LAPORAN SKILL LAB
DIAGNOSA DAN RENCANA PERAWATAN
KEDOKTERAN GIGI ANAK
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pelayanan kesehatan baik kesehatan umum maupun kesehatan gigi
hanya akan sukses apabila dapat ditegakkan diagnosa yang tepat melalui
pemeriksaan pada pasien. Diagnosis adalah pengenalan dari masalah yang
dihadapi pasien dan perawatan adalah solusinya. Secara umum dalam profesi
kesehatan tanpa diagnosa tidak akan ada perawatan. Dalam kedokteran gigi anak
sebagaimana bidang lain adalah penting dalam diagnosis untuk mengetahui
gambaran yang jelas tentang kondisi yang normal sebelum keadaan yang normal
tersebut mengalami perubahan. Dalam hal ini yang termasuk di dalamnya adalah
mengenali bentuk gigi yang normal dan tidak karies, perbedaan kelainan jaringan
lunak dengan yang normal, dan keadaan oklusi yang benar. Semua hal diatas
adalah di dapat dari ilmu pengetahuan dasar dan ilmu pengetahuan klinis. Hanya
dengan latar belakang ini seorang dokter gigi dapat memulai suatu rencana
perawatan yang akurat dan komprehensif.
Diagnosis yang lengkap dan akurat mencakup empat langkah yaitu :
(1). Pemeriksaan lengkap secara tertulis (kuesioner) yag mencakup riwayat
keluarga, riwayat medis dan riwayat dental (2). Mewawancarai orang tua dan
anak sebagai tambahan kuesioner bagian pertama (3). Pemeriksaan intra-oral dan
ekstra-oral. (4).
Pemeriksaan dan penentuan diagnosis umumnya dilakukan pada saat
kunjungan pertama anak ke klinik gigi. Pada kesempatan tersebut dokter gigi juga
mulai menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan orang tua dan anaknya,
ingat prinsip segitiga perawatan gigi anak. Kunjungan pertama anak ke dokter
gigi menjadi sangat penting untuk memperoleh kooperatif pasien. Anak yang
kooperatif merupakan prasyarat untuk dapat dilakukan perawatan giginya.
Dibutuhkan pendekatan yang hangat terhadap anak dan sikap yang antusias
terhadap orang tua.
Filosofi yang dianut oleh pediatric dentistry adalah merawat pasien, tidak
hanya merawat gigi. Filosofi ini adalah suatu komitmen untuk memahami
perasaan yang dialami anak-anak, menumbuhkan percaya diri serta kerja sama
anak, melakukan perawatan dengan bijaksana, simpatik, dan tidak hanya fokus
terhadap menyediakan perawatan yang dibutuhkan tetapi menciptakan kesehatan
dental anak dimasa datang dengan menstimulasi sikap dan perilaku positif anak
terhadap perawatan gigi. Penentuan diagnosis pada anak berbeda dengan
penentuan diagnosis pada orang dewasa. Hal ini dikarenakan anak adalah individu
yang sedang tumbuh atau dinamis. Dinamis karena diagnosis dapat berubah
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, jadi selama pengumpulan
informasi awal, pemeriksaan, penentuan diagnosis, penentuan rencana perawatan,
perawatan, hingga saat kontrol periodik, data atau informasi-informasi anak dapat
terus berubah atau bertambah, oleh sebab itu kelengkapan data perlu selalu
diperbarui apabila ada tambahan informasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan laporan ini terdapat beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana prosedur dalam diagnosa dan rencana perawatan dalam
kedokteran gigi anak?
2. Bagaimana diagnosa dan rencara perawatan berdasarkan study yang telah
dilaksanakan dalam skill lab?
1.3 Tujuan
Dalam penulisan laporan ini terdapat beberapa tujuan yaitu:
1. Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan prosedur dalam diagnosa
dan rencana perawatan kedokteran gigi anak
2. Mahasiswa mampu memahami menangani pasien anak-anak dan pembuatan
kartu status yang baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis)
Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter dengan pasien
untuk mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien. Informasi
tentang riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian : riwayat sosial, dental dan
medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna merupakan dasar dari
rencana perawatan. Berikut adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam penegakan anamnesis:
1. Keluhan utama
Dilakukan pencacatan terhadap keluhatn utama yang dirasakan oleh
pasien. Hal ini sangat karena menjadi dasar utama dalam penentuan
pemeriksaan klinis.
2. Riwayat dan Catatan Medis
Guna menghindari informasi yang tidak relevan dan untuk mencegah
kesalahan kelalaian dalam uji klinis, klinisi harus melakukan pemeriksaan
rutin. Rangkaian pemeriksaan harus dicatat pada kartu pasien dan harus
dijadikan sebagai petunjuk untuk melakukan kebiasaan diagnostik yang tepat.
Pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut keluhan utama pasien, riwayat
medis yang lalu, dan riwayat kesehatan gigi yang lalu diperiksa. Bila
diperlukan lebih banyak informasi, pertanyaan-pertanyaan selanjutnya harus
ditujukan kepada pasien dan harus dicatat secara hati-hati.
3. Gejala-gejala Subjektif
Daftar isian medis yang lengkap yang berisi riwayat medis dan kesehatan
gigi pasien terdiri dari gejala-gejala subjektif. Termasuk di dalam kategori ini
adalah alasan pasien menjumpai dokter gigi, atau keluhan utama. Umumnya,
suatu keluhan utama berhubungan dengan rasa sakit, pembengkakan, tidak
berfungsi/estetik. Mungkin juga hanya karena “ada sesuatu pada rontgen”,
yang dikeluhkan pasien. Apapun alasannya, keluhan utama pasien merupakan
permulaan yang terbaik untuk mendapatkan suatu diagnosis yang tepat.
Keluhan utama yang paling sering melibatkan perawatan adalah rasa
sakit. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana mengenai rasa
sakitnya dapat menolong seorang ahli diagnostik menghasilkan suatu
diagnosis sementara dengan cepat. Pasien harus ditanya tentang macam rasa
sakit, lokasinya, lamanya, apa yang menyebabkannya, apa yang
meringankannya, dan pernah atau tidak melibatkan tempat lain.
4. Garis besar pencatatan riwayat
Riwayat Sosial :
1. Nama (termasuk nama singkat atau nama kecil alamat sekolah, saudara
laki-laki dan perempuan). Dokter gigi harus memanggil dengan nama
yang disukainya. Jawaban yang diberikan segera memberi petunjuk
terhadap karakter dan pikiran anak. Ia dapat menjawab dengan mudah,
bersahabat, menunjukkan bahwa ia senang dan santai, atau ia dapat
menolak menjawab sama sekali, menunjukkan bahwa ia malu, cemas atau
melawan.
2. Binatang peliharaan. Kegiatan yang disukai di rumah dan disekolah.
Pertanyaan sederhana tentang rumah dan sekolah adalah cara umum
berkomunikasi dengan anak. Selain itu, jawabannya dapat menggali lebih
jauh minat dan lingkungan rumah anak.
3. Pekerjaan ibu adalah membawa anak pada kunjungan berikut. Yang
paling sering ibulah yang membawa anak pada kunjungan pertama ke
dokter gigi. Bila ada kesulitan, harus dipertimbangkan pada rencana
perawatan, khususnya bila diperlukan perawatan yang lama.
4. Pekerjaan ayah. Golongkan keluarga menurut status social, berdasar pada
pekerjaan ayah, lakukan penaksiran terhadap sikap keluarga terhadap
perawatan gigi. Sering pekerjaan ayah dapat ditentukan sewaktu
menanyakan pekerjaan ibu. Akan tetapi, kadang-kadang tidak dibenarkan
untuk menanyakan hal ini, disini keterangan dapat diperoleh pada
pertemuan selanjutnya, mungkin setelah menanyakan pada anak “ingin
jadi apa kelak kalau sudah besar?”.
Riwayat gigi :
1. Keluhan : apakah pasien datang dengan keluhan tertentu ? Jika tidak, apa
alasan kedatangannya ? Misalnya: pemeriksaan rutin dianjurkan setelah
pemeriksaan gigi di sekolah. Adalah penting mengetahui alasan
kedatangan pasien.
2. Riwayat keluhan jika ada : jika keluhan sakit gigi, cari keterangan
berikut : lokasi, rasa sakit, kapan mulai ? apakah terputus-putus atau
terus-menerus ? jika terputus-putus berapa lama berlangsungnya ? apakah
ditimbulkan rangsang panas, dingin atau manis atau sewaktu makan ?
apakah rasa sakit menyebabkan anak terbangun di waktu malam ? apakah
rasa berkurang/hilang dengan analgesia ? gejala-gejala sakit member
indikasi macam kelainan pulpa, misalnya rasa sakit yang terputus dengan
jangka waktu pendek yang disebabkan panas dingin atau manis; hiperemi
pulpa; rasa sakit spontan, berat, membuat tidak bisa tidur; pulpitis akut;
abses. Sayangnya, gejala yang digambarkan anak atau orang tua samar
dan kurang mempunyai nilai diagnostik.
3. Riwayat kesehatan gigi yang lalu : apakah perawatan gigi yang lalu
dilakukan teratur atau tidak ? apakah pernah diberikan perawatan gigi di
lain tempat ? jika ya, mengapa orang tua mengganti dok ter gigi ? apakah
anak pernah mengalami sesuatu dengan perawatan giginya ? jika ya,
perawatan apakah ? misalnya, penambalan, pencabutan, analgesia lokal
dan anastesi umum ? Keterangan perawatan gigi yang lalu menunjukkan
sikap orang tua. Jika anak dibawa ke dokter gigi baru karena tidak bisa
bekerja sama dengan dokter gigi yang lama, alasan ini perlu ditelusuri
dengan teliti dengan member tahu anak bahwa dokter gigi menarik dan
simpatik dan ia pasti akan mencari jalan untuk mengatasi masalah.
4. Sikap anak terhadap setiap perawatan di atas (pada anak kecil, pendapat
orang tua cukup relevan). Setiap sikap yang tidak menyenangkan selama
perawatan harus diperhatikan dalam rencana perawatan mendatang.
Telusuri setiap bentuk perawatan, dengan mengabaikan sikap anak
terhadap perawatan tersebut menunjukkan kurangnya perhatian pada
perasaan anak yang tentunya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
penanganan pasien yang baik.
5. Sikap orang tua terhadap perawatan gigi. Sikap dan harapan orang tua
terhadap perawatan gigi sangat berbeda, rencana perawatan yang diluar
harapan jangan dilakukan sebelum menjelaskan dan menimbang
keuntungannya.
Riwayat medis : 2
1. Penyakit jantung congenital
2. Demam rematik
3. Kelainan darah
4. Penyakit saluran pernapasan
5. Asma
6. Hepatitis
7. Penyakit gastrointestinal
8. Penyakit ginjal atau saluran kencing
9. Penyakit tulang atau sendi
10. Penyakit diabetes
11. Penyakit kulit
12. Kelainan congenital
13. Alergi
14. Pengobatan belakangan atau yang sedang dilakukan
15. Operasi sebelumnya atau penyakit serius
16. Kelainan subnormal mental
17. Epilepsy
18. Riwayat penyakit serius dalam keluarga
2.2 Pemeriksaan Objektif (Pemeriksaan Klinis)
2.2.1 Pemeriksaan Ekstra-oral
Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan
riwayat dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, cara
berjalan, corak kulit, mata, bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe. Dari hasil
pemeriksaan EO pasien terlihat sehat dan tidak tampak adanya kelainan pada
wajahnya .
Pemeriksaan Ekstra Oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah
sekitar mulut bagian luar. Meliputi bibir, TMJ, kelenjar limfe, hidung, mata,
telinga, wajah, kepala dan leher. Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk
mendeteksi adanya kelainan yang terlihat secara visual, atau terdeteksi dengan
palpasi. Seperti adanya kecacatan, pembengkakan, benjolan, luka, cedera,
memar, fraktur, dislokasi lain sebagainya.
Pemeriksaan ekstra oral yang dilakukan oleh seorang dokter gigi banyak
macamnya:
1. Pemeriksaan TMJ
a. Inspeksi: merupakan pemeriksaan secara visual.
b. Palpasi: pemeriksaan dilakukan dengan cara meraba daerah sekitar TMJ
pasien, apabila terdapat sesuatu yang abnormal seperti benjolan atau
fluktuasi, maka kemungkinan terdapat kelainan pada TMJ-nya.
c. Auskultasi : Untuk metode ini diperlukan suatu alat bantu, yaitu
stetoskop. Dilakukan dengan cara meletakkan ujung stetoskop pada
daerah tragus, kemudian mendengarkan dengan seksama apakah terdapat
bunyi (berupa klik atau yang lainnya) yang abnormal atau tidak Apabila
terdapat bunyi abnormal tersebut, maka kemungkinan terdapat kelainan
pada TMJ.
2. Pemeriksaan tonus bibir
Dengan cara inspeksi, apabila hipertonus maka biasanya bibir terlihat
tegang, apabila hipotonus maka bibir akan terlihat kendur.
3. Pemeriksaan Kelenjar limfe
Dilakukan dengan cara palpasi pada sekitar kelenjar limfe. Apabila
pasien merasakan nyeri, terdapat fluktuasi, maka kemungkinan terjadi
inflamasi.
2.2.2 Pemeriksaan Intra-oral
Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada
kedatangannya dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan
riwayat. Kemudian, anak harus duduk dengan tenang pada kursi perawatan. 2
Pemeriksaan awal yang dilakukan pada keadaan seperti ini tidak perlu
mendetail. Jika digunakan sonde harus diingat bahwa terlihatnya alat yang
tajam atau runcing dapat menyebabkan kecemasan dan kecerobohan dalam
mempergunakan alat tersebut dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit.
Perawatan sederhana dapat dimulai dengan anak dipangku orang tua, bila anak
sudah percaya diri, ia akan dengan senang hati duduk sendiri. 2
1. Jaringan lunak : mukosa pipi, bibir, lidah, tonsil, palatum lunak, palatum
keras dan gingival.
2. Gigi : kebersihan mulut, keadaan gigi-gigi, posisi gigi-gigi-crowding,
spasing, drifting, oklusi.
Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan
oleh seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan intra oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap
gigi, gusi, lidah, palatum, dasar mulut, uvula, tonsil, dan jaringan di dalam
mulut lainnya, Pemeriksaan dalam mulut dilakukan dengan bantuan alat dasar
seperti sonde, kaca mulut, pinset, ekskavator, dan probe; untuk memperjelas
pandangan dapat digunakan kamera intra oral yang dihubungkan oleh
monitor.Pemeriksaan intra oral yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
pemeriksaan gigi yang meliputi pemeriksaan jaringan pulpa, jaringan
periradikular dan periodontal.
1. Tes Pulpa
Tes pulpa ini dilakukan untuk mengetahui apakan pulpa pasien masih
dalam keadaan vital atau non vital, sehingga tes ini juga biasa disebut tes
vitalitas. Untuk mengetes vitalitas pulpa ini dapat digunakan empat cara,
yaitu tes dingin, tes panas, Electric Pulp Test (EPT), dan tes lainnya
seperti tes kavitas dan tes anestesi.
a. Tes dingin
Bahan-bahan yang dapat digunakan yaitu batangan es, carbon dioxide,
chlor ethyl.
Terdapat dua macam cara:
Pada gigi tanpa karies: bersihkan dan keringkan terlebih dahulu
bagian servikal pada gigi, kemudian tempelkan cotton pellet yang
telah disemprot chlor ethyl pada bagian serviks tersebut. Apabila
pasien masih merasakan rangsangan, maka pulpanya masih vital.
Pada gigi yang berkaries: bersihkan dan keringkan terlebih dahulu
gigi yang mengalami sakit, kemudian tempelkan cotton pellet yang
telah disemprot chlor ethyl pada bagian serviks atau pada daerah
berlubang di gigi tersebut. Apabila pasien masih merasakan
rangsangan, maka pulpanya masih vital.
Interpretasi tes dingin:
• respon hebat & lama à pulpitis irreversible
• tak ada respon à nekrosis pulpa
b. Tes panas
Bahan-bahan yang dapat digunakan yaitu air panas, gutaperca
panas, karet poles dan alat lain. Tes panas ini cukup jarang digunakan,
namun dapat berguna bila keluhan sulit dilokalisir giginya.
Apabila respon hebat & menetap à pulpitis irreversible.
c. EPT
Merupakan suatu alat untuk menguji apakah pulpa memberi
respons atau tidak.
Tes Periradikular
Tes periradikular dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Tes perkusi
Dilakukan untuk memberikan petunjuk adanya inflamasi
ligamen periodontal. Tes ini dilakukan dengan cara mengetukkan
ujung kaca mulut pada gigi yang sakit, untuk mengkonfirmasi adanya
inflamasi maka dapat dilakukan dengan cara menekankan ujung jari
pada gigi yang sakit.
Intensitas respon:
hebat +++
sedang ++
ringan +
negatif (-)
b. Tes palpasi
Tes ini dilakukan untuk menunjukkan tingkat keparahan
inflamasi dengan menggunakan ujung jari pada daerah apex.
Pemeriksaan periodontal
Pemeriksaan periodontal dilakukan dengan dua cara:
a. Probing
Merupakan suatu metode untuk mengukur kedalaman poket
periodontal. Alat yang digunakan berupa probe, dengan cara
dimasukkan ke dalam attached gingiva, kemudian diukur kedalam
poket periodontal dari gigi pasien yang sakit.
b. Mobilitas
Kelainan endodontik yang luas dapat menyebabkan mobilitas
yang nyata. Mobitity yang berasal dari periodontal biasanya memiliki
prognosis yang buruk.
2.3 Pemeriksaan Penunjang
Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan semua keterangan yang
diperlukan mengenai pasien, disini mungkin tidak diperlukan radiografi.
Bagaimanapun juga, radiografi biasanya diperlukan satu atau alasan-alasan
berikut : 2
1. Untuk mendiagnosis karies gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa dilihat
pada pemeriksaan klinis.
2. Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi.
3. Untuk menemukan gangguan khusus, misalnya kondisi jaringan periapikal
yang berhubungan dengan gigi-gigi nonvital atau yang mengalami trauma.
2.4 Diagnosis Karies Gigi
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua
permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan
eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies
interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang.
Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada
gigi dengan eksplorer.
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan
eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada
gigi telah mulai untuk demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan
pada eksplorer dapat merusak dan membuat lubang. Teknik yang umum
digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan
tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan
mengganti peralatan optis/ Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan
mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis
karies kecil.
Karies berdasarkan kedalamannya:
a. Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email.
b. Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah
dentin.
c. Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan
bahkan menembus pulpa.
2.5 Diagnosis Penyakit Pulpa
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau
seluruhnya, dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Karena perluasan inflamasi,
apakah sebagian atau seluruhnya, kadang-kadang bahkan tidak dapat ditentukan
secara histologis, dank arena keadaan bakteriologik, apakah jaringan terinfeksi
atau steril, tidak dapat ditentukan kecuali dengan usapan atau biakan, maka satu-
satunya kemungkinan perbedaan klinis pulpitis adalah antara akut dan kronis.
Dua jenis inflamasi kronis gigi yang pulpanya terbuka secara klinis dapat
dikenali : (1) pulpitis kronis berasal dari pulpa terbuka yang disebabkan karena
karies atau trauma; dan (2) pulpitis hiperplastik kronis. Bentuk akut pulpitis
umumnya mengalami rasa sakit cepat, sebentar, menyakitkan dan kadang-kadang
sangat menyakitkan. Bentuk kronis hampir tanpa gejala atau hanya terasa sakit
sedikit dan karenanya biasanya berjalan lama.1
Jenis inflamasi pulpa tidak selalu jelas. Karena jenis yang satu dapat
bercampur dengan jenis yang lain, kedua jenis inflamasi, akut dan kronis, dapat
dijumpai pada pemeriksaan histologik. Interpretasi studi mikroskopik pulpa dan
jaringan lain tergantung pada preparasi specimen, yaitu fiksasi, sudut dimana
specimen dipotong, dan staining, seperti juga pada bagian khusus yang diperiksa
secara mikroskopis. Pada suatu studi, gigi-gigi dibelah dua, dan bagian diperiksa
terpisah. Pada satu gigi, separuh pulpa mempunyai lesi parah, sedangkan separuh
yang lain hanya membutuhkan beberapa sel inflamasi.1
Klasifikasi klinis penyakit pulpa pertama-tama didasarkan pada gejala. Tidak
terdapat korelasi antara penemuan histopatologik dan gejala yang ada. Nilai
klasifikasi klinis terletak pada penggunaannya oleh klinisi untuk menentukan
perlindungan dan perawatan yang tepat, prognosis endodontik, dan mungkin,
keperluan restoratif gigi.1
1. Pulpitis reversibel
Definisi. Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan-
sampai-sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu
kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit
yang berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang
mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit hilang segera setelah stimuli
dihilangkan. 1
Histopatologi. Pulpitis reversibel dapat berkisar dari hiperemia ke
perubahan inflamasi ringan-sampai-sedang terbatas pada daerah di mana tubuli
dentin terlibat, seperti misalnya karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat dentin
reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah,
ekstravasasi cairan edema, dan adanya sel inflamasi kronis yang secara
imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat
juga sel inflamasi akut. 1
Sebab-sebab. Pulpitis reversibel dapat disebabkan oleh apa saja yang
mampu melukai pulpa. Tegasnya, penyebabnya dapat salah satu yang tertulis
berikut : trauma, misalnya suatu pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu;
syok termal, seperti yang ditimbulkan pada waktu melakukan preparasi kavitas
dengan bur tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi,
atau karena panas yang berlebihan pada waktu memoles tumpatan; dehidrasi
kavitas dengan alcohol atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada
leher gigi yang dentinnya terbuka; penempatan tumpatan amalgam yang baru
berkontak, atau beroklusi dengan suatu restorasi emas; stimulus kimiawi,
misalnya dari bahan makanan manis atau masam atau dari iritasi tumpatan silikat
atau akrilik swa-polimerisasi; atau bakteri, misalnya dari karies. Setelah insersi
suatu restorasi, pasien sering mengeluh tentang sensitivitas ringan terhadap
perubahan temperatur, terutama dingin. Sensitivitas macam itu dapat berlangsung
2 sampai 3 hari atau seminggu atau bahkan lebih lama, tetapi berangsur-angsur
akan hilang. sensitivitas ini adalah gejala pulpitis reversibel.1
Gejala-gejala. Pulpitis reversibel simptomatik ditandai oleh rasa sakit
tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan minuman
dingin daripada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan
tidak berlanjut bila penyebabnya telah ditiadakan. Perbedaannya klinis antara
pulpitis reversibel dan irreversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis
irreversibel adalah lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada pulpitis
reversibel, penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus, seperti
air dingin atau aliran udara, sedangkan pulpitis irreversibel rasa sakit dapat
datang tanpa stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimptomatik dapat
disebabkan karena karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah
karies dihilangkan dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan dan
gigi direstorasi dengan baik. 1
Diagnosis. Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan
berdasarkan tes klinis. Rasa sakitnya tajam, berlangsung beberapa detik, dan
umumnya berhenti bila stimulus dihilangkan. Dingin, manis, atau masam
biasanya menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis. Meskipin
masing-masing paroksisme (serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar,
paroksisme dapat berlanjut berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Pulpa dapat sembuh sama sekali, atau rasa sakit dapat tiap kali dapat berlangsung
lebih lama dan interval keringanan dapat menjadi lebih pendek, sampai akhirnya
pulpa mati. 1
Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin,
aplikasi dingin merupakan suatu cara yang bagus untuk menemukan dan
mendiagnosis gigi yang terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara
normal bereaksi terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan
radiografi jaringan periapikal adalah normal.
Anamnesa :
1. Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin
2. Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus
3. Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan
Pemeriksaan Objektif :
1. Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan
2. Intra oral :
a. Perkusi (-)
b. Karies mengenai dentin/karies profunda
c. Pulpa belum terbuka
d. Sondase (+)
e. Chlor etil (+)
2. Pulpitis irreversibel
Definisi. Pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang
persisten, dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan oleh stimulus
noksius. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang biasanya
disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit timbul secara
spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap
ada setelah stimulus termal dihilangkan. 1
Histopatologi. Gangguan ini mempunyai tingkatan inflamasi kronis dan akut
di dalam pulpa. Pulpitis irreversibel dapat disebabkan oleh suatu stimulus
berbahaya yang berlangsung lama seperti misalnya karies. Bila karies menembus
dentin dapat menyebabkan respon inflamasi kronis. Bila karies tidak diambil,
perubahan inflamasi di dalam pulpa akan meningkat keparahannya jika
kerusakan mendekati pulpa. 1
Sebab-sebab. Sebab paling umum pulpitis irreversibel adalah keterlibatan
bacterial pulpa melalui karies, meskipun factor klinis, kimiawi, termal, atau
mekanis, yang telah disebut sebagai penyebab penyakit pulpa, mungkin juga
menyebabkan pulpitis. Sebagai yang dinyatakan sebelumnya, pulpitis reversibel
dapat memburuk menjadi pulpitis irreversibel. 1
Gejala-gejala. Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, suatu paroksisme rasa
sakit dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : perubahan temperatur, terutama
dingin; bahan makanan manis atau masam; tekanan makanan yang masuk ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan kongesti pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya tetap berlangsung meski penyebabnya dihilangkan, dan dapat dating
dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Pasien dapat melukiskan
rasa sakit sebagai menusuk, tajam-menusuk, atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit dapat sebentar-sebentar atau terus-menerus
tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya
dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal. 1
Diagnosis. Pemeriksaan biasanya menemukan suatu kavitas dalam yang
meluas ke pulpa atau karies di bawah tumpatan. Pulpa mungkin sudah terbuka.
Waktu mencapai jalan masuk ke lubang pembukaan akan terlihat suatu lapisan
keabu-abuan yang menyerupai buih meliputi pulpa terbuka dan dentin sekitarnya.
Probing ke dalam daerah ini tidak menyebakan rasa sakit pada pasien hingga
dicapai daerah pulpa yang lebih dalam. Pada tingkat ini dapt terjadi sakit dan
perdarahan. Bila pulpa tidak terbuka oleh proses karies, dapat terlihat sedikit
nanah jika dicapai jalan masuk ke kamar pulpa. 1
Pemeriksaan radiografik mungkin tidak menunjukkan sesuatu yang nyata
yang belum diketahui secara klinis, mungkin memperlihatkan suatu kavitas
proksimal yang secara visual tidak terlihat, atau mungkin memberi kesan
keterlibatan suatu tanduk pulpa. Suatu radiografi dapat juga menunjukkan
pembukaan pulpa, karies di bawah suatu tumpatan, atau suatu kavitas dalam atau
tumpatan mengancam integritas pulpa. Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, tes
termal dapat mendatangkan rasa sakit yang bertahan setelah penghilangan
stimulus termal. Pada tingkat belakangan, bila pulpa terbuka, dapat bereaksi
secara normal. Hasil pemeriksaan untuk tes mobilitas, perkusi dan palpasi adalah
negatif.
Anamnesa :
1. Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus menjalar kebelakang
telinga
2. Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit
Pemeriksaan Objektif :
1. Ekstra oral : tidak ada kelainan
2. Intra oral :
a. Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan
b. Pulpa terbuka bisa juga tidak
c. Sondase (+)
d. Khlor ethil (+)
e. Perkusi bisa (+) bisa (-)
3. Pulpitis hiperplastik kronis
Definisi. Pulpitis hiperplastik kronis atau polip pulpa adalah suatu inflamasi
pulpa produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan karies luas yang kadang-
kadang tertutup oleh epithelium dan disebabkan karena iritasi tingkat rendah
yang berlangsung lama. 1
Histopatologi. Secara histopatologis, permukaan polip pulpa ditutup
epithelium skuamasi yang bertingkat-tingkat. Polip pulpa gigi sulung lebih
mungkin tertutup oleh epithelium skuamasi yang bertingkat-tingkat/berstrata
daripada polip pulpa gigi permanen. Epithelium semacam itu dapat berasal dari
gingival atau dari sel epithelial mukosa atau lidah yang baru saja mengalami
deskuamasi. Jaringan di dalam kamar pulpa sering berubah menjadi granulasi,
yang menonjol dari pulpa masuk ke dalam lesi karies. Jaringan granulasi adalah
jaringan penghubung vaskuler, muda dan berisi neutrofil PMF, limfosit, dan sel-
sel plasma. Jaringan pulpa mengalami inflamasi kronis. Serabut saraf dapat
ditemukan pada lapisan epithelial. 1
Sebab-sebab. Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif
merupakan penyebabnya. Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan
suatu kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat
rendah yang kronis. Iritasi mekanis yang disebabkan karena pengunyahan dan
infeksi bacterial sering mengadakan stimulus. 1
Gejala-gejala. Pulpitis hiperplastik kronis tidak mempunyai gejala, kecuali
selama mastikasi, bila tekanan bolus makanan menyebabkan rasa tidak
menyenangkan. 1
Diagnosis. Gangguan ini umumnya hanya terlihat pada gigi anak-anak dan
orang muda. Penampilan jaringan polipoid secara klinis adalah khas : suatu
massa pulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging mengisi sebagian besar
kamar pulpa atau kavitas atau bahkan meluas melewati perbatasan gigi. Jaringan
polipoid kurang sensitif daripada jaringan normal daripada jaringan pulpa normal
dan lebih sensitif daripada jaringan gingival. Pemotongan jaringan ini tidak
menyebabkan rasa sakit. Jaringan ini mudah berdarah karena suatu anyaman
pembuluh darah yang subur. Jika jaringan pulpa hiperplastik meluas melewati
kavitas atau gigi, maka akan terlihat seolah-olah jaringan gusi tumbuh di dalam
kavitas. 1
Tidak begitu sukar untuk mendiagnosi pulpitis hiperplastik kronis dengan
hanya pemeriksaan klinis. Jaringan pulpa hiperplastik di dalam kamar pulpa atau
kavitas gigi adalah khas dalam penampilannya. Radiografi umumnya
menunjukkan suatu kavitas besar yang terbuka dengan pembukaan kamar pulpa.
Gigi bereaksi lemah atau sama sekali tidak terhadap tes termal, kecuali jika
digunakan dingin yang ekstriem, seperti etil klorida. Diperlukan lebih banyak
arus daripada gigi normal untuk mendapatkan suatu reaksi dengan menggunakan
tester pulpa listrik.
4. Neksrosis pulpa
Definisi. Nekrosis adalah matinya pulpa. Dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada apakah sebagian atau seluruhnya terlibat. Nekrosis, meskipun
suatu akibat inflamasi, dapat juga terjadi setelah injuri traumatik yang pulpanya
rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. 1
Bakteriologi. Banyak bakteri telah diisolasi dari gigi dengan pulpa nekrotik.
Pada persentase tinggi kasus-kasus ini, saluran akar berisi suatu campuran flora
mikrobial, aerobik dan anaerobik. 1
Histopatologi. Jaringan pulpa nekrotik, debris seluler dan mikroorganisme
mungkin terlihat di dalam kavitas pulpa. Jaringan periapikal mungkin normal,
atau menunjukkan sedikit inflamasi yang dijumpai pada ligament periodontal. 1
Jenis. Nekrosis ada dua jenis umum : koagulan dan likuefasi. Pada nekrosi
koagulan. Pada nekrosis koagulan, bagian jaringan yang dapat larut mengendap
atau diubah menjadi bahan solid.caseation adalah suatu bentuk nekrosis
koagulasi yang jaringan berubah menjadi massa seperti keju terdiri terutama atas
protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim
proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan, atau
debris amorfus. 1
Penyebab. Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh injuri yang membahayakan
pulpa seperti bakteri, trauma dan iritasi kimiawi. 1
Gejala-gejala. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak
menyebabkan gejala rasa sakit. Sering, diskolorisasi gigi adalah indikasi pertama
bahwa pulpa mati. Penampilan mahkota yang buram atau opak hanya disebabkan
karena translusensi normal yang jelek, tetapi kadang-kadang gigi mengalami
perubahan warna keabua-abuan atau kecoklat-coklatan yang nyata dan dapat
kehilangan kecemerlangan dan kilauan yang biasa dipunyai. Adanya pulpa
nekrotik mungkin ditemukan hanya secara kebetulan, karena gigi macam itu
adalah asimptomatik, dan radiograf adalah nondiagnotik. Gigi dengan nekrosis
sebagian dapat bereaksi terhadap perubahan termal, karena adanya serabut saraf
vital yang melalui jaringan inflamasi di dekatnya. 1
Diagnosis. Radiograf umumnya menunjukkan suatu kavitas atau tumpatan
besar, suatu jalan terbuka ke saluran akar, dan suatu penebalan ligament
periodontal. Beberapa gigi tidak mempunyai kavitas ataupu tumpatan, dan
pulpanya mati sebagai akibat trauma. Sedikit pasien mempunyai riwayat rasa
sakit parah yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti oleh
penghentian seluruh rasa sakit yang terjadi. Selama waktu ini, “pulpa sudah
hampir tamat riwayatnya” dan memberi pasien perasaan seolah-olah aman dan
sehat. Pada kasus lain, pasien tidak sadar bahwa pulpa telah mati secara
perlahan-lahan dan diam-diam, tanpa gejala. Gigi dengan pulpa nekrotik tidak
bereaksi terhadap dingin, tes pulpa listrik atau tes kavitas. Namun demikian pada
kasus yang jarang terjadi, timbul suatu reaksi minimal terhadap arus maksimum
tester pulpa listrik bila arus listrik dikondusi melalui uap lembab yang terdapat
dalam saluran akar setelah pencairan nekrose ke jaringan vital tetangganya. Pada
pasien lain, beberapa serabut saraf apical terus bertahan dan bereaksi dengan cara
yang sama. Serabut saraf tahan terhadap perubahan inflamasi. Suatu korelasi tes
dingin dan tes listrik dan suatu riwayat rasa sakit, bersama dengan pemeriksaan
klinis yang cermat, harus menentukan suatu diagnosis yang tepat. 1
5. Gangren pulpa
Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati
sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga
jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian
besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi
antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup. Proses terjadinya gangren
pulpa diawali oleh proses karies. Karies dentis adalah suatu penghancuran
struktur gigi (email, dentin dan sementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-
organisme) dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila
terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah bakteri, karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu.
Perjalanan gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email
(karies superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm.
selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang
disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu
dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan dihilangkan.
Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosa
sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. pada pulpitis
terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan pempuluh
limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan
mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan
terjadinya gangren pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut
tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman. 5
Gejala klinik. Gejala yang didapat dari pulpa yang gangren bisa terjadi
tanpa keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi,
dimana gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan Pada gangrene pulpa
dapat disebut juga gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak
memberikan reaksi pada cavity test (tes dengan panas atau dingin) dan pada
lubang perforasi tercium bau busuk, gigi tersebut baru akan memberikan rasa
sakit apabila penderita minum atau makan benda yang panas yang menyebabkan
pemuaian gas dalam rongga pulpa tersebut yang menekan ujung saraf akar gigi
sebelahnya yang masih vital. 5
Diagnosis dan differential diagnosis. Diagnosis ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan objektif (extraoral dan intraoral). Berdasarkan
pemeriksaan klinis, secara objektif didapatkan :
1. Karies profunda (+)
2. Pemeriksaan sonde (-), dengan menggunakan sonde mulut, lalu ditusukkan
beberapa kali ke dalam karies, hasilnya (-). Pasien tidak merasakan sakit.
3. Pemeriksaan perkusi (-), dengan menggunakan ujung sonde mulut yang bulat,
diketuk-ketuk kedalam gigi yang sakit, hasilnya (-).pasien tidak merasakan
sakit.
4. Pemeriksaan penciuman, dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu
sentuhkan pada gigi yang sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan
tercium bau busuk dari mulut pasien.
5. Pemeriksaan foto rontgen, terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan
terlihat juga rongga pulpa yang telah terbuka dan jaringan periodontium
memperlihatkan penebalan.
2.6 Diagnosis Penyakit Periradikular
1. Abses Alveolar Akut
Sinonim. Abses akut, abses apikal akut, abses dentoalveolar akut, abses
periapikal akut, dan abses radikular akut.
Definisi. Suatu abses alveolar akut adalah suatu kumpulan nanah yang
terbatas pada tulang alveolar pada apeks akar gigi setelah kematian pulpa,
dengan perluasan infeksi ke dalam jaringan periradikular melalui foramen
apikal. Diikuti oleh suatu reaksi parah setempat, dan kadang-kadang, umum.
Abses akut adalah suatu kelanjutan proses penyakit yang mulai di pulpa dan
berkembang ke jaringan periradikular, yang pada gilirannya bereaksi hebat
terhadap infeksi.
Sebab. Meskipun suatu abses akut adalah mungkin adalah mungkin
suatu akibat trauma atau iritasi kimiawi atau mekanis, penyebab dekat
umumnya adalah invasi bacterial jaringan pulpa mati. Kadang-kadang tidak
dijumpai suatu kavitas ataupun suatu restorasi pada gigi, tetapi pasien pernah
mengalami trauma. Karena jaringan pulpa tertutup rapat, tidak mungkin ada
drainase dan infeksi terus meluas ke arah perlawanan yang sedikit, yaitu
melalui foramen apikal, dan dengan demikian melibatkan ligament periodontal
dan tulang periradikular.
Gejala-gejala. Gejala pertama mungkin adalah suatu sensitivitas pada
gigi yang dapat berkurang dengan tekanan ringan terus-menerus pada gigi yang
ekstrusi untuk menekannya kembali ke dalam alveolus. Selanjutnya pasien
menderita rasa sakit berdenyut yang parah, dengan disertai pembengkakan
jaringan lunak yang melapisinya. Jika infeksi berkembang, pembengkakan
menjadi lebih nyata dan meluas melebihi tempat semula. Gigi terasa lebih sakit,
memanjang, dam goyah.
Diagnosis. Diagnosis biasanya dibuat cepat dan tepat dari pemeriksaan
klinis dan dari riwayat subjektif yang diberikan oleh pasien. Pada tingkat awal,
sukar untuk menentukan giginya karena tidak adanya tanda-tanda klinis dan
adanya rasa sakit yang difus dan menjengkelkan. Suatu diagnosis dapat
ditegaskan dengan bantuan tes pulpa listrik dan tes termal. Gigi yang terlibat
adalah nekrotik dan tidak bereaksi terhadap arus listrik atau aplikasi dingin.
Gigi sensitif terhadap perkusi, atau pasien menyatakan bahwa gigi terasa sakit
bila digunakan untuk mengunyah, mukosa apikal terasa sensitif terhadap
palpasi, dan gigi mungkin goyah dan ekstrusi.
2. Periodontitis Apikal Akut
Definisi. Periodontitis apikal akut adalah suatu inflamasi periodonsium
dengan rasa sakit sebagai akibat trauma, iritasi, atau infeksi melalui saluran
akar, tabpa memperhatikan apakah pulpa vital atau nonvital.
Sebab. Periodontitis apikal akut dapat terjadi pada gigi vital yang telah
mengalami trauma oklusal yang disebabkan oleh kontak oklusal yang abnormal,
oleh restorasi yang belum lama dibuat yang meluas melebihi bidang oklusal,
karena penggunaan tusuk gigi di antara gigi-giginya sebagai baji (wedge),
makanan, atau sepotong isolator karet yang ditinggalkan oleh dokter gigi, atau
karena pukulan pada gigi.
Periodontitis apikal akut juga dapat dihubungkan dengan gigi nonvital.
Dapat juga disebabkan oleh sekuel penyakit pulpa, yaitu difusi bakteri dan
produk noksius dari pulpa yang meradang atau nekrotik, atau sebabnya
mungkin iatrogenik, seperti instrumentasi saluran akar yang mendorong bakteri
dan debris dengan kurang hati-hati melalui foramen apikal, mendorong obat-
obatan yang merangsang seperti formocresol melalui foramen apikal yang
mengenai jaringan periapikal, perforasi akar, atau instrumentasi yang
berlebihan pada waktu pembersihan dan pembentukan saluran akar.
Gejala-gejala. Gejala periodontitis apikal akut adalah rasa sakit dan
gigi sangat sensitif. Dapat juga gigi merasa agak sakit, kadang-kadang hanya
bila diperkusi pada arah tertentu, atau rasa sakitnya dapat sangat. Gigi dapat
modod sehingga bila ditutup menimbulkan rasa sakit.
Diagnosis. Diagnosis sering dibuat dari riwayat yang diketahui dari gigi
yang dirawat. Gejala-gejalanya adalah hasil rangsangan yang berasal dari
perawatan endodontik, yang disebabkan oleh instrumentasi yang berlebihan,
rangsangan obat-obatan, atau pengisian yang berlebihan yang dalam kasus ini
giginya tanpa pulpa, atau hasil stimuli noksius yang merangsang ligament
periodontal, yang dalam kasus ini giginya vital. Gigi sensitif terhadap perkusi
atau tekanan ringan, sedangkan mukosa yang melapisi apeks akar mungkin
sensitif atau mungkin tidak sensitif terhadap palpasi. Pemeriksaan radiografik
dapat menunjukkan ligament periodontal yang menebal atau suatu daerah kecil
rarefaksi bila melibatkan gigi tanpa pulpa, dan dapat menunjukkan struktur
periradikular normal bila terdapat suatu pulpa vital di dalam mulut.
3. Eksaserbasi Akut (Lesi Kronis)
Sinonim. Abses phoenix.
Definisi. Kondisi ini adalah suatu reaksi inflamatori akut yang melapisi
suatu lesi kronis yang ada, seperti kista atau granuloma.
Sebab. Daerah periradikular mungkin bereaksi terhadap stimulus
noksius dari suatu pulpa yang sakit, yang menderita penyakit periradikular
kronis. Sementara penyakit periradikular kronis, seperti granuloma dan kista,
dalam keadaan keseimbangan, reaksi apikal ini sama sekali dapat asimptomatik.
Kadang-kadang akrena kemasukan produk nekrotik dari pulpa yang sakit, atau
karena bakteri dan toksinnya, lesi yang kelihatan tidak aktifini dapat bereaksi
dan dapat menyebabkan respon inflamatori akut. Penurunan daya tahan tubuh
pada keberadaan bakteri dan pelepasan bakteri dalam saluran akar atau iritasi
mekanis selama preparasi saluran akar juga dapat memicu respon inflamatori
akut.
Gejala-gejala. Pada mulanya, gigi sensitif terhadap palpasi. Bila
inflamasi berkembang, gigi dapat terangkat dalam soketnya dan dapat menjadi
sensitif. Mukosa yang melapisi daerah radikular dapat sensitif terhadap palpasi
dan terlihat merah dan membengkak.
Diagnosis. Eksaserbasi lesi kronis biasa dihubungkan dengan
permulaan terpai saluran akar pada gigi yang sama sekali asimptomatik. Pada
gigi semacam itu, radiograf menunjukkan lesi periradikular yang jelas. Pasien
mungkin mempunyai suatu riwayat kecelakaan traumatik yang mengubah gigi
menjadi gelap setelah beberapa lama atau rasa sakit pasca-bedah pada gigi yang
telah reda sampai peristiwa rasa sakit yang sekarang. Tidak adanya reaksi
terhadap tes vitalitas menunjukkan pada suatu diagnosis pulpa nekrotik,
meskipun pada peristiwa yang jarang terjadi, sebuah gigi dapat bereaksi
terhadap tes pulpa listrik karena adanya cairan di dalam saluran akar; atau pada
gigi yang berakar banyak.
4. Abses Alveolar Kronis
Sinonim. Periodontitis apical supuratif kronis.
Definisi. Suatu abses alveolar kronis adalah suatu infeksi tulang
alveolar periradikular yang berjalan lama dan bertingkat rendah. Sumber infeksi
terdapat dalam saluran akar.
Sebab. Abses alveolar kronis adalah suatu sekuel alami matinya pulpa
dengan perluasan proses infektif sebelah periapikal, atau dapat juga disebabkan
oleh abses akut yang sebelumnya sudah ada.
Gejala-gejala. Gigi dengan abses alveolar kronis umumnya adalah
asimptomatik; kadang-kadang abses semacam itu hanya dapat dideteksi pada
waktu pemeriksaan radiografik rutin atau karena adanya fistula.
Diagnosis. Suatu abses kronis mungkin tidak memberikan rasa sakit
atau hanya rasa sakit ringan. Kadang-kadang tanda pertama kerusakan oseus
nyata terlihat secara radiografik pada waktu pemeriksaan rutin atau terdapat
perubahan warna pada mahkota gigi. Radiografi sering menunjukkan suatu
daerah difus rarefaksi tulang, tetapi lesi yang terlihat pada radiograf adalah
nondiagnostik. Ligament periodontal menebal. Gigi tidak bereaksi terhadap tes
pulpa listrik atau tes termal.
5. Granuloma
Definisi. Suatu granuloma gigi adalah suatu pertumbuhan jaringan
granulomatus yang bersambung dengan ligament periodontal disebabkan oleh
matinya pulpa dan difusi bakteri dan toksin bakteri dari saluran akar ke dalam
jaringan periradikular di sekitarnya melalui foramin apikal dan lateral.
Suatu granuloma dapat dianggap sebagai reaksi defensif kronis tingkat
rendah terhadap iritasi dari saluran akar. Suatu kondisi bagi perkembangan
suatu granuloma adalah iritasi ringan yang terus-menerus. Sebagai abses kronis,
granuloma adalah sekuel lanjutan infeksi dari suatu pulpa nekrotik; jaringan
granulasi dapat bervariasi dalam diameter dari pecahan millimeter sampai
sentimeter atau bahkan lebih besar.
Sebab. Sebab perkembangan suatu granuloma adalah matinya pulpa,
diikuti oleh suatu infeksi ringan atau iritasi jaringan periapikal yang
merangsang suatu reaksi seluler produktif. Suatu granuloma hanya berkembang
beberapa saat setelah pulpa mati.
Gejala-gejala. Suatu granuloma tidak menghasilkan reaksi subjektif,
kecuali pada kasus langka bila runtuh dan mengalami supurasi. Biasanya
granuloma adalah asimptomatik.
Diagnosis. Adanya granuloma, yang tanpa gejala, biasanya ditemukan
pada pemeriksaan radiografik rutin. Daerah rarefaksi nampak nyata, dengan
tidak adanya kontinuitas lamina dura. Diagnosis tepat hanya dapat dibuat
dengan pemeriksaan mikroskop. Gigi yang terlibat biasanya tidak peka terhadap
perkusi, dan tidak goyah. Mukosa di atas apeks akar mungkin peka atau
mungkin tidak peka terhadap palpasi. Dapat dijumpai suatu fistula. Gigi tidak
bereaksi terhadap tes termal atau tes pulpa listrik. Pasien memberikan suatu
penyakit pulpagia yang telah reda.
6. Kista Radikuler
Definisi. Suatu kista adalah suatu kavitas tertutup atau kantung yang
bagian dalam dilapisi oleh epithelium, dan pusatnya terisi cairan atau bahan
semisolid. Kista rahang dibagi dalam odontogenik, nonodontogenik, dan
nonepitelial. Kista nonodontogenik timbul dari epithelium odontogenik dan
diklasifikasikan sebagai folikuler, timbul dari organ email atau folikel; dab
radikuler, timbul dari sisa sel Malassez. Kista nonodontogenik diklasifikasikan
sebagai fisural, timbul dari bekas epithelial terjebak dalam peleburan prosesus
fasial, atau nasopalatin. Kista semu atau kista nonepitelial adalah kavitas
bertulang yang tidak dilapisi epithelium dan karenanya bukan kista sebenarnya.
Suatu kista radikuler atau alveolar adalah suatu kantung epithelial yang
pertumbuhannya lambat pada apeks gigi yang melapisi suatu kavitas patologik
pada tulang alveolar.
Sebab. Suatu kista radikular mensyaratkan injuri fisis, kimiawi, atau
bacterial yang menyebabkan matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epithelial
Malassez, yang biasanya dijumpai pada ligament periodontal.
Gejala-gejala. Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan
perkembangan suatu kista, kecuali yang kebetulan diikuti nekrosis pulpa. Suatu
kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata menjadi pembengkakan.
Tekanan kista cukup menggerakkan gigi yang bersangkutan, yang
disebabkan oleh timbulnya cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks
gigi yang bersangkutan menjadi renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa
keluar jajaran. Gigi dapat juga menjadi goyah. Bila dibiarkan tidak terawatt,
suatu kista dapat terus tumbuh dan merugikan rahang atas atau rahang bawah.
Diagnosis. Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi terhadap
stimuli listrik atau termal, dan hasil tes klinis lainnya adalah negatif, kecuali
radiograf. Pasien mungkin melaporkan suatu riwayat rasa sakit sebelumnya.
Biasanya pada pemeriksaan radiografik, terlihat tidak adanya kontinuitas
lamina dura, dengan suatu daerah rarefaksi. Daerah radiolusen biasanya bulat
dalam garis bentuknya, kecuali bila mendekati gigi sebelahnya, yang dalam
kasus ini dapat mendatar atau mempunyai bentuk oval. Daerah radiolusen lebih
besar daripada suatu granuloma dan dapat meliputi lebih dari satu gigi. Baik
ukuran maupun bentuk daerah rarefaksi bukan indikasi definitif suatu kista.
7. Osteoitis Memadat
Definisi. Osteoitis memadat (osteoitis yang mengalami kondensasi)
adalah reaksi terhadap suatu inflamasi kronis-tingkat rendah daerah
periradikuler yang disebabkan oleh suatu rangsangan ringan melalui saluran
akar.
Histopatologi. Secara makroskopis, osteoitis memadat terlihat sebagai
suatu daerah tulang padat dengan tepi trabekular yang dilapisi oleh osteoblas.
Sel-sel inflamantori kronis, sel-sel plasma, dan limfosit terlihat pada sumsum
tulang yang sedikit.
Sebab. Osteoitis memadat adalah suatu rangsangan ringan dari penyakit
pulpa yang menstimulasi aktivitas osteoblastik pada tulang alveolar.
Gejala-gejala. Gangguan ini biasanya tanpa gejala dan ditemukan pada
waktu pemeriksaan radiografik rutin.
Diagnosis. Diagnosis dibuat dari radiografi. Osteoitis memadat terlihat
pada radiograf sebagai suatu radiopak terlokalisasi yang mengelilingi gigi yang
terpengaruh. Ini adalah suatu daerah tulang padat dengan pola trabekuler yang
berkurang. Gigi posterior rahang bawah yang paling sering terlibat. Hasil tes
vitalitas dalam kisaran normal.
Tabel 1. Terminologi diagnostik6
2.6 RENCANA PERAWATAN
Rencana perawatan yang baik dibuat oleh dokter gigi yang baik. Hal utama
pada rencana perawatan yang baik adalah tekad yang kokoh untuk kebaikan anak
seluruhnya, tidak hanya gigi-giginya, dan untuk mempengaruhi sikap anak terhadap
kedokteran gigi, selain melakukan perawatan yang diperlukan. Perawatan yang
berhasil dalam menyelesaikan perawatan operatif tetapi gagal menyelesaikan sikap
positif hanya bermanfaat bagi anak dalam jangka pendek; jika terbentuk sikap
negatif, dapat terjadi hal-hal yang lebih buruk. Intisari kedokteran gigi yang baik bagi
anak adalah merencanakan dan menjalankan perawatan sedemikian rupa sehingga
bermanfaat bagi anak dalam arti yang luas dalam jangka panjang maupun pendek. 2
Untuk mencapai tujuan ini, perlu mengetahui lebih jauh mengenai anak
daripada hanya keadaan gigi geliginya. Banyak keterangan yang dapat diperoleh dari
riwayat social, dental, medis dari pasien serta pengaruhnya terhadap rencana
perawatan. Setiap anak berbeda, dan setiap rencana perawatan yang tepat untuk tiap
individu hanya dapat dilakukan berdasarkanlatar belakang yang berhubungan.
Dengan keterangan mengenai latar belakang ini, gangguan yang mungkin timbul
dapat diantisipasi dan perawatan dapat dierncanakan sedemikian rupa untuk
mengatasi atau menghindarinya. 2
Garis besar rencana perawatan dipaparkan di bawah. Rencana akhir harus
dicatat dalam bentuk buku, tetapi bukan berarti tidak fleksibel; ini semua harus tetap
dapat dimodifikasi, jika perlu, selama dilakukannya perawatan. 2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Identitas pasien yang dilakukan pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Nama/ panggilan : Diana Holidah / Holidah
2. TTL / Umur : 16 januari 2008/ 7 tahun
3. Pekerjaan : pelajar
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Alamat/telefon : Jalan Woltermanginsidi no. 86/ 0331 3615 182
6. Status : Belum Kawin
7. Nama orang tua/ wali : Eni Ilmiatin
8. Kebangsaan/Suku bangsa : Indonesia/ jawa
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut:
No.
Gig
i
Ked
alam
an
Kar
ies
Tes
Pan
as
Tes
Din
gin
Vit
alit
este
r
Tes
Kav
itas
Tes
Jar
um
Mil
ler
Per
kusi
Tek
anan
Fra
ktur
Mah
kota
1 52 KS + + 0 0 0 + + 0
2 51 KS + + 0 0 0 + + 0
3 61 KS + + 0 0 0 + + 0
4 62 KS + + 0 0 0 + + 0
5 85 KM + + 0 0 0 + + 0
6 84 KM + + 0 0 0 + + 0
7 83 KS + + 0 0 0 + + 0
8 73 KS + + 0 0 0 + + 0
9 74 SA - - 0 0 0 - - 0
10 75 KS + + 0 0 0 + + 0
Dari hasil pemeriksaan radiografi didapatkan interpretasi sebagai berikut :
1. Resopsi akar distal mencapai 2/3 akar
2. Benih gigi belum menembus tulang alveolar
Dari hasil pemeriksaan, didapatkan diagnosis sebagai berikut :
- Pulpitis Reversible : 51, 52, 61, 62, 73, 83
- Nekrosis Pulpa Parsialis : 84, 85, 75
- Nekrosis Pulpa Totalis : 74
Dari hasil pemeriksaan, didapatkan rencana perawatan sebagai berikut :
1. Dental Healt Education (DHE)
2. Topikal Aplikasi Flour pada gigi rahang atas dan rahang bawah
3. Fisure sealant pada gigi 26, 36, 46
4. Tumpatan GI kelas V pada gigi yang Pulpitis Reversible
5. Ekstraksi pada gigi 74, 84, 85
Dari hasil pemeriksaan, didapatkan prognosis secara umum adalah baik.
3.2 Pembahasan
Diagnosis adalah pengenalan dari masalah yang dihadapi pasien dan
perawatan adalah solusinya. Secara umum dalam profesi kesehatan tanpa
diagnosa tidak akan ada perawatan. Dalam kedokteran gigi anak sebagaimana
bidang lain adalah penting dalam diagnosis untuk mengetahui gambaran yang
jelas tentang kondisi yang normal sebelum keadaan yang normal tersebut
mengalami perubahan.
Terdapat bukti ilmiah yang kuat yang menyatakan bahwa dalam rangka
mencegah karies, terdapat beberapa faktor yang harus diubah, yaitu diet,
kebersihan mulut, fluor dan fisur silent. Lingkungan rongga mulut berada dalam
keadaan berubah-ubah. Hal tersebut disebabkan oleh biofilm yang merupakan
komunitas biofilm yang berubah-ubah secara konstan, namun ini dapat
dimanipulasi sehingga menjadi lingkungan mulut yang sehat dengan cara
mengembalikan keseimbangan dalam rongga mulut.
Mengembalikan keseimbangan merupakan proses salami yang terjadi
dalam lingkungan mulut yang sehat. Proses ini tergantung pada identifikasi
pertama dari proses penyakit. Saat seorang anak teridentifikasi dengan risiko
tinggi karies, lingkungan mulut dan pencegahan karies harus segera dilakukan
pengembalian keseimbangan. Anak-anak tersebut harus diberi perawatan dengan
menggunakan bahan yang dapat mengembalikan keseimbangan rongga mulut.
Hubungan antara diet dengan karies telah banyak diteliti. Namun diet itu
sendiri tidak menyebabkan karies. Makanan-makanan yang mengandung zat
asam dapat menyebabkan demineralisasi dan erosi. Makanan yang berpotensi
sebagai penyebab karies adalah makanan yang mengandung karbohidrat yang
dapat difermentasikan. Bakteri plak mulut menggunakan karbohidrat yang dapat
difermentasikan dalam metabolisme glikositik untuk menghasilkan asam Bahan
yang dapat
Larutan super saturasi kalsium dan fosfat dalam saliva merupakan
mekanisme pertama dalam memperlambat demineralisasi, sementara
penambahan fluor meningkatkan presipitasi mineral dalam lesi subpermukaan.
Penggunaan sehari-harifluor dosis rendah diperlukan, hal ini dapat dicapai
dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor dan obat kumur sodium
fluorida yang dijual bebas. Penggunaan fluor varnish telah terbukti bermanfaat
dalam menghambat demineralisasi gigi, namun kurang terbukti pada proses
remineralisasi. Penelitian lain menyebutkan bahwa remineralisasi berhasil bila
varnish fluorida atau bahan lain yang melepaskan fluor dalam jumlah besar
ditempatkan di atas lesi email awal. Pada pasien juga direncanakan untuk
dilakukan pemberian flour secara topikal. Hal tersebut didasarkan oleh indikasi
dan kontra indikasi topikal aplikasi flour yaitu:
a. Indikasi
1. pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai
tinggi.
2. gigi dengan permukaan akar yang terbuka.
3. gigi yang sensitif .
4. anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan
gigi (contoh:Down syndrome).
5. pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik
b. Kontraindikasi
1. pasien anak dengan resiko karies rendah
2. pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor
3. ada kavitas besar yang terbuka
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa larutan remineralisasi dapat
efektif dalam membantu proses remineralisasi. Semen glass ionomer termasuk yang
berguna dalam memperbaiki gigi karena bersifat self-adhesive, terikat pada struktur
gigi, melepaskan fluor, dan bertindak sebagai ”pompa fluorida” yang dapat diisi
ulang untuk menimbulkan remineralisasi. Protektan permukaan glass ionomer terikat
pada email dan melepaskan fluorida pada permukaan gigi untuk meningkatkan
remineralisasi. Selain itu, glass ionomer juga membantu proses remineralisasi internal
jika ditempatkan langsung di atas dentin. Lebih dari 80% kasus restorasi dalam
kedokteran gigi yang melibatkan karies primer berkaitan dengan permukaan oklusal,
sehingga permukaan oklusal berada pada risiko yang lebih besar. Permukaan luar dari
molar yang baru erupsi mengandung kristal apatit karbonasi imatur. Krital-kristal
tersebut lebih larut terhadap asam dibandingkan email yang telah matur setelah
erupsi. Permukaan email imatur seringkali lebih rentan karena kebersihan mulut yang
buruk dan asam.
Pelindung permukaan, seperti silent, dapat mengurangi karies pada gigi
imatur. Saat 2 tahun fase eruptif, gigi tidak dapat diisolasi dengan tepat untuk
menempatkan silen resin, oleh karena itu dipilih bahan lain yang lebih adesif, yaitu
glass ionomer. Jika gigi telah erupsi lengkap dan isolasi yang memadai dapat dicapai,
maka silen berbahan resin dapat ditempatkan. Fisure sealant yang dilakukan pada gigi
26, 36, 46 didasarkan oleh indikasi sebagai berikut:
1. Gigi posterior sulung dan permanen yang mempunyai pit dan fisura dalam dan
sempit.
2. Pada pemeriksaan klinis atau radiografi tidak terdapat karies interpoximal yang
perlu direstorasi.
3. Pasien yang memiliki karies tinggi pada gigi sulung dengan diperkiraan gigi
permanent akan karies.
4. Gigi dimana antagonisnya terdapat karies yang mempunyai bentuk morfologi
hampir sama.
5. Gigi posterior dimana terdapat karies oklusal pada gigi sebelahnya
Konsep intervensi minimal dalam kedokteran gigi menempatkan restorasi
sebagai usaha terakhir. Restorasi diperlukan jika permukaan gigi menjadi berlubang
dan bahan restorasi yang dipilih yang dapat menggantikan dalam hal estetik dan
fungsi. Bahan tersebut antara lain adalah semen glass ionomer. Semen terbut
berfungsi dengan baik sebagai bahan tambal untuk gigi sulung maupun permanen.
Sejarah Kedokteran Gigi menunjukkan komitmen pembelanjaran jangka panjang.
Melalui peningkatan ketepatan diagnosis, seorang dokter gigi dapat belajar
bagaimana menggunakan cara pencegahan yang merupakan dasar praktik klinik
moderen. Beberapa penelitian terkini mendukung banyak intervensi diagnostik dan
pencegahan sesuai dengan tuntutan kedokteran gigi moderen.
Sesuai dengan paradigma baru kedokteran gigi, gigi sulung dan permanen
direstorasi dengan protokol restoratif invasif minimal dan bahan-bahan biomimetik.
Meminimalkan jumlah struktur gigi yang dibuang saat preparasi kavitas dapat
mempertahankan struktur alami gigi.
Dalam perawatan gigi anak juga dapat dilakukan pencabutan gigi. Sebelum
melakukan pencabutan gigi sulung kita harus mengetahui dulu umur si anak untuk
mengetahui gigi tersebut tanggal atau diganti dengan tetap. Berikut adalah beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum melakukan pencabutan pada gigi
anak:
a. Indikasi:
1. Mobility
2. Dapat mengiritasi – menyebabkan ulserasi pada lidah
3. Mengganggu untuk menyusui
4. Gigi dengan karies yang parah
5. Infeksi periapikal – intraradikuler yang tidak dapat di sembuhkan kecuali
pencabutan
6. Gigi yang sudah waktunya tanggal
7. Gigi sulung yang persistensi
8. Gigi sulung yang impacted , menghalangi erupsi gigi tetap
9. Gigi dengan ulkus decubitus
10. Supernumerary teeth
b. kontraindikasi :
1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya : - acute
infection stomatitis
2. Blood diserasia atau kelainan pada darah. Di mana bisa mengakibatkan
terjadinya perdarahan, dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan
setelah konsultasi dengan dokter ahli tentang penyakit darah.
Persiapan sebelum pencabutan pada pasien anak:
1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari orang
tua (Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak.
2. Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak
masih aktif) dan dijadwalkan, sehingga anak tidak menunggu terlalu lama karena
anak cenderung menjadi lelah menyebabkan anak tidak koperatif. Anak
bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ± 2 jam
sebelum pencabutan.
3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan tingkah
laku anak yang dapat dilakukan, misalnya TSD modelling.
4. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja. Letakkan
pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan digunakan.
Jangan mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat menyebabkan rasa takut dan
cemas.
5. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan
jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi.
6. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh
darah, juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
DAFTAR PUSTAKA
Grossman IL, Oliet S, Rio CED. Ilmu endodontik dalam praktik. Ed.11. Jakarta :
EGC, 1995 : hal 1-19, 71-109.
Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Ed.2. Jakarta : Widya Medika, 1992 : hal
3-14.
Anonim. Karies gigi. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/kariesgigi. Diakses
pada tanggal 8 juli 2010.
Julianti R, Dharma MS, Erdaliza, Anggia D, Fahmi F, dkk. Gigi dan mulut.
Pekanbaru : FK UNRI, 2008. Available at (http://yayanakhyar.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 8 Juli 2010.)
Kartini A. Gangren pulpa. Available at http://aniekart.blogspot.com/2009/07/bp-gigi-
rsu-dr-slamet.html. Diakses pada tanggal 8 Juli 2010.
Walton RE, Torabinejad M. Principles and practice of endodontic. Philadelphia :
W.B. Saunders Company, 2002 : p.65.