BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1Skizofrenia merupakan
gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Hampir 1% penduduk di dunia
menderita skizofrenia selama hidup mereka.Penyebab skizofrenia sampai
sekarang belum diketahui secara pasti.Namun berbagai teori telah berkembang
seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres
merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan
lingkungan.2
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa
muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan
antara 25-35 tahun.Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila
dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.1
Pada umumnya pasien dengan skizofrenia ditandai dengan penyimpangan
yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang
tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian.1
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5; yakni
subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan
residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan
deterioratif sederhana.2 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke
dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci
(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.3 Salah satu
tipe skizofrenia yang paling stabil dan paling sering dialami adalah skizofrenia
tipe paranoid. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid dan pasien dapat
atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan halusinasi menonjol
1
sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh.1 Dalam hal
penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia paranoid dapat dilakukan perawatan di
rumah sakit sesuai dengan indikasi, terapi somatik dengan pengobatan
antipsikotik, dan melakukan terapi psikososial. Prognosis pasien dengan
skizofrenia secara umum adalah 25% individu dapat sembuh sempurna, 40%
mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan.1
2
BAB II
STATUS PSIKIATRI
IDENTITAS PASIEN
Hari/tanggal : 07 April 2015
Jam : 13.00 WIB
Nama : Ny. Ma
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir/ Umur : Desa Aro, 04-06-1992
Umur : 23 Tahun
Status Perkawinan : Sudah menikah
Bangsa : Indonesia
Suku : Jambi
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Aro RT 04 Kec Ma Bulian Kab.
Batanghari, Prov.Jambi
Perawatan di Rumah Sakit : Pasien belum pernah di rawat di RS
sebelumnya.
Tanggal MRS : Selasa, 07 April 2015 jam 13.00 Wib.
KETERANGAN DARI ALLO/ INFORMAN
Nama : Ny. Nh
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat dan telepon : Desa Aro RT 04 Kec Ma Bulian Kab.
Batanghari, Prov.Jambi
Hubungan dengan Pasien : Ibu kandung
Keakraban dengan Pasien : Akrab
Kesan pemeriksa/ Dokter terhadap keterangan yang diberikan : Dapat
dipercaya
3
I. ANAMNESIS
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari :
1. Pasien sendiri
2. Informan (Orang tua pasien)
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan
Keluarga pasien
2. Sebab utama
Pasien mengoceh, mengamuk, sering ingin terjun ke sungai Batanghari.
3. Keluhan utama
Pasien mengoceh dan mengamuk dirumahnya sejak ± 2 bulan terakhir.
Namun, sejak + 1 minggu yang lalu amukan pasien semakin menjadi-jadi dan
pasien memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.
4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang
Pasien mulai suka mengoceh dan tertawa sendiri serta mengamuk
dirumahnya semenjak ± 2 bulan terakhir. Namun sejak ± 1 minggu yang lalu,
pasien semakin mengamuk dan berniat menyakiti dirinya sendiri dan
berkeinginan untuk terjun ke sungai Batanghari dan terjun dari rumah (rumah
panggung), pasien sering membakar kasur dirumahnya dan memukuli
suaminya. Menurut keluarganya gangguan pada pasien ini terjadi dikarenakan
pasien merasa kecewa kepada ayahnya yang menjual cincin kawin pasien
untuk membeli motor, dan pasien mengaku bahwa sakit yang dialaminya
karena diguna- guna oleh orang, melalui air yang dipercikkan kepadanya
ketika pasien menikah 4 bulan yang lalu. Pasien merasa diikuti oleh orang
lain yang berniat mencelakainya dan pasien juga sering mendengar suara
yang menyuruh pasien untuk terjun ke sungai dan melompat dari atas
rumahnya. Bahkan pasien memiliki ide yang berulang-ulang untuk bunuh
diri. Semenjak 2 bulan terakhir pasien sudah berhenti bekerja karena
4
suaminya takut pasien akan mengamuk di tempat kerja. Sebelumnya pasien
bekerja sebagai buruh pabrik. Semenjak itu pasien hanya dirumah saja, sehari
– hari pasien sering tiba- tiba tertawa dan menangis sendiri. (pasien tidak
stabil , cenderung ingin melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri).
Suami dan keluarga pasien menjadi lebih berhati-hati dan waspada ketika
berbicara dengan pasien karena takut pasien tersinggung dan langsung marah.
Sebelum mengalami gejala-gejala pada ± 2 bulan terakhir ini, pasien
adalah anak yang periang, ramah dan baik namun jika ada masalah pasien
cenderung untuk memendamnya sendiri dan tidak menceritakan pada
keluarga. Pasien juga mudah merasa cemas jika menghadapi suatu masalah.
5. Riwayat penyakit pasien sebelumnya
A. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
B. Riwayat Medis dan Psikiatrik yang lalu
1. Gangguan Mental atau Emosi
Belum pernah menderita gangguan jiwa sebelumnya.
2. Gangguan Psikosomatis
Riwayat mengalami gangguan psikosomatis tidak ada.
3. Kondisi Medik
Riwayat penyakit fisik berat dan riwayat penyalahgunaan zat dan
obat-obatan tidak ada.
4. Riwayat Trauma
Tidak ada trauma fisik maupun psikis.
5. Gangguan Neurologi
Tidak ada riwayat gangguan neurologi.
6. Riwayat Keluarga pasien
a. Identitas Orang tua
5
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah: Tn. Mh Ibu: Ny. Nh
Bangsa Indonesia Indonesia
Suku Jambi Jambi
Agama Islam Islam
Pendidikan Tamat SD Tamat SD
Pekerjaan Swasta Ibu Rumah Tangga
Umur 42 tahun 36 tahun
Alamat Desa Aro RT 04 Kec Ma
Bulian Kab. Batanghari,
Prov.Jambi
Desa Aro RT 04 Kec Ma
Bulian Kab. Batanghari,
Prov.Jambi
Hubungan Akrab Akrab
b. Kepribadian
No Nama L/P Usia Hubungan Sifat1 Tn. Mh L 42 tahun Ayah/ Dekat Pemarah, tegas,
disiplin2 Ny. Nh P 36 tahun Ibu/ Dekat Pendiam, sabar,
penyayang3 Tn. Ha L 25 tahun Kakak/ kurang
dekatPendiam, sabar
4 Nn. Mi P 21 tahun Adik/ Dekat Pendiam, penyayang5 Tn. Rq L 12 tahun Adik/ Dekat Pendiam, sabar
c. Struktur keluarga yang tinggal serumah saat ini
No Nama L/P Usia Hubungan Sifat1 Tn. Rd L 28 tahun Suami Pendiam, tegas, disiplin2 Ny. Ma L 23 tahun Pasien Periang, baik (sebelum
sakit )Mudah tersinggung, pemarah ( setelah sakit )
d. Pasien anak ke 2 dari 4 orang bersaudara
6
Keterangan :
Laki laki Perempuan Pasien
e. Urutan saudara dan usianya :
1. Tn. Ha (25 Tahun)
2. Ny. Ma (23 Tahun)
3. Nn. Mi (21 Tahun)
4. Tn. Rq (12 Tahun)
f. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada
anggota keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
1. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkutan
dengan perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit
(Premorbid)
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien dikandung 9 bulan, dilahirkan secara normal dengan bantuan
bidan.
2. Masa kanak-kanak awal (kelahiran sampai usia 3 tahun)
a. Kebiasaan makan dan minum
Pasien mendapat ASI sampai usia ± 1 tahun, diberikan makanan
tambahan sejak usia 6 bulan. Pasien kadang-kadang rewel dan
terbangun malam hari. Kemudian tertidur kembali setelah disusui.
b. Perkembangan awal
7
Kesehatan pasien cukup baik, jarang sakit, pertumbuhan dan
perkembangan normal, sesuai umur. Pasien merupakan anak yang
periang, penurut dan suka bergaul dengan teman seusianya.
c. Gejala-gejala dari gangguan perilaku
Tidak ditemukan gangguan perilaku
d. Kepribadian dan tempramen
Pasien adalah anak yang periang dan penurut.
3. Masa kanak-kanak (usia 3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak lainnya.
Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Pasien merupakan anak yang
periang, penurut dan suka bergaul dengan teman seusianya. Masa
kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)
a. Hubungan sosial
Pasien merupakan anak yang periang, penurut, suka bergaul dengan
teman seusianya dan memiliki beberapa teman akrab.
b. Riwayat pendidikan
Pasien menempuh pendidikan Sekolah Dasar, setelah lulus SD
pasien tidak melanjutkan ke SMP.
c. Masalah emosi dan fisik
Pasien adalah anak yang periang dan penurut.
d. Aktivitas sosial
Hubungan pasien dengan keluarga baik, hubungan pasien dengan
tetangga pada awalnya baik, namun hubungan pasien mulai tidak
harmonis dengan tetangga semenjak pasien mengalami keluhan –
keluhan psikiatri.
e. Latar belakang agama
Pasien taat beribadah
f. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum
g. Riwayat seksual
8
Pasien mulai menyukai lawan jenis pada saat usia 14 tahun.
4. Masa remaja - dewasa
Masa remaja pasien tidak ada masalah, pasien orang yang ramah dan
baik dilingkungan keluarga dan juga lingkungan tempat tinggalnya
(Tetangga), pasien mulai mengenal pacaran pada usia 14 tahun dengan
pemuda dari desa tempat tinggalnya.
a. Riwayat pekerjaan
Semenjak 2 bulan terakhir pasien sudah berhenti bekerja karena
suaminya takut pasien akan mengamuk di tempat kerja. Sebelumnya
pasien bekerja sebagai buruh pabrik. Semenjak itu pasien hanya dirumah
saja, sehari - hari pasien sering tiba- tiba tertawa dan menangis sendiri.
(pasien tidak stabil , cenderung ingin melakukan hal-hal yang
membahayakan diri sendiri). Suami dan keluarga pasien menjadi lebih
berhati-hati dan waspada ketika berbicara dengan pasien karena takut
pasien tersinggung dan langsung marah.
b. Perkawinan, sosial keluarga dan rumah tangga :
Pasien sudah menikah. Menurut orang tua pasien tidak ada masalah
dengan kehidupan perkawinannya, hanya saja pasien merasa kecewa pada
saat cincin kawin pasien yang dipinjam oleh ayahnya dijual dan uangnya
dibelikan motor, semenjak itu pasien mudah tersinggung dan pemarah.
2. Stressor psikososial
Tidak ada
3. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita pasien
Tidak ada
4. Ide bunuh diri (suicide) :
Ada, pasien berkeinginan untuk terjun ke sungai Batanghari dan juga
ingin melompat dari rumah (rumah panggung).
5. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya :
Tidak ada
I. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUS
9
A. Gambaran Umum
1. Penampilan : Tampak sehat/ rapi
Sikap Tubuh : Tenang dan cenderung diam
Kesehatan fisik : Sehat
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Cara berjalan : Normal
Motorik : Otomatisme perintah
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraan
Gaya bicara : Gaya bicara tidak spontan
Pembicaraan : inrelevan
C. Afek, mood, dan emosi lainnya
Afek : Datar
Mood : Depresi
D. Pikiran : waham kendali (+), waham bizar (+)
E. Persepsi : Halusinasi auditorik(+), halusinasi
visual(+)
F. Mimpi dan fantasi : Os ingin memiliki pekerjaan yang langsung
membuatnya kaya raya dan tidak ingin
memiliki atasan ataupun bos karena os
tidak suka di suruh-suruh.
G. Sensorium
1. Kesadaran : Kompos mentis
2. Orientasi W/T/O : baik/baik/baik
3. Konsentrasi dan kalkulasi : Terganggu
4. Memori : Baik
5. Pengetahuan umum : terganggu
10
6. Pikiran abstrak : terganggu
H. Insight : Derajat 3 yaitu sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan
orang lain, atau faktor dari luar, atau faktor organik sebagai penyebabnya.
I. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri : terganggu
II. PEMERIKSAAN INTERNA
Keadaan Umum
Sensorium: Composmentis Suhu: 36,2 °C BB: -
Nadi: 80 x/menit Pernafasan:18x/menit TB : -
TD:120/70 mmHg Turgor: Baik Status Gizi: Cukup
Sistem Kardiovaskular : dalam batas normal
Sistem Respiratorik : dalam batas normal
Sistem Gastrointestinal : dalam batas normal
Sistem Urogenital : dalam batas normal
III.PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS
LAINNYA :
Tidak dilakukan
IV. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-
LAIN :
Tidak dilakukan
11
V. RESUME
Atas dasar gejala-gejala di atas, maka berdasarkan PPDGJ-III
dipertimbangkan diagnosis berupa F20.0 Skizofrenia Paranoid, dengan
pedoman diagnostik yakni:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau
bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas;
Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
“Pedoman Diagnostik Skizofrenia (F20.-) ” 4
Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya 2
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).
(a) - Thought echo = isi pikiranya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda
- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikiranya di ambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)
12
- Thought broadcasting = isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahui nya.
(b) - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar.
- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
sesuatu kekuatan dari luar
- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar
- Delusion perception = pengalaman indrawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya mistik/mukjizat.
(c) Halusinasi auditori :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara) atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya: perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini harus ada secara jelas:
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja yang terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus
(f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme
(g) Perilaku katatonik, seperti gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau
fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor
(h) Gejala-gejala negative seperti : sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar.
13
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam suatu
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberpa aspek perilaku peribadi
(personal behavior), bermanisfestasii sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. F 22.0 Gangguan Waham Menetap
Waham-waham (baik tunggal, maupun sebagai suatu sistem waham) harus
sudah ada sedikitnya tiga bulan lamanya, dan harus bersifat pribadi dan
bukan budaya setempat, serta tidak ada bukti terdapatnya penyakit pada
otak.
VII. DIAGNOSIS
Aksis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Gangguan kepribadian cemas
Aksis III : Tidak ada diagnosis aksis III
Aksis IV : Masalah dengan “ primary support group” (Keluarga)
Aksis V : 60-51 Gejala sedang (Moderate), Disabilitas sedang
VIII. TERAPI
1. Terapi di IGD
a. Injeksi Govotil 1 amp
b. Injeksi Diazepam 1 amp
c. Haloperidol 5 mg 2x1
d. Triheksifenidil 2 mg 2x1
e. Chlorpromazin 100 mg 1x1
4. Terapi Rumatan saat Rawat Inap
a. Haloperidol 5 mg 2x1
b. Triheksifenidil 2 mg 2x1
14
c. Chlorpromazin 100 mg 1x1
5. Terapi Kejuruan
Dengan cara mengikuti kegiatan rehab yang rutin diadakan di RSJ setiap 1
minggu sekali sehingga os dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan
positif serta os bisa sekaligus menyalurkan hobi dan keterampilannya.
6. Terapi Psikoedukasi
Dengan cara memberikan edukasi atau informasi mengenai penyakit yang
diderita pasien berisi tanda dan gejala kekambuhan yang mungkin timbul
serta pentingnya peran keluarga dalam kepatuhan minum obat pasien.
Mengubah stigma keluarga pasien terhadap penyakit yang di derita
sehingga keluarga bisa memberikan support yang lebih kepada pasien.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsional : Dubia ad bonam
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Skizofrenia merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan patologis
yang sangat mengganggu yang melibatkan gangguan proses berpikir, emosi dan
tingkah laku. Menurut PPDGJ-III, Skizofrenia adalah suatu sindrom dengan
variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.1
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofrenia ada 5 yakni
subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan
residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan
deterioratif sederhana. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6
subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated),
simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia.3
3.2 Epidemiologi
Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti
skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan
hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang
dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000
penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang
dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia
belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe
skizofrenia.4
Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan
perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang
lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15
sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian
telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk
terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial
yang lebih baik daripada laki-laki.Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien
16
skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia
laki-laki.
3.3 Etiologi
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara
pasti.Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan
hipotesis dopamin.Model diastesis stres merupakan satu model yang
mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini
mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik
(diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan
stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan
dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang
penuh ketegangan).2
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan.
Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan
dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik
tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti
amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah
hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau
terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme
tersebut.Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas
dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif
dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat.Kedua,
beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin
meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka
panjang dengan obat antipsikotik.Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas
awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik. 2
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin
yaitu:
1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif
pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan
17
badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang
otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan
penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham
dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin
ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin
pathways menyebabkan gejala positif meningkat. 2
2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah
serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin
pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada
penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya
penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral
prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways
dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui
inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade
antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal
dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif. 2
3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada
batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian
dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin
pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan
pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun
hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya
gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik. 2
4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah
hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular
dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif
prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan
prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau
penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang
dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.2
18
Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti
mengenai hubungannya dengan skizofrenia.Diantaranya :
Serotonin
Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan impulsif
yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik.2
Norepinefrin
Sistem noradrenergik memodulasi sistem dopaminergik dengan cara
tertentu sehingga kelainan sistem noradrenergik predisposisi pasien untuk
relaps.2
Asam amino
Neurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutiric acid (GABA)
mengalami penurunan dihipokampus yang menyebabkan hiperaktivitas
neuron dopaminergik dan noradrenergic.2
Dan juga faktor genetika juga dilakukan penelitian untuk mencari hubungan
terjadinya skizofrenia.Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang menderita
skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan
kemungkinan penderita skizofrenia berhubungan dekat dengan saudara tersebut
(contoh: sanak saudara derajat pertama atau derajat kedua). Petanda kromosom
terletak pada lengan panjang kromosom 5, 11, dan 18; lengan pendek kromosom
15 dan kromosom X adalah yang paling sering dilaporkan.2
3.4 Patogenesis4
Pada skizofrenia terdapat penurunan aliran darah dan ambilan glukosa,
terutama di korteks prefrontalis (pada pasien dengan gejala positif) dan juga
terdapat penurunan jumlah neuron (penurunana jumlah substansi grisea). Selain
itu, migrasi neuron yang abnormal selama perkembangan otak secara
patofisiologis sangat bermakna.
Makna patofisiologis yang khusus dikaitkan dengan dopamin;avaibilitas
dopamin atau agonis dopamin yang berlebihan dapat menimbulkan gejala
skizofrenia, dan penghambat reseptor dopamine-D2 telah sukses digunakan
dalam penatalaksanaan skizofrenia. Disisi lain, penurunan reseptor D2 yang
ditemukan di korteks prefrontalis (A1), dan penurunan reseptor D1 dan D2
19
berkaitan dengan gejala negative skizofrenia, seperti kurangnya emosi.
Penurunan reseptor dopamin mungkin terjadi akibat pelepasan dopamin
meningkat dan hal ini tidak memiliki efek patogenetik.
Gambar 3.1. Pathogenesis Skizofrenia
3.5 Gejala dan Diagnosis
Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala “positif” dan “negatif” dari
skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas
menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti
dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan
20
diri dan kinerja sosial yang buruk.3 Gejala waham dan halusinasi dapat muncul
dan terutama waham curiganya.2
Kriteria Diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ-III dan DSM-IV-TR, adalah: 1,2
Tabel 3.1. Kriteria Diagnostik Skizofrenia
Menurut PPDGJ-III Menurut DSM-IV-TR
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a) “Thought echo” : Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau“Thought insertion or withdrawal” : Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan“Thought broadcasting” : Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
(b) “Delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dati luar; atau“Delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau“Delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;(tentang ‘dirinya”: secara jelas
A. Gejala karakteristik : Dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika telah berhasil diobati):1) Waham2) Halusinasi3) Bicara terdisorganisasi
(misalnya sering menyimpang atau inkoheren)
4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5) Gejala negatif, yaitu: afek datar, alogia, atau kehilangan minat
Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.
B. Disfungsi sosial/pekerjaan: Untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bwah
21
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);“Delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :- Suara halusinasi yang
berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan)
C. Durasi : Tanda ganguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negative atau 2 atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim)
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gannguan mood. Gangguan skizoafektif dan ganggaun mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena : (1) Tidak ada episode depresif
berat, manic, atau campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau
(2) Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relative singakat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
22
berbulan-bulan terus menerus;(f) Arus pikiran yang terputus
(break) atau yang mengalami sisispan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
(h) Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis lansung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif. Jika terdapat riwayat adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil)
23
Kriteria Diagnosis Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ-III dan DSM-IV-TR,
adalah: 1,2
Tabel 3.2. Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid
PPDGJ-III DSM-IV-TR
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan:- Halusinasi dan/atau waham harus
menonjol.a. Suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau delusion of passivity, dan keyakinan dikejar-kejar
- Gangguan afektif, dorogan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria berikut:
A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang sering.
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau katatonik, atau afek datar atau tidak sesuai
3.5 Diagnosa Banding
1. Gangguan waham (F22.0)
a. Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khasklinis atau gejala yang
paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun suatu
24
sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus
bersifat khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
b. Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap/
“full-blown” (F32.-) mungkin terjadi secara intermitten, dengan syarat
bahwa waham-waham tersbut menetap pada saat-saat tidak terdapat
gangguan afektif itu
c. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak
d. Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada
dan bersifat sementara
e. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar
pikiran, penumpulan afek, dsb)
2. F23. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Gejala psikotik harus dalam masa dua minggu/kurang.
3.6 Terapi
Dapat diberikan terapi berupa:
a. Perawatan di rumah sakit
b. Terapi somatic (antipsikotik dan obat-obat lain)
c. Terapi psikososial
d. Psikoterapi keluarga, kelompok, individu
1. Perawatan di rumah sakit2,3
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, Keamanan pasien karena gagasan
bunuh diri atau membunuh, perilaku yang sangat kacau termasuk
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan
adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.
Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah
sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan
pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.
25
Perawatan dirumah sakit menurunkan stress pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya
perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan
tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan
dirumah sakit harus memiliki orientasi praktis kearah masalah kehidupan,
perawatan diri, kualitashidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan
dirumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas
perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan
keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas
hidup.
2. Terapi obat Anti psikotik
Farmakoterapi merupakan terapi utama dalam pasien skizofrenia.
Tabel 3.3 Obat Anti Psikotik
No Golongan Obat Dosis Anjuran
A Obat Anti-Psikosis Tipikal
1 Phenotiazine
Rantai Alipatic
Rantai Piperazine
Rantai Piperidine
Chlorpromazine
Perphenazine
Trifluoperazine
Flupherazine
Thioridazine
150-600 mg/hari
12-24 mg/hari
10-15 mg/hari
10-15 mg/hari
150-300 mg/hari
2 Butyrophenon Haloperidol
Droperidol
5-15 mg/hari
7,5-15 mg/hari
3 Diphenyl-Butyl-Piperidine Pimozide 2-4 mg/hari
B Obat Anti-Psikosis Atipikal
1 Benzamide Sulpiride 300-600 mg/hari
2 Dibenzodiazepine Clozapine
Olanzapine
Quetiapine
Zotepine
25-100 mg/hari
10-20 mg/hari
50-400 mg/hari
75-100 mg/hari
3 Benzisoxazole Risperidone 2-6 mg/hari
26
Aripiprazole 10-15 mg/hari
Indikasi penggunaan
1. Gejala sasaran : syndrome psikosis
Diagnosis sindrom psikosis
Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas
Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental
Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari6
2. Sindrom psikosis dapat terjadi pada :
a. Sindrom psikosis fungsional : skizofrenia, psikosis paranoid,
psikosis afektif, psikosis reaktif singkat, dll
b. Sindrom psikosis organic : sindrom delirium, dementia, intoksikasi
alcohol dll7
Kontraindikasi
1. Penyakit hati (hepatotoksik)
2. Penyakit darah (hematotoksik)
3. Epileps (menurunkan ambang kejang)
4. Kelainan jantung (menghambat irama jantung)
5. Febris yang tinggi (thermoregulator diSSP)
6. Ketergantungan alcohol (penekanan SSP meningkat)
7. Penyakit SSP (Parkinson, tumor otak)
8. Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depresan (kesadaran makin
memburuk7
Efek samping
1. Sedasi dan inhibisi psikomotor
2. Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik; mulut
kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, TIO
meningkat, gangguan irama jantung)
27
3. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akhatisia, sindrom Parkinson :
tremor, bradikinesia, rigiditas)
4. Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolic
(jaundice), hematologic (agranulositosis), biasanya untuk pemakaian
jangka panjang
Cara penggunaan
1. Pemilihan obat :
Pemilihan obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis
yang dominan dan efek samping obat.pergantian obat disesuaikan
dengan dosis ekivalen
Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis
dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang
memadai dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain dengan dosis
ekivalennya, dimana profil efek sampingnya belum tentu sama
Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya
baik dapat digunakan kembali
2. Pengaturan dosis :
Perlu dipertimbangkan :
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam
Waktu paruh : 12 – 24 jam (pemberian 1- 2 X /hari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak
dari efek samping sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup
pasien7
3. Cara pemberian :
Dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikan setiap 2 – 3 hari
dosis efektif (timbul sindrom psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu
dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8 –
12 minggu diturunkan setiap 12 minggu dosis maintenance
28
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun tapering off (dosis diturunkan
tiap 2-4 minggu) stop7
4. Lama pemberian :
a) Paien sindrom psikosis (multiepisode) terapi maintenance ± 5
tahun
b) Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya
dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala
psikosis mereda sama sekali
c) Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap
setelah hilang gejala dalam kurun waktu 2 minggu- 2 bulan7
5. Penggunaan perenteral :
a) Obat anti-psikosis yang long-action (fluphenazine decanoate 25
mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, im, untuk 2- 4 minggu)
penting untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan
obat
b) Dosis mulai dari ½ cc setiap 2 minggu pada bulan pertama,
kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan7
3. Terapi psikososial2,3
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
ketrampilan social untuk meningkatkan kemampuan sosial,
kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau
hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti
hak istimewa dan pas jalan dirumah sakit. Dengan
demikian,frekuensi perilaku maladaptive atau menyimpang seperti
berbicara lantang, berbicara sendirian dimasyarakat, dan postur
tubuh aneh dapat diturunkan.
29
b. Terapi berorintasi - keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia sering kali
dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien
skizofrenia kembali sering kali mendapatkan manfaat dari terapi
keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera, topic penting yang dibahas didalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong anak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistic tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat
skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif
dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan
angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi
keluarga sebesar 25-50% dan 5-10% dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara
psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif
dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang
memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,
tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa
terapilah membantu dan menambah efek terapi farmakologis.Suatu
konsep penting didalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah
30
perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien
sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terap i dan
pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh
pasien. Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan didalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan
hubungan sering kali sulit dilakukan. Pasien skizofrenia sering kali
kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga,cemas,bermusuhan,atauteregresi jika
seseorang mendekati.Pengamatanyangcermat darijauhdanrahasia,
perintahsederhana, kesabaran, ketulusan hati,dankepekaan terhadap
k
aidahsosialadalahlebihdisukaidaripadainformalitasyangprematurdan
penggunaan nama pertamayang merendahkan diri.Kehangatan
atauprofesipersahabatanyangberlebihanadalah tidak tepat dan
kemungkinandirasakan sebagai usaha untuk suapan,manipulasi,atau
eksploitasi.
3.7 Prognosis
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang.
Secara umum 25% individu sembuh sempurna,
40% mengalami kekambuhan dan
35% mengalami perburukan.
Tabel 2.3 Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada
prediktor prognosis spesifik.2
Prognosis baik Prognosis buruk
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas
Onset akut
Riwayat sosial, seksual, pekerjaan
pramorbid baik
Onset muda
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat sosial, seksual, pekerjaan
pramorbid buruk
31
Gejala gangguan mood
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif
Perilaku menarik diri, autistik
Tidak menikah, bercerai, janda/duda
Riwayat keluarga skizofrenia
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam tiga tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock B, Sadock V A. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis,
Edisi 2. Jakarta: EGC. 2010. Hal 179-181.
2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Skizofrenia
Dalam: synopsis psikiatri. Jilid satu. Jakarta: Binapura Aksara; 2010. hal.
474; 699 – 743.
3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: PT. Nuh Jaya. 2001. Hal 53-55.
4. Maramis, Fwilly Dkk. Skizofrenia dalam catatan ilmu kedokteran jiwa.
Edisi : II. Jakarta 2009. Airlangga University Press.hal : 259 – 281
33
Recommended