8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
1/19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur tulang.
Secara maskroskopis, bagian dari tulang dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sebagai berikut1:
1. Diafisis merupakan poros tulang bagian tengah, silinder, merupakan bagian
utama dari tulang.
2. Epifises merupakan ujung proksimal dan distal dari tulang.
3. metaphses merupakan daerah antara diaphsis dan epifisis.Dalam tulang ang sedang aktif, masing!masing metafisis berisi akan
mempunai lempeng pertumbuhan, lapisan ang berisi tulang ra"an hialin.
#apisan ini memungkinkan diafisis dari tulang untuk tumbuh memanjang.
$etika tulang berhenti untuk tumbuh memanjang pada sekitaran usia 1%!21,
tulang ra"an di lempeng epifisis akan digantikan oleh tulang seutuhna.
Struktur ang telah menjadi tulang ini akan dikenal sebagai garis epifisis.
&. Artikulat kartilago adalah lapisan tipis tulang ra"an hialin ang akan
menelimuti bagian dari epiphsis.
'ertemuan tulang akan membentuk artikulasi dengan tulang lain.(ulang ra"an
articular ini berfungsi untuk mengurangi gesekan dan menerap energi di
sendi ang bergerak bebas.
). 'eriosteum adalah bagian ang mengelilingi permukaan tulang eksternal di
luar daerah ang telah ditutupi oleh tulang ra"an artikular.
*agian ini terdiri dari lapisan luar fibrosa padat jaringan ikat ang tidak teratur
dan lapisan osteogenik dalam ang terdiri dari sel!sel. *eberapa sel!sel
periosteum mempunai kemampuan membelah ang memungkinkan tulang
untu tumbuh menebal. 'eriosteum berfungsi untuk melindungi tulang,
membantu dalam perbaikan fraktur, membantu tulang memelihara jaringan,
dan berfungsi sebagai titik perlekatan ligamen dan tendon.
+. ongga medula adalah ruang berongga silinder dalam diaphsis ang berisi
sumsum tulang lemak kuning pada orang de"asa.
-. Endosteum adalah membrane tipis ang melapisi permukaan tulang internal
pada rongga meduler. #apisan ini berisi satu lapisan sel dan jaringan ikat.1
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
2/19
ambar 2.1 Struktur tulang
*. Definisi
/raktur atau patah tulang adalah terputusna kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang ra"an ang umumna disebabkan oleh rudapaksa. (rauma ang
menebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalna benturan pada
lengan ba"ah ang menebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa
trauma tidak langsung, misalna jatuh bertumpu pada tangan ang menebabkan
tulang kla0ikula atau radius distal patah2.
Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan
arahna. (rauma tajam ang langsung atau trauma tumpul ang kuat dapat
menebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang ang disebut
patah tulang terbuka. 'atah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menebabkan patah tulang disertai luksasi sendi ang disebut fraktur dislokasi2.
. $lasifikasi
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
3/19
Secara umum, fraktur dibedakan menurut lokasi, ekstensi komplittidak
komplit4, konfigurasi garis patah4, hubungan antara fragmen fraktur
bergesertidakbergeser4, hubungan dengan lingkungan luar tertutupterbuka43.
Selain itu, fraktur juga dapat di klasifikasikan menjadi&:
1 *erdasarkan posisi fraktur dapat dibagi menjadi fraktur diafiseal, metafiseal,
epifiseal, dan intra!artikular.
2 *erdasarkan sifat fraktur luka ang ditimbulkan4.
a /aktur (ertutup losed4, bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih karena kulit masih
utuh4 tanpa komplikasi.
b /raktur (erbuka 5penompound4, bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adana perlukaan kulit.
3 *erdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.
a /raktur $omplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
b /raktur 6nkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
1 7air #ine /raktur patah dengan garis halus4
2 *uckle atau (orus /raktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa di ba"ahna.
3 reen Stick /raktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainna ang terjadi pada tulang panjang.
& *erdasarkan bentuk garis patah dan hubunganna dengan mekanisme trauma.
a /raktur (rans0ersal: fraktur ang arahna melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung. b /raktur 5blik: fraktur ang arah garis patahna membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
c /raktur Spiral: fraktur ang arah garis patahna berbentuk spiral ang
disebabkan trauma rotasi.
d /raktur $ompresi: fraktur ang terjadi karena trauma aksial fleksi ang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e /raktur A0ulsi: fraktur ang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersina pada tulang.
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
4/19
) *erdasarkan jumlah garis patah.
a /raktur $omunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
b /raktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
c /raktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang ang sama.
+ *erdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a /raktur Undisplaced tidak bergeser4: garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh. b /raktur Displaced bergeser4: terjadi pergeseran fragmen tulang ang juga
disebut dislokasi fragmen, terbagi atas:
1 Dislokasi ad longitudinam cum contractionum pergeseran searah
sumbu dan o0erlapping4.
2 Dislokasi ad a8im pergeseran ang membentuk sudut4.
3 Dislokasi ad latus pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh4.
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
5/19
ambar 1.$lasifikasi /raktur Secara 9mum)
- $lasifikasi /raktur terbuka menurut ustillo dan Anderson+
Tipe Batasan
6 #uka bersih dengan panjang luka 1 cm
66 'anjang luka ; 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak ang berat666 $erusakan jaringan lunak ang berat dan luas, fraktur segmental
terbuka, trauma amputasi, luka tembak dengan kecepatan tinggi,
fraktur terbuka di pertanian, fraktur ang perlu repair 0askuler dan
fraktur ang lebih dari % jam setelah kejadian.
% $lasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe 666+:
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
6/19
(ipe *atasan
666A 'eriosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan
lunak ang luas
666* $ehilangan jaringan lunak ang luas, kontaminasi berat, periosteal striping
atau terjadi bone expose
666 Disertai kerusakan arteri ang memerlukan repair tanpa melihat tingkat
kerusakan jaringan lunak.
< /raktur tulang tertutup menurut (cherne adalah+:
a. Derajat =: /raktur sederhana tanpadisertai dengan sedikit kerusakan
jaringan lunak.
b. Derajat 1: /raktur disertai dengan abrasi superfisial atau luka memar pada
kulit dan jaringan subkutan.
c. Derajat 2: fraktur ang lebih berat dibandingkan derajat 1 ang disertai
dengan kontusio dan pembengkakan jaringan lunak.
d. Derajat 3: /raktur berat ang disertai dengan kerusakan jaringan lunak
ang nata dan terdapat ancaman terjadina sindroma kompartemen.
1= $lasifikasi salter haris untuk patah tulang ang mengenai lempeng epifisis
distal tibia dibagi menjadi lima tipe2:
a. (ipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi
periosteumna masih utuh.
b. (ipe 2 : 'eriosteum robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram
epifisis lepas sama sekali dari metafisis.
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
7/19
c. (ipe 3 : 'atah tulang cakram epifisis ang melalui sendi
d. (ipe & : (erdapat fragmen patah tulang ang garis patahna tegak lurus
cakram epifisis
e. (ipe ) : (erdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis ang
menebabkan kematian dari sebagian cakram tersebut.
D. 'atofisiologi
/raktur terjadi bila ada suatu trauma ang mengenai tulang, dimana trauma
tersebut kekuatanna melebihi kekuatan tulang. Dua faktor mempengaruhi
terjadina fraktur adalah
1. Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma ang mengenai tulang,
arah dan kekuatan trauma.
2. 6ntrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,
kekuatan, dan densitas tulang.
(rauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur trans0ersal
dan kerusakan jaringan lunak. *enturan ang lebih keras disertai dengan
penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan
kerusakan jaringan lunak ang lebih luas.
(rauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma
dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. 'ada olahraga"an,
penari dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsalang disebabkan oleh karena trauma ang berulang.
Selain trauma, adana proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada
penakit 'aget dengan energi ang minimal saja akan mengakibatkan fraktur.
Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur -.
E. >anifestasi $linis
>anifestasi klinik fraktur adalah2:
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
8/19
1. ?eri
?eri kontinueterus!menerus dan meningkat semakin berat sampai fragmen
tulang tidak bisa digerakkan.
2. angguan fungsi
Setelah terjadi fraktur ada bagian ang tidak dapat digunakan dan cenderung
menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur
karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang ang mana tulang
tersebut saling berdekatan.
3. angguan sensiti0itas.
&. Deformitaskelainan bentuk
'erubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang ang
diketahui ketika dibandingkan dengan daerah ang tidak luka.
). $repitasi
Suara detik tulang ang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur
digerakkan.
+. *engkak dan perubahan "arna
7al ini disebabkan oleh trauma dan perdarahan ang mengikuti fraktur.
/. Diagnosis
1 Anamnesis
*iasana ada ri"aat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan anggota tubuh terluka. ?amun, perlu diperhatika bah"a /raktur
pada pasien tidak selalu harus pada lokasi ang menerima trauma, misalna
pukulan ke daerah lutut, memungkinkan untuk terjadi fraktur pada patela,
kondilus femoralis, poros femur atau bahkan acetabulum. 9sia pasien dan
mekanisme cedera juga penting. @ika patah tulang terjadi dengan trauma ringan,
dapat dicurigai adana fraktur patologis. ?eri, memar dan bengkak adalah gejala
umum pada fraktur. ?amun, gejala!gejala ini tidak dapat membedakan antara
patah tulang atau cedera jaringan lunak. Deformitas dapat menjadi petunjuk ang
lebih baik dibandingkan gejala ang lainna2.
'ada saat anamnesis, selalu ditanakan gejala!gejala terkait kerusakan
jaringan, misalna: rasa sakit dan bengkak, mati rasa atau kehilangan gerakan,
kulit pucat atau sianosis, darah dalam urin, perut sakit, kesulitan bernapas atau
kehilangan kesadaran sementara. Setelah pada fase darurat telah ditangani,
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
9/19
tanakan tentang ri"aat cedera sebelumna, atau muskuloskeletal lainna ang
mungkin dapat menebabkan bias ketika dilakukan pemeriksaan 8!ra2.
2 'emeriksaan /isik
a. #ook
'embengkakan, memar dan deformitas mungkin jelas. 'erhatikan apakah
kulit pada daerah trauma masih utuh tidak jika kulit rusak dan luka
berkomunikasi dengan fraktur, cedera adalah Bterbuka ang perlu penanganan
segera. 'erhatikan juga postur ekstremitas distal dan "arna kulit tanda!tanda
gangguan saraf atau kerusakan pembuluh4. 'ergeseran fragmen (ulang ada &,
akni2
:14 Alignment : perubahan arah a8is longitudinal, bisa membentuk sudut
24 'anjang : dapat terjadi pemendekan shortening4
34 Aposisi : hubungan ujung fragmen satu dengan lainna
&4 otasi : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal
b. /eel
*agian ang cedera teraba terdapat neri tekan lokal. *eberapa patah
tulang akan bisa terle"atkan jika tidak dicarii, misalna tanda klasik dari
fraktur skafoid adalah neri tekan pada tepatna di area Csnuff bo8.
'embuluh darah dan kelainan saraf perifer harus diuji untuk sebelum dan
setelah pengobatan2.
c. >o0e
$repitasi dan gerakan abnormal mungkin ada, namun ang lebih penting
adalah menguji sendi distal cedera2.
3 'emeriksaan penunjang
'emeriksaan !ra "ajib dilakukan. 'ada !ra, perlu ditekankan aturan
C(he ule of ("o2:
a. ("o Fie"s! /raktur atau dislokasi bias saja tidak terlihat pada film 8!ra
tunggal. 9ntuk itu diperlukan pemeriksaan melalui dua sudut pandang
Anteroposterior dan lateral4.
b. ("o @oints ! Sendi atas dan di ba"ah fraktur keduana harus disertakan
pada film 8!ra.
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
10/19
c. ("o #imb ! 'ada anak!anak, penampilan epifisis ang belum matang
dapat membingungkan diagnosis patah tulang 8!ra dari ekstremitas ang
normal diperlukan untuk perbandingan.
d. ("o 6njuries ! kekuatan trauma sering menebabkan cedera pada lebih
dari satu tingkat tulang. 5leh karena itu, pada fraktur calcaneum adan
tulang paha diperhatikan untuk pemeriksaan 8!ra pada tulang panggul
dan tulang belakang.
e. ("o 5ccasion ! *eberapa patah tulang sangat sulit untuk dideteksi segera
setelah cedera, tapi pada pemeriksaan lain satu atau dua minggu kemudian
bisa dapat menunjukkan lesi. ontoh umum adalah fraktur undisplaceddari ujung distal kla0ikula, skafoid, leher femoral dan maleolus lateral, dan
juga pada fraktur stress tulang dan cedera phseal dimanapun fraktur
terjadi.
. 'enatalaksanaan
'ada trauma ekstremitas, agar ekstremitas sebagai alat gerak dapat berfungsi
dengan baik, ada & hal ang harus diperhatikan%:
1. Recognition
9ntuk dapat bertindak dengan baik, maka trauma ekstremitas perlu diketahui
kelainan ang terjadi akibat cedera, baik pada jaringan lunak maupun pada
tulangna dengan mengenali tanda G tanda gangguan fungsi jaringan ang terkena
cedera.
2. Reduction (Reposisi)
eposisi adalah tindakan mengembalikan pada posisi semula. (indakan ini
diperlukan untuk mengembalikan tulang kepada bentuk semula sebaik mungkin,
agar fungsi dapat kembali semaksimal mungkin terutama permukaan persendian.
(ehnik reposisi terdiri dari reposisi tertutup dan terbuka. eposisi tertutup dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau traksi kulit dan skeletal. ara lain aitu
dengan reposisi terbuka ang dilakukan pada pasien ang telah mengalami gagal
reposisi tertutup, fragmen bergeser, mobilisasi dini, fraktur multiple, dan fraktur
patologis.
3. Retaining
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
11/19
etaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk memberi istirahat dari
spasme otot pada anggota atau alat ang sakit agar mencapai kesembuhan.
6mobilisasi ang tidak adeHuate dapat memberikan dampak pada penembuhan
dan rehabilitasi.
4. Rehabilitation
ehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan dari anggota atau alat ang
sakit atau cedera untuk dapat berfungsi kembali. ehabilitasi dilakukan untuk
mencegah timbulna gangguan fungsi aitu lingkup gerak sendi dan atrofi
disused atrophy atau sudeck reflex syphatetic dystrophy4. ehabilitasi dimulai
secara:
a. 6sometric e8ercise otot
b. $alau fiksasi stabil bisa dilakukan isotonic dan isokinetic.
'ada kerusakan jaringan lunak perlu ditunggu atau dilakukan imobilisasi
selama 3 G + minggu, pada anggota ang terkena.
'enatalaksanaan fraktur secara ortopedi meliputi proteksi tanpa reposisi dan
imobilisasi, 6mobilisasi dengan fiksasi, eposisi dengan cara manipulasi diikuti
dengan imobilisasi, eposisi dengan traksi, eposisi diikuti dengan imobilisasi
dengan fiksasi luar, eposisi secara nonoperatif diikuti dengan pemasangan
fiksasi dalam pada tulang secara operatif. eposisi secara operatif dikuti dengan
fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna, Eksisi fragmen fraktur
dan menggantina dengan prosthesis1,
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
12/19
tertentu, misalna beberapa minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi.
(indakan ini dilakukan pada fraktur ang bila direposisi secara manipulasi akan
terdislokasi kembali dalam gips. ara ini dilakukan pada fraktur dengan otot ang
kuat, misalna fraktur femur 2,
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
13/19
Eksisi fragmen fraktur dan menggantina dengan prosthesis dilakukan pada
fraktur kolum femur. aput femur dibuang secara operatif dan diganti dengan
prosthesis. (indakan ini diakukan pada orang tua ang patahan pada kolum femur
tidak dapat menambung kembali. 1,
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
14/19
medularis. Apabila terjadi robekan ang hebat pada periosteum, maka
penembuhan sel berasal dari diferensiasi sel!sel mesenkimal ang tidak
berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. 'ada tahap a"al dari penembuhan
fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel!sel osteogenik ang memberi
pertumbuhan ang cepat pada jaringan osteogenik ang sifatna lebih cepat dari
tumor ganas. 'embentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi
pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari
fraktur akan membentuk suatu massa ang meliputi jaringan osteogenik. 'ada
pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan
suatu daerah radiolusen.
3 /ase pembentukan kalus fase union secara klinis4
Setelah pembentukan jaringan seluler ang bertumbuh dari setiap fragmen sel
dasar ang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk
tulang ra"an. (empat osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
perlengketan polisakarida oleh garam!garam kalsium membentuk suatu tulang
ang imatur. *entuk tulang ini disebut sebagai !o"en bone. 'ada pemeriksaan
radiologi kalus atau !o"en bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik
pertama terjadina penembuhan fraktur.
& /ase konsolidasi fase union secara radiologik4
Io0en bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan!lahan diubah
menjadi tulang ang lebih matang oleh akti0itas osteoblas ang menjadi struktur lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.
) /ase remodeling
*ilamana union telah lengkap, maka tulang ang baru membentuk bagian
ang menerupai bulbus ang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. 'ada
fase remodeling ini, perlahan!lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap
terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan!lahan
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
15/19
menghilang. $alus intermediat berubah menjadi tulang ang kompak dan berisi
sistem 7a0ersian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk ruang sumsum.
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
16/19
6. $omplikasi /raktur
$omplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat
penanganan fraktur ang disebut komplikasi iatrogenik 2.
a. $omplikasi umum
Sok karena perdarahan ataupun oleh karena neri, koagulopati diffus dan
gangguan fungsi pernafasan.
$etiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 2& jam pertama
pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan
metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. $omplikasi umum lain dapat
berupa emboli lemak, trombosis 0ena dalam DF(4, tetanus atau gas gangren
b. $omplikasi #okal
14 $omplikasi dini
$omplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca
trauma, sedangkan apabila kejadianna sesudah satu minggu pasca trauma
disebut komplikasi lanjut.
a4 'ada (ulang! 6nfeksi, terutama pada fraktur terbuka.
! 5steomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup. $eadaan ini dapat menimbulkan
delaed union atau bahkan non union
$omplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif ang sering
terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi ang melibatkan sendi
sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi
b4 'ada @aringan lunak
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
17/19
! #epuh , $ulit ang melepuh adalah akibat dari ele0asi kulit
superfisial karena edema. (erapina adalah dengan menutup kasa
steril kering dan melakukan pemasangan elastik
! Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh
gips. 5leh karena itu perlu diberikan bantalan ang tebal pada
daerah!daerah ang menonjol
c4 'ada 5tot
(erputusna serabut otot ang mengakibatkan gerakan aktif otot
tersebut terganggu. 7al ini terjadi karena serabut otot ang robek melekat
pada serabut ang utuh, kapsul sendi dan tulang. $ehancuran otot akibattrauma dan terjepit dalam "aktu cukup lama akan menimbulkan sindroma
crush atau trombus.
d4 'ada pembuluh darah
'ada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus.
Sedangkan pada robekan ang komplit ujung pembuluh darah mengalami
retraksi dan perdarahan berhenti spontan.
'ada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis.
(rauma atau manipulasi se"aktu melakukan reposisi dapat menimbulkan
tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan
spasme. #apisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi
trombus. 'ada kompresi arteri ang lama seperti pemasangan torniHuet
dapat terjadi sindrome crush. 'embuluh 0ena ang putus perlu dilakukan
repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi.
Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot
pada tungkai atas maupun tungkai ba"ah sehingga terjadi penekanan
neuro0askuler sekitarna. /enomena ini disebut 6skhemi Folkmann. 6ni
dapat terjadi pada pemasangan gips ang terlalu ketat sehingga dapat
menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot.
Apabila iskhemi dalam + jam pertama tidak mendapat tindakan dapat
menimbulkan kematiannekrosis otot ang nantina akan diganti dengan
jaringan fibrus ang secara periahan!lahan menjadi pendek dan disebut
dengan kontraktur 0olkmann. ejala klinisna adalah ) ' aitu 'ain
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
18/19
neri4, 'arestesia, 'allor pucat4, 'ulseness denut nadi hilang4 dan
'aralisis
e4 'ada saraf
*erupa kompresi, neuropraksi, neurometsis saraf putus4,
aksonometsis kerusakan akson4. Setiap trauma terbuka dilakukan
eksplorasi dan identifikasi ner0us
24 $omplikasi lanjut
'ada tulang dapat berupa malunion, delaed union atau non union. 'ada
pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau
perpanjangan.
a4 Delaed union
'roses penembuhan lambat dari "aktu ang dibutuhkan secara
normal. 'ada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat baangan
sklerosis pada ujung!ujung fraktur. (erapi konser0atif selama + bulan
bila gagal dilakukan 5steotomi. *ila lebih 2= minggu dilakukan
cancellus grafting 12!1+ minggu4
b4 ?on union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penambungan.
! (ipe 6 hpertrophic non union4 tidak akan terjadi proses penembuhan
fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus ang
masih mempunai potensi untuk union dengan melakukan koreksi
fiksasi dan bone grafting.
! (ipe 66 atrophic non union4 disebut juga sendi palsu pseudoartrosis4
terdapat jaringan sino0ial sebagai kapsul sendi beserta rongga sino0ialang berisi cairan, proses union tidak akan dicapai "alaupun dilakukan
imobilisasi lama.
! *eberapa faktor ang menimbulkan non union seperti disrupsi
periosteum ang luas, hilangna 0askularisasi fragmen!fragmen
fraktur, "aktu imobilisasi ang tidak memadai, implant atau gips ang
tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penakit tulang
fraktur patologis4
c4 >al union
8/18/2019 Bab II Ortopediii Lapkas
19/19
'enambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.
(indakan refraktur atau osteotomi koreksi .
d4 5steomielitis
5steomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan
operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delaed union
sampai non union infected non union4. 6mobilisasi anggota gerak ang
mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadina atropi tulang berupa
osteoporosis dan atropi otot
@. $omplikasi manajemen fraktur
$omplikasi ang bersifat iatrogenik adalah ang disebabkan oleh manajemen
dari fraktur tersebut. $omplikasi ini kebanakan dapat dicegah dan berhubungan
dengan tiga faktor utama, aitu: tekanan lokalang berlebihan, traksi ang
berlebihan, dan infeksi. $lasifikasi dari $omplikasi karena >anajemen /raktur
adalah1:
1 $omplikasi kulit
a. Efek tato dari abrasi
b. #esi tekanan luka tekanan4: *ed sores ulkus dekubitus4 ast sores
ulkus bebat4
2 $omplikasi 0askuler: #esi traksi dan tekanan FolkmannJs ischemia
ompartment sndrome4, angren dan gas gangrene, (hrombosis 0ena dan
emboli pulmonal
3 $omplikasi neurologis: #esi traksi dan tekanan
& $omplikasi sendi: 6nfeksi septic arthritis4 ang memberi komplikasi pada
operasi terbuka pada fraktur tertutup
) $omplikasi tulang: 6nfeksi osteomelitis4 ang memberi komplikasi pada
operasi terbuka pada fraktur tertutup
Recommended