Upload
mahar-matul-hilma
View
85
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
MedFile
Citation preview
Skenario
Mata MerahAhmad, 37 tahun, seorang petani salak di Jogjakarta mengeluh mata kanannya merah
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan dirasakan semakin hebat dan muncul bercak-bercak putih di bagian kornea mata. Gejala ini bermula setelah Ahmad panen salak dan mata kanannya terkena pucuk batang salak.
Pada pemeriksaan oftalmoskop, didapatkan VOD (visus oculi dextra): 6/60 dengan pinhole tidak ada perbaikan; VOS (visus oculi sinistra): 6/6.
Pada pemeriksaan segmen anterior COD (camera oculi dextra), didapatkan konjungtiva bulbi hiperemis (+), sekret (+), lakrimalis (+), fotofobia (+), kornea keruh, lain-lain dalam batas normal. Pemeriksaan segmen anterior COS (camera oculi sinistra) didapatkan semua parameter dalam batas normal.
Ahmad sudah mencoba mengobati matanya dengan obat warung, tetapi tidak ada perubahan. Setelah mendapatkan terapi, pasien diminta untuk kontrol rutin dan menjaga serta memelihara kesehatan mata sesuai tuntunan ajaran Islam.
Pertanyaan:1. Mengapa terdapat bercak putih di bagian mata yang hitam?2. Mengapa terjadi proses lakrimasi?3. Mengapa penglihatan menjadi buram?4. Mengapa terjadi penurunan visus?5. Apa akibat timbulnya lesi satelit?
Jawab:1&2. Adanya bercak putih dan proses lakrimasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh3&4. Penglihatan menjadi buram dan penurunan visus terjadi karena cahaya yang masuk ke mata
terhalangi oleh infiltrat.
5. Lesi satelit akan menimbulkan lesi primer
Hipotesis:
Laki-laki 37 tahun, mata kanan terkena batang padi
Bercak putih Pandangan buram Lakrimasi
Pemeriksaan oftalmologi
Keratitis
Sasaran Belajar
LI 1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata
LO 1.1. Menjelaskan Anatomi Makroskopis Mata
LO 1.2. Menjelaskan Anatomi Miksorkopis Mata
LI 2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Mata
LI 3. Mampu Memahami dan Menjelaskan Penyakit Mata Merah
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Etiologi
LO 3.3 Klasifikasi
LI 4. Mampu Memahami dan Menjelaskan Keratitis
LO 4.1. Definisi
LO 4.2. Etiologi
LO 4.3. Klasifikasi
LO 4.4. Epidemiologi
LO 4.5. Patofisiologi
LO 4.6. Manifestasi Klinis
LO 4.7. Diagnosis dan Pemeriksaan
LO 4.8. Diagnosis Banding
LO 4.9. Tata Laksana
LO 4.10. Prognosis
LO 4.11. Pencegahan
LI 5. Mampu Memahami dan Menjelaskan kesehatan dan pandangan mata menurut Islam
LI 1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata
LO 1.1 Makroanatomi Mata
Orbita tersusun atas enam tulang tengkorak.
a. Os frontalis (fossa orbitalis) di superior.b. Os sphenoidalis di posterior.c. Os ethmoidalis di posterior.d. Os lacrimalis di medial.e. Os maxillaris (fossa orbitalis) di inferomedial.f. Os zygomaticus di inferior.
OTOT-OTOT PENGGERAK BOLA MATA
Otot Menghasilkan gerakan Saraf kranial
1. Rektus superior
2. Rektus inferior
3. Rektus medialis
4. Rektus lateralis
5. Oblique superior
6. Oblique inferior
Ke atas
Ke bawah
Ke dalam arah hidung
Jauh dari hidung
Ke bawah dan masuk
Ke atas dan keluar
Okulomotor (III)
Okulomotor (III)
Okulomotor (III)
Abducens (VI)
Trochlear (IV)
Okulomotor (III)
Bagian-bagian mata dan fungsinya :1. Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.2. Pupil dan Iris/Selaput Pelangi
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
3. Lensa mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
4. Retina/Selaput JalaRetina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
5. Saraf optikSaraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
6. Sklera : Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya bola mata
7. Otot-otot : Otot-otot yang melekat pada mata :a. muskulus rektus superior : menggerakan mata ke atasb. muskulus rektus inferior : mengerakan mata ke bawah
8. Badan Siliaris : Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor
9. Bintik kuning (Fovea) : Bagian retina yang mengandung sel kerucut10. Bintik buta : Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata11. Vitreous humor : Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
12. Aquous humor : Menjaga bentuk kantong bola mata
Struktur Pelindung Mata Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.
Kelopak MataKetika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.
Bulu mataBulu Mata berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata.
Kelenjar lakrimalisKelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung.
LO 1.1 Mikroanatomi Mata
MEDIA REFRAKSI
Merupakan media kesemua bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina. Media refraksi terdiri dari:
Kornea
Kornea jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin tetapi tidak melengkung secara uniform/seragam. Bagian tengah (zona optikal) mempunyai radius kelengkungan yang lebih kecil dibandingkan bagian tepi, dan permukaan posterior lebih melengkung daripada anterior, karenanya kornea lebih tipis di bagian tengah daripada tepinya.
Daya refraksi kornea, yang merupakan hasil indeks refraksi radius lengkung kornea lebih besar daripada daya refraksi lensa. Secara anatomis kornea mempunyai dua bagian:
Kornea asli Secara histologi, terdiri dari lima lapisan1. Epitel
Pada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dengan 5 hingga 6 lapisan sel. Lapisan basal silindris rendah, kemudian 3 atau 4 lapisan sel polihedral dan 1 atau 2 lapisan sel permukaan yang gepeng. Epitel ini sangat sensitif dengan banyak akhir saraf bebas, dan mempunyai daya regenerasi istimewa/sangat baik, mitosis hanya terjadi dalam lapisan basal.
2. Membran BowmanDibawah epitel, tak berbentuk dan tak mengandung sel, dibentuk oleh perpadatan antar sel dengan serabut kolagen halus yang tersebar tak beraturan. Membran ini berakhir dengan tegas/ mendadak pada limbus.
3. Substansia propriaMembentuk massa kornea (90% ketebalannya), bersifat tembus cahaya, dan terdiri dari lamel kolagen dengan sel. Lamel merupakan serat lebar, seperti pita, serabut dalam setiap lamel sejajar, dengan lamel pada sudut-sudut yang berbeda. Lamel saling melekat karena adanya pertukaran serabut antara lamel yang berdampingan. Diameter serabut seragam menunjukkan periodisitas yang khas, dan terbenam dalam substansia antarsel yang kaya akan polisakarida bersulfat. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng dengan cabang yang ramping, terletak antar lamel.
4. Membran descementTampak homogen, terletak sebelah dalam substansia propria. Merupakan membrana basalis dari endotel. Secara kimiawi materinya adalah kolagen.
5. Endotel Merupakan satu lapis sel kuboid yang melapisi permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan kompleks tautan, permukaan antar sel yang tak teratur, dan sejumlah besar vesikula pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan larutan.
Kornea bersifat avaskular, mendapatkan nutrisi dari difusi pembuluh perifer dalam limbus dan dari humor akueus di bagian tengah.
Limbus kornea Merupakan zona peralihan atau zona pertemuan antara kornea dengan sklera. Disini epitel kornea menebal smapai 10 lapisan dan melanjutkan diri dengan konjungtiva, membrana bowman berhenti dengan tiba-tiba, membran descement menipis dan memecah dan melanjutkan diri menjadi trabekula ligamneti pektinata, dan stroma kornea menjadi kurang teratur dan secara bertahap susunannya berubah dari susunan lamelar yang khas menjadi kurang teratur seperti yang ditemukan pada sklera. Limbus memiliki vaskularisasi yang baik.
Camera occuli anterior dan camera occuli posteriorCamera occuli anterior (COA) Merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh:
– Anterior oleh permukaan posterior kornea– Posterior oleh lensa, iris, dan permukaan anterior badan siliaris– Lateral oleh sudut iris atau limbus yang ditempati oleh jaringan-jaringan trabekular yang
merupakan tempat penyaliran humor akueus schlemm.Camera occuli posterior (COP) Merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh:
– Anterior oleh iris– Posterior oleh permukaan anterior lensa dan zonula– Perifer oleh prosesus silia.
Kedua ruangan mengandung humor akueus, suatu cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosesus siliaris. Humor akueus mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein yang rendah dibandingkan serum. Cairan ini disekresi secara kontinyu ke dalam COP, mengalir keruang anterior melalui pupil, dan disalurkan melalui jaringan trabekular ke dalam kanal schlemm.
LensaLensa kristalina bentuknya bikonveks, permukaan posterior lebih melengkung daripada anterior. Di bagian tengah pada kedua permukaannya terdapat kutup anterior dan kutup posterior. Garis yang menghubungkan keduanya adalah aksis dan batas kelilingnya adalah ekuator.
Secara struktural, terdapat 3 komponen: 1. Kapsul lensa
Kapsul lensa meliputi lensa. Kapsul ini homogen, agaknya merupakan membran yang tak berbentuk, bersifat elastik, dan mengandung glikoprotein dan kolagen tipe IV. Padanya melekat serat zonula, yang berjalan ke badan siliar sebagai ligamentum suspensorium/penyokong.
2. Endotel subkapsularisHanya pada permukaan anterior, di bawah kapsula, terdapat epitel subkapsular, merupakan satu lapisan sel kuboid. Bagian dasar sel ini terletak di luar dalam hubungan dengan kapsula. Apeksnya terletak di dalam dan membentuk kompleks jungsional dengan serat lensa. Ke arah ekuator sel ini bertambah tinggi dan beralih menjadi serat lensa.
3. Substansia lensaTerdiri dari serat lensa, yang masing-masing berbentuk prisma heksagonal. Sebagian besar serat tersusun secara konsentris dan sejajar permukaan lensa. Di permukaan, pada korteks serat yang lebih muda mengandung inti dan beberapa organel. Di bagian tengah, dalma ini lensa, serat yang lebih tua telah kehilangan inti dan tampak homogen.
Lensa sama sekali tanpa pembuluh darah, karenanya mendapat nutrisi dari humor akueus dan badan vitreus. Lensa bersifat tembus cahaya, dan membran plasma serat lensanya sangat tidak permeabel.Lensa dipertahankan pada tempatnya oleh ligamen suspensorium, disebut zonula yang terdiri dari lembaran terdiri dari materi fibrilar yang berjalan dari badan siliar ke ekuator lensa, sehingga meliputi lensa.
Badan vitreusMerupakan suatu agar-agar yang jernih dan tembus cahaya yang memenuhi ruang antara retina dan lensa. Oleh karenanya bentuknya sferoid/bundar dengan lekukan pada bagian anterior untuk menyesuaikan dengan lensa. Badan vitreus juga memlihara bentuk dan kekenyalan bola mata.
RETINA
Merupakan lapisan paling dalam bola mata dan terdiri dari bagian anterior yang tak peka dan bagian posterior yaitu bagian yang fungsional, yang merupakan organ fotoreseptor atau alat penerima cahaya.
Retina berkembang sebagai penonjolan ke luar otak depan yang disebut vesikel optik. Vesikel optik mempertahankan hubungannya dengan otak mellaui tangkai optik. Vesikel optik akan berubah menjadi cangkir optik yang berlapis dua. Lapisan luar membentuk epitel pigmen, dan lapisan dalam menjadi retina saraf atau retina yang sebenarnya.
Suatu ruang potensial menetap antara kedua lapisan tersebut dan hanya dilalui oleh penonjolan sel pigmen. Lapisan luar, lapisan pigmen melekat erat pada koroid, tetapi lapisan dalam mudah terlepas pada proses pembuatan sajian histologi juga dalam kehidupan sesudah terjadi trauma.
Retina optikal atau neural melapisis koroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior hingga ora serrata di anterior, dan menunjukkan suatu cekungan yang dangkal yang disebut fovea sentralis. Sekeliling fovea terdapat suatu daerah yang dikenal sebagai bintik kuning, atau makula lutea. Fovea merupakan daerah untuk penglihatan terjelas. Tak terdapat fotoreseptor di atas papila optik, sehingga daerah ini disebut juga bintik buta.
Lapisan retina terdiri dari:1. Epitel pigmen2. Lapisan batang dan kerucut3. Membran limitans eksterna4. Lapisan inti luar5. Lapisan pleksiform luar6. Lapisan inti dalam7. Lapisan pleksiform dalam8. Lapisan sel ganglion9. Lapisan serat saraf10. Membran limitans interna
Terdapat empat kelompom sel:
1. Fotoreseptor (batang dan kerucut)Baik batang maupun kerucut merupakan bentuk modifikasi neuron. Sel ini menunjukkan
segmen dalam dan luar yang terletak di luar membran limitans eksterna.Batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk silindris
mengandung fotopigmen rhodopsin (ungu visual) dan suatu segmen dalma yang sedikit lebih panjang.
Kerucut menunjukkan segmen luar yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol.
2. Neuron konduksi langsung (sel bipolar dan sel ganglion)Sel bipolar badan sel bipolar sebagian besar terletak pada bagian sentral aerah inti dalam.
Terbagi dalam suatu kelompok utama:– Bipolar difusa berhubungan dengan beberapa fotoreseptor– Bipolar monosinaptik/kerdil yang berhubungan dengan satu sel.
Sel ganglion terletak dalam retina dalam dengan dendritnya dalam lapisan pleksiform dalma dan aksonnya membentuk serat saraf optik. Aksonnta tak pernah bercabang.
3. Neuron asosiasi dan lainnya (sel horisontal, makrin, dan sel bipolar sentrifugal)
4. Unsur penyokong (serat Muller dan neuroglia).
LI 2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Mata
Media refraksi merupakan alat untuk proses pembiasan cahaya yang masuk ke mata melalui kornea, COA (camera oculli Anterior) dan humor aquos, lensa, dan corpus vitreus.
Fisiologi media refraksiRefraksi adalah pembelokan suatu berkas cahaya terjadi ketika berkas terpindah dari satu
medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda. Berkas cahaya adalah gerakan ke depan suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu. Berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus di belokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan akurat.
M embiaskan cahaya yang masuk untuk memfokuskannya ke retina .Cahaya adalah sebuah bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri atas paket–paket
individual seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut cara–cara gelombang. Jarak antara dua puncak gelombang dikenal sebagai panjang gelombang. Fotoreseptor di mata peka hanya pada panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer. Cahaya tampak ini hanya merupakan sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik total. Cahaya dari berbagai panjang gelombang pada pita tampak dipersepsikan sebagai sensasi warna yang berbeda–beda. Panjang gelombang yang pendek dipersepsikan sebagai ungu dan biru, panjang gelombang yang panjang diinterpretasikan sebagai jingga dan merah.
Pembelokan sebuah berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika suatu berkas cahaya berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui medium transparan lainnya seperti kaca atau air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke sebuah medium yang lebih tinggi densitasnya, cahaya tersebut melambat (begitu pula sebaliknya). Berkas cahaya mengubah arah
perjalanannya ketika melalui permukaan medium baru pada setiap sudut kecuali sudut tegak lurus.
Dua faktor berperan dalam derajat refraksi : densitas komparatif antara dua media dan sudut jatuhnya benda ke madium kedua. Pada permukaan yang melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung) menyebabkan konvergensi atau penyatuan, berkas–berkas cahaya, yaitu persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus. Dengan demikian, permukaan refraktif mata besifat konveks. Lensa dengan permukaan konkaf (cekung) menyebabkan divergensi (penyebaran) berkas–berkas cahaya, suatu lensa konkaf berguna untuk memperbaiki kesalahan refraktif mata tertentu, misalnya berpenglihatan dekat.
Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat.
Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Korpus siliaris memiliki dua komponen utama yaitu otot siliaris dan jaringan kapiler (yang menghasilkan aqueous humor). Otot siliaris adalah otot polos melingkar yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di ligamentum suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin bulat), semakin besar kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih dekat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem syaraf otonom. Serat–serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem syaraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat–serat transparan. Kadang–kadang serat ini menjadi keruh (opaque), sehingga berkas cahaya tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal dengan katarak. Lensa detektif ini biasanya dapat dikeluarkan dengan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi.
Seumur hidup hanya sel–sel ditepi luar lensa yang diganti. Sel–sel di bagian tengah lensa mengalami kesulitan ganda. Sel–sel tersebut tidak hanya merupakan sel tertua, tetapi juga terletak paling jauh dari aquoeus humor, sumber nutrisi bagi lensa. Seiring dengan pertambahan usia, sel–sel di bagian tengah yang tidak dapat diganti ini mati dan kaku. Dengan berkurangnya kelenturan, lensa tidak lagi mampu mengambil bentuk sferis yang diperlukan untuk akomodasi saat melihat dekat. Penurunan kemampuan akomodasi yang berkaitan dengan usia ini,
presbiopia, yang mengenai sebagian besar orang pada usia pertengahan (45 sampai 50 tahun), sehingga mereka memerlukan lensa korektif untuk penglihatan dekat.
Tidak semua serat di jalur penglihatan berakhir di korteks penglihatan. Sebagian diproyeksikan ke daerah–daerah otak lain untuk tujuan–tujuan selain persepsi penglihatan langsung, seperti :
1. Mengontrol ukuran pupil2. Sinkronisasi jam biologis ke variasi siklis dalam intensitas cahaya (siklus tidur
bangun disesuaikan dengan siklus siang–malam).3. Kontribusi terhadap kewaspadaan dan perhatian korteks.4. Kontrol gerakan–gerakan mata.
Mengenai yang terakhir, kedua mata dilengkapi oleh enam otot mata eksternal yang menempatkan dan menggerakkan mata, sehingga mata dapat menentukan gerakan, lokasi, melihat, dan mengikuti benda. Gerakan mata adalah salah satu gerakan tubuh tercepat dan terkontrol secara tajam.
Mekanisme protektif membantu mencegah cedera mata.
Beberapa mekanisme membantu melindungi mata dari cedera. Kecuali bagian anteriornya, bola mata dilindungi oleh kantung tulang tempat mata berada. Kelopak mata berfungsi sebagai shutter (daun penutup) untuk melindungi bagian anterior mata dari gangguan luar. Kelopak mata menutup secara refleks untuk melindungi mata pada saat–saat yang mengancam, misalnya benda–benda yang datang cepat, cahaya yang sangat menyilaukan, dan keadaan–keadaan sewaktu kornea atau bulu mata tersentuh. Kedipan kelopak mata secara spontan berulang–ulang membantu menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan dan bersifat bakterisidal. Air mata diproduksi secara terus–menerus oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas dibawah kelopak mata. Cairan pembersih mata ini mengalir melalui permukaan kornea dan bermuara ke saluran alus di sudut kedua mata dan akhirnya dikosongkan ke belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produksi air mata yang berlebihan sewaktu menangis, sehingga air mata membanjir dari mata. Mata juga dilengkapi dengan bulu mata protektif yang menangkap benda–benda halus di udara seperti debu sebelum masuk ke mata.
LI 3. Mampu Memahami dan Menjelaskan Penyakit Mata Merah
LO 3.1 Definisi
Mata merah, atau conjunctivitis, adalah kemerahan dan peradangan dari selaput-selaput (conjuctiva) yang menutupi putih-putih dari mata-mata dan selaput-selaput pada bagian dalam dari kelopak-kelopak mata. Membran-membran atau selaput-selaput ini bereaksi pada suatu batasan yang luas dari bakteri-bakteri, virus-virus, agen-agen yang memprovokasi alergi, pengganggu-pengganggu (irritants), dan agen-agen racun, begitu juga pada penyakit yang mendasarinya dalam tubuh.
LO 3.2 Etiologi
Mata Merah Yang Disebabkan VirusPenyebab yang memimpin dari suatu mata merah yang meradang adalah infeksi virus. Sejumlah virus-virus yang berbeda dapat menjadi bertanggung jawab atas infeksi. Gejala-gejala mata merah yang disebabkan virus biasanya dihubungkan lebih banyak dengan suatu pengeluaran cairan yang tidak berwarna hijau atau kuning. Seringkali, gejala-gejala virus seperti influensa, seperti hidung yang mampat dan hidung yang ingusan, juga hadir. Kelopak-kelopak mata mungkin juga bengkak. Adakalanya melihat pada sinar-sinar yang terang adalah menyakitkan. Ketika mata merah yang disebabkan virus mungkin tidak memerlukan suatu antibiotik, mereka yang terpengaruh harus menemui seorang dokter, karena adakalanya bentuk mata merah ini dapat berkaitan dengan infeksi kornea (bagian jernih dari depan bolamata). Infeksi ini harus dideteksi dan dirawat secara benar. Mata merah yang disebabkan oleh virus adalah sangat menular. Mata merah yang disebabkan virus biasanya hilang dalam tujuh sampai sepuluh hari setelah munculnya gejala-gejala.
Mata Merah Yang Disebabkan BakteriBakteri yang paling umum menyebabkan mata merah yang infeksius adalah staphylococci, pneumococci, dan streptococci. Gejala-gejala mata merah yang disebabkan bakteri termasuk : sakit/nyeri mata, bengkak, kemerahan, dan suatu jumlah kotoran yang sedang sampai besar, biasanya berwarna kuning atau kehijauan. Kotoran umumnya berakumulasi setelah tidur. Anak-anak yang terpengaruh mungkin terbangun paling tidak senang bahwa mata mereka lengket tertutup, memerlukan suatu handuk yang hangat untuk mengangkat kotorannya. Mata merah yang disebabkan bakteri dirawat dengan berulangkali penggunaan handuk-handuk hangat pada mata-mata (coba terapkan ini pada satu mata anak anda setiap waktu selama suatu video yang ia senangi) dan memerlukan obat-obat tetes antibiotik atau obat salep yang diresepkan oleh dokter. Hati-hati untuk tidak menggunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, atau dari suatu infeksi lama, karena mungkin ini tidak memadai untuk infeksi anda yang sekarang atau mungkin telah tercemar dari infeksi-infeksi lain dengan secara kebetulan menyentuhkan botol obat pada area-area yang terinfeksi.
Mata Merah ChlamydiaMata merah yang disebabkan oleh infeksi dengan chlamydia adalah suatu bentuk yang tidak umum dari mata merah yang disebabkan bakteri di Amerika, namun adalah sangat umum di Afrika dan negara-negara Timur Tengah. Ia dapat menyebabkan mata merah pada dewasa-dewasa. Ia adalah penyebab mata merah pada remaja-raemaja dan dewasa-dewasa yang dapat ditularkan secara seksual. Mata merah Chlamydia secara khas dirawat dengan tetracycline (kecuali pada anak-anak dibawah umur 8 tahun, karena kemungkinan pelunturan warna gigi) atau erythromycin.
Kondisi-Kondisi noninfeksius Yang Menyebabkan Mata Merah, Gejala-Gejala Mata Merah Noninfeksius, Dan Cara Merawat Mereka
Mata Merah Karena AlergiGejala-gejala dan tanda-tanda mata merah karena alergi biasanya disertai oleh gatal yang hebat, keluar airmata, dan pembengkakan selaput-selaput mata. Penyebab-penyebab yang sering termasuk serbuk sari musiman, dander hewan, dan debu. Ia seringkali musiman dan disertai oleh gejala-gejala alergi khusus lain seperti bersin, hidung yang gatal, atau tenggorokan yang gatal. Handuk dingin dan lembab dipakaikan pada mata dan obat tetes mata decongestant over-the-
counter dapat menyediakan keringanan/pembebasan. Dokter anda dapat meresepkan obat-obat yang lebih kuat jika obat-obat ini tidak memadai.
Mata Merah Karena KimiaMata merah karena kimia dapat berakibat ketika segala senyawa yang mengiritasi masuk ke mata-mata. Pengganggu-pengganggu (irritants) yang menyerang yang umum adalah:pembersih-pembersih rumah tangga,spray-spray dari segala macam,asap,kabut campur asap, danbahn-bahan pengotor industri.
Penyakit-Penyakit Yang Mendasarinya
Mata merah yang gigih (conjunctivitis) mungkin suatu tanda dari suatu penyakit yang mendasarinya dalam tubuh. Paling sering ini adalah penyakit-penyakit rheumatic, seperti rheumatoid arthritis dan systemic lupus erythematosus. Conjunctivitis juga terlihat pada penyakit Kawasaki (suatu penyakit yang jarang yang dihubungkan dengan demam pada bayi-bayi dan anak-anak yang muda) dan penyakit-penyakit peradangan usus tertentu seperti radang borok usus besar (ulcerative colitis) dan penyakit Crohn.
Subconjuctival hemorrhageKemerahan yang terang dari putih-putih mata dapat juga terjadi ketika pembuluh-pembuluh darah yang kecil sekali yang menutupi putih-putihnya mata pecah dari trauma atau perubahan-perubahan tekanan dalam kepala (contohnya, setelah tertawa atau muntah yang kuat, ketika menyelam dibawah air, atau bahkan membengkok dengan kepala dibawah). Kondisi ini disebut subconjunctival hemorrhage, dan ketika itu dapat nampak mengesankan, ia umumnya adalah tidak berbahaya. Ia menyebabkan suatu area lokal dari bagian putih mata (sclera) menjadi memerah dengan hebat. Ia tidak secara khas melibatkan bagian berwarna dari mata (iris) dan tidak mepengaruhi penglihatan.
LO 3.3 Klasifikasi
Mata merah dapat dibagi menjadi 2 :
1. Mata merah dengan visus normal2. Mata merah dengan visus terganggu (akibat kekeruhan pada media refraksi)Umumnya pada mata merah terdapat beberapa kemungkinan penyebab seperti konjungtivitis akut, iritis akut, keratitis, tukak kornea, skleritis, episkleritis, glaukoma akut, endoftalmitis, dan panoftalmitis.
DD mata merah dengan visus turun dan visus normal
1. Mata merah : Visus normal Tidak kotor :
o Pterigium;o Pinguekula;o Episkleritis;
o Perdarahan sub-konjungtivaKotor :
o Keratitis;o Ulkus Kornea;o Glaukoma akut;o Uveitis;o Endoftalmitis;o Panoftalmitis
2. Mata tenang :Visus menurun perlahan :
o Katarak;o Glaukoma simpleks;o RetinopatiVisus menurun mendadak :
o Neuritis Optik;o Ablasio Retina;o Oklusi arteri retina sentral;o Oklusi vena retina sentral;o Perdarahan atau kekeruhan vitreus;o Uveitis posterior;o CSR;o Trombosis interna;o Malingering.
KonjungtivitisKeratitis / tukak kornea
Iritis Akut Glaukoma akut
Kornea JernihFluoresein
+++/-Presipitat Edema
Penglihatan N <N <N <N
Sekret (+) (-) (-) (-)
Fler - -/+ ++ -/+
Pupil N <N <N >N
Tekanan N N <N> N+++
Vaskularisasia. Konjungtiva posterior
SiliarPleksus siliar
Episkleral
Injeksi konjungtival Siliar Siliar Episkleral
Pengobatan Antibiotik
Antibiotika,
Sikloplegik,
bedah
Steroid,
Sikloplegik
+ Miotika diamox +
Uji Bakteri SensibilitasInfeksi local
Tonometri
Mata merah dengan visus normal dapat berupa :
A. KONJUNGTIVITIS Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata. Konjungtiva dibedakan bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum.
> Gambaran klinis
- Hiperemi konjungtiva bulbi,
- Lakrimasi,
- Eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari,
- Pseudoptosis akibat kelopak membengkak,
- Kemosis,
- Hipertofi papil,
- Folikel,
- Membran,
- Pseudomembran,
- Granulasi,
- Flikten,
- Mata merasa seperti adanya benda asing,
- Adenopati preaurikular.
Diagnosis Banding Konjungtivitis Gambaran Klinis
Tanda Bakterial Viral Alergik Toksik TRIC
Injeksi konjungtifitis
mencolok sedangRingan - sedang
Ringan - sedang
Sedang
Hemoragi + + - - -
Kemosis ++ + / - ++ + / - + / -
EksudatPurulen atau mukopurolen
Jarang, air
Berserabut, lengket putih
-Berserabut (lengket)
Pseudo membrane
+ / - + / - - - -
Papil + / - - + - + / -
Volikel - + -+
(medikasi)+
Nodus Preaurikular
+ ++ - - + / -
Panus - --
(kecuali vernal)
- +
Diagnosis Banding Tipe Konjungtivitis yang Lazim
Klinik & Sitologi
Viral Bacterial Klamidia Atopik (alergi)
Gatal Minimum Minimum Minimum Hebat
Hypremia Umum Umum Umum Umum
Air mata Profuse Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minimum Mengucur Mengucur Minimum
Adenopati preurekular
Lazim JarangLazim hanya Konjungtifitis enklusi
Tidak ada
Pewarnaan Monosit Bakteri, PMN PMN, Plasma Eosinofil
kerokan dan eksudat
Sel Badan – badan inklusi
Sakit tenggorok dan panas
Kadang – kadang
Kadang -kadang
Tidak pernah Tidak pernah
B. EPISKLERITISInflamasi lapisan superfisial sklera ini menyebabkan rasa tidak nyaman ringan. Jarang
berkaitan dengan penyakit sistemik. Biasanya sembuh sendiri namun karena gejala mengganggu, dapat diberikan terapi antiinflamasi topikal. Pada penyakit berat yang jarang terjadi, terapi antiinflamasi nonsteroid sistemik dapat membantu.
Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti tuberkulosis, rheumatoid atritis, lues, SLE,dll. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian dari adanya infeksi. Dapat saja terjadi secara spontan atau ideopatik.
Keluhannya mata terasa dengan rasa sakit yang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang kemotik. Untuk radang yang terjadi mempunyai gambaran khusus berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu dibawah konjungtiva. Bila benjolan ini di tekan akan memberikan rasa sakit yang menjalar di sekitar mata.
Episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yang dapat menyerang tempat yang sama atau berbeda dengan lama sakit 4 – 5 minggu, penyulit dapat timbul bila terjadi skleritis.
C. SKLERITISIni merupakan kondisi yang lebih serius dibandingkan dengan episkleritis dan mungkin
berhubungan dengan penyakit kolagen-vaskular, paling sering arthritis rheumatoid. Merupakan penyebab nyeri mata berat. Dapat timbul daerah inflamasi dan iskemia pada sklera. Yang khas adalah sklera yang terkena membengkak. Hal-hal berikut dapat memperburuk keadaan ini :
o Penipisan sklera (skleromalasia), kadang dengan perforasi;o Keratitis;o Uveitis;o Pembentukan katarak;o Glaukoma.Terapi memerlukan steroid sistemik dosis tinggi atau pada kasus berat dengan terapi
sitotoksik dan pemeriksaan penunjang untuk menemukan penyakit sistemik terkait.
Skleritis biasanya di sebabkan oleh penyakit sistemik. Lebih seringnya disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout. Kadang disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, pasca bedah.
Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada perempuan. Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu yang kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh. Mata merah berair, fotofobia, dengan penglihatan menurun. Terlihat konjungtiva kemotik dan sakit sehingga sering diduga adanya selulitis orbita.
Penyulit skleritis ditemukan berupa keratitis orbita, glaukoma, granuloma subretina, uveitis, ablasi retina eksudatif, proptosis, katarak, hypermetropia. Skleritis yang mengenai bagian posterior bola mata dapat menyebabkan efusi koroid atau menstimulasi tumor.
D. PINGUEKULA DAN PENGUEKULA IRITANSPinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua,
terutama yang matanya sering mendapat ransangan matahari, debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama dibagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula, akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar. Pada kasus ini tidak perlu diberikan pengobatan akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan dapat diberikan obat anti radang.
E. HEMATOMA SUBKONJUNGTIVAHematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh.
Contohnya : dikarenakan faktor usia, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtifitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan.
Pendarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung yang kadang – kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi. Besarnya perdarahan subkonjungtiva ini dapat kecil atau luas diseluruh subkonjungtiva. Warna merah akan berubah menjadi hitam setelah beberapa lama seperti pada.
Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1 – 3 minggu.
LI 4. Mampu Memahami dan Menjelaskan Keratitis
LO 4.1. Definisi
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun. Infeksi pada kornea bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran bowman dan lapisan profunda jika sudah mengenai lapisan stroma.
LO 4.2. Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
1. Virus2. Bakteri3. Jamur4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan ke sumber
cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya pembentukan
air mata7. Adanya benda asing di mata8. Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu, serbuk
sari, jamur, atau ragi9. Efek samping obat tertentu
LO 4.3. Klasifikasi
Keratitis Infeksi
A. Keratitis Bakterial Streptoccoccus alpha hemolyticus, Staphloccoccus aureus, Staphyloccoccus epidermydis
Bersifat indolen (menyebar secara perlahan dan superfisial), hipopion (pus di bilik mata) sering ditemukan pada pasien yang mendapat pengobatan steroid topikal.
Keratitis Staphyloccoccus aureus (Eksteen, 2010)
Streptoccoccus pneumoniaeUlkus kornea pnemokok biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi pada kornea yang mengalami abrasi.
Ulkus kornea penumokok (Riordan, 2010)
Pseudomonas aeruginosaLesi pada Pseudomonas aeruginosa ini cenderung menyebar ke segala arah karena pengaruh enzim proteolitik yang di hasilkan oleh bakteri ini sehingga menyebabkan ulkus dapat mengenai seluruh kornea dengan cepat dan mengakibatkan kerusakan parahm seperti perforasi kornea dan infeksi intraokular berat. Lesi ini sering ditemui pada pemakai soft lens terutama extended wear (bisa dipakai selama 1 minggu tanpa dilepas dan dibersihkan, dibersihkan setelah 1 minggu dan dapat dipakai kembali)
Keratitis Pseudomonas aeuroginosa, 3 minggu stlh infeksi (Hue, 2009)
Moraxella liquefaciensSering terjadi pada alkoholik, diabetes atau dengan penyebab imunosupresi. Ulkusnya sifatnya indolen yang mengenai mata bagian inferior dan meluas ke stroma dalam beberapa hari, jarang ada hipopion.
Mycobaterium fortuitum chelonei dan NocardiaUlkus ini sering timbul setelah adanya riwayat trauma atau berkontak dengan tanah
B. Keratitis JamurSering dijumpai pada pekerja pertanian, pemaikaian kortokosteroid dalam pengobatan mata, atau pemakaian soft lens. Ulkus jamur bersifat indolen dengan infiltrat kelabu sering dengan hipopion, ulserasi superfisial. Kebanyakan ulkus jamur disebebkan ileh organisme oportunis seperti candida, fusarium, aspergillus , penicilium, cephalosporium. Belum diketahui ciri khas yang membedakan macam-macam ulkus jamur ini (Riordan, 2010)
Keratitis Jamur (Singh, 2010)
C. Keratitis Virus Keratitis Herpes Simpleks / Dendritik
Kebanyakan jenis herpes pada penyakit keratitis adalah herpes simpleks 1 atau yang dapat disebut juga dengan herpes labialis perbedaannnya yaitu terletak di perjalanan klinis pada keratitis herpatika ini dapat berlangsung lama karena stroma kornea avaskulr menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke lokasi lesi, ada beberapa penemuan juga disebabkan oleh HSV 2 (Riordan, 2010).Sesudah infeksi primer, virus ini menetap secara laten di ganglion trigeminum, sehingga dapat mengakibatkan infeksi rekuren, penularannya biasanya melalui droplet
Keratitis Herpes Simpleks
Parut kornea akibat keratitis HSV rekuren (Riordan, 2010)
Keratitis Varicella ZosterBanyak mengenai orang dengan status imun lemah seperti pada orang lanjut usia, pasien mendapat imunosupresan, bisa karena infeksi primer saat di kandungan atau infeksi saat awal kehidupan. Pada keratitis kornea varicella jarang ditemukan dan umumnya jinak smenetara pada keratitis zoster lebih banyak ditemukan kadang ditemukan bersama keratouveitis (Riordan, 2010)
Herpes zoster of talmikus dibagi menjadi 3 fase, yakni:1. Fase akut
ditandai dengan penyakit seperti infuenza, demam, malaise, sakit kepala hingga seminggu sebelum tanda kemerahan muncul, neuralgia preherpetik, kemerahan pada kulit, timbulnya keratitis dalam 2 hari setelah kemerahan muncul, keratitis nummular yang muncul sekitar 10 harisetelah kemerahan muncul, dan keratitis disciform yang dapat terjadi setelah 3 minggu
2. Fase kronikDitandai dengan keratitis nummular selama berbulan-bulan, keratitis disiciform dengan jaringan parut, keratitis neutrofik yang dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder dan keratitis plak mukus yang dapat timbulsetelah bulan ketiga hingga ke enam
3. fase relapsdapat dijumpai bahkan hingga sepuluh tahun setelah fase akut..Hal ini dapat diakibatkan oleh peghentian tiba-tiba dari steroid topikal. Lesi yang paling umum adalah episkleritis, skeleritis, iritis, glaukoma, keratitisnumular, disciform atau plak mukus.
Defek epitelial dari keratitis varicella zoster (Diaz, 2011)
Keratitis AcanthamoebaAcanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat di dalam air tercemar yang mengandung bakteri dan bahan organik, biasanya dihubungkan dengan penggunaan lensa kontak lunak (lensa hidrogel silikion, lensa kontak rigid (permeabel gas) yang dipakai semaleman atau terpapar air atau yang terpapar,
Keratitis Acanthamoeba (Eksteen, 2010)
Keratitis Non Infeksi
A. Ulkus dan Infiltrat Marginalinfiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus, ulkus kornea marginal jinak dan nyeri. Sekunder akibat konjugtivitis bakteri akut dan kronik, ulkus ini bukan suatu proses infeksi pada kerokan tidak terdaoat bakteri penyebab. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang berdifusu melalui epitel kornea (Riordan, 2010)
B. Ulkus Kornea MoorenPenyebab ulkus mooren belum diketahui diduga karena autoimun paling sering mengenai usia lanjut. Wood dan Kaufman membagi ulkus mooren secara klinis menjadi 2 tipe:
Ulkus kornea Mooren pada perifer
1) Limited type atau benign mooren’s ulcerBiasanya bersifat unilateral dan gejala klinis yang ringan sampai sedang. Type ini cnderung terjadi pada usia yang lebih tua dan memiliki respon yang baik terhadap pengobatan medikamentosa maupun tindakan operasi.
2) Atypixcal type atau malignant mooren’s ulcerBiasanya bersifat progresif kasus bilateral biasanya terjadi pada pendertia yang lebih muda. Type ini disertai rasa yang sakit atau tidak respon terhadap segala bentuk terapi.
C. XeroftalmiaAdalah suatu keadaan dimana kornea kering karena kekurangan vitamin A baik dari asupan maupun karena gangguan absorpsi saluran cerna, terdapat bercak bitot, yaitu daerah berbuih, pada konjungtiva biasanya pada sisi temporal (Riordan, 2010)
Xeroftalmia
D. Keratitis Neurotropik Disfungsi ervus trigeminus karena trauma, tindakan bedah, tumor, peradangan. Pada tahap awal keratitis neurotropik, terdapat edam epitel bebercakdifus. Kemudian, terdapat daerah-daerah tanpa epitel (ulkus nerotropik) yang daopat meluas mencakup sebagaian besar kornea.
E. Keratitis pajananKeratitis pajanan timbul pada situasi apapun dengan kornea yang tidak cukup dibasahi dan dilindungi oleh palpebra. Contohnya eksoftalmos karena sebab apapun, ektrapion, trauma, bell’s palsy.
F. Keratitis adenovirusKeratitis yang timbul setelah 5-7 hari mulainya konjungtivitis oleh karena adenovirus.
G. Keratitis Pungtata SuperfisialKeratitis Pungtata Superfisialis adalah suatu keadaan dimana sel-sel pada permukaan kornea mati. Dapat terjadi sekunder akibat trauma, hipoksia, kekeringanKeratopati puntat epitel bentuk dendrit terjadi akibat toksisitas dan hipersensitif larutan lensa kontak yang berat. Lesi bentuk dendrit ini sedikit mengangkat plak epitel yang terwarnai dengan fluoresens.
H. Keratitis InterstisialKeratitis interstisial termasuk keratitis profunda, yaitu keratitis yang mengenai stroma lapisan dalam dan endotel kornea. Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam. Keratitis interstisial (KI) dapat terjadi akibat alergi atau infeksi spiroket ke dalam stroma kornea, dan tuberkulosis. Pada keratitis interstisial akibat lues kongenital didapatkan neovaskularisasi dalam, yang terlihat pada usia 5-20 tahun pada 80% pasien lues. KI merupakan keratitis nonsupuratif profunda disertai dengan neovaskularisasi. Biasanya akan memberikan keluhan fotofobia, lakrimasi, dan penurunan visus. Pada keratitis intertisial maka keluhan bertahan seumur hidup. Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat, permukaan kornea seperti permukaan kaca.
I. Keratitis sikaSuatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimale atau sel goblet yang berada di konjungtiva, yang dapat disebabkankarena:
- Defisiensi komponen lemak, seperti pada blefaritis kronik, distikiasis, danakibat pembedahan kelopak mata.
- Defisiensi kelenjar air mata, seperti padasjogren syndrome, sindrom relayday dan sarkoidosis.
- Defisiensi komponen musin, seperti pada avitaminosis A, trauma kimia, St. Even-Johnson syndrome.
- Akibat penguapan yang berlebihan.- Akibat sikatrik di kornea.
LO 4.4. Epidemiologi
Menurut Murillo Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New York untuk 35% di Florida. Spesies Fusarium merupakan penyebab paling umum infeksi jamur kornea di Amerika Serikat bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies Candida dan Aspergillus lebih umum di negara-negara utara. secara signifikan lebih sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak
LO 4.5. Patofisiologi
LO 4.6. Manifestasi Klinis
Gejala patognomik dari keratitis adalah terdapatnya infitrat di kornea. Infiltrat dapat ada di segala lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan pengobatan keratitis. Dua tanda subyektif lain yang dapat mendukung keratitis adalah fotofobia, lakrimasi, blefarospasme, dan gangguan visus. Injeksi perikornea di limbus merupakan tanda objektif yang dapat timbul pada keratitis, selain dapat pula terjadinya edema kornea.
Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap cahaya (fotofobia) dan penglihatan menjadi sedikit kabur. Jika penyebabnya adalah sinar ultraviolet, maka gejala-gejala biasanya
Contact lens
Overnight wear
Hypoxia
Induced swelling
Trauma
Epithelial disease
Periocular flora contaminated case of care
Adherence of bacteria to injured epihtelium
Transepithelial migration of bacteria
Early invasion of corneal stroma
Periocular flora contaminated cause of traumaEpitel defect
munculnya agak lambat dan berlangsung selama 1-2 hari. Jika penyebabnya adalah virus, maka kelenjar getah bening di depan telinga akan membengkak dan nyeri bila ditekan. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah mata terasa perih, gatal dan mengeluarkan kotoran.
LO 4.7. Diagnosis dan Pemeriksaan
Pada Varicella zooster Temuan karakteristik di daerah yang terlibat meliputi: o Berinti sel raksasa o Intranuklear inklusi tubuh o Ballooning dan degenerasi retikuler o Acantholytic keratinosit o Perivascular menyusup (neutrofil polimorfonuklear [PMN] dan sel mononuklear)
Pada infeksi herpes zoster kronis, reaksi granulomatosa (sel raksasa berinti banyak dan epithelioid) dapat ditemukan intraocularly (misalnya, badan, ciliary koroid, retina). Dilakukan pula pemeriksaan ketajaman visus untuk mengetahui adanya kelainan penurunan visus.
Pada jamur, mengandung pseudohifa. Pada virus HSV, kerokan dari lesi epitel dan cairan dari lesi kulit mengandung sel0sel raksasa multinuklear, bisa juga dilakukan PCR.
Pada P. Aeroginosa terdapat infiltrant dan eksudat berwarna hijau-kebiruan, pada kerokan di dapat gram negatif halus panjang. Pada Streptoccoccus pneumoniae, kornea di sekeliling ulkus jernih, terdapat hipopion, hasil kerokan terdapat gram positif berbntuk lancet. Pada Morazella liquefaciens hasil kerokan menampilkan diplobacili gram negatif besar dengan ujung persegi.
Pada Streptoccoccus Grup A stroma infiltrat dan sembab biasanya disertai hipopion berukuran sedang, kerokan mengandung kokus gram positif. Pada Mycobacterium fortuitum kerokan mengandung bakteri tahan asam dan gram positif berfilamen pada Nocardia.
Pada Acanthamoeba diagnosis ditegakkan dengan biakan di atas media khuss (agar nonnutrien yang dilapisai E.coli) pengambilan sebaiknya dulakukan dengan biopsi kornea dan kerokan kornea karena kemungkinan diperlukan untuk pemeriksaaan histopatologik untuk menemukan bentuk-bentuk amuba.
Pemeriksaan oftamologis: Visus menurun Lakrimasi Dapat dijumpai Blefarospasme Palpasi tekanan intra ocular normal Konjungtiva bulbi : injeksi siliar Kornea: infiltrate, tes fluoresin +/-, ulkus, descemetocele
Pada etiologi virus : sensibilitas kornea menurunPada etiologi bakteri : sekret (+)
Pada etiologi jamur : tumbuhan, lesi satelit, plak hipopion Bilik mata depan: sedang, flare (-), sel (-), hipopion (+/-) Pupil: bulat, reaksi cahaya (+/+) Iris: sinekia (-) Lensa : jernih
Pemeriksaan khusus :o Tes Flourescin untuk ulkuso Tes Fistel untuk perforasi korneao Tes Plasido untuk melihat permukaan korneao Tes sensibilitas kornea
Pemeriksaan Laboratoriumo Untuk menegakkan diagnosa etiologio Bahan : kerokan dengan spatel kimura dari
infiltrat / pinggir ulkus forniks konjungtiva
o Pewarnaan: Gram (bakteri) Giemsa (virus) KOH (jamur)
LO 4.8. Diagnosis Banding
Perbedaan antara keratitis dengan ulkus kornea adalah:Keratitis: Kelainan pada kornea akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea sehingga
kornea menjadi kering tanpa disertai hilangnya sebagian jaringan kornea. Faktor pencetus: Infeksi, mata kering, keracunan obat,alergi, konjungtivitis kronis sebelumnya. Pada pemeriksaan fluoresensi test, hasilnya adalah negative.
Ulkus kornea: Peradangan pada kornea disertai dengan hilangnya sebagian jaringan kornea. Faktor pencetus: luka kornea, dakriosistitis, konjungtivitis, gangguan nutrisi kornea, lagoftalmus, infeksi selama oprasi mata. Pada pemeriksaan fluoresensi test, hasilnya adalah negative.
LO 4.9. Tata Laksana
Keratitis Jamur1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya: topical amphotericin B1, 2, 5 mg/ml,
Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin>10 mg/ml, golongan Imidazole.2. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, thiomerosal, Na t amic in , Im idazo l .3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Na t amic in , Im idazo l .4. Actinomyces yang bukan jamur sejati:golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.
Keratitis Acanthamoeba
Antimikroba topikal mulai diberikan setiap jam dan dikurangi sesuai dengan tingkat keparahan toksisitas dan gejalanya. Pemberian propamidine (Brolene) dan neomisin (Neosporin), dilengkapi dengan mikonazole, klotrimazol, dan ketokonazol oral, telah digantikan oleh biguanide polyhexamethylene (PHMB). Dalam konsentrasi 0,02%, PHMB efektif dalam membunuh kista dan trofozoit pada berbagai ukuran dan mengakibatkan toksisitas relatif sedikit pada kornea. Terapi dilanjutkan setiap 1-2 jam sampai terlihat perbaikan klinis, biasanya dalam 1-2 minggu. Frekuensi pemberian diturunkan secara bertahap hingga 4 kali sehari. Pengobatan biasanya diberikan selama beberapa bulan sampai semua proses peradangan membaik. (Ventocillia, 2010)
Keratitis Varicella Zoster
Obat antiviral IV ataupun oral acyclovir 800mg 5x/hari selama 10-14 hari, valacyclovir 1gr 3x/hari selama 7-10 hari terapi baiknya dilakukan 72 jam setelah timbul kemerahan.
Keratitis Neurotropik Cara yang paling efektif adalah menutup mata dengan plester.
Keratitis Bakterial
Keratitis Herpes Simpleks Virus
1) Debridement Cara efektif untuk mengobati keratitis HSV adalah degan debridement epitel karena virus berlokasi di dalam epitel dan debribement juga mengurangi beban antigenik viruspada kornea, tetapi epitel terinfeksi mudah dilepaskan. Debridement dilakukan dengan aplikator khusus ujung kapas. Iodium atau eter topikal tidak bermanfaat dan dapat menimbulkan keratitis kimiawi, tetapi menggunakan obat Sikloplegik (homatropin 5% diteteskan ke dalam saccus konjungtvalis kemudian dibalut tekan, hal ini memerlukan perhatian husus dari dokter maupun perawat karena harus diperiksa tiap hari dan diganti balutanna sampai defek korneanya sembuh (umumnya 72jam).(Riordan, 2010)
2) Terapi antiviral idoxuridine, trifluridine, vidarabine, acyclovir.3) Terapi bedah
Keratoplasti penetrans diindikasikan untuk merehabilitasi penglihatan pasein dengan parut kornea berat, tindakan ini dilakukan beberapa bulan setelah herpesnya nonaktif.
4) PencegahanAspirin dapat dipakai untuk mencegah demam, pajanan berlebihan terhadap sinar matahari dapat dihindari.
Keratitis defisiensi vitamin A/ Xeroftalmia
Pemberian vitamin A 30.000 unit/hari selama 1 minggu pada orang dewasa, salep sulfonamida diberikan untuk mencegah infeksi sekunder. 1500-5000 IU untuk anak.
Keratitis Ulkus Mooren Terapi imunosupresif sistemik.
Pemakai lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril untk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk membersih- kan lensa kontak. Pemeriksaan mata rutin ke dokter mata disarankan karena kerusakan kecil di kornea dapat terjadi tanpa sepengetahuan kita. Jangan terlalu sering memakai lensa kontak. Lepas lensa kontak bila mata menjadi merah atau iritasi. Ganti lensa kontak bila sudah waktunya untuk diganti. Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu.
Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata dapat mengurangi resiko terjadinya keratitis. Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu menahan kerusakan mata dari sinar ultraviolet.
Organisme Rute Obat Pilihan Pertama Pilihan Kedua Pilihan KetigaKokus Gram (+), pneumokok
TopikalSubkonjungtiva
Sistemik
EritromisinSefazolin
Sefazolin
BasitrasinPenisilin G
Penisilin G
VankomisinEritromisinMetisilinEritromisin
Kokus/batang Gram (+) yang lain
Topikal
Subkonjungtiva
Basitrasin
SefazolinGentamisin
Sefazolin
MetisilinGentamisin
GentamisinVankomisinVankomisinMetisilin
Kokus Gram (-) Topikal
Subkonjungtiva
Sistemik
Eritromisin
MetisilinGentamisinPenisilin G
Basitrasin
GentamisinSefazolinSefazolin
GentamisinVankomisinEritromisinMetisilinEritromisin
Batang Gram(-)Pseudomonas
Topikal
Subkonjungtiva
Tobramisin
KarbenisilinTobramisin
Polimiksin B
GentamisinKarbenisilin
GentamisinKarbenisilinPolimiksin B
Batang Gram(-) lain
TopikalSubkonjungtiva
Sistemik
GentamisinGentamisinKarbenisilinAmpisilin
KarbenisilinGentamisinSefaloridinSefazolin
KloramfenikolKarbenisilinSefaloridinKarbenisilin
Organisme mirip jamur(=sp. Candida)
Topikal
SubkonjungtivaSistemik
Amfotericin BFlusitosinAmfotericin BFlusitosin
NatamisinFlusitosinMikonazolKetokonazol
NatamisinMikonazol--
Mikroorganisme mirip hyphae (=fungi)
TopikalSubkonjungtivaSistemik
NatamisinAmfotericin B-
Amfotericin BMikonazolKetokonazol
Mikonazol--
Organisme tidak dikenal;diduga disebabkan oleh bakteri
Topikal
Subkonjungtiva
Sistemik
GentamisinSefazolinGentamisinSefazolinPenisilin G
GentamisinBasitrasinGentamisinMetisilinNafsilin
Vankomisin
SefaloridinPolimiksin BSefazolin
Organisme tidak dikenal diduga disebabkan oleh jamur
TopikalSubkonjungtiva
Natamisin-
Amfotericin BMikonazol
Mikonazol-
LO 4.10. Prognosis
Prognosis quo ad vitam pada pasien keratitis adalah bonam. Sedangkan prognosis fungsionam pada keratitis sangat tergantung pada jenis keratitis itu sendiri. Jika lesi pada keratitis superficial berlanjut hingga menjadi ulkus kornea dan jika lesi pada keratitis tersebut telah melebihi dari epitel dan membran bowman maka prognosis fungsionam akan semakin buruk. Hal ini biasanya terjadi jika pengobatan yang diberikan sebelumnya kurang adekwat, kurangnya kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi yang sudah dianjurkan, terdapat penyakit sistemik lain yang dapat menghambat proses penyembuhan seperti pada pasien diabetes mellitus, ataupun dapat juga karena mata pasien tersebut masih terpapar secara berlebihan oleh lingkungan luar, misalnya karena sinar matahari ataupun debu.
Pemberian kortikosteroid topikal untuk waktu lama dapat memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun serta dapat pula mengakibatkan timbulnya katarak dan glaukoma yang diinduksi oleh steroid.
LO 4.11. Pencegahan
Pemakai lensa kontak harus menggunakan cairan desinfektan pembersih yang steril untk membersihkan lensa kontak. Air keran tidak steril dan tidak boleh digunakan untuk membersihkan lensa kontak. Pemeriksaan mata rutin ke dokter mata disarankan karena kerusakan kecil di kornea dapat terjadi tanpa sepengetahuan kita. Jangan terlalu sering memakai lensa kontak. Lepas lensa kontak bila mata menjadi merah atau iritasi. Ganti lensa kontak bila sudah waktunya untuk diganti. Cuci tempat lensa kontak dengan air panas, dan ganti tempat lensa kontak tiap 3 bulan karena organisme dapat terbentuk di tempat kontak lensa itu.Makan makanan bergizi dan memakai kacamata pelindung ketika bekerja atau bermain di tempat yang potensial berbahaya bagi mata dapat mengurangi resiko terjadinya keratitis. Kacamata dengan lapisan anti ultraviolet dapat membantu menahan kerusakan mata dari sinar ultraviolet.
LI 5. Mampu Memahami dan Menjelaskan kesehatan dan pandangan mata menurut Islam
Perintah :
“Katakanlah kepada orang-orang beriman (laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka dan sesungguhnya Allah maha mengetahui dengan apa yang mereka lakukan dan katakanlah kepada wanita hendaknya mereka menjaga pandangan mereka da memelihara kemaluan mereka.
Fungi mata: melihat dan penyempurnaan indera pendengaran
Tujuan : petunujk dalam kegelapan, melihat ayat-ayat Allah
Hukum Taklifi :
a. Wajib:melihat mushaf al quran,buku-buku yang bermanfaat, membedakan yang halal dan yang haram.
b. Haram :memandang wanita dengan syahwat
c. Sunnah :melihat muka dan telapak tangan calon istri yang diduga kuat lamarnya akan diterima, membaca buku-buku yang bermanfaat, melihat ulama dan orang tua untuk menghormati.
d. Makruh :melihat secara berlebihan sesuatu yang tidak ada manfaatnya.
e. Mubah :mendadak tanpa sengaja melihat lawan jenis, pasangan suami-istri melihat tubuh pasanganya, melihat sesama jenis (aurat)
Terapi :penyadaran diri bahwa Allah senantiasa melihat, berdoa dan meminta pertolongan Allah, berwudhu, memperbaharui taubat.
Lampiran
Diagnosis banding mata merah
Konjungtivitis Keratitis/ Tukak Kornea
Iritis akut Glaukoma akut
Kornea Jernih Fluoresein +++/- Presipitat EdemaPenglihatan N <N <N <NSekret (+) (-) (-) (-)Fler - -/+ ++ -/+Pupil N <N <N >NTekanan N N <N> N+++Vaskularisasi a.konjungtiva
posteriorSiliar Pleksus Siliar Episkleral
Injeksi Konjungtival Siliar Siliar EpiskleralPengobatan Antibiotic Antibiotika
sikloplegikbedah
Steroid sikloplegik
Miotika diamox +
Uji Bakteri Sensibilitas Infeksi local Tonometri
Diagnosis banding mata merah
Gejala subyektif
Glaucoma akut
Uveitis akut
keratitis Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis virus
Visus +++ +/++ +++ - - -Rasa nyeri
++/+++ ++ ++ - - -
Fotofobia + +++ +++ - - -Halo ++ - -- - - -Eksudat - - -/+++ +++ ++ +Gatal - - - - - ++demam - - - - -/++ -
Mata merah dapat di bagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merah dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yang merah.
Diagnosis banding mata merah dengan visus turun ataupun tidak turun
Kondisi Sakit Fotofobia Visus InjeksiKonjungtivitis Ringan/sedang Tak ada ringan Suram ringan
karena kotoranKelopak dan mata
Episkleritis Sedang Tak ada Normal Pembuluh2 dalam sclera sering lokal
Ulkus kornea karena bakteri
Tak ada sampai hebat
Bervariasi Biasanya menurun sering
Difus
atau jamurUlku kornea karena virus
Rasa benda asing Sedang
mencolok
Menurun ringan Ringan-sedangLuka bakar kornea non akali (ultraviolet atau lain-lain)
Sedang Hebat Menurun Sedang
Uveitis Ringan sampai sedang
Ringan sampai sedang
Normal atau menurun sedang
Dekat limbus
Glaukoma (akut) Hebat atau ringan
Hebat atau ringan
Menurun karena edema kornea
Difus
Selulitis orbita Tak ada hebat Tak ada hebat Normal atau menurun
Difus dengan kemosis
Endoftalmitis hebat Sedang- mencolok
Menurun secara mendadak
Hebat
Ringkasan gejala obyektif
Gejala subyektif
Glaucoma akut
Uveitis akut
keratitis Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis alergi
Injeksi siliar + ++ +++ - - -Injeksi konjungtival
++ ++ ++ +++ ++ +
Kekeruhan kornea
+++ - +/++ - -/+ -
Kelaianan pupil
Midriasis non- reaktif
Miosis ireguler
Normal/ miosis
N N N
Kedalaman COA
dangkal Normal N N N N
Tekanan intraocular
Tinggi Rendah N N N N
Sekret - + + ++/+++ ++ +Kelenjar preaurikular
- - - - + -
Daftar Pustaka
http://omfadly.blogspot.com/2008/12/menjaga-kesehatan-mata-cara-rasulullah.html
Journal Article. Fungal Keratitis. Dr. N. Bindu MS
Kennerley Banke's Clinical Ophthalmology. 4th ediition.
Leeson, C. Riland. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC
Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th edition (July 2002): By Deborah Pavan-Langston MD, FACS By Lippincott, Williams & Wilkins
Vaughan, Asbury, dan Riordan.2000.Oftamologi Umum.Jakarta : Widya Medika
Ilyas, Sidarta. 2004.Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga Jakarta : FKUI
Radjamin, Tamin, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya. 1984.
Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta : EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
EGC
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Departemen Penyakit Dalam FKUI.
Zuhroni. (2010). Profesionalisme Dokter dalam, Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran dan Kesehatan, hal 181-182. Bagian Agama Universitas Yarsi. Jakarta