Get Homework/Assignment Done Homeworkping.comHomework Help https://www.homeworkping.com/
Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/
Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sitesBAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kulit karena infeksi bakteri yang sering terjadi disebut pioderma.
Pioderma disebabkan oleh bakteri gram positif staphyllococcus, terutama S. aureus
dan streptococcus atau keduanya. Faktor predisposisinya yaitu higiene yang kurang,
menurunnya daya tahan tubuh (mengidap penyakit menahun, kurang gizi,
keganasan/kanker dan sebagainya) dan adanya penyakit lain di kulit yang
menyebabkan fungsi perlindungan kulit terganggu.1,2
Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri,yang
menyerang jaringan subkutis dan daerah superficial (epidermis dan dermis). Faktor
resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di
kulit atau gangguan pada pembuluh vena maupun pembuluh getah bening. Angka
1
kejadian infeksi kulit ini kira-kira mencapai 10% pasien yang dirawat di rumah
sakit.2,3
Daerah predilesi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia dan
ekstremitas atas dan bawah. Sekitar 85% kasus selulitis terjadi pada kaki dari pada
wajah, dan pada individu dari semua ras dan kedua jenis kelamin.3 Permulaan selulitis
didahului oleh gejala prodormal, seperti demam dan malaise, kemudian diikuti
dengan tanda-tanda peradangan yaitu bengkak, nyeri, dan kemerahan. Diagnosis
penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis.
Penanganannya perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SELULITIS
2.1. Definisi
Selulitis merupakan peradangan akut jaringan subkutis dapat disebabkan oleh
Streptokokus betahemolitikus, Stapilokokus aureus dan pada anak oleh Hemophilus
influenza.7
2.2. Etiologi
2
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus
aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada
anak adalah Haemophilus influenza tipe b (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup
A, dan Staphylococcus aureus. Streptococcuss beta hemolitikus group B adalah
penyebab yang jarang pada selulitis.6 Selulitis pada orang dewasa imunokompeten
banyak disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus
sedangkan pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh
organisme campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun
anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. Pada
imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan pada imunokopromais
lebih sering melalui aliran darah (buku kuning). Onset timbulnya penyakit ini pada
semua usia.8
Tabel 1: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)
3
4
Tabel 2 : Specific Anatomical Variants of Cellulitis and Causes of Predisposition to
the Condition 9
2.3. Epidemiologi
Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia di bawah 3 tahun dan
usia dekade keempat dan kelima2. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada
perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih
menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan resiko selulitis seiring
meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin.
2.4. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi untuk terjadi selulitis ini merupakan keadaan yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek; diabetes
mellitus, alkoholisme, dan malnutrisi. Selain itu umumnya terjadi akibat komplikasi
suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada
kulit yang normal.8
5
2.5. Gejala Klinik
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya semua
bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak.
Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus
disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula.
Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat
terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren).9
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan
malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema),
color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap,
tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada
infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik.
Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden.
Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.8,9
Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala prodormal
berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat,
sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais rentan
mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala
berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan
menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang
sama dapat terjadi elefantiasis.9
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang
dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya
trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas.
Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika
disebabkan oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial
subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens.8,9
6
Gambar 2.2 : Gambaran selulitis pada muka dan ekstermitas
2.6. Patogenesis
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang yang
menderita diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.6,7
7
Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan
menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin
mencerna barrier fibrin, dan lecithinase menghancurkan membran sel.2
Bakteri pathogen s.aureus , streptococcus group A
Menyerang kulit dan jaringan sub kutan
Meluas kejaringan yang lebih dalam
Eritema local pada kulit
Menyebar secara sistemik
Terjadi peradangan akut
Kerusakan integritas kulit
Edema dan kemerehan Nyeri tekan
Gangguan rasa nyaman dan nyeri
8
2.7. DiagnosisUntuk menegakkan diagnose selulitis cukup sulit, karena hampir mempunyai keluhan dan gambaran klinis yang sama dengan erysipelas,
adapun gambaran klinis dari selulitis yaitu 1,5
Gejala dan Tanda Selulitis
Gejala Prodormal Demam, malaise, nyeri sendi
dan menggigil
Daerah Predileksi Ekstrimitas atas dan bawah,
wajah, badan dan genitalia
Makula eritematous Eritema cerah
Tepi Batas tidak tegas
Penonjolan Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau Bula Biasanya disertai dengan
vesikel atau bula
Edema Edema
Hangat Tidak terlalu hangat
Fluktuasi Fluktuasi
Tabel 3. Gejala dan tanda selulitis.
Dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan
dapat menjadi septikemi. Selulitis yang disebabkan oleh H. influenza, lesi kulit
berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi
kebiru-biruan atau keunguan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan
oleh Streptokokus pneumonia. Anak dengan selulitis yang disebabkan oleh H.
influenza tampak sakit berat dan toksik dan sering disertai gejala infeksi traktus
respiratonius bagian atas, bakteriemi dan septikemi. Pada pemeriksaan darah tepi
selulitis terdapat leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
9
Pemeriksaan laboratorium sebeneranya tidak terlalu dibutuhkan pada sebagian
besar pasien dengan selulitis. Sepertinya halnya pemeriksaan laboraturium,
pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhnkan. Pada pemeriksaan darah
lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis pernyerta penyakit berat. Leukopenia
juga bisa ditemukan pada toxin-mediate cellulitis. ESR dan C-reactive protein (CRP)
juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan rumah sakit
dalam waktu lama. Pada banyak kasus, pemeriksaan Gram dan kultur darah tidak
terlalu penting dan efektif.1,2
2.8. Penatalaksanaan
Pada selulitis karena H. influenza diberikan ntuk anak (3bln-12thn) 100-200
mg/kg/d (150-300mg), >12 tahun seperti dosis dewasa. Selulitis karena streptokokus
diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM selama 6 hari atau dengan
pengobatan secara oral dengan penisilin V 500mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan S.aureus penghasil
penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin,
sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa 250-500 gram peroral; anak-anak:
30-50 mg/kgbb/ hari tiap 6 jam) selama 10 hari. Dapat juga digunakan klindamisin
(dewasa 300-450 mg/hr PO; anak-anak 16-20 mg/kgbb/hari setiap 6-8jam).3 Pada
yang penyebabnya SAPP selain eritnomisin dan klindamisin, juga dapat diberikan
dikloksasilin 500mg/hari secara oral selama 7-10 hari.
Pada pasien ini dilakukan insisi atau drainase, jika pasien selulitis ini telah
terjadi supurasi.4
2.9. Komplikasi
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit pada selulitis
dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah
merupakan indikator dini terjadinya bakterimia stafilokokus betahemolitikus grup
A.Selulitis pada wajah dapat menyebabkan penyulit intra kranial berupa meningitis.3
10
2.10. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya selulitis maka hal-hal di bawah ini perlu dilakukan:
Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dan menggunakan sabun atau
shampo yang mengandung antiseptik, agar kuman patogen secepatnya hilang dan
kulit. Mengatasi faktor predisposisi. Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit
atau bila telah terjadi kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera dirawat atau
diobati.1,2
BAB III
11
LAPORAN KASUS
3.1. Identifikasi
Nama : Ny.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 68 tahun
Alamat : Kertapati
Tanggal kunjungan / jam : 02 Mei 2013 / 11.30 WIB
3.2. Anamnesis
Keluhan utama :
Kaki kanan bengkak disertai luka dan kemerahan sejak 2 minggu yang lalu
Keluhan tambahan :
Demam dan disertai dengan mata merah dan bibir pecah- pecah
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Kisaran 2 minggu yang lalu pasien mengaku timbul bintil –bintil di kaki
kanan seperti digigit semut, setelah 3 hari kaki menjadi bengkak. Kemudian
pasien kedokter , pasien diberi obat asam urat dikarenakan setelah tes darah ,
ternyata asam urat pasien tinggi. Dari pengakuan pasien dia diberi 4 macam
obat dan pasien hanya ingat salah satu obatnya adalah antibiotik. Kisaran waktu
tersebut bintil berkembang menjadi luka akibat sering digaruk-garuk oleh
pasien.
Kisaran 2 hari sebelum pasien ke rumah sakit pasien mengalami demam dan
tidak napsu makan, disertai timbulnya bercak merah dikaki kanan dan disekitar
luka , serta muka tampak kaki mengalami peradangan dengan tanda-tanda
terdapat kemerahan dikaki, kulit terasa hangat , nyeri serta bengkak.
12
Riwayat penyakit dahulu :
Riwayat alergi terhadap obat-obatan, makanan, disangkal.
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit hati, ginjal, jantung, disangkal
Riwayat penyakit dalam keluarga :
Tidak ada anggota keluarga penderita yang memiliki memiliki penyakit ini
sebelumnya.
Riwayat Hyegine :
Pasien mandi dengan air PAM yang mengalir, tidak rutin 2 kali sehari.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Tanda Vital
- Kesadaran : kompos mentis
- Nadi : 82 x/menit
- Suhu : 36,5 0C
- Pernapasan : 20 x/menit
Status Generalisata
a. Kepala
- Wajah : normochepali
- Mata : konjugtivitis , sekret (+)/(+)
- Hidung : sekret (-)/(-)
- Telinga : sekret (-)/(-)
- Bibir: Kehitaman
13
b. Leher
- JVP 5-2 cmH2O
- Pembesaran tiroid (-)
- Pembesaran KGB (-)
c. Thorax
- Pulmo
Inspeksi : simetris, interkosta tidak melebar, retraksi tidak ada
Palpasi : vokal fremitus dextra = sinistra
Perkusi : sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+)/(+) normal, wheezing (-)/(-), ronki (-)/(-)
- Cor :
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : teraba iktus kordis pada ICS IV linea aksilaris anterior
sinistra
Perkusi :
batas atas : ICS II linea mid klavicularis sinistra
batas kanan: ICS IV linea parasternalis dextra
batas kiri : ICS IV-V linea aksilaris anterior sinistra
Auskultasi : S1/S2 normal, gallop (-), murmur (-)
d. Abdomen
- Inspeksi : datar, lemas
- Palpasi : teraba massa (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar lien
tidak teraba
14
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : BU (+) normal
e. Ekstremitas
- Superior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan maupun deformitas
- Inferior : edema (+), tidak ada kelainan fungsi maupun deformitas
f. Kulit : lihat status dermatologikus
Status Dermatologis :
Pada regio cruris,dorsum pedis dextra dan interdigiti II,III dan V pedis dextra
terdapat makula eritematosa , multipel, ukuran numular sampai plakat
penyebaran diskrit sampai konfluen
Terdapat flak hipopigmentasi multipel, ukuran numular sampai plakat
penyebaran konfluen.
Terdapat krusta kuning, multiper, ukuran miliar sampai numular penyebaran
diskrit sampai konfluens
Terdapat skuama kasar, selapis, jumlah multiple, penyebarannya konfluens
Pada regio dorsum pedis dextra terdapat erosi, multiple, ukuran lentikular
sampai numular, penyebarannya diskret
15
•
16
17
Pada regio cruris,dorsum
pedis dextra dan interdigiti
II, III dan V pedis dextra
terdapat makula
eritematosa ,flak
hipopigmentasi.,krusta
kehitaman, multiper,
ukuran miliar sampai
numular penyebaran diskrit
sampai konfluen Pada regio dorsum pedis dextra terdapat
erosi, multiple, ukuran lentikular sampai
numular, penyebarannya diskret
Terdapat skuama kasar, selapis, jumlah
multiple, penyebarannya konfluens.
3.4. Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pada pasien ini
Rencana dilakakukan pemeriksaan darah rutin pada pasien
3.5. Diagnosis Banding
1.Selulitis
2.Erisipelas
3.6. Diagnosis Kerja
Selulitis
3.7. Penatalaksanaan
Umum:
Rencana rawat inap untuk memperbaiki keadaan umum pasien
Menganjurkan pasien untuk meninggikan kaki pada saat tirah baring untuk
mengurangi pembengkakan.
Khusus:
Sistemik : Penisilin dosis tinggi 1,2-2,4 juta unit selama 14-21 hari
Antibiotik berspektrum luas seperti
Amoksilin 4 kali sehari 250 mg selama 5-7 hari.
Topikal : Kompres dengan antiseptik seperti povidon – yodium 5-10%.
3.8. Prognosis
a. quo ad vitam: bonam
b. quo ad functionam: bonam
c. quo ad sanationam: dubia ad bonam
d. quo ad cosmetica: dubia ad bonam
18
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Selulitis merupakan peradangan akut jaringan subkutis dapat disebabkan oleh
Streptokokus betahemolitikus, Stapilokokus aureus dan pada anak oleh Hemophilus
influenza.7 Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus
aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A. Faktor predisposisi untuk terjadi
selulitis ini merupakan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama
bila disertai higiene yang jelek; diabetes mellitus, alkoholisme, dan malnutrisi. Selain
itu umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain,
namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal.8 Faktor predisposisi
untuk terjadi selulitis ini merupakan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan
tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek; diabetes mellitus, alkoholisme, dan
malnutrisi. Selain itu umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi
kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal.8
Untuk menegakan diagnosis selulitis harus ditemukannya gejala prodormal
seblum timbulnya tanda-tanda selulitis yang khas. Daerah predileksi selulitis
biasanya pada ekstrimitas atas dan bawah, wajah , badan serta genitalia. Terdapat
makula eritema yang berbatas tegas dengan permukaan tidak telalu menonjol dan
biasanya disertai dengan vesikel atau bula , perabaan kulit yang khas yaitu hangat
disertai edema.2,3
Pada kasus ini ditemukannya tanda prodormal sebelum timbulnya tanda
selulitis yang khas. Dimana menurut pengakuan pasien , 2 hari sebelum masuk rs
pasien demam dan mengalami penuruna napsu makan, kemudian timbul bercak
kemerahan yang berbatas tegas disertai nyeri tekan , edema dan perabaan kulit yang
hangat. Predileksi pada kasus ini yaitu ekstermitas inferior; regio cruris dan dorsum
manus.
19
Anamnesis secara teori dan kasus
Anamnesis
Teori Kasus
Menyerang semua usia ,
anak-anak maupun dewasa
Tersering pada usia di
bawah 3 tahun dan usia
dekade keempat dan kelima
Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
Faktor predisposisi,
keadaan yang dapat
menurunkan daya tahan
tubuh terutama higiene
yang jelek, DM,
alkoholisme dan malnutri.
Bisa akibat komplikasi
suatu luka/ulkus atau lesi
kulit lain .
Gejala klinis umumnya
kemerahan dengan batas
jelas, nyeri tekan dan
bengkak
Selulitis biasanya didahului
oleh sistemik seperti
Usia 68 tahun
Wanita
Faktor predisposisi yang didapat adalah akibat
komplikasi lesi kulit .
Kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan
bengkak.
Pasien mengaku demam dan penurunan napsu
20
demam, mengigil dan
malaise. Daerah yang
terkena terdapat 4 kardinal
peradangan yaitu
rubor(eritema), color
(hangat), dolor (nyeri) dan
tumor ( pembengkakan).
Lokasi selulitis paling
sering di ekstermitas.
makan 2 hari seblum timbul bercak merah, dan
ditemukan juga 4 kardinal peradangan yaitu
rubor, colorm dolor dan tumor.
Ekstermitas inferior; regio cruris dan dorsum
pedis.
Berdasarkan data tersebut, maka mengarah ke selulitis. Kemudian dilakukan
pengkajian lebih lanjut berdasarkan status dermatologis.
Status Dermatologis berdasarkan teori dan kasus.
Status Dermatologis
Teori Kasus
Makula eritematosa atau kehitaman
menonjol diatas permukaan kulit
ukuran besar dan dapat mencapai
plakat
Pada regio cruris,dorsum pedis dan
interdigiti II,III,V terdapat makula
eritematosa , multipel, ukuran numular
sampai plakat penyebaran diskrit
sampai konfluen
Terdapat flak hipopigmentasi multipel,
ukuran numular sampai plakat
penyebaran konfluen.
Terdapat krusta kuning, multipel,
ukuran miliar sampai numular
21
penyebaran diskrit sampai konfluen
Terdapat skuama kasar, selapis, jumlah
multiple, penyebarannya konfluens
Pada regio dorsum pedis dan digiti
terdapat erosi, multiple, ukuran
lentikular sampai numular,
penyebarannya diskret
Pada status dermatologis di atas sesuai dengan teori dan anamnesis yang
didapat pada pasien, diagnosis pasien adalah: Selulitis
Diagnosis Banding
Gejala dan Tanda Erisipelas Selulitis (pada kasus)
Gejala Prodormal Demam, malaise, nyeri
sendi dan menggigil
Demam, tidak napsu
makan
Daerah Predileksi Ekstrimitas atas dan
bawah, wajah, badan dan
genitalia
Ekstrimitas bawah
Makula eritematous Eritema terang cerah Eritem kehitaman
Tepi Batas tegas Batas tegas
Penonjolan Ada penonjolan Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau Bula Biasanya disertai dengan
vesikel atau bula
Tidak disertai vesikel
dan bula
Edema Edema Edema
Hangat Hangat Hangat
Penatalaksanaan berdasarkan teori dan kasus.
22
PenatalaksanaanTeori 1,10 Kasus
- Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari
- Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan S.aureus penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/ hari tiap 6 jam) selama 10 hari.
- Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hr PO; anak-anak 16-20 mg/kgbb/hari setiap 6-8jam).3
Pada yang penyebabnya SAPP selain eritnomisin dan klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500mg/hari secara oral selama 7-10 hari.
- Pada pasien dilakukan insisi atau drainase, jika pasien selulitis ini telah terjadi supurasi.4
- Prognosis akan baik selama pengobatan sesuai dan teratur dengan anjuran.
Umum:
- Rencana rawat inap untuk memperbaiki
keadaan umum pasien
- Menganjurkan pasien untuk
meninggikan kaki pada saat tirah baring
untuk mengurangi pembengkakan.
Khusus:
- Sistemik : Penisilin dosis tinggi 1,2-2,4
juta unit selama 14-21 hari Antibiotik
berspektrum luas seperti Amoksilin 4
kali sehari 250 mg selama 5-7 hari.
- Topikal : Kompres dengan antiseptik
seperti povidon – yodium 5-10%.
Prognosis pada pasien ini
- quo ad vitam: bonam
- quo ad functionam: bonam
- quo ad sanationam: dubia ad bonam
- quo ad cosmetica: dubia ad bonam
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008
2. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, Seventh Edition. New York: McGrawHill: 2008.
3. Loretta Davis, MD, Professor. Erysipelas. Department of Internal Medicine, Division of Dermatology, Medical College of Georgia. Available at: http://emedicine.medscape.com /article/1052445-overview. Diakses pada tanggal 2 mei 2013.
4. Arnold HL, Odom RB, James WD. Andrew's Diseases of the Skin, Clinical Dermatology 8th. Philadelphia, London, Toronto: WB Saunders Co, 1990 : 27778
5. Eaglestein WH, AndrophyE. Erisipelas. In Current Dermatology Therapy Stuard Maddin (ed). Philadelphia: WB Saunders Co. 1982: 15356.
6. Moschella SL, Hurley HJ Dermatology, Vol. 1, 2nd ed. Philadelphia: Saunders Co, 1985 : 61819. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997
7. Bleehen, S.S. Anstey, A.V. Disorders of Skin colour. In; Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffith S. Rook’s Textbook of Dermatology. Seventh Edition. Vol II. Massachussets: Blackwell Science: 2004. p: 39.53-39.57.
8. Giuseppe Micali, MD, Head, Professor. Cellulitis. Department of Dermatology, University of Catania School of Medicine, Italy. Available at: http://emedicine.medscape.com /article/1053686-overview. Diakses pada tanggal 2 mei 2013.
9. Concheiro J , Loureiro M, González-Vilas D, et al. 2009. Erysipelas and cellulitis: a retrospective study of 122 cases. 100(10): 888-94
24
Recommended