49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas gambaran variabel dan data yang digunakan
dalam penelitian ini, hasil analisis statistik dan ekonomi berdasarkan hasil
penelitian pada kebebasan ekonomi, globalisasi, tingkat perkembangan yang
diukur melalui GDP per kapita, kebebasan pers, kebebasan pers yang
dikuadratkan, demokrasi, dan stabilitas politik terhadap tingkat korupsi yang
dirasakan selama tahun 2014 hingga 2017 di 60 negara berkembang.
Analisis ekonometrik digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel independen dalam mempengaruhi variabel independen. Sedangkan
analisis statistik digunakan untuk melihat sejauh mana variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen serta untuk melihat tingkat signifikansi dalam
penelitian melalui pengujian statistik terhadap model yang digunakan. Analisis
ekonomi akan menjelaskan arti dari parameter-parameter yang didapat melalui
hasil perkiraan yang meliputi kesesuaian arah parameter yang diteliti dengan
hipotesis-hipotesis yang telah ditetapkan berdasarkan teori ekonomi, serta melihat
seberapa besar pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel
dependen.
4.1 Gambaran Variabel dan Data Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan deskripsi secara umum terhadap berbagai
variabel yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini pada kurun waktu tahun
2014 hingga 2017. Variabel yang diteliti tersebut ialah tingkat korupsi yang
50
dirasakan, kebebasan ekonomi, globalisasi, tingkat perkembangan yang diukur
melalui GDP per kapita, kebebasan pers, kebebasan pers yang dikuadratkan,
demokrasi, dan stabilitas politik di 60 negara berkembang. Berikut merupakan
deskripsi statistik dari seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik
Sumber: Hasil pengolahan data
4.1.1 Tingkat Korupsi yang dirasakan
Tingkat korupsi yang dirasakan merupakan pembalikan dari nilai indeks
persepsi korupsi (IPK). Berdasarkan data pada Tabel 4.1, secara umum tingkat
korupsi yang dirasakan yang ditunjukkan oleh variabel CORR pada 60 negara
berkembang dalam kurun waktu tahun 2014 – 2017 rata-rata sebesar 68,40 satuan.
Tingkat korupsi yang dirasakan paling rendah selama periode penelitian terdapat
di negara Bhutan pada tahun 2017 dengan nilai sebesar 33 satuan, sedangkan
Variabel Obs Mean Std. Dev Min Max
CORR 240 68.40 9.117 33 85
EcoFree 240 55.17 5.549 40 76
Glob 240 47.91 8.916 26.91 70.71
Develo 240 1683.82 1130.60 273.53 5412.69
PressFree 240 59.14 14.824 28 95
PressFreeSQ 240 3717.08 1826.93 784 9025
Democ 240 4.58 1.555 1.49 7.92
PolStab 240 -0.62 0.715 -2.7 1.13
51
tingkat korupsi yang dirasakan paling tinggi selama periode penelitian terdapat di
negara Angola pada tahun 2015 dengan nilai sebesar 85 satuan.
Grafik 4.1 merupakan keadaan tingkat korupsi yang dirasakan di 60
negara berkembang dimana rata-rata negara berkembang memiliki tingkat korupsi
yang dirasakan cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2014 hingga 2017,
yang diilustrasikan sebagai berikut:
Grafik 4.1 Tingkat Korupsi yang Dirasakan di 60 Negara Berkembang
Tahun 2014 - 2017
Sumber: Transparency International (data diolah dengan membalikkan nilai)
4.1.2 Kebebasan Ekonomi
Kebebasan ekonomi digunakan untuk mengetahui tingkat kebebasan
mengenai kemudahan individu, kelompok, atau bisnis untuk membuat keputusan
dalam bidang ekonomi tanpa adanya intervensi oleh pemerintah dalam suatu
negara. Secara umum, data pada Tabel 4.1 mengenai kebebasan ekonomi yang
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Afr
ika
Ten
gah
Ban
glad
esh
Bh
uta
nB
urk
ina
Faso
Ch
adEl
Sal
vad
or
Filip
ina
Geo
rgia
Gu
inea
Hai
tiIn
dia
Kam
bo
jaK
enya
Ko
mo
roLe
soth
oM
adag
aska
rM
ali
Mau
rtan
iaM
old
ova
Mo
zam
bik
Nig
eria
Pak
ista
nR
ep. D
em. K
on
goR
wan
da
Sri L
anka
Tan
zan
iaTu
nis
iaU
krai
na
Vie
tnam
2014 2015 2016 2017
52
ditunjukkan oleh variabel EcoFree pada 60 negara berkembang dalam kurun
waktu tahun 2014 – 2017 rata-rata sebesar 55,17 satuan. Tingkat kebebasan
ekonomi yang paling rendah selama periode penelitian terdapat di negara
Republik Kongo pada tahun 2017 dengan nilai sebesar 40 satuan, sedangkan
tingkat kebebasan ekonomi paling tinggi selama periode penelitian terdapat di
negara Georgia pada tahun 2017 dengan nilai sebesar 76 satuan.
Grafik 4.2 menunjukkan bahwa tingkat kebebasan ekonomi di 60 negara
berkembang memiliki rata-rata indeks kebebasan ekonomi yang cenderung
mengalami kenaikan di tiap tahunnya serta rata-rata tergolong ke dalam negara
dengan kebebasan ekonomi yang sebagian tidak bebas (mostly unfree) dan cukup
bebas (moderately free) pada tahun 2014 hingga 2017. Berikut ini grafik
mengenai tingkat kebebasan ekonomi di 60 negara berkembang:
Grafik 4.2 Tingkat Kebebasan Ekonomi di 60 Negara Berkembang Tahun
2014 - 2017
Sumber: The Heritage Foundation
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Afr
ika
Ten
gah
Ban
glad
esh
Bh
uta
n
Bu
rkin
a Fa
so
Ch
ad
El S
alva
do
r
Filip
ina
Geo
rgia
Gu
inea
Hai
ti
Ind
ia
Kam
bo
ja
Ken
ya
Ko
mo
ro
Leso
tho
Mad
agas
kar
Mal
i
Mau
rtan
ia
Mo
ldo
va
Mo
zam
bik
Nig
eria
Pak
ista
n
Rep
. Dem
. Ko
ngo
Rw
and
a
Sri L
anka
Tan
zan
ia
Tun
isia
Ukr
ain
a
Vie
tnam
2014 2015 2016 2017
53
4.1.3 Globalisasi
Globalisasi digunakan untuk mengukur tingkat keterbukaan suatu negara
terhadap negara lain melalui proses integrasi internasional. Tabel 4.1
menunjukkan bahwa globalisasi (Glob) di 60 negara berkembang pada tahun 2014
hingga 2017 memiliki rata-rata tingkat globalisasi sebesar 47,91 satuan. Tingkat
globalisasi paling rendah berada di negara Laos pada tahun 2015 dengan nilai
sebesar 26,91 satuan, sedangkan tingkat globalisasi paling tinggi terdapat di
negara Ukraina pada tahun 2016 dengan nilai sebesar 70,71 satuan.
Berdasarkan Grafik 4.3, meskipun tingkat globalisasi pada 60 negara
observasi rata-rata masih tergolong minim namun tiap tahunnya tingkat
globalisasi cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2012 hingga 2017.
Grafik 4.3 Tingkat Globalisasi pada 60 Negara Berkembang di Tahun 2014 -
2017
Sumber: KOF Globalisation Indeks
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Afr
ika
Ten
gah
Ben
in
Bu
rkin
a Fa
so
Djib
ou
ti
Filip
ina
Gh
ana
Hai
ti
Ind
on
esia
Ken
ya
Lao
s
Mad
agas
kar
Mar
oko
Mo
ldo
va
Nep
al
Pak
ista
n
Rep
. Ko
ngo
Sri L
anka
Togo
Ukr
ain
a
Zam
bia
2014
2015
2016
2017
54
4.1.4 Tingkat Perkembangan
Gross Domestic Product (GDP) per kapita digunakan untuk mengetahui
tingkat perekonomian suatu negara secara nyata per kapita. GDP per kapita
didapatkan dengan membagi GDP dengan jumlah penduduk pertengahan tahun
yang tinggal di suatu negara. GDP yang digunakan ialah GDP yang dihitung ke
dalam dollar saat ini (current US$). Berdasarkan data pada Tabel 4.1, secara
umum GDP per kapita yang ditunjukkan oleh variabel Develo di 60 negara
berkembang dalam kurun waktu tahun 2014 – 2017 rata-rata sebesar 1.683,82 US
dollar. GDP per kapita paling tinggi selama periode penelitian terdapat di negara
Angola pada tahun 2014 yakni 5.412,69 US dollar, sedangkan GDP per kapita
paling rendah selama periode penelitian terdapat di negara Burundi pada tahun
2014 yakni 273,53 US dollar.
Grafik 4.4 menunjukkan kondisi perekonomian yang digambarkan dengan
GDP per kapita. Berdasarkan Grafik 4.4, dapat dilihat bahwa nilai GDP per kapita
di masing-masing negara cenderung mengalami peningkatan selama periode
penelitian.
55
Grafik 4.4 Tingkat GDP per kapita di 60 Negara Berkembang Tahun 2014 -
2017
Sumber: World Bank (data diolah)
4.1.5 Kebebasan Pers
Adanya kebebasan pers dan media dalam suatu negara diperlukan untuk
mengakses berbagai informasi bagi kehidupan warga negaranya. Akan tetapi,
tidak semua negara memiliki akses yang mudah untuk merima informasi-
informasi yang ada. Indeks ini memiliki nilai antara 0 hingga 100, nilai 0
menandakan suatu negara dengan kebebasan pers yang terbuka (bagus),
sedangkan nilai 100 yang berarti suatu negara memiliki kebebasan pers yang
tertutup (buruk).
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kebebasan pers yang ditunjukkan oleh
variabel PressFree di 60 negara berkembang pada tahun 2014 hingga 2017
memiliki rata-rata tingkat kebebasan pers sebesar 59,14 satuan. Nilai PressFree
maksimum terdapat di negara Uzbekistan pada tahun 2014 hingga 2017 dengan
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000A
frik
a Te
nga
h
Ben
in
Bu
rkin
a Fa
so
Djib
ou
ti
Filip
ina
Gh
ana
Hai
ti
Ind
on
esia
Ken
ya
Lao
s
Mad
agas
kar
Mar
oko
Mo
ldo
va
Nep
al
Pak
ista
n
Rep
. Dem
. Ko
ngo
Sen
egal
Tajik
ista
n
Tun
isia
Uzb
ekis
tan
2014
2015
2016
2017
56
nilai sebesar 95 satuan, hal ini berarti bahwa negara Uzbekistan pada tahun
tersebut merupakan negara dengan kebebasan pers yang paling tertutup.
Sedangkan nilai PressFree minimum terdapat di negara Ghana pada tahun 2014
dan 2015 dengan nilai sebesar 28 satuan, hal ini berarti bahwa negara Ghana pada
tahun tersebut merupakan negara dengan kebebasan pers yang paling terbuka.
Berdasarkan Grafik 4.5, dapat dilihat bahwa nilai indeks kebebasan pers
selama periode penelitian di 60 negara observasi cenderung mengalami penurunan
(pers lebih terbuka) yang menandakan bahwa tingkat kebebasan pers semakin
membaik.
Grafik 4.5 Indeks Kebebasan Pers di 60 Negara Berkembang Tahun 2014 -
2017
Sumber: Freedom House
4.1.6 Kebebasan Pers Kuadrat
Kebebasan pers yang dikuadratkan digunakan sebagai perkiraan dari
adanya hubungan yang non linear antara variabel kebebasan pers dengan tingkat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Afr
ika
Ten
gah
Ben
in
Bu
rkin
a Fa
so
Djib
ou
ti
Filip
ina
Gh
ana
Hai
ti
Ind
on
esia
Ken
ya
Lao
s
Mad
agas
kar
Mar
oko
Mo
ldo
va
Nep
al
Pak
ista
n
Rep
. Dem
. Ko
ngo
Sen
egal
Tajik
ista
n
Tun
isia
Uzb
ekis
tan
2014
2015
2016
2017
57
korupsi yang dirasakan. Berdasarkan data dari Tabel 4.1, secara umum tingkat
kebebasan pers kuadrat yang ditunjukkan oleh variabel PressFreeSQ pada 60
negara berkembang dalam kurun waktu tahun 2014 – 2017 rata-rata sebesar
3717,088 satuan. Nilai PressFree maksimum terdapat di negara Uzbekistan pada
tahun 2014 hingga 2017 dengan nilai sebesar 9025 satuan, hal ini berarti bahwa
negara Uzbekistan pada tahun tersebut merupakan negara dengan kebebasan pers
yang paling tertutup. Sedangkan nilai PressFree minimum terdapat di negara
Ghana pada tahun 2014 dan 2015 dengan nilai sebesar 784 satuan, hal ini berarti
bahwa negara Ghana pada tahun tersebut merupakan negara dengan kebebasan
pers yang paling terbuka.
4.1.7 Demokrasi
Demokrasi digunakan untuk mengetahui derajat kebebasan kedaulatan
rakyat dalam suatu negara. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat demokrasi yang
ditunjukkan oleh variabel Democ pada 60 negara berkembang dalam kurun waktu
tahun 2014 – 2017 rata-rata sebesar 4,58 satuan. Tingkat demokrasi yang paling
rendah selama periode penelitian terdapat di negara Afrika Tengah pada tahun
2014 dengan nilai sebesar 1,49 satuan, sedangkan tingkat kebebasan ekonomi
paling tinggi selama periode penelitian terdapat di negara India pada tahun 2014
dengan nilai sebesar 7,92 satuan.
Grafik 4.6 menunjukkan bahwa derajat demokrasi di 60 negara
berkembang memiliki rata-rata derajat demokrasi yang cenderung mengalami
penurunan serta rata-rata tergolong ke dalam negara dengan derajat demokrasi
58
yang rezim hibrid (hybrid regimes) dan demokrasi yang cacat (flawed
democracies) pada tahun 2014 hingga 2017. Berikut ini grafik mengenai tingkat
demokrasi di 60 negara berkembang:
Grafik 4.6 Tingkat Demokrasi di 60 Negara Berkembang Tahun 2014 – 2017
Sumber: The Economist Intelligence Unit
4.1.8 Stabilitas Politik
Kestabilan politik digunakan untuk mengetahui kondisi dalam bidang
politik di suatu negara. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat stabilitas politik
yang ditunjukkan oleh variabel PolStab pada 60 negara berkembang dalam kurun
waktu tahun 2014 – 2017 rata-rata sebesar -0,62 satuan. Tingkat stabilitas politik
yang paling rendah selama periode penelitian terdapat di negara Afrika Tengah
pada tahun 2014 dengan nilai sebesar -2,7 satuan, sedangkan tingkat stabilitas
politik paling tinggi selama periode penelitian terdapat di negara Bhutan pada
tahun 2017 dengan nilai sebesar 1,13 satuan.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Afr
ika
Ten
gah
Be
nin
Bu
rkin
a Fa
so
Djib
ou
ti
Filip
ina
Gh
ana
Hai
ti
Ind
on
esia
Ke
nya
Lao
s
Mad
agas
kar
Mar
oko
Mo
ldo
va
Nep
al
Pak
ista
n
Rep
. Dem
. Ko
ngo
Sen
egal
Tajik
ista
n
Tun
isia
Uzb
ekis
tan
2014
2015
2016
2017
59
Berdasarkan Grafik 4.7, dapat dilihat bahwa tingkat stabilitas politik pada
60 negara observasi rata-rata masih tergolong rendah dan tingkat stabilitas politik
cenderung mengalami penurunan dari tahun 2014 hingga 2017.
Grafik 4.7 Tingkat Stabilitas Politik di 60 Negara Berkembang Tahun 2014 -
2017
Sumber: The Global Economy
4.2 Hasil Estimasi
Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah random effect model
untuk melihat pengaruh dari variabel independen kebebasan ekonomi, globalisasi,
tingkat perkembangan, kebebasan pers, kebebasan pers kuadrat, demokrasi, dan
stabilitas politik terhadap tingkat korupsi yang dirasakan. Sebelum melakukan
estimasi, untuk menentukan mengenai apakah model dalam penelitian ini
menggunakan pooled least square, fixed effect model, atau random effect model,
maka dilakukan beberapa pengujian untuk menentukan hasil estimasi yang
-3
-2,5
-2
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
Afr
ika
Ten
gah
Be
nin
Bu
rkin
a Fa
so
Djib
ou
ti
Filip
ina
Gh
ana
Hai
ti
Ind
on
esia
Ke
nya
Lao
s
Mad
agas
kar
Mar
oko
Mo
ldo
va
Nep
al
Pak
ista
n
Rep
. Dem
. Ko
ngo
Sen
egal
Tajik
ista
n
Tun
isia
Uzb
ekis
tan 2014
2015
2016
2017
60
terbaik. Berikut merupakan perbandingan hasil estimasi dengan menggunakan
pooled least square, fixed effect model, dan random effect model.
Tabel 4.2 Perbandingan Hasil Estimasi
VARIABEL Fixed Effect
Model
Random Effect
Model
Pooled Least
Square
EcoFree -0.16219874* -0.24988031*** -0.62179012***
Glob 0.00179462 -0.01510227 0.05253874
Develo -0.00105864 -0.00112501* -0.00067374
PressFree 0.82239171* 0.47731447 0.04671583
PressFreeSQ -0.00611449* -0.0036238 -0.00062167
Democ -0.23399994 -0.98892594* -1.8201709***
PolStab -.057626966 -1.0415195 -2.3366161***
Constant 53.852806*** 74.212858*** 107.75809***
N 240 240 240
r2 0.08395853 0.43398148
r2_a -0.28784654 0.41690334
*** p<0.001, **p<0.01, *p<0.5
Sumber: Hasil pengolahan data
4.2.1 Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk mengetahui model manakah antara pooled least
square atau fixed effect model yang lebih baik digunakan dalam penelitian ini.
Hasl dari uji Chow adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Chow
Prob > F Signifikansi α
0.0000 0.01
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan dari hasil uji Chow, dapat dilihat bahwa model ini memiliki
nilai probabilitas sebesar 0.0000 yang mana angka tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan nilai α yaitu sebesar 0.01. oleh karena itu, dapat diambil
kesimpulan bahwa fixed effect model lebih baik digunakan dalam penelitian ini.
61
4.2.2 Uji Hausman
Pada uji Chow yang dilakukan sebelumnya, disimpulkan bahwa fixed
effect model lebih baik digunakan dalam penelitian ini. Akan tetapi, perlu
dilakukan pengujian kembali untuk mengetahui model manakah yang lebih baik
antara fixed effect model atau random effect model yang diuji dengan uji
Hausman. Adapun hasil dari uji Hausman adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Hausman
Prob > χ2 Signifikansi α
0.0113 0.01
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan hasil uji Hausman, dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya
adalah sebesar 0.0113, sedangkan angka tersebut lebih besar dari pada signifikansi
α sebesar 0.01 sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang lebih baik
digunakan dalam penelitian ini adalah random effect model.
4.2.3 Uji Breusch-Pagan Lagrangian Multiplier
Setelah dilakukan uji Hausman pada bagian sebelumnya, kesimpulan yang
didapat ialah random effect model yang lebih baik digunakan dalam penelitian ini.
Namun, perlu dilakukan pengujian kembali untuk mengetahui model mana yang
lebih baik antara random effect model dengan pooled least square. Adapun
pengujiannya dilakukan dengan uji Breusch-Pagan Lagrangian Multiplier. Hasil
dari uji tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Breusch-Pagan Lagrangian Multiplier
Prob > 2 Signifikansi α
0.0000 0.01
Sumber: hasil pengolahan data
62
Berdasarkan hasil uji Breusch-Pagan lagrangian Multiplier, terlihat bahwa
nilai probabilitasnya adalah sebesar 0.0000 yang mana lebih kecil dibandingkan
dengan signifikansi α yakni sebesar 0.01 maka dapat disimpulkan bahwa model
yang lebih baik digunakan dalam penelitian ini adalah random effect model.
Setelah dilakukan proses regresi dengan menggunakan random effect
model, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Faktor Ekonomi
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Faktor Ekonomi
VARIABEL CORR
EcoFree -0.283451***
(0.068)
Glob -0.0434067
(0.057)
Develo -0.0012119*
(0.0005)
Constant 88.38969***
(4.581)
Observations 240
Number of Groups 63
R-Squared 0.3009
Standard errors in parentheses
*** p<0.001, **p<0.01, *p<0.5
Sumber: Hasil Pengolahan data
Tanpa digabungkan dengan faktor non ekonomi, kemampuan faktor
ekonomi (kebebasan ekonomi, globalisasi, dan tingkat perkembangan yang diukur
dengan GDP per kapita) dalam mempengaruhi tingkat korupsi yang dirasakan
ialah sebesar 30,09%. Variabel-variabel independen tersebut mempunyai hasil
korelasi yang sesuai dengan hipotesis yang ada
63
b) Faktor Non Ekonomi
Tabel 4.7 Hasil Estimasi Faktor Non Ekonomi
VARIABEL CORR
PressFree 0.5809313*
(0.257)
PressFreeSQ -0.0042986*
(.001)
Democ -1.12948*
(0.496)
PolStab -1.170065
(0.748)
Constant 54.72625***
(9.09)
Observations 240
Number of Groups 63
R-Squared 0.2553
Standard errors in parentheses
*** p<0.001, **p<0.01, *p<0.5
Sumber: Hasil Pengolahan data
Secara terpisah dari faktor ekonomi, variabel-variabel dalam faktor non
ekonomi (kebebasan pers, kebebasan pers kuadrat, demokrasi, dan kestabilan
politik) memiliki pengaruh sebesar 25,53% terhadap tingkat korupsi yang
dirasakan. Hasil ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil dari faktor
ekonomi. Namun, variabel-variabel tersebut juga memiliki korelasi yang sesuai
dengan hipotesis.
64
c) Faktor Ekonomi dan Faktor Non Ekonomi
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Faktor Ekonomi dan Non Ekonomi
VARIABEL CORR
EcoFree -0.2498803***
(0.068)
Glob -0.0151023
(0.056)
Develo -0.001125*
(0.0005)
PressFree 0.4773145**
(0.248)
PressFreeSQ -0.0036238**
(0.001)
Democ -0.9889259 *
(0.486)
PolStab -1.04152
(0.725)
Constant 74.21286***
(9.957)
Observations 240
Number of Groups 63
R-Squared 0.3710
Standard errors in parentheses
*** p<0.001, **p<0.01, *p<0.5
Sumber: Hasil Pengolahan data
4.3 Pengujian Masalah dalam Regresi Linear
4.3.1 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan masalah yang terdapat pada variabel
independen yang memiliki ikatan erat atau hubungan yang saling berpengaruh.
Multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat korelasi antar variabel
independen. Apabila korelasi antar variabel lebih dari 0,8 maka dapat dikatakan
adanya masalah multikolinearitas dalam model (Gujarati & Porter, 2009).
65
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi
EcoFre
e
Glob Develo PressFr
ee
PressFre
eSQ
Democ PolSta
b
EcoFree 1.0000
Glob 0.3949 1.0000
Develo 0.2554 0.5735 1.0000
PressFre
e
-0.2991 -0.2680 -0.1574 1.0000
PressFre
eSQ
-0.2951 -0.2737 -0.1457 0.9893 1.0000
Democ 0.4762 0.5172 0.3880 -0.7159 -0.7127 1.0000
PolStab 0.2612 0.0056 0.2368 -0.1248 -0.1034 0.2342 1.0000
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa nilai koefisien korelasi
pada setiap variabel independen tidak menunjukkan angka yang lebih dari 0,8.
Kecuali pada variabel PressFreeSQ yang merupakan variabel kuadrat dari
PressFree sehingga memungkinkan memiliki korelasi yang kuat di atas 0,8.
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Masalah heteroskedastisitas lebih sering terjadi pada data cross section
dibandingkan dengan data time series. Untuk mengatasi kemungkinan adanya
heteroskedastis ini, maka digunakan estimasi Generalized Least Square (GLS).
Menurut (Gujarati & Porter, 2009) hasil regresi pada random effect model
merupakan estimasi yang dilakukan dengan menggunakan Generalized Least
Square (GLS) yaitu transformasi variabel sehingga memenuhi asumsi standar
kuadrat terkecil., dimana hasil dari estimasi GLS yakni homoskedastis sehingga
pada metode GLS tidak terdapat masalah heteroskedastisitas, yang berarti
persebaran data menjadi konstan atau tidak adanya outlier pada data. Dalam
random effect model juga terbebas dari masalah asumsi klasik lainnya, di mana
66
hasil estimasi yang dihasilkan konsisten pada random effect model dan
terdistribusi dengan normal atau menghasilkan estimasi yang tidak bias
(Wooldridge, 2012)
4.3.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antara
anggota observasi yang satu dengan yang lain yang berlainan periode atau waktu.
Metode random effect model menurut (Wooldridge, 2012) mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan fixed effect model dan pooled least square
dimana tidak terdapat korelasi antara error term, yaitu error terms pada periode
tertentu tidak berkorelasi dengan variabel yang ada pada periode lain sehingga
tidak terdapat masalah autokorelasi. Sedangkan menurut (Gujarati & Porter,
2009), pada random effect model tidak terdapat korelasi dari error secara
individual dan tidak ada autokorelasi antara unit cross section dan time series.
4.4 Pengujian Statistik
4.4.1 Koefisien Determinasi (R2)
Penggunaan koefisien determinasi ialah untuk mengukur seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen pada
model. Hasil estimasi menunjukkan R2 pada model memiliki nilai sebesar 0,3710
atau 37,10% yang artinya bahwa adanya perubahan variabel independen
(kebebasan ekonomi, globalisasi, tingkat perkembangan yang diukur dengan GDP
per kapita, kebebasan pers, kebebasan pers kuadrat, demokrasi, dan stabilitas
67
politik) dalam model ini mampu menjelaskan 37,10% dari variabel dependennya
(tingkat korupsi yang dirasakan), sedangkan sisanya yakni sebesar 62,90%
dijelaskan oleh faktor lain di luar model yang tidak digunakan dalam penelitian
ini.
4.4.2 Uji Signifikansi Simultan
Pada hasil estimasi random effect model dalam software STATA 13,
digunakan uji Wald Chi-Square untuk melihat apakah semua variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (StataCorp, 2013). Berikut
adalah tabel hasil pengujian signifikansi simultan dengan uji Wald χ2 yang didapat
dari hasil estimasi software STATA 13:
Tabel 4.10 Hasil Pengujian dengan Uji Wald χ2
Prob > χ2 Signifikansi α
0.0000 0.01
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan hasil uji Wald χ2 terlihat bahwa nilai probabilitasnya ialah
sebesar 0.000 yang mana lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat signifikansi
α yakni sebesar 1%. Artinya, variabel independen yang terdiri dari kebebasan
ekonomi, globalisasi, tingkat perkembangan yang diukur melalui GDP per kapita,
kebebasan pers, demokrasi, stabilitas politik, dan kebebasan pers yang
dikuadratkan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat korupsi yang dirasakan di 60 negara berkembang pada tahun 2014 – 2017.
68
4.4.3 Uji Signifikansi Parsial
Pada hasil estimasi random effect model pada software STATA 13
digunakan uji z untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen (StataCorp, 2013). Berikut merupakan tabel hasil
pengujian signifikansi pasrial dengan uji z:
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Signifikansi Parsial dengan Uji Z
Variabel Prob z Keterangan
EcoFree 0.000 ditolak Signifikan α = 1%
Glob 0.791 tidak dapat ditolak Tidak signifikan
Develo 0.028 ditolak Signifikan α = 5%
PressFree 0.055 ditolak Signifikan α = 10%
PressFreeSQ 0.057 ditolak Signifikan α = 10%
Democ 0.042 ditolak Signifikan α = 5%
PolStab 0.151 tidak dapat ditolak Tidak signifikan
Sumber: Hasil pengolahan data
4.5 Analisis Model
4.5.1 Pengaruh Kebebasan Ekonomi terhadap Tingkat Korupsi yang
Dirasakan
Koefisien dari kebebasan ekonomi terhadap tingkat korupsi yang
dirasakan adalah sebesar -0,249 dan signifikan pada tingkat signifikansi 1%. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan pada kebebasan
ekonomi, maka tingkat korupsi yang dirasakan akan mengalami penurunan
sebesar 0,249 satuan dengan asumsi cateris paribus.
69
4.5.2 Pengaruh Globalisasi terhadap Tingkat Korupsi yang Dirasakan
Koefisien dari globalisasi terhadap tingkat korupsi yang dirasakan adalah
sebesar -0,015 namun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan satu satuan pada globalisasi, maka tingkat korupsi yang dirasakan akan
mengalami penurunan sebesar 0,015 satuan dengan asumsi cateris paribus.
4.5.3 Pengaruh Tingkat Perkembangan terhadap Tingkat Korupsi
yang Dirasakan
Koefisien dari tingkat perkembangan yang diukur dengan log dari GDP
per kapita terhadap tingkat korupsi yang dirasakan adalah sebesar -0,001 dan
signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa ketika GDP
per kapita bertambah satu dollar, maka tingkat korupsi yang dirasakan akan
mengalami penurunan sebesar 0,001 satuan dengan asumsi cateris paribus.
4.5.4 Pengaruh Kebebasan Pers terhadap Tingkat Korupsi yang
Dirasakan
Koefisien dari kebebasan pers terhadap tingkat korupsi yang dirasakan
adalah sebesar 0,477 dan signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan pada kebebasan pers,
maka tingkat korupsi yang dirasakan akan mengalami peningkatan sebesar 0,477
satuan dengan asumsi cateris paribus.
70
4.5.5 Pengaruh Kebebasan Pers Kuadrat terhadap Tingkat Korupsi
yang Dirasakan
Koefisien dari kebebasan pers yang dikuadratkan terhadap tingkat korupsi
yang dirasakan adalah sebesar -0,003 dan signifikan pada tingkat signifikansi
10%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan pada
kebebasan pers yang dikuadratkan, maka tingkat korupsi yang dirasakan akan
mengalami penurunan sebesar 0,003 satuan dengan asumsi cateris paribus.
4.5.6 Pengaruh Demokrasi terhadap Tingkat Korupsi yang Dirasakan
Koefisien dari derajat kebeasan demokrasi terhadap tingkat korupsi yang
dirasakan adalah sebesar -0,988 dan signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Hal
ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan satu satuan pada derajat kebebasan
demokrasi, maka tingkat korupsi yang dirasakan akan mengalami penurunan
sebesar 0,988 satuan dengan asumsi cateris paribus.
4.5.7 Pengaruh Stabilitas Politik terhadap Tingkat Korupsi yang
Dirasakan
Koefisien dari kestabilan politik terhadap tingkat korupsi yang dirasakan
adalah sebesar -1,041 namun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
terjadi kenaikan satu satuan pada stabilitas politik, maka tingkat korupsi yang
dirasakan akan mengalami penurunan sebesar 1,041 satuan dengan asumsi cateris
paribus.
71
4.6 Analisis Ekonomi
4.6.1 Pengaruh Kebebasan Ekonomi terhadap Tingkat Korupsi yang
Dirasakan
Berdasarkan hasil estimasi, variabel kebebasan ekonomi berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat korupsi yang dirasakan di 60 negara
berkembang dan memiliki koefisien sebesar -0,249. Angka tersebut menunjukkan
bahwa setiap terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kebebasan ekonomi maka
tingkat korupsi yang dirasakan akan menurun sebesar 0,249, dalam keadaan
cateris paribus.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
(Paldam, 2002) yang menyebutkan bahwa kenaikan kebebasan ekonomi akan
menurunkan tingkat korupsi. Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut,
pengaruh dari tingkat kebebasan ekonomi dalam mengurangi tingkat korupsi
sebesar -3,07, artinya setiap terjadi kenaikan kebebasan ekonomi sebesar satu
satuan, maka akan menurunkan tingkat korupsi sebesar 3,07. Pengaruhnya lebih
besar jika dibandingkan dengan penelitian ini, yakni sebesar 0,249.
Berdasarkan hasil estimasi, dapat disimpulkan bahwa kebebasan ekonomi
memiliki hubungan negatif terhadap tingkat korupsi yang dirasakan. Semakin
tinggi kebebasan ekonomi, menggambarkan bahwa sebanyak 60 negara
berkembang memiliki kebebasan ekonomi yang lebih baik sehingga dapat
mengurangi tingkat korupsi. Menurut Billger dan Goel dalam (Abbas, 2016)
menyebutkan bahwa kebebasan ekonomi yang semain tinggi yang diberikan oleh
72
pemerintah kepada sektor swasta, maka kontrol pemerintah menjadi lebih longgar
sehingga akan mengurangi kesempatan untuk melakukan tindakan korupsi yang
dilakukan oknum pejabat pemerintah. Hal lain juga dikemukakan oleh (Rose-
Ackermann, 1999) bahwa apabila pemerintah melakukan pembatasan
perbadangan bebas (mengurangi kebebasan ekonomi) melalui pajak atau pajak
lisensi, maka beberapa orang akan menghindari pembatasan tersebut dengan cara
membayar secara ilegal seperti memberikan uang sogokan kepada pegawai
pemerintah (korupsi meningkat).
4.6.2 Pengaruh Globalisasi terhadap Tingkat Korupsi yang Dirasakan
Berdasarkan hasil estimasi, variabel globalisasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel tingkat korupsi yang dirasakan. Hasil dari penelitian
ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ades & Di Tella, 1999)
yang menyatakan bahwa meningkatnya integrasi internasional (globalisasi) akan
mengurangi tingkat korupsi secara signifikan. Meskipun hasil estimasi variabel
globalisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat korupsi, variabel
globalisasi memiliki hubungan berkebalikan dengan tingkat korupsi yang
dirasakan. Hal ini menandakan bahwa adanya kenaikan dalam proses integrasi
internasional (globalisasi) dapat menurunkan tingkat korupsi.
Meskipun tidak signifikan, hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Lalountas, Manolas, & Vavouras, 2011) yang mengemukakan
bahwa tingkat globalisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
korupsi. Hal ini disebabkan karena negara-negara berkembang cenderung
73
memiliki tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan yang parah yang mana
merupakan salah satu penyebab utama dari timbulnya aktivitas korupsi, sehingga
tingkat globalisasi di negara berkembang belum cukup mampu untuk mengurangi
tingkat korupsi yang ada.
4.6.3 Pengaruh Tingkat Perkembangan terhadap Tingkat Korupsi
yang Dirasakan
Berdasarkan hasil estimasi, variabel tingkat perkembangan atau level of
development yang diukur melalui GDP per kapita berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat korupsi yang dirasakan di 60 negara berkembang dan memiliki
koefisien sebesar -0,001. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap terjadi
kenaikan sebesar satu US$ pada tingkat perkembangan maka tingkat korupsi yang
dirasakan akan menurun sebesar 0,001, dalam keadaan cateris paribus.
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
(Mustapha, 2014) yang menyebutkan bahwa kenaikan GDP per kapita akan
menurunkan tingkat korupsi. Jika dibandingkan dengan peneltian tersebut,
pengaruh dari GDP per kapita dalam mengurangi tingkat korupsi sebesar -177,44,
artinya setiap terjadi kenaikan GDP per kapita sebesar 1 US$ maka akan
menurunkan tingkat korupsi sebesar 177,44 satuan. Pengaruhnya lebih besar jika
dibandingkan dengan penelitian ini, yakni sebesar 0,001. Rata-rata GDP per
kapita dalam penelitian ini ialah sebesar 1.683,828 US$, angka ini lebih kecil jika
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dimana rata-rata GDP per kapita
pada penelitian sebelumnya sebesar 21.705,72 US$. Rata-rata GDP per kapita
74
yang lebih kecil pada penelitian ini memungkinkan penurunan tingkat korupsi
yang disebabkan oleh meningkatnya GDP per kapita dalam penelitian ini
memiliki pengaruh yang lebih kecil jika dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya.
Berdasarkan hasil estimasi, dapat disimpulkan bahwa GDP per kapita
memiliki hubungan negatif terhadap tingkat korupsi yang dirasakan. Semakin
tinggi GDP per kapita, menggambarkan bahwa sebanyak 60 negara berkembang
memiliki kinerja ekonomi yang cukup baik sehingga dapat mengurangi tingkat
korupsi. Dengan semakin tumbuhnya kinerja ekonomi maka kesejahteraan akan
meningkat yang mana akan berimbas pada penurunan tingkat korupsi.
4.6.4 Pengaruh Kebebasan Pers terhadap Tingkat Korupsi yang
Dirasakan
Berdasarkan hasil estimasi, variabel kebebasan pers berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat korupsi yang dirasakan di 60 negara berkembang dan
memiliki koefisien sebesar 0,477. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap
terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kebebasan pers maka tingkat korupsi
yang dirasakan akan meningkat sebesar 0,477, dalam keadaan cateris paribus. Hal
ini dikarenakan pada negara berkembang cenderung memiliki sistem pers yang
masih belum bagus dan terbuka.
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
(Brunetti & Weder, 2003) yang menyebutkan bahwa kenaikan kebebasan pers
akan menambah tingkat korupsi. Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut,
75
pengaruh dari kebebasan pers dalam menurunkan tingkat korupsi sebesar 0,028
satuan, artinya setiap kenaikan kebebasan pers sebesar satu satuan maka akan
menambah tingkat korupsi sebesar 0,028 satuan. Pengaruhnya lebih kecil jika
dibandingkan dengan penelitian ini. Rata-rata kebebasan pers dalam penelitian ini
ialah sebesar 59.14 satuan, angka ini lebih besar jika dibandingkan dengan
penelitian sebelumnya dimana rata-rata kebebasan pers pada penelitian
sebelumnya sebesar 46,23 satuan. Rata-rata kebebasan pers yang lebih besar pada
penelitian ini memungkinkan penambahan tingkat korupsi yang disebabkan oleh
meningkatnya kebebasan pers dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang lebih
besar jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kebebasan pers memiliki hubungan
positif terhadap tingkat korupsi yang dirasakan. Semakin tinggi kebebasan pers
menggambarkan bahwa sebanyak 60 negara berkembang memiliki kebebasan pers
yang lebih buruk sehingga dapat menambah tingkat korupsi.
4.6.5 Pengaruh Kebebasan Pers Kuadrat terhadap Tingkat Korupsi
yang Dirasakan
Berdasarkan hasil estimasi, variabel kebebasan pers berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat korupsi yang dirasakan di 60 negara berkembang dan
memiliki koefisien sebesar -0,003. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap
terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kebebasan pers maka tingkat korupsi
yang dirasakan akan menurun sebesar 0,003, dalam keadaan cateris paribus.
76
Hasil estimasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien
PressFree sebesar 0,477 dan PressFreeSQ sebesar -0,003, artinya pada awalnya
kebebasan pers dapat menambah tingkat korupsi, namun kebebasan pers akan
mampu menurunkan tingkat korupsi ketika berada di titik tertentu. Berikut ini
merupakan gambar mengenai kebebasan pers dengan kebebasan pers kuadrat:
Gambar 4.1 Hasil Estimasi Titik Puncak
Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa titik puncak berada di angka
72,31. Hal ini berarti, pada awalnya kebebasan pers menambah tingkat korupsi,
akan tetapi ketika berada pada nilai 72,31, kebebasan pers mulai mampu
menurunkan tingkat korupsi. Meskipun hasil estimasi ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Churchill, Agbodohu, & Arhenful, 2013), namun
berdasarkan Grafik 4.5 memperlihatkan bahwa kebebasan pers pada 60 negara
observasi dari tahun 2014 hingga 2017 cenderung mengalami perbaikan dalam
pengurangan korupsi.
60
62
64
66
68
70
Lin
ear
pre
dic
tion
20 40 60 80 100PressFree
77
Pada awalnya, naiknya kebebasan pers dapat meningkatkan tingkat
korupsi yang dikarenakan oleh institusi-institusi dalam bidang media yang belum
berjalan dengan benar atau bisa saja institusi-institusi tersebut belum memiliki
power dalam memberikan informasi mengenai aktivitas korupsi kepada
masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, kebebasan pers dapat menurunkan
tingkat korupsi saat melewati titik puncak tersebut. Hal ini berarti awak media
atau perangkat pers sudah membenahi diri dan memiliki kekuatan dikarenakan
mulai lebih peduli dan kritis terhadap perilaku korupsi serta dapat mengeluarkan
berita yang berimbang mengenai pemerintah. Sehingga kemudian kebebasan pers
menjadi mampu menurunkan tingkat korupsi.
4.6.6 Pengaruh Demokrasi terhadap Tingkat Korupsi yang Dirasakan
Berdasarkan hasil estimasi, variabel demokrasi berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat korupsi yang dirasakan di 60 negara berkembang dan
memiliki koefisien sebesar -0,988 satuan. Angka tersebut menunjukkan bahwa
setiap terjadi kenaikan sebesar satu satuan pada kebebasan pers maka tingkat
korupsi yang dirasakan akan menurun sebesar 0,988 satuan, dalam keadaan
cateris paribus.
Namun, hasil estimasi dalam penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh (Shabbir & Anwar, 2008). Ia
menunjukkan korelasi yang positif antara derajat kebebasan demokrasi terhadap
tingkat korupsi. Akan tetapi, (Treisman, 2000) mengemukakan bahwa demokrasi
berpengaruh negatif terhadap tingkat korupsi, hal ini ditunjukkan oleh
78
pendapatnya mengenai demokrasi yang dapat berfungsi sebagai pembatas atas
kekuasaan pemerintah melalui pemeriksaaan dan penyeimbangan kekuasaan. Hal
ini berarti bahwa kenaikan dalam demokrasi akan menurunkan kekuasaan
pemerintah dan mampu mengontrol aktivitas korupsi yang dilakukan oleh pejabat
pemerintah.
4.6.7 Pengaruh Stabilitas Politik terhadap Tingkat Korupsi yang
Dirasakan
Berdasarkan hasil estimasi, variabel kestabilan politik tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel tingkat korupsi yang dirasakan. Hasil dari
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Alesina &
Perotti, 1996) yang menyatakan bahwa meningkatnya kestabilan politik akan
mengurangi tingkat korupsi secara signifikan. Meskipun hasil estimasi variabel
stabilitas politik tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat korupsi, variabel
stabilitas politik memiliki hubungan berkebalikan dengan tingkat korupsi yang
dirasakan.
Meskipun tidak signifikan, namun hasil dalam peneltian ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Persson, Tabellini, & Trebbi, 2003),
ia menemukan bahwa stabilitas politik memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap tingkat korupsi. Menurutnya, peran sistem partai di suatu negara dapat
berpengaruh terhadap tingkat korupsi, hal ini dikarenakan ketika suatu negara
dengan persaingan pemilu oleh banyak partai politik cenderung akan memicu
aktivitas korup dan membuat keadaan politik menjadi tidak stabil sehingga
79
memungkinkan meningkatnya korupsi yang dikarenakan mengedepankan
kepentingan masing-masing partai. Dengan keadaan politik yang tidak stabil
tesebut maka akan menimbulkan ketidakpastian bagi warga negara serta hal
tersebut akan memicu aktivitas-aktivitas ilegal demi keuntungan pribadi masing-
masing.
Di samping itu, indeks stabilitas politik dalam penelitian ini yang
ditunjukkan oleh Grafik 4.7 hampir semua negara observasi memiliki nilai indeks
yang di bawah 0, artinya bahwa banyak negara korup ternyata dipicu oleh keadaan
politik yang tidak stabil.