7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Vaksin
1. Definisi Vaksin
Pengertian vaksin yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 12 tahun 2017 halaman 5, vaksin adalah antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh
atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin mikroorganisme yang telah
diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit infeksi tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah
suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi
antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya
menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit
yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup
aman.Keuntungan perlindungan yng diberikan vaksin jauh lebih besar
daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan. (Lisnawati Lilis, 2011: 47)
2. Penggolongan Vaksin
Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Cold Chain Petugas Imunisasi
Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 halaman 3, vaksin digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu penggolongan berdasarkan asal antigen dan
sensitivitas terhadap suhu.
a. Penggolongan berdasarkan asal antigen (Immunization Essensial)
1) Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (live attenuated)
a) Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow Fever
b) Bakteri : BCG
8
2) Bakteri berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)
a) Seluruh partikel diambil:
Virus : IPV (Injectable/ Inactivited Polio Vaccine), Rabies
Bakteri : Pertusis
b) Sebagian partikel diambil:
Murni : Maningococal
Gabungan : Hib (Haemofilus Influenza type B)
c) Rekombinan (rekayasa genetika) : Hepatitis B
b. Penggolongan berdasarkan sensitivitas terhadap suhu :
1) Vaksin sensitif beku (Freeze Sensitive = FS) yaitu golongan vaksin yang akan
rusak terhadap suhu dingin dibawah 0°C (beku) seperti:
a) Hepatitis B e) DT
b) DPT-HB-Hib f) TT
c) DPT-HB g) Td
d) IPV
2) Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS) yaitu golongan vaksin yang
akan rusak terhadap paparan panas yang berlebihan yaitu:
a) BCG
b) Polio
c) Campak
3. Jenis Vaksin
Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Cold Chain Petugas Imunisasi
Departemen Kesehatan RI tahun 2013 halaman 4, vaksin yang beredar di
Indonesia cukup banyak jenisnya, yang digunakan baik dalam program
imunisasi maupun secara individu oleh dokter, khususnya dokter anak, dan
bidan. Dari sekian banyak jenis vaksin sampai saat ini yang dimaksudkan
dalam program imunisasi baru 9 jenis vaksin. Namun demikian selain vaksin
program imunisasi masih ada vaksin lain yang juga digunakan oleh program
9
lain di Kementrian Kesehatan RI yang perlu dipantau untuk keamanan
penyimpanan vaksinnya. Berikut ini akan diuraikan vaksin program imunisasi
dan vaksin di luar program yang disimpan di penyimpanan vaksin di tingkat
Provinsi/kabupaten maupun puskesmas.
a. Vaksin – Vaksin yang Digunakan Pada Program Imunisasi saat ini:
1) Vaksin Hepatitis B
a) Definisi
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah
diintivasikan dan bersifat non-infecous, berasal dari HbsAg yang dihasikan
dalam segi ragi (Hansenula Polymorpha) menggunakan DNA rekombinan.
Vaksin ini merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari jaringan
sel ragi yang mengandung gen HbsAg yang dimurnikan dan diinaktivasi
melalui beberapa tahap proses fisika kimia seperti ultrasentrifuse,
kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid. (Kemenkes
RI,2013)
b) Indikasi
(1) Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B.
(2) Tidak dapat mencegah infeksi hepatitis oleh virus lain seperti virus hepatitis
A atau C.
c) Kemasan
(1) Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan.
(2) Vaksin hepatitis B terdiri dari 2 kemasan yaitu kemasan dalam Prefill
Injection Device (PID) dan kemasan dalam vial.
(3) 1 bx vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID.
(4) 1 box vaksin hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis HB.
d) Penyimpanan dan Kadaluarsa
(1) Vaksin disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C. Pengangkutan dalam keadaan
dingin menggunakan kotak dingin cair (cool pack) dan hindari paparan panas
berlebihan, sinar matahari langsung/tidak langsung.
(2) Vaksin HB rusak terhadap suhu dibawah 0 C.
10
(3) Kadaluarsa setelah 26 bulan bila disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C.
(4) Di tingkat Bidan Desa (BDD) vaksin HB PID dapat disimpan pada suhu
ruang selama VVM masih bagus (kondisi A dan B).
2) Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin), STRAIN DANISH
Microbakterium Bovis, Danish Strain 1331
a) Bentuk beku-kering
e) Penyimpanan pada suhu +2 C s/d +8 C, pelarut pada suhu kamar.
f) Kadaluarsa 12 bulan, pelarut 60 bulan.
g) Indikasi: kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
h) Kemasan: 1 box isi 10 vial, pelarut 1 ml NaCl 0,9 % untuk setiap vial.
i) Vaksin disuntikkan secara intra kutan di daerah lengan kanan atas (insertion
musculus deltoideus), dengan menggunakan alat suntik dosis tunggal yang
steril dan jarum suntik no. 26 G
j) Pelarut didinginkan pada suhu + 2 C s/d +8 C minimal 12 jam sebelum
dipakai.
k) Setelah dilarutkan vaksin hanya bertahan 4 jam.
3) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin), STRAIN PARIS
a) Deskripsi
Vaksin BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung
mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan dari strain Paris no.
1173.P2.
b) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
c) Kemasan
(1) Kemasan ampul, beku kering, 1 box berisi 10 ampul vaksin.
(2) Setiap 1 ampul vaksin dengan 4 ml pelarut NaCL 0,9 % = 80 dosis, namun
efektivitas pemakaian di lapangan 2-3 dosis.
d) Penyimpanan dan kadaluarsa
(1) Vaksin disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C, kadaluarsa selama 1 tahun.
11
(2) Pendistribusian dalam keadaan dingin dengan kotak dingin cair (cool pack)
dan hindari paparan panas dan sinar matahari langsung/tidak langsung.
(3) Pembekuan tidak merusak vaksin BCG.
(4) Pelarut disimpan pada suhu kamar, jangan di freezer.
4) Vaksin DPT-HB
a) Deskripsi
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid tetanus yang dimurnikan dan
pertussis yang dinaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit
vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Vaksin hepapatis B ini merupakan vaksin DNA rekombinan yang berasal dari
HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi.
b) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertussis,
dan hepatitis B.
c) Kemasan
1 box vaksin DPT-Hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis.
d) Penyimpanan dan Kadaluarsa
(1) Vaksin disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C. pengangkutan dalam keadaan
dingin menggunakan kotak dingin cair (cool pack) dan hindari paparan panas
dan sinar matahari langsung/tidak langsung.
(2) Kadaluarsa setelah 24 bulan (2 tahun) bila disimpan pada suhu 2-8 C.
5) Vaksin DPT-HB-Hib
a) Deskripsi
Vaksin DPT-HB (Vaksin Jerap Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B
Rekombinan, Haemophillus influenze tipe B) berupa suspense homogen yang
mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertussis (batuk rejan)
inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak infeksius,
dan komponen Hib sebagai vaksin bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida
Haemophilus infuenze tipe b tidak iinfeksius yang dikonjugasikan kepada
protein toksoid tetanus. HBsAg diproduksi melalui DNA rekombinan pada
12
sel ragi. Vaksin dijerap pada aluminium fosfat. Thimerosal digunakan sebagai
pengawet. Polisakarida berasal dari bakteri Hib yang ditumbuhkan pada
media tertentu, dan kemudian dimurnikan melalui serangkaian tahap
ultrafiltrasi.
b) Kemasan
(1) 1 box vaksin DPT-HB-Hib vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis.
(2) Warna vaksin putih keruh.
c) Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertussis (
batuk rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenza tipe b secara
simultan.
d) Penyimpanan
(1) Vaksin ini harus disimpan dan ditranspormasikan pada suhu antara +2 C s/d
8 C.
(2) Vaksin ini tidak boleh dibekukan.
6) Vaksin TT
a) Deskripsi
Vaksin jerap TT (Tetanus Toxoid) adalah vaksin yang mengandung
toxoid tetanus yang telah dimurnika dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml
aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Atau
dosis 0,5 ml vaksin mengandung sedikitnya 40 IU.Dipergunakan untuk
mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS
(Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu
bayi.
b) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
c) Kemasan
(1) 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
(2) 1 vial berisi 10 dosis.
(3) Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.
d) Penyimpanan dan Kadaluarsa
13
(1) Vaksin disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C. Penditribusian dalam keadaan
dingin dengan menggunakan kotak dingin cair (cool pack) dan hindari
paparan panas dan sinar matahari langsung/tidak langsung.
(2) Vaksin TT rusak terhadap suhu dibawah 0 C.
(3) Kadaluwarsa setelah 2 tahun pada suhu +2 C s/d 8 C.
7) Vaksin DT
a) Deskripsi
Vaksin jerap DT (Difteri dan Tetanus) adalah vaksin yang mengandung
toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3
mg/ml aluminium fosfat. Potensi komponen vaksin per dosis tunggal
sedikitnya 30 IU untuk potensi toksoid difteri dan 40 IU untuk potensi
toksoid tetanus.
b) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus..
c) Kemasan
(1) 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
(2) 1 vial berisi 10 dosis.
(3) Vaksin DT adalah vaksin yang berbentuk cairan.
d) Penyimpanan dan kadaluwarsa
(1) Vaksin disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C. Pendistribusian dalam keadaan
dingin dengan menggunakan kotak dingin cair (cool pack) dan hindari sinar
matahari langsung/ tidak langsung.
(2) Vaksin TT rusak terhadap suhu dibawah 0 C.
(3) Kadaluarsa setelah 2 tahun pada suhu +2 C s/d 8 C.
8) Vaksin Td
a) Deskripsi
Vaksin jerap Td (Tetanus dan Difteri) merupakan suspense berwarna
putih dalam vial gelas, mengandung toxoid toxoid tetanus dan toxoid difteri,
dengan komponen difteri yang rendah, yang telah dimurnikan dan terabsorbsi
pada aluminium fosfat. Satu dosis vaksin mengandung potensi kurang dari 30
14
IU untuk toxoid difteri dan tdak kurang dari 40 IU untuk toxoid tetanus.
Vaksin ini digunakan sebagai imunisasi aktif terhadap difteri dan tetanus pada
anak mulai usia 7 tahun dan orang dewasa. Vaksin ini merupakan suspense
untuk injeksi.
b) Indikasi
Imunisasi ulangan terhadap tetanus dan difteri pada individu mulai usia 7
tahun.
c) Penyimpanan dan kadaluarsa
(1) Vaksin disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C. Pendistribusian dalam keadaan
dingin dengan menggunakan kotak dingin cair (cool pack) dan hindari sinar
matahari langsung/tidak langsung.
(2) Vaksin Td rusak terhadap suhu dibawah 0 C.
(3) Kadaluwarsa setelah 3 tahun pada suhu +2 C s/d 8 C.
9) Vaksin IPV
a) Deskripsi
Vaksin IPV disajikan dalam bentuk suspense dalam bentuk injeksi.
Vaksin ini diindikasikan untuk pencegahan polio pada bayi, anak-anak, dan
orang dewasa, untuk vaksinasi primer dan sebagai booster.
b) Indikasi
Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak immunocomprised,
kontak di lingkungan keluarga dan pada individu dimana vaksin polio oral
menjadi kontra indikasi.
10) Vaksin polio (Oral Polio Vaccine = OPV)
a) Deskripsi
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspense virus poliomyelitis tipe 1,2, dan 3. Vaksin polio digunakan untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
b) Kemasan
(1) 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
(2) 1 vial berisi 10 dosis.
15
(3) Vaksin polio adalah vaksin yang berbentuk cairan.
(4) Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes (dropper) terbuat dari bahan
plastik.
c) Penyimpanan dan Kadaluwarsa
(1) Penyimpanan di Provinsi/kabupaten, vaksin disimpan pada suhu -15 C s/d
25 C. Sedangkan di puskesmas disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C.
Pendistribusian dalam keadaan dingin menggunakan kotak dingin beku (cold
pack) dan hindari sinar matahari langsung/ tidak langsung.
(2) Vaksin polio tidak rusak pada pembekuan.
(3) Kadaluarsa 6 bulan bila disimpan pada suhu +2 C s/d 8 C dan 2 tahun bila
disimpan pada suhu -15 C s/d -25 C.
11) Vaksin Campak
a) Definisi
Vaksin campak merupakan vaskin virus hidup yang dilemahkan.
Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus
strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg
erythromycin.Vaksin ini berbentuk vakin beku kering yang harus dilarutkan
dengan aquabidest steril.
b) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
c) Kemasan
(1) 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
(2) 1 vial berisi 10 dosis.
(3) 1 box pelarut berisi 10 ampul 5 ml.
(4) Vaksin ini berbentuk beku kering.
d) Penyimpanan dan Kadaluwarsa
(1) Penyimpanan vaksin pada suhu +2 C s/d 8 C. Pengangkutan dalam keadaan
dingin menggunakan kotak dingin beku (cold pack) dan hindari sinar
matahari langsung/ tidak langsung.
(2) Pembekuan tidak merusak vaksin campak
(3) Kadaluarsa setelah 2 tahun dalam penyimpanan yang benar.
16
(4) Pelarut sebaiknya disimpan pada suhu kamar, meskipun tidak rusak bila
disimpan di lemari es, pelarut tidak boleh beku jadi jangan disimpan dalam
freezer.
b. Vaksin lain di luar Program Imunisasi yang ada di Provinsi/Kabupaten/Kota:
Vaksin-vaksin lain diluar program imunisasi adalah vaksin
Meningokokus, vaksin Japanese Enchephalitis (JE), Vaksin Haemofilus
Influenzae (Hib), dan Vaksin Anti Rabies (VAR)/ Serum Anti Rabies (SAR).
(Ranuh,I.G.N Gde,dkk .2014: 5)
1) Vaksin Meningokokus
Vaksin ini diberikan kepada semua calon jemaah haji yang akan
berangkat beribadah ke Mekkah.
a) Sediaan
Vaksin ini merupakan vaksin beku kering dengan pelarut menempel pada
vial.
b) Penyimpanan
Vaksin disimpan pada suhu +2°C s/d 8°C.
2) Japanese Enchephalitis (JE)
a) Penyimpanan : Vaksin disimpan pada suhu +2°C s/d 8°C.
3) Hemofilus Influenzae (Hib)
a) Penyimpanan: Vaksin disimpan pada suhu +2°C s/d 8°C
4) Vaksin Anti Rabies (VAR)
5) Serum Anti Rabies (SAR)
B. Pengelolaan Vaksin
Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Cold Chain Petugas Imunisasi
Departemen Kesehatan RI tahun 2013 halaman 35, Pengelolaan vaksin
meliputi kegiatan pengiriman dan permintaan vaksin, penerimaan vaksin,
penyimpanan vaksin, pendistribusian vaksin, . Vaksin hendaknya dikelola
secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah dan jenis obat,
penyimpanan, waktu pendistribusian, dan penggunaan obat, serta terjamin
mutunya di unit pelayanan kesehatan.
17
Sumber: Depkes RI/ 2013:35
Gambar 2.1 Pengelolaan Vaksin
Dalam pelaksanaan program imunisasi, pengadaan vaksin yang dikelola
ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota perlu dilaksanakan secara efektif
dan efisien sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi
fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran pelaksanaan program
imunisasi sehingga Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak
diinginkan tidak akan terjadi. KIPI merupakan kejadian yang disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya menurunnya atau hilangnya potensi vaksin dan
rusaknya vaksin. Cara distribusi dan penyimpanan yang tidak tepat
merupakan salah satu penyebabnya menurunnya atau hilangnya potensi
vaksin dan akhirnya dapat menyebabkan KIPI (Depkes RI : 2009)
Pengelolaan Vaksin
1. pengiriman dan
permintaan vaksin
2. penerimaan vaksin
3. penyimpanan vaksin
4. pendistribusian vaksin
18
C. Penyimpanan Vaksin
Tabel 2.1
Suhu dan Lama Penyimpanan Vaksin
Jenis Vaksin
Pusat/
Bio
Farma
Provinsi Kab/Kota PKM/Pustu BDD/Unit
Pelayanan
MASA PENYIMPANAN VAKSIN
6 bulan 2 bln + 1 bln
CAD
1 bln + 1 bln
CAD
1 bln+1 mgg
CAD
1 bln+ 1 mgg
CAD
POLIO FREEZER SUHU -25 C s.d -15 C
LEMARI ES : SUHU 2 C s/d 8 C
SUHU
RUANGAN
DPT-HB-Hib
DT
Td
TT BCG,
Campak,
Polio
IPV
Hepatitis B,
DPT-HB
HB. Uniject
Catatan :
1. Vaksin HB Uniject (ADS PID) di BDD disimpan pada suhu ruangan ataupun
dibawa saat kunjungan rumah tanpa rantai vaksin. Kelayakan pemakaian
vaksin diukur dengan melihat status VVM.
2. Pelarut vaksin BCG dan campak jangan disimpan dalam lemari es/ freezer.
Simpanlah ditempat yang sejuk atau suhu kamar, namun sebelum digunakan
Pelarut didinginkan pada suhu +2°C s/d +8°C minimal 12 jam.
( Kemenkes RI/ 2013: 47)
Berdasarkan Pedoman Pengelolaan Vaksin Kemenkes RI tahun 2013
halaman 47, vaksin harus disimpan pada suhu tertentu dengan penyimpanan
yang telah ditentukan di masing-masing tingkatan administrasi.
19
Sarana yang harus disediakan dalam penyimpanan vaksin :
1. Lemari es / freezer
2. Thermostat
3. Freeze Tag.
4. Cold box.
5. Cool pack.
6. Vaccine carrier.
7. Generator.
Untuk penyimpanan vaksin dibutuhkan peralatan rantai vaksin, yaitu
seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan
prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan, dari mulai
vaksin diproduksi di pabrik pembuat vaksin sampai dengan pemberian
vaksinasi pada sasaran ibu dan anak. Fungsi dari peralatan rantai vaksin
adalah untuk menyimpan/ membawa vaksin pada suhu yang telah ditetapkan
sehingga potensi vaksin yang dapat terjamin sampai masa kadaluarsanya.
Jenis peralatan rantai vaksin berbeda pada setiap tingkatan administratif
sesuai dengan fungsi dan kapasitas vaksin yang dikelola. Skema berikut ini
menggambarkan jenis dan fungsi perlaatan mulai dari kabupaten/kota sampai
kepada sasaran.
Kabupaten/kota Puskesmas : Cold box/ Vaccine Carrier.
Puskesmas Sasaran : Vaccine Carrier.
Kabupaten/kota : Freezer/ Lemari Es.
1. Jenis Peralatan Rantai Vaksin/ Sarana Rantai Dingin (Cold Chain)
Rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu
yang telah ditetapkan. Sarana rantai vaksin atau cold chain dibuat secara
khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap jenis sarana cold chain
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
20
a. Lemari Es dan Freezer
Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI tahun 2013 tentang pedoman
pengelolaan cold chain petugas imunisasi halaman 27, Lemari es adalah
tempat menyimpan vaksin BCG, DPT-HB, TT, DT hepatitis B, dan campak,
pada suhu yang ditentukan 2°C s.d 8°C dapat juga difungsikan membuat
kotak dingin cair (cool pack). Freezer adalah untuk menyimpan vaksin polio
pada suhu yang ditentukan antara -15°C s.d -25°C atau membuat kotak es
beku (cold pack).
Bagian yang sangat penting dari lemari es / freezer adalah thermostat.
Thermostat berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam pada lemari es atau
freezer, sehingga suhu berkisar antara 2°C a.d 8°C dan suhu freezer di bawah
0°C. Merubah thermostat bila suhu pada lemari es dibawah +2 C atau diatas
+8 C, perubahan thermostat tidak dapat merubah suhu pada lemari es dalam
sesaat. Perubahan suhu dapat diketahui setelah 24 jam pengaturan thermostat,
dengan melihat thermometer yang diletakkan pada rak kedua.
Setelah suhu stabil, thermostat jangan diubah, sebaiknya thermostat
difiksasi dengan pita perekat (sellotape) agar tidak bergeser ketika mengambil
atau meletakkan vaksin. (Rumah, I.G.N Gde, dkk,2014:182).
Sumber: rotarybintaro.co.id
Gambar 2.2 Thermostat
1) Bentuk buka dari depan (front opening)
Berdasarkan Lampiran Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 halaman 76,
lemari es / freezer dengan pintu buka dari depan banyak digunakan dalam
21
rumah tangga atau pertokoan, seperti: untuk menyimpan makanan, minuman,
buah-buahan yang sifat penyimpanannya sangat terbatas. Bentuk ini tidak
dianjurkan untuk penyimpanan vaksin.
Sumber: pictame.com
Gambar 2.3 Lemari es / freezer buka depan
2) Bentuk buka dari atas (top opening)
Berdasarkan Lampiran Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 tentang
penyelenggaraan imunisasi halaman 77, bentuk top opening pada umumnya
adalah freezer yang biasanya digunakan untuk menyimpan bahan makanan,
ice cream, daging serta lemari es untuk penyimpanan vaksin. Salah satu
bentuk lemari es top opening adalah ILR (Ice Lined Refrigerator) yaitu
freezer yang dimodifikasi menjadi lemari es dengan suhu bagian dalam 2°C
s.d 8°C, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan volume
penyimpanan vaksin pada lemari es. Modifikasi dilakukan dengan meletakan
kotak dingin cair (cool pack) pada sekeliling bagian dalam freezer sebagai
penahan dingin dan diberi pembatas berupa aluminium atau multiplex atau
acrylic plastic.
22
Sumber : alatkesehatan.rssing.com
Gambar 2.4 Lemari es / freezer buka atas
Tabel 2.2
Kelebihan dan Kekurangan Vaccine Refrigerator Berdasarkan Letak Pintu
Sumber : (Lampiran Permenkes RI No. 12/ 2017:77)
b. Cold Box
Berdasarkan Lampiran Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 halaman 77,
cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin.
Pada umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak dingin
(cold box) ada dua macam yaitu terbuat dari plastik /kardus dengan insulasi
poliuretan. Cold Box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam keadaan
Bentuk buka dari depan Bentuk buka dari atas
1. Suhu tidak stabil
2. Pada saat pintu lemari es dibuka kedepan
maka suhu dingin dari atas akan turun ke
bawah dan keluar
3. Bila listrik padam, relatif tidak dapat
bertahan lama
4. Jumlah vaksin yang dapat ditampung
sedikit
5. Susunan vaksin menjadi mudah dan
vaksin terlihat jelas dari samping depan
1. Suhu lebih stabil
2. Pada saat pintu lemari es dibuka ke atas
maka suhu dingin dari atas akan turun ke
bawah dan tertampung
3. Bila listrik padam relative suhu dapat
bertahan lama
4. Jumlah vaksin yang dapat ditampun
lebih banyak
5. Penyusunan vaksin agak sulit karena
vaksin bertumpuk dan tidak terlihat dari
samping depan.
23
darurat seperti listrik padam untuk waktu lama atau lemari es sedang
mengalami kerusakan yang bila diperbaiki memakan waktu lama.
Sumber: procurement.ifrc.org.com
Gambar 2.5 Cold Box
c. Vaccine Carrier
Berdasarkan Kementrian Kesehetan RI tahun 2013 tentang pedoman
pengelolaan cold chain halaman 30. Vaccine carrier adalah alat untuk
mengirim/membawa vaksin dari puskesmas ke posyandu atau tempat
pelayanan imunisasi lainnya yang dapat mempertahankan suhu +2 C s/d
+8 C.
Sumber: dir.indiamart.com
Gambar 2.6 Vaccine carrier
24
d. Kotak dingin cair (Cool Pack)
Berdasarkan Lampiran Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 halaman
78, Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat
yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan dalam vaccine refrigerator
dengan suhu -3 C s.d +2 C selama minimal 12 jam (dekat evaporator).
Sumber: nickcampos.com
Gambar 2.7 Kotak dingin cair (Cool Pack)
e. Kotak dingin beku (Cold Pack)
Berdasarkan Lampiran Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 halaman 78,
Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat
yang diisi dengan air yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -15 C s/d -
25 C selama minimal 24 jam.
Sumber: bribartt.co.uk
Gambar 2.8 Kotak dingin beku (cold pack)
25
f. Freeze Tag
Berdasarkan Buku Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi 4, Freeze Tag
adalah indikator paparan suhu dingin. Apabila terpapar pada suhu 0°C selama
60 menit, maka tanda (√) akan berubah menjadi (X). Freezer tag ditempatkan
pada penyimpanan vaksin yang peka terhadap pembekuan. Apabila pada
freezer tag di dapat tanda (X), maka harus dilakukan shake test pada vaksin
DT,TT,Hep.B dan DPTHB/HB.
Sumber: http://www.picquery.com
Gambar 2.9 Freeze Tag
Freeze tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas pada
waktu membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai lapangan/posyandu
dalam upaya peningkatan kualitas rantai vaksin.
g. Generator
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari
sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi
elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik padam di
puskesmas, sebagai salah satu penunjang penjaga kualitas vaksin.
26
Sumber: popularmechanics.com
Gambar 2.10 Generator
h. VVM (vaccine vial monitor)
Vaccine vial monitor untuk menilai apakah vaksin sudah pernah terpapar
suhu diatas 8 C dalam waktu lama dengan membandingkan warna kotak segi
empat dengan warna lingkaran disekitarnya. Bila warna kotak segi empat
lebih muda daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM A atau
B) maka vaksin belum terpapar suhu di atas 8 C. Vaksin dengan kondisi
VVM B harus segera dipergunakan. Bila warna kotak segi empat sama atau
lebih gelap daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM C atau
D) maka vaksin sudah terpapar suhu di atas 8 C, tidak boleh diberikan pada
pasien. (Ranuh, I.G.N. Gde; dkk,2011:197)
27
Sumber: Lampiran Permenkes RI No. 12/2017:70
Gambar 2.10 Indikator VVM Pada Vaksin
2. Penempatan Vaksin di Lemari Es / Freezer
a) Suhu dalam antara +2 C s.d 8 C.
b) Semua vaksin disimpan pada suhu +2°C s.d 8°C.
c) Bagian bawah lemari es diletakan cool pack sebagai penahan dingin dan
kestabilan suhu
d) Tata letak dus vaksin mempunyai jarak minimal 1-2 cm atau satu jari tangan.
e) Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakan dekat evaporator.
f) Vaksin FS (DPT-HB-Hib, DPT-HB, TT, DT, Hept. B, Td dan IPV) letakkan
berjauhan dengan evaporator.
(Kemenkes RI/ 2013:53).
Dalam lemari es bentuk pintu membuka ke depan bagian paling dingin
lemari es ini adalah di bagian paling atas (freezer). Di dalam freezer
digunakan untuk membuat es batu atau membekukan cold pack, sedangkan
rak tepat di bawah freezer untuk meletakkan vaksin golongan heat sensitive,
karena tidak mati pada suhu rendah. Rak yang lebih jauh dari freezer (rak ke
2 dan 3) untuk meletakan vaksin tetapi khusus untuk meletakan cool pack.
Dalam lemari es bentuk pintu membuka ke atas bagian paling dingin
dalam lemari es ini adalah bagian tengah (evaporator) yang membujur dari
A
B
C
D
Segi empat lebih terang dari lingkaran
Gunakan vaksin bila belum kadaluarsa
Melewati Batas Buang:
Segi empat lebih gelap dari lingkaran
JANGAN GUNAKAN VAKSIN
Batas untuk tidak digunakan lagi:
Segi empat berwarna sama dengan lingkaran
JANGAN GUNAKAN VAKSIN
Segi empat berubah gelap tapi lebih terang dari
lingkaran
Gunakan vaksin bila lebih dahulu bila belum
kadaluarsa
28
depan ke belakang. Oleh karena itu vaksin golongan heat sensitive diletakkan
di kanan kiri bagian paling dingin (evaporator). Vaksin golongan freezer
sensitive diletakkan di pinggir, jauh dari evaporator. Thermometer dan freezer
tag diletakkan didekat vaksin golongan freezer sensitive (Ranuh, I.G.N Gde,
dkk, 2014:184-185).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2009 tentang pedoman
pengelolaan vaksin halaman 31, vaksin disusun berdasarkan prinsip FEFO
yaitu first expired first out (yang disusun berdasarkan tanggal kadaluarsa).
Berikut ini menggambarkan masa simpan vaksin terhadap suhu dalam lemari
es:
Tabel 2.3
Hubungan Antara Suhu Penyimpanan dengan Umur Vaksin
Jenis Vaksin Suhu Penyimpanan Umur Vaksin
BCG +2°C s.d. +8°C
-25°C s.d. -15°C
1 tahun
1 tahun
DPT-HB +2°C s.d. +8°C 2 tahun
Hepatitis B +2°C s.d. +8°C 26 bulan
TT +2°C s.d. +8°C 2 tahun
DT +2°C s.d. +8°C 2 tahun
Polio +2°C s.d. +8°C
-15°C s.d. +-25°C
6 bulan
2 tahun
Campak +2°C s.d. +8°C
-15°C s.d. +-25°C
3 tahun
2 tahun
Pelarut BCG Suhu Kamar 5 tahun
Pelarut Campak Suhu Kamar 5 tahun
Sumber: (Depkes RI, 2013:21)
29
D. Standar Tenaga Pelaksana Pengelola Vaksin
Vaksin adalah suatu sediaan farmasi yang merupakan produk biologis
yang mudah rusak dan harus disimpan pada suhu tertentu. Dalam pengelolaan
vaksin di puskesmas, petugas pengelola vaksin harus mengerti tentang
prosedur pengelolaan peralatan rantai dingin (cold chain).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1611 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi ditetapkan bahwa standar tenaga
pelaksana rantai dingin (cold chain) dengan kualifikasi :
1. Tenaga berpendidikan minimal lulusan SMA atau SMK,
2. Telah mengikuti pelatihan cold chain,
Dengan tugas
3. Mengelola vaksin dan merawat lemari es,
4. Mecatat suhu lemari es,
5. Mencatat pemasukan dan pengeluaran vaksin,
6. Mengambil vaskin di kabupaten/kota sesuai kebutuhan perbulan.
(Kemenkes RI No. 1611/MENKES/SK/IX/2005)
E. Kualitas Vaksin
Berdasarkan Lampiran Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 halaman
84, Seluruh vaksin yang akan digunakan dalam pelayanan imunisasi harus
sudah memenuhi standard WHO serta memiliki Certificate of Release (CoR)
yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menentukan kualitas dan keamanan vaksin
adalah:
1. Vaksin belum kadaluarsa
Secara umum vaksin dapat digunakan sampai dengan akhir bulan masa
kadaluarsa vaksin.
2. Vaksin sensitif beku belum pernah mengalami pembekuan
Apabila terdapat kecurigaan vaksin sensitive beku pernah mengalami
pembekuan, maka harus dilakukan uji kocok (shake test) terhadap vaksin
tersebut. Sebagai pembanding digunakan jenis dan nomor batch vaksin yang
sama.
30
3. Vaksin belum terpapar suhu panas yang berlebihan.
Dalam setiap kemasan vaksin telah dilengkapi dengan alat pemantau paparan
suhu panas yang disebut Vaccine Vial Monitor (VVM).
4. Vaksin belum melampaui batas waktu ketentuan pemakaian vaksin yang telah
dibuka,
Vaksin yang telah dipakai pada tempat pelayanan statis bisa digunakan lagi
pada pelayanan berikutnya, sedangkan sisa pelayanan dinamis harus dibuang.
F. Penanganan Vaksin Pada Keadaan Listrik Padam
Berdasarkan Lampiran Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2017 halaman 71,
Penanganan terhadap vaksin pada keadaan tertentu perlu dipahami,
mengingat vaksin sangat rentan terhadap perubahan suhu, penyimpanan
vaksin pada tingkat puskesmas dianggap yang paling rentan, karena power
tidak stabil, tidak ada listrik, daya listrik terbatas.
Beberapa yang harus dipahami antara lain:
1. Pahami bentuk dan tipe vaccine refrigerator.
2. Bila Ice Line Refrigerator, periksa suhu, jangan membuka pintu vaccine
refrigerator, karena vaccine refrigerator jenis ini, mempunyai cold life 15 –
24 jam.
3. Bila RCW 42 EK-50 EK, mempunyai cold life 4-5 jam, maka siapkan
peralatan atau langkah-langkah penyelamatan vaksin:
a. Menggunakan burner.
b. Hidupkan generator, bila ada
G. Pengendalian Suhu Vaksin
Vaksin merupakan sediaan farmasi yang rentan dan memiliki
karakteristik tertentu untuk penyimpanannya. Untuk menjaga kualitas, vaksin
harus disimpan pada waktu dan tempat dengan kendali suhu tertentu
(Kemenkes RI/ 2017:19)
Di Puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d 8°C pada
vaccine refrigerator. Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan
31
pada suhu ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung. (Kemenkes RI /
2017: 69).
Demi menjaga kualitas vaksin dan menjaga potensi vaksin agar tidak
berkurang/rusak maka harus selalu dilakukan pencatatan suhu pada lemari es
dan freezer, memeriksa kondisi VVM (vaccine vial monitoring) dan
memeriksa indikator pembekuan (freezer tag), kemudian mencatat nya pada
grafik suhu/ buku pencatatan grafik suhu yang dilakukan 2 kali setiap hari
pagi dan sore hari. (Kemenkes RI/ 2017: 98)
32
Penyimpanan
Vaksin
Pengiriman dan
Permintaan
Vaksin
Pendistribusian
Vaksin
H. Kerangka Teori
Pengelolaan Vaksin
Sumber: Kemenkes RI
tentang Pedoman
Pengelolaan Vaksin Tahun
2013
Penerimaan
Vaksin
Karakterist
ik Petugas
Sumber:
Permenkes
RI No.
12/2017
1. Pengala
man
Pelatihan
2. Pendidik
an
Terakhir
3. Buku
pedoman
pengelol
aan
Sarana
Penyimpan
an Vaksin
Sumber:
Permenkes
RI No.
12/2017
a. Lemari
Es/freezer
b. Vaccine
Carrier
c. Cold box
d. Cool pack
e. Cold pack
f. Freeze
Tag/
Freeze
Watch
g. Thermostr
at
h. Generator
Pengendalian
Suhu Vaksin
Sumber:
Permenkes RI
No. 12/2017
1. Semua
vaksin
disimpan
pada suhu
2°C s.d
8°C, kecuali
vaksin
Hepatitis B
disimpan
pada suhu
ruangan
2. Pencatatan
suhu secara
teratur
setiap pagi
dan sore
hari
3. Terdapat
buku grafik
pencatat
suhu
Kualitas
Vaksin
Sumber:
Permenkes
RI No.
12/2017
1. Vaksin belum
kadaluarsa.
2. Vaksin
sensitif beku
belum
permah
mengalami
pembekuan.
3. Vaksin
terpapar suhu
panas yang
berlebihan.
4. Vaksin belum
terlampaui
batas waktu
ketentuan
pemakaian
vaksin yang
telah dibuka.
Penanganan
Vaksin dalam
keadaan listrik
padam.
Sumber:
Kemenkes RI
Tahun 2013
1. Pemeriksa
an suhu
pada saat
listrik
padam
2. Jangan
membuka
lemari es
selama
listrik
padam
3. Hidupkan
generator
Sumber: Pedoman Pengelolaan Cold Chain
Gambar 2.12 Kerangka Teori
Penyusunan
Vaksin
Sumber:
Kemenkes
RI Tahun
2013
1. Jarak antar dus
vaksi.
2. Berdasarkan
prinsip FEFO.
3. Vaksin
sensitive beku
diletakan jauh
dari bagian
paling dingin.
4. Vaksin
sensitive panas
diletakan
bagian paling
dingin.
5. Lemari es
khusus untuk
vaksin
33
I. Kerangka Konsep
Gambaran penyimpanan vaksin
di puskesmas wilayah
Kabupaten Pesawaran Tahun
2019
1. Karakteristik petugas
2. sarana penyimpanan vaksin
5. Penyusunan vaksin di dalam
lemari es / freezer
4. Pengendalian suhu vaksin
3. Kualitas vaksin
6. Perlakuan vaksin dalam
keadaan listrik padam
Sumber: Kemenkes RI Tahun 2013 tentang
Pedoman Pengelolaan Vaksin Tenaga Imunisasi
Gambar: 2.13 Kerangka Konsep
34
J. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Karakteristik
Petugas:
a. Pendidikan
Pendidikan yang
ditempuh petugas
berdasarkan ijazah
terakhir yang dimiliki
minimal lulusan
SMA/SMK
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
b. Peningkatan
pengetahuan
petugas :
1) Pelatihan
2) Ketersediaan
buku
pedoman
penyimpanan
vaksin
Penilaian Cold
Chain/seminar
/semacamnya dalam
pengelola vaksin yang
diikuti petugas untuk
menunjang pelaksanaan
kegiatan terkait
penyimpanan vaksin
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
Buku pedoman
pengelolaan vaksin
yang digunakan oleh
petugas sebagai acuan
pengelolaan vaksin
sesuai dengan
Permenkes RI tahun
2017 dan Kemenkes RI
2013
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
2. Sarana dalam
penyimpanan
vaksin:
a. Lemari es
Lemari es/freezer yaitu
alat yang digunakan
untuk menyimpan
vaksin pada suhu yang
ditentu
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
b. Cold Box Cold box yaitu alat
yang digunakan untuk
menyimpan sementara
dan membawa vaksin.
Pada umumnya
memiliki ukuran 40-70
liter
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
c. Vaccine Carrier Vaccine carrier/
Thermos yaitu alat
untuk mengirim/
membawa vaksin dari
puskesmas ke posyandu
atau tempat pelayanan
imunisasi lain nya yang
dapat mempertahankan
suhu 2 C s.d 8 C
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
d. Cold pack dan
Cool Pack
Cold pack dan cool
pack: Cold pack berisi
air yang dibekukan
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
35
dalam suhu -15 C
sampai dengan -25 C
selama 24 jam,
biasanya di dalam
wadah plastik berwarna
putih. Cool pack berisi
air dingin ( tidak beku)
yang didinginkan
dalam suhu 2 C s.d 8 C
selama 24 jam,
biasanya di dalam
wadah plastik berwarna
merah, putih, atau biru
e. Freeze Tag Freeze Tag yaitu alat
untuk mengetahui
apakah vaksin pernah
terpapar suhu dibawah
0 C atau dalam freeze
tag ada tanda silang
(X), berarti vaksin
pernah terpapar suhu
dingin
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
f. Thermostat Thermostat yaitu alat
untuk mengatur suhu
bagian dalam lemari es
atau freezer
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
3. Pengendalian suhu
vaksin:
a. Suhu vaksin
Semua vaksin
disimpan pada suhu
2 C s.d 8 C
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
b. Buku grafik
pencatatan suhu
Kartu monitoring suhu
vaksin/ buku grafik
pencatatan suhu,
digunakan untuk
mencatat suhu dan
membuat grafik suhu
Checklist Obesrvasi Ya = 1
Tdak = 0
Ordinal
c. Pengecekan
suhu vaksin
Melihat indikator
pembekuan dan
memeriksa suhu pada
lemari es / freezer dan
mencatatnya pada
grafik suhu/ kartu
catatan suhu/ kartu
catatan suhu, yang
dilakukan petugas 2
kali setiap hari yaitu
saat dating pagi dan
menjelang siang/sore
hari
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
36
4. Penyusunan vaksin
dalam lemari
es/freezer:
a. Jarak antar jenis
vaksin
Penyusunan vaksin
tidak terlalu rapat
mempunyai jarak
selebar jari tangan
sekitar 1-2 cm agar
udara dingin bisa
menyebar merata
kesemua kotak vaksin
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
b. Tata letak
vaksin
berdasarkan
FEFO
Penyusunan
berdasarkan prinsip
FEFO yaitu first
expired first out
(diurutkan berdasarkan
tanggal kadaluarsa)
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
c. Tata letak
vaksin
berdasarkan
sensitivas suhu
1) Vaksin sensitif
beku/ Freeze Sensitive
golongan vaksin yang
akan rusak terhadap
suhu dingin dibawah
0 C (beku) seperti (TT,
DT, Hept B, DPT-HB,
DPT) diletakan jauh
dari bagian paling
dingin
2) Vaksin sensitif
panas/ Heat Sensitive
yaitu golongan vaksin
yang akan rusak
terhadap paparan
panas yang berlebih
(BCG, Polio, Campak)
diletakan didekat
bagian paling dingin
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
d. Penyimpanan
pada lemari es
khusus untuk
vaksin
Makanan/ minuman
dan benda lain selain
vaksin tidak diletakan
dalam lemari es/
freezer
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
5. Kualitas Vaksin:
a. Vaksin belum
kadaluarsa
Secara umum vaksin
dapat digunakan
sampai dengan akhir
bulan masa kadaluarsa
vaksin
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
b. Vaksin sensitif
beku belum
pernah
mengalami
pembekuan
Vaksin yang
mengalami pembekuan
harus dilakukan uji
kocok (shake test)
dengan melihat adanya
endapan
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
37
c. Vaksin belum
terpapar suhu
panas yang
berlebihan
Vaksin yang terpapar
suhu panas dapat
dilihat dari indikator
VVM sebagai alat
pemantau suhu atau
melihat perubahan
warna vaksin
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
d. Vaksin belum
melampaui
batas waktu
ketentuan
pemakaian
vaksin yang
telah dibuka
Vaksin yang telah
dipakai pada pelayanan
statis bisa digunakan
pada pelayanan
berikutnya, sedangkan
sisa pelayanan dinamis
harus dibuang
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
6. Perlakuan vaksin
pada keadaan
listrik padam:
a. Pengecekan
suhu
Kondisi listrik padam,
memeriksa suhu
thermometer dilemari
es
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal
b. Perlakuan
vaksin
berdasarkan
tipe lemari es
Untuk lemari es
kompresi, hidupkan
generator bila ada.
Sedangkan untuk
lemari es absorpsi
cabut steker lemari es
yang menempel pada
stop kontak listrik
Checklist Observasi Ya = 1
Tidak = 0
Ordinal