Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan
Histopatologi terhadap Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi
Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang
Periode Januari 2011 sampai Desember 2014
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum
Oleh :
Sukma Kesit Anggraito
NIM : 125070100111102
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan
Histopatologi terhadap Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi
Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang
Periode Januari 2011 sampai Desember 2014
Oleh: Sukma Kesit Anggraito
NIM. 125070100111102
Telah di uji pada Hari : Kamis Tanggal : 28 Juli 2016 dan dinyatakan lulus oleh
penguji I :
dr. Imam Sarwono, Sp.PA NIP. 19521111 198002 1001
Penguji II / Pembimbing I Penguji III / Pembimbing II
dr. Diah Prabawati Retnani, Sp.PA dr. Santosa Basuki, Sp.KK NIP. 19751110 201412 2001 NIP. 19540829 198302 1002
Mengetahui Ketua Jurusan / Ketua Prodi
dr. Triwahju Astuti, M.Kes., Sp.P(K) NIP. 19631022 199601 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena
dengan berkat, rahmat dan izin dari-Nya naskah tugas akhir yang berjudul
“Akurasi Diagnosis Potong Beku dibandingkan dengan Histopatologi terhadap
Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum
dr.Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 sampai Desember 2014” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat selesai tidak lepas dari
bantuan, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan oleh banyak pihak.
Dalam kesempatan kali ini penulis dengan senang hati akan mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat
1. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes dan Dr. dr. Karyono Mintaroem, Sp.PA selaku
Dekan dan Mantan Dekan FKUB
2. dr. Triwahju Astuti, M.Kes., Sp.P(K) selaku Ketua Jurusan Kedokteran
FKUB yang mengesahkan Tugas Akhir ini
3. dr. Diah Prabawati Retnani, Sp.PA selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan mengarahkan dengan
penuh kesabaran, serta memberi nasehat dan semangat sehingga saya
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. dr. Santosa Basuki, Sp.KK selaku Dosen Pembimbing II yang selalu
bijaksana memberikan bimbingan, nasehat, masukan serta waktunya dalam
proses penelitian dan penulisan Tugas Akhir
5. dr. Imam Sarwono, SpPA selaku ketua Dosen Penguji yang telah
memberikan saya banyak masukan dan kesempatan untuk memberikan
yang terbaik dalam penyelesaian Tugas Akhir.
iv
6. Segenap staff Laboratorium Patologi Anatomi FKUB, Laboratorium Patologi
Anatomi RSSA yang telah membantu penulis daam menyelesaikan
penelitian ini
7. Kedua orang tua tercinta Bapak Budiono dan Ibu Sulikah, serta adik
Faradisa dan Naufal yang selalu memanjatkan doa, memberikan dukungan
dan juga kasih sayang kepada penulis.
8. Bellamita Chrisselda terimakasih telah meluangkan waktu, memberi
dukungan, motivasi serta doa demi kelancaran penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Dokter 2012.
10. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Tugas Akhir yang berada
di Laboratorium Patologi Anatomi, semoga ilmu yang kita dapatkan bisa
bermanfaat.
11. Sahabat-sahabat Medical Incorporation Team dalam menuntut ilmu,
Jennifer, Mawar, Chamel, Amir, Fandy, Thoha, Yoga, Dymas, Kemal, Fahmi,
Sunny, Ridho, Yenny, Akbar, terima kasih sudah menjadi sahabat terbaik,
memberikan semangat serta doa, semoga kita semua menjadi dokter
amanah.
v
ABSTRAK
Anggraito, Sukma. 2016. Akurasi Diagnosis Potong Beku Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Histopatologi Pada Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2010 Sampai Desember 2014. Tugas Akhir. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya : (1) dr. Diah Prabawati Retnani, SpPA (2) dr. Santosa Basuki, Sp.KK
Kulit adalah organ yang terletak paling luar, fungsi utama kulit yaitu sebagai pelindung dan pertahanan. Diantara semua penyakit kulit, neoplasma kulit perlu diperhatikan karena angka kejadiannya cukup tinggi. Seiring dengan perkembangan ilmu Patologi Anatomi dalam bidang sitopatologi, maka dikembangkanlah diagnosa Potong Beku, sebagai diagnosa intraoperative untuk neoplasma kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi pemeriksaan Potong Beku dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi pada pasien neoplasma kulit khususnya di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik denngan mengambil data sekunder dari rekam medik pasien neoplasma kulit. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat 36 kasus pasien neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan Potong Beku yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi hasil operasi. Berdasarkan 36 kasus tersebut diperoleh akurasi pemeriksaan Potong Beku adalah sebesar 97,22%, dengan sensitivitas 100%, spesifisitas 75%, prediksi positif 100%, prediksi negatif 96,96%. Berdasarkan hasil akurasi sebesar 97,22% maka hasil diagnosa pemeriksaan Potong Beku diprediksi memiliki hasil sesuai dibandingkan dengan Histopatologi. Namun ditinjau dari hasil uji spesifisitas sebesar 75% artinya sebesar 25% diperdiksi hasil diagnosa pemeriksaan Potong Beku jinak tidak sesuai dengan Histopatologi. Maka pemeriksaan Potong Beku merupakan pemeriksaan intraoperative yang cepat dan akurat. Tetapi diagnosa Potong Beku bukan sebagai pengganti diagnosa Histopatologi yang merupakan diagnosa pasti (gold standart) neoplasma kulit.
Kata Kunci: Potong Beku, Neoplasma Kulit, Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi Positif, Nilai Prediksi Negatif dan Akurasi Diagnosa.
vi
ABSTRACT
Anggraito, Sukma. 2016. Diagnostic accuracy of Potong Beku compared with Histopathology Examination in Patients with neoplastic skin disease at Pathological Anatomy Installation Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang within January 2010 until December 2014. Final Assignment, Medical Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisors: (1) dr. Diah Prabawati Retnani, Sp.PA (2) dr. Santosa Basuki, Sp.KK.
Skin is an organ that placed in the most outer parts of the body, the main function of the skin are protection and defense. Among all of skin diseases, neoplastic skin disease needs to be considered because the prevalence is high. Along with the development of Pathology Anatomy in cytopathology, the diagnosis Potong Beku is developed as a intraoperative diagnosis for neoplastic skin disease. The objective of this research is to know the accuracy of Potong Beku examination compared with histopathology examination in patients with neoplastic skin disease in Pathological Anatomy Installation Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. This research is diagnostic test-research which takes the secondary data from medical records of neoplastic skin disease patients. This study is a diagnostic test with take on secondary data from medical records of patients skin neoplasms. The result shows that there are 36 neoplastic skin disease patient cases done the Potong Beku examination and continued with histopathology examination of their mass that has been taken during surgery. According to that 36 cases, the accuration of FNAB exmination is 97.22%, with 100% sensitivity, 75% specificity, 100% positive prediction, 96.96% negative prediction. According on the results of an accuracy 97.22%, the diagnosis Potong Beku have predictable results as compared to histopathology. But in terms of test results specificity of 75% that means 25% Potong Beku diagnosis of benign predicted incompatible with Histopathology. Potong Beku is an durante operative examination, fast and accurate. But not as a substitute for Histopathology diagnosis which is a definitive diagnosis (gold standard) for skin neoplasms.
Keywords: Frozen Section, Skin Neoplasm, Sensitivity, Spesificity ,Positive Prediction, Negative Prediction dan Diagnostic Accuracy.
vii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................. i
Halaman Persetujuan ................... ......................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................... iii
Abstrak ............................................................................................................. vi
Abstract ........................................................................................................... vii
Daftar Isi .......................................................................................................... viii
Daftar Gambar ................................................................................................. xii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xv
Daftar Singkatan ..............................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Akademis ................................................................ 6
1.4.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Kulit................................................ 7
2.1.1 Anatomi Kulit ........................................................................ 7
2.1.2 Histolgi Kulit .......................................................................... 7
viii
2.1.3 Fisiologi Kulit ....................................................................... 11
2.2 Neoplasma Kulit ............................................................................... 12
2.2.1 Neoplasma Keratinosit ......................................................... 13
2.2.2 Neoplasma Melanosit ........................................................... 21
2.3 Diagnosis Neoplasma Kulit ............................................................... 25
2.3.1 Potong Beku .......................................................................... 25
2.3.2 Histopatologi ...... ................................................................... 28
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 28
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep .......................................................... 29
3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 29
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancang Bangun Penelitian ............................................................. 30
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 31
4.3 Cara Pengambilan Sampel .............................................................. 31
4.4 Populasi Penelitian ........................................................................... 31
4.5 Kriteria Sampel ................................................................................ 32
4.5.1 Kriteria Inklusi ........................................................................ 32
4.5.2 Kriteria Eksklusi ..................................................................... 32
4.5.3 Besar Sampel ........................................................................ 32
4.6 Variabel Penelitian ........................................................................... 33
4.7 Definisi Operasional ......................................................................... 34
4.8 Prosedur Penelitian .......................................................................... 35
ix
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Distribusi Jumlah Kasus Neoplasma Kulit Yang Diperiksa Potong Beku Di
Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Periode
Januari 2011 Sampai Desember 2014 ..................................................... 38
5.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Neoplasma Kulit Yang Diperiksa Potong
Beku ......................................................................................................... 39
5.2.1 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39
5.2.2 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Golongan Umur 40
5.2.3 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Kota Asal .......... 41
5.3 Distribusi Penderita Kasus Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Potong Beku, Hasil
Parafin Blok, dan Diagnosa Klinik ............................................................. 42
5.4 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit
Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Jinak dan Ganas Pemeriksaan
Potong Beku dan Parafin Blok ................................................................. 44
5.5 Distribusi Penderita Kasus Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Tepi dan Dasar
Operasi Potong Beku dan Parafin Blok .................................................... 45
5.6 Perhitungan Ketepatan Diagnostik (Sensifitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi
Negatif, Nilai Prediksi Positif, dan Akurasi Diagnostik) Penderita Neoplasma
Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014 ...................................... 46
5.7 Tabel Kesesuaian Diagnosa Pemeriksaan Neoplasma Kulit Yang Diperiksa
Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit
x
Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 sampai dengan
Desember 2014 ...................................................................................... 48
5.8 Hasil Gambaran Mikroskop Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi
Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang ............................ 50
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Kasus Neoplasma Kulit ...................................................................... 52
6.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Neoplasma Kulit Yang di Potong Beku ....
................................................................................................................. 53
6.3 Jenis Diagnosa Sitopatologi Penderita Neoplasma Kulit ......................... 54
6.4 Hasil Uji Kesesuaian ............................................................................... 55
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 57
7.2 Saran ......................................................................................................... 58
Daftar Pustaka ................................................................................................ 59
xi
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Hasil survey Riskesdas jumlah penderita kanker kulit di enam
Provinsi di Pulau Jawa tahun 2007 ................................................ 3
Gambar 2.1 Struktur Kulit Manusia ..................................................................... 7
Gambar 2.2 Basal Cell Carsinoma .................................................................... 14
Gambar 2.3 Basal Cell Carsinoma of (Multifical) Superficial type ....................... 15
Gambar 2.4 Nodular cystic BCC ......................................................................... 16
Gambar 2.5 Infiltrative Basal Cell Carcinoma ..................................................... 16
Gambar 2.6 Squamos Cell Carcinoma .............................................................. 17
Gambar 2.7 Adenosquamous Carcinoma ........................................................... 18
Gambar 2.8 Verruca Vulgaris dengan Fenomena Koebner .................................... 19
Gambar 2.9 Verruca Vulgaris dengan hiperkeratosis ............................................. 20
Gambar 2.10 Seborrheic keratoses ....................................................................... 21
Gambar 2.11 Melanoma Maligna in Congenital Nevous ...................................... 22
Gambar 2.12 This benign nevus has a regular border and a symmetrical shape ... 23
Gambar 2.13 Junctional Nevus .............................................................................. 23
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 28
Gambar 4.1 Prosedur Penelitian ........................................................................... 35
Gambar 5.7 Hasil Kesesuaian Pemeriksaan Neoplasma Kulit Yang Diperiksa
Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah
Sakit Dr. Saiful Anwar Malang ........................................................... 43
Gambar 5.8 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis basal
cell carcinoma tampak sel-sel basalid anaplasi, monoton, dan kecil
(HE, 100x) ........................................................................................ 50
xii
Gambar 5.9 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis
melanoma tampak sel melanosit anaplasi dengan pigmen bergranul
(HE, 400x) ......................................................................................... 50
Gambar 5.10 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis
squamous cell carcinoma tampak sel squamous anaplasi dengan
keratin pearl (HE, 100x) ................................................................... 51
xiii
Daftar Tabel
Tabel 4.1 Perhitungan Ketepatan Diagnostik ................................................. 30
Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Kasus Neoplasma Kulit Yang Diperiksa Potong Beku
Di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Periode Januari 2011 - Desember 2014 ........................................ 36
Tabel 5.2 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit yang Dilakukan Potong Beku
Berdasarkan Jenis Kelamin Section di Instalasi Patologi Anatomi
Periode Januari 2011 - Desember 2014 ........................................ 38
Tabel 5.3 Distribusi Usia Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Data Rekam
medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful
Anwar Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014 ................. 38
Tabel 5.4 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Kota Asal pada
Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014 ........................... 39
Tabel 5.5 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Hasil Potong Beku,
Hasil Parafin Blok, dan Diagnosa Klinik ......................................... 40
Tabel 5.6 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Hasil Jinak dan
Ganas Pemriksaan Potong Beku dan Parafin Blok ....................... 42
Tabel 5.7 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patolgi Anatomi Rumah
Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Tepi Operasi Potong
Beku .............................................................................................. 43
Tabel 5.8 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patolgi Anatomi Rumah
Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Dasar Operasi Potong
Beku dan ....................................................................................... 43
xiv
Tabel 5.9 Perhitungan Ketepatan Diagnostik Penderita Neoplasma Kulit di
Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang ......................................................................................... 44
xv
Daftar Lampiran
Hasil Rekapan Data Penelitian
61
xvi
Daftar Singkatan
CO2 = Karbondioksida
Dinkes = Dinas Kesehatan
HPV = Human Papiloma Virus
KSB = Karsinoma Sel Basal
KSS = Karsinoma Sel Squamosa
Na = Natrium
O2 = Oksigen
UV = Ultra Violet
WHO = World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya, dan tidak berguna bagi tubuh. Dalam klinik, istilah tumor
sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan,
yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau
perdarahan. Neoplasma membentuk tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan
disebabkan oleh neoplasma (Tjarta dkk, 1973). Sel-sel neoplasma berasal dari
sel- sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal, namun menjadi abnormal akibat
perubahan neoplastik (Price dan Wilson, 2006).
Neoplasma kulit adalah masa atau jaringan abnormal baru pada jaringan
kulit yang mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda dari sel atau jaringan
asalnya. Seiring dengan perubahan pola hidup ke arah yang tidak sehat,
semakin meningkatnya radiasi sinar ultraviolet, akibat-akibat dari toxin tertentu,
dan juga faktor genetik, mengakibatkan sel penyusun kulit mengalami
pertumbuhan yang tidak terkontrol dimana lazim disebut sel neoplasma.
Neoplasma dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu neoplasma jinak dan
neoplasma ganas atau yang sering disebut kanker (Suwandono, 2010).
Neoplasma kulit jinak yang sering dijumpai antara lain veruka vulgaris, keratosis
seboroik, nevus pigmentosus, kista epidermal yang mana veruka vulgaris dan
keratosis seboroik (Grace, 2011). Neoplasma kulit ganas yang paling sering
2
dijumpai yaitu Karsinoma Sel Basal (KSB) dan Karsinoma Sel Skuamosa (KSS)
(WHO, 2003).
Setiawan (2005) menyatakan neoplasma kulit ganas secara umum dibagi
atas dua golongan besar yaitu non melanoma maligna dan melanoma maligna.
Non melanoma maligna terbagi menjadi dua yaitu Karsinoma Sel Basal (KSB)
dan Karsinoma Sel Skuamosa (KSS). Lebih dari 3,5 juta kasus kanker kulit
ditemukan di Amerika Serikat dan menjadikan kanker kulit sebagai jenis kanker
terbanyak di negara tersebut. Diagnosis kanker kulit dapat ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan klinis dengan melihat eufloresensi kulit, pemeriksaan
penunjang seperti dermoskopi, serta pemeriksaan hispatologi sebagai standar
baku emas (gold standart). Terapi pada kanker kulit terdiri dari terapi
pembedahan dan non pembedahan dengan prognosis disesuaikan dengan tipe
kanker yang dialami (Maliawan, 2011).
Jumlah penderita kanker kulit meningkat pesat setiap tahunnya seiring
dengan menipisnya lapisan ozon di bumi akibat dari gas chlorofluorocarbon
(CFC) atau gas lainya maka sinar UV akan langsung masuk ke bumi. Terkait
dengan peningkatan penderita kanker kulit di dunia, kejadian kanker kulit di
Indonesia berada dalam peringkat ketiga yakni memiliki persentase sebesar
(15%) dari jenis kanker terganas setelah kanker leher rahim yang menduduki
peringkat pertama dengan persentase sebesar (55%) dan kanker kulit dengan
persentase sebesar (17%). Data pendukung lain terkait dengan kanker kulit yakni
didapatkan data patologi dari RSUP Ciptomangunkusumo bahwa kanker kulit
termasuk dalam peringkat pertama untuk kanker pada pria dan keempat pada
wanita setelah kanker leher rahim, kulit dan ovarium (Depkes, 2006).
3
Gambar 1.1 Hasil survey Riskesdas mengenai jumlah penderita kanker kulit di 6 (enam)
provinsi di Pulau Jawa tahun 2007.
Data yang diperoleh dari The Cancer Association of South Africa
(CANSA) menunjukkan bahwa pada tahun 2000-2001 kanker yang paling sering
terjadi adalah kanker kulit yang terdiri atas KSB, KSS, dan melanoma. Insiden
kanker kulit di Afrika Selatan nomor dua setelah Australia. Dilaporkan 20.000
kasus baru dan lebih dari 700 kematian yang diakibatkannya setiap tahun.
Sementara itu, kanker kulit di Australia masih merupakan kanker kulit tertinggi di
seluruh dunia. Seperti negara lain KSB lebih banyak dari KSS, dan melanoma.
Pada tahun 2002 insiden KSB sebesar 1337/100.000 penduduk, KSS sebesar
616/100.000 penduduk dan MM sebesar 45/100.000 penduduk.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia terdapat
sekitar 2 juta kasus baru setiap tahun kanker kulit non melanoma. Kanker kulit
jenis melanoma sekitar 132.000 kasus baru setiap tahunnya. Center of Diseases
Control (CDC) memperkirakan pada tahun 2005 di Amerika Serikat terdapat
sekitar lebih kurang 53.792 orang didiagnosa terkena kanker kulit melanoma dan
sekitar 8.345 orang meninggal dunia. Di Indonesia persentase kanker kulit
terdapat dalam kisaran angka 5,9–7,8% dari keseluruhan jenis penyakit kanker
(Suharyanto, 2004). Pada tahun 2007 Badan Riset Kesehatan Dasar melakukan
survey terkait dengan jumlah penderita kanker kulit pada 6 (enam) provinsi yang
berada di Pulau Jawa. Kondisi tersebut diperjelas dengan gambar 1.1 berikut.
4
Pada Gambar 1.1 menunjukkan bahwa jumlah kasus tumor atau kanker
tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Tengah, diikuti berturut-turut Provinsi Jawa
Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Provinsi Banten dan jumlah penderita kanker
kulit paling kecil terdapat pada Provinsi DI Yogyakarta. Hal tersebut menunjukkan
bahwa angka kejadian kasus neoplasma kulit di pulau Jawa masih cukup tinggi
terutama di wilayah Jawa Tengah.
Dalam membantu menentukan diagnosis kanker kulit terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan yakni FNAB, potong beku, dan Histopatologi
sebagai gold standart. Dari ketiga metode tersebut potong beku merupakan
metode yang tepat terkait dengan radikalitas dan kecepatan penegakan
diagnosa. Potong beku merupakan teknik pemeriksaan histologi, tetapi kemudian
digunakan untuk melihat substansi jaringan dan untuk mendiagnosa penyakit
pada biopsy jaringan pada kasus-kasus darurat (Bancroft & Cook, 1994). Potong
beku merupakan metode pengelolaan jaringan dengan tidak memakai proses
dehidrasi, clearing, dan embedding. Potong beku adalah prosedur laboratorium
patologi untuk melakukan secara cepat analisa mikroskopik spesimen. Biasanya
digunakan paling sering pada pembedahan onkologi (Simatupang, 2009).
Terdapat 149 kasus dengan persentase sebesar (88%) karsinoma sel
basal dan 20 kasus dengan persentase sebesar (12%) karsinoma sel skuamosa.
Margin negatif palsu yang ditemukan pada 19 kasus dengan persentase (11,2%)
dan margin positif palsu pada 11 kasus dengan persentase (6,6%). Pada kasus
tersebut tidak ditemukan hubungan antara batas positif palsu atau negatif palsu
dengan usia pasien, jenis kelamin, ukuran tumor, lokasi tumor, atau adanya kulit
rusak karena sinar matahari. Tingkat signifikan lebih rendah dari hasil negatif
palsu ditemukan pada kelompok tumor sisa (Rosenberg, et al 2008).
5
Penggunaan potong beku intra-operatif masih kontroversial dalam terapi
bedah kanker kulit non-melanoma, yang umumnya dianggap sebagai alat
opsional, kehandalan dan efektivitas yang tetap dipertanyakan. Dalam
mengidentifikasi radikalitas margin klinis yang pasti dari karsinoma kulit non-
melanoma sedikit sulit dilakukan dalam berbagai keadaan. Sclerosing karsinoma
sel basal biasanya memiliki batas yang tidak jelas menyerupai bercak kecil
scleroderma dengan pertumbuhan perifer dan sentral sclerosis. Masalah yang
timbul setelah tindakan bedah atau perawatan konservatif menyebabkan
kekambuhan pada kanker kulit (Nicoletti, et al 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui akurasi (ketepatan) diagnosa pemeriksaan potong beku
pada kasus neoplasma kulit di Instalasi Patologi Anatomi RSSA Malang periode
2011-2014 dengan cara membandingkan hasil potong beku di neoplasma kulit
dengan hasil histopatologi yang dijadikan sebagai gold standart.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil akurasi pemeriksaan potong beku penderita neoplasma
kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar Malang?
2. Bagaimana profil penderita neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan
potong beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar
Malang?
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan Umum penelitian ini adalah:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi dan
akurasi diagnosa potong beku pada neoplasma kulit di Instalasi patologi anatomi
Rumah Sakit Saiful Anwar Malang periode Januari 2011- Desember 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui hasil uji sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan potong beku
pada penderita neoplasma kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit
Saiful Anwar Malang.
2. Mendapatkan gambaran (profil) penderita neoplasma kulit yang dilakukan
pemeriksaan potong beku, meliputi jenis neoplasma, distribusi jenis kelamin,
distribusi umur, di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar
Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Manfaat akademis penelitian tugas akhir ini antara lain:
1. Untuk menambah pengetahuan tentang pemeriksaan potong beku pada
neoplasma kulit.
2. Sebagai dasar-dasar penelitian lebih lanjut.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian tugas akhir ini antara lain:
1. Dengan hasil penelitian ini dapat melihat akurasi diagnostik potong beku
pada pasien dengan diagnosa neoplasma kulit untuk menentukan status
keganasan tumor durante operasi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam bentuk data
pendukung bagi Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Saiful Anwar
Malang dalam upaya peningkatan radikalitas dan pelayanan di ruang operasi
terutama bagi penderita neoplasma kulit di rumah sakit tersebut.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Kulit
2.1.1 Anatomi Kulit
Gambar 2.1 Struktur Kulit Manusia
2.1.2 Histologi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
9
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat (David,2007).
A. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal pada telapak tangandan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari
seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis
menimbulkan perbedaan utama antara kulit tebal yang terdapat di telapak tangan
dan kaki, dengan kulit tipis yang terdapat pada bagian tubuh lainnya. Pemakaian
kata “tebal” dan ”tipis” merujuk pada ketebalan lapisan epidermis, yang bervariasi
antara 75 sampai 150 nm untuk kulit tipis dan 400 sampai 1400 nm untuk kulit
tebal.Ketebalan total kulit epidermis ditambah dermis juga bervariasi menurut
tempatnya (Anthony, 2002).
a) Stratum Korneum
Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin filamentosa birefringen. Filamen keratin
sekurang-kurangnya mengandung enam macam polipeptida dengan massa
molekul antara 40 kDa sampai 70 kDa. Kompisisi tonofilamen berubah sewaktu
epidermis berdeferensiasi dan ketika massa tonofibril bertambah dengan protein
lain dari granula keratohialin (Anthony, 2002).
10
b) Stratum Lusidum Berupa
Hanya dijumpai pada kulit tebal, dan terdiri atas lapisan tipis translusen
sel eosinofilik yang sangat pipih. Organel dan inti telah menghilang dan
sitoplasma hampir sepenuhnya terdiri atas filamen keratin padat yang
berhimpitan dalam matriks padat-elektron. Dormosom masih tampak di antara
sel-sel yang bersebelahan (Anthony, 2002).
c) Stratum Granulosum
Terdiri atas 3-5 sel lapis poligonal gepeng yang mengalami diferensiasi
terminal. Sitoplasmanya berisikan massa basofilik intens yang disebut granul
keratohialin. Struktur tersebut tidak berikatan dengan membran dan terdiri atas
masa filaggrin dan protein lain yang berhubungan dengan keratin tonofibril yang
menghubungkannya dengan struktur sitioplasma besar pada proses keratinisas
yang penting (Anthony, 2002).
d) Stratum Spinosum
Dalam keadaan normal lapisan epidermis yang paling tebal, terdiri atas
sel-sel kuboid atau gepeng dengan inti di tengah dengan nukleus dan sitoplasma
yang aktif menyintesis filamen keratin. Tepat di atas lapisan basal, sejumlah sel
masih membelah dan zona kombinasi ini terkadang disebut stratum
germinativum. Filamen keratin membentuk berkas yang tampak secara
mikroskopis disebut tonofibril yang berkonvergensi dan berakhir pada sejumlah
dermosom yang menghubungkan sel bersama sama secara kuat untuk
menghindari gesekan (Anthony, 2002).
e) Stratum Basale
Terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik yang terletak di
atas membran basal pada perbatasan epidermis-dermis. Stratum basale ditandai
dengan tingginya aktifitas mitosis dan bertanggung jawab, bersama dengan
11
bagian awal lapisan berikutnya atas produksi sel-sel epidermis secara
bersambungan. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari, bergantung
pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain. Semua keratnosit dalam stratum basale
mengandung filamen keratin intermediat berdiameter 10 nm yang terdiri atas
keratin (Anthony, 2002).
B. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “true skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkanya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal terdapat pada telapak kaki sekitar 3mm (David, 2007). Dermis terdiri dari 2
lapisan yaitu :
a) Lapisan Papiler yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b) Lapisan Retikuler yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,
bagian ini berrisi serabut penunjang misalnya elastin, kolagen, retikulin (Adhi,
2010).
C. Hipodermis
Hipodermis merupakan lapisan di bawah dermis atau subkutis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi subkutis /
hipodermis yakni adalah untuk isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk
tubuh dan mechanical shock absorder (David, 2007).
12
2.1.3 Fisiologi Kulit
A. Fungsi Proteksi
Kulit mempunyai bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang
yang dapat melindungi tubuh dari gangguan :
a) fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
b) kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
c) panas : radiasi, sengatan sinar UV
d) infeksi luar : bakteri, jamur.
B. Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui
muara saluran kelenjar.
C. Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea,
asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan
amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai vernix caseosa.
D. Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf
sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
a) Badan Ruffini di dermis dan subkutis yang peka rangsangan panas
b) Badan Krause di dermis yang peka rangsangan dingin
c) Badan Taktik Meissner di papila dermis yang peka rangsangan rabaan
13
d) Badan Merkel Ranvier di epidermis yang peka rangsangan rabaan
e) Badan Paccini di epidemis yang peka rangsangan tekanan
E. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Thermoregulasi)
Pengaturan suhu tubuh dapat dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh
darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh
saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna
sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih
edematosa (banyak mengandung air dan Na).
F. Fungsi Pembentukan Pigmen
Fungsi pembentukan pigmen karena terdapat melanosit (sel pembentuk
pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (Djuanda, Adhi, dkk. 2007).
2.2 Neoplasma Kulit
Neoplasma kulit adalah masa jaringan yang abnormal, tumbuh
berlebihan, tidak terkordinasi dengan jaringan normal. Sel neoplasma mengalami
transformasi, dari sel normal kemudian membelah. Pada neoplasma, proliferasi
berlangsung terus meskipun rangsang yang memulainya telah hilang. Proliferasi
demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai sifat progresif,tidak
bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya (Adji, 2010). Menurut WHO
neoplasma kulit dibagi menjadi 6 kelompok besar, yaitu:
1. Tumor keratinosit
2. Tumor melanosit
3. Tumor apendageal
4. Tumor hematolimphoid
14
5. Tumor soft tissue
6. Tumor saraf
Kejadian neoplasma kulit berasal dari keratinosit dan melanosit (Philip,2006).
2.2.1 Neoplasma Keratinosit
Neoplasma Keratinosit berasal dari epidermis dan keratinosit adneksa.
Neoplasma keratinosit terdiri dari lesi yang bersifat jinak berkembang menjadi
karsinoma sel skuamosa dan menunjukkan pertumbuhan agresif dari sel serta
terjadi metastasis. Neoplasma keratinosit sering ditemukan dan hal ini menjadi
masalah kesehatan yang signifikan meskipun angka kematiannya rendah (WHO,
2003).
A. Neoplasma Keratinosit Ganas
Neoplasma keratinosit ganas yang paling sering dijumpai adalah
karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.
a. Karsinoma Sel Basal (Basalioma)
Tipe kanker kulit terbanyak, bersifat lokal invasif, jarang bermetastasis
namun tetap memiliki peluang untuk menjadi maligna karena dapat merusak dan
menghancurkan jaringan sekitar. Karsinoma Sel Basal muncul akibat radiasi
sinar ultraviolet, biasanya di bagian wajah. Karsinoma Sel Basal jarang
menyebabkan kematian serta mudah diterapi dengan pembedahan maupun
radiasi (Made, et al).
Neoplasma jenis basalioma secara klinis bermanifestasi sebagai papul
seperti mutiara, yang sering mengandung pembuluh darah subepidermis yang
melebar (telangiektasis). Salah satu varian yang penting, karsinoma sel basal
superfisial, bermanifestasi sebagai plak eritematosa, kadang berpigmen yang
mirip dengan bentuk dini melanoma maligna. Pada pemeriksaan histologi, sel
15
tumor mirip dengan sel yang ditemukan di lapisan sel basal epidermis (George et
al).
Etiologi : Lebih dari 90% kanker tumbuh di kulit yang secara rutin
terpapar sinar matahari atau penyinaran ultraviolet lainnya. Karsinoma sel basal
juga bisa ditemukan di kulit kepala. Paling sering muncul pada usia diatas 40
tahun (Dinkes Sumbar, 2013).
Gambaran Klinis : Karsinoma sel basal tumbuh perlahan dan biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit, ini tidak tampak jauh berbeda dari kulit normal.
Ada pertumbuhan kulit atau benjolam yang berbentuk pearly atau lilin, pitih atau
merah muda terang, flesh-colored atau cokelat, dan dalam beberapa kasus kulit
sedikit terangkat atau bahkan datar. Dan juga tampak kulit yang mudah
berdarah, sakit yang tidak sembuh-sembuh, pembuluh darah tidak (Kevin, 2013).
Gambar 2.2 Basal Cell Carcinoma ( Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg,
David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).
Histopatologi : Berbagai varian umum dari Karsinoma Sel Basal dihubungkan
dengan pemeriksaan histopathologi. Histopathologi Karsinoma Sel Basal
dibedakan menjadi dua yaitu tidak berdeferensiasi yang disebut BSS Solid,
berpigmen yang meliputi BSS Superfisial, KSS sklerosis, BSS infiltrat, kemudian
tipe berdeferensiasi meliputi BSS keratosis, BSS kelenjar sebasea, BSS adenoid,
dan BSS nodular (Robert, 2014).
16
1) Karsinoma Sel Basal Superfisial
Karsinoma Sel Basal Superfisial terdiri dari sel-sel basaloid melekat pada
epidermis atau duktus ekrin ke dalam dermis dan dikelilingi stroma mixoid yang
longgar. Lobulus biasanya terbatas pada papilaris dermis (Philip, 2006).
Akantolisis telah dilaporkan dalam beberapa kasus baru. Pola ini mencapai 10-
15% dari seluruh tumor, dan merupakan pola yang biasa terlihat pada lesi yang
dihapus dari daerah bahu.
Gambar 2.3 Basal Cell Carsinoma of (Multifical) Superficial type (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).
2) Tipe Nodular
Varian nodular juga dikenal sebagai jenis jaringan yang besar. Tipe
nodular menyumbang sekitar 70% dari semua kasus Tipe nodular terdiri dari
pulau sel dengan palisade perifer dan susunan yang tidak teratur pada sel yang
lebih sentral. Ulserasi muncul pada lesi yang cukup besar. Pada gambar dibawah
ini ada nodul kistik berbatas tegas sel basaloid atipikal yang mendorong ke
dermis dalam pola nodular.
17
Gambar 2.4 Nodular cystic BCC (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).
3) Tipe Infiltrat
Histopatologi pola infiltrat Karsinoma Sel Basal muncul sebagai helai dan
kolom sel basaloid dengan sedikit sitoplasma, palisade perifer biasanya tidak
terlihat. Kemudian tidak ada fibrosis atau sklerosis. Pola infiltrat terutama terkait
dengan invasi perineural (Philip, 2006).
Gambar 2.5 Infiltrative Basal Cell Carcinoma (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).
2) Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma Sel Skuamosa adalah tipe kedua terbanyak setelah
Karsinoma Sel Basal, berasal dari sel skuamosa pada lapisan epidermis kulit.
Karsinoma Sel Skuamosa bermetastasis lebih sering dari Karsinoma Sel basal,
18
namun angka metastasisnya tidak terlalu tinggi kecuali pada telinga, bibir, dan
pasien imunosupresi (Made et al).
Etiologi : Faktor predisposisi Karsinoma Sel Skuamosa di antaranya
adalah paparan sinar ultra violet (UV), zat karsinogen yang berasal dari rokok
inflamasi kronis serta trauma bakar pada kulit. Faktor genetik (kanker kulit lebih
sering ditemukan pada orang berkulit terang, mata biru atau hijau dan rambut
pirang atau merah), pencemaran oleh bahan kimia, pemaparan berlebihan oleh
sinar X atau radiasi lainnya (Dinkes Sumbar, 2013).
Gambaran Klinis : Neoplasma ini biasanya terjadi pada wajah, telinga,
leher, tangan, atau lengan. Gejala utamanya terdapat benjolan yang berkembang
dan kasar dengan permukaan bersisik, kemerahan besar yang bisa lebih dari 1
inci. Tanda lain yaitu sakit yang tidak sembuh, perubahan kullit, dan tahi lalat.
Gambar 2.6 Squamos Cell Carcinoma ( Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006)
Histopatologi : Histopatologi Karsinoma Sel Skuamosa berupa sel-sel
epitel skuamosa yang timbul dari epidermis dan meluas sampai ke dermis. Sel-
sel memiliki banyak sitoplasma eosinofilik dan besar, vesikuler, nukleus. Tingkat
anaplasia dari jaringan tumor digunakan untuk menentukan tingkat kelas tumor.
19
Penilaian subjektif untuk neoplasma biasanya menggunakan kategori well,
moderate, dan poor differentiated.
Gambar 2.7 Adenosquamous Carcinoma (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).
B. Neoplasma Keratinosit Jinak
Neoplasma Keratinosit Jinak juga sering dijumpai dan biasanya secara
biologis kurang bermakna meskipun bagi pasien dapat menjadi sumber keluhan
psikologik. Neoplasma ini berasal dari epitel skuamosa pada epidermis dan
folikel rambut serta epitel duktus kelenjar kulit (George, 2004). Neoplasma
keratinosit jinak yang paling sering dijumpai adalah keratosis seboroik dan
veruka vulgaris (Philip,2006).
1) Veruka
Veruka adalah suatu penyakit kulit yang menular dan disebabkan oleh
human papillomaviruses (HPV). Prevalensi untuk veruka ini terdapat 10% pada
anak usia 2 sampai 12 tahun. HPV yang paling umum mengenai usia remaja dan
dewasa adalah infeksi HPV pada alat genetalia. Veruka terdapat tiga jenis yaitu
veruka vulgaris, veruka plana, dan veruka plantaris, dan yang paling sering
dijumpai adalah veruka vulgaris (Philip, 2006).
20
2) Veruka Vulgaris
Veruka vulgaris bersifat jinak, lesi papilomatous skuamosa disebabkan
oleh human papilomaviruses (HPV). Persamaan kata veruka vulgaris adalah
kutil. Sering terjadi pada usia anak-anak dan remaja meskipun juga sering
menginfeksi orang dewasa.
Etiologi : Secara umum kutil disebabkan oleh HPV-2, tetapi juga bisa
disebabkan oleh HPV-2,HPV-4, dan HPV-7. HPV 6 sering ditemukan pada anak-
anak.
Gambaran Klinis : Ukuran diameter papul kasar berukuran 0,2 : 1,5-2,0
cm. Kutil yang baru terbentuk disebut dengan fenomena koebner. Kutil secara
umum bersifat soliter atau multiple dan ditemukan di daerah ekstremitas
terutama jari dan tangan (Philip, 2006).
Gambar 2.8 Verruca Vulgaris dengan Fenomena Koebner (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006)
Histopatologi : Secara umum kutil ditandai dengan hiperkeratosis dan
akantosis. Keratinosit membesar dengan nukleus piknosis eksentrik dikelilingi
oleh halo perinukleus (selkoilositotik atau koilosit) merupakan karakteristik dari
papilloma yang dikaitkan dengan HPV. Sel yang terinfeksi papiloma viruses
mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil dan kelompok padat granul
21
keratohialin basofilik. Sel koilositotik biasanya sangat banyak,menunjukkan
sumber lesi virus (Philip, 2006).
Gambar 2.9 Verruca Vulgaris dengan hiperkeratosis (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).
3) Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik yang sering dijumpai ini umumnya timbul pada usia
pertengahan atau lanjut. Neoplasma ini tumbuh pada badan dan anggota badan,
yaitu kepala, leher, dan ekstremitas. (George, 2004)
Etiologi : Etiologi tidak dapat diketahui secara pasti, neoplasma ini
diduga ada kecenderungan familial dan diturunkan secara autosomal dominan.
Beberapa pendapat mengklasifikasikan seperti nevus epidermal pada stadium
lanjut oleh karena itu memiliki gambaran klinis dan histologi yang sama (George,
2004)
Gambaran Klinis : Gambaran lesi tampak sebagai plak bulat, datar, mirip
koin, dan berminyak dan berdiameter bervariasi mulai dari beberapa milimeter
sampai beberapa sentimeter. Keratosis seboroik berwarna uniform cokelat atau
cokelat tua dan biasanya memperlihatkan permukaan seperti granula. Lesi
menempel dan mudah terkelupas. Bentuk klinis lain berupa nodul soliter yang
berwarna kecokelatan (George, 2004).
22
Gambar 2.10 Seborrheic keratoses (Dikutip dari Arthur K Balin, MD, PhD, FACP Medical Director, The Sally Balin Medical Center. Medscape, 2014)
2.2.2 Neoplasma Melanosit
Neoplasma melanosit memiliki banyak variasi sifat jinak dan ganas dan
memiliki perbedaan gambaran klinis, morfologi, serta profil genetik. Neoplasma
Melanosit dapat memberi prognosis yang jauh lebih fatal daripada KSB dan KSS
karena dapat lebih agresif dan cepat metastasisnya secara limfatik maupun
hematogen. Penyebab dari neoplasma melanosit ini adalah faktor endogen
seperti genetik dan juga paparan daerah luar yaitu ultraviolet. Untuk mencegah
kematian pada penderita melanoma dapat dilakukan dengan pencegahan primer
salah satunya yaitu skrining. Neoplasma melanosit yang paling sering dijumpai
adalah melanoma maligna dan nevus (Philip, 2006).
1) Melanoma Maligna
Melanoma Maligna adalah neoplasma yang berasal dari melanosit,
merupakan salah satu neoplasma yang paling ganas pada tubuh dengan resiko
metastasis yang tinggi. Melanoma Maligna dapat dibagi menjadi empat yaitu
Superficial Spreading Melanoma, Nodular Melanoma, Lentigo Malignant
Melanoma, dan Acral Lentiginous Melanoma (Made et al).
23
Etiologi : Paparan sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet (UV)
merupakan penyebab terjadinya melanoma. Resiko terjadinya melanoma akan
meningkat seiring dengan terjadinya sunburn.
Gambaran Klinis : Sakit, ada benjolan, atau pertumbuhan pada kulit,
berdarah, perubahan warna. Melanoma maligna di kulit biasanya asimtomatik
meskipun gatal menjadi manifestasi awal. Sebagian besar lesi berdiameter lebih
dari 10 mm. Tanda klinisnya adalah perubahan warna, ukuran, atau bentuk suatu
lesi berpigmen. Variasi pigmentasi yang mencolok, tampak hitam, cokelat, abu-
abu, merah, biru tua. Tepi melanoma tidak rata, bulat, seragam.
Gambar 2.11 Melanoma Maligna in Congenital Nevous (Dikutip dari Philip E LeBoit, Gunter Burg, David Weedson, Alain Sarasin. Pathology and Genetic Skin Tumor, 2006).
2) Nevus
Nevus adalah istilah umum yang menggambarkan adanya bercak
berpigmen pada kulit. Nevus terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain yang
disebut nevus melanositik dan giant hairy nevus. Nevus jenis ini merupakan
kelainan yang jinak. Nevus melanositik oleh orang awamdikenal sebagai istilah
tahi lalat (nevus pigmentosus) Giant hairy nevus menjadi penting karena sekitar
10-15% dapat berkembang menjadi ganas. (Ditha, 2010)
Etiologi : Keterlibatan radiasi sinar ultraviolet. Sebagian besar nevus
muncul sebagai lesi tersendiri yang tidak berkaitan dengan sindrom melanoma
24
herediter atau faktor keturunan, dan resiko melanoma maligna pada keadaan ini
kecil.
Gambaran Klinis : Nevus dapat terjadi di manapun pada tubuh,
termasuk kuku, telapak tangan, dan telapak kaki. Warna nevus dapat bervariasi
dari merah muda pada kulit berwarna cokelat, namunlebih gelap pada orang
yang berkulit gelap. Nevus jinak biasanya simetris, memiliki batas halus, memiliki
warna sama, dan umumnya lebih kecil dari ukuran penghapus pensil (6 mm).
Gambar 2.12 This benign nevus has a regular border and a symmetrical shape (Dikutip oleh Freedberg, Irwin M., ed. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 2003)
Histopatologi : Nevus memiliki berbagai macam klasifikasi berdasarkan
lokasinya. Junctional Nevus merupakan salah satu klasifikasi dari nevus. Nevus
ini terdapat melanosit pada dermoepidermis, dengan bentuk sel kuboid dan
memiliki sitoplasma yang jelas.
Gambar 2.13 Junctional Nevus (Ditulis oleh David Elder, MB, CHB, FR CPA. LEVER'S
HISTOPATHOLOGY OF THE SKIN 2009)
25
2.3 Diagnosis Neoplasma Kulit
Diagnosis yang akurat untuk menentukan tumor neoplasma kulit tersebut
ganas atau jinak merupakan hal yang sangat penting, karena akan memiliki
dampak pada manajemen intraoperatif dan manajemen postoperative. Sehingga
selain dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik serta dermoskopi sangat
diperlukan pemeriksan lain yaitu Potong Beku dan histopatologi untuk
menentukan tumor tersebut ganas, jinak, atau jinak yang berpotensi menjadi
ganas dengan melihat struktur-struktur dalam sel tersebut. Standar baku emas
dalam menentukan diagnosa tumor neoplasma kulit adalah pemeriksaan
histopatologi.
2.3.1 Potong Beku
Potong beku adalah metode pemeriksaan sitologi dengan mengambil
jaringan yang telah di bekukan dengan cepat, dan dipotong oleh mikrotom,
kemudian segera diberi pewarnaan untuk diagnosis cepat dari lesi ganas yang
mungkin timbul. Jaringan dibuat dalam keadaan yang bersuhu kurang dari 0° C.
Material biologis yang dibekukan berbentuk bekuan padat karena kandungan
airnya yang sangat tinggi. Penggunaan utama dari prosedur Potong Beku adalah
pengambilan jaringan pada saat operasi berlangsung (Ganjali, 2012).
Selama prosedur Potong Beku, ahli bedah memotong sebagian dari
massa jaringan. Biopsi ini kemudian diberikan kepada ahli patologi (dokter yang
memeriksa jaringan kemudian menggunakan tes laboratorium untuk membuat
diagnosis). Ahli patologi membeku jaringan dalam mesin cryostat, memotong
dengan mikrotom, dan kemudian hapusan tersebut diberi dengan berbagai
pewarna sehingga dapat diperiksa di bawah mikroskop. Prosedur ini biasanya
hanya memakan waktu beberapa menit (Brender, 2005).
26
Kelebihan Potong Beku Menurut Brender (2005):
1) Apabila jaringan yang lebih diperlukan untuk membuat diagnosis yang
akurat, dokter bedah dapat memperoleh sampel tambahan, tanpa harus
melakukan operasi kedua.
2) Apabila jaringan berpotensi kuat untuk menjadi kanker dan dapat dioperasi,
massa dapat diambil pada saat itu,
3) Apabila jaringan berpotensi untuk menjadi jinak (bukan kanker), maka massa
tidak selalu perlu diambil dan operasi dapat berakhir.
4) Dapat membantu memastikan bahwa seluruh massa dan perbatasan
sekitarnya dihapus.
Kelemahan Potong Beku Menurut Jaafar (2006):
1) Potongan jaringan beku tidak mudah untuk dipotong dibandingkan dengan
histopatologi. Bagian ini biasanya tebal dan biasanya terlipat. Gelembung
udara dapat dengan mudah masuk ke bagian jaringan. Bagian yang tebal
dapat memberi kesulitan untuk memvisualisasikan dengan jelas detail inti sel
misalnya dalam kasus limfoma dan rincian sitoplasma dari histiosit,
oncocytes dan sel-sel tumor. Selain itu, jaringan lunak seperti jaringan otak
dan lemak yang sulit untuk dipotong dan dapat menyebabkan pemotongan
tidak lengkap dan terlipat sehingga mempengaruhi interpretasi slide.
2) Sampel jaringan yang dikirim ke laboratorium untuk Potong Beku biasanya
besar dan karena itu ahli patologi harus menggunakan kebijaksanaan untuk
sampel daerah jaringan yang paling representatif. Hal ini mungkin sangat
mempengaruhi interpretasi. Biasanya orientasi jaringan dikirim tidak jelas
dan komunikasi dengan ahli bedah di ruang operasi demikian penting
27
3) Tergantung pada seberapa baik dan seberapa cepat proses pembekuan
jaringan serta kadar air yang terkandung dalam sel, hal tersebut akan
menentukan apakah morfologi sel dipertahankan atau tidak. Namun, dalam
banyak kasus Potong Beku morfologi sel lebih rendah daripada yang dari
bagian hispatologi. Potong Beku cenderung menyebabkan sel menjadi lebih
besar dan terlihat kembung dan ahli patologi harus mengambil ini menjadi
pertimbangan ketika memeriksa sampel jaringan.
Metode Potong Beku
Langkah awal adalah mengidentifikasi tumor dengan metode pencitraan
non-invasif, langkah berikutnya dalam penanganan biasanya adalah
pembedahan. Konsultasi patologi intraoperasi sangat berperan dalam
penanganan tumor. Proses ini dapat dibagi dalam empat komponen, termasuk:
1. Pengetahuan frekuensi umum tumor
2. Keadaan klinis yang relevan
3. Pemeriksaan makroskopis
4. Penilaian histologi
Prinsip pemotongan potong beku sederhana: ketika jaringan dibekukan,
air di dalam jaringan berubah menjadi es, pada keadaan ini jaringan menjadi
keras, es berperan sebagai media embedding. Konsistensi blok beku dapat
dipengaruhi oleh variasi temperatur jaringan. Pengurangan suhu akan
menghasilkan blok yang lebih keras dan peningkatan suhu akan menyebabkan
jaringan menjadi lebih lembut. Mayoritas jaringan non-lemak yang tidak merekat
dipotong dengan baik pada suhu -25 derajat celcius tergantung pada sifat
jaringan. Pemotongan jaringan yang merekat membutuhkan suhu blok -10
derajat celcius atau lebih hangat. Jika lebih banyak air pada blok jaringan,
28
jaringan akan mempunyai konsistensi yang lebih keras, dibutuhkan suhu yang
lebih tinggi untuk memperoleh konsistensi yang ideal untuk pemotongan.
Untuk memberikan hasil yang baik, ketebalan pemotongan pada cryostat
merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi. Jaringan harus dalam
keadaan baik. Kualitas terbaik pada teknik cryostat section dihasilkan dari
jaringan yang tidak terfiksasi. Kondisi di dalam cryostat harus optimal, meliputi:
1. Temperatur blok harus tepat sebelum jaringan dipotong
2. Kerja microtome harus baik
3. Penyesuaian anti-roll plate harus tepat
Jaringan yang dibekukan harus dalam keadaan segar dan secepat
mungkin dibekukan. Apabila pembekuannya lambat dapat menyebabkan distorsi
dan akan terbentuk artefak kristal es pada jaringan. Ketebalan jaringan yang
dianjurkan untuk teknik potong beku adalah 6 (enam) mikron. Pada ketebalan ini
zat warna akan diserap dengan baik dan sediaan akan mudah untuk dibaca
sehingga ahli patologi akan dapat mengumpulkan banyak informasi.
Pemotongan yang lebih tipis akan menyebabkan pewarnaan yang pucat
karena zat warna kurang terserap dan akan banyak bagian yang tidak dapat
dibaca. Metode pewarnaan yang paling sering digunakan adalah modifikasi
hematoxylin yang dikombinasikan dengan eosin. Prosedur pewarnaan sama
seperti metode lainnya yang memakan waktu 1-2 menit. Pewarnaan yang lebih
cepat adalah polychromatic methylen blue yang membutuhkan waktu 1-2 detik
(Simatupang, 2008).
29
2.3.2 Histopatologi
Histopatologi adalah standar baku emas untuk mendiagnosa tumor
neoplasma kulit, sehingga semua penyakit tumor neoplasma kulit akan melalui
proses tersebut. Dengan melihat struktur sel dibawah cahaya mikroskop ahli
patologi dapat menentukan sel tersebut ganas atau jinak. Untuk pembuatan
preparat histopatologi dibutuhkan bahan utama berupa jaringan segar, yang
difiksasi dalam larutan formalin 10%. Jaringan dipotong dan diatur dalam tissue
cassetes, didehidrasi secara otomatis dengan mesin dehidrasi, dikeringkan
dengan mesin vaccum, dan diblok dengan cairan parafin, selanjutnya blok
tersebut dipotong 3-5 µm dengan mesin Mikrotom dan potongan tersebut
dilekatkan pada kaca obyek. Setelah itu kaca obyek diwarnai secara manual
dengan hematoksilin dan eosin. Pewarnaan tersebut akan memberikan
keseimbangan warna biru dan merah dengan jelas pada jaringan sehingga
komponen sel dapat diidentifikasi dengan jelas.
30
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Keterangan:
: yang diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Akurasi Diagnosa Potong Beku
Terhadap Neoplasma kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014.
True Positif
True Negatif
False Positif
False Negatif
Pasien Dengan Tumor Neoplasma Kulit
Anamnesa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
dermoskopi
Diagnosa Durante
Operasi
Akurasi
Sensitifitas
Spesitifitas
NPP/NPN
Diagnosa Klinis
Diagnosa Histopatologi
(Gold Standard)
Potong Beku
a) True Positif
b) True Negatif
c) False Positif
d) False Negatif
31
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Pada gambar diatas menjelaskan bahwa diagnosa klinis neoplasma kulit
dapat ditegakkan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Untuk menentukan
jenis neoplasma kulit jinak atau ganas dapat dilakukan pemeriksaan Potong
Beku pada saat dilakukan operasi. Sedangkan diagnosis pasti jenis tumor
ditegakkan atas dasar pemeriksaan post operasi histopatologi. Apabila pada
pemeriksaan Potong Beku ditemui jenis neoplasma kulit jinak, ternyata hasil
pemeriksaan histopatologi jenis tumor neoplasma ganas disebut False Negative
atau negatif palsu. Dan apabila pada pemeriksaan Frozen Section (potong beku)
ditemui neoplasma kulit ganas, ternyata hasil pemeriksaan histopatologi
dinyatakan neoplasma kulit jinak disebut False Positive atau positif palsu. Jika
pada pemeriksaan Potong Beku dan histopatologi dinyatakan sebagai
neoplasma kulit jinak disebut True Negative atau negatif sejati, dan jika
pemeriksaan Potong Beku dan histopatologi dinyatakan sebagai neoplasma kulit
ganas disebut True Positive atau positif sejati.
3.3 Hipotesis Penelitian
Potong Beku memiliki akurasi yang tinggi sebesar 90% sebagai
pemeriksaan diagnosa tumor neoplasma kulit di Instalasi Patologi Anatomi
Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2011 sampai
dengan Desember 2014.
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancang Bangun Penelitian
Desain penelitian ini bersifat observasional analitik yaitu berupa laporan
kasus yang memberikan gambaran (profil) penderita neoplasma kulit yang
dilakukan pemeriksaan potong beku dan uji diagnostik yang meliputi uji
sensitivitas, uji spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, serta
akurasi pemeriksaan potong beku neoplasma kulit di Rumah Sakit Umum
Saiful Anwar Malang. Penelitian ini dilakukan dengan cara mencatat semua
pasien penderita neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan potong beku
mulai periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 serta hasilnya
kemudian dicocokkan dengan hasil pemeriksaan potong parafin sebagai
standar baku emas.
Tabel Perhitungan ketepatan diagnostik
Standart Baku Emas (Histopatologi)
Ganas Jinak Jumlah
Ganas
A
(True Positif)
B
(False Positif)
a+b
Jinak
C
(False Negatif)
D
(True Negatif)
c+d
Jumlah
a+c
b+d
N
(a+b+c+d)
Pemerik-
saan
Frozen
Section
33
Sensitifitas :
Spesifisitas :
Nilai Prediksi Negatif : :
Nilai Prediksi Positif :
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum
Saiful Anwar Malang. Waktu Penelitian dimulai bulan Mei 2015 sampai dengan
bulan Juni 2016.
4.3 Cara Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari pengolahan data sekunder yang didapat dari
rekam medis pasien bedah neoplasma kulit yang sebelumnya dilakukan
pemeriksaan potong beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum
Saiful Anwar Malang Januari 2011 sampai Desember 2014.
4.4 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua kasus yang didiagnosis sebagai
neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan potong beku di Instalasi Patologi
Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang periode Januari 2011
sampai dengan Desember 2014.
a
a+c
a
b+d
a
a+b
d
c+d
34
4.5 Kriteria Sampel
4.5.1 Kriteria Inklusi:
1. Kasus tercatat dalam rekam medis di Instalasi Patologi Anatomi Rumah
Sakit Umum Saiful Anwar selama periode Januari 2011 sampai Desember
2014.
2. Kasus neoplasma kulit yang didiagnosa dengan melakukan pemeriksaan
potong beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar.
3. Terdapat hasil pemeriksaan histopatologi potong parafin yang menyertai
pemeriksaan potong beku.
4.5.2 Kriteria Eksklusi
Pasien dengan neoplasma kulit yang tidak dapat diinterpretasi (sampel
yang tidak adekuat) dengan potong beku.
4.5.3 Besar Sampel
1. Perhitungan besar sampel untuk uji observasional deskriptif :
Seluruh penderita neoplasma kulit yang melakukan pemeriksaan Potong
Beku yang kemudian dilanjutkan dengan operasi (pemeriksaan histopatologi)
potong parafin di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar
Malang Periode Januari tahun 2011 sampai Desember tahun 2014.
2. Perhitungan besar sampel untuk uji diagnostik digunakan rumus sebagai
berikut:
= ∝ 2
2
N = besar subjek yang didiagnosis positif oleh baku emas
P = sensitifitas alat yang diinginkan, yaitu 90%
35
Q = 1-P, yaitu 0,1
d = presisi penelitian, yaitu 10%
Zα = deviat baku alpha, yaitu 1,96
sehingga,
= 1,96 2 0,9 0,1
(0,1)2
= 34,57
= 35
Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebesar 35 subyek
yang didiagnosis positif neoplasma kulit.
4.6 Variabel penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka variabel yang
diteliti adalah variabel jenis kasus, jenis kelamin, umur dan histopatologi
neoplasma serta hasil uji sensitivitas, spesitifitas, nilai prediksi positif dan nilai
prediksi negatif pemeriksaan Potong Beku penderita neoplasma kulit di Instalasi
Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang periode Januari 2011
sampai Desember 2014.
Variabel Bebas : Pemeriksaan potong beku dan operasi (pemeriksaan
histopatologi) potong parafin, skala normal.
Variabel Tergantung : Hasil potong parafin berupa jinak atau ganas, skala
nominal.
36
4.7 Definisi Operasional
1. Potong Beku
Adalah potongan tipis jaringan yang diperolah dari specimen beku yang
sering digunakan untuk pemeriksaan mikroskopik cepat.
2. Neoplasma Ganas Kulit
Merupakan tumor ganas yang berasal dari kulit dan terdapat beberapa jenis
yaitu Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa, dan Melanoma
Maligna.
3. Operasi
Adalah tidandakan pembedahan pada suatu bagian tubuh, pada penelitian
ini berarti pengambilan jaringan yang abnormal pada kelenjar tiroid.
4. Sensitifitas
Adalah kemampuan uji diagnostik untuk mendeteksi adanya penyakit
(ketepatan diagnosis), merupakan proporsi subyek yang sakit dengan hasil
uji diagnostik positif dibandingkan dengan seluruh subyek yang sakit.
5. Spesifisitas
Adalah kemampuan uji diagnostik untuk menentukan neoplasma tersebut
bersifat jinak atau ganas, merupakan proporsi subyek sehat yang memberi
hasil uji diagnostik negatif dibandingkan dengan subyek yang tidak sakit.
6. Nilai prediksi positif
Adalah seberapa besar kemampuan uji diagnosa yang sedang diteliti dalam
memprediksi benar-benar adanya penyakit apabila hasil uji diagnosis
tersebut positif.
37
7. Nilai prediksi negatif
Adalah seberapa besar kemampuan uji diagnosa yang sedang diteliti dalam
memprediksi benar-benar tidak ada penyakit apabila hasil uji diagnosis
tersebut negatif.
8. Akurasi Diagnosa
Adalah kesesuaian secara keseluruhan antara uji diagnosa baru yang
sedang diteliti dengan uji diagnosa baku emas.
4.8 Prosedur Penelitian
Gambar 4.1 Prosedur Penelitian
Klasifikasi Tabulasi Tabel
Perbandingan Hasil
Potong Beku dengan
Histopatologi
Penentuan Hasil Sensitifitas,
Spesifisitas, Nilai Prediksi
Positif, Nilai Prediksi Negatif
38
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan hasil data rekam medis penderita neoplasma
kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.
Data yang digunakan untuk penelitian adalah mulai dari bulan Januari 2011
sampai Desember 2014. Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma
kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang
diperoleh sebanyak 36 kasus penderita neoplasma kulit yang dilakukan
pemeriksaan baik dengan histopatologi maupun dengan dilakukan tindakan
Potong Beku. Jumlah kasus yang ditemukan tersebut sama dengan jumlah
penderita yang dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Setelah didapatkan data, kami melakukan review pada slide yang
kemudian dicocokkan dengan hasil jawaban rekam medis. Data tersebut
kemudian diolah untuk menghasilkan suatu informasi mengenai kasus
neoplasma kulit. Informasi tersebut antara lain berupa deskripi penderita
neoplasma kulit berdasarkan usia, jenis kelamin, kota asal, jenis sitopatolgi, dan
berakhir dengan kesesuaian antara pemeriksaan histopatologi dan Potong Beku.
Untuk informasi lebih jelasnya akan dijabarkan di bawah ini.
5.1 Distribusi Jumlah Kasus Neoplasma Kulit Di Instalasi Patologi Anatomi
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 sampai Desember 2014
Berdasarkan data rekam medis Instalasi penderita neoplasma kulit
Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011
sampai Desember 2014 penderita neoplasma kulit yang di Potong Beku
didapatkan data sebanyak 36 orang penderita yang digolongkan berdasarkan
39
tahun kasus neoplasma dan selanjutnya terbagi menjadi dua jenis yakni
neoplasma ganas dan neoplasma jinak dengan rincian seperti tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Jumlah Kasus Neoplasma Kulit yang diperiksa Potong Beku
di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2011 – Desember 2014
Tahun Ganas Jinak Jumlah 2011 6 0 6
2012 0 0 0
2013 14 2 16
2014 13 1 14
Jumlah 33 3 36
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui kasus terbanyak adalah terjadi pada
tahun 2013 dengan jumlah 16 kasus dan diikuti tahun 2014 sebanyak 14 kasus.
Jumlah neoplasma ganas terbanyak adalah pada tahun 2013 yaitu 14 kasus dan
diikuti tahun 2014 yakni sebanyak 13 kasus neoplasma kulit ganas. Sedangkan
untuk kasus neoplasma kulit jinak sejumlah satu kasus pada tahun 2014 dan dua
kasus pada tahun 2013.
5.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Neoplasma Kulit Yang Diperiksa Potong Beku
5.2.1 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil data rekam medis penderita neoplasma kulit yang
ditemukan pada Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang, untuk mempermudah informasi maka penderita neoplasma dibedakan
berdasarkan jenis kelamin. Maka diperoleh informasi bahwa penderita
neoplasma kulit paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan frekuensi
sebanyak 23 orang atau sebesar 58,34%. Untuk keterangan lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
40
Tabel 5.2 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit yang dilakukan Potong Beku Berdasarkan Jenis Kelamin Periode Januari 2011 – Desember 2014.
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 15 41,66
Perempuan 21 58,34
Total 36 100,00
Berdasarkan hasil data rekam medis instalasi patologi anatomi Rumah
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang diketahui jumlah frekuensi terbanyak kasus
penderita neoplasma kulit adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 21
penderita.
5.2.2 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Golongan Umur
Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma kulit yang
dikumpulkan oleh Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful
Anwar Malang jika dikelompokkan berdasarkan rentang usia terbanyak penderita
neoplasma maka didapatkan rentang usia penderita terbanyak adalah pada
rentang usia lanjut yakni 61-70 tahun dengan persentase sebesar 27,78%. Untuk
data lebih jelasnya akan dijabarkan seperti pada tabel 5.2.2 di bawah ini.
Tabel 5.3 Distribusi usia penderita neoplasma kulit berdasarkan data rekam medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 – Desember 2014.
Usia (Tahun)
Neoplasma Persentase (%)
Ganas Jinak Jumlah
20-30 1 0 1 2,78
31-40 3 0 3 8,33
41-50 3 0 3 8,33
51-60 7 2 9 25,00
61-70 9 1 10 27,78
71-80 7 0 7 19,43
81-90 3 0 3 8,33
Total 33 3 36 100,00
41
Berdasarkan hasil data rekam medis penderita neoplasma kulit jika
ditinjau berdasarkan rentang usia maka diperoeh hasil terbanyak adalah pada
rentang usia 61-70 dengan persentase sebesar 27,78%. Diikuti dengan rentang
usia 51-60 yakni dengan persentase sebesar 25%. Hal ini menunjukkan bahwa
penderita neoplasma kulit khususnya di Rumah Sakit Dr. Saiful Anawar Malang
adalah pada rentang usia lanjut.
5.2.3 Distribusi Jumlah Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Kota Asal
Berdasarkan hasil data rekam medis penderita neoplasma kulit yang
diperoleh pada Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang menunjukkan bahwa mayoritas penderita neoplasma kulit berasal dari
daerah Malang dengan frekuensi sebanyak 20 penderita atau sebesar 55,56%
hal ini berkaitan dengan lokasi dari Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar yang lebih
terjangkau dengan warga Malang. Sedangkan sisanya penderita sangat
bervariasi dari kota yang ada di Jawa Timur dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 5.4 Distribusi Jumlah Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Kota Asal pada Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2011 – Desember 2014.
Kota Frekuensi Persentase (%)
Malang 20 55,56
Pasuruan 10 27,77
Blitar 4 11,11
Surabaya 1 2,78
Trenggalek 1 2,78
Total 36 100,00
Berdasarkan hasil data rekam medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah
Sakit Dr. Saiful Anwar Malang diperoleh hasil mayoritas penderita berasal dari
kota Malang. Hal ini sesuai dengan hasil frekuensi sebanyak 20 penderita atau
42
sebesar 55,56%. Sisanya disusul penderita neoplasma yang berasal dari kota
Pasuruan yakni sebesar 27,77% dan Kota Blitar sebesar 11,11%. Sisanya
masing-masing sebanyak 2,78% adalah kota Surabaya, dan Trenggalek.
5.3 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Potong Beku, Hasil Parafin Blok, dan Diagnosa Klinik
Tabel 5.5 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Hasil Potong Beku, Hasil Parafin Blok, dan Diagnosa Klinik
No. Diagnosa Klinik Hasil
Potong Beku Parafin Blok
1. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
2. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
3. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
4. Squamous Cell Ca Ganas Malignant Round Cell Tumor
5. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
6. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
7. Melanoma Maligna Jinak Verruca Vulgaris
8. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
9. Melanoma Maligna Ganas Basal Cell Carcinoma
10. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
11. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
12. Melanoma Maligna Ganas Melanoma Maligna
13. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
14. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
15. Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma
16. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
17. Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma
18. Melanoma Maligna Ganas Melanoma Maligna
19. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
20. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
21. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
22. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
23. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
24 Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma
25. Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma
26. Squamous Cell Ca Ganas Squamous Cell Carcinoma
27. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
28. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
29. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
30. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
31. Basalioma Ganas Basal Cell Carcinoma
43
No. Diagnosa Klinik Hasil
Potong Beku Parafin Blok
32. Melanoma Maligna Ganas Pigmented Dermatofibrio
Sarcoma Protuberans
33. Melanoma Maligna Ganas Jinak
34. Squamous Cell Ca Jinak Lymphadenitis kronika
35. Melanoma Maligna Ganas Melanoma Maligna
36. Basalioma Jinak Jinak
Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma kulit Instalasi
Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2011
sampai dengan Desember 2014 diperoleh sebanyak 36 penderita neoplasma
kulit dengan berbagai jenis diagnosa. Penderita neoplasma kulit jika ditinjau dari
hasil Potong Beku sebagian besar adalah ganas dengan jumlah 32 penderita
dan sisanya sebanyak 3 penderita dengan hasil Potong Beku jinak. Pada tabel
5.5 terdapat pula hasil dari parafin blok penderita neoplasma kulit dengan jenis
neoplasma terbanyak adalah Basal Cell Carcinoma sebanyak 22 penderita dan
sisanya dengan beragam jenis neoplasma dan non neoplasma. Sedangkan
penderita neoplasma kulit apabila ditinjau berdasarkan diagnosa klinik yang
terbanyak adalah penderita dengan diagnosa basalioma sebanyak 22 kasus dan
sisanya adalah terdiri dari jenis lain neoplasma kulit ganas seperti Squamous
Cell Carcinoma dan Melanoma Maligna.
Jika ditinjau secara rinci distribusi penderita neoplasma kulit Instalasi
Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anawar Malang berdasarkan jinak dan
ganas serta berdasarkan tepi dan dasar untuk mengetahui masing-masing
jumlah diantara keduanya akan tersaji pada tabel 5.6 sampai dengan tabel 5.8 di
bawah ini.
44
5.4 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Hasil Jinak dan Ganas Pemeriksaan Potong Beku dan Parafin Blok
Tabel 5.6 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Berdasarkan Hasil Jinak dan
Ganas Pemeriksaan Potong Beku dan Parafin Blok
Parafin Blok
Jinak Ganas
Po
ton
g B
eku
Jinak 3 0
Ganas 1 32
Berdasarkan tabel 5.6 di atas dapat diketahui distribusi penderita
neoplasma kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 sejumlah 36 penderita.
Sejumlah penderita tersebut diketahui dengan pemeriksaan Potong Beku jinak
dan hasil parafin blok jinak pula sebanyak 3 orang penderita, hasil Potong Beku
ganas dan parafin blok jinak sebanyak satu orang penderita dan sisanya
sebanyak 32 penderita memiliki hasil pemeriksaan Potong Beku ganas dan hasil
parafin blok ganas pula. Tidak ada satupun penderita yang memiliki hasil
pemeriksaan potong beku jinak dan hasil parafin blok ganas. Dengan hasil
perhitungan pengelompokan berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dapat
diketahui bahwa sebagian besar pemeriksaan Potong Beku dengan parafin blok
adalah sesuai.
45
5.5 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Tepi dan Dasar Operasi Potong Beku dan Parafin Blok
Berdasarkan data rekam medik Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit
Dr. Saiful Anwar Malang diperoleh sebanyak 36 penderita neoplasma kulit.
Sejumlah data yang diperoleh kemudian diolah untuk menghasilkan sebuah
informasi salah satunya mengenai tepi dan dasar operasi baik pemeriksaan
potong beku maupun dengan parafin blok. Untuk data lebih jelasnya akan tersaji
pada tabel 5.7 dan 5.8 di bawah ini.
Tabel 5.7 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Tepi Operasi Potong Beku dan Parafin Blok
Parafin Blok
Radikal Tidak Radikal
Po
ton
g B
eku
Radikal 20 3
Tidak Radikal
2 6
Tabel 5.8 Distribusi Penderita Neoplasma Kulit Instalasi Patologi Anatomi Rumah
Sakit Dr. Saiful Anwar Malang Berdasarkan Dasar Operasi Potong Beku dan Parafin Blok
Parafin Blok
Radikal Tidak Radikal
Po
ton
g B
eku
Radikal 16 4
Tidak Radikal
3 8
46
Berdasarkan tabel pengelompokan radikalitas menurut tepi dan dasar
operasi yang telah dijabarkan pada tabel 5.7 dan tabel 5.8 diatas bahwa
sebanyak 20 penderita atau sebesar 64,51% penderita neoplasma kulit memiliki
tepi baik potong beku maupun parafin blok radikal. Sedangkan untuk dasar
operasi memiliki tingkat radikalitas sebesar 51,61% atau sebanyak 16 penderita
neoplasma kulit. Pada pengelompokkan ini terdapat 5 data rekam medik pasien
yang tidak digunakan dikarenakan tidak terdapat keterangan mengenai tepi dan
dasar operasi sehingga tidak bisa mengetahui radikalitas neoplasma kulit yang
diderita oleh penderita neoplasma.
5.6 Perhitungan Ketepatan Diagnostik (Sensifitas, Spesifitas, Nilai
Prediksi Negatif, Nilai Prediksi Positif, dan Akurasi Diagnostik)
Penderita Neoplasma Kulit di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit
Umum Dr. Saiful Anwar Periode Januari 2011 – Desember 2014
Tabel 5.9 Perhitungan Ketepatan Diagnostik Penderita Neoplasma Kulit di
Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anawar
Malang
Parafin Blok
Ganas Jinak Jumlah
Po
ton
g B
eku
Ganas A
32
B
1
(A+B)
33
Jinak C
0
D
3
(C+D)
3
Jumlah (A+C)
32
(B+D)
4
(N)
36
Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma kulit Instalasi Patologi
Anatomi Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang yang telah diolah dapat diketahui
nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi negatif, nilai prediksi positif dan
47
akurasi diagnosa Potong Beku terhadap Parafin Blok. Perhitungan lebih jelasnya
akan dijabarkan di bawah ini.
a. Sensifitas
= = 100%
artinya pemeriksaan Potong Beku mempunyai kemampuan mencapai 100%
dalam mendiagnosis secara tepat pada orang yang menderita neoplasma kulit
yang harus dilakukan pemeriksaan Potong Beku.
b. Spesifisitas
= = 75%
artinya pemeriksaan Potong Beku mempunyai kemampuan sebesar 75% untuk
mendiagnosis dengan benar pada penderita neoplasma kulit yang tidak
memerlukan pemeriksaan Potong Beku.
c. Nilai Prediksi Negatif
= = 96,96%
artinya kemungkinannya mencapai 97,36% bahwa orang dengan hasil tes negatif
menggunakan pemeriksaan potong beku akan benar-benar tidak memiliki kondisi
yang diuji.
d. Nilai Prediksi Positif
= = 100%
a
a+c
x 100 % 32
32
x 100 %
d
b+d
x 100 % 3
4
x 100 %
a
a+b
x 100 %
3
3
x 100 % d
c+d
x 100 %
32
33
x 100 %
48
artinya kemungkinannya mencapai 100% bahwa orang dengan hasil tes positif
menggunakan pemeriksaan potong beku akan benar-benar memiliki kondisi yang
diuji.
e. Akurasi Diagnostik
= = 97,22%
Tingkat akurasi pemeriksaan Potong Beku pada penderita neoplasma kulit
memiliki nilai yang cukup tinggi yakni sebesar 97,22% yang berarti hasil
pemeriksaan Potong Beku sesuai dengan hasil parafin blok.
5.7 Tabel Kesesuaian Diagnosa Pemeriksaan Neoplasma Kulit Yang
Diperiksa Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi
Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 –
Desember 2014.
Gambar 5.7 Hasil Kesesuaian Pemeriksaan Neoplasma Kulit yang diperiksa Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 - Desember 2014.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sesuai Tidak Sesuai
Hasil Kesesuaian Pemeriksaan Neoplasma Kulit yang Diperiksa Histopatologi dan Frozen Section
a+d
N
x 100 % 35
36
x 100 %
49
Berdasarkan gambar 5.7 diatas didapatkan informasi bahwa penderita
neoplasma kulit dengan pemeriksaan histopatologi dan Potong Beku yang
dikumpulkan berdasarkan data rekam medis selama periode Januari 2011
sampai deengan Desember 2014 di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit
Umum Dr. Saiful Anwar Malang adalah sebanyak 36 kasus. Setelah dilakukan
perhitungan kesesuaian diagnosa pemeriksaan histopatolgi dan Potong Beku
hanya terdapat satu kasus yang tidak sesuai antara pemeriksaan histopatologi
dan Potong Beku. Sedangkan sisanya sebanyak 35 kasus dengan hasil sesuai
antara pemeriksaan histopatologi dan Potong Beku.
Tabel 5.10 Hasil Kesesuaian Pemeriksaan Neoplasma Kulit yang diperiksa
Histopatologi dan Potong Beku di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Periode Januari 2011 – Desember 2014.
Hasil Kesesuaian Pemeriksaan
Frekuensi Persentase (%)
Sesuai 35 97,22
Tidak Sesuai 1 2,78
Jumlah 36 100,00
50
5.8 Hasil Gambaran Mikroskop Pasien Neoplasma Kulit di Instalasi
Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang
1. BASAL CELL CARCINOMA
Gambar 5.8 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis basal
cell carcinoma tampak sel-sel basaloid anaplasi, monoton, kecil (HE,
100x)
2. MELANOMA MALIGNA
Gambar 5.9 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis
melanoma tampak sel melanosit anaplasi dengan pigmen bergranul
(HE, 400x).
51
3. SQUAMOUS CELL CARCINOMA
Gambar 5.11 Menunjukkan hasil gambaran mikroskop neoplasma berjenis
Squamous Cell Carcinoma tampak sel squamous anaplasi dengan
keratin pearl (HE, 100x)
52
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Kasus Neoplasma Kulit
Berdasarkan hasil data rekam medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang dalam kurun waktu empat tahun terakhir
yakni periode Januari 2011 sampain dengan Desember 2014 didapatkan
sebanyak 41 kasus penderita neoplasma kulit yang dilakukan pemeriksaan baik
dengan pemeriksaan histopatologi maupun dengan pemeriksaan Potong Beku.
Jumlah kasus yang ditemukan tersebut sama dengan jumlah penderita yang
dilakukan pemeriksaan histopatologi yakni menggunakan parafin blok.
Hasil data rekam medis di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum
Dr. Saiful Anwar Malang yang dikumpulkan dalam kurun waktu empat tahun
yakni mulai dari Januari 2011 hingga Desember 2014 diperoleh sebanyak 36
kasus penderita yang terbagi menjadi dua yakni neoplasma ganas dan
neoplasma jinak. Berdasarkan data yang diperoleh, insiden yang paling banyak
ditemukan adalah neoplasma kulit berjenis Basal Cell Carcinoma. Hal tersebut
diperkuat oleh data dari National Cancer Instituide menyatakan bahwa insiden
neoplasma kulit terutama Basal Cell Carcinoma mengalami peningkatan.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa neoplasma kulit ganas memiliki insiden
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan neoplasma kulit jinak (Etty, 2013). Hal
ini disebabkan karena semakin meningkatnya radiasi sinar UV yang dapat
memicu insiden neoplasma kulit yang ada di masyarakat.
53
6.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Neoplasma Kulit Yang di Potong Beku
Berdasarkan data rekam medis Potong Beku penderita neoplasma kulit
yang ditemukan di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful
Anwar Malang yang telah diolah, diperoleh data penderita neoplasma kulit jika
ditinjau dari jenis kelamin adalah perempuan dengan frekuensi 21 orang atau
sebesar (58,34%), sedangkan laki-laki sebanyak 15 orang atau sebesar
(41,66%). Beberapa literatur menyatakan bahwa insiden neoplasma kulit yang
paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki usia lanjut, dan masih mungkin
juga terjadi pada wanita (Asian Cancer, 2014). Menurut hasil data yang telah
diolah perbandingan antara jumlah laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda,
tidak ada perbedaan bermakna angka kejadian kanker kulit antara laki-laki dan
perempuan (Chung KC, 2002).
Penderita neoplasma kulit jika dilihat dari rentang usia sangat beragam.
Hasil data rekam medis Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful
Anwar Malang yang telah diolah menunjukkan rentang usia penderita neoplasma
kulit mulai dari usia 20-30 tahun hingga rentang usia 81-90. Berdasarkan hal
tersebut, usia penderita neoplasma kulit terbanyak terdapat pada rentang usia
61-70 dengan jumlah 10 orang atau persentase sebesar (27,78%). Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Dr. Djamil pada
tahun 2007 dengan data yang diperoleh sebesar (33,5%) pada rentang usia 51-
60 tahun, dan insiden neoplasma kulit terbanyak terjadi pada usia 60 tahun (Sub
bag Bedah Oncology, 2011; Vishal et al, 2010).
Berdasarkan data rekam medis penderita neoplasma kulit yang diperoleh
di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang jika
ditinjau dari kota asal penderita menunjukkan bahwa penderita neoplasma kulit
54
terbanyak adalah berasal dari daerah Malang dengan frekuensi 20 orang atau
sebesar (55,56%), dan sisanya penderita berasal dari daerah luar Malang seperti
Pasuruan, Blitar, Trenggalek, Surabaya, dan dengan jumlah yang beragam.
Banyaknya penderita neoplasma kulit yang berasal dari daerah Malang
menunjukkan akses yang mudah dan terjangkau dari daerah mereka berasal
sehingga tidak memerlukan biaya yang sangat besar untuk menjangkau lokasi.
Selain itu, kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Sakit Umum Dr. Saiful
Anwar Malang untuk menangani penyakit seperti neoplasma cukup tinggi. Di sisi
lain, Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang merupakan rumah sakit
rujukan untuk daerah Malang dan sekitarnya sehingga penyakit atau kasus yang
datang biasanya cenderung sudah dalam keadaan ganas jika kasus tersebut
adalah neoplasma.
6.3 Jenis Diagnosa Sitopatologi Penderita Neoplasma Kulit
Berdasarkan data penderita neoplasma kulit yang diperoleh pada
Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang pada
rentan bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Desember 2014 didapatkan
sebanyak 36 kasus penderita neoplasma kulit yang masing-masing akan terbagi
dua menjadi kasus neoplasma kulit jinak dan kasus neoplasma kulit ganas. Jenis
neoplasma kulit jinak yang ditemukan adalah Verruca Vulgaris yakni hanya satu
kasus dari 36 kasus yang ditemukan selama empat periode terakhir. Sedangkan
sisanya merupakan kasus neoplasma ganas dan non neoplasma. Jenis
neoplasma kulit yang paling banyak ditemukan adalah Basal Cell Carcinoma
dengan jumlah sebanyak 24 kasus atau sebesar (66,67%). Basal Cell Carcinoma
merupakan neoplasma kulit yang paling banyak ditemukan, pada literatur
55
disebutkan bahwa Basal Cell Carcinoma sebanyak 80% yang berasal dari kanker
non melanoma dan tergolong neoplasma keratinosit (Philip, 2006).
Pada hasil data histopatologi rekam medis Instalasi Patologi Anatomi
Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang yang dimulai pada Bulan Januari
2011 sampai dengan Bulan Desember 2014, didapatkan bahwa penderita
neoplasma kulit sebanyak 36 kasus yang masing-masing terdiri dari satu kasus
neoplasma kulit jinak dan sebanyak 32 kasus neoplasma kulit ganas. Kasus
neoplasma kulit jinak yang ditemukan adalah Verruca Vulgaris sedangkan
neoplasma kulit ganas paling banyak ditemukan selama empat periode terakhir
adalah berjenis Basal Cell Carcinoma sebanyak 24 kasus atau sebesar
(66,67%). Menurut WHO (2010) Basal cell carcinoma merupakan tumor
keratinosit yang sering dijumpai, menurut literatur dari 90% tumor keratinosit
sebanyak 70% adalah Basal Cell Carcinoma.
6.4 Hasil Uji Kesesuaian
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tingkat kesesuaian yang
menunjukkan ketepatan hasil pemeriksaan histopatologi dalam penegakan
diagnosa penderita neoplasma kulit didapatkan kesesuaian yang cukup tinggi
yakni sebesar 97,22%.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa 500 kasus tumor yang
dilakukan potong beku mempunyai rekurensi 3% selama tiga tahun. Dalam hal ini
tujuan pemeriksaan potong beku adalah untuk melakukan analisis histopatolgis
secara cepat pada waktu penderita masih berada di meja operasi. Hasil analisis
diperlukan untuk menentukan tindakan bedah selanjutntya (Supartoto, 2004).
Teknik operasi untuk pengangkatan tumor pada daerah kantus medial
terbilang sulit, karena bentuk anatominya yang tidak rata, dan setelah
56
pengangkatan tumor penting untuk dilakukan pemeriksaan Potong Beku
(Wahjudi dkk, 2007). Tujuan dari pemeriksaan Potong Beku antara lain untuk
mengetahui suatu neoplasma dalam bentuk ganas atau jinak, selain itu juga
digunakan untuk mengetahui batas radikal suatu neoplasma, untuk mengetahui
representatif atau tidaknya suatu jaringan tumor dan yang terakhir adalah untuk
mengetahui limfoma atau non limfoma.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap tingkat kesesuaian yang
menunjukkan ketepatan hasil pemeriksaan histopatologi dalam mendiagnosis
penderita neoplasma kulit, didapatkan hasil yang tidak sesuai hanya sebesar
2,78% dan sisanya sebesar 97,22% dengan hasil diagnosa yang sesuai. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan pemeriksaan Potong Beku yang dilakukan pada
penderita neoplasma kulit telah sesuai dengan standar baku emas.
Keterbatasan dalam melakukan penelitian ini antara lain keterbatasan
dalam pencarian data penderita neoplasma kulit yang dilakukan tindakan
pemeriksaan Potong Beku. Hal ini dikarenakan tindakan pemeriksaan Potong
Beku hanya untuk kasus penderita neoplasma ganas. Sedangkan penelitian ini
dispesifikkan hanya untuk penderita neoplasma kulit saja sehingga data yang
didapatkan juga tidak banyak dalam kurun waktu empat tahun yakni mulai dari
bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2014 hanya diperoleh sebanyak
36 data penderita neoplasma kulit.
57
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Patologi
Anatomi Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2011
sampai Desember 2014, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik neoplasma kulit terbanyak di Instalasi Patologi Anatomi Rumah
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang periode Januari 2011 sampai Desember
2014 adalah berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 21 atau sebesar
58,34% dengan rentang usia terbanyak pada kelompok umur 61-70 tahun
yaitu sebanyak 27,78%. Kasus neoplasma kulit ganas terbanyak berdasarkan
jenis diagnosa adalah Basal Cell Carcinoma sebanyak 22 kasus atau sebesar
61,11%.
2. Sensitivitas pemeriksaan potong beku dari penderita neoplasma kulit adalah
sebesar 100%, dan spesifisitas pemeriksaan potong beku adalah sebesar
75%.
3. Nilai prediksi positif (NPP) pemeriksaan potong beku adalah sebesar 100%
dan nilai prediksi negatif (NPN) pemeriksaan potong beku adalah sebesar
96,96%.
4. Akurasi diagnosa potong beku pada penderita neoplasma kulit adalah sebesar
97,22%.
5. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya yakni
sebesar 90% dengan hasil akurasi diagnosa penelitian sebesar 97,22%.
58
7.2 Saran
1. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap neoplasma kulit
terutama pada masa lanjut usia dalam rentang 61-70 tahun.
2. Apabila ditemukan atau dicurigai adanya neoplasma kulit pada penderita
segera lakukan pemeriksaan untuk mengetahui karakteristik penyebaran,
destruksi soft tissue dan jaringan yang lebih luas, hal ini untuk mencegah
penyebaran (metastase) yang lebih luas ke tempat lain sehingga penanganan
dapat lebih mudah.
3. Pembenahan sistem rekam medis terutama dalam hal penomoran dan
penyimpanan file di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang khusunya di
Instalasi Patologi Anatomi untuk memudahkan memperoleh data yang akurat
dan dapat dimanfaatkan untuk penelitian selanjutnya, serta menghindari
adanya penyimpangan hasil penelitian.
59
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Djuanda, dkk. (2011). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.3-4, 7-8.
Adji, S. (2010). Neoplasma. [Online] Available at:
http://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducingneoplasma.pdf. Diakses Desember 2015
American Cancer Society. (2014). Ovarian Cancer. ACS. Georgia. [Online]
http://www.cancer.org/cancer/ovariancancer/detailedguide/ovarian-cancer-key-statistics. Diakses Desember 2015
Anthony, A. (2006) The Centennial Anniversary of the Frozen Section Technique
at the Mayo Clinic. Archives of Pathology and Laboratory Medicine. 2005. Vol.129, No,12, pp.1532-1535.
Bancroft J.D, Gamble M. (1994). Theory and Practice of Histological Techniques,
5th Ed., Churchill Livingstone, Toronto, USA. 2002, p.85-107. Brender et al. (2005). Frozen Section Biopsy. The journal of the American
Medical Assosiation. CDC, Center for Desease and Prevention,. (2007). Skin Cancer. [Online]
Available at:http://satecancerprofiles.cancer.gov/prevalence/index.php [Diakses September 2015]
Chung KC,. (2002). Chapter 7. Development and Structure of Skin. In: Wolff, K,
Goldsmith, L.A, Katz, S.I., Gilchrest, B., Paller, A.S., Leffel, D.J.
(Eds.): Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Edition
New York: McGrawHill. P.58.
David,. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Dinas Kesehatan Sumatera Barat. (2003). Prevalensi Karsinoma Sel Basal
Berdasarkan Umur. [Online]
Available: http://dinkes.sumbar.go.id/profile/neoplasma.html. [Diakses
Juni 2015]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Profil Kesehatan 2005.
[Online] Available at:http://depkes.go.id/profile.htm. Frozen Section Procedure. [Online] Available at:http://en.wikipedia.org/wiki/.
Diakses Januari 2016
60
George. (2004). Drugs and Thyroid. Journal of the Association of Phsicians of India, 55: 215-223.
Grace, Pierce A., Borley, Neil R. (2011) At Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga. Nicoletti, et al. (2012). Antimicrobial efficacy of curcuma zedoaria extract as
assessed by linear regression compared with commercial mouthriness, Journal Microbiol, 38 (3), 440-445.
Philip. (2006). Breast Disease. In: Berek, Jonathan S, Neville F. Hacker, eds.
Practical Gynecology Oncology. 4th ed. Philladelphia: Lippimcot
Williams & Wilkins, 627-666.
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. Riset Kesehatan Dasar. (2007). Prevalensi Kasus Neoplasma Kulit di Pulau
Jawa. Jakarta. Robert. (2014). Holland-Frei Cancer medicine-Multistage Carcinogenesis. 6th
Edition. Hamilton on BC Decker Inc. Rosenberg, et al. (2008). Mouse models for the study of colon carcinogenesis.
Carcinogenesis. 30(2): 183-96. Setiawan. (2005). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
kanker payudara wanita. Jurnal Epidemiologi (unpublished). http://eprints.undip.ac.id/5248/ Diakses November 2015.
Simatupang, M, M. (2009). Candida albicans. Dep. Mikro. FK. USU. Suwandono. (2010). Neoplasma. [Online] Available at:
http://adjisuwandono.staff.uns.ac.id/files/2010/07/introducingneoplasma.pdf. Diakses Desember 2015
Tjarta, Achmad, dkk. (1973). Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Bagian Patologi Anatomi FKUI.
Vishal et al. (2010). Basal Cell Carcinoma. Firt Edition. Croatia. Intech; 2012:
p.79-89. Wahjudi dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Pusat
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dlam FK UI. Jakarta. World Health Organization (WHO). (2003). Prevalence Insident Basal Cell
Carcinoma and Squamous Cell Carcinoma. World Health Organization (WHO). (2010). Basal Cell Carcinoma. [Online]
Available at:http://who.gov.au. [Diakses Juli 2015]
Recommended