Transcript
Page 1: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

PENYELENGGARAAN IMUNISASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang : a. bahwa kesehatan bayi, anak balita, anak dan wanita

usia subur merupakan salah satu indikator utama

tingkat kesejahteraan suatu bangsa dan daerah yang

berkontribusi melalui keluarga sejahtera dengan

memberikan perhatian pada investasi sumber daya

manusia sejak dini;

b. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan mempertahankan status kesehatan

seluruh rakyat diperlukan tindakan imunisasi sebagai

tindakan preventif sesuai dengan peraturan

perundang-undangan;

c. bahwa penyelenggaraan imunisasi adalah bagian dari

bidang kesehatan yang merupakan urusan wajib yang

menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi yang

perlu diatur sehingga tertib, efektif dan tepat sasaran;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang

Penyelenggaraan Imunisasi;

Page 2: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 2 -

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang

Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun

1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra

Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 1646);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3143);

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah

Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3273);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5063);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Page 3: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 3 -

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang

Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013

tentang Penyelenggaraan Imunisasi;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI SUMATERA BARAT

dan

GUBERNUR SUMATERA BARAT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN

IMUNISASI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.

3. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.

5. Kementerian adalah kementerian yang membidangi bidang

kesehatan.

6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

7. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat.

8. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga

Page 4: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 4 -

bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit

atau hanya mengalami sakit ringan.

9. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa

mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup tapi

dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin

mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein

rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila

diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik

secara aktif terhadap penyakit tertentu.

10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan

imunisasi.

11. Imunisasi wajib adalah imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah

untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka

melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari

penyakit menular tertentu.

12. Imunisasi pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada

seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi

yang bersangkutan dari penyakit tertentu.

13. Auto Disable Syringe yang selanjutnya disingkat ADS adalah alat

suntik sekali pakai untuk pelaksanaan pelayanan imunisasi.

14. Safety Box adalah sebuah tempat yang berfungsi untuk menampung

sementara limbah bekas ADS yang telah digunakan dan harus

memenuhi persyaratan khusus.

15. Cold Chain adalah serangkaian peralatan yang dimaksudkan untuk

memelihara dan menjamin mutu vaksin dalam pendistribusian

mulai dari pabrik pembuat vaksin sampai pada sasaran yang

dilengkapi dengan sistem pengelolaan vaksin yang baik.

16. Perangkat anafilaktik adalah alat kesehatan dan obat untuk

penanganan syok anafilaktik.

17. Dokumen pencatatan status imunisasi adalah formulir pencatatan

dan pelaporan yang berisikan cakupan imunisasi, laporan KIPI, dan

logistik imunisasi.

18. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI

adalah kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik

berupa efek vaksin ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi

Page 5: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 5 -

sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program,

koinsidens, reaksi suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat

ditentukan.

19. Komite Daerah Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi yang selanjutnya disebut Komda PP KIPI adalah

komite independen yang melakukan pengkajian untuk

penanggulangan kasus KIPI di tingkat daerah provinsi.

20. Kelompok Kerja Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan

Pasca Imunisasi yang selanjutnya disebut Pokja PP KIPI adalah

komite independen yang melakukan pengkajian untuk

penanggulangan kasus KIPI di tingkat daerah kabupaten/kota.

21. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerjanya.

22. Bayi baru lahir atau disebut neonatal adalah anak usia 0 (nol)

sampai 28 (dua puluh delapan) hari.

23. Bayi adalah anak usia 0 (nol) sampai dengan 11 (sebelas) bulan 29

(dua puluh sembilan) hari atau sebelum ulang tahun pertama.

24. Batita adalah anak usia 12 (dua belas) bulan sampai dengan 36 (tiga

puluh enam) bulan.

25. Balita adalah anak usia 12 (dua belas) bulan sampai

dengan 59 (lima puluh sembilan) bulan.

26. Dewasa adalah orang yang berusia di atas 18 tahun.

27. Ibu adalah wanita usia subur yang masih dapat hamil, sedang

hamil, bersalin, nifas dan menyusui.

28. Wanita usia subur yang selanjutnya disingkat WUS adalah wanita

usia 15-39 tahun.

29. Masyarakat adalah perseorangan, suami, keluarga, kelompok,

organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.

30. Bulan Imunisasi Anak Sekolah yang selanjutnya disingkat BIAS

merupakan imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah.

31. Bacillus Calmette Guerin yang selanjutnya disingkat BCG

merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit tuberkulosis.

32. Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B

yang selanjutnya disingkat DPT-HB-Hib adalah imunisasi untuk

Page 6: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 6 -

mencegah penyakit difteri, pertusis, hepatitis B, pneumonia dan

meningitis.

33. Hepatitis B pada bayi baru lahir merupakan imunisasi yang

diberikan pada bayi baru lahir sampai dengan usia 7 hari untuk

mencegah penyakit hepatitis B.

34. Polio merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah

penyakit polio.

35. Campak merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah

penyakit campak.

36. Diphtheria Tetanus yang selanjutnya disingkat DT merupakan

imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar

untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus.

37. Tetanus Diphtheria yang selanjutnya disingkat TD merupakan

imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar

untuk mencegah penyakit difteri dan tetanus.

38. Tetanus Toxoid yang selanjutnya disingkat TT merupakan imunisasi

lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur untuk mencegah

penyakit tetanus pada ibu dan bayi baru lahir.

39. Haemophillus influenza tipe b yang selanjutnya disingkat Hib

merupakan imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit

pneumonia dan meningitis.

40. Measles Mumps Rubellayang selanjutnya disingkat MMR merupakan

imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit campak,

gondongan dan rubela.

41. Human Papilloma Virusyang selanjutnya disingkat HPV merupakan

imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit kanker serviks.

42. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki kemampuan dan/atau ketrampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

43. Asisten tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan

diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau

ketrampilan melalui pendidikan bidang kesehatan dibawah jenjang

Diploma Tiga.

Page 7: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 7 -

Pasal 2

Peraturan Daerah ini bertujuan :

a. menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat

Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di Daerah;

b. tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan

imunisasi dasar lengkap pada bayi minimal 80% secara merata di

seluruh jorong/kelurahan di Daerah;

c. tercapainya imunisasi lanjutan lengkap pada Batita dan anak

sekolah.

d. tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di

bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun);

e. tercapainya eradikasi polio di Daerah; dan

f. tercapainya eliminasi campak dan pengendalian penyakit rubela/

Congenital Rubella Syndrome di Daerah.

Pasal 3

Ruang lingkup pengaturan Peraturan Daerah ini, meliputi:

a. jenis Imunisasi;

b. penyelenggaraan Imunisasi wajib;

c. pencatatan dan pelaporan;

d. pemantauan dan penanggulangan KIPI;

e. peran serta masyarakat dan kemitraan;

f. pembinaan dan pengawasan; dan

g. pembiayaan.

BAB II

JENIS IMUNISASI

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

(1) Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, Imunisasi dikelompokkan

menjadi Imunisasi wajib dan Imunisasi pilihan.

(2) Imunisasi wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

Imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai

dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan

dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.

Page 8: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 8 -

(3) Imunisasi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

Imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan

kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari

penyakit menular tertentu.

(4) Vaksin untuk imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Bagian Kedua

Imunisasi Wajib

Paragraf 1

Umum

Pasal 5

(1) Imunisasi wajib terdiri atas:

a. Imunisasi rutin;

b. Imunisasi tambahan; dan

c. Imunisasi khusus.

(2) Sasaran pelaksanaan Imunisasi program sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi :

a. Bayi;

b. Batita;

c. anak sekolah dasar kelas 1, 2 dan 3; dan

d. WUS.

(3) Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal sebagaimana yang

ditetapkan dalam pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

Paragraf 2

Imunisasi Rutin

Pasal 6

(1) Imunisasi rutin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf

a dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal.

(2) Imunisasi rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Imunisasi dasar; dan

b. Imunisasi lanjutan.

Page 9: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 9 -

Pasal 7

(1) Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)

huruf a diberikan pada Bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun.

(2) Jenis Imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. Bacilus Calmite Guerin (BCG);

b. Diphteri Pertusi tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Dipteri pertusis

Tetatanus-Hepatitis B-Hemophilis Influensa type B (DPT-HB-Hib);

c. Hepatitis B pada bayi;

d. Polio;

e. Tetanus; dan

f. Campak.

Pasal 8

(1) Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)

huruf b merupakan Imunisasi ulangan untuk mempertahankan

tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan.

(2) Imunisasi lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

pada:

a. Batita

b. anak usia sekolah dasar; dan

c. WUS.

(3) Jenis Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Batita sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri atas Diphteria Pertusis

Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Difteria Pertusis Tetanus-Hepatitis

B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan campak.

(4) Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diberikan pada bulan

imunisasi anak sekolah (BIAS).

(5) Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Diphteria Tetanus

(DT), campak dan Tetatus Diphteria (TD).

(6) Jenis Imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa Tetanus Toxoid

(TT).

Page 10: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 10 -

Paragraf 3

Imunisasi Tambahan

Pasal 9

(1) Imunisasi tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

huruf b, diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling

berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode

waktu tertentu.

(2) Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) tidak menghapuskan kewajiban pemberian Imunisasi rutin.

Paragraf 4

Imunisasi Khusus

Pasal 10

(1) Imunisasi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

huruf c, dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat

terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.

(2) Jenis Imunisasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara

lain terdiri atas :

a. Imunisasi Meningitis Meningokokus;

b. Imunisasi demam kuning; dan

c. Imunisasi Anti Rabies (VAR).

Bagian Ketiga

Imunisasi Pilihan

Pasal 11

(1) Imunisasi pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap :

a. pneumonia yang disebabkan oleh pneumokokus;

b. diare yang disebabkan oleh rotavirus;

c. influenza;

d. varisela,;

e. gondongan (mumps);

f. campak jerman (rubella);

g. demam tifoid;

h. hepatitis A;

Page 11: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 11 -

i. kanker mulut rahim yang disebabkan oleh Human Papiloma

Virus;

j. japanese enchephalitis;

k. herpes zoster; dan

l. hepatitis B pada dewasa.

(2) Sasaran pelaksanaan Imunisasi pilihan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), meliputi :

a. Bayi;

b. anak sampai dengan 18 tahun; dan

c. Dewasa.

(3) Pelayanan Imunisasi pilihan dilaksanakan di fasilitas pelayanan

kesehatan pemerintah maupun swasta.

BAB III

PENYELENGGARAAN IMUNISASI WAJIB

Bagian Kesatu

Tanggung Jawab

Paragraf 1

Tanggungjawab Pemerintah Daerah

Pasal 12

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap pendistribusian

vaksin, auto disable syringe, safety box, dan dokumen pencatatan

status Imunisasi ke seluruh kabupaten/kota di wilayahnya.

(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap penyediaan:

a. peralatan pendukung cold chain, peralatan anafilaktik, dan

dokumen pencatatan status Imunisasi sesuai dengan kebutuhan;

dan

b. ruang untuk menyimpan vaksin dan logistik Imunisasi lainnya

pada instalasi yang memenuhi standar dan persyaratan teknis

penyimpanan.

(3) Penyediaan logistik untuk Penyelenggaraan Imunisasi wajib

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 12: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 12 -

Bagian Kedua

Perencanaan

Pasal 13

(1) Perencanaan Penyelenggaraan Imunisasi wajib dilaksanakan oleh

Pemerintah Daerah berdasarkan perencanaan yang dilakukan oleh

Puskesmas, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah

Daerah secara berjenjang.

(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

penentuan sasaran, kebutuhan logistik, dan pendanaan.

Pasal 14

(1) Penentuan sasaran Penyelenggaraan Imunisasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dihitung berdasarkan angka

jumlah penduduk, pertambahan penduduk serta angka kelahiran

dari data yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang atau dari

hasil pendataan yang dapat dipertanggungjawabkan atau

berdasarkan data yang ditetapkan Pusat Data dan Informasi

Kementerian.

(2) Perhitungan sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk

menentukan jumlah sasaran imunisasi dalam satu tahun yang

dibagi menjadi sasaran Kabupaten/Kota.

Pasal 15

(1) Untuk mengetahui Vaksin yang dibutuhkan, Pemerintah Daerah

menetapkan besar cakupan yang akan dicapai pada tahun yang

direncanakan.

(2) Penetapan target cakupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didasarkan target yang ditetapkan oleh Kementerian.

Pasal 16

(1) Penyedian dan kebutuhan logistik sebagimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (2) meliputi :

a. Vaksin;

b. Auto Disable Syringe;

c. safety box;

d. peralatan cold chain;

Page 13: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 13 -

e. perangkat anafilaktik;

f. peralatan pendukung cold chain; dan

g. dokumen pencatatan status imunisasi suhu serta pencatatan

logistik.

(2) Peralatan cold chain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

terdiri atas:

a. alat penyimpan vaksin, meliputi cold room, freezer room, vaccine

refrigerator,dan freezer;

b. alat transportasi vaksin, meliputi cool box, vaccine carrier, cool

pack, dan cold pack; dan

c. alat pemantau suhu, meliputi termometer, termograf, alat

pemantau suhu panas, alat pemantau/mencatat suhu secara

terus-menerus, dan alarm.

(3) Peralatan pendukung cold chain sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) meliputi :

a. Automatic Voltage Stabilizer (AVS);

b. standby generator; dan

c. suku cadang peralatan cold chain.

Bagian Ketiga

Penyimpanan dan Pemeliharaan Logistik

Pasal 17

(1) Untuk menjaga kualitas, Vaksin harus disimpan pada tempat

dengan kendali suhu tertentu.

(2) Tempat menyimpan Vaksin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya diperuntukkan khusus untuk penyimpanan Vaksin.

Bagian Keempat

Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi Wajib

Pasal 18

(1) Pelayanan Imunisasi wajib dapat dilaksanakan secara massal dan

perseorangan.

(2) Pelayanan Imunisasi secara massal dilaksanakan di Puskesmas,

Posyandu, sekolah, atau Pos pelayanan Imunisasi lainnya yang

telah ditentukan.

Page 14: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 14 -

(3) Pelayanan Imunisasi secara perseorangan dilaksanakan dirumah

sakit, puskesmas, klinik, pratek dokter dan dokter spesialis, pratek

bidan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Bagian Kelima

Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan komunikasi, informasi dan

edukasi tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

(2) Sebelum mendapatkan pelayanan Imunisasi, masyarakat berhak

mendapatkan informasi mengenai tujuan, manfaat, jenis vaksin

yang diberikan, keserentakan program.

(3) Pemberian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

dilakukan secara perseorangan maupun massal.

(4) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimuat ke dalam

media komunikasi massa dalam ruang atau luar ruang.

Pasal 20

(1) Dalam hal tertentu, pelaksana Imunisasi melakukan penyaringan

terhadap adanya kontraindikasi dari individu yang merupakan

sasaran Imunisasi.

(2) Terhadap individu yang diduga memiliki kontraindikasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan pelayanan

Imunisasi dengan memberikan penjelasan :

a. jenis Imunisasi;

b. manfaat Imunisasi;

c. kemungkinan terjadinya KIPI; dan

d. jadwal Imunisasi berikutnya.

Pasal 21

(1) Tenaga kesehatan dan asisten tenaga kesehatan wajib

melaksanakan program Imunisasi.

(2) Setiap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan program

Imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sanksi

administratif berupa:

Page 15: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 15 -

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan / atau

c. sanksi kepegawaian lainnya.

(3) Sanksi kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 22

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi

administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) diatur

dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Keenam

Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 23

(1) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib

melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan Program

Imunisasi wajib secara berkala, berkesinambungan, dan

berjenjang.

(2) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan untuk mengukur kinerja Penyelenggaraan Imunisasi

wajib sebagai masukan dalam penyusunan perencanaan.

(3) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan dengan menggunakan instrumen Pemantauan

Wilayah Setempat (PWS), Data Quality Self Assessment

(DQS),Effective Vaccine Management (EVM),Supervisi Suportif,

Surveilans KIPI, Recording and Reporting (RR), Stock Management

System (SMS), Cold Chain Equipment Management (CCEM), Rapid

Convinience Assessment (RCA) dan Survei Cakupan Imunisasi.

BAB IV

PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 24

(1) Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan Imunisasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan

Page 16: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 16 -

secara rutin dan berkala serta berjenjang sesuai peraturan

perundang-undangan.

(2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi cakupan Imunisasi, stok dan pemakaian vaksin,

monitoring suhu, kondisi peralatan cold chain dan kasus KIPI atau

diduga KIPI.

Pasal 25

(1) Pelaksana pelayanan Imunisasi harus melakukan pencatatan

terhadap pelayanan Imunisasi yang dilakukan.

(2) Pencatatan pelayanan Imunisasi rutin dilakukan sesuai peraturan

perundang-undangan.

(3) Pencatatan pelayanan Imunisasi rutin yang dilakukan pada

pelayanan kesehatan swasta wajib dilaporkan setiap bulan ke

Puskesmas wilayahnya dengan menggunakan format yang berlaku.

Pasal 26

(1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkewajiban menyampaikan

laporan rekapitulasi pelaksanaan Imunisasi yang telah

dilaksanakan oleh Puskesmas baik secara manual maupun

elektronik kepada Dinas Kesehatan.

(2) Dinas Kesehatan menyampaikan laporan rekapitulasi pelaksanaan

imunisasi yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota baik secara manual maupun elektronik kepada

pemerintah pusat.

BAB V

PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI

Pasal 27

(1) Dalam rangka pemantauan dan penanggulangan KIPI, Pemerintah

Daerah membentuk Komda PP KIPI.

(2) Keanggotaan Komda PP KIPI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas unsur perwakilan dokter spesialis anak, dokter spesialis

penyakit dalam, dokter spesialis forensik, farmakolog, vaksinolog,

imunolog.

Page 17: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 17 -

(3) Penanggulangan KIPI harus dilaksanakan melalui kegiatan:

a. surveilans KIPI dan website keamanan vaksin;

b. pengobatan dan perawatan pasien KIPI; dan

c. penelitian dan pengembangan KIPI.

(4) Pembiayaan operasional Komda PP KIPI dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

(5) Komda PP KIPI ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 28

(1) Masyarakat yang mengetahui adanya dugaan terjadinya KIPI, harus

melapor kepada pelaksana pelayanan Imunisasi, Puskesmas, atau

dinas kesehatan setempat.

(2) Pelaksana pelayanan Imunisasi, Puskesmas, atau dinas kesehatan

setempat yang menerima laporan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus melakukan investigasi.

(3) Hasil investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus segera

dilaporkan secara berjenjang kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Kesehatan yang selanjutnya

dilaporkan kepada Komda PP KIPI.

(4) Kepala Dinas Kesehatan melalui Kementerian menyampaikan hasil

investigasi kepada Komnas PP KIPI untuk dilakukan pengkajian

kausalitas KIPI.

(5) Hasil kajian kausalitas KIPI sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

disampaikan kepada Kementerian.

Pasal 29

(1) Pasien yang mengalami gangguan kesehatan diduga akibat KIPI

diberikan pengobatan dan perawatan selama proses investigasi dan

pengkajian kausalitas KIPI berlangsung.

(2) Dalam hal gangguan kesehatan akibat KIPI sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan gangguan kesehatan berkaitan dengan

Vaksin, maka pasien mendapatkan pengobatan dan perawatan.

Page 18: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 18 -

BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT DAN KEMITRAAN

Bagian Kesatu

Peran Serta Masyarakat

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menggerakkan masyarakat

agar berperan aktif dalam pelaksanaan pelayanan imunisasi wajib.

(2) Penggerakkan peran aktif masyarakat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan:

a. pemberian informasi melalui media cetak, media elektronik, dan

media luar ruang;

b. advokasi dan sosialisasi;

c. pembinaan kader;

d. pembinaan kepada kelompok binaan balita dan anak sekolah;

dan/atau

e. pembinaan organisasi atau lembaga swadaya masyarakat.

Pasal 31

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pelaksanaan Imunisasi

bekerjasama dengan Pemerintah Daerah.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

diwujudkan melalui :

a. penggerakan masyarakat;

b. sosialisasi Imunisasi;

c. dukungan fasilitasi Penyelenggaraan Imunisasi; dan/atau

d. turut serta melakukan pemantauan Penyelenggaraan Imunisasi.

Bagian Kedua

Forum Kemitraan Peduli Imunisasi

Pasal 32

(1) Pemerintah Daerah membentuk Forum Kemitraan Peduli Imunisasi

Provinsi.

(2) Keanggotaan Forum Kemitraan Peduli Imunisasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), meliputi unsur :

Page 19: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 19 -

a. instansi pemerintah yang terkait dengan urusan Kesehatan;

b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi;

c. perguruan tinggi;

d. organisasi profesi;

e. organisasi agama;

f. organisasi kemasyarakatan;

g. media massa; dan

h. pihak lain yang terkait.

(3) Forum Kemitraan Peduli Imunisasi Provinsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mempunyai tugas:

a. mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat,

sehingga bersedia mendukung pelaksanaan pelayanan Imunisasi

dan membangun dukungan masyarakat;

b. menggali peran lintas sektor;

c. melakukan kegiatan untuk mengatasi tindakan-tindakan

penolakan terkait pelaksanaan Imunisasi dan memberikan

dukungan moril maupun material; dan

d. membantu meningkatkan cakupan imunisasi wajib.

(4) Forum Kemitraan Peduli Imunisasi Provinsi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 33

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap

Penyelenggaraan Imunisasi secara berkala, berjenjang dan

berkesinambungan.

(2) Pembinaan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a. melakukan pelatihan dan bimbingan teknis.

b. melakukan monitoring dan evaluasi secara berjenjang.

c. memberikan penghargaan terhadap kabupaten/kota yang

mencapai target cakupan Imunisasi.

Page 20: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 20 -

(3) Pembinaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diarahkan

untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan Imunisasi.

Pasal 34

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan terhadap

Penyelenggaraan Imunisasi yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten/Kota secara berkala.

(2) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) Pemerintah Kabupaten/Kota melaporkan

Penyelenggaraan Imunisasi di daerahnya kepada Gubernur melalui

Dinas Kesehatan.

(3) Pengawasan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) digunakan sebagai tolak ukur kepatuhan Pemerintah

Kabupaten/Kota terhadap Penyelenggaraan Imunisasi.

(4) Pengawasan Penyelenggraaan Imunisasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi pengawasan terhadap :

a. rencana kerja yang dilaksanakan, jumlah Bayi yang diimunisasi

dan kegiatan Imunisasi dimulai dari tahap persiapan,

pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan

evaluasi;

b. cakupan program dan drop out;

c. Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan;

d. Logistik; dan

e. kualitas dan keakuratan data Imunisasi mencakup data

sasaran, data logistik, data capaian dan data pelaksanaan

Imunisasi.

BAB VIII

PEMBIAYAAN

Pasal 35

(1) Pembiayaan Penyelenggaraan Imunisasi dibebankan kepada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat

dan sumber pembiayaan dari pihak lain yang tidak mengikat;

(2) Pemerintah Daerah dapat membantu biaya penyelenggaraan

imunisasi.

Page 21: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 21 -

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah

Provinsi Sumatera Barat.

Ditetapkan di Padang

pada tanggal 2016

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

ttd

IRWAN PRAYITNO

Diundangkan di Padang

pada tanggal 2016

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT,

ttd

ALI ASMAR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

NOMOR 4

NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT: (4/2016)

Page 22: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 22 -

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 4 TAHUN 2016

TENTANG

PENYELENGGARAAN IMUNISASI

I. UMUM

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah

terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan

prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata

komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals

(MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.

Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956.

Mulai tahun 1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program

Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan

terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus

serta Hepatitis B. Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian

dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua

negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak-

pengendalian rubella (EC-PR) dan Maternal Neonatal Tetanus

Elimination (MNTE).

Di samping itu, dunia juga menaruh perhatian terhadap mutu

pelayanan dengan menetapkan standar pemberian suntikan yang

aman (safe injection practices) bagi penerima suntikan yang dikaitkan

dengan pengelolaan limbah medis tajam yang aman (waste disposal

management), bagi petugas maupun lingkungan.

Cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata di

seluruh wilayah. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya

daerah kantong yang akan mempermudah terjadinya kejadian luar

Page 23: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 23 -

biasa (KLB). Untuk mendeteksi dini terjadinya peningkatan kasus

penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, imunisasi perlu

didukung oleh upaya surveilans epidemiologi.

Masalah lain yang harus dihadapi adalah munculnya kembali PD3I

yang sebelumnya telah berhasil ditekan (Reemerging diseases),

timbulnya penyakit-penyakit menular baru (Emerging Infectious

Diseases) serta penyakit infeksi yang betul-betul baru (new diseases)

yaitu penyakit-penyakit yang tadinya tidak dikenal (memang belum

ada, atau sudah ada tetapi penyebarannya sangat terbatas; atau

sudah ada tetapi tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang

serius pada manusia). Penyakit yang tergolong ke dalam penyakit

baru adalah penyakit-penyakit yang mencuat, yaitu penyakit yang

angka kejadiannya meningkat dalam dua dekade terakhir ini, atau

mempunyai kecenderungan untuk meningkat dalam waktu dekat,

penyakit yang area geografis penyebarannya meluas, dan penyakit

yang tadinya mudah dikontrol dengan obat-obatan namun kini

menjadi resisten.

Seiring dengan kebijakan pemerintah, maka Pemerintah Provinsi

Sumatera Barat berkomitmen untuk menyelenggarakan imusinasi

dengan tujuan :

a. menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di provinsi

Sumatera Barat.

b. Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi

sesuai target RPJMN.

c. Tercapainya Universal Child Immunization/UCI (Prosentase

minimal 80% bayi yang mendapat IDL di suatu desa/kelurahan) di

seluruh desa/kelurahan.

d. Tercapainya target imunisasi lanjutan pada batita dan pada anak

sekolah.

e. Tercapainya validasi Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal

f. Tercapainya Eradikasi Polio.

g. Tercapainya Eliminasi Campak dan Pengendalian Penyakit Rubela/

Congenital Rubella Syndrome.

Page 24: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 24 -

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan

Imunisasi, diharapkan mampu mencegah penularan penyakit

menular yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat Sumatera

Barat dan tujuan penyelenggaraan imunisasi sebagaimana dimaksud

dapat tercapai.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Page 25: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 25 -

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Yang dimaksud dengan “kendali suhu tertentu” adalah

untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima

sampai didistribusikan ketingkat berikutnya (atau

digunakan), vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang

telah ditetapkan, seperti:

a. Vaksin Polio Tetes disimpan pada suhu -15°C s.d. -25°C

pada freeze room atau freezer.

b. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada

cold room atau vaccine refrigerator.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Page 26: GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH … file10. Penyelenggaraan Imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan imunisasi. 11

- 26 -

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

NOMOR 124.


Recommended