LAPORAN PRAKTIKUM
KLIMATOLOGI
ACARA VIII & IX
HUJAN 2 & KLASIFIKASI IKLIM
Oleh
Nama : Shinta Rebecca Naibaho
NPM : E1B012004
Prodi : Kehutanan
Coass : Rian Ferry Andreas
LABORATORIUM AGROKLIMAT
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.1.1. Hujan 2 : Pengolahan Data
Hujan merupakan penentu dan pengendali iklim. Hujan di suatu tempat
biasanya tidak sama dengan tempat lain walau sekalipun lokasinya
berdekatan. Saat datang hujan dan periode musim hujan pun bisa berbeda
untuk setiap kawasan yang berbeda.
Menurut pola dalam satu hari turunnya hujan suatu daerah bisa berbeda
– beda ketika sudah memasuki musim hujan. Walau belum banyak penelitian,
ada daerah yang mengalami hujan hampir setiap petang. Tetapi ada tempat
lain yang hujan tak menentu kadang siang kadang malam hari.
Demikian pula untuk kelebatan atau intensitas hujan. Pada suatu
kejadian hujan, kelebatan hujan dapat berubah – ubah. Biasanya pada awal
mulai hujan kecil kemudian besar lalu mengecil dan berhenti. Namun ada
pula hujan yang datang tiba – tiba dengan lebatnya dan berhenti pun secara
mendadak. Selain itu ada pula hujan yang turun kecil sepanjang masa hujan
yang sama.
Data hujan dianalisa untuk mengetahui jeluknya (rainfall depth), jujuh
hujan (rainfall duration), dan kelebatan hujan (rainfall intensity). Sifat-sifat
hujan tersebut penting diketahui karena ia berperan atas terjadinya runoff
(limpasan), erosi, dan dapat menentukan dan berpengaruh pada peristiwa dan
kejadian alam, peristiwa biologik, dan lain-lain. Pendataan hujan, seperti
pendataan unsur-unsur iklim lainnya diperlukan untuk digunakan dalam
hampir setiap perencanaan di bidang pertanian, pembangunan jembatan,
gedung dan lain-lain. Pendataan hujan dan unsur iklim lainnya sering
diperlukan untuk menunjang penelitian yang berkenaan dengan alam terbuka.
1.1.2. Klasifikasi Iklim
Iklim merupakan keadaan rata – rata cuaca dalam jangka waktu
panjang. Setiap tempat dapat mempunyai iklim yang berbeda dengan tempat
lainnya sesuai dengan kondisi masing – masing unsur – unsur iklim.
Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan
perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi
relatif terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi
tofografi suatu tempat memiliki kekhasan iklim. Klasifikasi iklim biasanya
terkait dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi
vegetasi asli yang tumbuh di suatu kawasan.
Ada beragam klasifikasi iklim dan ia dinamai sesuai dengan ahli yang
mengembangkannya. Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal
adalah klasifikasi Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh
dunia sehingga sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan ekologi.
Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi
variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering
menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF), yang ternyata
disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF didasarkan
pada klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus
kriterianya. Dan klasifikasi iklim Oldeman.
1.2. Tujuan
1.2.1. Hujan 2 : Pengolahan Data
Agar mahasiswa mengetahui cara pengolahan data hujan harian,
bulanan, tahunan dan dapat membuat grafik pola hujan suatu tempat.
Agar mahasiswa dapat menganalisa data hujan rekaman kontinyu dan
mengerti sifat hujan dari data tersebut.
1.2.2. Klasifikasi Iklim
Menentukan kelas iklim suatu tempat dengan menggunakan cara
klasifikasi Schmidt dan Ferguson dan cara klasifikasi Oldeman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.3. Hujan 2 : Pengolahan Data
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi
non-cair seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer
tebal agar dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan
Bumi. Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer
menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua
proses yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh
menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke
udara. Virga adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum
mencapai daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk melalui
tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memilik ukuran yang
beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang
dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-
tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan itu berlangsung dalam tiga tahap.
Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan.
Tahap – tahap Pembentukan Hujan :
Tahap Pertama
Sejumah besar gelembung udara terbentuk karena buih di
lautan secara terus menerus pecah dan menyebabkan partikel air
disemburkan ke langit. Partikel yang kaya-garam ini kemudian dibawa
angin dan dibawa ke atmosfir.
Tahap Kedua
Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar Kristal
garam atau partikel debu di udara. Karena tetesan air di awan sangat
kecil, awan menggantung di udara dan menyebar ke langit, sehingga
langit tertutup oleh awan.
Tahap Ketiga
Partikel air yang mengelilingi Kristal garam dan partikel debu akan
bertambah tebal dan membentuk tetesan hujan, sehingga tetesan hujan
akan menjadi lebih berat daripada udara, dan mulai jatuh ke bumi
sebagai hujan.
Pembagian Hujan Berdasarkan Terjadinya :
Hujan Sikonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik
disertai dengan angin berputar.
Hujan Zenithal atau Hujan Konvektif, yaitu hujan yang sering terjadi di
daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut
dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan
membentuk gumpalan-gumpalan awan disn Musimekitar ekuator yang
berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
Hujan Orografis atau Hujan Gunung, yaitu hujan yang terjadi karena
angin yang mengandung uap air yang bergerak horizontal. Angin
tersebut bergerak menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin
sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan disekitar pegunungan.
Hujan Orografis terjadi di sisi atas angin pegunungan dan disebabkan
oleh gerakan udara lembap berskala besar ke atas melintasi
pegunungan, mengakibatkan pendinginan dan kondensasi adiabatik..
Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang
dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan
antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa
udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah
sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
Hujan Muson, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin
Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya
pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis
Balik Selatan. Di Indonesia, secara teoritis hujan muson terjadi bulan
Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan
Mei sampai Agustus.
Hujan Buatan, yaitu dibuat dengan cara menggunakan garam-garaman
untuk merangsang awan hingga uap air di udara dengan ketinggian
3000 kaki lebih cepat berkondensasi menjadi air dan turun sebagai
hujan.
Pembagian Hujan Berdasarkan Ukurannya :
Hujan Gerimis/Drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
Hujan Salju, terdiri dari kristal – kristal es yang suhunya berada di
bawah 0˚ C.
Hujan Batu Es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari
awan yang suhunya dibawah 0˚ C.
Hujan Deras/Rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas
0˚ C dengan diameter ±7mm.
Kaitan Hujan Terhadap Hutan :
Presipitasi, khususnya hujan, memiliki dampak dramatis terhadap
hutan. Semua tumbuhan memerlukan air untuk hidup, sehingga hujan (cara
mengairi paling efektif) sangat penting bagi hutan. Pola hujan biasa bersifat
vital untuk kesehatan tumbuhan, terlalu banyak atau terlalu sedikit hujan dapat
membahayakan, bahkan merusak hutan. Kekeringan dapat mematikan panen
dan menambah erosi, sementara terlalu basah dapat mendorong pertumbuhan
jamur berbahaya. Tumbuhan memerlukan beragam jumlah air hujan untuk
hidup. Misalnya, kaktus tertentu memerlukan sedikit air, sementara tanaman
tropis memerlukan ratusan inci hujan pertahun untuk hidup.
Jenis-jenis hujan berdasarkan curah hujan (definisi BMG) :
Hujan sedang, 20 - 50 mm per hari
Hujan lebat, 50-100 mm per hari
Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari. (www.google.com)
Air hujan terdiri atas : ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlo, bikarbinat, dan
sulfat ynag merupakan jumlah yang besar bersama-sama. Ammonia, nitra, nitrit,
nitrogen, dan susunan-susunan nitrogen lain. Bagian yang kecil misalnya: iodine,
bromine, boron, besi, almunium, dan silica. Asal unsure-unsur ini adalah lautan,
sungai-sungai atau danau, permukaan tanah, vegetasi, industri, dan gunung-gunung
berapi. Air hujan pH-nya berkisar antara 3,0-9,8. (Wisnubroto, 1981)
Dari data analisa data hujan kita dapat mengetahui sifat-sifat hujan yang
berperan penting atas terjadinya limpasan, erosi, dan depot berpengaruh pada peristiwa
dan kejadian alam. Dan dari data analisa depot pula diketahui hujan harian yang
merupakan curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu satu hari (24
jam),kemudian hujan kumulatif yang merupakan jumlah kumpulan hujan dalam suatu
priode tertentu,dan hari hujan yang merupakan kejadian hujan dengan curah hujan
lebih besar atau sama dengan 0,5 mm. Dari data tersebut kita juga dapat mengetahui
hujan jangka pendek atau yang lebih tepat disebut dengan intensitas hujan yaitu hujan
yang diukur kontinyu selama waktu pendek. Pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui kekuatan atau kelebatan hujan selama kejadian hujan.(S. Nur Muin 2008)
Hujan harian adalah curah hujan yang diukur berdasarkan jangka waktu satu
hari (24 jam). Hujan kumulatif merupakan jumlah kumpulan hujan dalam suatu
periode tertentu seperti mingguan, 10 harian, dan bulanan, serta tahunan. Hujan jangka
pendek atau intensitas hujan adalah hujan yang diukur kontinyu selama waktu pendek
seperti setiap satu jam, setengah jam, dua jam, dan sebagainya. Pengukuran ini
dilakukan intuk mengetahui kekuatan atau kelebatan hujan selama kejadian hujan.
1.4. Klasifikasi Iklim
Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk mengidentifikasi dan mencirikan
perbedaan iklim yang terdapat di bumi. Akibat perbedaan latitudo (posisi relatif
terhadap khatulistiwa, garis lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu
tempat memiliki kekhasan iklim. Klasifikasi iklim biasanya terkait
dengan bioma atau provinsi floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang
tumbuh di suatu kawasan.
Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi Koeppen dan
Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga sering dirujuk untuk
kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara mengembangkan klasifikasi iklim
sendiri untuk mengatasi variasi iklim tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya,
lebih sering menggunakan sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF), yang
ternyata disukai untuk kajian-kajian kehutanan dan pertanian. Sistem SF didasarkan
pada klasifikasi yang terlebih dahulu disusun oleh Mohr, namun diperhalus
kriterianya.
Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua
yaitu iklim matahari dan iklim fisis.
Iklim Matahari
Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinat
matahari atau berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap
permukaan bumi.
Kedudukan matahari dalam setahun adalah :
1. Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0˚) tanggal
21 Maret.
2. Matahari beredar pada garis balik utara (23,5˚ LU) tanggal 21
Juni.
3. Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0˚) pada 23
September.
4. Matahari beredar pada garis balik selatan (23,5˚ LS) tanggal 22
Desember.
Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan letak lintang adalah
sebagai berikut:
1. Daerah Iklim Tropis
Iklim Tropis terletak antara 0˚ - 23½˚ LS. Ciri – ciri iklim tropis
adalah sebagai berikut :
- Suhu udara rata – rata tinggi, karena matahari selalu vertikal.
Umumnya suhu udara antara 20˚ - 23˚C. Bahkan di beberapa
tempat suhu tahunannya mencapai 30˚C.
- Amplitudo suhu rata – rata tahunan kecil. Di khatulistiwa
antara 1˚ - 5˚C, sedangkan amplitudo hariannya besar.
- Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara
perlahan dan beraturan.
- Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di
dunia.
2. Daerah Iklim Subtropis
Iklim subtropis terletak antara 23½˚ - 40˚ LU dan 23½˚ - 40˚ LS.
Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim
sedang. Ciri – ciri iklim subtropis adalah sebagai berikut :
- Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah
peraihan dari daerah iklim tropis dan iklim sedang.
- Terdapat empat musim, yaitu musim semi, panas, gugur dan
dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas
dan musim dingin tidak terlalu dingin.
- Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu
dingin.
- Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim
dingin dan musim panasnya kering disebut daerah Iklim
Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim panas dan musim
dinginnya kering disebut daerah Iklim Tiongkok.
3. Daerah Iklim Sedang
Iklim sedang terletak antara 40° - 66½° LU dan 40° - 66½° LS.
Ciri – ciri iklim sedang adalah sebagai berikut :
- Banyak terdapat gerakan – gerakan udara siklonal, tekanan
udara yang sering berubah – ubah, arah angin yang bertiup
berubah – ubah tidak menentu, dan sering terjadi badai secara
tiba – tiba.
- Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu
harian lebih kecil dibandingkan dengan yang terdapat pada
daerah iklim tropis.
4. Daerah Iklim Dingin
Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini
disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua,
yaitu iklim tundra dan iklim es.
Ciri – ciri iklim tundra adalah sebagai berikut :
- Musim dingin berlangsung lama.
- Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.
- Udaranya kering.
- Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.
- Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
- Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat
mencairnya es di permukaan tanah.
- Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.
- Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara
Kanada, pantai selatan Greenland, dan pantai utara Siberia.
Ciri – ciri iklim es adalah sebagai berikut :
- Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju
abadi.
- Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah
hijau) dan Antartika di kutub selatan.
Iklim Fisis
Iklim fisis adalah berdasarkan fakta sesungguhnya di suatu wilayah
muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang terdapat di
wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief
muka bumi, angin, dan curah hujan.
Iklim fisis terdiri dari :
1. Iklim laut (Maritim)
Iklim laut berada di daerah tropis dan subtropis; dan daerah sedang.
Keadaan iklim kedua daerah berbeda. Ciri iklim laut di daerah
tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai
berikut:
- Suhu rata-rata tahunan rendah.
- Amplitudo suhu harian rendah/kecil.
- Banyak awan.
- Sering hujan lebat disertai badai.
Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
- Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil.
- Banyak awan.
- Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-
rintik.
- Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak
mendadak dan tiba-tiba.
2. Iklim Darat (Kontinen)
Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah
sedang. Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub tropis sampai
lintang 40º , yaitu sebagai berikut :
- Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil
- Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai
taufan.
Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
- Amplitudo suhu tahunan besar
- Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada
musim dingin rendah
- Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.
3. Iklim Dataran Tinggi
Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai
berikut:
- Amplitudo suhu harian dan tahunan besar
- Udara kering
- Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah
- Jarang turun hujan.
4. Iklim Gunung
Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet dan Dekan.
Ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut:
- Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi
- Terdapat di daerah sedang
- Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil
- Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di
daerah bayangan hujan
- Kadang banyak turun salju
5. Iklim Musim (Muson)
Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim yang berganti
setiap setengah tahun. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
- Setengah tahun bertiup angin laut yang basah dan
menimbulkan hujan
- Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering dan
akan menimbulkan musim kemarau.
Klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :
1. Iklim Junghuhn
F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di
Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil
penelitiannya F. Junghuhn membagi iklim di Indonesia berdasarkan
ketinggian tempat.
Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut.
- Zona Iklim Panas
Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0 – 650
meter dan temperatur antara 26,3 °C – 22 °C.
- Zona Iklim Sedang
Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650 –
1500 meter dan temperatur antara 22 °C – 17,1 °C.
- Zona Iklim Sejuk
Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500 –
2500 meter dan temperatur antara 17,1 °C – 11,1 °C.
- Zona Iklim Dingin
Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas
2500 meter dan temperatur kurang dari 11,1 °C.
2. Iklim Koppen
Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman)
membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban
udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap
permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu
Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masing-masing
daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.
1. Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut:
- suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C
- suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C
- curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan
- tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.
2. Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai
berikut:
- Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa)
- Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan
besar
3. Iklim C atau iklim sedang.
Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18° sampai -
3°C.
4. Iklim D atau iklim salju atau microthermal.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan terpanas lebih dari
10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari – 3°C.
5. Iklim E atau iklim kutub .
Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah
lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari –
3°C.
Dari kelima daerah iklim tersebut sebagai variasinya diperinci lagi menjadi
beberapa macam iklim, yaitu:
1. Daerah iklim A, terbagi menjadi empat macam iklim, yaitu sebagai
berikut:
1) Af = Iklim panas hujan tropis.
2) As = Iklim savana dengan musim panas kering.
3) Aw = Iklim savana dengan musim dingin kering.
4) Am = Iklim antaranya, musim kering hanya sebentar.
2. Daerah iklim B, terbagi menjadi dua macam iklim, yaitu:
1) Bs = Iklim steppa, merupakan peralihan dari iklim gurun (BW) dan
iklim lembab dari iklim A, C, dan D.
2) BW = Iklim gurun.
3) Daerah iklim C, terbagi menjadi tiga macam iklim, yaitu:
Cs = Iklim sedang (laut) dengan musim panas yang kering atau
Iklim lembab agak panas kering.
Cw = Iklim sedang (laut) dengan musim dingin yang kering atau
iklim lembab dan sejuk.
Cf = Iklim sedang (darat) dengan hujan pada semua bulan.
4) Daerah iklim D, terbagi dua macam iklim, yaitu:
Dw = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering.
Df = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
5) Daerah iklim E, terbagi menjadi 2 macam iklim, yaitu:
ET = Iklim tundra, temperatur bulan terpanas antara 0˚ sampai
10˚C.
Ef = Iklim salju , iklim dimana terdapat es abadi.
Perlu Anda ketahui bahwa menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe
iklim Af, Aw, Am, C, dan D yaitu:
Af dan Am = terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan
utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.
Aw = terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua
Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan
Irian Jaya pantai selatan.
C = terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan.
D = terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.
3. Iklim Thornthwaite
C.W.Thornthwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada
curah hujan yang sangat penting untuk tanaman,sehingga selain jumlah
curah hujan yang dipakai oleh tanaman akan lebih kecil dari pada
penguapannya kecil,pada jumlah curah hujan yang sama. Thornthwaite
menghitung ratio keefektifan curah hujan (precipatation effectiveness) atau
ratio P-E sebagai jumlah curah hujan (P=presipitasi) bulanan dibagi
dengan jumlah penguapan (E=evaporasi) bulanan,yaitu ratio P-E=P/E
jumlah 12 bulan ratio P-E disebutkan indeks P/E.
Masing-masing golongan kelembapan dan golongan suhu di
komfermasikan dengan penyebaran curah hujan musiman.penyebaran
curah hujan musiman dibedakan:
r = curah hujan banyak pada setiap musim.
s = defisit curah hujan pada musim panas
w = defisit curah hujan pada musim dingin
d = defisit curah hujan pada setiap musim
4. Iklim Mohr
Berdasarkan penelitian tanah,Mohr membagi tiga derajat kembapan dari
bulan-bulan sepajang tahun yaitu, Jika curah hujan dalam 1 bulan lebih
dari 100mm, maka bulan ini dinamakan bulan basa; jumlah curah hujan ini
melampaui penguapan.
5. Iklim Schmidt dan Ferguson
Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan
perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia.Kriteria yang
digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara
bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100%.
Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi
Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan
selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-
Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang
kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Kriteria bulan basah & bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah :
1) Bulan Basah (BB) Bulan dengan curah hujan > 100 mm
2) Bulan Lembab (BL) Bulan dengan curah hujan antara 60 – 100 mm
3) Bulan Kering (BK) Bulan dengan curah hujan < 60 mm
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang
dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu :
Tabel 3. Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi
A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan
hujan tropika
B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan
tropika
C 33,3 – 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba,
daun gugur pada musim kemarau
D 60,0 – 100,0 Daerah sedang, hutan musim
E 100,0 – 167,0 Daerah agak kering, hutan
sabana
F 167,0 – 300,0 Daerah kering, hutan sabana
G 300,0 – 700,0 Daerah sangat kering, padang
ilalang
H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang
ilalang
6. Iklim Oldeman
Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia
dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau
kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis
klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan pertanian
tanaman pangan di Indonesia.
Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan
palawija. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju
karena sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi
matahari dikaitkan dengan kebutuhan air tanaman.
Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan
dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan
menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria
bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-turut. Kriteria
dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB),
bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan
peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air pada tanaman
Konsepnya adalah:
1) Padi sawah membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam
musim hujan.
2) Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50 mm dalam musim
kemarau.
3) Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75%
sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi 30.
4) Hujan efektif untuk sawah adalah 100%.
5) Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup
rapat adalah 75%.
Dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan untuk padi atau palawija (X)
dengan menggunakan data jangka panjang yaitu:
Padi sawah:
145 = 1,0 (0,82 X -30) X = 213 mm/bulan
Palawija:
50 = 0,75 (0,82 X - 30) X = 118 mm/ bulan.
213 dan 118 dibulatkan menjadi 200 dan 100 mm/bulan yang digunakan
sebagai batas penentuan bulan basah dan kering.
Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan > 200 mm
Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm
Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan < 100 mm
Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan
ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut.Tipe
utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada
jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya
dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut.
Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.
TipeA : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.
TipeB : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan.
TipeC : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan.
TipeD : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan.
TipeE : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan.
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
3.1.1. Hujan 2 : Pengolahan Data
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2013 pukul 16.00
WIB sampai selesai di Laboratorium Agroklimatologi Universitas Bengkulu.
3.1.2. Keawanan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2013 pukul 16.00
WIB sampai selesai di Laboratorium Agroklimatologi Universitas Bengkulu.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Hujan 2 : Pengolahan Data
- Data hujan harian dan bulanan
- Data hujan dari penakar otomatis
3.2.2. Klasifikasi Iklim
Data hujan jangka panjang (minimal 10 tahun)
3.3. Prosedur kerja
3.3.1. Hujan 2 : Pengolahan Data
o Data hujan harian/bulanan.
o Salin data yang diberikan di dalam kelas.
o Buat curah hujan bulanannya untuk setiap bulan selama satu tahun
pada suatu tahun. Lakukan untuk beberapa tahun data ( sesuai yang
diberikan Coass).
o Buat rata – rata data hujan bulanan, mulai bulan Januari, Februari dan
seterusnya.
o Hitung hari hujan untuk setiap bulannya dan rata – ratakan dari
sejumlah tahun data yang ada.
o Buat grafik dari data tersebut.
o Tentukan kapan kira – kira musim hujan/basah mulai dan kapan
terakhir.
3.3.2. Klasifikasi Iklim
o Kumpulkan data hujan dari beberapa stasiun dalam kawasan
berdekatan yang mempunyai masa pendataan lebih dari 10 tahun.
o Buat rataan bulanan masing – masing data tersebut.
o Klasifikasikan data iklim tersebut menurut cara klasifikasi Schmith
dan Ferguson dan cara klasifikasi Oldeman.
o Apakah hasil dua macam klasifikasi tersebut sama? Jika berbeda
jelaskan mengapa apabila terjadi perbedaan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Hujan 2 : pengolahan Data
BULANTAHUN
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Januari 422,5 319,7 201 410,4 215,4 160,2 168,4
Februari 389,5 395 306,5 145,2 421,5 61,7 123,7
Maret 244 429 616 263,3 381 214,4 152,5
April 309,5 183 389,3 558,9 299,9 298,7 251,9
Mei 116 147 81 282,8 180,9 344,8 177,1
Juni 456,5 435,5 41,3 120,3 133,8 315,5 82,4
Juli 159 140 75,5 142,5 449,5 93,7 144
Agustus 34 21 195 131,2 359,2 152,8 76,3
September 10,5 267,5 164,3 100 277 46 15,2
Oktober 42,3 243,5 157,3 247 350,8 68,9 287,5
November 108,2 451,5 581,8 363,2 263 216,4 632,8
Desember 218 533,5 614,4 744,4 339,5 301,3 329,3
JUMLAH 2510 3566,2 3423,4 3509,2 3671,5 2274,4 2441,1
RATA-RATA 209,167 297,183 285,283 292,433 305,958 189,533 203,425
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012TAHUN
0
50
100
150
200
250
300
350
DIAGRAM RATA -RATA CURAH HUJAN PERTAHUN DARI 2006 -2012
RATA-RATA
Januari
Febru
ari
Maret
April MeiJuni
Juli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
100
200
300
400
500
600
700
800
DIAGRAM CURAH HUJAN PERBULAN DARI TAHUN 2006-2012
TAHUN 2006
TAHUN 2007
TAHUN 2008
TAHUN 2009
TAHUN 2010
TAHUN 2011
TAHUN 2012
4.1.2 Klasifikasi Iklim
4.1.2.1 Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson
Tahun Bulan basah Bulan kering
2006 9 3
2007 11 1
2008 9 1
2009 12 0
2010 12 0
2011 8 1
2012 9 1
4.1.2.2 Klasifikasi Iklim Oldeman
Tahun Bulan basah Bulan kering
2006 6 3
2007 8 1
2008 6 3
2009 7 0
2010 10 0
2011 6 3
2012 4 3
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hujan 2 : Pengolahan Data
Dari data mentah yang diberikan Coass dari tahun 2006 sampai dengan 2012 dapat
kita ketahui bahwa curah hujan yang terjadi selama 7 tahun tergolong hujan ringan
sedang dan deras. Hujan yang terjadi pada tahun 2006 adalah 100 kali, pada tahun
2007 adalah 145 kali, pada tahun 2008 adalah 150 kali, pada tahun 2009 adalah 158
kali, pada tahun 2010 adalah 214, pada tahun 2011 adalah 151 kali, dan pada tahun
2012 adalah 142 kali.
4.2.2 Klasifikasi Iklim
4.2.2.1 Klasifikasi Iklim Schmidt Ferguson
Jumlah bulan kering (<60 mm/bulan) = 7 bulan
Jumlah bulan basah (>100 mm/bulan) = 70 bulan
Lama pengamatan = 7 tahun
Q = (7 bulan/ 7 tahun) / 70 bulan/ 7 tahun) x 100%
Q = (1) / 10 x 100%
Q = 10 %
Tipe Iklim A = Iklim sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis
4.2.2.2 Klasifikasi Iklim Oldeman
Jumlah bulan kering (<100 mm/bulan) = 13 bulan
Jumlah bulan basah (>200 mm/bulan) = 47 bulan
Rerata bulan kering (2 – 3 bulan berturut – turut)
Rerata bulan basah (3 – 4 bulan berturut – turut)
Jadi Tipe Iklim Berada di Zona D Klasifikasi D2 dengan Kriteria 1 x Padi, 1 x
Palawija tergantung persediaan air.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Hujan 2 : Pengolahan Data
Dari data curah hujan selama periode 7 tahun dapat disimpulkan
bahwa setiap bulan dalam 1 tahun selalu terjadi hujan walaupun ada
yang terjadi sekali dalam 1 bulan. Ini menunjukkan bahwa hanya
sedikit musim kemarau yang terjadi dari tahun 2006 sampai tahun
2012. Mengolah data curah hujan ini adalah dengan menghitung curah
hujan yang terjadi setiap hari dan mencatatnya. Lalu dikelompokkan
menjadi 1 tahun dan dijumlahkan dan dihitung rata – rata hujan yang
terjadi selama satu tahun itu.
5.1.2. Klasifikasi Iklim
Dari data curah hujan selama periode 2006 sampai 2012 dapat
disimpulkan bahwa tipe iklim menurut Schmidt Ferguson adalah tipe
A yaitu, Iklim sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis dan terdapat 7
bulan kering dan 10 bulan basah, sedangkan tipe iklim menurut
Oldeman, zona iklimnya adalah Zona D klasifikasi D2 denga kriteria 1
x Padi, 1 x Palawija tersediaan air.
DAFTAR PUSTAKA
Daldjumi. 1983. Pokok-pokok Klimatologi. Penerbit Alumni. Bandung.
Handoko.1993.Klimatologi Dasat. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsu-unsur
Iklim. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA-IPB, Bogor.
Hasan,U.M.1970. Dasar-dasar Meteorologi Pertanian.PT.Soeroenngan, Jakarta
Nur Muin, S. 2013. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Laboratorium Agroklimat
Fakultas Pertanian. UNIB. Bengkulu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_iklim (diunduh pada 18 Desember 2013)
http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Geografi/Iklim/materi1.html (diunduh pada
18 Desember 2013)
http://art-mustaqim.blogspot.com/2012/12/klasifikasi-iklim-berdasarkan-para-tokoh.html
(diunduh pada 18 Desember 2013)
http://tryshift.blogspot.com/2013/04/pembagian-iklim-menurut-schmidt-ferguson.html (diunduh
pada 18 Desember 2013)