RADIASI NON-IONIZING
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Lingkungan
Oleh :
1. Ratna Yuliastanti (090210102078)
2. Dedy Nur Raharjo (090210102082)
3. Anashta Verill Vebriana (100210102024)
4. Budi Haryono (080210192001)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang berada disekitar kita yang
memberi tempat dan bahan untuk kehidupan. Ruang lingkup lingkungan hidup tidak
hanya sebatas tumbuhan, hewan dan manusia. Akan tetapi benda – benda tak hidup
yang didalamnya membangun hubungan saling terkait, misalnya matahari yang sangat
berperan penting dalam kelangsungan hidup di muka bumi. Selain itu, perilaku manusia
juga termasuk dalam mempengaruhi lingkungan. Perilaku ini dapat mempengaruhi
kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Seperti yang terjadi pada saat ini adalah Global Warming, Gas Rumah Kaca (GRK)
yang salah satunya adalah disebabkan oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan
perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim dan dapat mengakibatkan radiasi salah
satunya.
Radiasi yang ditimbulkan bisa berasal dari banyak sumber, salah satunya dari
matahari. Sinar matahari yang berbahaya dapat langsung sampai ke bumi karena lapisan
ozon yang berlubang. Sehingga sinar radiasi yang berbahaya tidak terpantulkan kembali
ke luar tapi bisa lolos sampai ke permukaan bumi.
Perubahan dan evolusi sumber energi matahari, mengubah iklim global bumi
serta pancaran energi yang kuat, sejalan dengan hal tersebut pula terjadi pada kosmis;
radiasi kosmis, serta akbat positif dan dampak negatifnya.
Perubahan fenomena alam ini serta akibat negatif yang timbul menyebabkan
munculnya isu akibat pengaruh radiasi di alam, baik kajian ilmiah oleh para ahli di
bidangnya, serta opini masyarakat tentang hal tersebut. Radiasi pun bermacam, oleh
alam, gelombang elektromagnetik atau sejenisnya.
Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu cara perambatan
energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium, misalnya
perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio. Dikenal
dua jenis radiasi, yaitu radiasi pengion (ionizing radiation) dan radiasi nonpengion
(non-ionizing radiation). Di sini akan dibahas mengenai radiasi khususnya radiasi non
ionizing.
1.2 Rumusan Masalah
Pentingnya untuk dikaji dan menjadi permasalahan yang dipandang penting
untuk dilakukan pengamatan adalah :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan radiasi?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan radiasi non-ionizing?
1.2.3 Apa dampak yang ditimbulkan dari radiasi non-ionizing?
1.2.4 Apa manfaat dari radiasi non-ionizing?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui tentang radiasi.
1.3.2 Mengetahui tentang pengertian radiasi non-ionizing.
1.3.3 Mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan dari radiasi non-ionizing.
1.3.4 Mengetahui tentang manfaat dari radiasi non-ionizing.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada
beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah
televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan
lain-lain. Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan
foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik. Misalnya
adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar
matahari, gelombang microwave, radar dan handphone.
Jika radiasi membawa energi yang cukup untuk menyebabkan ionisasi dalam
media yang dilewati, dikatakan radiasi pengion. Jika tidak datang ke radiasi non-
ionisasi. Karakter radiasi pengion atau non pengion adalah independen dari sel hidup
alam atau gelombang. Radiasi pengion adalah sinar-X, sinar γ, partikel α dan bagian
dari spektrum radiasi UV dan lainnya. Selain itu, seperti radiasi UV dan gelombang
radio, TV atau telepon selular adalah contoh radiasi non-ionisasi.
2.2 Pengertian Radiasi Non-Ionizing
Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di
sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain
adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan
televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi
seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas);
cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari).
Istilah radiasi non pegion secara fisika mengacu pada radiasi elektromagnetik dengan
energi lebih kecil dari 10 eV.
Berdasarkan panjang gelombang yang berhubungan dengan frekuensi dan energi
fotonnya radiasi non ionizing dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu radiasi optik
dengan panjang gelombang antara 100 nm sampai 1 mm dan radiasi elektromagnetik
radiofrekuensi antara 1mm sampai>100 km.
1. RADIASI GELOMBANG MIKRO (MICROWAVE)
Gelombang mikro pada frekuensi 30 MHz – 300 GHz dan gelombang
radiofrekuensi pada 0,3 – 30 MHz. Dihasilkan dari perlambatan elektron pada medan
listrik, kegunaannya untuk gelombang radio, televisi, radar dan alat-alat industri.
2. RADIASI SINAR ULTRA VIOLET
Sinar UV mempunyai panjang gelombang antara 240 nm - 320 nm. Sumbernya
berasal dari sinar matahari, kegiatan pengelasan, lampu pijar, pekerjaan laser.
3. RADIASI SINAR INFRA MERAH
Sinar inframerah terletak pada rentang panjang gelombang 770 nm sampai 1
mm. Sumbernya dari sinar matahari, dihasilkan oleh benda pijar seperti dapur atau
tanur atau bahan pijar lain.
4. RADIASI CAHAYA TAMPAK
Cahaya tampak mempunyai panjang gelombang 400-700 nm. Sumbernya
berasal dari sinar matahari, lampu baca, dan laser. Sinar laser adalah emisi energi
tinggi yang dihasilkan dari kegiatan pengelasan, pemotongan, pelapisan, pembuatan
mesin mikro dan operasi kedokteran.
2.2 Efek Radiasi Non Pengion (Non Ionizing)
Efek biologik radiasi non pengion akan dibedakan atas efek akibat radiasi optik
yang meliputi radiasi ultraviolet (100 – 400 nm), radiasi tampak/cahaya (400 – 770 nm)
dan radiasi infra merah (770nm - 1 mm) dan efek medan radiofrekuensi elektromagnetik
yang meliputi gelombang mikro (1 mm – 30 cm), gelombang frekuensi tinggi (30 cm –
100 km) dan gelombang frekuensi rendah ( > 100 km). Radiasi UV pendek (< 220 nm)
diserap oleh oksigen pada lapisan terluar atmosfer yang kemudian membentuk lapisan
ozon yang berfungsi sebagai filter atau pelindung terhadap radiasi UV dengan panjang
gelombang < 310 nm. Dengan demikian radiasi lainnya yang dapat menembus lapisan
ozon yang akan menimbulkan efek bagi manusia. Tetapi semakin berkurangnya lapisan
ozon sebagai akibat dari pelepasan chlorofluorocarbon ke atmosfer menyebabkan
tingkat kerusakan akibat pajanan radiasi UV semakin besar.
1. Radiasi optik
Berdasarkan panjang gelombang, radiasi UV dibagi atas UV-C (100 - 280 nm),
UV-B (280 - 315 nm) dan UV-A (315 - 400 nm), sedangkan radiasi infra merah dibagi
atas IR-A (770 nm -1,4 μm), IR-B (1,4 – 3 μm) dan IR-C (3 μm – 1 mm). Efek yang
ditimbulkan akibat pajanan radiasi optik pada tubuh sangat bergantung pada panjang
gelombang yang berhubungan dengan daya tembus atau penetrasi radiasi optik pada
jaringan tubuh. Sasaran utama dari pajanan pada tubuh adalah kulit dan mata.
a. Efek radiasi optik pada kulit
Mekanisme yang dominan dari efek pajanan radiasi pada kulit adalah reaksi
fotokimia. Efek dari pajanan kronik radiasi UV lebih serius dari pada pajanan akut.
Pajanan kronik pada kulit menyebabkan perubahan yang sangat bervariasi dalam
struktur dan komposisi kulit, yang mengarah pada hilangnya sifat elastisitas (elastosis),
dilasi pembuluh darah, dan penebalan kulit (keratosis). Efek kronik yang paling penting
adalah risiko kanker kulit khususnya kanker kulit melanoma dan penuaan dini.
Penetrasi energi radiasi UV-C dapat menembus strotum korneum, lapisan atas
stratum malpighi dan menimbulkan efek tidak langsung pada lapisan hidup epidermis
(sel melanosit dan sel keratinosit). Penyerapan radiasi UV-C menginduksi produksi
sitokin yang bertanggung jawab terhadap timbulnya eritema dan mempengaruhi fungsi
imunitas sel langerhans dan terdapat kemungkinan terlibat dalam pembentukan kanker
kulit.
Radiasi UV-B dapat menembus semua lapisan epidermis dan hanya sekitar 10-15
% dapat menjangkau bagian atas lapisan dermis. Efek dari pajanan ini adalah eritema
dan kanker kulit. Diketahui bahwa panjang gelombang yang dapat menimbulkan efek
akut paling parah berupa induksi luka bakar/sunburn adalah 307 nm. Sunburn yang
parah biasanya diikuti dengan peningkatan ketebalan epidermis dan deskuamasi sel
epidermis yang mati dan diikuti dengan blister pada 48 jam kemudian epidermis.
Intensitas radiasi UV-B yang dibutuhkan hanya sedikit dan kelebihan pajanan dapat
mengakibatkan penghentian aksi vitamin D3 yang telah terbentuk. Bila telah sampai
dalam organ ginjal, vitamin D akan dikonversi menjadi hormon yang berfungsi
mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam darah, menstimulasi penyerapan
kalsium dari makanan dalam usus halus, memobilisasi kalsium ke tulang, memacu
differensiasi sel dan menghambat pembelahan beberapa jenis sel terutama sel kanker.
Sedangkan radiasi UV-A yang diserap lapisan epidermis hanya sebanyak 50% dan
sisanya mampu menembus lapisan dermis sampai kedalaman 2 mm. Efek yang
ditimbulkan adalah kanker kulit, penuaan dini dan juga pigmentasi kulit sebagai akibat
dari peningkatan produksi pigmen melanin.
Radiasi UV juga mengganggu proses imunitas dengan merusak sel langerhans
yang berada tepat di bawah stratum korneum dan dermis. Sel langerhans merupakan sel
yang terlibat dalam sistem imunitas seluler yang dapat mendeteksi benda asing,
mengisolasi dan membawa antigen tersebut keluar lapisan epidermis menuju pembuluh
getah bening untuk kemudian diinaktivasi atau dihancurkan oleh sel limfosit T.
Pajanan laser yang termasuk dalam kelompok radiasi cahaya tampak dan infra
merah dapat menyebabkan sunburn yang parah, bergantung pada energi yang diserap.
Radiasi pada 310 – 700 nm menyebabkan reaksi fotosensitif berupa eritema yang ringan
dan tidak sakit dan 700 nm – 1 mm menimbulkan kulit terbakar dan kering.
b. Efek radiasi optik pada mata
Pada mata, energi radiasi pada panjang gelombang < 280 nm (UV-C) dapat
diserap seluruhnya oleh kornea. Energi radiasi UV-B ( 280 –315 nm) sebagian besar
diserap kornea dan dapat pula mencapai lensa. Sedangkan energi UV-A (315-400 nm)
secara kuat diserap dalam lensa dan hanya sebagian kecil energi saja (< 1%)
Ternyata radiasi UV-B juga memberikan dampak yang menguntungkan bagi
kesehatan yaitu menginduksi terjadinya reaksi fotokimia untuk menkonversi senyawa 7-
dehydro cholesterol menjadi vitamin D3 di lapisan yang dapat mencapai retina. Untuk
mata aphakic (mata yang telah mengalami operasi katarak), penetrasi radiasi UV pada
300 – 400 nm dapat mencapai retina.
Paling tidak terdapat 3 jenis kerusakan akibat pajanan radiasi UV pada mata,
yaitu:
• Photokeratoconjunctivitis/welder’s flash/ snow blindness yaitu reaksi peradangan akut
pada kornea dan conjunctiva mata sebagai akibat pajanan radiasi pada panjang
gelombang 200 – 400 nm (UV-C, UV-B dan UV-A). Ini merupakan kerusakan
akibat reaksi fotokimia pada kornea (fotokeratitis) dan konjunctiva
(fotokonjunctiva) yang timbul beberapa jam setelah pajanan akut dan umumnya
berlangsung hanya 24 – 48 jam. Simpton fotokeratitis berupa memerahnya bola
mata yang disertai rasa sakit yang parah. Efek ini bersifat sementara karena
kerusakan yang terjadi sangat ringan (bagian permukaannya saja) dan penggantian
sel epitel permukaan kornea berlangsung dengan cepat (satu siklus 48 jam).
• Pterygium dan droplet keratopathy adalah patologis pada kornea yang berhubungan
dengan mata yang umum dijumpai pada lingkungan pulau yang kaya akan pajanan
radiasi UV kronik (pajanan sepanjang hidup). Pterygium atau penebalan conjuctiva
sebagai hasil dari pertumbuhan jaringan lemak diatas kornea, sedangkan droplet
keratopathy adalah degenerasi lapisan ikat/fibrous pada kornea dengan droplet-
shaped deposit.
• Kataraktogenesis atau proses pembentukan katarak. Telah diduga radiasi UV pada
panjang gelombang 290 – 320 nm menyebabkan katarak. Terdapat hubungan yang
jelas antara katarak dengan pajanan UV-B sepanjang hidup.
Penetrasi radiasi cahaya tampak dan IR-A (400 – 1400 nm) dapat mencapai retina
dan menimbulkan fotoretinitis, peradangan pada retina. Kerusakan pada retina timbul
khususnya akibat pajanan cahaya tampak biru (400 – 550 nm) sehingga dikenal pula
sebagai blue light retinal injury. Diketahui bahwa fotoretinitis yang biasanya disertai
dengan scotoma (blind spot), terjadi akibat menatap sumber cahaya yang sangat tajam
dan terang seperti matahari dalam waktu yang sangat singkat ataupun cahaya terang dari
laser untuk waktu yang lebih lama. Peningkatan suhu pada retina yang hanya beberapa
derajat lebih tinggi dari suhu yang terjadi ketika demam diyakini dapat menimbulkan
kerusakan retina yang permanen. Pajanan IR-A juga memberikan kontribusi dalam
pembentukan katarak pada lensa akibat panas.
Tabel 1. Rangkuman efek radiasi optik pada kulit dan mata
Radiasi IR-B (1,4 – 3 μm) dapat menembus lebih jauh dan diserap lensa dan
memberikan kontribusi pembentukan katarak dan juga menimbulkan luka bakar pada
kornea dan konjuctiva. Sedangkan energi radiasi IR-C (3 μm – 1 m) diserap kornea
yang dapat menyebabkan terjadinya fotokeratitis atau yang lebih parah lagi luka bakar
pada kornea dan juga konjuctiva. Dengan demikian, radiasi laser yang menggunakan
radiasi cahaya tampak dan juga infrared dapat menyebabkan kerusakan pada kornea,
lensa atau retina, bergantung pada panjang gelombang cahaya dan karakteristik
penyerapan energi dari struktur mata.
2. Radiasi Radiofrekuensi
Dalam membahas efek biologi dari medan radiasi radiofrekuensi elektromagnetik
pada manusia, radiasi non pengion kelompok ini dibedakan atas 2 sub kelompok yaitu
gelombang mikro (microwave) yang didefinisikan sebagai radiasi elektromagnetik yang
berada pada rentang frekuensi dari 30 MHz – 300 GHz dan gelombang radiofrekuensi
yang didefinisikan sebagai radiasi elektromagnetik dengan rentang frekuensi dari 0,3 –
30 MHz meliputi frekuensi tinggi (orde kHz – 230 MHz) dan frekuensi rendah (orde Hz
– 1 MHz). Sedangkan ultrasonik yaitu gelombang suara dengan frekuensi sangat tinggi
(> 20 kHz) dimasukkan pula ke dalam kategori radiasi non pengion.
Berdasarkan studi epidemiologi diketahui belum ada bukti yang kuat mengenai
risiko kanker baik pada anak-anak maupun dewasa dari tingkat normal radiasi
gelombang mikro atau radiofrekuensi. Yang jelas perubahan medan magnit atau listrik
dapat menginduksi arus listrik internal ke tubuh yang menimbulkan panas dan tingkat
atau laju perubahan ini sebanding dengan frekuensi.
a. Gelombang mikro
Efek kesehatan pada umumnya sebagai akibat dari panas yang timbul pada saat
terjadi interaksi antara energi gelombang mikro dengan materi biologik. Efek biologik
yang terjadi karena pemanasan disebut efek termal dan yang terjadi bukan karena proses
pemanasan disebut efek non termal. Efek yang berbahaya akibat pajanan microwave
adalah efek termal atau hipertermia yang terutama merusak mata dan testis. Kedua
jaringan relatif sangat sensitf terhadap kenaikan suhu jaringan.
Lensa mata tidak berpembuluh darah dan terselubung dalam kapsul, sehingga
mudah terbakar akibat penambahan/penimbunan panas yang mengakibatkan
peningkatan suhu dari pajanan radiasi intensitas yang tinggi. Selain itu melalui efek
termal dan mungkin melalui efek non termal juga, gelombang ini dapat menginisiasi
serangkaian perubahan pada permukaan posterior kapsul lensa yang mengarah pada
pembentukan katarak.
Kataraktogenesis ini sama halnya dengan akibat radiasi pengion. Sedangkan
katarak akibat penuaan diawali pada bagian permukaan anterior lensa. Kondisi pajanan,
waktu dan intensitas yang menyebabkan suhu pada jaringan mata mencapai 45oC atau
lebih diyakini bersifat kataraktogenik. Bila dalam kondisi praktis, risiko tinggi
pembentukan katarak berhubungan dengan pajanan pada satuan ratusan atau lebih
mW/cm2.
Fungsi testis sangat bergantung pada suhu. Secara normal, suhu testis 2oC lebih
rendah dari suhu tubuh 37oC. Peningkatan suhu testis walaupun hanya sampai 37oC
sudah dapat mengganggu spermatogenesis, proses pembentukan sperma. Dengan
demikian pajanan radiasi gelombang mikro juga berisiko mengganggu
spermatogenensis melalui mekanisme efek termal.
Efek non termal yang ditemukan pada para pekerja yang secara kronik terpajan
microwave adalah berupa peningkatan kelelahan, sakit kepala periodik dan konstan,
iritasi parah, ketiduran selama bekerja, dan penurunan sensitivitas olfactory. Gejala
klinik yang timbul antara lain bradycardia, hipotensi, hipertiroid dan peningkatan
tingkat histamin darah. Pada kelompok pekerja yang berada di medan gelombang mikro
dijumpai pula efek subyektif seperti sakit kepala, lelah, pusing, tidur tidak nyenyak,
perasaan takut, tegang, depresi mental, daya ingat kurang baik, nyeri pada otot dan
daerah jantung dan susah bernafas.
b. Gelombang radio frekuensi
Terdapat data yang konsisten dari suatu studi yang menunjukkan bahwa risiko
leukemia lebih tinggi pada anak-anak yang tinggal dekat dengan jaringan listrik, tetapi
dasar dari hubungan tersebut tidak diketahui. Ternyata tidak ada bukti yang didukung
dengan penelitian di laboratorium yang menunjukkan adanya kerusakan DNA dan
kromosom, mutasi, dan peningkatan frekuensi transformasi sebagai respon terhadap
pajanan medan frekuensi rendah. Dengan demikian tidak diharapkan terjadinya efek
mutasi dan transformasi neoplastik yang mengarah pada pembentukan kanker.
Risiko pembentukan kanker akibat pajanan frekuensi listrik medan
elektromagnetik diperkirakan dapat terjadi atau terlibat dalam satu atau semua tahapan
utama pembentukan kanker yaitu inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi,
perubahan terjadi pada aspek sitogenetik sebuah sel normal yang menyebabkan
terbentuknya sel yang termodifikasi atau abnormal. Proses transformasi sel normal ini
akibat dari efek genotoksik dari suatu agen yang bersifat karsinogenik. Pada tahap
promosi sebagai akibat dari efek epigenetik dari suatu agen, sel abnormal ini akan
terinduksi untuk melakukan pembelahan atau proliferasi secara aktif dan membentuk
suatu klone atau kumpulan sel yang tidak normal. Sedangkan tahap progresi adalah
tahap terjadinya peningkatan tingkat keganasan.
Studi laboratorium tidak berhasil membuktikan secara konklusif bahwa radiasi
radiofrekuensi mempunyai aktivitas genotoksik dan epigenetik. Dan studi epidemiologi
pada sekelompok pekerja industri yang terpajan radiasi radiofrekuensi elektromagnetik
menunjukkan tidak adanya peningkatan risiko leukemia. Sebagian hasil studi
epidemiologi mengenai hubungan antara radiasi radiofrekuensi dengan kanker
menunjukkan adanya hubungan yang lemah dan tidak konsisten.
Dengan demikian hasil penelitian baik epidemiologi maupun laboratorium secara
in vivo dan in vitro ternyata belum konklusif karena belum ada bukti yang saling
mendukung adanya hubungan dosis-respon dan belum ada mekanisme biologik yang
diketahui tentang pengaruh radiasi radiofrekuensi dalam proses pembentukan kanker.
2.5 Manfaat Radiasi Non Ionizing
a) Gelombang Mikro
Gelombang mikro dalam bentuk gelombang televisi dan gelombang radar
banyak digunakan dalam sistem komunikasi, sistem deteksi dan system
pertahanan. Pada sistem radar antena berfungsi sebagai pemancar gelombang
dan sebagai penerima gelombang pantul. Pancaran gelombang radar yang
dihasilkan berbentuk pulsa, dan jika pulsa ini mengenai sasaran maka akan
diterima pulsa pantul oleh antena radar. Pulsa pantul dapat ditampilkan pada
layar sebuah osiloskop.
1. Untuk pemanas microwave
Microwave menggunakan gelombang mikro dalam band frekuensi ISM
sekitar 2.45 GHz. Food processing hanyalah salah satu contoh saja yang
sederhana. Pemanasan dengan gelombang mikro mempunyai kelebihan
yaitu pemanasan lebih merata karena bukan mentransfer panas dari luar
tetapi membangkitkan panas dari dalam bahan tersebut. Pemanasannya
juga dapat bersifat selektif artinya tergantung dari dielektrik properties
bahan. Hal ini akan menghemat energi untuk pemanasan. Misalkan
dipakai untuk pemanasan bahan untuk body mobil maka chamber untuk
pemanasan tidak akan panas tapi body mobil akan panas sesuai dengan
yang kita inginkan. SIstem autoclave yang konvensional sangat boros
energi karena chambernya ikut panas sehingga perlu proses pendinginan
yang memakan energi juga. Dengan sifat selecting heating tersebut
teknik pemanasan gelombang mikro juga dipakai untuk terapy kanker
yang sering disebut dengan hyperthermia. Pengaturan daya dan
perangcangan antena merupakan hal yang utama dari terapi ini. Fokus
pemanasan pada volume sel kanker dapat dioptimasi dari perancangan
antenna dan pengaturan daya serta jarak antena dengan sel kanker
tersebut.
2. Untuk komunikasi RADAR (Radio Detection and Ranging)
Radar merupakan pemanfaatan gelombang mikro pada rentang frekuensi
3 GHz.Radar adalah singkatan dari Radio Detection and Ranging.
Antena radar dapat bertindak sebagai pemancar dan penerima gelombang
elektromagnetik. Waktu antar transmit dan receive itu yang
dipergunakan untuk menghitung jarak objek tersebut. pada sistem radar,
pengolahan sinyal memainkan peranan yang penting untuk mengurangi
interferens. Radar memancarkan dan menerima sinyal pantulan secara
bergantian dengan sistem switch. Sisem kerja radar ini diterapkan pada
sistem GPS. Setiap satelit secara periodis mengirimkan pesan yang
isinya adalah waktu pengiriman pesan dan informasi orbit satelit.
Receiver GPS akan menghitung jarak receiver dengan setiap satelit yang
mengirimkan pesan – pesan tersebut. Dengan membandingkan jarak
antara beberapa satelit ini dapat ditentukan letak GPS receiver tersebut.
3. Dapat digunakan untuk mengukur kedalaman laut
4. Digunakan pada rangkaian televisi
5. Operator telekomunikasi juga memanfaatkan gelombang mikro untuk
komunikasi antara BTS ataupun antara BTS dengan pelanggannya. Pada
tower-tower operator telekomunikasi sangat sering kita jumpai antena
directional untuk komunikasi antara BTS . Untuk komunikasi ke end
user operator GSM di indonesia memakai frekuensi di sekitar 800 MHz,
900MHz dan 1800MHz. Namun sistem seperti ini sudah tidak digunakan
lagi bagi hampi semua negara Eropa. Di Jerman contohnya sudah jarang
terlihat penggunaan gelombang mikro untuk komunikasi dengan metode
WDM antara BTS dengan BSC. Jaringan backbone komunikasi sudah
memakai jarinagn fiber optis. Untuk komunikasi ke end user pada sistem
selular tetap menggunakan gelombang mikro.
6. Gelombang RADAR diaplikasikan untuk mendeteksi suatu objek,
memandu pendaratan pesawat terbang, membantu pengamatan di kapal
laut dan pesawat terbang pada malam hari atau cuaca kabut, serta untuk
menentukan arah dan posisi yang tepat.
b) Cahaya Tampak
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa cahaya tampak pemenafaatannya
sangat luas. Tak perlu jauh-jauh, perhatikan disekitar tempat tinggal, akan
ditemukan dedaunan mereka memerlukan pencahayaan. Dedaunan yang tak
dapat cahaya akan pucat. Di dedanuan hijau terjadi Fotosintesis. Bila dedaunan
kurang atau tidak ada disekitar tempat tinggal, suasana gersang dan cepat
mengantuk. Penerangan alami dalam ruangan rumah lebih baik dan sehat dari
sumber penerangan yang lain. Semua orang pasti tahu, bahwa asal oksigen dari
dedaunan dan pentingnya hijau disekitar tempat tinggal. Bila kuat penerangan
lemah, maka kegiatan potosintesis akan menurun, produksi oksigen berkurang.
Bila diketahui kuat (intensity) cahaya tampak pada daerah tertentu, berarti dapat
diperkirakan tanaman yang cocok ditanam di daerah tersebut.
Pemanfaatan penerangan alami siang hari dalam ruang pada bangunan
akan berakibat pada pengurangan pemakaian energi penerangan buatan (energi
listrik) di siang hari, berarti terjadi penghematan energi konvensional
(Danusugondho dan Aldy).
Kuat penerangan yang sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari pada pemukaan miring (termasuk permukaan tegak (vertical)). Permukaan
miring, diantaranya lereng bukit dan hutan. Permukaan datar adalah hamparan
sawah atau kebun didataran rata yang luas. Di lereng bukit untuk hamparan
sawah tetap saja permukaan rata. Bila berbicara mengenai kuat penerangan pada
permukaan miring, berarti melibatkan kuat penerangan pantul. Kuat penerangan
pantul sangat ditentukan oleh koefisien pantul permukaan. Koefisien pantul
permukaan yang lebih luas disebut albedo.
c) Sinar Inframerah
Untuk mempelajari setruktur molekul suatu zat menggunakan alat yang
disebut spretometer inframerah
Untuk terapi fisik, menyembuhkan penyakit cacar dan encok (physical
therapy)
Untuk fotografi pemetaan sumber daya alam, mendeteksi tanaman yang
tumbuh di bumi dengan detail
Untuk fotografi diagnosa penyakit
Digunakan pada remote control berbagai peralatan elektronik, alarm pencuri
Mengeringkan cat kendaraan dengan cepat pada industri otomotif
Pada bidang militer,dibuat teleskop inframerah yang digunakan melihat di
tempat yang gelap atau berkabut.
Sinar inframerah dibidang militer dimanfaatkan satelit untuk memotret
permukaan bumi meskipun terhalang oleh kabut atau awan.
d) Sinar Ulraviolet
Manfaat Sinar Ultraviolet antara lain :
Sinar Ultraviolet dapat digunakan dalam teknik spektroskopi yaitu untuk
mengetahui kandungan unsur-unsur pada suatu bahan.
Dalam perkembangannya sinar Ultraviolet diketahui dapat mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan sel, dapat digunakan untuk memicu perkembangan
ternak seperti sapi dan babi.
Sinar ultraviolet dari matahari dalam kadar tertentu dapat merangsang badan
dalam menghasilkan vitamin D .
Secara khusus, sinar ultra violet juga dapat diaplikasikan untuk membunuh
kuman.
Bidang perbankan, dimanfaatkan untuk memeriksa apakahtanda tangan di slip
penarikan uang sama dengan tanda tangan dalambuku tabungan.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber
radiasi.
b. Radiasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu radiasi ionizing dan radiasi non-
ionizing.
c. Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek
ionisasi apabila berinteraksi dengan materi.
d. Efek dari radiasi non-ionizing antara lain, kanker kulit, iritasi mata, dan katarak.
e. Manfaat dari radiasi non-ionizing antara lain, pemanas micowave, komunikasi
radar, dan untuk terapi fisik.
3.2 Saran
Radiasi ini ternyata memiliki dampak dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kita
harus bisa menanggapi dengan bijak adanya manfaat dan dampak yang ditimbulkan
oleh radiasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2007. Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi
Elektromagnetik Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. Semarang ;
Univ. Diponegoro
http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_elektromagnetik,2010
www.batan.go.id, 2009,Efek Radiasi Proteksi
Recommended