21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi hemodinamik. Syok yaitu hambatan di dalam peredaran darah perifer yang menyebabkan perfusi jaringan tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme atau perfusi jaringan yang kurang sempurna. Perfusi organ secara langsung berhubungan dengan MAP yang ditentukan oleh volume darah, curah jantung dan ukuran vaskuler. Anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana artinya jauh dan phylaxis artinya perlindungan. Secara bahasa artinya adalah menghilangkan perlindungan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Portier dan Richet pada tahun 1902 ketika memberikan dosis vaksinasi dari anemon laut untuk kedua kalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing tersebut mati mendadak. Reaksi syok harus dibedakan dengan reaksi anafilaktoid. Gejala,terapi, dan risiko kematiannya sama tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi tanpa keterlibatan atau mediasi dari IgE. Data yang menjelaskan jumlah insidensi dan prevalensi dari syok dan reaksi anfilaksis saat ini sangat terbatas. Dari beberapa data yang diperoleh di Indonesia menunjukkan sepuluh dari 1000 orang mengalami reaksi anafilaksis tiap tahunnya. Saat

WISATA PERAWAT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keswis

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi hemodinamik. Syok yaitu hambatan di dalam peredaran darah perifer yang menyebabkan perfusi jaringan tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme atau perfusi jaringan yang kurang sempurna. Perfusi organ secara langsung berhubungan dengan MAP yang ditentukan oleh volume darah, curah jantung dan ukuran vaskuler. Anafilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana artinya jauh dan phylaxis artinya perlindungan. Secara bahasa artinya adalah menghilangkan perlindungan. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Portier dan Richet pada tahun 1902 ketika memberikan dosis vaksinasi dari anemon laut untuk kedua kalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing tersebut mati mendadak.

Reaksi syok harus dibedakan dengan reaksi anafilaktoid. Gejala,terapi, dan risiko kematiannya sama tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi tanpa keterlibatan atau mediasi dari IgE. Data yang menjelaskan jumlah insidensi dan prevalensi dari syok dan reaksi anfilaksis saat ini sangat terbatas. Dari beberapa data yang diperoleh di Indonesia menunjukkan sepuluh dari 1000 orang mengalami reaksi anafilaksis tiap tahunnya. Saat ini diperkirakan setiap 1 dari 3000 pasien rumah sakit di Indonesia mengalami reaksi anafilaksis. Sehingga, resiko mengalami kematian sebesar 1% dari yang mengalami reaksi anafilaksis, yaitu sebesar 500-1000 kematian yang terjadi. (Depkes, 2008).

Pada kematian akibat reaksi anafilaksis, onset gejala biasanya muncul pada 15 hingga 20 menit pertama, dan menyebabkan kematian dalam 1-2 jam. Reaksi anafilaktik yang fatal terjadi akibat adanya distress pernafasan akut dan kolaps sirkulasi. Oleh karena itu penting sekali memahami dan mengetahui tentang syok anafilaksis. Dalam referat ini, selain akan dipaparkan aspek klinis dari syok anafilaktik, dan penatalaksanaan terkini serta sedikit pembahasan tentang sudut medikolegalnya akan turut pula disertakan.

Insiden anafilaksis sangat bervariasi, di Amerika Serikat disebutkan bahwa angka kejadian anafilaksis berat antara 1-3 kasus/10.000 penduduk, paling banyak akibat penggunaan antibiotik golongan penisilin dengan kematian terbanyak setelah 60 menit penggunaan obat. Insiden anafilaksis diperkirakan 1-3/10.000 penduduk dengan mortalitas sebesar 1-3/1 juta penduduk. Sementara di Indonesia, khususnya di Bali, angka kematian dari kasus anafilaksis dilaporkan 2 kasus/10.000 total wisatawan dan mengalami peningkatan prevalensi pada tahun 2006 sebesar 4 kasus/10.000 total wisatawan. Berdasarkan latar belakang ini maka sebagai seorang perawat harus mampu mengenal tanda dan gejala syok anafilaktik dan melaksanakan penatalaksanaannya, sehingga ketika menemukan kasus syok anafilaktik pada wisatawan, seorang perawat mampu memberikan pertolongan pertama pada klien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah Bagaimana pertolongan pertama wisatawan dengan syok anafilaktik?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pertolongan pertama wisatawan dengan syok anafilaktik.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

1. Definisi Syok Anafilaktik.

2. Etiologi Syok Anafilaktik.

3. Manifestasi Syok Anafilaktik.

4. Patofisiologi Syok Anafilaktik.

5. Komplikasi Syok Anafilaktik.

6. Penatalaksanaan (preventif, promotif dan kuratif) Syok Anafilaktik bagi wisatawan.

1.4 Manfaat

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Penulisan makalah ini dapat dijadikan bahan informasi bagi tenaga kesehatan kepada wisatawan yang akan atau sedang melakukan perjalanan wisata dalam hal promotif, preventif dan kuratif.

2. Bagi Wisatawan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada wisatawan mengenai bahaya dan pentingnya melakukan tindakan preventif terhadap risiko terjadinya reaksi syok anafilatik.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Syok Anafilaktik

Syok anafilaktik adalah suatu reaksi aleri yang hebat, segera menyebabakan orang pingsan dan menyebabakan kematian (E. Oswari. 1985). Syok anafilaktik adalah syok yang terjadi secara akut yang disebabakan oleh reaksi alergi atau reaksi hipersensitifitas (Tabrani, Rab. 1999). Reaksi syok anafilaksis adalah terjadinya reaksi renjatan (syok) yang memerlukan tindakan emergency karena bisa terjadi keadaan yang gawat bahkan bisa menimbulkan kematian. Kalangan awam menerjemahkan keracunan, padahal sesungguhnya adalah resiko dari tindakan medis atau penyebab lain yang disebabkan faktor imunologi. Perlu diingat bahwa reaksi alergi tidak semata ditentukan oleh jumlah alergen, namun pada kenyataannya setiap pemberian obat tertentu (umumnya antibiotika secara parenteral) dilakukan test kulit untuk melihat ada tidaknya reaksi alergi (Aswin, 2006).

Dikatakan medical error apabila nyata-nyata seseorang yang mempunyai riwayat alergi obat tertentu tetapi masih diberikan obat sejenis. Karena itu penting untuk memberikan penjelasan dan cacatan kepada wisatawan yang mempunyai riwayat alergi, agar tidak terjadi reaksi syok anafilaksis.

2.2 Etiologi Syok Anafilaktik

1. Obat-obatan

Protein: Serum heterolog, vaksin, ekstrak allergen

Non Protein: Antibiotika, sulfonamide, anestesi local, salisilat.

2. Makanan: kacang-kacangan, manga, jeruk, tomat, wijen, ikan laut, putih telor, susu, coklat, zat pengawet.

3. Lain-lain: berlari, olahraga, sengatan serangga

2.3 Manifestasi Klinis Syok Anafilaktik

Syok anafilaktik yang terjadi dapat disebabakan oleh antibiotic terutama penicillin, serum, vaksin, sari bunga, anestesi local, dan gigitan ular.Pemberian oral dapat pula terjadi akibat pemberian iodium dan asetil salisilat. Gejala gejalanya adalah gatal, urtikari, dispnea, wheezing, sinkope, nyeri abdomen, nausea dan muntah.

Pada pemerikasaan fisik didapatkan ronki, susah bernafas, hipotensi, muka merah atau pucat dan sianosis.

Syok ini dapat dibagi atas dua tipe, yaitu:

1. tipe I atau anafilaksis, disebaakan oleh reaksi hipersensitifitas. Secara serologis terdapat antigen, anti bodi Ig E dan terdapat mediator yang disebabakan oleh sel mast ataupun basofil. Mediator berupa granula terdapat dalam sel mast atau dibentuk sesudah masuknya antigen. Yang bertindak sebagai mediator adalah histamine, prostaglandin D2, leukotrin yang meliputio C4, D4, E4, PAF, triptase, simase, heparin, vasodilatori, sitokines, factor tumor nekrosis dan kondroitin sulfat.Factor mediator ini menyebabakan permeabilitas kapiler bertambah, dilatasi pembuluh sistemik, vasokontriksi pulmoner, bronkokonstriksi, aritmia dan negative inotropik.

2. tipe II atau reaksi anafilaktoid, sama dengan reaksi anafilaksis akan tetapi tidak terdapat antibody Ig E. Shock anafilaktik seperti ini disebabakan oleh kontras media, NSAID atau aspirin.

Pada manusia kegagalan sirkulasi dan respirasi merupakan penyebab kematian yang utama. Secara klinis kecurigaan terhadap syok anafilaktik adalah bila terjadi nadi irregular atau tak teraba, distress respirasi, sianosis, serak, disfagia yang disebabakan oleh edema laring dan keluhan pernafasan.

Reaksi anafilaksis dapat dilihat dalam bentuk urtikaria, angiodema, obstruksi respirasi sampai dengan kolaps pembuluh darah. Sebaba kematian utama dari shock anafilaksis adalah shock dan obstruksi saluran pernafasan.

2.4 Patofisiologi Syok Anafilaktik

Secara patofisiologi yang memegang peranan penting dalam syok anafilaktik adalah antigen, sel T, IL-4,sel plasma, dan produksi Ig E, resting sel B, prostaglandin, leukotrin dan asam arakidonat. Sensitasi yang diikuti oleh reaksi alergi dapat merupakan reaksi sendiri atau kombinasi dengan happen, sintesis Ig E atau dapat pula terikat pada permukaan sel mast atau basofil. Pada re- eksposure antigen terikat Ig E, di permukaan sel dapat terjadi degranulasi sel mast sehingga dibebaskan histamine, slow reacting substance of anaphylaxis (SRC-A), eusinophilic chemopilic factor anafilakxis (ECF-A) dan PAF.

Tekanan arteri ditentukan oleh sfingter arteriol. Bila sfingter ini berelaksasi secara sistemik maka terjadilah shock distributive. Ada empat hal yang menyebabakan relakasasi dari sfingter ini yakni karena factor neural, adanya meditor dalam sirkulasi, defek pad autoregulasi dank arena mediator local.

Secara neural, reseptor stimulasi adrenergic alfa menyebabakan vasodilatasi. Adanya zat mediator di dalam sirkulasi seperti ketokolamin, angatensin, dan mediator inflamasi menyebabakan tonus vasikuler sistemik menurun. Sementara hormone glukokortikoid menambah sensivitas terhadap katekolmin. Autoregulasi terutama terdapat sebagai mekanisme pembuluh darah ginjal dan otak untuk mempertahankan pengaliran darah kedua organ ini bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik. Mediator local mungkin sebagai pertahanan terakhir pembuluh darah. Zat zat seperti kalium, hydrogen, adenosine, karbondioksida dan asam laktat yang dihasilkan oleh sel dapat menyebabakan vasodilatasi. Bila terjadi pengurangan resistensi vaskuler secara sistemik (SVR) menyebabakan tekanan darah meningkat.

Dasar terjadinya syok septic adalah sifat homeostatis dan kemudian terjadi shock septic. Lamany inflamasi sistemik menentukan klinis dari pasien. Manifestasi kardiovaskuler bergantung pada jenis mediator yang disebabakan jumlah dan lamanya mediator ini dibentuk serta disebabakan dan kemampuan kompensasi dari host, akan tetapi tiga keluhan pokok yang terjadi adalah vasodilatasi, mal distribusi aliran darah dan depresi miokard yang merupakan penyebab penyebab utama syok anafilaktik:

1. Vasodilatasi

vasodilatasi disebabakan oleh aktifasi asam arakidonat dan pembebasan komplemen sebagai vasoaktif substansi.

2. Mal distribusi aliran darah

pada permulaan shock terjadi reaksi simpatetik dengan pembebasan katekolamin, angiotensin, dan tromboksan yang menyebabkan perubahan aliran darah, paru, ginjal, dan terjadinya vasokontriksi splangnik. Akibatnya aliran darah mengalami mal distribusi di samping itu terjadinya oklusi vaskuler juga makin memperburuk perfusi.

3. Depresi miokard

apabila aliran darah ke pankreas menurun terjadi pembebasan enzim seperti lipase, amylase, dan MDF ke cairan limfatik dan cairan sistemik.

2.5 Komplikasi Syok Anafilaktik

Syok dapat menyebar ke jantung sedangkan komplikasi jantung itu sendiri dapat berupa aritmia, gagal jantung, iskemia, infark, stroke bahkan sampai kematian. Walaupun demikian sebab kematian utama dari anafilaksis adalah syok dan obstruksi saluran pernafasan. Obstruksi pernafasan dapat berupa edema laring, bronkospasme dan edema bronkus, dan dapat pula terjadi dalam bentuk syok- lang syndrome.

2.6 Penatalaksanaan Syok Anafilaktik bagi wisatawan

1. Penatalaksanaan Promotif bagi wisatawan

Dalam pelayanan kesehatan wisata, orang yang datang umumnya adalah orang sehat yang membutuhkan informasi dan tidak menganggap dirinya seorang pasien, meskipun mungkin saja statusnya berubah menjadi pasien setelah pulang dari perjalanan. Di sini ada perbedaan bentuk komunikasi yang fundamental yang harus dipahami oleh tenaga kesehatan. Dalam kesehatan wisata hubungan pemberi layanan kesehatan (perawat) dengan pasien umumnya adalah hubungan terapeutik dengan model paternalistik ketika menentukan apa yang terbaik untuk si pasien. Namun, dalam pelayanan kesehatan wisata, perawat dan klien mempunyai hubungan sejajar yang bersifat informative (perawat berperan sebagai ahli teknis), interpretive (perawat berperan sebagai konselor untuk membantu klien memutuskan yang penting bagi dirinya) dan deliberative (perawat berperan sebagai guru yang memberi tahu klien apa yang harus dikerjakan dan mengapa hal itu harus dikerjakan). Dalam bidang kesehatan wisata, perawat tidak hanya mengupayakan pencegahan penyakit serta menangani masalah-masalah kesehatan pada travellers namun juga mengambil bagian dalam advokasi untuk perbaikan pelayanan kesehatan dan keamanan untuk wisatawan. Oleh karena itu, perawat wisata perlu mempunyai pengetahuan yang luas dan selalu up-to-date karena perubahan-perubahan yang cepat di seluruh dunia, yang meliputi pengetahuan wabah penyakit, terutama emerging infectious diseases, pola resistensi antibiotika, iklim global, ekologi, dan bahkan perubahan politik negara lain.

Khusus untuk syok anafilaktik wisatawan yang mau berkunjung harus diberi informasi tentang apa itu syok anafilaktif. Syok anafilaktik berhubungan dengan alergi, alergi merupakan reseptor sistem imun yang tidak tepat dan kerapkali membahayakan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi marupakan manifestasi cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibodi. Kalau tubuh diinvasi oleh antigen yang biasanya berupa protein yang dikenali tubuh sebagai benda asing. Maka akan terjadi serangkaian peristiwa dengan tujuan untuk membuat penginvasi tersebut tidak berbahaya, menghancurkanya dan kemudian membebaskan tubuh darinya, kalau limfosit tereaksi terhadap antigen, kerapkali antibodi dihasilkan, reaksi alergi umum akan terjadi ketika sistem imun pada seseorang yang rentan bereaksi secara agresif terhadap suatu substansi yang normalanya tidak berbahaya (misal : debu, tepung sari gulma) produksi mediator kimia pada reaksi alergi dapat menimbulkan gejala yang dapat membawa kematian. Sistem imun tersusun dari banyak sel serta orang dan substansi yang disekresikan oleh sel -sel serta oragan-organ ini. Berbagai bagaian sistem imun ini harus bekerja bersama untuk memastikan pertahanan yang memadai terhadap para penginvasi (yaitu : virus, bakteri, substansi asing lainya) tanpa menghancurkan jaringan-jaringan tubuh sendiri lewat reaksi yang terlampau agresif.

Sehingga wisatawan yang mau melakukan perjalanan harus melakukan general check up untuk mengetahui kondisi tubuh, serta dapat menghindari hal-hal yang dapat memicu syok anafilaktik bagi tubuh wisatawan tersebut.

2. Penatalaksanaan Preventif bagi wisatawan

Pencegahan merupakan aspek yang terpenting pada penatalaksanaan anafilaksis diantaranya sebagai berikut.

1) Anamnesis teliti

Anamnesis mengenai riwayat penyakit dan riwayat reaksi terhadap IgE dari pemberian antigen. Dalam riwayat penyakit ini harus dicurigai pula terdapatnya cross sensitive terhadap obat yang lain. Kemungkinan terdapatnya reaksi terhadap antigen yang dicurigai yang mungkin terjadi diwaktu yang lalu harus dikerjakan sebelum kita memberikan setiap obat, terutama obat suntikan. Edukasi juga dapat diberikan pada pasien, antara lain membaca label obat dengan teliti dan mempunyai catatan mengenai jenis obat yang dicurigai menimbulkan gejala alergi.

2) Penggunaan antibiotik

Penggunaan antibiotik atau obat lainnya harus dengan indikasi khusus, dan pemberian per oral lebih baik, bila hal ini memungkinkan

3) Skin test dan konjungtiva

Skin test dan konjungtiva terhadap beberapa antitoksin yang berasal dari serum hewan, dianjurkan untuk dilakukan test alergi terlebih dahulu sebelum diberikan. Jika diperlukan anti serum, sebisa mungkin diberikan preparat serum manusia.

4) Pemantauan

Syok anafilaksis dapat terjadi berulang oleh karena itu diperlukan adanya pemantauan dan mengetahui faktor pemicu terjadinya syok serta melakukan observasi minimal 30 menit setelah pemberian obat.

5) Pemberian obat pencegahan reaksi alergi

Menjelaskan pada wisatawan untuk selalu membawa obat penawar untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik.

6) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium didapat kadar histamine yang tinggi, rendahnya serum komplemen dan berkurangnya kadar kinogen yang berat molekul yang tinggi.

3. Penatalaksanaan Kuratif bagi wisatawan

Sebagai penolong yang berada di tempat kejadian, hal yang pertama-tama dapat dilakukan apabila melihat ada korban dalam keadaan syok adalah :

1. melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger), baik untuk penolong maupun yang ditolong ( contoh keadaan berbahaya : ditengah kobaran api)

2. Buka jalan napas Koran dan pertahankan kepatenan jalan napas (Airway)

3. Periksa pernapasan korban (Breathing)

4. Periksa nadi dan cegah perdarahan yang berlanjut (circulation)

5. Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC Clear

6. cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal beri selimut)

7. lakukan penanganan cidera wisatawan secara khusus selama menunggu bantuan medis tiba. Periksa kembali pernapasan, denyut jantung suhu tubuh korban (dari hipotermia) setiap 5 menit.

Penatalaksanaan lanjutan dan Management syok anafilaktik :

1. Hentikan obat/identifikasi obat yang diduga menyebabkan reaksi anafilaksis

2. Torniquet, pasang torniquet di bagian proksimal daerah masuknya obat atau sengatan hewan longgarkan 1-2 menit tiap 10 menit.

3. Posisi, tidurkan dengan posisi Trandelenberg, kaki lebih tinggi dari kepala (posisi shock)dengan alas keras.

4. Bebaskan airway, bila terjadi obstruksi lakukan intubasi-cricotyrotomi-tracheostomi

5. Berikan oksigen, melalui hidung atau mulut 5-10 liter /menit bila tidak ada persiapkan bantuan napas dari mulut ke mulut

6. Pasang cathether intra vena (infus) dengan cairan elektrolit seimbang atau Nacl fisiologis,0,5-1liter dalam 30 menit (dosis dewasa) monitoring dengan Tensi dan produksi urine

7. Pertahankan tekanan darah sistole >100 mmHg diberikan 2-3L/m2 luas tubuh /24 jamBila 100 mmHg 500 cc/ 1 Jam

8. Bila perlu pasang CVP (centra Venouse Presure )

ALGORITMA PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

1. Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai oleh Ig E yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Syok anafilaktik memang jarang dijumpai, tetapi mempunyai angka mortalitas yang sangat tinggi

2. Beberapa golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu makanan, obat-obatan, dan bisa atau racun serangga. Faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis, yaitu sifat alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen.

3. Manifestasi klinis anafilaksis sangat bervariasi. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodormal kemudian menjadi berat, tetapi kadang-kadang langsung berat yang dapat terjadi pada satu atau lebih organ target. Pemeriksaan laboratorium diperlukan dan sangat membantu menentukan diagnosis. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang baik akan membantu seorang dokter dalam mendiagnosis suatu syok anafilaktik.

4. Penatalaksanaan syok anfilaktik harus cepat dan tepat mulai dari hentikan allergen yang menyebabkan reaksi anafilaksis; baringkan penderita dengan kaki diangkat lebih tinggi dari kepala; penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru; pemberian adrenalin dan obat-obat yang lain sesuai dosis; monitoring keadaan hemodinamik penderita bila perlu berikan terapi cairan secara intravena, observasi keadaan penderita bila perlu rujuk ke rumah sakit.

3.2 Saran

Sebagai seorang perawat, kompetensi dasar dmiliki untuk memberikan penjelasan terkait syok anafilaktik sangat dibutuhkan. Hal ini juga berlaku kepada wisatawan yang akan atau sedang melakukan perjalanan wisata. Pencegahan merupakan langkah terpenting kepada wisatawan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat-obatan, makanan atau sengatan serangga. Apabila ditangani secara cepat dan tepat sesuai dengan kaidah kegawat daruratan, reaksi anafilaksis jarang menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Ashadi, T., 2001, Terapi Cairan Intravena (Kristaloid) Pada Syok Hipovolemik, Online (terdapatpada) :http://www.tempo.co.id/medika/arsip/012001/sek-1.htm

Elliott, doug dkk. 2007. Critical Care Nursing. Australia:.Elsevier.

Jevon Philip , Ewen Beverley.2008. Pemamntauan Pasien Kritis Edisi kedua

. Jakarta:Erlangga.

Jong, W. D., 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, JakartaKomite Medik RSUP Dr. Sardjito., 2000., Standar Pelayanan Medis., Ed Ketiga., Medika.,Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada., Yogyakarta

Mansjoer, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ke-3 Jilid 1, Media Aesculapius, Jakarta

Buku Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat., Fakulatas KedokteranUniversitas Indonesia., JakartaTIM PPGD. 2010.

Penanggulangan Penderita Gawar Darurat Basic Trauma & Cardiac LifeSupport.

Bukittinggi.

Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta

Gleadle,Jonathan.2005.Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.jakarta:Erlangga.

Pearce C, Evelyn.(2009). Anatomi dan fisiologi. Gramedia : Jakarta

Smeltzer, Suzanne C.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta

PERTOLONGAN PERTAMA WISATAWAN DENGAN

SYOK ANAFILAKTIK

Tugas Mata Kuliah Kesehatan Wisata (Kelompok Perawat)

oleh :

I Nengah Budiawan (1392161015)

Ni Made Widya Juliati(1392161016)

Ni Made Widiastuti (1392161018)

Aripin(1392161028)

Firdawsyi Nuzula(1392161030)

I Putu Eka Anggariana P.(1392161032)

IGAA Sherlyna P(1392161034)

Kurniasih Widayati(1392161039)

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014