Upload
dwirahmawatiputri
View
240
Download
29
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan teknologi sediaan steril yang semakin pesat maka produksi
sediaan sterilpun harus semakin maju untuk mendukung kebutuhan masyarakat dan dunia
kesehatan yang ada. Komponen sediaan parenteral memerlukan pula persyaratan kemasan dan
penutup kemasan yang khusus, begitu juga proses manufaktur memerlukan teknologi dan
personalia yagn terlatih secara khusus dan menyadari resiko yang mungkin terjadi jika kriteria
steril dan bebas pirogen diabaikan. Perkembangan mutakhir dalam ilmu pengetahuan telah
dapat menghasilkan obat secara (rekayasa) bioteknologi, yaitu obat yang dimasukkan dalam
kelompok obat protein-peptida (biologic). Kelompok obat ini memerlukan perhatian khusus
terutama menyangkut masalah stabilitas dan proses manufaktur (untuk sediaan yang
mengandung bahan aktif labil), yaitu secara liofiliasi (freeze drying). Perkembangan terakhir di
negara maju mensyaratkan sediaan EENT steril (obat untuk mata, telinga, tenggorokan, dan
kerongkongan) dan manufaktur dengan teknologi aseptic. Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa pengobatan secara parenteral adalah cara pemberian obat langsung ke dalam cairan
tubuh, pengembangan, manufaktur, dan pengontrolan sediaan parenteral memerlukan
persyaratan yang lebih dari sediaan farmasi yang sudah lazim. Umumnya, bahan (aktif dan
pembawa) yang digunakan untuk sediaan farmasi ini memerlukan persyaratan “untuk injeksi”
yang tidak hanya mencantumkan persyaratan kimia dan fisika, tetapi juga persyaratan “steril”
dan “bebas pirogen”. Sediaan parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan
melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis dan
intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute intramuscular, seluruh obat akan berada di
tempat itu. Dari tempat suntikan itu obat akan masuk ke pembuluh darah di sekitarnya secara
difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi. Cara ini sesuai utnuk bahan obat , baik yang
bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat diterima dalam jaringan
otot baik secara fisis maupun secara kimia. Ahkan bentuk sediaan larutan, suspensi, atau
emulsi juga dapat diterima lewat intramskuler, begitu juga pembawanya bukan hanya air
melainkan yang non air juga dapat. Hanya saja apabila berupa larutan air harus diperhatikan
pH larutan tersebut.
Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berari disamping atau lain
dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu
atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa. Karena rute ini disekitar daerah pertahanan
yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa, maka kemurniaan
yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Yang dimaksud dengan kemurnian yang
tinggi itu antara lain harus steril. Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral
volume kecil sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang
biasa diberikan secara intravena.
¤ TUJUAN PRAKTIKUM
- Dapat membuat Sediaan Parenteral Volume Besar (SPVB) infuse.
- Dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi sediaan steril SPVB.
- Dapat membuat sediaan steril injeksi volume besar dekstrosa.
- Memenuhi mata kuliah Teknologi Sediaan Steril berupa injeksi volume besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Injeksi (FI) adalah sediaan streril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lender injeksi.
Injeksi dibuat dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke
dalam sejumlah pelarut dan disisipkan dalam wadah takaran tunggal atau ganda.
Rute pemberian sedian parenteral atau injeksi dimuat dalam beberapa pustaka, antara
lain Farmakope Indonesia, Formularium Nasional kedua pustaka tersebut di dalam antara
kurung dan lain sebagainya. Pengetahuan tentang rute pemebrian ini bukan dimaksudkan agar
dapat menyuntikkan dengan benar, tetapi untuk farmasis lebih ditekankan pada persyaratan
produk ditinjau secara farmasis
Persyaratan farmasetik yang dimaksud antara lain pemilihan wadah dengan
ukuran yang tepat, penentuan pH, pemilihan bahan pengawet dan penetapan tonisitas.
Untuk jelasnya dapat diikuti uraian masing-masing rute pemberian injeksi.
1. Pemberian Subkutis (Subkutan)
Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat
digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin, dan epinefrin
atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2 ml (PTM
membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik yang digunakan yang panjangnya
samapi ½ sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)
Cara formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati
kondisi faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978) mensyaratkan larutannya
isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin untuk molekulisasi
obat (efek obat)
Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan cara intramuskuler atau intravena.
Namun apabila cara intravena volume besar tidak dimungkinkan cara ini seringkali digunakan
untuk pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis,
dalam hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus hati-
hati. Cara ini dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml sampai 1 liter.
2. Pemberian intramuskuler
Intramuskuler artinya diantara jaringan otot. Cara ini keceparan absorbsinya terhitung nomor 2
sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah
lapisan subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume injeksi 1 samapi 3
ml dengan batas sampai 10 ml (PTM—volume injeksi tetap dijaga kecil, biasanya tidak lebih
dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1 ½ inci. Problem klinik yang biasa terjadi adalah
kerusakan otot atau syaraf, terutama apabila ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting
bagi praktisi yang berhak menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain
bentuk sediaan yang dapat diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a atau
a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari puder steril. Pemberian intramuskuler
memberikan efek “depot” (lepas lambat), puncak konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2
jam. Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi
produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume
injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya diperhatikan,
karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran partikel
kurang dari 50 mikron.
3. Pemberian intravena
Penyuntikan langsung ke dalam pembuluh darah vena untuk mendapatkan efek segera. Dari
segi kefarmasian injeksi IV ini boleh dikata merupakan pilihan untuk injeksi yang bila
diberikan secara intrakutan atau intramuskuler mengiritasi karena pH dan tonisitas terlalu jauh
dari kondisi fisiologis. Kelemahan cara ini adalah karena kerjanya cepat, maka pemberian
antidotum mungkin terlambat. Volume pemberian dapat dimulai Dari 1 ml hingga 100 ml,
bahkan untuk infus dapat lebih besar dari 100 ml. Kecepatan penyuntikan samapi 5 ml
diberikan 1 ml/10 detik, sedangkan untuk di atas 5 ml kecepatannya 1 ml/20 detik. Intravena
hanya terbatas untuk pemberian larutan air, kalau merupakan bentuk emulsi harus memenuhi
ukuran partikel tertentu. Kalau dapay diusahakan pH dan tonisitas sesuai dengan keadaan
fisiologis.
4. Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini berbeda
dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan
kemurniaannya yang sangat tinggi, karena dearah ini ada barier (sawar) darah sehingga
daerahnya tertutup.
Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan
barik lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun karena gravitasi,
oleh sebab itu harus pada posisi pasien tegak.
5. Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan
intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im,sc, dan intradermal
6. Intradermal
Capa penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian lebih kecil dan sc,
absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai sangat lambat.
7. Intratekal
Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan
untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi spinal. Intratekal umumnya
diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga sediaan dapat
berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung pada SSP.
Sediaan Parenteral Volume Besar (SPVB)
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk
menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan
parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus
intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk
mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang
cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya
yakni sebagai pembawa obat-obat lain. Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis
tunggal, dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain.
Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena
untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus
intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat
digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.
Persyaratan
1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan;
terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi
juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah.
3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan
adalah:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan
cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan
kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan
dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara
dimuntahkan
Pembahasan:
Infus tidak perlu pengawetkarena volume sediaan besar. Jika ditambahkan pengawet maka
jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis
INFUS IV Ca GLUKONAT / GLUKONAT
Dalam percobaan ini akan dibuat sediaan infus intravena kalsium glukonat yang merupakan
larutan supersaturasi yang distabilkan dengan penambahan 35 mg kalsium D-saccharate, dan
harus disimpan pada suhu kamar. Laju infus maksimum yang disarankan adalah 200
mg/menit.
INFUS IV DEKSTRAN
Kehilangan darah, sejauh jumlahnya tidak melampaui 10% dari jumlah total, tubuh masih
dapat menyeimbangkannya kembali. Jika kehilangannya lebih besar, harus disuplai cairan
pengganti darah untuk mengisi plasma melalui jalan infus ke dalam tubuh. Hal tersebut
dibutuhkan juga pada syok perdarahan, akibat luka (kebakaran, luka dalam) pada sakit perut atau
muntah yang berkepanjangan. Infus dextran 70 merupakan larutan makromolekul yang memiliki
waktu tinggal yang lebih panjang dalam pembuluh darah, karena tidak atau sedikit mengalami
difusi, juga airnya terikat secara hidratasi. Yang menentukan dextran 70 sebagai bahan pengganti
plasma adalah berat molekulnya diatas 20.000. Pengisisan volume darah dapat dilakukan dengan
larutan NaCl fisiologis atau dengan larutan elektrolit, namun jumlah cairan yang dimasukkan
tersebut hanya sebentar berada dalam peredaran darah, untuk kemudian segera dieliminasi keluar
tubuh melalui ginjal
INFUS IV ELEKTROLIT UNTUK DEHIDRASI
Fungsi larutan elektrolit secara klinis digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau
penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Kondisi plasma yang terlampau basa akibat
ion Na, K, Ca dalam jumlah berlebih Kehilangan natrium disebut hipovolemia, sedangkan
kekurangan H2O disebut dehidrasi, kekurangan HCO3 disebut asidosis, metabolic dan
kekurangan K+ disebut hipokalemia. Dehidrasi adalah hilangnya elektrolit lebih rendah secara
disproporsional dibandingkan dengan hilangnnya air. Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya
tekanan osmotic cairan tubuh akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang
hilang dengan cukup.
INFUS IV GLUKOSA NaCl / GLUKOSA 10%
Pada umumnya larutan glukosa untuk injeksi digunakan sebagai pengganti kehilangan cairan
tubuh, sehingga tubuh kita mempunyai energi kembali untuk melakukan metabolismenya dan
juga sebagai sumber kalori. Dosis glukosa adalah 2,5-11,5 % (Martindale), pada umumnya
digunakan 5 %. Dalam formula ini ditambahkan NaCl supaya diapat larutan yang isotonis,
dimana glukosa disini bersifat hipotonis. Dalam pembuatan aqua p.i ditambahkan H2O2 yang
dimaksudkan untuk menghilangkan pirogen, serta di dalam pembuatan formula ini ditambahkan
norit untuk menghilangkan kelebihan H2O2.
INFUS IV MENGANDUNG Na, Ca, K
Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang terpenting dalam cairan
intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-basa serta isotonis sel.
Natrium klorida (NaCl), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan
memegang peranan penting pada regulasi tekanan osmotisnya. Sering digunakan dalam infus
dengan elektrolit lain.
INFUS IV NaCl
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler dan memegang peranan penting
pada regulasi tekanan osmotisnya, juga pada pembentukan perbedaan potensial ( listrik ) yang
perlu bagi kontraksi otot dan penerusan impuls di syaraf. Defisiensi natrium dapat terjadi akibat
kerja fisik yang terlampau berat dengan banyak berkeringat dan banyak minum air tanpa
tambahan garam ekstra. Gejalanya berupa mual, muntah, sangat lelah, nyeri kepala, kejang otot
betis, kemudian juga kejang otot lengan dan perut. Selain pada defisiensi Na, natrium juga
digunakan dalam bilasan 0,9 % ( larutan garam fisiologis ) dan dalam infus dengan elektrolit
lain.
INFUS IV PENGGANTI CAIRAN TUBUH
Air beserta unsur-unsur didalamnya yang diperlukan untuk kesehatan sel disebut cairan
tubuh. Keseimbangan air dalam tubuh harus dipertahankan supaya jumlah yang diterima sama
dengan jumlah yang dikeluarkan. Penyesuaian dibuat dengan penambahan / pengurangan jumlah
yang dikeluarkan sebagai urin juga keringat. Ini menekankan pentingnya perhitungan
berdasarkan fakta tentang jumlah cairan yang masuk dalam bentuk minuman maupun makanan
dan dalam bentuk pemberian cairan lainnya. Elektrolit yang penting dalam komposisi cairan
tubuh adalah Na, K, Ca, dan Cl. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dibuatlah
sediaan infuse pengganti cairan tubuh yaitu infuse Ringers. Injeksi Ringer adalah larutan steril
Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium klorida dalam air untuk obat suntik. Kadar ketiga
zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan
sebagai penambah cairan elektrolit yang diperlukan tubuh.
INFUS IV PROTEIN UNTUK DBD
Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi tidak dapat
melalui saluran cerna. Indikasi cara ini biasanya digunakan untuk persiapan bedah pada
penderita kurang gizi, persiapan kemoterapi radioterapi dan kelainan saluran cerna berat. Nutrisi
parenteral total memerlukan larutan yang mengandung asam amino; glukosa; lemak; elektrolit;
dan vitamin. Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai, tapi bila tiap harinya
diberikan lebih dari 180 g maka harus ada monitoring kadar gula darah. Bila mungkin diperlukan
insulin. Glukosa dengan ragam kekuatan 10 – 50 % harus di infus melalui kateter vena central.
Untuk menghindari trombosis (gumpalan darah yang terbentuk pembuluh darah). Jumlah
volume infuse intravena biasanya 500 mL dan 250 mL mengandung zat-zat sebagai nutrisi,
penambah darah, elektrolit, asam amino, antibiotik, dan obat yang umumnya diberikan lewat
jarum yang dibiarkan di vena atau kateter dengan diteteskan terus menerus. Tetesan atau
kecepatan mengalir dapat diatur oleh dokter atau perawat sesuai dengan kebutuhan pasien.
Umumnya 2-3 mL permenit.
INFUS IV UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEIMBANGAN ASAM TUBUH
Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat
menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal,
sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan
batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis
dekstrosa yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina
karena biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu
diinfus). Ion natrium (Na+) dalam injeksi berupa natrium klorida dapat digunakan untuk
mengobati hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga
dapat menyebabkan dehidrasi. Kalium klorida (KCl), kalium merupakan kation (positif) yang
terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk mengatur keseimbangan asam-
basa serta isotonis sel. Ion kalsium (Ca2+), bekerja membentuk tulang dan gigi, berperan dalam
proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler. Jumlah ion kalsium di bawah
konsentrasi normal dapat menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Ion Magnesium (Mg2+) juga
diperlukan tubuh untuk aktivitas neuromuskuler sebagai koenzim pada metabolisme karbohidrat
dan protein. Dekstrosa, suatu bentuk karbohidrat yang diberikan secara parenteral diharapkan
dapat memberikan tambahan kalori yang diperlukan untuk menambah energi pada tubuh.
INFUS IV UNTUK PENGELOLAAN DEHIDRASI
Sekitar 60% berat badan manusia terdiri dari cairan. Setiap hari sekitar 1,7 liter cairan di
dalam tubuh keluar melalui urin, tinja, keringat dan pernapasan. Cairan yang keluar tersebut akan
digantikan oleh cairan yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman, yakni
sebanyak 3 liter perhari. Jika cairan yang keluar dai tubuh terjadi secara berlebihan dan tidak
diimbangi dengan cairan yang masuk, maka terjadilah dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh, karena terjadi
pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan. Gangguan kehilangan cairan tubuh ini
disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh. Zat eletrolit yang diperlukan tubuh
terdiri dari anion dan kation antara lain Na+, K+, Ca2+, SO42-, dan Cl-.
Dehidrasi terdiri dari :
a. Absolut :Kandungan air dibawah normal atau dibawah standar.
b. Hypenatermic : Keadaan hilangnya elektrolit lebih rendah secara disproporsional
dibandingkan dengan hilangnya air.
c. Relatif : Dehidrasi sebagai akibat meningkatnya tekanan osmotik cairan tubuh.
d. Voluntari : Akibat dari rasa haus yang tidak merangsang penggantian air yang hilang dengan
cukup.
INFUS MENGANDUNG KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan bahan bakar utama (sumber energi) bagi tubuh yang didalam
makanan terdapat sebagai monosakarida, disakarida dan polisakarida. Selain sumber energi juga
berperan penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa, pembentukan struktur sel, jaringan
dan organ tubuh. Bilamana seorang penderita harus diberikan makanan yang memadai tetapi
tidak dapat melalui saluran cerna atau mengalami gangguan saluran cerna seperti diare maka
sumber energi utama yakni karbohidrat dapat diberikan melalui infus yang mengandung
karbohdrat. Glukosa merupakan sumber karbohidrat yang lebih disukai dan salah satu senyawa
yang penting didalam tubuh sebagai sumber energi.
INFUS Na BIKARBONAT UNTUK ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolic adalah suatu keadaan dimana pH arterial bersifat asam dan konsentrasi
bikarbonat plasma dibawah normal. Pada asidosis metabolic akut, pH arterial dibawah 7,1-7,2
dan konsentrasi bikarbonat plasma,
INFUS PROTEIN
Protein merupakan makromolekul yang pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino. Sel
hidup menghasilkan berbagai macam makromolekul (protein, asam nukleat dan polisakarida)
yang berfungsi sebagai komponen struktural, biokatalisator, hormon, reseptor dan sebagai tempat
penyimpanan informasi genetik. Makromolekul ini merupakan biopolimer yang dibentuk dari
unit monomer atau bahan pembangun.
INFUS IV DEKSTROSA
Dekstrosa dengan mudah dimetabolisme, dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan
menambah kalori. Dekstrosa dapat menurunkan atau mengurangi protein tubuh dan kehilangan
nitrogen, meningkatkan pembentukan glikogen dan mengurangi atau mencegah ketosis jika
diberikan dosis yang cukup. Dekstrosa dimetabolisme menjadi CO2 dan air, maka larutan
dekstrosa dan air dapat mengganti cairan tubuh yang hilang. Injeksi dekstrosa dapat juga
digunakan sebagai diuresis dan volume pemberian tergantung kondisi klinis pasien.
LARUTAN PENCUCI PADA OPERASI LAMBUNG
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pyrogen yang digunakan untuk tujuan pencucian
dan pembilasan. Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi
pada rongga tubuh, jaringan atau luka). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan
sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan
untuk mengatasi iritasi pada luka.
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi,
sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan
cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.
INFUS PENDERITA DIARE BERAT
(LOCKE RINGER)
Locke – Ringer mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh yaitu elektrolit-elektrolit dan
karbohidrat sesuai untuk penderita diare berat Digunakan norit, yaitu untuk menyerap pirogen
dan mengurangi kelebihan H2O2. Cara sterilisasi yang digunakan adalah dengan teknik otoklaf
karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas
INFUS UNTUK PENGELOLAAN METABOLIK ALKALOSIS
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat. Alkaosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di
rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut)
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik
dapat terjadi bia kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
INFUS LARUTAN IRIGASI GLISIN
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besr. Larutan tidak disuntikkan ke
dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis
tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan
dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau
jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan. Larutan irigasi glisin digunakan selama
operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan
kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.
INFUS IV YG MENGANDUNG NUTRISI
Glukosa termasuk monosakarida dimana sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran
darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintetis menghasilkan glikogen,
oksidasi menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian
tubuh yg memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ
tertentu dan mengalami proses metabolisme lbh lanjut. Karena pengaruh berbagai faktor dan
hormon insulin yg dihasilkan oleh kelnjar pankreas, hati dapat mengatur kadar glukosa dalam
darah. Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yg sgt penting utk kelancaran kerja tubuh.
INFUS IV RINGER LAKTAT
Jika untuk mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan natrium klorida 0,9% - 1,0%
menjadi kehilangan maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan ringer, larutan ini
mengandung KCl dan CaCl2 disamping NaCl. Beberapa larutan modifikasi jg mengandung
NaHCO3 maka larutan dapat disterilakan dengan panas yang stabil. Pengautoklafan larutan
natrium hidrogen karbonat hanya diproses mempunyai penyaringan kuman.
INFUS IV AMMONIUM KLORIDA
Ammonium klorida digunakan sebagai z.a yang dapat berkhasiat untuk pengobatan gangguan
metabolisme alkalosis dalam tubuh serta menggantikan ion klorida yang hilang dalam tubuh.
INFUS IV MENGANDUNG ELEKTROLIT DAN KARBOHIDRAT
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat
digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat.
Keuntungan dan kerugian
Keuntungan
Respon fisiologis obat dicapai, jika diperlukan sehingga merupakan pertimbangan khusus untuk pasien jantung, asma, shcok, pingsan.
Terapi parenteral menemukan obat-obatan yang bukan hanya efektif melalui mulut atau dirusak oleh saluran cerna seperti insulin, hormon dan antibiotik.
Obat-obatan yang tidak kooperatif menimbulkan mual, muntah atau pasien tidak sadar harus diberikan IV
Bila diinginkan terapi parenteral memberikan kesempatan kepada dokter utnuk mengontrol obat tersebut sehingga pasien harus kembali utnuk pengobatan selanjutnya.
Dapat memberikan efek local seperti pada pembedahan gigi dan anestesi
Dalam kasus dimana diinginkan efek obat diperpanjang, bentuk steroid yang berefek lambat secara intraartikular dan golongan penisilin yang berefek lama jika diberiakn secara i.m
Juga merupakan cara pemberian yang sangat baik untuk cairan-cairan dan untuk keseimbangan elektrolit.
Bila bahan makanan tidak dapat diberikan melalu mulut maka total nutrisi dapat diberikan secara parenteral
Kerugian
Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih. Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek fisiologisnya
Sediaan parenteral merupakan sediaan mahal karena preparasi dan pembuatan secara khusus seperti menggnakan kemasan yang khusus dengan dosis yang sudah diatur sesuai kebutuhan
Terapi parenteral akan meniulkan komplikasi dari beberapa penyakit seperti infeksi jamur, bakteri sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan
Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi atau kemasan menimbulkan beberapa masalah dalam sterilitas, partikulasi, pirogenitas, sterilisasi dll.
O
OH+ H2O
HO
OH
CH2OH
OH
BAB III
TEKNIK SEDIAAN STERIL
Praformulasi
Zat aktif : Dekstrosa / Dextrosum / Glukosa
Nama kimia : D-Glukosa monohidrat [5996-10-1] BM 198,17
C6H12O6.H2O anhidrat [50-99-7] BM 180,16
Dekstrosa adalah suatu gula yang diperoleh hidrolisis pati.
Mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat.
Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih,
tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol
mendidih, sukar larut dalam etanol.
pH stabilitas : antara 3,5-6,5.
Dosis: 2,5-11,5% v/v, 0,5-0,8 g/kg/jam. Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)
Indikasi : sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Cara pemberian : secara i.v
Stabilitas : stabil dalam bentuk larutan, dextrose stabil dalam keadaan penyimpanan yang
kering, dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi
larutan
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan baik
Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral hemorage
Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat pemberian
(lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus dapat
menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk edema,
hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.
OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin Na,Eritromisin,
Vit B komplek
Cara sterilisasi : disterilkan dengan cara sterilisasi A segera setelah dibuat, bebas pirogen
Tabel Praformulasi
No Masalah Rekomendasi Keputusan Alasan
1 Diinginkan
sediaan yang
berefek cepat
Dibuat dalam
bentuk injeksi,
larutan, serbuk
Sediaan yang
dibuat dalam
bentuk injeksi intra
vena
Karena injeksi i.v langsung
masuk ke dalam pembuluh
darah sehingga efek obat
akan lebih cepat selain itu
injeksi yang dibuat dalam
bentuk larutan sehingga
cocok digunakan secara i.v
2 Zat aktif mudah
larut air
Digunakan
pelarut air atau
non air
Digunakan pelarut
air (aqua pro
injeksi) bebas O2
Karena z.a mudah larut air
dapat dilarutkan dalam api
bebas O2
3 Zat aktif akan
mereduksi pH dan
terbentuk
karamelisasi
Tidak dilakukan
pemanasan tinggi
Disterilisasi akhir
dengan autoklaf
Agar tidak terjadi
karamelisasi dan
pereduksian pH
4 Tonisitas sediaan
belum isotonis
Dapat
ditambahkan
dengan zat
pengisotonis
NaCl, glukosa Digunakan glukosa karena
selain sebgai zat aktif yang
digunkan glukosa juga dapat
digunakan sebagai zat
pengisotonis
5 Sediaan injeksi
harus bebas
pirogen
Dapat
ditambahkan
H2O2 atau
menggunakan api
bebas O2
Digunakan aqua
pro injeksi bebas
02
Aqua pro injeksi bebas 02
dapat membebaskan pirogen
atau depirogenasi.
6 Wadah yang
digunakan wadah
dosis tunggal
yang tertutup
Dapat berupa
botol kaca,
plastic, karet dsb
Digunakan botol
kaca
Karena tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan
rapat dan baik material dinding wadah.
7 Sediaan
kemungkinan
dapat ditumbuhi
bakteri
Digunakan bahan
pengawet
Tidak digunakan
bahan pengawet
infus tidak perlu pengawet karena volume sediaan besar. Jika ditambahkan pengawet maka jumlah pengawet yang dibutuhkan besar sehingga dapat menimbulkan efek toksis
Formulasi
Formula standar
Glucose Injectio
(injeksi glukosa) FORNAS II 1976, hal. 137 no R/ 301
Tiap 500 ml mengandung:
R/ glukosa 25 g
Aqua pro injection ad 500 ml
Sediaan berkekuatan lain 50 g; 100 g; 125 g; 250 g
Formula yang akan dibuat
Tiap ml menngandung:
R/ glukosa 5 g
Aqua pro injection ad 100 ml
M.f infuse da in bottle no 1
Perhitungan
Tonisitas injection
Ptb pyridoksin HCl = 0,213
Larutan injeksi yang dibuat 2,5% (0,05 g/ 2 ml x 100%)
Cara ptb, B = 0,52 – b1.C B = 0,52 – 0,213 (2,5) = - 0,0217
b2 0,576
Karena b1.C > 0,52 dan nilai B nya negative maka larutan tersebut termasuk dalam
hipertonis tetapi tidak perlu penambahan NaCl.
Cara ekivalensi
Ekivalensi NaCl = 0,36
Jadi, B = WxExVx0,9%
B = 2,5 x 0,36 x 2 ml x 0,9%
B = 0,0162
Karena 0,9%.V < W.E maka larutan tersebut termasuk dalam hipertonis tetapi tidak perlu
penambahan NaCl
Volume injeksi yang dibuat
Volume @ampul = 2 ml ditambahkan 10% @ ampul, maka:
Untuk 5 ampul x 2,2 ml = 11 ml. maka volume injeksi yang dibuat:
V = (n+2)v’ + (2x3)ml
V= (5+2) 2,2 + (2x3) ml
V= (7) 2,2 + 6
V= 21,4 ml ≈ 20 ml
Maka penimbangan bahan aktifnya:
1. Pyridoksin HCl : 50 mg x 11 ml = 550 mg
2. Aqua pro injeksi : 20 ml – 0,55 mg = 19,45 ml
Materi & Metode Kerja
Alat yang digunakan:
1. Bekker glass (2)
2. Gelas ukur (1)
3. Kertas saring (1)
4. Pinset (1)
5. Kaca arloji (1)
6. Batang pengaduk (1)
7. Spluid (1)
8. Corong (1)
Bahan yang digunakan:
1. Glukosa
2. Carbo adsorbent
3. Aqua pro injeksi bebas O2
Prosedur kerja:
I. Pembuatan aqua pro injeksi bebas O2 (lokasi : White Area)
2000 ml aquadest dalam erlemeyer
Erlemeyer ditutup dengan tampon kassa agar uap panas tidak keluar
Panaskan aqua dest dalam erlemeyer di hot plate sampai mendidih
Setelah aqua dest mendidih kemudian dipanaskan lagi selama 30 menit
(Aqua pro injectio : mulai mendidih pkl. 08:38 – 09:08)
Setelah 30 menit, lalu dipanaskan kembali hingga 40 menit
Setelah 40 menit, didapatkan API bebas O2, kemudian dapat digunakan untuk melarutkan
zat aktif
II. Menyiapkan alat dan bahan (lokasi : gray area)
Alat yang digunakan disiapkan dalam tool box, kalibrasi botol 204 ml
(jangan memegang bagian dalam bekker, corong dan kertas saring untuk mengurangi
kontaminan)
Menimbang glukosa sebanyak 12,68 g, dan Norit sebanyak 0,22 g (10 % dari 220 ml)
taruh dalam tool box
Setelah alat dan bahan telah siap, dapat dilakukan pencampuran di white area,
Tool box masuk melalui pass box yang tersedia
Lakukan pencampuran
III. Pencampuran (lokasi : white area)
Dalam bekker glass, Larutkan glukosa dengan API bebas O2 ad 220 ml
Setelah larut, tambahkan Nort 0,1% ke dalam larutan glukosa
Tutup bekker glass dengan kaca arloji, panaskan larutan di atas penangas suhu 50-700C
selama 15 menit
Aduk larutan sesekali
Setelah 30 menit, saring larutan tersebut dengan menggunakan kertas saring ganda yang
telah dibasahi API.
Lakukan pengemasan
IV. Pengemasan (lokasi : white area)
Larutan infuse glukosa yang telah disaring sebanyak 220 ml
Dimasukkan ke dalam botol infuse transparan ad batas kalibrasi
Tutup botol dengan tutup karet dan diikat dengan sampaigne knop
Sterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit suhu 115-1160C
V. Sterilisasi
Ampul yang telah dikemas disterilisasi
Sterilisasi dengan autoklaf suhu 1150-1160C selama 30 menit
Lakukan evaluasi injection terhadap kebocoran dan kejernihan
BAB IV
EVALUASI & PEMBAHASAN
Evaluasi sediaan
Potensi /kadar
Evaluasi dilakukan dengan bantuan alat seperti HPLC, spektrofotometri UV, sinar tampak,
infra red. Dosis yang ada tidak boleh kurang dari 90% dari yang tertera dalam label. Uji ini
tidak dilakukan dalam praktikum.
pH
perubahan pH dalam sediaan parenteral dapat menjadi indikasi bahwa telah terjadi
penguraian obat atau telah terjadi interaksi antara obat dengan wadah (gelas, plastic, atau
tutup karet). pH stabilitas yang diinginkan dari pyridoksin HCl berkisar 2,0 – 3,8. Dari
hasil produk yang diperoleh injectio yang dihasilkan adalah 3. Masih dalam kisaran pH
stabilitas.
Warna
Perubahan warna umumnya terjadi pada sediaan parenteral yang disimpan pada suhu tinggi
(lebih dari 400C), karena suhu tinggi dapat mempercepat terjadinya penguraian.
Pencegahan umumnya dengan menghilangkan oksigen di atas permukaan larutan atau
penambahan kompekson. Dari hasil produk yang dihasilkan tidak mengalami perubahan
warna.
Kekeruhan
Idealnya larutan parenteral dapat melewatkan 92-97% pada waktu dibuat dan tidak turun
menjadi 70% setelah 3-5 tahun. Ada 3 penyebab terjadinya kekeruhan sediaan parenteral,
yaitu benda asing terjadinya endapan dan pertumbuhan mikroorganisme. Dari hasil produk
yang diperoleh injectio yang dihasilkan tidak terjadi kekeruhan.
Bau
Pemeriksaan kemungkinan terjadinya bau harus dilakukan secara periodic, terutama larutan
yang mengandung sulfur dan anti oksidan. Dari hasil produk yang diperoleh injectio yang
dihasilkan tidak mengalami perubahan bau.
Benda asing
Sediaan parenteral tidak boleh mengandung benda asing dengan diameter lebih dari 10 μm.
Wadah
Evaluasi wadah (gelas, plastic, tutup karet) dilakukan secara periodic untuk mengetahui
pengaruhnya pada zat khasiat.
Pengawet
Pada sediaan yang disimpan pada suhu 50C dan 250C dievaluasi keefektifan pengawet
apakah masih efektif atau sudah berkurang.
Pembahasan
Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang
dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum digunakan,
menunjukkan pemberian lewat suntikkan seperti berbagai sediaan yang diberikan dengan
disuntikkan. Sediaan parenteral adalah bentuk sediaan untuk injeksi atau sediaan untuk infuse.
Pada praktikum tekhnologi sediaan steril ini, dibuat sediaan injeksi yang mengandung
vitamin B6 sebagai zat aktifnya. Injeksi vitamin B6 dapat diberikan secara Intravena (IV),
Intramuscular (IM) dan Subcutan. Tetapi pada pembuatan sediaan kali ini, dibuat sediaan injeksi
vitamin B6 dengan pemberian secara intravena (IV) , hal ini disebabkan karena formulasi yang
dibuat menggunakan dosis tunggal (penggunaan satu kali pakai) yaitu larutan dalam volume
kecil (di bawah 1 ml) dengan menggunakan larutan sejati pembawa air yaitu pelarut API (Aqua
Pro Injection) karena vitamin B6 larut air, dan tidak menggunakan zat tambahan lain. Biasanya
untuk pembuatan sediaan injeksi yang diberikan secara IV yaitu yang disuntikkan ke dalam
pembuluh darah sebaiknya dari larutan tersebut adalah isotonis, sehingga perlu penanmbahan
larutan NaCl 0.9%. Tetapi pada sediaan injeksi Vitamin B6 yang diberikan secara IV tidak perlu
penambahan NaCl 0.9% , hal ini disebabkan karena pada perhitungan kesetaraan NaCl atau
menggunakan metode White Vincent larutan injeksi vitamin B6 hasilnya sudah hipertonis,
dalam sediaan parenteral volume kecil (SPVK) seperti injeksi, larutan yang bersifat hipertonis
masih diperbolehkan, yang tidak diinginkan dalam pembuatan sediaan parenteral volume kecil
(SPVK) jika larutan bersifat hipotonis, Karena konsentrasi obat larutan lebih rendah dari serum
darah, sehingga menyebabkan air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel
sehingga memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah, peristiwa ini disebut
hemolisa.
Vitamin B6 merupakan senyawa yang larut air, sehingga pelarut yang digunakan adalah
larutan sejati yaitu aqua pro injection (API). Pembuatan sediaan injeksi dilakukan secara steril
hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi suatu sediaan injeksi dari mikroba.
Perlu diperhatikan pada ruang white area alat-alat harus lewat pass box sedangkan praktikan
harus lewat pintu. Pencampuran bahan dilakukan di ruang white area. Pada saat
pencampuran bahan, hal yang harus diperhatikan adalah melakukan pembilasan pada alat yang
telah dipakai dengan tujuan tidak ada nya zat yang tersisa di alat tersebut. Dan alat-alat apa saja
yang harus dipegang dengan tangan atau dengan pinset. Sediaan yang sudah dicampur kemudian
dimasukkan kedalam ampul dengan menggunakan spuit. Menurut aturan resmi, sediaan yang
berisi volume 1 ml, perlu ditambahkan volume berlebih sebanyak 0,1 ml, sehingga volume total
sediaan pada ampul menjadi 1,1 ml untuk mencegah zat yang tinggal dalam vial atau jarum
suntik. karena biasanya Dokter atau perawat sebelum menyuntikkan ke pasien tidak tepat
mengambilnya atau mencoba mengeluarkan sedikit sebelum akhirnya disuntikkan ke pasien .
Sehingga pada saat pemberian kepada pasien, jumlah obat yang diinjeksikan tetap sesuai dosis
yang diperlukan.
Proses sterilisasi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan keadaan yang steril, bebas dari
mikroorganisme. Proses sterilisasi dilakukan pada pembuatan injeksi vitamin B6 adalah
sterilisasi secara akhir. Hal ini disebabkan karena vitamin B6 memiliki sifat yang tahan terhadap
pemanasan/rusak dengan pemanasan. Sehingga tidak perlu dilakukan sterilisasi alat-alat sebelum
digunakan pada praktikum. Namun, pada praktek pembuatan injeksi vitamin B6 tidak dilakukan
sterilisasi akhir. Hal ini disebabkan karena ampul yang digunakan pada saat proses penutupan
dengan api tidak dapat ditutup sehingga tidak dilakukan sterilisasi ahir didalam autoklav.
Vitamin B6 mempunyai sifat yang tidak stabil terhadap cahaya, maka pemilihan wadah yag tepat
yaitu wadah yang berwarna gelap.
Hasil evaluasi sediaan injeksi vitaminB6 sebagai berikut :
Warna
Tidak terjadi perubahan warna pada sediaan setelah disimpan. Warna masih
menunjukkan warna seperti semula yakni bening.
Evaluasi Larutan
Homogenitas : zat aktif terlarut secara homegen dengan pelarutnya.
Bebas Partikel Melayang : Tidak terdapat partikel yang melayang dalam sediaan inkesi
vitamin B6.
Evaluasi wadah
Tidak dilakukan evaluasi wadah karena karane sterilisasi akhir tidak dilakukan.
Sehingga belum diketahui apakah terjadi kebocoran ampul atau tidak.
Penandaan obat sediaan injeksi vitamin B6 yang digunakan adalah label obat keras, karena
pada umumnya pemberian sediaan injeksi perlu dilakukan oleh tenaga ahli medis dan harus
dengan resep dokter untuk menghindari penyalahgunaan sediaan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Injeksi (FI) adalah sediaan streril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lender injeksi.
Karena vitamin B6 larut dalam air maka pembawa yang digunakan dalam sediaan
injeksi digunakan air.
Meskipun tonisitas sediaan injeksi bersifat hipertonis namun tidak dibutuhkan
penambahan NaCl 0,09% karena sediaan SPVK tidak diinginkan hipotonis maka
untuk sediaan yang hipertonis tidak perlu ditambahkan NaCl 0,09%
Vitamin B6 mempunyai sifat yang tidak stabil terhadap cahaya, maka pemilihan
wadah yag tepat yaitu wadah yang berwarna gelap.
Penandaan obat sediaan injeksi vitamin B6 yang digunakan adalah label obat keras,
karena pada umumnya pemberian sediaan injeksi perlu dilakukan oleh tenaga ahli
medis dan harus dengan resep dokter untuk menghindari penyalahgunaan sediaan.
Daftar Pustaka
1. Farmakope Indonesia.edisi III.1993
2. Suryani, Nelly; sulistyawati farida. 2007.teknik sediaan steril.UIN Press
3. Formularium Nasional edisi II.1976
4. Handbook of exipien
5. www.google.com/sediaan steril/vitamin B6/selasa/150410/17:00
Lampiran
Etiket
NETTO 1 ml
B6 injection
KomposisiTiap 1 ml mengandung :Pyridoxin Hidrocloridum 50 mgNo. Reg : DKL 0856974623751No. Batch : JK 005Exp. Date : Desember 2011Harus Dengan Resep Dokter
BEN SEHAT PHARMACIPUTAT - Indonesia