BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas penting manusia dalam menjalani
kehidupan. Sebagai bagian dari makhluk sosial yang syarat dengan keberagaman
kebutuhan dan kepentingan serta harapan-harapan yang ingin dicapai manusia tidak
lepas dari aktivitas komunikasi. Perawat sebagai salah satu profesi kesehatan yang
mempunyai waktu paling lama berinteraksi dengan klien dituntut mempunyai
mempunyai keterampilan komunikasi.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah salaing mendukung satu sama lain.
Seperti anak-anak, perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa seperti
ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada suara memberi tanda tentang status
emosional dari orang dewasa. Sedangkan komunikasi pada lansia yang harus
diperhatikan yaitu faktor fisik, psikologi, dan keterampilan komunikasiyang tepat.
Selain itu, dalam komunikasi terhadap lansia juga dibutuhkan keterampilan, di
karenakan lansia mengalami berbagai penurunn diantaranya adalah mengalami
penurunan fungsi pendengaran.
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer
keperawatan dan sebagai yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Komunikasi Asertif ?
2. Bagaimana proses Komunikasi ?
3. Bagaiman prinsip komunikasi manajer keperawatan ?
4. Apa saja Model Komunikasi ?
1
5. Apa saja Strategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan Dirumah
Sakit ?
6. Bagaimana mengaplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan ?
7. Apa pengertiian dari sikap asertif ?
8. Apa tujuan dari Pelatihan Sikap Asertif ?
9. Apa saja ciri-ciri asertif ?
10. Apa saja unsur-unsur dari sikap asertif ?
11. Bagaimana sikap asertif perawat ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Komunikasi
Asertif dalam Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai definisi
Komunikasi Asertif
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai proses
Komunikasi
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai prinsip
komunikasi manajer keperawatan
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Model
Komunikasi
e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Strategi
Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan Dirumah Sakit
f. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasi Komunikasi Dalam
Asuhan Keperawatan
g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai sikap asertif
h. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai tujuan dari
Pelatihan Sikap Asertif
i. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai ciri-ciri asertif
2
j. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai unsur-unsur
dari sikap asertif
k. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai sikap asertif
perawat
1.4 Manfaat Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali manfaat yang dapat di ambil.
Antara lain: mahasiswa memiliki pengetahuan tentang Komunikasi asertif dalam
keperawatan. Yang di harapkan dapat di aplikasikan dalam dunia kerja khususnya
dibidang keperawatan.
1.5 Metode dan Teknik Penulisan
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :
Jenis data : data yang dikumpulkan berupa data sekunder, yaitu data yang
dikumpulkan secara tidak langsung.
Cara pengumpulan data : dengan mencari data tersebut di internet dan
buku.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata “Communicare” (bahasa latin) yang artinya
memberitahukan. Sedangkan menurut bahasa inggris disebut Communication yang
artinya pertukaran informasi konsep, ide, perasaan antara dua atau lebih.
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan
dan sebagai yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan. Shannon dan
Weaver (1949) mendefinisikan komunikasi sebagai semua yang terjadi diantara 2
pikiran atau lebih. Karena tingkah laku adalah apa yang dipersepsikan oleh oarng
lain, maka semua tingkah laku adalah komunikasi,dan semua komuniksi adalah
menghasilkan tingkah laku.
Menurut Potter dan Perry (1993), Komunikasi merupakan proses kompleks
yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan
orang lain dan dunia sekitarnya. Dan menurut Tappen (1995) mendefinisikan bahwa
komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan dan pendapat dan
memberkan nasehat dimana terjadi diantara dua orang atau lebih yang sedang
bekerja sama.
2.1.2 Proses Komunikasi
Komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapatnya menyusun dan
menghatarkan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima. Karena komunikasi adalah sesuatu yang kompleks, banyak
model dipergunakan dalam menjelaskan bagaimana organisasi dan orang
berkomunikasi. Dasar model yang umum sebagaimana dalam gambar di bawah,
dimana setiap komunikasi pasti adanya pengirim pesan, dan menerima pesan.
4
Pesan tersebut dapat berupa verbal, tertulis, maupun non verbal. Pada proses ini
juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana komunikasi
dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi nilai – nilai , kepercayaan, temperamen,
dan tingkat stress pengerim pesan dan penerima pesan. Sedangkan factor
eksternalmeliputi kadaan cuaca, suhu, factor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah
pihak (pengirim dan penerima pesan) harus pecan terhadap factor internal dan
eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang ditentukan oleh lingkungan yang
ada.
Gambar 1. Diagram proses komunikasi (Marquis & Huston, 1998: 290)
2.1.3 Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan
Walaupun komunikasi dalam suatu organisasi adalah sangat kompleks,
manajer dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa tahap tersebut di bawah
ini :
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tentang
siapa yang akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah
5
Faktor Internal
Factor Eksternal
Tertulis
Verbal
Faktor Eksternal
Non Verbal
Factor Internal
Komunikasi
Pesan
Komunikasi
dibuat. Oleh Karen aitu jaringan komunikasi formal dan informal perlu di
bangun antara manajer dan staf.
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagaia bagian
proses yang tak terpisahkan dlam kebijaksanaan organisasi. Jika bagian
lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi, manajer harus konsultasi
tentang isi komunikasi dan meminta umpan balik dari orang ynag
kompeten sebelum melakukan suatu perubahan atau tindakan.
c. Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.
d. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
secara akurat. Salah satu cara untuk melaksanakan pada proses ini adalah
bertanya pada penerima pesan atau instruksi yang disampaikan.
e. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manajer. Hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang
disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu
terhadap pesan yang disampaikan.
2.1.4 Model Komunikasi
a. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam organisai. Dalam
mencapai setipa kebutuhan individu / staf, setiap organisasi telah
mengembangkan metode penulisa dalam mengkomunikasikan pelaksaan
pengelolaan, misalnya publikasi perusahaan, surat menyurat ke staf,
pembayaran, dan jurnal. Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis,
khususnya kepada stafnya.
Menurut Asosiasi Pendidikan Kesehatan di Amerika (1988)
menyarankan bahwa komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi
meliputi :
1) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai menulis
2) Menulis nama orang dalam tulisan Anda perlu dipertimbangkan
dampaknya.
3) Gunkan kata aktif, dimana akan mempunyai pengaruh yang baik.
6
4) Tulis kata yang sederhana, familier, spesifik dan nyata. Tulisan yanga
sederhana akan lebih mudah untuk dipahami dan memungkinkan untuk
dibaca orang lain.
5) Gunakan seminimal mungkin penggunaan kata - kata yang tidak
penting. Temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan
sehingga orang lain mudah mengerti.
6) Tulis kalimat di bawah 20 kata dan masukan satu ide setipa kalimat.
Tulisan kalimat yang penting dan menjadi isu utama.
7) Berikan pembaca petunjuk; konsistensi penggunaan istilah dan pesan.
8) Atur isi tulisan secara sistematis.
9) Gunakan paragraf untuk mempermudah pembaca; untuk memo antara
8 – 10 baris; dan untuk surat tidak lebih dari 6 baris setiap paragraf.
10) Jelas; focus komunkasi didefinisikan secara jelas.
b. Komunikasi Secara Verbal
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atas dan
bawahan baik secara formal dan informal. Mereka juga melakukan
komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu
dlam kelompok dan presentasi secara formal.
Tujuan komunikasi verbal adalah “assertiveness”. Perilaku asertif adalah
suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu untuk
mengekspresikan perasaan secara langsung, jujur, dan cara yang sesuai
tanpa menyinggung perasaan orang lian yang tidak diajak komunikasi.
Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif adalah pasif,
agresif khususnya agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif akan
terjadi jika individu tidaj tertarik terhadapa topic atau karena enggan
berkomunikasi. Komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior
terhadap topic yang di bicarakan.
7
c. Komunikasi Non – Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengna menggunakan
exspresi wajah pergerkkan tubuh, dan sikap tubuh atau “body language”.
Menurut Arnold & Boggs (1989) Karena komunikasi non verbal meliputi
komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan, maka
komunikasi non verbal lebih mengandung arti yang signifikasi
dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang
membahayakan jika komunikasi non verbal diartikan salah tanpa adanya
penjelasan secara verbal.
Dibawah ini adalah kunci bagian komunikasi non verbal yang dapat
terjadi tanpa atau dengan komunikasi verbal :
1) Lingkungan : tempat dimana komunikasi dilaksanakan merupakan
bagian penting pada proses komunikasi.
2) Penampilan : pemakaian pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik
merupakan bagian. Dari komunikasi yang perlu diidentifikasi.
3) Kontak mata : kontak mata memberikan makna terhadap kesediaan
seseorang untuk berkomunikasi.
4) Postur tubuh & Gesture : Bobot suatu pesan bias ditunjukan dengan
orang yang menunjukan telunjuknya, berdiri atau duduk.
5) Ekspresi wajah : komunikasi ynag efektif memerlukan suatu respon
yang setuju terhadap pesan yang disampaikan.
6) Suara : intonasi, volume, dan refleksi.cara tersebut menandakan bahwa
pesan dapat ditransfer dengan baik.
Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal,
supaya individu (atasan atau bawahan) akan dapat menerima pesan secara
jelas.
d. Komunikasi Via Telepon
Pada era millennium ini, manajer sangat ketergantungan melakukan
komunikasi dengan menggunakan telepon. Dengan kemudahan sarana
komunikasi tersebut, memungkinkan manajer untuk merespon setiap
perkembangan dan masalah dalam organisasi. Oleh karena itu untuk
8
menjaga citra organisasi, manajer dan semua staf, harus belajar dan
sopan serta menghargai setiap menjawab telepon. Jika orang lain harus
menunggu untuk berbicara, mka waktu yang diperlukan harus singkat
untuk menghindari kesan yang negatif.
2.1.5 Strategi Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan Dirumah Sakit
Komunikasi pada tahapan ini, tidak hanya secara spesifik ditujukan melalui
strategi perencanaan. Tetapi ke 3 komponen harus menjadi perhatian yang sama,
yaitu : struktur, budaya, dan teknologi.
Pada struktur bertujuan untuk mencapai status praktik komunikasi yang
dapat direncanakan dan diterapkan oleh kelompok kerja.tetapi setiap struktur yang
ada harus ada kelompok klinik yang dirancang untuk pelaksanaan prinsip – prinsip
asuhan keperawatan pada pasien, keterampilan yang baik, dan dapat menbantu
dalam penyelasian suatu masalah pada organisasi.
Budaya dalam suatu organisasi bukan sesuatu yang mudah untuk diubah
dalam waktu yang sesaat, tetapi kita percaya kita akan bekerja dengan lingkungan
dan individu yang mempunyai budaya yang berbeda. Keadaan ini penting untuk
diperhatikan perubahan suatu budaya dalam manajeman adalah aspek yang penting
pada proses perubahan yang efektif.
Teknologi merupakan komponen ketiga dalam praktik komunikasi yang
efektif. Komunikasi interpersoanal dan secara organisasi sering diperlukan suatu
perantara, yang disebut teknologi elektronik dan penggunaan media tersebut akan
sangat bermanfaat pada masa yang akan datang. Setiap suatu perubahan di Rumah
Sakit harus selalu didukung terhadap perencanaan tentang HIS (Health Information
System) yang efektif. Komunikasi melalui teknologi akan selalu dipantau dan
dievaluasi pada setiap tahap proses perubahan.
9
Gambar 2. Diagram strategi komunikasi yang terbaik dalam praktik keperawatan
(Walker, Evans, And Robbson, 1996)
10
MISI ORGANISASI (terbaik dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian)
Penampilan praktek yang terbaik
Pendidikan BenchmarkingKomunikasiPenghargaan
Struktur TeknologiBudaya
Tujuan :
Peningkatan struktur kesehatan pasien & organisasi dalam meningkatkan kepuasan pasien dan perawat.
Pencapaian :
Struktur implementasi focus kepada klien
Struktur strategi manajemen strategic dalam implementasi.
Struktur / bagian kolaborasi klinik.
Tujuan :
Untuk mendukung komunikasi dalam pengambilan keputusan dan meningkatkan kepuasaan pasien & staf
Pencapaian :
System pembayaran
Jaringan dengan mobile phone, mata, dll.
Forum CEO
Jurnal.
Tujuan :
Focus pada pasien dan orang, dan nilai – nilai budaya.
Pencapaian :
Survey kepuasan staf
Strategi manajemen tentang nilai – nilai
Perkembangan fiosofi Rumah Sakit
2.1.6 Aplikasi Komunikasi Dalam Asuhan Keperawatan
Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan unsur
utama bagi perawat dalam melaksanakan asuahan keperawatan untuk mencapai
hasil yang optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi meliputi :
a. Komunikasi Dalam Timbang Terima
Pada saat timbang terima diperlukan suatu komunikasi yang jelas tentang
kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang
belum, serta respon pasien yang terjadi. Perawat memerlukan timbang
terima dengan berjalan bersama dengan perawat lainnya dan
menyampaikan kondisi pasein secara akuratndi dekat pasien. Cara ini
akan lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang lain untuk
membaca untuk membantu perawat dalam menerima timbang terima
secara nyata.
b. Interview / Ananmnesa
Anamnesa kepada pasien merupakan kegiatan yang selalu dilakukan
oleh perawat kepada pasien pada saat melaksanakan asuahn
keperawatan (proses keperawatan). Perawat melakukan anamnesa
kepada pasien, keluarga, dokter dan tim kerja lainnya. Interview adalah
suatu komunikasi denga tujuan tertentu untuk memperoleh data tentang
keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung masalah ynag
dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan secara akurat. Oleh karena
itu interview adalah terencana, maka data yang didapatkan harus akurat
tanpa bias.
Prinsip yang harus diterapkan oleh perawat pada komunikasi ini adalah :
1) Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan
suasana yang hangat, kekeluargaan.
2) Hindari interupsi. Komunikasi adalah suatu proses yang aktif yang
memerlukan suatu pernyataan yang focus dan perlu perhatian. Hindari
suatu interupsi atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang
gaduh.
11
3) Hindari respon dengan kata hanya “ ya atau tidak “. Respon tersebut
akan mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi yang baik, karena
perawat kelihatan kurang tertarik dengan topic yang dibicarakan dan
enggan untuk berkomunikasi.
4) Jangan memonopoli pembicaraan. Meskipun kata – kata ya dan tidak
meninggalkan pesan negatif, tetapi kata – kata tersebut perlu
disampaikan dengan menambah kata – kata sesuai dengan topic yang
dibicarakan.
5) Hindari hambatan personal. Keberhasilan suatu komunikasi sangat
ditentukan oleh subjektifitas seseorang. Jika perawat sebelum
komunikasi menunjukan rasa tidak senang kepada klien, maka
keadaan ini akan berdampak terhadap hasil yang didapat selam
proses komunikasi.
c. Komunikasi Melalui Komputer
Computer merupakan suatu alat komunikasi cepat dan akurat pada
manajemen keparawatan saat ini. Penulisan data – data klien dalam
computer akan mempermudah perawat lain dalam mengidentifikasi
masalh pasien dan memberikan inetervensi yang akurat. Melalui
computer, informasi – informasi terbaru dapat cepat didapatkan dengan
menggunakan internet bila perawat mengalami kesulitan dalam
menangani masalah klien.
d. Komunikasi Tentang Kerahasiaan
Pasien yang masuk dalam system pelayanan kesehatan menyerahkan
rahasia dan rasa percaya kepada institusi. Perawat sering dihadapkan
pada suatu dilema dalam menyimpan rahasia pasien, disatu sisi
dibutuhkan informasi dengan orang lain, dilain pihak dia harus
memegang janji untuk tidak menyampaikan informasi tersebut kepada
siapapun.
e. Komunikasi Melalui Sentuhan
Komukasi melalui sentuhan kepada pasien merupakan metode dalam
mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang
12
diberikan oleh perawat juga dapat sebagai terapi bagi pasien, khususnya
pasien dengan depresi, kecemasan, dan kebingungan dalam mengambil
suatu keputusan. Tetapi yang perlu dicacat dalam sentuhan tersebut
adalah perbedaan jenis kelamin antara perawat dan pasien. Dalam
situasi ini perlu adanya persetujuan.
f. Dokumentasi Sebagai Alat Komunikasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan dalam memvalidasi asuhan keperawatan,
sarana komunikasi antar tim kesehatan lainnya, dan merupakan
dokumen paten dlam pemberian asuahan keperawatan.
Menurut Nursalam (2002) kapan saja perawat melihat pencacatan
kesehatan, perawat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran. Dalam
kenyataannya, dengan semakin kompleknya pelayanan keperawatan dan
peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan
kualitas tetapi, dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan
kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan
akan dikerjakan oleh perawat.
Manfaat komunikasi dalam pendokumentasian adalah :
1) Dapat digunkan ulang untuk keperluan yang bermanfaat
2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga
kesehatan apa tang sudah dan akan dilakukan kepada pasien
3) Manfaat dan data pasien yang akurat dan dapat dicacat.
g. Komunikasi Perawat Dan Tim Kesehatan Laninnya
Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan professional antar
perawat dan tim kesehatan lainnya : dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan lain –
lain. Pengembangan model praktek keperawatan professional merupakan
sarana peningkatan komunikasi antara perawat dan tim kesehatan
lainnya. Komunikasi yang dimaksudkan disini adalah adanya suatu
13
kejelasan dalam pemberian informasi dari masing – masing individu
sesuai dengan kedudukannya.
2.2 SIKAP ASERTIF
2.2.1Definisi Asertif
Sikap asertif adalah,dimana seseorang yang memiliki tingkah laku atau
perilaku asertif orang yang berpendapat dari orientasi dari dalam, memiliki
kepercayaan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang
sebenarnya tanpa rasa takut dan berkomunikasi dengan orang lain secara lancar.
Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang memiliki ciri terlalu
mudah mengalah/ lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri sendiri,
sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan
masalah atau hal yang telah dikemukakan. (Stresterhim dan Boer ;1980)
Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilakuasertif adalah perilaku seseorang
dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur,
relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain. Sementara
menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun
(1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan hak
pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara
langsung dan jujur dengan cara yang tepat.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif
adalah perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi,
perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur
tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri
dan orang lain.
Perilaku asertif diperlukan, sedikitnya jika dilihat dari dua sdut pandang: (1)
ini menunjukkan komunikasi yang terbuka, dewasa, dan langsung, yang
memungkinkan orang lain unuk melihat dan mengetahui perasaan seseorang, serta
meningkatkan harga diri (percell,1977) dan (2) merupakan cara yang “tidak terlalu
14
mahal” untuk menciptakan hubungan antar-pribadi yang efektif dari pada perilaku
pasif atau agresif.
2.2.2Tujuan dari Pelatihan Sikap Asertif
Menurut Wheeler (1977) tujuan dari pelatihan sikap asertif adalah untuk
mengajar orang tentang bagaimana menggunakan hak mereka, untuk membantu
mereka dalam mengembangkan berbagai perilaku, dan untuk membantu mereka
bertindak menurut minat terbaik mereka sendiri. Karena pelatihan sikap asertif ini
adalah metoda perilaku (bukan metoda yang berorientasi pada pemahaman), maka
tujuannya lebih bersifat induktif dari pada deduktif. Terdapat tiga tingkatan dimana
sikap asertif ini terjadi : teknik, pola respon, dan pola hidup. Penguatan terhadap
sikap asertif ini akan terjadi sementara seseorang belajar dan berlatih teknik-teknik
asertif. Membuat permintaan, mengatakan tidak, menerima pujian, dan
mengungkapkan kekhawatiran akan menjadi lebih mudah, sehinga orang akan lebih
menghargainya dirinya dan interaksi akan meningkat. Dan pada gilirannya, hal-hal
ini dapat menjuruskan ke pola respon asertif, dimana sikap asertif lebih menjadi
terasa wajar dan ditandai oleh ungkapan-ungkapan verbal dan nonverbal yang
terbuka. Pada tingkat kognitif yang paling rumit, seseorang dapat mengembangkan
pola hidup asertif , yang meliputi kesadaran intra dan interpersonal. Bila pelatihan
sikap asertif “ dilakukan” pada tingkat ini, hasil akhirnya sangat mirip dengan tujuan
dari banyak bentuk psiko-terapi manusia: yaitu kemudahan dalam hubungan
interpersonal: keselarasan pikiran, perasaan dan perilaku : dan kemauan menerima
tanggung jawab atas tindakan seseorang serta untuk menerima akibat dari tindakan
tersebut.
2.2.3 Ciri-Ciri Asertif
Komunikasi asertif memiliki cirri-ciri, sebagai berikut:
a. Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.
b. Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya.
15
c. Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang
lain.
d. Mencari solusi bersama dan keputusan.
e. Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.
f. Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.
g. Mempertahankan hak diri
Sedangkan, Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang
dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata
maupun tindakan.
b. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
c. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan
dengan baik.
d. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan
cenderung bersifat negatif.
e. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika
membutuhkan.
f. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
g. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
h. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap
berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin,
sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri
(self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
2.2.4 Unsur – Unsur Sikap Asertif
Secara garis besar, sikap asertif dapat terbagi menjadi dua unsur yaitu:
1. Unsur Verbal
16
Menurut Cololey dan Hollandworth (1977) telah menyebutkan
tiga unsur verbal dari pernyataan yang asertif :
a. Mengatakan tidak.
Pernyataan asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat
cara-cara untuk mengatakan tidak secara asertif sebagai respon
terhadap permintaan terhadap orang lain. Banyak orang merasa
disudutkan ketika diminta untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin
mereka lakukan. Keluhan yang sering muncul adalah “ saya tidak
bisa berkata tidak”. Ada berbagai alasan dari orang tidak dapat atau
tidak mau mengatakan tidak ; beberapa merasa takut pada
kemarahan atau tidak diakui oleh orang lain ; beberapa takut
menyakiti perasaan orang lain : beberapa takut akan penolakan ;
dan beberapa merasa bahwa mengatakan tidak akan merusak
konsep diri mereka sebagai “ yang baik”.
Meskipun demikian, setiap orang akan merasa ingin atau
perlu untuk menolak kebaikan menimbulkan rasa tidak nyaman,
maka seseorang dapat secara tidak sengaja menjadi agresif atau
terlalu membenarkan penolakan. Sebuah aspek penting dari
mengatakan tidak secara asertif adalah bahwa penolakan dipahami
dan dipercaya. Mengatakan terlalu banyak akan membuat
seseorang tidak meyakinkan, dan mengatakan terlalu sedikit dapat
tampak sebagai penolakan. Tujuannya adalah mengatakan tidak
dengan tegas dan tanpa kompromi, sementara tetap mengakui hak
orang lain untuk meminta. Mengatakan tidak secara asertif berarti
seseorang dapat menolak sebuah permintaan dan memberi alasan
dari penolakannya sambil menunujukan bahwa orang lain tersbut
telah didengarkan ; “ saya mengerti bahwa anda benar-benar ingin
menukar waktu dinas dengan saya, tetapi saya tidak dapat
melakukannya pada hari kamis karena saya telah mempunyai
rencana lain.
b. Menunujukan sikap.
17
Unsur dari asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon
terhadap suatu situasi. Unsur kunci pada area ini adalah kejelasan
dari posisi seseorang, penghargaan diri dengan mana posisi tersebut
dinyatakan, dan pemahaman tentang posisi orang lain.
c. Meminta pertolongan.
Ketika meminta pertolongan, bersikap asertif berarti
menyatakan masalah dengan jelas dan membuat permintaan yang
khusus. Seberapa lama orang harus bertahan dengan permintaannya
adalah masalah penilaian : permintaan harus berakhir dengan
persetujuan atau dengan pemahaman mengapa tidaak dapat atau
tidak boleh disetujui. Jangan mengakhiri permintaan sebelum titik ini
dicapai.
d. Mengajukan hak.
Unsur kunci dari pengajuan hak ini hampir sama dengan
unsur kunci dari permintaan pertolongan ; menyatakan masalah,
membuat permintaan khusus untuk perbaikan atau perubahan, dan
bertahan sampai seseorang telah mengkomunikasikan sebuah hal
dengan efektif.
e. Ungkapan perasaan.
Meskipun perasaan sering muncul dan tampak dari perilaku
nonverbal, orang mungkin tidak mengetahui perasaan orang lain
kecuali jika perasaan itu diungkapkan melalui kata-kata.
2. Unsur Nonverbal
Menurut Serber (1977) menyebutkan bahwa unsur non-verbal
dari perilaku adalah sebagai berikut :
a. Kekerasan suara.
Berteriak atau berbisik bukanlah sikap asertif. Nada suara
tidak tergantung pada isi pesan yang dikirim. Nada yang asertif
harus keras dan tegas sehingga terdengar dengan jelas ; tetapi tidak
boleh terlalu keras sehingga memekakkan telinga penerima.
b. Kelancaran.
18
Kelancaran mengatakan kata-kata juga tergantung pada isi
pesan. Orang yang menggunakan terlalu banyak penghentian atau
kata-kata “pengisi” seperti “uh”,”eh”,”huh”, ‘anda tahu”, “seperti”, dan
sebagainya, cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan
orang yang berbicara terlalu cepat sering dialami oleh orang lain
sebagai orang yang terlalu membebani. Yang asertif adalah
kecepatan bicara yang sedang dan tidak terputus-putus.
c. Ungkapan tubuh.
Seperti ungkapan wajah, cara seseorang berdiri,duduk, atau
bergerak sebenarnya menyampaikan sekumpulan sikap yang
kompleks. Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya akan
tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa menjadi
kaku, dan menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan
pembicaraan mereka tanpa menjadi terlalu memaksa atau kasar.
d. Jarak.
Seberapa jauh seseorang berdiri dari orang lain ketika
berinteraksi akan berbeda-beda dalam setiap kebudayaan dan
setiap orang. Orang yang asertif dalam jarak mereka dari orang lain,
akan berdiri cukup dekat dengan dekat sehingga tidak banyak yang
dapat lewat diantara mereka dan penerima mereka (misalnya, tubuh
orang lain) tetapi tidak terlalu dekat sehingga “ memecahkan “
gelembung mereka.
e. Kontak mata.
Tidaklah mungkin untuk menjadi asertif bila tidak melihat
kepada penerima yang diharapkan. Kontak mata asertif berarti
bahwa seseorang mampu memandang wajah penerima secara
(hampir) terus menerus tetapi tanpa intensitas tertentu yang
membuat penerima merasa tertantang.
f. Ungkapan wajah.
Orang yang terkekeh-kekeh saat marah atau mengerutkan
dahi saat mengatakan sayang, akan ‘menghianati’ isi dari kata-kata
19
mereka. Bila marah, janganlah tersenyum; bila menunujukan
penghargaan, tersenyumlah. Meskipun ungkapan wajah sulit diukur
atau digambarkan, kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk
mampu memilih ungkapan wajah yang cocok untuk menyelaraskan
kata-kata dengan irama, seringkali hal ini merupakan tanda dari
rasa tidak nyaman atau kecemasan ; karena keselarasan dan
kecemasan merupakan reaksi-reaksi eklusif yang saling
menguntungkan, maka menjadi selaras dapat membantu
mengurangi kecemasan.
2.2.5 Perilaku Asertif pada Perawat
Kebutuhan untuk pelatihan sikap asertif bagi para perawat telah
banyak dicatat, baik melalui praktek keperawatan di lapangan maupun
secara tertulis di literature (Clark, 1978, 1979; Pardue, 1980). Tetapi,
ungkapan kebutuhan ini selama ini terbatas untuk kepala manajer dan
perawat. Terdapat alasan untuk meyakini bahwa staf perawat, terutama
pada permulaan karir mereka, dapat memperoleh keuntungan dari latihan
sikap asertif,khususnya karena kebanyakan perawat adalah wanita, yang
seringkali merupakan korban dari semua akibat sosialisasi peran seksual,
yang dilaksanakan untuk menghambat perilaku asertif (Jakubowski-
Spector,1973). Lebih jauh lagi, bila perilaku asertif dipelajari sejak awal
karir seorang perawat, maka terdapat kemungkinan yang lebih besar untuk
berkembang selama berjalannya waktu. Perilaku yang dewasa ini
memampukan seseorang untuk menjadi calon yang lebih baik di posisi
administrasi dan menjadi lebih efektif pada posisi seperti itu.
Karekteristik pekerjaan keperawatan sedang berubah, sehingga
tercipta tuntutan untuk tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar
pada semua tingkat profesi keperawatan. Kebutuhan ini merubah konsep
diri professional dari para praktisi keperawatan. Terdapat berbagai alasan
mengapa pelatihan sikap asertif menarik minat para perawat: (1) para
20
perawat yang lebih menyukai sikap reaktif mungkin perlu lebih mengenal
dan mahir dalam keterampilan dan bahasa yang lebih aktif dan
berpartisipasi dalam pekerjaan mereka, (2) mereka yang mendukung peran
perawat yang professional dan primer mungkin akan menemukan bahwa
pelatihan sikap asertif akan berguna untuk memungkinkan perkembangan
sikap-sikap perilaku keperawatan yang bertanggung jawab, serta
keterampilan komunikasi yang efektif dan, (3) para professional
keperawatan yang peduli pada pandangan masyarakat terhadap
keperawatan mungkin dapat menemukan cara untuk mengkomunikasikan
sikap-sikap dan harapan-harapan mereka lebih jelas.
21
Recommended