atrofi pada mukosa dengan gambaran edematous dan
8/6/2019 ULKUS-drg
3/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
eritematous. Selanjutnya ulkus akan ditutupi oleh membran fibrinopurulen. Ulkus
terasa nyeri dengan sensasi rasa terbakar, serta tidak nyaman (Neville dkk., 2009).
Gambaran klinis
Lesi ini ditandai dengan adanya membran fibrin purulen berwarna kekuningan
yang disertai dengan timbulnya rasa nyeri (Regezi dan Sciubba, 1993). Menurut
Neville dkk. (2009), tepi ulkus traumatik ditandai dengan area berwarna kekuningan
yang dikelilingi oleh halo eritematous, namun pada beberapa kasus, tepi ulkus dapat
berwarna putih karena adanya hiperkeratosis.
Ulkus traumatik dapat terjadi pada lidah, bibir dan mukosa bukal. Selain itu, dapat
juga terjadi pada gingiva, palatum danfornix. Lesi ini dapat sembuh dalam beberapa
hari atau minggu setelah penyebab traumanya dihilangkan. Rasa nyeri akan hilang
dalam waktu 3 atau 4 hari (Wood dan Goaz, 1997), dan akan sembuh dalam jangka
waktu 10-14 hari. Jika ulkus tidak sembuh dalam kurun waktu 2 minggu, maka
diindikasikan untuk dilakukan biopsy (Neville dkk., 2009).
Gambaran Histopathologi
Ulkus terdiri dari jaringan granulasi yang berisi sel inflamasi seperti limfosit,
histiosit, neutrofil dan sel plasma (Neville dkk., 2009).
Perawatan dan Prognosis
Ulkus traumatik dapat sembuh apabila sumber trauma atau faktor iritasi telah
dihilangkan. Untuk mempercepat proses penyembuhan, dapat diberikan aloclair
pada permukaan ulkus. Aloclair mengandung air, maltodextrin, propylene glycol,
polyvinylpyrrolidone (PVP), ekstrak aloe vera, kalium sorbate, natrium benzoate,
hydroxyethylcellulose, PEG 40, hydrogenated glycyrrhetic acid (MIMS,2009).
Kandungan PVP akan membentuk lapisan protektif tipis di atas ulkus yang akanmenutupi dan melindungi akhiran saraf yang terbuka sehingga mengurangi rasa nyeri
dan mencegah iritasi pada ulkus. Ekstrak Aloe vera mengandung kompleks
polisakarida dan gliberellin. Polisakarida berikatan dengan reseptor permukaan sel
fibroblast untuk memperbaiki jaringan yang rusak, menstimulasi dan mengaktivasi
pertumbuhan fibroblast, sedangkan gliberellin mempercepat penyembuhan ulkus
dengan cara menstimulasi replikasi sel (Plasket, 2008).
1. INFEKSI
8/6/2019 ULKUS-drg
4/11
8/6/2019 ULKUS-drg
5/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
a. Virus
Primary Herpetic Gingivostomatitis
Disebabkan oleh herpes virus hominis tipe 1 (HVH-1), dan sering disebut
dengan herpes simpleks. Lesi diawali dari gingiva tepi yang berwarna merah dan
membesar, serta sangat nyeri. Vesikel berukuran kecil muncul pada gingiva bebas,
palatum, lidah, mukosa bukal, dan bibir. Ulkus dapat bergabung menjadi area
erosif yang luas dan mudah berdarah.
Infeksi sekunder dari herpes virus simpleks disebut dengan herpes labialis
yang selalu muncul pada vermilion border. Herpes labialis diawali dengan vesikel,
yang kemudian akan pecah dan bergabung membentuk krusta berwarna kuning.
Lesi ini diawali dengan gejala prodromal, dan menimbulkan rasa nyeri.
Varicella danHerpes zoster
Varicella (chickenpox) dan herpes zoster (shingles) disebabkan oleh
herpesvirus varicella-zoster. Varicella merupakan infeksi primer, sedangkan
infeksi rekuren disebut herpes zoster. Vesikel pada varicella memiliki tampilan
yang disebut dew-drop on a rose petal yang terlihat seperti tetesan air pada
kulit. Lesi pada rongga mulut diawali dengan bentuk vesikel yang akan menjadi
aphthous pada tahap lanjut, dan banyak ditemukan pada palatum. Pada kulit,varicella akan memberikan gambaran herald-spot dan sembuh membentuk
jaringan parut. Herpes zoster diawali dengan sindrom prodromal seperti itching,
tingling, rasa terbakar, dan nyeri pada lokasi dimana vesikel akan erupsi (Bricker
dkk., 1994).
1. NEOPLASMA
a. Squamous Cell Carcinoma
Lokasi ulkus pada lidah, dasar mulut, dan mukosa bukal. Lesi berbentuk bulat dan
tidak beraturan.
Karsinoma pada bibir
8/6/2019 ULKUS-drg
6/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
Karsinoma pada bibir bawah lebih sering terjadi daripada bibir atas. Penyebab
yang paling penting adalah sinar UV dan merokok menggunakan pipa. Lesi ini
berkembang dari vermillion dan tampak sebagai ulkus kronis yang tidak sembuh.
Karsinoma pada lidah
SCC pada lidah merupakan keganasan yang palig sering terjadi pada rongga
mulut, dengan persentase 25-40%. Karsinoma pada lidah bersifat asimtomatik
pada awalnya. Pada tahap akhir, terjadi invasi yang dalam menyebabkan
timbulnya rasa nyeri atau disfagia. Selain itu, timbul ulkus yang tidak sembuh,
indurasi, dapat berupa lesi berwarna merah, putih, atau sebagai lesi berwarna
merah-putih. Lokasi yang paling banyak terlibat pada SCC lidah adalah bagian
posterior-lateral lidah (45%). Lesi sangat jarang ditemukan pada dorsum lidah
atau ujung lidah.
Karsinoma pada dasar mulut
Dasar mulut merupakan lokasi kedua yang paling sering pada SCC (15-20%).
Karsinoma ini lebih sering muncul pada laki-laki yang merokok dan peminum
kronis. Ulkus yang timbul tidak sakit, tidak sembuh, dan indurasi, dengan
gambaran berupa patch berwarna outih atau merah. Lesi ini umumnya terletak
pada dasar lidah yang menyebabkan berkurangnya pergerakan lidah. Metastase ke
limfonodi submandibula sering ditemukan pada SCC dasar lidah. Karsinoma pada mukosa bukal dan gingiva
Gambaran klinis ulkus pada SCC ini adalah patch berwarna putih, tidak
sembuh, dan eksofitik. Lesi ini tumbuh lambat dan jarang metastase, serta
memiliki prognosis yang cukup baik.
Karsinoma pada palatum
Sangat jarang terjadi pada palatum durum. Lesi yang timbul bersifat
asimtomatik, dengan plak berwarna merah atau putih; atau berupa massa yang
terulserasi dan mengalami keratosis.
a. Kaposi sarcoma
Terjadi pada pasien yang menderita AIDS dengan lesi berbentuk soliter maupun
multipel, dan berwarna biru/merah/ungu.
b. Non-Hodgkin Lymphoma (NHL)
NHL dapat bermanifestasi pada rongga mulut dan rahang dengan prevalensi 2-3%.
Lesi pada rongga mulut berwarna merah (eritematous), pembesaran tanpa rasa sakit,
8/6/2019 ULKUS-drg
7/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
dan terdapat ulser sebagai akibat dari trauma sekunder. Lokasi ulkus yang paling
sering adalah pada lidah, palatum, gingiva, mukosa bukal, bibir, dan orofaring.
1. KONDISI SISTEMIK DAN DISFUNGSI IMMUNOLOGI
a. Reccurent Aphthous Stomatitis (RAS)
Aphthous stomatitis disebut juga canker sore yang ditandai dengan timbulnya rasa
nyeri dan kerusakan pada membran mukosa. RAS terjadi pada 10% populasi dengan
prevalensi wanita lebih tinggi daripada pria (Jurge dkk., 2006).
Gambaran Klinis
RAS pada umumnya terjadi pada lining mucosa rongga mulut yang tidak
mengalami keratinisasi, seperti pada lidah, mukosa bukal, dan mukosa labial.
Perkembangan RAS biasanya ditandai dengan adanya gejala prodromal, seperti
rasa terbakar, kesemutan (tingling), atau mukosa yang berwarna kemerahan (Zunt,
2001). Ulkus pada RAS berbentuk bulat atau oval dengan pusat berwarna putih
kekuningan yang dikelilingi oleh area berwarna kemerahan.
Gambar 1. Minor RAS pada mukosa labial dengan gambaran klinis berupa ulkus yang ditutupi oleh
membran fibrinopurulen berwarna putih kekuningan
Klasifikasi
RAS diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu minor, mayor, dan herpertiform.
Minor aphthous ulcers merupakan ulkus yang paling sering terjadi, yaitu sekitar
80-85% dari seluruh kasus yang ada. Major aphthous ulcer terjadi pada 5-10%
kasus, dan herpetiform terjadi pada 5-10% kasus.
Minor aphthous ulcers
8/6/2019 ULKUS-drg
8/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
Pada umumnya, ulkus ini berbentuk bulat atau oval dengan bagian
tengah berwarna putih kekuningan dan dikelilingi oleh halo eritematous.
Ulkus ini sembuh dalam waktu 14 hari tanpa terbentuknya jaringan parut
(Zunt, 2001). Lokasi lesi ini biasanya pada mukosa nonkeratinisasi, seperti
pada mukosa bukal, mukosa labial, dan dasar mulut. Namun, dapat juga terjadi
pada mukosa keratinisasi, seperti palatum keras, gingiva, dan dorsum lidah.
Lesi ini dapat multipel dengan diameter 2-5 mm (Neville dkk., 2009;
Birnbaum dan Dunne, 2010).
Major aphthous ulcer (Suttons disease)
Ulkus ini lebih dalam daripada ulser aftosa minor dengan tepi lesi yang
irregular, dan diameter > 1cm. Ulkus ini dapat sembuh dalam waktu beberapa
minggu hingga bulan dan sering terbentuk jaringan parut. Pada lesi ini, perlu
dicurigai adanya keterlibatan kondisi sistemik, seperti defisiensi nutrisi atau
gangguan hematologis (Zunt, 2001).
Biasanya ulkus ini ditemukan pada bagian posterior mulut, palatum mole,
dan daerah tonsila. Jumlah ulserasi bisa soliter atau multipel, ukurannya lebih
besar dari 1 cm, bisa juga mencapai 5 cm, bentuknya bulat atau lonjong, dasar
lesi kekuningan, keabuan, tepi lesi merah meradang, bisa lebih menonjoldibandingkan jaringan sekitarnya, jaringan dasar tetap lunak dan tidak
mengalami indurasi (Birnbaum dan Dunne, 2010).
Herpetiform aphthous ulcer
Lesi ini merupakan lesi yang multipel, rekuren dan menimbulkan rasa
nyeri, serta lebih banyak ditemukan pada wanita (Zunt, 2001). Lokasinya pada
lidah, dasar mulut, dan mukosa bukal. Jumlah lesi multipel, bisa mencapai 100
lesi pada saat yang bersamaan. Beberapa lesi dapat bergabung menjadi satu.
Ukuran kecil, diameter 1-3 mm, bentuknya tidak beraturan, dasar lesi keabuan,
tepi lesi tidak tegas, ditemukan daerah kemerahan yang luas pada membran
mukosa (Birnbaum dan Dunne, 2010). Lesi ini sama seperti pada primary
herpetic gingivostomatitis (Silverglade, 2011).
Penyebab
Menurut Nally (1997), faktor penyebab RAS belum diketahui, namun beberapa penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian RAS
8/6/2019 ULKUS-drg
9/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
dengan respon system imun yang abnormal. Birnbaum dan Dunne (2010)
menyatakan bahwa faktor yang dapat berkaitan dengan munculnya RAS meliputi
trauma, stress psikologis, menstruasi dan alergi makanan, misalnya coklat dan
pengawet makanan. Selain itu, defisiensi Fe, asam folat, dan vitamin B12 juga
dapat menyebabkan RAS. Menurut Cawson dan Odell (2002), faktor etiologi yang
mungkin untuk RAS adalah genetik, respon terhadap trauma, infeksi, abnormalitas
imunologi, gangguan gastrointestinal, kekurangan hematologi, gangguan
hormonal, dan stress.
Lesi ini biasanya kambuhan, penyebabnya tidak diketahui tetapi kemungkinan
karena kerusakan sistem imun pada mediasi oleh sel T, dipacu oleh adanya stress,
trauma dan faktor lain yang mempengaruhi immunitas (Regezi dan Sciubba,
1993). Menurut Neville dkk. (2009), pemeriksaan darah perifer pada pasien RAS
menunjukkan adanya penurunan rasio CD4+ terhadap CD8+ pada limfosit T, dan
peningkatan T cell reseptor + dan tumor necrosis factor- (TNF- ).Lesi awal pada RAS adalah lesi inflamasi preulseratif yang terdapat pada
epitel rongga mulut yang ditandai dengan peningkatan jumlah limfosit T. Sel T
sitotoksik tampak pada lokasi dimana banyak terdapat antigen atau di dalam
keratinosit. Pelepasan bermacam-macam sitokin dan kemokin imunoreaktif
menginduksi respon yang dimediasi oleh sel yang diyakini sebagai hasil darilisisnya keratinosit (Silverman dkk., 2001).
Beberapa penyakit pada gastrointestinal yang dapat menyebabkan ulkus pada
rongga mulut adalah:
Celiac disease
Merupakan gangguan autoimun yang ditandai dengan adanya intoleransi
terhadap gluten pada usus halus. Campisi dkk. (2008) melaporkan bahwa lesi
pada rongga mulut seperti RAS dapat berfungsi sebagai tanda adanya
gangguan gastrointestinal kronis yang disebabkan oleh adanya malabsorpsi.
Chrons disease
Merupakan penyakit kronis pada gastrointestinal yang ditandai dengan adanya
pembengkakan pada saluran pencernaan, nyeri abdomen, nausea, diare,
kehilangan berat badan, demam, dan perdarahan rectal. Pada 10-20% pasien
chrons disease terjadi ulkus pada rongga mulut, dengan karakteristik yang
disebut cobble stone. Apabila terdapat ulkus rekuren dengan sebab yang tidak
jelas pada rongga mulut, maka penyakit ini dapat dipertimbangkan sebagaisalah satu faktor etiologi ulkus (Katsanos dkk., 2003).
8/6/2019 ULKUS-drg
10/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Merupakan salah satu gangguan gastrointestinal yang disebabkan oleh
keluarnya asam lambung menuju esophagus. Asam lambung yang keluar
hingga ke rongga mulut dapat menyebabkan terjadinya keruasakan pada
mukosa yang bersifat erosif dan dapat berakhir sebagai ulkus. Selain itu,
GERD juga dapat menyebabkan timbulnya faringitis, laringitis, bronchitis, dan
pneumonia.
a. Behcets Syndrome
Adanya keterkaitan rongga mulut merupakan komponen yang penting pada
Behcets syndrome dengan manifestasi pada rongga mulut sebesar 99%. Lesi ini
serupa dengan aphthous ulcerations pada orang sehat dengan durasi dan frekuensi
yang sama, namun pada pasien dengan Behcets syndrome, lesi dapat berjumlah 6
atau lebih. Lesi dapat terjadi pada palatum lunak dan orofaring, dengan tepi yang
bergelombang dan dikelilingi oleh area eritema yang difus. Pada penderita Behcets
syndrome, ketiga jenis RAS dapat muncul, namun minor RAS paling banyak terjadi
pada pasien ini. Selain pada rongga mulut, lesi pada genital dan ocular (mata) juga
muncul pada pasien ini.
b. Erythema Multiforme
Lesi timbul tiba-tiba, nyeri, penyebaran luas, biasanya sembuh sendiri. Gambaran
klinisnya bervariasi sehingga disebut multiformis, multiple, pada bibir berbentuk
krusta disertai bercak darah.
c. Lupus Erytematosus
Eritematus dan ulkus pada mukosa bukal, gingiva dan vermilion, dengan area
putih keratosis mengelilingi ulkus dan biasanya nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003, Aloclair, http://www.dentalringen.com, diunduh 18 Februari 2011
Anonim, 2010, About Aloclair : How does aloclair work?, http://www.aloclair.co.uk,diunduh 18 Februari 2011
Birnbaum, W. dan Dunne, S.M., 2010, Diagnosis Kelainan Dalam Mulut Petunjuk bagiKlinisi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
http://www.dentalringen.com/http://www.aloclair.co.uk/http://www.aloclair.co.uk/http://www.dentalringen.com/8/6/2019 ULKUS-drg
11/11
Veni Wira
06/198481/KG/8107
Campisi G, Di Liberto C, Carroccio A, Compilato D, Iacono G, Procaccini M, Di Fege G, LoMuzio L, Craxi A, Catassi C, Scully C. 2008. Coeliac Disease: Oral Ulcer Prevalence,Asssesment of Risk and Association with Gluten-Free Diet in Children.Dig Liver Dis
40(2): 104-107.
1
Greenberg, M.S., Glick, M., Ship, J.A., 2008, Burkets Oral Medicine, 11th Edition, BCDecker Inc., Hamilton.
Katsanos KH, Georgiadis A, Drosos AA, Tsianos EV. 2003. Oral Ulcers as First ClinicalManifestation in Chrons Disease.Annals of Gastroenterology. 16(2): 177-178.
MIMS, 2009, Aloclair,http://www.mims.com, diunduh 18 Februari 2011
Neville, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., Bouquot, J.E., 2009, Oral and Maxillofacial
Pathology, 3rd edition, Elsevier, India.
Plasket, 2008, The Healing Properties of Aloevera, http://www.dietahoodia.com diunduh 18Februari 2011
Regezi, J. dan Sciubba,J., 1993, Oral Pathology: Clinical Pathology Correlations, WB.Saunders, USA
Silverglade, Lee. Preventive Dentistry: Overview of Common Oral Lessions. University ofIllinois at Chicago. http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.diunduh 16 februari 2011.
Sonis,S.T., Fazio, R.C. dan Fang, 1995, Principle and Practice of Oral Medicine, 2nd Edition,W.B.Saunders, Philadelphia
Wood, W.K. dan Goaz, P.W., 1997, Differential Diagnosis of Oral and MaxillofacialLesions, 5th Edition., C.V. Mosby Co., St. Louis
http://www.mims.com/http://www.mims.com/http://www.dietahoodia.com/http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011http://www.mims.com/http://www.dietahoodia.com/http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011http://www.uic.edu/classes/peri/peri311/lec3ls/oral_lesions2.htm.%20diunduh%2016%20februari%202011