1
BAB I
PENDAHULUAN
MATA MERAH
Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang ditutup konjungtiva
menjadi merah. Pada mata normal, sklera berwarna putih karena dapat terlihat melalui bagian
konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terajadi akibat
bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan pembuluh darah.
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan
mata akut, misalnya konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri
perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut kongestif. Pada
konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar, maka bila diberi efinefrin topikal
terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan menjadi putih.
ANATOMI MATA
2
Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu :
1. Sklera
Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan
bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang
bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk kedalam bola mata.
2. Uvea
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Pada iris didapatkan pupil dan badan siliar yang terletak di belakang iris
menghasilkan cairan bilik mata (aquous humor).
3. Retina
Retina terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapisan yang
merupakan lapisan neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optik dan diteruskan ke otak.
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-
sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian
yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.
Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua,
yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian
belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi
menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.
Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput
transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini
peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang
konjungtiva disebut konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar
air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis.
Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi
sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam mata.
3
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian :
1. Konjungtiva tarsal, yang menutupi tarsus
2. Konjungtiva bulbi, yang menutupi sklera
3. Konjungtiva fornix, adalah tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi
FISIOLOGI
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu
waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar
terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu
bagian yang paling peka terhadap sinar.
4
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel
basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam
pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh
karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari
sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah
maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus
saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein
dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai
menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk
pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi
rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara
retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan
biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan
salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.
5
BAB II
PEMBAHASAN
MATA MERAH VISUS NORMAL
PTERIGIUM
Gambar 1. Tampak jaringan fibrovaskuler konjungtiva.
Definisi
Pterygium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan
banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak dikornea dan dasarnya dibagian perifer. Biasanya
terletak di celah kelopak dan sering meluas ke daerah pupil.1
Penyebab
Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling umum
adalah :
1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan
2. Bekerja di luar rumah
3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas, angin,
kekeringan dan asap.
4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent2
Epidemiologi
Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis3.
6
Klasifikasi Pterygium
Tipe 1
Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker line)
dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis,
meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently inflamed). Jika memakai soft
contact lense, gejala dapat timbul lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar
pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat menyebabkan
iritasi.
Tipe 2
Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan
pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme.
Tipe 3
Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis). Lesi/jejas
yang luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva
dan meluas hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan
pergerakan
mata3.
Gambar 2. Pterigium
Gejala
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan
tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan
kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan kaburnya
penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.
Gejalanya termasuk :
1. Mata merah
2. Mata kering
3. Iritasi
4. Keluar air mata (berair)
5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata
6. Penglihatan yang kabur4
Diagnosis
Diagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan berikut:
1. Pemeriksaan Visus
2. Slit lamp
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :
1. Mengevaluasi ukuran
2. Mencegah inflamasi
3. Mencegah infeksi
4. Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan4
Observasi
Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak menimbulkan atau
menimbulkan gejala yang minimal.
Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :
1. Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mengurangi
inflamasi, lubrikasi okular seperti airmata buatan.
2. Therapy radiasi
Operasi
Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan tetapi pterygium dapat
muncul kembali. Pemberian mytomycin C to aid in healing dan mencegah rekurensi, seusai
pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi sampai usia dekade 4 dapat
mencegah rekurensi.
Pencegahan
Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin, misalnya
dengan memakai kacamata hitam.
PSEUDOPTERIGIUM
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering
pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva
menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan
proses kornea sebelumnya5.
PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM
1. Lokasi Selalu di fisura palpebra Sembarang lokasi
2.Progresifitas Bisa progresif atau stasioner Selalu stasioner
3.Riwayat peny. Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)
4.Tes sondase Negatif Positif
Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat
mengganggu visus, atau alasan kosmetik6.
PINGUEKULA
Definisi
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva5.
Pinguecula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai kedua
mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal (di
tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih (yellow-white
deposits), tak berbentuk (amorphous) 3
Patogenesis
Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai
peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar
matahari, udara kering6.
Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis,
maka diberikan steroid lemah.
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan
Gambar 3. Pinguekula
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh
(umur, hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk
rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung,
yang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi.
Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu5.
EPISKLERITIS – SKLERITIS
Episkleritis
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan
permukaan sklera.
Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan
bawaan penyakit rematik.
Keluhannya dapat berupa :
1. mata terasa kering
2. rasa sakit yang ringan
3. mengganjal
4. konjungtiva yang kemotik.
Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid
tetes mata atau sistemik atau salisilat.
Pada episkleritis penglihatan normal, dapat sembuh sempurna atau bersifat residif
Gambar 4. Episkleritis
Skleritis
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi
mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan
menjadi :
1. skleritis anterior diffus
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai
sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.
2. Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna merah,
berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.
3. Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat6.
Gambar 5. Skleritis
Gejala
- Kemerahan pada sklera dan konjungtiva
- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu
yang kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.
- Fotofobia
- Mata berair
- Penglihatan menurun5
Pengobatan
Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit yang
mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.
KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia
konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret.
Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum
contagiosum.
VIRUS BAKTERI ALERGI
GATAL Minimal Minimal Berat
HIPEREMI Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh
LAKRIMASI + + + +
EKSUDAT
(SEKRET)
Minimal
(serous,
Banyak (muko-
purulen/purulen)
Minimal
(benang)
mukous)
ADENOPATI + Jarang -
SEL-SEL Monosit PMN Eosinofil
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi
(injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseodoptosis
akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudomembran,
granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikular. Biasanya
sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva.
Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari
gambaran klinisnya yaitu :
1. Konjungtivitis Kataral
2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
3. Konjuntivitis Membran
4. Konjungtivitis Folikular
5. Konjungtivitis Vernal
6. Konjungtivitis Flikten
Konjungtivitis Bakterial
Merupakan konjungtivitis yang paling sering (akut & kronik).
Akut: ditandai vasodilatasi dan sekret mukopurulen, disertai dengan iritasi, sensasi benda
asing, melengket.
Kronik: onsetnya lebih lambat, berlarut-larut.
Gambaran Klinis
• Iritasi bilateral, injeksi konjungtiva baik segmental maupun menyeluruh, eksudat purulen,
aglutinasi palpebra, edema palpebra (kadang).
• Mula – mula terkena biasanya satu mata, kemudian ke mata yang lain (melalui tangan).
• Penyebarannya ke orang lain bisa melalui benda – benda yang dipakai penderita.
Konjungtivitis Kataral
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokokus aureus, Pneumokok,
Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.
Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa
(keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda
konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa
flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai
blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya
karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain.
Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi
Herpes Simplek.
Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
Etiologi
Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di
bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan
penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia
(klamidia okulogenital)
Gambaran Klinis
Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis
Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai
massa putih di konjungtiva tarsal.
Pengobatan
Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.
Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum
pengobatan.
Antibiotik lokal dan sistemik
AB sistemik pd dewasa :
Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr
selama 5 hr + irigasi
AB sistemik pd neonatus :
Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000
IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
Konjungtivitis Membran
Etiologi
Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi
difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi
pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva
tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan
pseudomembran.
Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif.
Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada
anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi
penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin
difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.
Konjungtivitis Folikular
Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis
klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui
penyebabnya.
Jenis Konjungtivitis Follikular
1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi
Etiologi
Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari
Gambaran Klinis
Dapat mengenai anak-anak dan dewasa
Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar
pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva
tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada
akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada kornea
terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.
Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala
radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-
minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.
Pengobatan
Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid
atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
2. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi
Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis
Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.
Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut.
Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata
membengkak.
Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat
infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya
konjungtivitis follikular akut.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik
3. Konjungtivitis Hemorraghik Akut
Etiologi
Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari
Gambaran Klinis
Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa
gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari
kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain.
Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.
Pengobatan
Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid atau
antibiotik.
4. Konjungtivitis New Castle
Etiologi
Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari
Konjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas,
penyakit ini jarang dijumpai.
Gambaran Klinis
Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan
hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal
inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini
biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral
Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah
infeksi sekunder.
5. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi
Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat
pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran
kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.
Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin
6. Trachoma
Etiologi
Klamidia trakoma
Gambaran Klinis
Gambaran klinik terdapat empat stadium :
1. Stadium Insipiens atau permulaan
Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di daerah
limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan
lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat
titik-titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium akut (trakoma nyata)
Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur berwarna
abu-abu
3. Stadium sikatriks
Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat seperti garis
putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.
4. Stadium penyembuhan
trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
Pengobatan
Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat
diberikan juga sulfonamid oral.
Konjungtivitis Vernal
Etiologi
Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik
Gambaran Klinis
Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada
dilapangan terbuka yang panas terik.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-stone di
konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu
mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi
sekunder.
Pengobatan
Kortikosteroid tetes atau salep mata.
Konjungtivitis Flikten
Etiologi
• Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas tipe
IV).
• Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi
• Lebih sering ditemukan pd anak-anak
Gejala
Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga
dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua
mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh
Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan.
Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat
eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.
Pengobatan
Usahakan mencari penyebab primernya
Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep
Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat infeksi
bakteri sekunder.
Konjungtivitis Sika
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan
konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.
Etiologi
Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata,
kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya
mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut
sebagai sindrom sjogren.
Manifestasi Klinis
Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala
sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan
terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan
kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah.
Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.
Komplikasi
Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.
Penatalaksanaan
Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya
diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat
menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air
mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen.
BAB III
KESIMPULAN
Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang ditutup konjungtiva
menjadi merah. Pada mata normal, sklera berwarna putih karena dapat terlihat melalui bagian
konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terajadi akibat
bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada
pembendungan pembuluh darah.
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan
mata akut, misalnya konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri
perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut kongestif. Pada
konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar, maka bila diberi efinefrin topikal
terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan menjadi putih.
Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:
Arteri konjungtiva posterior, memperdarahi konjungtiva bulbi
Arteri siliar anterior atau episklera, yang memberikan cabang:
o Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar posterior longus
bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliar, yang memperdarahi
iris dan badan siliar.
o Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea.
Melebarnya pembuluh darah konjungtiva atau injeksi konjungtiva ini dapat terjadi akibat
pengaruh mekanis, alergis atau infeksi pada jaringan konjungtiva.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2003.
2. Vaughan, Daniel G et all, Oftalmologi Umum.Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.
3. ht t p: / /kab a rindon e sia. c o m / / .
4. ht t p: / /ww w .upmc. c om / h ea l t hman a g e ment/ m a n a g i n g y our h ea l t h/he a l t h r e fe r e n ce /d i s ea s e s/ ? c
hunki i d = 96971
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2006.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto, 2002