Dasar-Dasar Teknik Pengelolaan Air
Limbah
PENDAHULUAN
2,6 miliyar atau 40% penduduk dunia belum memperoleh penanganan sanitasi yang layak
(Menneg Bappenas, 2007)
Sistem Penyediaan Sarana dan Prasarana (PSS) Sanitasi di Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah di Asia Tenggara
(Menneg Bappenas, 2007)
Masyarakat hidup dalam lingkungan yang buruk
Penyakit (kulit, diare, dsb) hingga kematian
40,67% tangki septik
60,38% fasilitas pribadi13,9% fasilitas bersama
6,05% fasilitas umum
19,67% tanpa fasilitas
Fasilitas Sanitasi
200068 %
14 %
8 %
10 %
59 %
2007
5,29% membuang kotoran ke sawah/kolam17,82% membuang kotoran ke sungai / danau / laut28,67% membuang kotoran ke lubang tanah5,54% membuang kotoran ke pantai/kebun2,01% lainnya
Jenis tempat pembuangan akhir manusia di
Indonesia
7 %
13 %
21 %
NA
NA
Fasilitas Sanitasi di Indonesia
Masalah Sanitasi di Indonesia
Jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit diare di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Jumlah kematian per tahun akibat diare di Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya
Pengaruh Kualitas Sistem Sanitasi Terhadap Biaya
Sanitasi yang burukKerugian ekonomiRata-rata Rp. 42,3 trilyun/ tahun
(Menneg Bappenas., 2007)
Investasi PSS SanitasiRp. 47.000,-/kapita/tahun
Peningkatan waktu produksi masyarakat 39%-79%
Pengurangan biaya kesehatan 6-19%
Pengurangan biaya pengobatan 2-5%
Investasi oleh pemerintah hanya Rp.200/orang.pertahun !!!
LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN AIR LIMBAHA. Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
B. Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
C. Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
D. Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
E. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
F. Undang-Undang nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
G. Peraturan Pemerintah nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai
H. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN AIR LIMBAHI. Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
J. Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
K. Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
L. Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
M. Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN AIR LIMBAHN. Peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 2010 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
O. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2011 tentang Ijin Lingkungan
P. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 45 tahun 1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-sumber Air
Q. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 52 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
R. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN AIR LIMBAHS. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002
tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
T. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
U. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air
V. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuagan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.
W. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
LANDASAN HUKUM PENGELOLAAN AIR LIMBAHV. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/PRT/M/2008
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman
W. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
X. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
PERATURAN DAERAH BIDANG AIR LIMBAH
Peraturan-peraturan yang bersifat regional atau daerah (Perda) :a. Peraturan Daerah
b. Peraturan Gubernur
c. Keputusan Walikota/Bupati
PERATURAN DAERAH BIDANG AIR LIMBAHPeraturan Daerah tersebut di antaranya mengenai :
1. Baku mutu efluen atau Perda tentang baku mutu Badan Air.
2. Restribusi
3. Pengelolaan air limbah seperti :ketentuan tangki septik sesuai SNI bagi pengembang dan
masyarakat; kewajiban menyambung pada sistem perpipaan bila berada
pada kawasan yang menggunakan sistem pengolahan air limbah terpusat;
kewajiban pengembang menyediakan IPAL komunal/kawasan dan lain-lain.
4. Institusi pengelola air limbah (regulator, operator, bentuk institusi, Sumber daya manusia)
5. Ijin pembuangan air limbah
STANDARD NASIONAL INDONESIA
SNI 03-6368-2000 tentang Spesifikasi Pipa Beton untuk Saluran Air Limbah, Saluran Air Hujan dan Gorong-gorong.
SNI 03-6379-2000 tentang Spesifikasi dan Tata Cara Pemasangan Perangkap Bau
SNI 19-6409-2000 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Limbah tanpa Pemadatan dari Truk
SNI 19-6410-2000 tentang Tata Cara Penimbunan Tanah Bidang Resapan pada Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
SNI 19-6447-2000 tentang Metode Pengujian Lumpur Aktif.
SNI 19-6466-2000 tentang Tata Cara Evaluasi Lapangan untuk Sistem Peresapan Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
SNI 03-2398–2002 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan
SNI 03-2399-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Umum MCK
SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di perkotaan
STANDARD NASIONAL INDONESIA
STANDARD TEKNIS
Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Re-TC/001/98
Tata Cara Pembangunan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Ba-TC/002/98
Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Op-TC/003/98
Tata Cara Pengolahan Air Limbah dengan Oxidation Ditch, CT/AL/Re-TC/004/98
Tata Cara Pembuatan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), CT/AL-D/Re-TC/005/98
STANDARD TEKNIS
Tata Cara Survey Perencanaan dan Pembangunan Sarana Sanitasi Umum, CT/AL-D/Re-TC/006/98
Tata Cara Pembuatan Bangunan Atas Jamban Jamak, CT/AL-D/Ba-TC/007/98
Tata Cara Pembuatan Bangunan Jamban Keluarga dan Sekolah, CT/AL-D/Ba-TC/009/98
Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, dep. PU 2003.
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
Dalam pasal 20 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan: memenuhi baku mutu lingkungan hidup mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 14 disebutkan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup ini terdiri atas :
a. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)
b. Tata ruang
c. Baku mutu lingkungan hidup
d. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
e. Amdal
f. UKL-UPL
g. Perizinan
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
h. Instrumen ekonomi lingkungan hidup
i. Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup
j. Anggaran berbasis lingkungan hidup
k. Analisis risiko lingkungan hidup
l. Audit lingkungan hidup
m. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
PP 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air merupakan penjabaran undang-undang tersebut diatas dalam bidang air dan air limbah. Menurut peraturan ini (Pasal 8) klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas, yakni:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
PARAMETER UNITKELAS
KETERANGANI II III IV
FISIKA
Tempelature °C deviasi 3 deviasi 3 devias3 deviasi 5 Deviasi temperatur dari keadaan ilmiahnya
Residu Terlarut mg/ L 1000 1000 1000 2000
ResiduTersuspensi mg/L 50 50 400 400
Bagi pengolahan air minum secara konvesional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/ L
KIMIA ANORGANIK
pH 6 - 9 6 - 9 6 - 9 6 -9
Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka
ditentukanberdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12COD mg/L 10 25 50 100
Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 Tahun 2001
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
PARAMETER UNITKELAS
KETERANGANI II III IV
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimumTotal Fosfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Barium mg/L 1 (-) (-) (-)
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 Tahun 2001 (Lanjutan)
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
PARAMETER UNITKELAS
KETERANGANI II III IV
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara konvesional, Cu ≤ 1 mg/ L
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)Pengolahan air minum scrkonvensional, Fe ≤ 5 mg/ L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1Bagi pengolahan air minum scrkonvesional, Pb ≤ 0,1 mg/ L
Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-)
Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Pengolahan air minum scrkonvensional, Zn ≤ 5 mg/ L
Khlorida mg/L 600 (-) (-) (-)
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-)
Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Nitrit (N) mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Pengolahan air minum, NO2-N ≤ 0,1 mg/ L
Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 Tahun 2001 (Lanjutan)
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
PARAMETER UNITKELAS
KETERANGANI II III IV
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkanBelerang sbgH2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum, S sebagai
H2S ≤ 0,1 mg/ L
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform jml/100 ml 100 1000 2000 2000
Bagi pengolahan air minum,fecal coliform ≤ 2000 jml/ 100 mL dan total coliform≤ 10000 jml/ 100 mLTotal coliform jml/100
ml 1000 5000 10000 10000
RADIOAKTIVITAS
- Gross-A Bq /L 0,1 0,1 0,1 0,1
- Gross-B Bq /L 1 1 1 1
Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 Tahun 2001 (Lanjutan)
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
PARAMETER UNITKELAS
KETERANGANI II III IV
KIMIA ORGANIKMinyak danLemak ug /L 1000 1000 1000 (-)Detergensebagai MBAS ug /L 200 200 200 (-)Senyawa Fenolsebagai Fenol ug /L 1 1 1 (-)
BHC ug /L 210 210 210 (-)Aldrin /Dieldrin ug /L 17 (-) (-) (-)
KIMIA ORGANIKMinyak danLemak ug /L 1000 1000 1000 (-)Detergensebagai MBAS ug /L 200 200 200 (-)
Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 Tahun 2001 (Lanjutan)
TINJAUAN TERHADAP PERATURAN
PARAMETER UNITKELAS
KETERANGANI II III IV
Senyawa Fenol sebagai Fenol ug /L 1 1 1 (-)
BHC ug /L 210 210 210 (-)
Aldrin /Dieldrin ug /L 17 (-) (-) (-)
Chlordane ug /L 3 (-) (-) (-)
DDT ug /L 2 2 2 2Heptachlor dan heptachlor epoxide ug /L 18 (-) (-) (-)
Lindane ug /L 56 (-) (-) (-)
Methoxyclor ug /L 35 (-) (-) (-)
Endrin ug /L 1 4 4 (-)
Toxaphan ug /L 5 (-) (-) (-)
Tabel 1. Kriteria Mutu Air Berdasarkan PP 82 Tahun 2001 (Lanjutan)
DASAR-DASAR PENETAPAN STANDAR KUALITAS
Dalam hal penyusunan suatu standar kualitas air, pada umumnya dipertimbangkan dari aspek :a.Kesehatanb.Estetikac.Teknisd.Toksisitas efeke.Polusif.Proteksig.Ekonomi
DASAR-DASAR PENETAPAN STANDAR KUALITAS
Penetapan batas konsentrasi setiap parameter kualitas, harus sesuai dengan sasaran dari standar, misalnya, sasaran yang akan dicapai adalah desirable, acceptable atau critical
Tabel 2. Korelasi Parameter Kualitas Air dengan Faktor Penetapannya
DASAR-DASAR PENETAPAN STANDAR KUALITAS
PARAMETER
Faktor Penetapan Standar
Kesehatan
Estetika Teknis Toksisitas Polusi Proteksi Ekonomi
Kekeruhan x x x x
Warna x x x x x
Bau & rasa x x
Suhu dan x x x x
pH x x x
Ca dan Mg x x x x
Fe dan Mn x x x x x
Nitrogen x x x
Ag x x
Al x x
Tabel 2. Korelasi Parameter Kualitas Air dengan Faktor Penetapannya (Lanjutan
DASAR-DASAR PENETAPAN STANDAR KUALITAS
PARAMETER
Faktor Penetapan Standar
Kesehatan
Estetika Teknis Toksisitas Polusi Proteksi Ekonomi
As x x x
Bau & rasa x x x
Br x x
Cd x x x
Cl x x
Co x x
Cr x x x
Cu x x
F x x
Hg x x x
Tabel 2. Korelasi Parameter Kualitas Air dengan Faktor Penetapannya (Lanjutan)
DASAR-DASAR PENETAPAN STANDAR KUALITAS
PARAMETER
Faktor Penetapan Standar
Kesehatan
Estetika Teknis Toksisitas Polusi Proteksi Ekonomi
H2S x x
Pb x x x
Se x x x
Zn x x
Zat Organik x x x
Mikrobiologi x x x
Radio aktif x x x
Sisa chlor x x x
BAKU MUTU AIR LIMBAH
• Baku mutu effluent untuk air limbah diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yang mensyaratkan bahwa baku mutu untuk tiap parameter adalah kadar maksimumnya seperti tercantum dalam Tabel 3 diatas.
Dalam pasal 2 dan pasal 4 di tegaskan bahwa baku mutu tersebut berlaku bagi : a. semua kawasan permukiman (real estate), kawasan
perkantoran, kawasanb. perniagaan, dan apartemenc. rumah makan (restauran) yang luas bangunannya lebih dari
1000 meter persegid. asrama yang berpenghuni 100 (seratus) orang atau lebih
Selain itu baku mutu tersebut hanya berlaku untuk pengolahan air limbah domestik terpadu.
BAKU MUTU AIR LIMBAHTabel 3. Baku Mutu Air Limbah Domestik
Dalam Pasal 8 ditegaskan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan dan apartemen wajib :a. melakukan pengolahan air limbah domestik sehingga mutu air limbah
domestik yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan
b. membuat saluran pembuangan air limbah domestik tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan.
c. membuat sarana pengambilan sample pada outlet unit pengolahan air limbah
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6 -10
BOD mg/L 100
TSS mg/L 100
Lemak dan minyak mg/L 10
STUDI AMDAL KAITANNYA DENGAN PENANGANAN AIR LIMBAH
DOMESTIKAnalisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
Dalam PP 82 tahun 2001 pasal 31 disebutkan bahwa setiap orang wajib:• Melestarikan kualitas air pada sumber air • Mengendalikan pencemaran air pada sumber air
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
DASAR-DASAR TEKNIK PENGELOLAAN AIR LIMBAHTabel 4. Parameter Bahan Anorganik
PARAMETER
SIMBOL
DAMPAK KESEHATAN
Perak Ag Presipitasi protein, shock, meninggal dunia, argyria (pigmentasi biru kulit)
Alumuinium Al Fibrosis paru-paru, merusak usus secara lokal, kematian
Arsenicum As Racun sistemik, kematian, alergi, kanker kulit
Barium BaStimulasi sistem otot (Pencernaan, sirkulasi darah, otot-otot pada umumnya), pada fase akhir didapat kelumpuhan urat syaraf dan berhentinya fungsi otot jantung
Bromium Br
Depresi susunan syaraf pusat, emasiasi (kurus), gangguan kejiwaan, kelalaian kulit seperti jerawat, iritasi saluran pernapasan, anestesia, narbotik
Cadmium Cd
Oedema paru-paru, kerusakan sel usus, kerusakan pada tulang-tulang(patah tulang yang multiple), kerusakan ginjal dan hipertensi
Chlor Cl2Iritasi keras bagi seluruh pernapasan, tubuh kekurangan oksigen, shock, kematian; keracunan sistemik, kerusakan hati, coma, kematian
Cobalt Co alergi berbentuk asthma, eczema, fibrosis paru-paru, naiknya tekanan disertai penyakit jantung, pembesaran kelenjar gondok
Tabel 4. Parameter Bahan Anorganik (Lanjutan)
PARAMETER
SIMBOL
DAMPAK KESEHATAN
Chromium Cr Bersifat korosif terhadpa kulit, selaput lendir dan tulang hidung; percikan asamnya menyebabkan luka kecil tapi dalam, sukar sembuh dan kanker paru-paru
Tembaga Cu Demam metal, iritasi lokal, kerusakan hati dan ginjal
Fluor FIritasi fluorisis, kelainan pada tulang dan gigi-geligi; gangguan alat pencernaan; kelumpuhan anggota gerak; penyebab mutasi
Air raksa HgKeracunan, kerusakan jaringan mulut dan gusi bila masuk oral, kerusakan ginjal pada Hg anorganik, kerusakan otak untuk Hg organik, menimbulkan cacat bawaan pada anak lahir (minamata)
Hidrogen sulfida H2S
Iritasi, kerusakan pada jaringan saluran pernapasan, dosis tinggi fatal, kerusakan susunan syaraf pusat
Phosphate P Mengurangi calsium dalam darah
Timah Hitam PbKeracunan (sistemik); pucat, kurus, tak suka makan, sering colic, rasa logam di mulut, radang selaput otak, kelumpuhan, "wrist drop"
Selenium Se Racun sistemik, iritasi saluran pernapasan, kematian, karsinogenik
DASAR-DASAR TEKNIK PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Tabel 5. Parameter Zat Organik Dan Dampaknya Terhadap LingkunganPARAMETER DAMPAK KESEHATAN
Hydrocarbon alifatik Racun sistemik terhadap susunan syaraf pusat, kulit menjadi kering, Asphyxiant
Hydrocarbon alicyclic Depresi susunan syaraf pusat ; kulit menjadi kering; degenerasi jantung, paru-paru, hati, otak
Benzen Iritasi kulit, depresi susunan syaraf, coma, meningal, kerusakan saluran pernapasan, kerusakan hati, ginjal, limpa
Kerosen (minyak tanah)
Kulit menjadi kering, kerusakan paru-paru, saluran pencernaan, kesadaran turun, coma, meninggal
Naphta (petrolium) Iritasi , kulit kering, depresi susunan syaraf pusat, kelainan darah
Arnyl alkohol Iritasi, narbotik
N-Butyl Amine Iritasi, oedema paru-paru
Ethanol Amine Narcosis, iritasi, kematian karena depresi susunan syaraf pusat
Naphtalen Chlorida Kulit merah, timbul bisul kecil-kecil, jerawat, kerusakan hati (kuning)
CarbonilIritasi kulit dan saluran pernapasan, Ni-carbonil sangat toksik, oedema paru-paru, gangguan syaraf pusat
DASAR-DASAR TEKNIK PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Tabel 7. Material Radioaktif
DASAR-DASAR TEKNIK PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Material Jenis Radiasi Waktu Paruh
Strontium 90 Beta 28 tahun
Strontium 89 Beta 51 tahun
Cesium 137 Beta-gamma 27 tahun
Carbon 14 Beta-gamma 5760 tahun
Iodine 129 Beta-gamma 17 juta tahun
Iodine 131 Beta-gamma 8 hari
Plutonium 239 Alpha 24400 tahun
Krypton 85 Beta 10,7 tahun
Tritium (H3) Beta 12,3 tahun
AIR LIMBAH
0.1 %PADATAN
30 % ANORGANIK
10 %LEMAK GARAM
BAHANBUTIRAN
25 %KARBOHIDRAT
70 %ORGANIK
99.9 %AIR
65 %PROTEIN LOGAM
Karakteristik Air Limbah Domestik
KARAKTERISTIK AIR LIMBAH DOMESTIK
70% air bersih
Air Limbah
Minyak/LemakBahan
Tersuspensi
Bahan Organik Terlarut
Bahan Anorganik Terlarut
Pengolahan Biologis Contoh : ABR
Pengolahan Lanjutan
Contoh : Saringan Pasir dan Karbon
Aktif
Pengolahan Fisik Contoh : Penangkap Minyak dan Lemak, dan Bak Pengendap
80 % grey water20 % black water
Karakteristik Air Limbah Domestik
Faeces Satuan Urine Satuan
Massa basah (gr/org/hari)
135-270 Gr 1-1.31 Gr
Massa kering (gr/org/hari)
20-35 Gr 0.5-0.7 Gr
Uap air 66-80 % 93-96 %
Organik 88-97 % 93-96 %
Nitrogen 5-7 % 15-19 %
Fosfor 3-5.4 % 2.5-5 %
Kalium (K2O) 1-2.5 % 3-4.5 %
Karbon 44-55 % 11-17 %
Kalsium (CaO) 4.5-5 % 4.5-6 %
Sumber : Duncan Mara dalam Sugiharto, 1987
Kriteria Teknik Pengelolaan Air Limbah
Terdapat dua macam sistem dalam pengelolaan air limbah domestik/permukiman yaitu : a. Pengelolaan air limbah sistem setempat atau dikenal dengan
sistem on-site yaitu satu kesatuan sistem fisik dan non fisik dari prasarana dan sarana air limbah permukiman berupa pembuangan air limbah skala individual dan atau komunal yang melalui pengolahan awal dan dilengkapi dengan sarana pengangkut dan instalasi pengolahan lumpur tinja
b. Pengelolaan air limbah permukiman sistem terpusat atau dikenal dengan istilah sistem off-site atau sistem sewerage, adalah satu kesatuan sistem fisik dan non fisik dari prasarana dan sarana air limbah permukiman berupa unit pelayanan dari sambungan rumah, unit pengumpulan air limbah melalui jaringan perpipaan serta unit pengolahan dan pembuangan akhir yang melayani skala kawasan, modular, dan kota
Kriteria Teknik Pengelolaan Air Limbah
Kelebihan Kekurangan
Menggunakan teknologi sederhana
Memerlukan biaya yang rendah
Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakannya sendiri
Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat
Manfaat dapat dirasakan secara langsung
Tidak dapat diterapkan pada semua daerah misalnya tergantung permeabilitas tanah, tingkat kepadatan dan lain-lain.
Fungsi terbatas pada buangan kotoran manusia dan tidak menerima limbah kamar mandi dan air limbah bekas mencuci
Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (on-site)
Kriteria Teknik Pengelolaan Air Limbah
Kelebihan Kekurangan
Menyediakan pelayanan yang terbaik
Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi
Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari
Memiliki masa guna lebih lama
Dapat menampung semua air limbah
Memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi
Menggunakan teknologi yang tinggi
Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan
Manfaat secara penuh diperolah setelah selesai jangka panjang
Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan
Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site)
Kriteria Teknik Pengelolaan Air Limbah
Sistem on site diterapkan pada :
Sistem off site diterapkan pada kawasan
Kepadatan < 100 org/ha Kepadatan > 100 org/ha sarana
on site dilengkapi pengolahan tambahan seperti kontak media dengan atau tanpa aerasi
Jarak sumur dengan bidang resapan atau cubluk > 10 m
Instalasi pengolahan lumpur tinja minimal untuk melayani penduduk urban > 50.000 jiwa atau bergabung dengan kawasan urban lainnya
Kepadatan > 100 org/ha Bagi kawasan berpenghasilan
rendah dapat menggunakan sistem septik tank komunal (decentralized water treatment) dan pengaliran dengan konsep perpipaan shallow sewer. Dapat juga melalui sistem kota/modular bila ada subsidi tarif.
Bagi kawasan terbatas untuk pelayanan 500–1000 sambungan rumah disarankan menggunakan basis modul. Sistem ini hanya menggunakan 2 atau 3 unit pengolahan limbah yg paralel.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (on-site)
Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (on site) sistem individuala. Tangki Septikb. Tangki Septik dengan bidang resapanc. Tangki Septik dengan evaporasid. Tangki Septik dengan Filter
Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (on site) sistem komunala. Tangki Septik Bersamab. Tangki Septik Bersekat (Baffled Reactor)c. Bio-digesterd. Tangki Septik Bersusun dengan Filtere. Tangki Septik Bersekat dengan Filter dan Tanamanf. Kolam Aerobik Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH TERPUSAT (OFF-
SITE)
Sistem PerpipaanInstalasi Pengolahan Air Limbah
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH TERPUSAT
(OFF-SITE) Sistem Perpipaan
a. Pipa retikulasi adalah saluran pengumpul air limbah untuk disalurkan ke pipa utama
b. Pipa retikulasi terdiri dari pipa servis dan pipa lateral
c. Pipa servis adalah saluran pengumpul air limbah dari beberapa bangunan (blok bangunan) ke pipa lateral
d. Pipa lateral adalah saluran pengumpul air limbah dari pipa servis ke pipa induk/utama
e. Pipa utama (main pipe) sebagai pipa penerima aliran dari pipa kolektor/lateral untuk disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau ke trunk sewer
f. Trunk sewer digunakan pada jaringan pelayanan air limbah yang luas (> 1.000 ha) untuk menerima aliran dari pipa utama dan untuk dialirkan ke IPAL.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
Ditinjau dari urutannya proses pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi :
Pengolahan Primer (primer treatment), Pengolahan sekunder (secondary treatment), dan pengolahan tersier atau pengolahan lanjut (advanced treatmet).
Pengolahan primer merupakan proses pengolahan pendahuluan untuk menghilangkan padatan tersuspensi, koloid, serta penetralan yang umumnya menggunakan proses fisika atau proses kimia.
Pengolahan sekunder merupakan proses untuk menghilangkan senyawa polutan organik terlarut yang umumnya dilakukan secara proses biologis.
Pengolahan tersier, merupakan proses pengolahan lanjut untuk mendapatkan kualitas air olahan sesuai yang diharapkan. Dapat dilakukan dengan proses biologis, kimia, fisika atau kombinasi ketiga proses tersebut.
Ditinjau dari jenis prosesnya dapat dikelompokkan :
Proses pengolahan secara fisika, proses secara kimia, proses secara fisika-kimia serta proses pengolahan secara biologis.
PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH
PROSESPRIMER
PROSES SEKUNDER
PROSESTERSIER
Proses Fisika/Kimia-Grit removal-Equalisasi-Koagulasi dan sedimentasi-Pengaturan pH
Proses BiologisBiakan tersuspensidan biakan melekat-Aerobik-Anaerobik- Fakultatif-Kombinasi Anaerobik-Aerobik
Proses Fisika/kimia dan biologis-Nitrifikasi-Denitrifikasi-Ozonasi -Filtrasi-Adsorbsi dan absorbsi
Jenis Proses di dalam Pengolahan Air Limbah
I. PEMISAHAN PADATAN-CAIRAN (SOLIDS-LIQUID SEPARATION )
Proses Pengendapan(Sedimenta
si)
Penjernihan (clarification)
Aliran Horizontal
Aliran Vertikal
Sludge Blancked
Slurry Circulation
Pemekatan (Thickening)
1.
Proses Pengapungan (Flotation)
Flotasi Natural
Flotasi dg Bantuan
Dengan Cara Vacum
Dengan Pengadukan Mekanik
Dengan Tekanan
Dengan Difusi Udara
2.
3. Proses Filtrasi (Penyaringan)
Penyaringan Air Kotor
Penyaringan Lambat
Penyaringan CepatGravitasi
Dg. Tekanan
Up Flow
Down Flow
Dg. Tekanan
Filtrasi untuk penghilangan air
Dewatering Lumpur)
Dg. Tekanan
Cara Vacum
Garvitasi
Kontinyu
Batch Proces
Kontinyu
Batch Proces
Rotary Filter
4. Centrifugal Separation
Centrifugal Settling (untuk air lotor)
Centrifugal Dewatering (untuk air lotor)
Kontinyu
Batch Proces
II. PROSES SECARA FISIKA - KIMIA1. Penetralan Atau Pengontrolan pH
2. Oksidasi – Reduksi
Oksidasi-Redusksi dg. Bahan Kimia
Elektrolisa
Dg. Oksigen, Ozon, Sinar Ultra Violet
3. Proses Ekstraksi
4. Adsorption --- Dg Karbon Aktif dll
5. Pertukaran Ion
6. Reverse Osmosis
7. Elektro Dialisa
PROSES BIOLOGIS DAPAT DILAKUKAN SECARA ANAEROBIK, AEROBIK
ATAU GABUNGAN ANAEROBIK-AEROBIK
III. PROSES PENGOLAHAN SECARA BIOLOGIS
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH TERPUSAT
(OFF-SITE)
Instalasi Pengolahan Air Limbaha. Pengolahan Fisik
Bar Screen Grit Chamber Bak Ekualisasi Bak Sedimentasi
b. Pengolahan Biologic. Pengolahan Daur Ulang Air Limbah
SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH TERPUSAT
(OFF-SITE)
Instalasi Pengolahan Air Limbaha. Pengolahan Fisik
Bar Screen Grit Chamber Bak Ekualisasi Bak Sedimentasi
b. Pengolahan Biologi Pengolahan Aerob Pengolahan Anaerob
c. Pengolahan Daur Ulang Air Limbah
KRITERIA TEKNIK PENGELOLAAN AIR
LIMBAHHal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pengolahan air limbah adalah: Kepadatan penduduk Sumber air yang ada Permeabilitas tanah Kedalaman muka air tanah Kemiringan tanah Kemampuan membiayai
Diagram alir pemilihan sistem pengolahan air limbah domestik dapat dilihat pada gambar berikut ini
SKEMA PEMILIHAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
KONSEP SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH
COMBINED SEWER
Daerah PelayananKapasitas Penduduk
(Jiwa/Ha)
> 200 < 200
OFF-SITE ON-SITE
Muka Air Tanah (M)
> 1,2 < 10
Tanki Septik Cubluk
Debit Besar Debit Kecil
Air limbah dan air hujan
Air limbah dan air hujan
Limbah Air Industri
B3 Non–B3
BAKUMUTUEFLUEN
Treatment
Bangunan Pengolah Air Limbah
BADAN AIR PENERIMA
PERSIL
Spj. Saluran
BY PASS
INTERCEPTING SEWER
SANITARY SEWER
INFILTRASI
NON DOMESTIKDOMESTIK
ASPEK-ASPEK YANG MEMPENGARUHI PENGELOLAAN AIR LIMBAH
ASPEK-ASPEK
PENTING
Demografi
Sosial
Lingkungan
Ekonomi
PENGELOLAAN AIR LIMBAH BERBASIS
MANFAAT Perkembangan pertumbuhan penduduk dan kegiatan industri
menyebabkan peningkatan jumlah air limbah yang dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan.
Total air limbah yang dibuang di DKI Jakarta tahun 1989 : 1.316.113 m3/hari, tahun 2010 : 2.588.250 m3/hari, 73-78% berasal dari air limbah domestik (Study JICA tahun 1989).
Air hasil pengolahan air limbah merupakan sumber daya air yang cukup besar dari segi kuantitas. Dengan semakin terbatasnya sumber daya air, air hasil olahan instalasi pengolahan air limbah domestic dapat menjadi sumber air baku khususnya untuk air siram tanaman ataupun untuk air industry
PENGELOLAAN AIR LIMBAH BERBASIS
MANFAAT Pengolahan air hasil olahan IPAL dapat menggunakan
pengolahan secara biologi lanjutan, teknologi ultrafiltrasi, membrane, atau kombinasi biologi dengan membrane dan lain-lain.
Untuk skala rumah tangga dan komunal pemanfaatan air limbah, baik black water dari WC maupun grey water mulai berkembang.
Black water diolah untuk menjadi biogas, pupuk
PENGELOLAAN AIR LIMBAH BERBASIS
MANFAAT Grey water dari air limbah kegiatan mandi, dapur, cuci
banyak dimanfaatkan kembali dengan cara mengolahnya menjadi air penyiram tanaman dan air pencuci motor.
Di beberapa negara telah diakukan pemisahan antara faeces dan urine. Faeces dimanfaatkan sebagai pupuk sedangkan urine yang mengandung urea tinggi dimanfaatkan untuk pupuk cair.
Kamar Mandi Umum Kamar Mandi
SUMBER AIR LIMBAH DOMESTIK
SUMBER AIR LIMBAH DOMESTIK
Sumber Air Limbah dari Dapur
Sumber Air Limbah dari Tempat Cuci Pakaian
DISAIN TOILET TERPISAH
China
Wost-Man, Sweden
dry/dry
faeces without, urine without flush
Roediger, Germany Dubletten, Sweden
dry/wet
faeces without, urine with flush
wet/dry
faeces with, urine without flush
wet/wet
faeces & urine with flush
GTZ, Mali
URINE-DIVERSION DRY SANITATION
TOILET
e.g. promoted in South Africa (CSIR)
URINE-DIVERSION DRY TOILET IN
JOHANNESBURG
MORE DRY TOILET EXAMPLES
Dutch company EcoSave (http://www.ecosave.nl/)
URINE DIVERSION DRY SQUATTING (UDDS) TOILETS
For example in China:
685.000 UDDS toilets
17 provinces
0,5 % of total sanitary latrines
(Data: Ministry of Public Health ; Source: Ina Jurga
Diploma Thesis)
URINE DIVERSION DRY SQUATTING TOILETS IN CHINA
VACUUM SYSTEMS (WITHOUT URINE DIVERSION, BUT LOW-FLUSH)
Elements:
vacuum toilets, vacuum urinals, vacuum conductions, pumping station
Advantages:
water saving, concentrated black water collection, decentralised treatment possible (anaerobic)
Manufacturer:
e.g. Roediger GmbH
Skematik sistem pengolahan limbah
1 2
3 4 5
678
101= comminutor
2= saringan
3= grit chember
4= pengendapan awal atau kolam anaerobik
9
5= unit pengolahan 6= unit pengendap II7= unt desinfektan8= Badan air9= unit pengeram lumpur
Lumpur balik
inflow
Gambar 5. Skema Pengolahan Air Limbah Pada IPAL
TERIMA KASIH
Recommended