1
KULIAH KE-4
Pokok Bahasan : dampak merugikan atau penyakit artropoda sebab kelas Insekta antara lain (ordo mallophaga dan siphonaptera) (kutu), Ordo Siphunculata (pinjal) dan Ordo Diptera (lalat dan nyamuk) yang menginfestasi : ajing, babi, domba, kambing, kelinci, kucing, kuda, sapi.
TIK : pada akhir pertemuan ini mahasiswa mampu mendiagnosa dan menangani artropoda yang menginfestasi ternak
Diskripsi singkat : pada kuliah ini akan membahas secara lengkap Etiologi ( causa atau penyebab penyakit), cara penularan yang sangat terkait dengan siklus hidup, patogenesa (mekanisme sampai terjadinya gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh artropoda), gejala klinis (kelainan yang teramati), diagnosa (menetapkan penyebab penyakit) serta bagaimana cara menanganinya (mencakup tindakan pengobatan dan kontrol)
Buku acuan :
1. Bowman. D.D (1999). Georgi’s Parasitology for Veterinary. 8 th Ed. Saunders an Imprint of Elsevier Science.
2. Levine, N.D (1990). Parasitologi Veteriner. Terjemahan Gatut Ashadi. Gajah Mada University Press.
3. Soulsby, E.J.L (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. 7th Ed. Bailliere. Tindal. London.
4. Urquhart, G.M; J. Amour; J.L. Duncan; A.M. Dunn and F.W. Jenning (1985). Veterinary Parasitology. Longman Scientific and Thecnical
5. Walker, A (1994). Arthropods of Humans and Domestic Animals. a Guide to Priliminary Identification. 1st Ed. Chapman & Hall
KELAS INSEKTADEVISI EXOPTERYGOTA
ORDO (MALLOPHAGA dan SIPHONAPTERA)(KUTU)
Pendahuluan, kutu adalah insekta yang tubuhnya pipih dorso-ventral, memiliki
6 ( 3 pasang) kaki, tidak bersayap, bersifat hospes spesifik (hanya bisa hidup pada
hospes tertentu) dan umumnya pada tempat yang tertentu pula. Kutu dapat dibedakan
menjadi : (1) kutu penggigit (“bitting lice”) yang kepalanya besar dan melebar,
memakan epidermis kulit, remukan bulu, sisik bulu, kerak kulit dan sedimen yang
mengering dan (2) kutu penghisap (“sucking lice”) dengan bentuk kepala yang kecil dan
meruncing, makanannya adalah darah atau cairan limfe
Kutu menginfestasi hampir semua jenis hewan dan manusia, tertular karena
kontak langsung, saat makan sangat mengganggu ketenangan hewan dan pada
tempatnya menggigit timbul reaksi alergi. Beberapa jenis kutu sebagai hospes perantara
agen penyakit lain
ETIOLOGIHOSPES
DEFINITIFMALLOPHAGA(Kutu penggigit)
SIPHONAPTERA(Kutu penghisap)
ANJING Trichodectes canisHeterodoxus spineger
Linognathus setosus
KUCING Felicola subrostratus -KUDA Damalinea equi Haematopinus asiniSAPI Damalinea ovis Haematopinus eurysternus
Haematopinus quadripertususHaematopinus tuberculatus
Linognathus vituliSolenopotes capillatus
BABI - Haematopinus suisDOMBA
KAMBINGDamalinea caprae
Damalinea crassipesDamalinea limbata
Linognathus africanusLinogmathus stenopsis
AYAM Goniocotes gallinaeGonodes gigas
Lipeurus caponisCuclotogaster heterographusMenacanthus stramineus
Menopon gallinae
------
KALKUN Chelopistes meleagridis -MERPATI Columbicola columbae -
ITIK Trinoton anserinumAnaticola crassicornis
--
2
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Kutu betina dewasa akan menempelkan telurnya pada rambut/bulu tempat
predileksinya, didalam telur akan terjadi perkembangan dan keluarlah nimfa dan
akhirnya berkembang menjadi kutu dewasa. Cara penularan kutu adalah secara kontak
langsung antara hewan yang terinfestasi dengan hewan sehat, tetapi kadang-kadang juga
bisa melalui peralatan kandang dan bahkan manusia yang bekerja dipeternakan
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Kebanyakan kutu penggigit akan aktif bergerak pada tempat predileksinya
sambil menggigit bagian kulit yang menjadi makanannya, sedangkan kutu penghisap
umumnya kurang begitu aktif tetapi akan menghisap darah atau cairan limfe. Pada saat
berpindah dan memakan jaringan atau menghisap darah menimbulkan iritasi dan tempat
gigitan terjadi reaksi alergi. Gejala klinis, akibat iritasi hewan menjadi tidak tenang,
tertekan, nafsu makan menurun , tidur tidak nyenyak dan akhirnya kelemahan umum,
sedangkan karena reaksi alergi tempat gigitan , maka hewan akan menggosok,
menggaruk, menggigit, atau mematuk tempat gigitan, menyebabkan rambut atau bulu
menjadi rontok dan bahkan bisa sampai timbul kelukaan dan memar pada kulit. Jika
terjadi infestasi berat oleh kutu penghisap, bisa menyebabkan kekurangan darah
(teramati adalah kepucatatan selaput lender). Jika diinfestasi oleh kutu penghisap dan
kutu penggigit pada anak anjing, bisa menyebabkan kematian. Dampak akhir yang
paling umum dari infestasi kutu adalah terjadi penurunan produksi : pada ayam (telur
dan daging), sapi (susu, daging serta kualitas kulit menurun). Salah satu spesies kutu
yaitu Trichodectes canis sebagai hospes antara cacing pita Dipylidium caninum pd
anjing.
DIAGNOSA
Diagnosa dapat dilakukan dengan mudah yaitu dengan menemukan kutu, telur
atau nimpa pada tempat predileksinya
PENGOBATAN dan KONTROL
Infestasi kutu secara umum dapat diobati dengan cara dibedaki, dimandikan atau
disemprot dengan insektisida yang tersedia, cat, mandi debu, (baca farmakologi)
Unggas, air rendaman tembakau atau nicotine (di cat pada tenggeran atau
predileksi kutu), campuran pasir halus dengan Sodium floride (mandi debu), Carbaryl
5%,Coumaphos 0,06%, Toxaphene, Hexachloro Cyclo Hexane (HCH), Lindane dan
Malathion 0,01% (disemprot)
3
Sapi, Crotoxyphos 3% (dengan cara di lap), Coumaphos 0,06% (disemprot),
Crufomate 35% (direndam) 25% (disemprot) 13,5% (dengan cara dibedaki), Famphur
13,5% (dibedaki), Ronnel 0,25% (disemprot), Malathion 0,5% (disemprot),
Methoxychlor 0,5% (disemprot atau direndam). Amitraz (dibedaki), Cypermethrin 150
ppm (direndam atau disemprot)., Ivermectin 0,2 mg/kg (injeksi IM)
Babi, Coumaphos 0,5%, Malathion 0,5%, Ronnel 0,025% (disemprot)
Kuda, Malathion 0,5% (disemprot), diulang setelah 2 minggu
Anjing, Coumaphos 0,5% (di lap), Ronnel 0,25% - 1% (topical), Lindane 1%
(disemprot atau direndam), Chlordane 4% (direndam), Carbaryl (Shampo)
Kucing, golongan Chlorinated Hydrocarbones tidak boleh diberikan pada
kucing, dipakai Ronnel (1%) Dichlorvos 4,65% (dalam ikat leher “flea collar”),
Pyrethrum atau Carbaryl (shampo atau bedak)
Kontrol, hindarkan kontak dengan hewan terinfestasi
4
DEVISI EXOPTERYGOTAORDO IPHUNCULATA
(PINJAL)
Pendahuluan, pinjal (kutu loncat) adalah insekta yang tubuhnya pipih bilateral
(pipih kedua sisi), memiliki 6 (3 pasang) kaki, tidak bersayap, umumnya menginfestasi
anjing, kucing, unggas dan bahkan manusia, tidak bersifat hospes spesifik, makanannya
adalah darah atau cairan limfe.
Sama dengan infestasi insekta lainnya, gigitan pinjal menimbulkan rasa sakit
sehingga mengganggu ketenangan ternak, serta air liurnya menyebabkan alergi.
ETIOLOGI
SPESIESPINJAL
HOSPESDEFINITIF
HOSPES ANTARAatau VEKTOR
Ctenocephalides felis
Anjing – kucing Dipylidium caninumDipetalonema reconditum
Ctenocephalides canis
Anjing – kucing Dipylidium caninumDipetalonema reconditum
Echidnophaga gallinacea
Unggas, membuat terowongan kedalam kulit disekitar mata
-
Pulex irritans Manusia – anjingkucing
Dipylidium caninum
Xenopsylla cheopsis
Manusia - tikus Yersinia pesis
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Pinjal betina dewasa yang telah bunting akan meloncat meninggalkan hospes
definitif mencari tempat yang tersembunyi (seperti celah tembok, retakan lantai,
dibawah karpet, celah sofa dsb) untuk bertelur. Telur akan menetas dan terbebaslah
larva yang berbentuk seperti cacing, Larva kemudian membuat kokon (didalamnya
berkembang menjadi pupa) dan akhirnya keluarlah pinjal dewasa. Cara penularannya,
pinjal aktif menginfestasi hospes definitif
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS.
Sudah menjadi kenyataan bahwa aktivitas pinjal anjing - kucing sangat terkait
dengan suhu lingkungan, dimana jika suhu lingkungan panas pinjal akan semakin aktif
bergerak dan menghisap darah. Lain halnya dengan pinjal ayam, dimana pinjal akan
membuat terowongan kedalam kulit yang jarang ditumbuhi bulu seperti sekitar mata.
Pada saat aktif bergerak atau saat menghisap darah menimbulkan iritasi dan rasa sakit ,
5
tempat gigitan terjadi reaksi alergi, karena air liurnya adalah hapten (antigen yang tidak
lengkap) dan jika berikatan dengan kolagen kulit akan menjadi zat allergen,
menyebabkan terjadi alergi tipe ringan yang memiliki tanda karakteristik ditemukan Ig
E dan Eosinofilia, dengan gejala kegatalan.
Anjing dan kucing memiliki kepekaan yang sangat berbeda terhadap gigitan
pinjal. Pada yang peka akan terjadi alergi sehingga timbul kegatalan, dengan gejala
klinis yang teramati : menggosok, menggigit, menggaruk, tempat gigitan, akibat
lainnya terjadi kerontokan rambut, dan kadang-kadang terjadi kelukaan kulit). Jika luka
yang terjadi terinfeksi oleh bakteri sekunder (Staphylococcus sp) maka pada awalnya
akan terbentuk papula kemudian melanjut terbentuk pustula, dan jika pecah terlihat
eksudat atau nanah yang mengental dan mengering akhirnya ditemukan kerak atau
keropeng. Pada kasus kronis terlihat kulit menebal, keriput.
Ayam yang terinfestasi pinjal pada kasus berat menampakkan gejala klinis
menyerupai penyakit kronis , seperti kelemahan umum, pembengkakan daerah disekitar
mata dan ditemukan ulser, selaput lendir pucat dan bisa terjadi kebutaan.
DIAGNOSA
Mengidentifikasi pinjalnya secara langsung.
PENGOBATAN dan KONTROL
Karena terjadi alergi, maka pengobatan simptomatis diberikan kortikosteroid.
Untuk pengobatan kausatif diberikan : Malathion, Carbaryl (direndam, disemprot atau
shampo). Pyrethrin atau derivatnya, Diclorvos 9,3% untuk anjing dan 4,65% kucing
atau Diazinon (ikat leher “flea collar” ), Coumaphos 0,5%, Ronnel 1%, Hexachloro
Cyclo Hexane (HCH) 0,01% (direndam atau di lap) untuk anjing dan tidak boleh
diberikan untuk kucing.
Kontrol, terkait dengan siklus hidupnya, maka kontrol pinjal berdasarkan
Soulsby, 1982 ada tiga tindakan pokok yang harus dilakukan antara lain :
1. Membunuh pinjal yang menginfestasi ternak menggunakan insektisida
2. Memutus siklus hidupnya, dengan malakukan penyemprotan menggunakan
insektisida pada lingkungan tempat berkembangnya larva atau dilakukan
penyedotan menggunakan alat sedot debu untuk menghilangkan larva dan kokon
3. Menghindarkan dari infeksi ulang, dengan cara jauhkan ternak dari ternak
terinfestasi atau lingkungan terinfestasi.
6
DEVISI ENDOPTERYGOTAORDO DIPTERA
(Lalat – Nyamuk)
Pendahuluan, Lalat dan Nyamuk adalah insekta yang memiliki 6 (3 pasang)
kaki dan memiliki tanda karakteristik yaitu (di = dua dan Ptera = sayap) memiliki 2
pasang sayap. Pada lalat dan nyamuk pasangan sayap yang berada pada mesothorak
dipergunakan untuk terbang sedangkan pasangan sayap pada metathorak mengalami
modifikasi berubah menjadi bentuk halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan
pada saat terbang .
SUBORDO NEMATOCERAFAMILI CULICIDAE
(NYAMUK)Semua spesies nyamuk yang betina adalah menghisap darah, hewan dan
manusia, sedangkan nyamuk jantan menghisap cairan yang dihasilkan oleh tumbuh-
tumbuhan (Soulsby, 1982). Dampak yang ditimbulkan oleh gigitan nyamuk hampir
sama dengan insekta lainnya, dimana pada saat menggigit akan mengganggu
ketenangan ternak serta bekas gigitannya terasa sakit dan timbul alergi.
ETIOLOGI
GENUSNYAMUK
VEKTOR
ANOPHELES Dirofilaria immitis Plasmodium , virus pox
AEDES SdaCULEX Plasmodium
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Nyamuk betina akan bertelur pada tempat yang berada diatas atau didalam air,
kemudian larva dan pupa hidup didalam air, akhirnya berkembang menjadi nyamuk
dewasa. Nyamuk dewasa betina akan aktif mendatangi hospes definitif untuk
menghisap darah
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Hanya genus Aedes yang menghisap darah pada siang hari, sedangkan
Anopheles dan Culex menghisap darah pada malam hari. Pada saat menghisap darah,
sangat menggnggu ketenangan hewan dan gigitannya terasa sakit dan diikuti oleh
terjadinya alergi. Gejala kinis yang teramati antara lain, ternak akan menjadi gelisah,
7
resah, menggosok, menggaruk, menggigit dan atau mematuk tempat gigitan, kulit
terlihat kemerahan pada tempat terbatas, rambut/bulu rontok dan kadang-kadang timbul
kelukaan kulit dan dampak akhirnya terjdadi penurunan produksi dan mengingkatnya
kepekaan terhadap infeksi lainnya.
KONTROL
Kontrol untuk nyamuk harus dibedakan antara stadium larva dan dewasanya.,
Kontrol stadium larva, sampai saat ini dilakukan dengan cara :
Mekanis : tujuan utamanya meniadakan tempat perkembangbiakan (perindukan)
larva nyamuk dengan cara 3M (menguras, menutup dan menimbun) air atau tempat
air menggenang, Oiling (menuangkan oli pada genangan air)
Biologi : memelihara spesies ikan pemakan larva nyamuk (gambusia, guppi dan
yang lain), pada tempat perkembangbiakan larva nyamuk
Kimiawi : menggunkan bahan kimia, hasilnya paling efektif tetapi perlu
dipertimbangkan konsentrasinya agar tidak merusak fauna dan flora dan mengganggu
kesehatan manusia, serta bahaya resistensi
Ekologi : dengan menghilangkan sarang-sarang nyamuk (Drainase yang baik)
Genetik : sedang dikembangkan yaitu dengan cara membuat pejantan infertile
Kontrol Nyamuk dewasa dilakukan dengan : Hexachloro Cyclo Hexane (HCH)
(disemprot), Benzena Hexa Chlorida (BHC), Lindane dengan residu 0,25-0,30 gram/m2.
Malathion 25% (topical) 5% (direndam), Crotoxyphos 3% (direndam).Carbaryl
(disemprotkan 2 g/m2), senyawa Pyrethrin atau Pyrethroid (disemprokan)
8
SUB ORDONEMATOCERA, BRACHYCERA DAN CYCLORRAPHA
LALAT PENGHISAP DARAH
ETIOLOGI
GENUS LALAT
HOSPESDEFINITIF
SIKLUS HIDUP
VEKTOR
Colicuides Hewan dan manusia
didalam air “Blu tongue” (domba, kambing) Bovine Ephemeral Fever (sapi).
Cacing Dipetalonema sp dan Onchocerca (sapi, kuda), Leucocytozoon sp dan
Haemoproteus sp (ayam)Simulium Sapi, kuda,
domba, kambing juga
manusia
didalam air Leucocytozoon (ayam), Onchocerca (sapi)
Tabanus Kuda, sapi, jarang pada ternak kecil dan unggas
didalam air atau lumpur
Mekanis Anthrax, Trypanosoma evansi, Pateurella, Anaplasma. Biologi : Trypanosoma theileri
(Sapi)Stomoxys Sapi, kuda,
babi termasuk manusia
sampah kandang yang tercemar tinja
dan urine
Trypanosoma, Habronema (sapi)
Hippobosca kuda dan sapi, jarang ternak domestik dan
unggas
Larvipara, pada tanah basah atau
humus
Trypanosoma (Sapi)
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Lalat betina dewasa akan bertelur ada didalam (air, kotoran kandang, tanah dan
disekitar luka), dari dalam telur akan menetas dan keluarlah larva, larva berkembang
menjadi pupa didalam kokon (kepompong) dan akhirnya berkembang menjadi lalat
dewasa. Lalat baik yang jantan dan betina akan aktif mencari hospes definitif untuk
menghisap darah.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Lalat bisa terbang 3 – 5 km atau lebih. Pada saat menghisap darah, sangat
mengganggu ketenangan, gigitannya sangat menyakitkan serta air liurnya menyebabkan
reaksi alergi. Sehingga gejala klinis yang teramati antara lain : ternak gelisah, tempat
gigitan ditandai dengan perdarahan ptekae serta disekitarnya ada edema , menggosok,
9
menggigit, menggaruk atau mematuk tempat gigitan sehingga bulu/rambutnya rontok,
terjadi kerusakan kulit, penurunan produksi dan jika pada infestasi berat bisa
menyakibatkan anemia yang teramati dengan kepucatan selaput lendir.
PENGOBATAN dan KONTROL
Terpenting adalah membunuh stadium larva menggunakan insektisida, untuk
pengobatan lalat dewasa pergunakanlah insektisida yang efek residunya paling banyak
atau dalam bentuk renpelan, disemprotkan pada tembok, plafon, atau kelambu.
SUB ORDONEMATOCERA, BRACHYCERA DAN CYCLORRAPHA
LALAT TIDAK MENGHISAP DARAH
ETIOLOGI
GENUSLALAT
SIKLUSHIDUP
VEKTOR
Musca domestica (rumah)Musca autumnalis (wajah)
fesesfeses
Mekanis : virus, bakteri (anthrax, mastitis, konjungtivitis), cacing (Habronema, Raillietina, Thelazia sp), Protozoa
Calliphora, Lucillia, Chrysomia, Booponus
dan Sarcophaga
feses Fakultatif parasit pada mamalia dan anjing juga bisa menyebabkan myiasis
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Lalat betina dewasa akan bertelur umumnya pada feces ternak atau pada bahan
oganik lainnya, bahkan juga bisa menimbulkan Myiasis. Telur akan menetas dan
keluarlah larva, berkembang lebih lanjut menjadi pupa didalam kokon, akhirnya
berkembang menjadi lalat dewasa. Lalat baik yang jantan dan betina akan aktif mencari
makan dengn menghisap cairan bahan organik, eksekresi dan sekresi ternak .
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Pada saat lalat menghisap sekresi atau eksekresi ternak , sangat mengganggu
ketenangan ternak, sehingga gejala klinis yang teramati antara lain : ternak gelisah,
nafsu makan menurun, tidak nyenyak tidur dan dampak akhirnya akan terjadi penurunan
produksi.
10
PENGOBATAN dan KONTROL
Sama dengan pengobatan lalat penghisap darah, terpenting adalah membunuh
stadium larva menggunakan insektisida, untuk pengobatan lalat dewasa pergunakanlah
insektisida yang efek residunya paling banyak atau dalam bentuk renpelan
disemprotkan pada tembok, plafon, atau kelambu
MYASIS(BELATUNGAN)
Pendahuluan, Myiasis adalah infestasi larva lalat pada jaringan tubuh hewan
yang masih hidup, disebabkan oleh larva lalat fakultatif dan atau obligat. Luka borok
yang terjadi pada anak sapi didaerah pusar bisa menjalar sampai menimbulkan
peritonitis. Demikian juga luka borok pada tempat lainnya jika tidak diobati akan
tercium bau busuk dan menimbulkan rasa jijik orang yang melihatnya, serta
menyebabkan kematian pada hewannya.
ETIOLOGI
Kejadian Myiasis di Indonesia teridentifikasi disebabkan oleh larva lalat :
Chrysomia benziana, Booponus intonsus, Lucillia, Calliphora, Musca dan Sarcophaga.
SIKLUS HIDUP dan CARA PENULARAN
Sebagai factor predisposisi (pendukung) utama terjadinya Myiasis adalah harus
didahului dengan adanya luka. (luka traumatik, gigitan caplak, tembak, operasi, gigitan
hewan lain dan sebab lainnya). Lalat betina dewasa akan bertelur disekitar luka, jika
telur sudah menetas maka larva akan bergerak dan masuk kedalam luka serta memakan
sel-sel jaringan, kemudian jatuh membentuk kokon dan didalamnya berkembang
menjadi pupa dan akhirnya keluar lalat dewasa.
PATOGENESA dan GEJALA KLINIS
Setelah telur lalat menetas, larva akan masuk kedalam luka dengan kait pada
mulut dan sekresi enzyme proteolitik maka larva akan bisa memakan sel-sel jaringan,
serta membuat terowongan didalam jaringan sehingga akan memperparah kerusakan.
Selain itu karena ada luka terbuka kemungkinan besar akan terjadi infeksi sekunder oleh
kuman pyogenes. Gejala klinis yang teramati mula-mula terlihat luka kecil yang
didalamnya terlihat ada larva lalat, lama-kelamaan karena diperparah oleh infeksi
sekunder menyebabkan terjadinya pembusukan dan pembentukan nanah sehingga
11
akhirnya terjadi borok yang mengeluarkan cairan dan berbau busuk. Gejala klinis
lainnya sesuai dengan kelainan fungsi dari bagian tubuh yang terkena myiasis (misalnya
jika terjadi myiasis pada kaki gejalanya pincang, jika terjadi pada daerah kepala
berjalan dengan kepala miring dsb) serta diikuti oleh gejala umum lainnya seperti :
hewan menjadi tidak tenang, nafsu makan menurun, lemah, letih, lesu, suka
bersembunyi menghindari lalat.
DIAGNOSA
Sangat mudah dengan memeriksa luka yang didalamnya ditemukan larva lalat .
PENGOBATAN dan KONTROL
Pengobatan Myiasis yang perlu dilakukan antara lain :
Bersihkan luka dengan antiseptik yang ada
Keluarkan larva dari dalam luka dengan cara dicabuti, tetapi sebelumnya larva
harus dibunuh dulu menggunakan insektisida seperti (Coumaphos, Diazinon,
Ivermectin)
Setelah larvanya habis dicabuti, berikan salep (Diazinon atau Coumaphos) 2%
dalam vaselin dioleskan langsung disekitar borok untuk untuk mencegah infeksi ulang
Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan antibiotik
Untuk mempercepat kesembuhan luka dapat diberikan minyak ikan
Kontrol, untuk kontrol Myiasis diusahakan tidak terjadi kelukaan yang nantinya
akan menjadi tempat berkembangnya larva lalat.
12
TUGASPerlu diingat : pada saat insekta menggigit permukaan kulit atau
menghisap darah, akan mengganggu ketenangan ternakserta tempat gigitan timbul reaksi alergi
KUTU
1 Apa dampak merugikan (kerugian) yang disebabkan oleh infestasi kutu ....... ?2 Hospes definitif dari kutu penghisap adalah ................................................... ?3 Apa gejala klinis infestasi kutu pada unggas dan mamalia ?4 Apa perbedaan aplikasi (cara pemberian obat) insektisida pada unggas dan
mamalia lainnya .............................................................................................. ?5 Salah satu spesies kutu …….............………?, sebagai hospes intermedier
parasit cacing …………….......…………………? Yang menginfeksi anjing.
PINJAL
1. Spesies pinjal yang menginfestasi ternak (anjing, kucing dan ayam) ……….?2. Pinjal anjing – kucing bisa sebagai hospes intermedier cacing …………… ?3. Apa perbedaan gejala klinis infestasi pinjal pada anjing dan ayam ....………?4. Mengapa pengobatan pada anjing menggunakan insektisida dalam bentuk ikat
leher (“collar”) lebih efektIf dibandingkan dengan pada ayam ……………….?5. Bagaimana cara melakukan kontrol …………………………………………. ?
NYAMUK
1. Apa kerugian yang disebabkan oleh nyamuk ……………………………….. ?2. Nyamuk lebih umum menularkan penyakit yang disebabkan oleh ………….
pada ternak ………………………………………………………………….. ?3. Bagaimana cara kontrol larva nyamuk ……………………………………… ?4. Golongan insektisida yang menimbulkan residu cukup tinggi adalah ………. ?
LALAT
1. Apa kerugian yang ditimbulkan akibat infestasi lalat …………………………. ?2. Apa predisposisi utama dari Myiasis …………….. dan bagaimana cara
menanganinya …………………………………………………………………. ?3. Bagaimana cara melakukan kontrol terhadap larva lalat dan lalat dewasa …… ?
13
14
Recommended