23
ASPEK FILOSOFIS HUKUM KEWARISAN DALAM AL QUR’AN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata kuliah : Pengantar Ilmu Fiqh Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Suharto, SH.,MH. Oleh : Muhammad Jayus NPM. 1123010014 Prodi Ilmu Syari’ah 0

Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

ASPEK FILOSOFIS HUKUM KEWARISAN DALAM AL QUR’AN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata kuliah :

Pengantar Ilmu Fiqh

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Suharto, SH.,MH.

Oleh :

Muhammad Jayus

NPM. 1123010014

Prodi Ilmu Syari’ah

PROGRAM PASCASARJANAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG2011

0

Page 2: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

ASPEK FILOSOFIS HUKUM KEWARISAN DALAM AL QUR’AN

A. Pendahuluan

Hukum Islam mempunyai dinamika dan karakter sendiri serta mempunyai

ruang lingkupnya sendiri. Sistem hukum Islam mempunyai system yang tersendiri

yang dikenal dengan hukum fikih1. Hukum fikih bukanlah hukum yang sempit

tetapi hukum yang masih sangat luas. Hukum fikih ini mencakup semua aspek

kehidupan umat manusia. Baik yang bersifat ibadah maupun muamalah. Ibadah

adalah hukum mengenai bagaimana manusia berhubungan dengan Allah, sedang

muamalah adalah hukum yang mengatur bagai hubungan antar sesama manusia.

Sejak awal kelahiranya Islam tidak mempunyai tujuan yang lain selain

untuk mencapai kemaslahaatan umat manusia, baik lahir maupun batin baik

selamat di dunia maupun di akhirat.

Sampai saat ini di Indonesia belum terbentuk hukum kewarisan secara

nasional yang dapat mengatur pewarisan secara nasional. Sehingga dalam hukum

kewarisan di Indonesia dapat menggunakan berbagai macam system pewarisan

antara lain: sistem hukum kewariswan menurut KUH Perdata, sistem kewarisan

menurut hukum adat dan sistem kewarisan menurut hokum Islam.11 Ketiga

sistem ini semua berlaku dikalangan masyarakat hukum di Indonesia. Terserah

para pihak untuk memilih hukum apa yang akan digunakan dalam pembagian

harta warisan yang dipandang cocok dan mencerminkan rasa keadilan.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam

dimungkinkan banyak dari anggota masyarakat yang mengunakan system hukum

Islam. Tetapi seiring dengan perkembangangan zaman yang ditandai dengan

kemajuan dan teknologi prinsip-prinsip dalam hukum Islam terus mengalami

kemajuan yang pesat. Dan selalu mengikuti perubahan zaman guna untuk

kemaslahatan umat di dunia. Tanpa membedakan baik laki-laki maupun

perempuan.

Asas hukum dalam pewarisan Islam tidak memandang perbedaan antara

laki-laki dengan perempuan semua ahli waris baik laki-laki maupun perempuan

1 Ahmad Qodri Azizy “ Memahami Hukum “ Wawasan 13 Januari 1990

1

Page 3: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

mempunyai hak yang sama sebagai ahli waris. Tetapi hanyalah perbandinganya

saja yang berbeda.

B. Pengertian Waris

Kata waris berasal dari bahasa Arab akan tetapi dalam praktek lebih lazim

disebut “Pusaka”. Bentuk kata kerjanya ( يرث – Warastra Yarisu dan kata (ورث

masdarnya Miras. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain', atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Masdar yang lain

menurut ilmu saraf masih ada tiga yaitu wirsan, wirasatan dan irsan. Sedang kan

kata waris adalah orang yang mendapat warisan atau pusaka.

Sedangkan makna al-miirats menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar'i.

Dalam literatur hukum arab akan ditemukan penggunaaan kata Mawaris,

bentuk kata jamak dari Miras. Namun banyak dalam kitab fikih tidak

menggunkan kata mawaris sedang kata yang digunakan adalah faraid lebih

dahulu daripada kata mawaris. Rasullulah SAW menggunakan kata faraid dan

tidak menggunnakan kata mawaris. Hadis riwayat Ibnu Abas Ma’ud berbunyi :

dari ibnu Abas dia berkata, Rasullulah bersabda: Pelajarilah al-Qur’an dan

ajarkanlah pada orang lain. Pelajari pula faraid dan ajarkan kepada orang-

orang (HR Ahmad)2

C. Dasar Hukum Waris

2 H Achmad Kuzari Sistem Asabah Dasar Pemindahan Hak Milik atas Harta Tinggalan ( Bairut Dar al-jal , 1973 ) hlm 168V

2

Page 4: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

Dasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis,

khususnya menyangkut forsi atau bagian masing-masing ahli waris.

Dalam QS. An-Nisa' ayat 11, 12 dan 176. Allah berfirman:

Artinya : 11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan3; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua4, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan

3 bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah Karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (lihat surat An Nisaa ayat 34).

4 lebih dari dua maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan nabi.

3

Page 5: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika Saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)5. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. (QS. An Nisa : 11 – 12)

Artinya : 176. Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)6. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) Saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. An Nisa : 176)

Ayat-ayat tentang kewarisan tersebut di atas merupakan ketentuan Allah

secara umum ('Am) menyangkut siapa-siapa saja yang menjadi ahli waris

berdasarkan hubungan kekerabatan seperti ayah, ibu, anak, dan saudara, ataupun

karena hubungan perkawinan (suami/isteri). Selain dari pada itu juga menentukan

tentang berapa besar bagian masing masing ahli waris dan langkah apa saja yang

dilakukau sebelum menentukan harta peninggalan pewaris baru dikatakan sebagai

harta warisan (terlebih dahulu menyelesaikan wasiat pewaris dan membayarkan

utang pewaris).

Selain dari pada itu, dalam ayat di atas juga digariskan bahwa forsi

seorang laki-laki sama dengan forsi dua orang perempuan dalam satu tingkatan,

baik dalam tingkatan anak, saudara ataupun antara swami dengan isteri. Diantara 5 memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti: a. mewasiatkan lebih

dari sepertiga harta pusaka. b. berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan

6 kalalah ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak.

4

Page 6: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

hukum waris Islam yang bersumber dari Hadis Nabi Muhammad Saw., adalah

sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.: Artinya : Nabi Muhammad

Saw. bersabda: " Berikanlah harta pusaka kepada orang yang berhak. Sisanya

untuk (orang) laki-laki yang lebih utama.7

Hadist tersebut mengatur tentang peralihan harta dari pewaris kepada ahli

waris, setelah itu jika terdapat sisa, maka forsi laki-laki lebih besar dari forsi

perempuan.

1. Sebab-Sebab Kewenangan Memperoleh Hak Kewarisan

Di kala terjadi peristiwa kematian, seseorang yang meninggal dunia ada

kemungkinan pada saat tersebut orang yang meninggal dunia tersebut memiliki

harta. Kemudian ada ketentuan syariat bahwa orang yang telah meninggal tidak

lagi dikenakan hak maupun kewajiban. Menurut ketentuan yang telag ditetapkan

oleh syariat Islam disaat kematian telah terjadi perpindahan hak atas hak milik

dengan sendirinya.

Dalam kitab fikih yang memperoleh hak waris dibagi dalam tiga sebab.

Adapun sebab-sebab memperoleh hak kewarisan adalah:

a. Garis Keturunan

Dalam Hukum hukum waris Islam orang yang berhak memperoleh harta

warisan adalah orang yang mempunyai hubungan darah dengan pewaris

Yaitu: anak, saudara, ayah , ibu

b. Karena Ikatan Perkawinan

Dalan hukum waris Islam yang berhak mendapatkan harta warisan

berdsarkan berdasarkan ikatan perkawinan adalah: suami atau Istri

c. Wala

Sebab mendapatkan kewarisan berdasarkan Wala’ul ataqadah adalah

hubungan yang tercipta dari tindakan seseorang pemilik budak yang

memerdekakan budaknya. Kemudaian bekas budak itu mati dan

meninggalkan harta warisan maka orang yang telah memerdekakan budak

7 M. Fuad Abdul Baqi, Al-lu’lu wa al Marjan, Juz II, (Kairo: dar al-Ihya al-Kutub a1-’ Arabiyah, tt.,), hlm. 183.

5

Page 7: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

tersebut berhak mendapat harta warisan dari budak yang dimerdekakan

tersebut.

d. Wasiat

Hak mendapatkan warisan dalam hukum Islam karena wasiat apabila

sepanjang hidupnya ahliwaris telah membuat surat wasiat yang

menyatakan bahwa orang tersebut berhak mendapat hak atas harta

peninggalan setelah pewaris meninggal. Sedangkan jumlah bagian dari

wasiat ini sangat dibatasi tidak boleh lebih dari 1/3 dari harta warisan

setelah dikurangi semua beban dan biaya.

2. Sebab-Sebab Tidak Mendapat Harta Warisan

Sebab-sebab yang menjadi penghalang mendapatkan hak atas harta

warisan yang telah disepakati oleh para ulama adalah:

a. Membunuh Pewaris

Berhubungan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas maka para

ulama sepakat bahwa membunuh pewaris adalah penghalang bagi ahli

waris untuk mendapatkan harta warisan yang telah di tinggalkan orang

yang dibunuh. Hadis tersebut berbunyi : Dari Ibnu Abas Rasullulah SAW

bersabda. Siapa membunuh seseorang maka ia tidak mewaris dari orang

itu sekalipun tidak mempunyai ahli waris selainya. (HR al Baihagqiy).

Kecuali karena ada hadis didalam praktek ketika khalifah Umar bin

Khatab RA memutuskan perkara kewarisan harta peninggalan Ibnu

Qudmah, seorang ayah karena alasan membunuh maka ia tidak diberi

bagian sama sekali.

Dalam kompilasi hukum Islam menyebuitkan dalam Pasal 173 bahwa

hakim bisa memutuskan adanya halangan menjadi ahli waris antara lain

sebagai berikut: Dipersalahkan secara fitnah telah mengajukan pengaduan

bahwa pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman

5 tahun penjara atau lebih berat. Ketentuan ini tidak terdapat dalam

literature Fikih secara persis tetapi ada yang berdekatan yaitu Kalau

melihat pendapat dari Imam Malik beliau mengatakan bahwa pembunuhan

6

Page 8: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

yang menjadi mawali’ul iris harus ada dalam unsur yang bermaksud

dengan sengaja dan permusuhan. Termasuk mereka yang menjadi saksi

palsu.8

b. Berbeda Agama

Berbeda agama yang dimaksud dengan berbeda karena pewaris beragama

Islam sedang yang menjadi ahli waris adalah kafir. Maka para ulama

sepakat bahwa perbedaan agama menjadi penghalang, hal ini memakai

dasar fari hadis Rasullilah SAW yang diriwayatkan Usamah.

Dari Usamah bin Zaid dari nabi Nuhhammad SAW bersabda : Bahwa

Orang Islam itu tidak mewaris dari orang kafir dan orang kafir tidak

mewaris tidak mewaris dari orang Islam.9

c. Murtad

Orang Murtad yang beralih agama yaitu yang meninggalkan agama Islam

dengan kemaunya sendiri. Para ulama berpendapat menetapkan bahwa

orang yang murtad, baik laki-laki maupun perempuan tidak berhak

menerima warisan dari keluarganya yang beragama Islam. Demikian pula

keluarga yang beragama Islam tidak berhak menerima warisan orang yang

murtad.

3. Golongan Ahli Waris

Dalam hukum kewarisan Islam mengenal golongan Ahli waris yang

ditinjau dari berbagai segi. Antara lain. Dari jenis kelamin laki-laki dan

perempuan ditinjau dari bagianya, dzawil furud dan dzawil asabah yang masing-

masing bagianya ditetapkan dalam sistem pewarisan.

a. Golongan Ahli Waris Laki-laki

Di tinjau dari jenis kelamin laki-laki ahli waris berjumlah 14(empat belas)

golingan yaitu:

1) Anak laki-laki

8 Abu Zahra Muhammad: Ahkam Tirkat Wal Mawaris dikutip dari Achmad Khudzi , Sistem Asabah Dasar Pemindahan Hak Atas harta peninggalan, (Jakarta Raja Grafindo Persada) hal 27

9 Hasniah Hasan Hukum Waris dalam Islam ( Surabaya , PT Bina Ilmu 1997) Hal 16

7

Page 9: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

2) Cucu laki-laki ( anak laki-laki dari anak laki-laki)3) Bapak4) Kakek5) Saudara laki-laki sekandung6) Saudara laki-laki seibu7) Saudara laki-laki sebapak8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki9) Anak laki-laki dari saudara sebapak10) Paman ( saudara laki-laki bapak yang sekandung)11) Paman ( saudara laki-laki yang sebapak)12) Anak laki-laki dari paman yang sebapak dengan bapak13) Anak laki-laki dari paman yang sebapak dengan ayah14) Suami

Apabila ahli waris tersebut semua ada maka yang berhak mendapatkan

bagian dari harta peninggalan adalah hanya tiga saja yaitu:

1) anak laki-laki2) bapak3) suami

b. Ditinjau Dari Jenis Kelamin Perempuan

Ditinjau dari jenis kelamin perempuan terdiri dari 9 golongan ahli waris yaitu:

1) Anak perempuan2) Cucu perempuan3) Nenek( ibu dari bapak)4) Nenek (ibu dari ibu)5) Saudara perempuan sekandung6) Saudara perempuan sebapak7) Saudara perempuan seibu8) Istri9) Ibu

Apabila ahli waris semua ada m aka yang berhak memperoleh bagian dari

harta peninggalan hanya 5 golongan saja yaitu:

1) Istri2) Anak perempuan3) Cucu perempuan dari dari anak laki-laki4) Ibu5) Saudara Perempuan Sekandung

8

Page 10: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

Apabila semua ahli waris ada baik laki-laki maupun perempuan , maka

yang berhak mendapatkan harta warisan adalah 5 golongan saja yitu:

1) Suami/ istri2) Ibu3) Bapak4) Anak laki-laki5) Anak perempuan.

c. Ditinjau Dari Hak dan Bagiannya

Ditinjau dari hak dan bagianya para ahli waris mendapat bagian yang telah

tertentu antara ahli waris golongan yang satu dengan golongan yang lainya.

Adapun bagianya adalah:

1) Ahli waris yang mempunyai bagian ½ (seperdua) adalaha) Anak perempuan tunggalb) Cucu perempuan tunggal yang sekandung dari anak laki-lakic) Saudara perempuan tunggal yang sekandung dan sebapakd) Suami jika istri tidak meninggalkan anak

2) Ahli waris yang mendapat bagian ¼ (seper empat) adalah:a) Suami jika Meninggalkan anakb) Istri Jika suami tidak meninggalkan anak

3) Ahli waris yang mendapat bagian 1/8 ( seper delapan) adalah :a) Istri Jika Suami Meninggalkan anak

4) Ahli waris yang mendapat bagian 2/3 (dua pertiga) adalah:a) Dua anak perempuan atau lebihb) Dua cucu perempuan atau lebihc) Dua saudara perempuan atau lebih yang seibu bapak atau sekandungd) Dua orang saudara perempuan sebapak atau lebih

5) Ahli waris yang mendapat bagian 1/6 ( seper enam ) adalah :a) Ibu Jika anak nya meninggalkan anak atau cucub) Bapak jika anak meninggalkan anakc) Nenek jika tidak ada ibud) Kakek jika tidak ada ayahe) Kucu perempuan jika yang meninggal mempunyai anak tunggalf) Seorang saudara yang seibu laki-laki atau perempuan

6) Ahli waris yang mendapat bagian 1/3 (seper tiga)a) Ibu Jika yang meniggal tidak mempunyai anakb) Dua saudara se ibu atau lebih10

10 Hasniah Hasan Hukum Waris dalam Islam ( Surabaya , PT Bina Ilmu 1997) Hal 16

9

Page 11: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

4. ‘Ashabah

Telah dijelaskan diatas bahwa ahli waris ada yang mendapat bagian

tertentu dan ada yang tidak mendapat bagian tertentu yaitu. Bahkan tidak

mendapat bagian apa-apa karena telah habis dibagi oleh golongan ahli waris

dzawil furud yaitu golongan dzawil asabah. Ahli waris dfzawil asabah di bagi

dalam 3 macam yaitu:

a. ‘Ashabah Binnafsihi

Yaitu ahli waris yang berhak mendapat semua sisa harta secara langsung

dengan sendirinya, dia mendapat bagian bukan karena bersama dengan ahli waris

yang lain. Asabah Binnafsihi ini berjumlah 12 Golongan yaitu:

1) Anak laki-laki2) Cucu laki-laki3) Bapak4) Kakek5) Saudara laki-laki sekandung6) Saudara laki-laki sebapak7) Anak saudara laki-laki sekandung8) Anak saudara laki-laki sebapak9) Paman ( saudara bapak sebapak)10) Paman (saudara bapak sekandung)11) Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak12) Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak11

Apabila ahli waris tersebut semuanya ada maka yang didahulukan yang

dekat dengan yang meninggal.

b. ‘Ashabah Maal Ghair

‘Ashabah Maal Ghair adalah ahli waris yang berhak menjadi asabah

karena bersama-sama dengan ahli waris yang lain:

1) Saudara perempuan sekandung seorang atau lebih bersama anak

perempuan atau bersama cucu perempuan

11 Ibid, 10

Page 12: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

2) saudara perempuan sebapak bersama-sama dengan anak perempuan atau

cucu perempuan

c. ‘Ahsabah Bilghair

Asabah Bilghair adalah ahli waris yang berhak mendapat semua sisa harta

karena bersama ahli waris lain yaitu:

1) Anak perempuan menjadi asabah karena ada saudara laki-laki atau bersama

anak laki-laki

2) Cucu perempuan bersama cucu laki-laki

3) Saudara perempuan sekandung menjadi asabah dengan sudara laki-laki

sekandung

4) Saudara perempuan sebapak jika bersama dengan saudara nya yang laki-laki

ditarik menjadi asabah

D. Hikmah Waris

Proses kewarisan itu memiliki hikmah yang cukup penting bagi

kehidupan muslim antara lain:

a. Sebagai sarana pencegahan kesengsaraan atau kemiskinan ahli waris.

Hal ini terlihat bahwa dalam sistem kewarisan Islam memberi bagian

sebanyak mungkin ahli waris dan kerabat. Bukan saja anak-anak

pewaris, tetapi juga orang tua, suami dan isteri, saudara-saudara

bahkan cucu, kakek atau nenek. Bahkan dalam proses pembagian

hartapun diajarkan agar ahli waris memberi atau menyedekahkan

bagi orang-orang miskin dan yatim yang hadir saat pembagian

warisan, khususnya di antara kerabat (Q.S. An-Nisa’ (4) ayat 8),

serta menyedekahkan harta peninggalan melalui lembaga wasiat,

baik kepada kerabat seperti ibu bapak dan di luar kerabat juga

kepada isteri untuk menjaga kesejahteraannya (QS. Al-Baqarah (2)

ayat 180 dan 240). Di samping itu masih ada hal lain, pewaris yang

disalurkan melalui baitul-mal (HR. Ahmad dan Abu Daud).

11

Page 13: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

b. Sebagai sarana pencegahan dari kemungkinan penimbunan harta

kekayaan yang dilarang oleh agama (QS. An-Nisa’ (4) ayat 37).

Setiap muslim diajarkan agar berwasiat dan memberikan sebagian

harta peninggalan kepada orang miskin. Islam menghendaki harta

kekayaan itu berputar bukan saja di antara masyarakat umum. Hal

ini berbeda dengan sistem kapitalis, di mana individu mempunyai

hak menguasai harta kekayaan, tanpa adanya aturan moral yang

membatasi pertimbangan kemasyarakatan dalam upaya menyalurkan

dan mendayagunakan kekayaan. Akibatnya terjadi dua hal yang

saling berbeda. Dimana pada satu pihak orang-orang miskin semakin

terlantar karena tidak ada tumpuan atau institusi sebagai tempat

bergantung, sedang di pihak lain terjadi penimbunan atau monopoli

dari orang-orang yang memiliki harta kekayaan.

c. Sebagai motivator bagi setiap muslim untuk berusaha dengan giat

mencari rejeki yang halal dan berkecukupan. Dalam Islam nilai

usaha sangat ditekankan karena Allah akan memberi rejeki sesuai

dengan yang diupayakan manusia (Q.S. An-Najm (53) ayat 39).

Dengan adanya semangat kerja dan etos kerja manusia akan mampu

meningkatkan kesejahteraan diri sendiri dan keluarga. Sehingga

ketika mereka meninggal akan memiliki kebanggaan karena mampu

memberi harta warisan kepada yang ditinggalkan.

d. Pembagian harta peninggalan kepada yang berhak mewarisi

mewujudkan hubungan kasih sayang antar keluarga untuk

menanggung dan saling menolong dalam kehidupan sesama keluarga.

Karena itu dalam pembagian harta peninggan itu harus didasari

dengan keimanan kepada Allah dan kepatuhan dengan ikhlas

terhadap ajaran-ajaran Allah seperti termaktub di dalam Al-Qur’an,

dengan pembagian harta peninggalan tersebut yang berdasarkan

ajaran Allah akan digunakan untuk memenuhi material antar

keluarga.

12

Page 14: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

e. Dalam kehidupan bermusyawarah dengan pembagian waris

berdasarkan asas-asas sebagaimana tersebut di atas, ajaran Islam

membersihkan masalah harta dari tertumpuknya pada seseorang yang

bukan haknya. Dengan pembagian tersebut memberikan hak kepada

semua anggota keluarga sesuai dengan kewajibannya dalam

kekeluargaan yang berhubungan dengan orang yang meninggal.

f. Pembagian waris dalam Islam tidak hanya ditunjukkan kepada

seseorang tertentu dari keluarga tanpa memberi kepada anggota

keluarga lain dan tidak pula diserahkan kepada negara padahal ada

anggota keluarga. Maka pembagian waris dalam Islam untuk

mewujudkan kemaslahatan anggota keluarga di dalam hidup

bermasyarakat.12

E. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan singkat di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Waris adalah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal

kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa

harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar'i.

b. Hikmah dari pembagian warisan dalam Islam tidak hanya

ditunjukkan kepada seseorang tertentu dari keluarga tanpa

memberi kepada anggota keluarga lain dan tidak pula diserahkan

kepada negara padahal ada anggota keluarga. Maka pembagian

waris dalam Islam untuk mewujudkan kemaslahatan anggota

keluarga di dalam hidup bermasyarakat

F. Daftar Bacaan

Al qur’an dan terjemahnya

Achmad Khudzi , Sistem Asabah Dasar Pemindahan Hak Atas harta peninggalan, (Jakarta Raja Grafindo Persada)

12 Ismail Muhammad Syah, 1992, Filsafat Hukum Islam, Bina Aksara, Jakarta , hlm. 235

13

Page 15: Welcome to my roommjays.weebly.com/uploads/6/4/7/3/6473144/m.jays_aspek... · Web viewDasar utama hukum waris Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, khususnya menyangkut forsi atau

Ahmad Qodri Azizy “ Memahami Hukum “ Wawasan 13 Januari 1990

Ahmad Rofik, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998).

Ahmad Zahari, Tiga Versi Hukum Kewarisan Islam: Syafi'i, Hazairin dan KHI, (Pontianak: Romeo Grafika, 2003).

Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Qur'an; Suatu Kajian Hukum Dengan Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995).

H Achmad Kuzari Sistem Asabah Dasar Pemindahan Hak Milik atas Harta Tinggalan ( Bairut Dar al-jal , 1973 )

Hasniah Hasan, Hukum Waris dalam Islam ( Surabaya , PT Bina Ilmu 1997) Ismail Muhammad Syah, 1992, Filsafat Hukum Islam, Bina Aksara,

Jakarta,

M. Fuad Abdul Baqi, Al-lu’lu wa al Marjan, Juz II, (Kairo: dar al-Ihya al-Kutub a1-’ Arabiyah, tt.,),

Muhammad Daud Ali , 1997, Hukum Islam dan Peradilan Agama , cet.I, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Muhammad Jawad Mughniyah, 1996, Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, cet. II. Terjemahan Masykur A.B. et al., Lentera, Jakarta.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, 2006. Petunjuk Praktis Hukum Waris : menurut al Qur’an dan As Sunnah yang Shahih, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor.

Ahmad Rofiq, 2002, Fiqh Mawaris, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Mohammad Daud Ali, 1998, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia , Raja Grafindo Persada, Jakarta,

14