BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidrokarbon
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur
karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-
atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga
sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom
karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci,
sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan
tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga
atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2) (http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008).
2.1.1 Penggolongan Hidrokarbon
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Penggolongan Hidrokarbon
2.1.2 Alkana
Alkana (CH4) mempunyai rumus umum CnH2n+2 dengan n = 1, 2,…. Ciri
terpenting dari molekul hidrokarbon alkana adalah hanya tedapat ikatan kovalen
tunggal. Alkana dikenal sebagai hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbon) karena
mengandung jumlah maksimum atom hidrogen yang dapat berikatan dengan sejumlah
atom karbon yang ada.
Alkana yang paling sederhana (yaitu dengan n = 1) adalah metana CH4
Gambar 2.1 menunjukkan struktur dari empat alkana pertama (n = 1 sampai n
= 4). Gas alam merupakan campuran dari metana, etana dan sejumlah kecil propane.
Tentunya atom karbon yang terdapat di semua alkana dapat dianggap terhibridisasi
sp
, yang
merupakan hasil alami penguraian bakteri anaerob dari tanaman – tanaman dalam air.
Karena senyawa ini pertama kali dikumpulkan dari rawa, metana juga dikenal sebagai
gas rawa. Sumber metana yang agak mustahil tetapi terbukti adalah rayap. Ketika
serangga rakus itu memakan kayu, mikroorganisme yang terdapat dalam sistem
pencernaannya memecah selulosa (komponen utama dari kayu) menjadi metana,
karbon dioksida dan senyawa – senyawa lainnya. Diperkirakan 170 juta ton metana
diproduksi setiap tahun oleh rayap. Metana juga diproduksi dalam beberapa proses
pengolahan limbah. Secara komersial, metana diperoleh dari gas alam.
3. Struktur etana dan propana amatlah jelas karena hanya ada satu cara untuk
menggabungkan atom karbon dalam molekul – molekul ini. Tetapi, butana
mempunyai dua kemungkinan skema ikatan yang menghasilkan isomer struktur
Universitas Sumatera Utara
(structural isomer) n – butane (n artinya normal) dan isobutana, yaitu molekul –
molekul yang mempunyai rumus molekul sama tetapi strukturnya berbeda. Alkana
yang mempunyai isomer struktur seperti butane digambarkan mempunyai struktur
rantai lurus atau rantai bercabang. n – Butana adalah alkana rantai lurus sebab atom
karbon dihubungkan sepanjang satu garis. Pada alkana rantai bercabang seperti
isobutana, satu atau lebih atom karbon terikat pada sedikitnya tiga atom karbon yang
lain (Chang, R., 2005).
Gambar 2.2 Struktur Alkana
Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa
yang memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau parafin. Suku
Universitas Sumatera Utara
pertama sampai dengan 10 senyawa alkana dapat anda peroleh dengan
mensubstitusikan harga n dan tertulis dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana
Suku ke n rumus molekul nama titik didih
(°C/1 atm) massa 1 mol
dalam g 1 1 CH metana 4 -161 16
2 2 C2H etana 6 -89 30
3 3 C3H propana 8 -44 44
4 4 C4H butana 10 -0.5 58
5 5 C5H pentana 12 36 72
6 6 C6H heksana 14 68 86
7 7 C7H heptana 16 98 100
8 8 C8H oktana 18 125 114
9 9 C9H nonana 20 151 128
10 10 C10H dekana 22 174 142
Alkana - alkana penting sebagai bahan bakar dan sebagai bahan mentah untuk
mensintesis senyawa - senyawa karbon lainnya. Alkana banyak terdapat dalam
minyak bumi dan dapat dipisahkan menjadi bagian-bagiannya dengan distilasi
bertingkat. Suku pertama sampai dengan keempat senyawa alkana berwujud gas pada
temperatur kamar. Metana biasa disebut juga gas alam yang banyak digunakan
sebagai bahan bakar rumah tangga/industri. Gas propana, dapat dicairkan pada
tekanan tinggi dan digunakan pula sebagai bahan bakar yang disebut LPG (liquified
Universitas Sumatera Utara
petroleum gas). LPG dijual dalam tangki - tangki baja dan diedarkan ke rumah-rumah.
Gas butana lebih mudah mencair daripada propana dan digunakan sebagai geretan
rokok. Oktana mempunyai titik didih yang tempatnya berada dalam lingkungan bahan
bakar motor. Alkana-alkana yang bersuhu tinggi terdapat dalam kerosin (minyak
tanah), bahan bakar diesel, bahan pelumas, dan parafin yang banyak digunakan untuk
membuat lilin (http://free.vlsm, 2008).
2.2 Gas Alam
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang merupakan
molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam juga mengandung
molekul - molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8)
dan butana (C4H10), selain juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam
juga merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global
ketika terlepas ke atmosfer dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang
sumber energi yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan
ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana
yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal
dari makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian
(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-
turut)
Tabel 2.2 Komponen Utama Dalam Gas Alam
Komponen %
Universitas Sumatera Utara
Metana (CH4 80-95 )
Etana (C2H6 5-15 )
Propana (C3H8) and Butane (C4H10 < 5 ) Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air
dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam
jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor)
utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang
signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai acid gas (gas asam).
Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau.
Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas
tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi
kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya,
akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena
ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang dapat
membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah
tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam
rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang
jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan.
Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15% yang dapat
menimbulkan ledakan.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, dalam kilang olefin, etilena dan propilena murni sudah tersedia
sedangkan dalam kilang pemrosesan gas alam, sudah ada etana dan propana. Propana
2.2.1 Pemanfaatan Gas Alam
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1. Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan
bakar kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah
tangga hotel, restoran dan sebagainya.
2. Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk,
petrokimia, metanol, bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE =
linear low density polyethylene, HDPE = high density polyethylen, PVC = poly vinyl
chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet
makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api
ringan.
3. Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural
Gas (LNG). Teknologi mutakhir juga telah dapat memanfaatkan gas alam untuk air
conditioner (AC=penyejuk udara), seperti yang digunakan di bandara Bangkok,
Thailand sebagai penyimpanan dan transportasi (http://id.wikipedia/Gas_alam, 2008).
2.2.2 Sifat dan Prinsip Pencairan Gas Alam
Sistem pendinginan sering dijumpai dalam industri penyulingan minyak,
petrokimia dan industri kimia. Pemilihan refrigeran pada umumnya didasarkan pada
tersedianya refrigeran itu sendiri, batas temperatur dan juga pengalaman
menggunakan refrigeran tersebut.
Universitas Sumatera Utara
atau propilena mungkin tidak cocok untuk kilang ammonia karena risiko kontaminasi,
sedangkan ammonia dapat berfungsi dengan baik untuk tujuan tersebut. Fluorokarbon
sudah banyak digunakan karena sifatnya yang tidak mudah terbakar.
Karena sifatnya yang menguntungkan beberapa refrigerant yang dicantumkan
dalam Tabel 3 dapat digunakan secara ekonomis dalam daerah temperatur yang
luas.Untuk pencairan gas alam sudah tentu tidak semua refrigeran yang ada dalam
daftar tersebut dapat digunakan, karena temperatur pencairan gas alam yang rendah.
Tabel 2.3 Beberapa Refrigeran Yang Digunakan Dalam Pendinginan
Refrigeran Batas Temperatur, oF
Metana - 200 sampai – 300
Etana dan Etilena - 75 sampai – 175
Propana dan Propilena 40 sampai – 50
Butana 60 sampai 10
Amonia 80 sampai - 25
Refrigeran - 12 81 sampai - 20
Dalam pencairan gas alam pada prinsipnya adalah mendinginkan gas sampai
memasuki daerah dua fase. Pencairan suatu gas pada prinsipnya dapat dilakukan
menggunakan cara – cara berikut :
(a) Pendinginan dengan tekanan tetap dalam suatu pemindah panas (heat
exchanger),
(b) Pendinginan dengan mesin pengembang (expander), atau
Universitas Sumatera Utara
(c) Pendinginan dengan klep pengembang (cerat, throttle) atau dinamakan proses
throttle.
2.2.3 Pemilihan Refrigeran
Kilang pencairan gas alam adalah kilang kombinasi Propan – MCR, di mana
digunakan dua siklus pendinginan : siklus propan dan siklus refrigeran campur
(MCR). Pemilihan MCR (multicomponent refrigerant) didasarkan pada kenyataan
bahwa gas alam yang dicairkan merupakan campuran dari berbagai komponen,
dengan komponen dasar metan, yang sudah tentu titik didh dan titik embun metan. Di
samping itu agar pemakaian refrigeran hemat (ekonomis), refrigeran harus memiliki
panas penguapan (Hfg) yang besar dengan titik didih rendah dan juga harus mudah
didapat, apabila diperlukan untuk pengganti kehilangan refrigeran.
Pemakaian refrigeran komponen tunggal, misalnya N2 dan CH4
Istilah kromatografi mula – mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908),
seorang ahli botani rusia. Ia telah memisahkan klorofil dan pigmen – pigmen lain dari
ekstrak tanaman dengan cara ini. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani
(chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi itu sendiri berarti penulisan
dengan warna. Saat ini telah dikenal berbagai macam kromatografi, tetapi sebenarnya
yang memiliki
titik didih rendah, akan memerlukan jumlah mol refrigeran yang sangat tinggi, yang
akan mengakibatkan diperlukannya kompresor yang berukuran dan berdaya besar.
Karena alasan – alasan tersebut akhirnya dipilih refrigeran multikomponen (MCR)
sebagai refrigeran dalam kilang pencairan gas alam (Sutanto, 1994).
2.3 Dasar – Dasar Kromatografi
Universitas Sumatera Utara
istilah kromatografi sebenarnya sudah tidak tepat lagi karena dengan kromatografi
juga dapat dipisahkan senyawa – senyawa yang tidak berwarna termasuk gas (Yazid,
E., 2005).
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan
tertentu. Prinsip dasar kromatografi adalah cara pemisahan senyawa – senyawa atas
dasar perbedaan migrasi senyawa tersebut pada fase diam atau pengaruh fase gerak.
Oleh karena itu kromatografi dapat digunakan untuk tujuan isolasi (pemisahan),
analisa jumlah komponen dan pengujian kemurnian (Sastrohamidjojo, H.,1985).
2.3.1 Klasifikasi Kromatografi
Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase – fase yang
digunakan dan berdasarkan atas prinsipnya.
Tabel 2.4 Jenis – Jenis Kromatografi (Yazid, E., 2005).
Fase
Bergerak
Fase
Diam
Prinsip
Teknik Kerja
Gas Padat Adsorpsi Kromatografi Gas - Padat
Cair
Padat
Adsorpsi, Partisi
Kromatografi Kolom, KLT
dan Kromatografi Kertas
Cair
Cair
Partisi
Kromatografi Kolom, KLT
dan Kromatografi Kertas
Gas Cair Partisi Kromatografi Gas - Cair
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Prinsip Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen – komponen campuran tersebut diantara dua fase,
yaitu stationery (fase diam) dan mobile (fase bergerak). Fase diam dapat berupa zat
padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas.
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai
macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam system yang terdiri dari
fase diam dan fase bergerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada
gerakan relatif dari masing – masing komponen diantara ke dua fase tersebut.
Senyawa atau komponen yang tertahan (terhambat) lebih lemah oleh fase diam akan
bergerak lebih cepat daripada komponen yang tertahan lebih kuat. Perbedaan gerakan
(mobilitas) antara komponen yang satu dengan lainnya disebabkan oleh perbedaan
dalam adsorpsi, partisi, kelarutan atau penguapan diantara ke dua fase. Jika perbedaan
– perbedaan ini cukup besar, maka akan terjadi pemisahan secara sempurna. Oleh
karena itu dalam kromatografi, pemilihan terhadap fase bergerak maupun fase diam
perlu dilakukan sedemikian rupa sehingga semua komponen bisa bergerak dengan
kecepatan yang berbeda – beda agar dapat terjadi proses pemisahan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kromatografi adalah suatu proses migrasi
deferensial dinamis dalam system dalam mana komponen – komponen cuplikan
ditahan secara selektif oleh fase diam (Yazid, E., 2005).
Universitas Sumatera Utara
Dalam kromatografi gas, fase gerak berupa gas lembab seperti helium,
nitrogen, argon, atau bahkan hidrogen yang digerakkan dengan tekanan melalui pipa
yang berisi fase diam. Pada kromatografi gas ini fase bergerak berupa gas dan fase
diam dapat berupa cairan dan padatan.
Dari persyaratan diatas, maka ada dua gabungan yaitu :
a) Jika fase bergerak adalah gas dan fase diam adalah padatan maka disebut
kromatografi gas – padat (GSC).
b) Jika fase bergerak adalah gas dan fase diam adalah cairan maka disebut
kromatografi gas – cair (GLC) (Hendayana, S.,1994).
2.3.3 Komponen – Komponen Instrumentasi Kromatografi Gas
a) Gas Pembawa
Gas yang dapat digunakan sebagai fasa gerak dalam kromatografi gas harus
bersifat inert (tidak bereaksi) dengan cuplikan maupun fasa diam. Gas – gas yang
biasa digunakan adalah gas He, Ar, N2, H2
Cuplikan yang dapat dianalisis dengan teknik kromatografi gas dapat berupa
zat cair atau gas. Dengan syarat cuplikan tersebut mudah menguap dan stabil (tidak
rusak pada kondisi operasional). Di tempat pemasukan cuplikan terdapat pemanas
. Karena gas disimpan dalam silinder baja
bertekanan tinggi maka gas tersebut akan mengalir dengan sendirinya secara cepat
sambil membawa komponen – komponen campuran yang akan atau yang sudah
dipisahkan. Dengan demikian gas tersebut disebut juga carrier gas (gas pembawa).
b) Pemasukan Cuplikan
Universitas Sumatera Utara
yang suhunya dapat diatur untuk menguapkan cuplikan. Suhu tempat penyuntikan
cuplikan biasanya sekitar 50 derajat di atas titik didih cuplikan. Bila cuplikan rusak
pada suhu tersebut maka cuplikan tersebut tidak dapat dianalisis dengan teknik
kromatografi gas. Jumlah cuplikan yang disuntikkan kedalam aliran fasa gerak.
Tempat pemasukan cuplikan cair ke dalam pak kolom biasanya terbuat dari
tabung gelas di dalam blok logam panas. Cuplikan disuntikkan dengna bantuan alat
suntik melalui karet septum kemudian diuapkan di dalam tabung gelas. Gas pembawa
meniup uap cuplikan melalui kolom kromatografi. Cuplikan berbentuk gas dapat
dimasukkan dengan bantuan alat suntik gas (gas tight syringe) atau kran gas (gas
sampling valve).
c) Kolom
Dalam kromatografi gas, kolom merupakan tempat terjadinnya proses
pemisahan. Untuk kromatogafi gas dikenal dua jenis kolom yaitu jenis pak (packed
column) dan jenis terbuka (open tubular column). Jenis pak terbuat dari stainless steel
sedangkan jenis kolom terbuka terbuat dari pipa kapiler. Ke dalam kolom jenis pak
diisi zat pendukung dan fasa diam yang menempel pada zat pendukung (Hendayana
S., 2006).
Waktu retensi
Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui kolom menuju
ke detektor disebut sebagi waktu retensi. Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari
Universitas Sumatera Utara
saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan menunujukkan tinggi puncak
maksimum untuk senyawa itu.
Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk senyawa tertentu, waktu
retensi sangat bervariasi dan bergantung pada :
a) Titik didih senyawa. Senyawa yang mendidih pada temperatur yang lebih
tinggi daripada temperatur kolom, akan menghabiskan hampir seluruh
waktunya untuk berkondensasi sebagai cairan pada awal kolom. Dengan
demikian, titik didih yang tinggi akan memiliki waktu retensi yang lama.
b) Kelarutan dalam fase cair. Senyawa yang lebih mudah larut dalam fase cair,
akan mempunyai waktu lebih singkat untuk dibawa oleh gas pembawa..
Kelarutan yang tinggi dalam fase cair berarti memiiki waktu retensi yang lama.
c) Temperatur kolom. Temperatur tinggi menyebakan pergerakan molekul-
molekul dalam fase gas; baik karena molekul-molekul lebih mudah menguap,
atau karena energi atraksi yang tinggi cairan dan oleh karena itu tidak lama
tertambatkan. Temperatur kolom yang tinggi mempersingkat waktu retensi
untuk segala sesuatunya di dalam kolom.
Untuk memberikan sampel dan kolom, tidak ada banyak yang bisa dikerjakan
enggunakan titik didih senyawa atau kelarutannya dalam fase cair, tetapi anda dapat
mempunyai pengatur temperatur. Semakin rendah temperatur kolom semakin baik
pemisahan yang akan anda dapatkan, tetapi akan memakan waktu yang lama untuk
mendapatkan senyawa karena kondensasi yang lama pada bagian awal kolom!
Dengan kata lain, menggunakan temperatur tinggi, segala sesuatunya akan melalui
kolom lebih cepat, tetapi pemisihannya kurang baik. Jika segala sesuatunya melalui
kolom dalam waktu yang sangat singkat, tidak akan terdapat jarak antara puncak-
Universitas Sumatera Utara
puncak dalam kromatogram. Jawabannya dimulai dengan kolom dengan suhu yang
rendah kemudian perlahan-lahan secara teratur temperaturnya dinaikkan. Pada
awalnya, senyawa yang menghabiskan lebih banyak waktunya dalam fase gas akan
melalui kolom secara cepat dan dapat dideteksi. Dengan adanya sedikit pertambahan
temperatur akan memperjelas lagi perlekatan oleh senyawa. Peningkatan temperatur
masih dapat lebih melekatan molekul-molekul fase diam melalui kolom (www.chem-
is-try, 2008).
d) Detektor
Berbagai jenis detektor dapat digunakan untuk mendeteksi komponen –
komponen yang telah terpisahkan di dalam kolom kromatografi gas. Jenis detektor
meliputi detektor daya hantar panas (thermal conductivity detector), detektor ionisasi
nyala (flame ionization detector), detektor penangkap elektron (electron capture
detector), detektor fotometri nyala (flame photometric detector) dan detektor nyala
alkali (alkali flame detector). Setiap detektor mempunyai karakteristik tersendiri.
Detektor daya hantar panas (Thermal Conductivity Detector, TCD)
Detektor jenis ini mengukur kemampuan zat dalam memindahkan panas dari
daerah panas ke daerah dingin. Semakin besar daya hantar panas maka semakin besar
pula panas dipindahkan. Gambar dibawah memperlihatkan diagram detektor daya
hantar panas (Hendayana S., 2006).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Diagram Detektor Daya Hantar Panas
Detektor TCD telah digunakan sejak awalnya sejarah dari kromatografi gas
dikeluarkan oleh Hewlett Packard Company dan bahkan sampai sekarang ini
penggunaan detector jenis ini sangat luas. Banyak keuntungan penggunaan detector
TCD, keearena dapat mendeteksi hamper semua komposisi dari gas alam (kecuali
untuk analisis gas dimana gas itu digunakan sebagai carrier gas). Kegunaan dari
detektor ini adalah untuk menganalisis gas – gas anorganik dengan kosentrasinya yang
kecil (trace) dan memmpunyai sensitivitas yang tinggi bila digunakan suhu operasi
yang tinggi. Sensitivitas detektor jenis TCD juga sangat tergantung bila bridge current
dan juga tahanan dan ukuran dari filament. Bila bridge current mencapai ratusan mA,
juga tidak selalu mempunyai sensitivitas tinggi, filament yang mempunyai tahanan
kecil menyebabkan bridge current yang mengalir membesar, sehingga sensitivitas dari
TCD rendah (Arun, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Penerjemahan hasil dari detektor. Hasil akan direkam sebagai urutan puncak –
puncak, setiap puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor.
Sepanjang anda mengontrol secara hati - hati kondisi dalam kolom, anda dapat
menggunakan waktu retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak
- tentu saja anda atau seseorang lain telah menganalisa senyawa murni dari berbagai
senyawa pada kondisi yang sama.
Gambar 2.4 Terjemahan Hasil Detektor
Area dibawah puncak sebanding dengan jumlah setiap senyawa yang telah
melewati detektor dan area ini dapat dihitung secara otomatis melalui komputer yang
dihubungkan dengan monitor. Area yang akan diukur tampak sebagai bagian yang
berwarna hijau dalam gambar yang disederhanakan. Perlu dicatat bahwa tinggi puncak
tidak merupakan masalah, tetapi total area dibawah puncak. Dalam beberapa contoh
tertentu, bagian kiri gambar adalah puncak tertinggi dan memiliki area yang paling
luas. Hal ini tidak selalu merupakan hal seharusnya. Mungkin saja sejumlah besar satu
senyawa dapat tampak, tetapi dapat terbukti dari kolom dalam jumlah relatif sedikit
melalui jumlah yang lama. Pengukuran area selain tinggi puncak dapat dipergunakan
dalam hal ini (www.chem-is-try, 2008).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Kromatogram
Kromatogram merupakan grafik berupa kerucut – kerucut atau dalam istilah
kromatografi modern disebut peak, hasil rekaman yang menggambarkan urutan
keluarnya komponen campuran dari kolom. Dari kiri ke kanan dalam kromatogram
menyatakan waktu, biasanya dalam menit. Sementara sumbu vertikal menyatakan
intensitas komponen. Jumlah peak yang muncul menyatakan jumlah komponen yang
terdapat dalam campuran. Kemudian kuantitas tiap komponen dapat dihitung melalui
luas peak. Semakin besar luas peak semakin besar pula kuantitas komponen tersebut
(Hendayana, S., 2006).
Gambar 2.5 Kromatogram
Universitas Sumatera Utara