yanto

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

ReferatAnkilostomiasis

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit DalamRumah Sakit Umum Daerah Wates

Diajukan Kepada:

dr. Habib, Sp. PDDisusun oleh :Raditya Priambodo

20100310058 Aditya Humar Pradipta 20100310

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015PENYAKIT CACING TAMBANG

I. PENGERTIANI. Penyakit Cacingan

Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk Nematoda usus. Sebagian besar dari Nematoda ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Diantara Nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) diantaranya yang tersering adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Trichuris trichiura

II. Cacing Tambang

Penyakit cacing tambang disebabkan oleh cacing Necator americanus dan Acylostoma duodenale. Penyakit ini termasuk kelas Nematoda dan tergolong dalam filum Nemathelmintesa. Penyakit ini terutama menimbulkan gangguan nutrisi pada hospesnya dan banyak diderita oleh golongan sosial ekonomi rendah, di mana golongan ini untuk memenuhi kecukupan gizi yang normal saja sering tidak cukup.

II. EPIDEMIOLOGIInsiden ankilostomiasis di Indonesia sering ditemukan pada penduduk yang bertempat tinggal di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat.

Kebiasaan buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Gandahusada, 2000).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32C-38C. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.

III. MORFOLOGI DAN DAUR HIDUPNecator americanus dan Ancyostoma duodenale adalah dua spesies cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus halus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi.

Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah.

Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru.

Di paru larvanya menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan (Menteri Kesehatan, 2006).

IV. PATOFISIOLOGICacing tambang hidup dalam rongga usus halus. Selain mengisap darah, cacing tambang juga menyebabkan perdarahan pada luka tempat bekas tempat isapan.

Infeksi oleh cacing tambang menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Kekurangan darah akibat cacingan sering terlupakan karena adanya penyebab lain yang lebih terfokus (Menteri Kesehatan, 2006)

V. GEJALA KLINISRasa gatal di kaki, pruritus kaki (ground itch, umumnya terjadi pada kaki), dermatitis dan kadang-kadang ruam makulopapula sampai vesikel merupakan gejala pertama yang dihubungkan dengan invasi larva cacing tambang ini. Selama larva terdapat didalam paru-paru dapat menyebabkan gejala batuk darah, yang disebabkan oleh pecahnya kapiler-kapiler dalam alveoli paru-paru, dan berat ringannya keadaan ini berganrung pada banyaknya jumlah larva cacing yang melakukan penetrasi ke dalam kulit.Rasa tak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus), mencret-mencret, merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi lebih kurang 2 minggu setelah larva mengadakan penetrasi ke kulit.

Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi cacing dan walaupun diperlulan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan gejala anemia tersebut tentunya bergantung pula pada keadaan gizi pasien.VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing tambang di dalam tinja pasien. Selain dalam tinja, larva juga dapat ditemukan dalam sputum. Kadang-kadang terdapat sedikit darah dalam tinja. Anemia yang terjadinya biasanya anemia hipokrom mikrositer. Beratnya anemia bergantung pada jumlah cacing dewasa yang terdapat di dalam usus, jumlah mana dapat diperkirakan dengan teknik cara menghitung telur cacing. Eosinofillia akan terlihat jelas pada bulan pertaa infeksi cacing ini.

VII. PENGOBATANPerawatan umum.

Perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik; suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia

Pengobatan Spesifik

Pirantel Pamoat

Selama 3 hari. Obat ini cukup efektif dengan toksisitas yang rendah dan dosis yang diberikan 10 mg/kg BB/hari sebagai dosis tunggal.

Albendazol

Diberikan dengan dosis tunggal 400 mg, tidak boleh diberikan pada wanita hamil Mebendazol

500 mg dosis tunggal atau diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari. Tetrakloretilen

Merupakan obat pilihan utama (drug of choice) terutama untuk pasien ankilostomiasis. Dosis yang diberikan 0,12 ml/kg BB, dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5ml. Pengobatan dapat diulang 2 minggu kemudian bila pemeriksaan telur dalam tinja tetap positif.

Befanium hidroksinafiat

Obat pilihan utama untuk ankilostomiasis dan baik untuk untuk pengobatan massal pada anak. Obat ini relatif tidak toksik. Dosis yang diberikan 5 g 2 kali sehari, dan dapat diulang bilamana diperlukan. Untuk pengobatan Necator americans, dosis diberikan untuk 3 hari.

Heksilresorsinol

Diberikan sebagai obat alternatif yang cukup efektif dan dosis pemberian obat ini sama seperti pengobatan askariasis yaitu 1 gr heksilresorsinol disusul pemberian laksans sebanyak 30 g MgSO4.

VIII. KONSELING DAN EDUKASI

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain:

a. Sebaiknya masing-masing keluarga memiliki jamban keluarga. Sehingga kotoran manusia tidak menimbulkan pencemaran pada tanah di sekitar lingkungan tempat tinggal kita

b. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk

c. Menghindari kontak dengan tanah yang tercemar oleh tinja manusia

d. Menggunakan sarung tangan jika ingin mengelola limbah/sampah

e. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktifitas dengan menggunakan sabun

f. Menggunakan alas kaki saat berkontak dengan tanah