21
1 Pengertian Dakwah Pengertian dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni وة ع د وا ع د ي دعا(da’a - yad’u - da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan katadakwah terulang sebanyak 4 kali. Kata da’a pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as. Lalu kata ini berarti memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum). Setelah itu, kata da’a berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum Muslimin. Kemudian kata yad’u, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad’u dipakai bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik. Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il (da’akum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya. Didin Hafidhuddin menyatakan pengertian dakwah, yakni; pesan yang datang dari luar, sehingga langkah pendekatan lebih diwarnai dengan interventif. Ceramah dalam arti sempit, sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja.

Makala Dakwah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini makalah punya kelompokku, tentang dakwah

Citation preview

Pengertian Dakwah

Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni (daa - yadu - da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata daa yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai ajakan kepada Islam. Kata daa dalam al-Quran, terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yadu terulang sebanyak 8 kali dan katadakwah terulang sebanyak 4 kali.

Kata daa pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as. Lalu kata ini berarti memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum). Setelah itu, kata daa berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum Muslimin.

Kemudian kata yadu, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yadu dipakai bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.

Sedangkan kata dakwah atau dawatan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fiil (daakum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.

Didin Hafidhuddin menyatakan pengertian dakwah, yakni; pesan yang datang dari luar, sehingga langkah pendekatan lebih diwarnai dengan interventif. Ceramah dalam arti sempit, sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja. Menyampaikan dan hasil akhirnya terserah kepada Allah, akan menafikan perencanaan, pelaksanan dan evaluasi dari kegiatan dakwah.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka pengertian dakwah menurut istilah adalah menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang berkesinambungan dan ditangani oleh para pengembang dakwah. Hal ini dikarenakan Islam adalah dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.

Kompetensi Yang Harus Dimiliki Dai Dalam Individu, Kelompok dan Lembaga

Dai dituntut memiliki kompetensi eksternal, minimal disamping literasi Al-Quran dan Sunnah, sebagai kompetensi utama. Pengetahuan sosiologis, komunikasi antar budaya dan pengetahuan manajemen merupakan kompetensi yang membri nilai tambah.

Selain kompetensi eksternal yang telah disebutkan diatas, ada tiga kompetensi internal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang Dai, baik itu dakwah secara individu, kelompok ataupun lembaga, yaitu : aqidah, syariat dan muamalah, sedangkan untuk pokok materi dakwah menurut Alie Yafie ada lima pokok materi Dakwah, yaitu:

a. Masalah Kehidupan : Kehidupan yang dianugrahkan allah kepada manusia merupakan modal dasar yang harus dipergunakan dan dicermati serta syukuri.

b. Masalah Nanusia : Bahwa Manusia muhtarom yang hidupnya dilindungi secara penuh.

c. Masalah Harta Benda : Harta Benda merupakan perlambang manusia, seperti yang sudah dijelaskan dalam al- Quran QS. Kahfi ayat 46.

d. Masalah Ilmu Pengetahuan : Dakwah menerangkan tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan wajibnya mencari ilmu.

e. Masalah Aqidah : Keempat masalah pokok yang menjadi materi dakwah tersebut harus berpangkal pada aqidah islam.

ETIKA DAKWAH

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu, berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Etika dakwah merupakan pemikiran sistematis yang berusaha mengerti mengapa, atau atas dasar apa dai atau daiyah harus hidup menurut norma-norma tertentu.Menurut saya, etika dakwah merupakan ilmu yang mengupas secara mendalam kegiatan dakwah yang mengikuti manhaj kenabian, yang meliputi membangun etika pendakwah dan menganalisis serta merumuskan strategi dakwah bagi madu sesuai dengan etika yang berlaku padanya.- QS. Al-Baqarah [2]:104 : [Etika berbicara dengan Nabi]"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa'ina", tetapi Katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.- QS. Al-Hasyr [59]:9 : [Mendahulukan kepentingan orang lain]Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.- Bulughul Maram , hadits no. 1468 : ( , , ) Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tiak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." Muttafaq Alaihi.Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos berarti adat kebiasaan (Hamzah Yaqub dalam Enjang AS, Aliyudin: 2009), secara terminologis berarti ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan tentang sesuatu yang harus dilakukan oleh manusia dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan yang seharusnya diperbuat (Ahmad Amin dalam Enjang AS, Aliyudin: 2009).Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

Etiket (etiquette) berarti ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri, misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu, etika dan etiket menyangkut perilaku manusia.

Moral berasal dari bahasa Latin mores jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan dan secara terminologis adalah suatu ajaran tentang bagaimana kita harus hidup. Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai keabsolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.

Akhlaq adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari kata khalqun yang berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangi, muruah atau sesuatu yang sudah menjadi tabiat. Secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.

Perbedaan antara etika dengan etiket

1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkancara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalamsebuah kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.

3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuahkebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti jangan berbohong, jangan mencuri merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.

4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanyalembut, memegang etiket namun menipu. Orang dapat memegang etiketnamun munafik sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidakmungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia tidak bersikapetis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.5. Ajaran apa yang bisa diambil dari dakwah Rasul?Kondisi penduduk Makkah dan Madinah sebelum datangnya islam sungguh gelap, terjadi perampokan, perjudian, perzinaan, pembunuhan, kecurangan dalam perdagangan, hingga penguburan hidup-hidup bayi perempuan. Setelah islam datang, secara perlahan tapi pasti keadaan tersebut berbalik seratus delapan puluh derajat, bahkan seluruh penduduk di jazirah Arab menjadi model masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi. Setelah Muhammad saw, menerima wahyu pertama di Gua Hiro, kemudian beliau resmi diangkat sebagai Nabi dan Rasul Allah. Setelah itu turun wahyu untuk mengajak orang lain terhadap islam yang kemudian dinamakan dengan fase dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi), beliau pertama kali mengajak istrinya yakni Siti Khadijah ra, beliau pun beriman. Kemudian kepada sahabat karibnya yakni Abu Bakar ra, kemudian kepada Ali Bin Abi Thalib ra. sepupunya, dan Zaid bin Haritsah ra, anak angkatnya, mereka pun beriman. Melalui Abu Bakar ra, masuk islamlah Utsman bin Affan ra, Thalhah bin Ubaidilah ra, Saad bin Abi Waqash ra, dan Abdurrahman bin Auf ra.

Rasulullah saw, mengokohkan keimanan dan kesabaran mereka dengan melakukan pembinaan (tarbiyah), agar kelak mereka siap untuk berdakwah kepada orang-orang yang tidak sabar dan cenderung menolak dakwahnya. Pembinaan tersebut dilakukan di rumah salah seorang sahabat, yakni Arqom bin Abil Arqom Al-Makhzumi ra,. Mereka dibina oleh Rasulullah saw, tentang tsaqofah islamiyah, yang meliputi tsaqofah jasmaniyah, tsaqofah ruhiah, dan tsaqofah ilmiyah.

Rasulullah saw, merupakan ancaman bagi kepentingan dan hidup kafir Quraisy yang dibangun di atas kezaliman. Beliau telah menghalangi jalan tersalurkannya hawa nafsu dan keserakahan mereka. Beliau saw, tidak berhasil mereka bujuk untuk mengikuti keinginan dan nafsu mereka. Para pengikut kebatilan, dulu maupun sekarang, melihat pembawa ajaran kebenaran sebagai musuh. Sebab para pengusung kebenaran itu berkata kepada mereka, Tidak ada tempat bagi kemaksiatan, tidak ada waktu untuk mengikuti hawa nafsu, dan tidak ada ruang untuk kezaliman.

Setelah masuk islamnya Umar bin Khattab ra, dan Hamzah bin Abdul Muthalib ra, serta turunnya perintah untuk dakwah secara terang-terangan , maka dimulailah fase dakwah dzahriyah (terang-terangan). Seluruh sahabat melakukan dakwah ke seluruh penjuru Makkah. Meski perjuangan mereka sangat bersat karena menghadapi penolakan yang kasar dari sebagian besar penduduk Makkah yang sangat berpegang teguh pada agama nenek moyangnya yakni menyembah berhala. Sehingga Rasulullah saw, memerintahkan mereka untuk hijrah ke Habasyah. Beliau juga berusaha untuk berdakwah ke Thaif, namun mereka pun menolak dakwah beliau saw,. Karena pembinaan (tarbiyah) yang dilakukan oleh Rasulullah saw, para sahabat tetap sabar dan tawakal serta tetap dalam keimanannya yang agung, serta cintanya kepada Allah dan rasul-Nya.Istri beliau Siti Khadijah ra, adalah orang yang senantiasa menguatkan hati Rasulullah saw, di masa-masa beratnya dakwah islam. Beliau senantiasa menghibur saat sedih, selalu memotivasi saat hatinya gundah dan gelisah. Siti Khadijah ra, menjadi salah-satu faktor keberhasilan dakwah nabi saw. Orang-orang kafir Quraisy, para kerabat, dan paman-paman Rasulullah saw, bersekongkol untuk membunuh beliau. Dan atas perintah Allah beliau pun hijrah ke Yatsrib (Madinah) untuk mendapatkan kondisi yang lebih kondusif dalam rangka mengembangkan dakwah islam.Fase Makkiyah (selama beliau berdakwah di Makkah)1. Muhammad di Makkah yakni sebagai pedagang, kemudian diangkat sebagai nabi dan rasul, yang oleh para ahli disebut fase awal kehidupan Muhammad saw,

2. Penekanan dengan penyampaian dan penyebaran dawah, baik secara rahasia ataupun secara terang-terangan, dimulai dari keluarga terdekat , sebagai penyelamatan manusia dari kesesatan kepada petunjuk yang terang, mengeluarkan umat manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam yang terang benderang.

3. Penekanan dengan melakukan tarbiyah kepada orang-orang yang menerima dawah dan beriman kepada dawah beliau saw, men-tazkiyah / menyucikan jiwa mereka, pembinaan ini dilakukan di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam Al-Makhzumi, untuk membentuk pondasi masyarakat Islami usaha yang dilakukan adalah : mengajarkan Dienul Islam mengaplikasikan Islam dalam kehidupan mereka. memperdalam makna ukhuwah islamiyah di antara mereka saling berwasiat dengan haq dan kesabaran

4. Berusaha untuk tidak memberikan perlawanan secara fisikal terhadap gangguan dan rintangan dawah, cukup dengan jihad dawah. Padahal musuh-musuh Islam menyerangnya dengan berbagai kekuatan fisikal. Bahkan Khobbab ibn Al-Arot ra, pernah mengadu kepada Rasulullah saw. tentang siksaan yang diderita oleh shahabat yang lain. Shahabat Khobbab lalu mengusulkan agar kaum Muslimin diizinkan memberikan perlawanan fisikal atau Rasulullah berdoa kepada Allah untuk kehancuran orang-orang kafir. Tapi beliau menganggap tindakan itu sebagai langkah istijal .

5. Terus bergerak dengan dawah, tidak hanya terfokus di Makkah, hijrahnya beberapa orang ke Habasyah (Sekarang Ethiopia), perginya beliau ke Thaif, usaha beliau untuk menjalin hubungan dengan jemaah haji yang datang ke Makkah di musim haji merupakan bukti amanah beliau dalam menyampaikan Risalah Islam.

6. Kesinambungan kerja dalam meletakkan strategi dan langkah-langkah untuk masa depan dawah islamiyah. Seperti mengadakan perjanjian dan sumpah setia (baiat) dengan orang-orang Yatsrib, kemudian mengutus Musab bin Umair (duta dakwah islam pertama) kepada mereka untuk mengajarkan Al Quran dan Islam, berusaha memiliki kontak dengan kabilah-kabilah di luar kota Makkah untuk mencari suaka dan tempat berlindung; Dan akhirnya beliau hijrah ke Yatsrib dengan strategi yang sangat rapi dan matang.Pelajaran penting dari Hijrah Nabi saw, Keharusan untuk memadukan antara usaha dan strategi dengan tawakal Keharusan ikhlas dan menjauhi kepentingan-kepentingan pribadi dalam dakwah Bersikap bijaksana dalam kondisi lapang maupun sempit Keteguhan ahlul iman dalam kondisi sulit Barang siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menjaganya Bahwa pertolongan harus melalui kesabaran Perlunya sikap santun dan menghadapi keburukan dengan kebaikan Penyebaran dan kuatnya islam Berdirinya hukum dan komunitas masyarakat islam Terjadinya ukhuwah islamiyah dan lenyapnya semangat ashabiyah, golongan dan kesukuan Catatan penting tentang mulianya kedudukan kaum muhajirin dan anshar Kehebatan metode pembinaan Nabi saw, Keistimewaan kota Madinah Pentingnya peran dan fungsi masjid bagi umat Besarnya peran kaum wanita dalam dakwah Besarnya peran pemuda

Setelah tiba pertolongan dari Allah melalui hijrah kaum muslimin ke Yatsrib atau Madinah, maka dakwah islam semakin berkembang. Kaum Anshor yang dimotori oleh kaum Aus dan Khajraj melakukan baiat kepada Rasulullah saw, yang dinamakan Baiatul Aqobah 1 dan 2. Dakwah nabi saw beserta para sahabat berlangsung lebih mudah, karena kaum anshor sangat mudah menerima cahaya kebenaran islam yang dibawa islam. Dengan mengajarkan islam melalui Al-Quran dan sunnah Nabi saw, serta dibentuknya pondasi negara islam pertama di dunia (daulah islamiyah) terbentuklah tatanan masyarakat yang menjadi model masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi.Fase Madaniyah (selama beliau berdakwah di Madinah)1. Muhammad di Madinah yakni sebagai politisi dan negarawan, serta sebagai pembebas, yang oleh para ahli disebut fase akhir kehidupan Muhammad saw,

Penekanan dalam pemantauan proses penyampaian dawah, tarbiyah dan tazkiyah kepada orang-orang yang menerima dawah dengan cara penyampaian Al Quran, mengajarkannya dan menerapkannya dalam kenyataan hidup mereka. Juga melakukan pembangunan masjid (Masjid Nabawi) sebagai tempat pembinaan umat, mempersaudarakan antara orang-orang Anshar dan Muhajirin serta terus mempererat hubungan persaudaraan di antara mereka.

Penuh perhatian dengan berdirinya suatu tatanan masyarakat atau tata perlembagaan masyarakat Islami (daulah) setelah ketiga unsurnya sempurna, yaitu : Adanya basis masyarakat yang beriman, hal ini sudah beliau persiapkan sejak diutusnya Musab bin Umair ke Yatsrib sebelum Hijrah. Adanya basis geografis yang aman, di mana kota Yatsrib sangat strategis jiks dilihat dari berbagai aspeknya, di samping sebagai realisasi petunjuk Allah dalam mimpi beliau (mimpi seorang Nabi merupakan wahyu yang benar). Adanya aturan hidup yang jelas, yakni syariat Islam yang terus mengatur interaksi masyarakat.

Penekanan pada melaksanakan aplikasi syariat Islam bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa pandang bulu, baik untuk perorangan atau masyarakat luas. Malah beliau menegaskan, putri beliau tercinta pun tidak akan lepas dari hukum tersebut, apabila ia melanggar (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).

Berusaha mengadakan perdamaian dengan musuh-musuh Islam yang mau berdamai dan berusaha untuk hidup berdampingan dalam suatu tatanan masyarakat Islami.

Menghadapi musuh-musuh Islam yang berusaha menyerang dengan jalan melakukan peperangan, mengadakan latihan dan patroli ketenteraan serta terus mengadakan mobilisasi pasukan mujahidin yang siap tempur bila saja beliau minta. Sebagai contoh adalah kisah Hanzalah. Beliau tidak sempat mandi junub setelah malam pengantinnya karena mendadak ada penggilan jihad menuju Uhud. Di dalam perang Uhud sahabat Hanzalah syahid. Malaikatlah yang memandikan beliau sebelum akhirnya dikuburkan oleh kaum muslimin.

7. Merealisasikan Alamiyatuddawah Al-Islamiyah, sebagai Rahmatan lil Alamin dengan cara mengirim utusan-utusan dan surat-surat dawah ke berbagai daerah atau negara tetangga serta menerima tamu-tamu dari utusan negara lain sebagai bukti bahwa dawah beliau untuk seluruh umat manusia. Berikut beberapa surat dawah yang dikirim ke berbagai daerah :

Heraclius sebagai Raja Romawi Amir Yamamah Amir Bahrain Kisra sebagai Raja Persia

Najasyi sebagai Raja Habsyi Muqauqis sebagai Gubernur Mesir Amir Oman

Berikut ini prinsip dakwah Nabi Muhammad saw, yang juga menjadi faktor keberhasilan dakwah beliau saw, :

Mengetahui keadaan medan (madu), melalui penelitian, dan perenungan

2. Melalui perencanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan masyarakat

3. Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka (marhalah alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat secara umum

4. Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari situasi yang negatif untuk meraih situasi yang lebih positif

5. Melalui syiar ajaran dan pranata islam, antara lain melalui khutbah, adzan, iqamah, dan shalat berjamaah, taawun, zakat, dll

6. Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Quinuqa

7. Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai

8. Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan pengertian

9. Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakatnya (ala qadri uqulihim)

10. Melalui surat, sebagaimana telah dikirimkan kepada penguasa-penguasa

11. Melalui uswah hasanah dan syuhada alannaas, dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi (tarhib wa targhib)Dari prinsip dan langkah dakwah di atas, kita dapat mengetahui kaidah-kaidah dakwah Rasulullah saw, sebagai berikut :

1. Tauhidullah2. Ukhuwah Islamiyah3. Musawah, yakni sikap persamaan sesama manusia, tidak arogan, tidak saling merendahkan4. Musyawarah, menghargai pendapat orang lain5. Taawun, yakni tolong-menolong6. Takaful al-ijtima, yakni sikap senasib sepenanggungan, tanggung jawab bersama, solidaritas sosial7. Jihad dan Ijtihad, semangat dan bersungguh-sungguh, kreatif, inovatif, aktif dalam segala persoalan8. Fastahiq al-khayrat, berlomba-lomba dalam kebaikan9. Tasamuh, toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak, menghargai perbedaan10. Istiqamah, semangat disiplin, tidak goyah akan cobaan dan rintanganPelajaran yang dapat kami ambil dari perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw, adalah :1. Memberi gambaran yang jelas tentang tahapan dakwah yang harus dilakukan oleh setiap dai2. Memotivasi para dai bahwa kelak akan datang pertolongan Allah dalam dakwah3. Memberi gambaran tentang model masyarakat ideal, yakni masyarakat madinah yang telah menjalankan syariat Islam secara kapah.4. Membangunkan kembali umat islam yang telah lama tidur.5. Menyadarkan umat islam tentang pentingnya dakwah6. Menyadarkan kembali umat islam tentanng idiolohi islam yang sesunguhnya7. Menyadarkan umat islam kembali kepada jalan yang lurus yang di contohkan oleh Rasululah Saw8. Mengingatkan kembali umat islam yang telah lupa dengan islamnya sendiri9. Memberi kabar gembira akan kebangkitan umat islam kembali di dunia10. Mengingatkan kembali umat islam tentang akhlak islam yang di contohkan oleh Rasululah Saw11. Memberi gambaran tentang kondisi madu yang bervareasi dan metode dakwah yang diterapkan12. Menumbuhkan kesadaran untuk membina kader kader dakwah secara konsisten dan terarah, sehinga siap menghadapi tantangan dakwah13. Memberikan gambaran bahwa dakwah adalah kegiatan yang harus di lakukan terus menerus14. Memberikan gambaran tentang strategi dakwah Rasululah Saw yang epektip dengan hasil yang optimal15. Keharusan berdakwah di lakukan berjamaah

DAKWAH KAMPUS, PROBLEMATIKA, DAN SOLUSINYA

Dawah pada dasarnya adalah proses merubah suatu kondisi tertentu menuju kepada kondisi tertentu yang lain yang diinginkan. Yang perlu mendapat catatan dari definisi ini adalah kata merubah. Merubah adalah kata kerja aktif. Dengan demikian dawah adalah sebuah gerakan (aktif). Gerakan perubahan.

Dawah merupakan gerakan penyadaran atas potensi fitrah yang dimiliki manusia (7:172, 30:30, 91:8) terhadap kedudukannya sebagai hamba (51:56) untuk beribadah kepada Allah dan sebagai khalifah (2:30) untuk memimpin dan mengelola alam semesta beserta isinya.

Dengan kata lain, dawah adalah gerakan penyadaran ummat manusia atas fungsi kerisalahan dan kekhalifahan.

Lalu, ada apa dengan dakwah kampus? Kampus merupakan komunitas yang sarat dengan potensi. Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Artinya, kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang mengembangkan potensinya. Di komunitas inilah berlangsung proses penyemaian pemimpin masa depan sebuah negeri. Sejarah telah menjadi saksi, hampir tak ada gejolak dan perubahan yang terjadi pada masa belakangan ini tanpa partisipasi masyarakat kampus. Kenyataan inilah yang mendorong terhadap setiap penggagas ide dan ideologi sehingga menjadikannya sebagai sasaran pengaruh pertama dan utamanya. Kampus sebagai pusat aktivitas (centre of activity), pusat pergerakan (centre of movement), pusat informasi (centre of information), dan pusat rujukan (centre of reference), merupakan satu unit kehidupan di dalamnya tergabung berbagai macam elemen, yang dapat memberikan kontribusi positif dan juga negatif kepada dawah.Dalam hal ini, mahasiswa merupakan simbol kepemudaan dalam membangun peradaban. Pemuda identik dengan bergerak, anergik, semangat, idealis, dan karakter2 lainnya yang menggambarkan aktivitas dinamis menuju perubahan. Mahasiswa adalah harapan masa depan dan pengemban harapan ummat di masa depan. Di dalamnya berkumpul warga negara terbaik dari sebuah negeri.

Kampus memiliki peluang sekaligus potensi untuk meningkatkan prestasi dan prestise warganya. Kampus mampu melahirkan orang-orang yang berpeluang merubah masyarakat. Dengan kata lain, kampus dapat dijadikan sebagai pusat perubahan(centre of change) dengan mahasiswa sebagai agen perubah (agent of change). Alasan inilah yang mendudukan kampus pada posisi penting bagi dawah Islam kontemporer. Dawah Islam bukan hanya dituntut berkiprah di kampus, tetapi sekaligus harus berupaya mencari format terbaik sesuai dengan karakteristik kawasan tersebut.

Sejarah perubahan bangsa-bangsa tidak pernah lepas dari peran dan pergulatan di kalangan kaum muda. Bahkan sejarah-sejarah besar yang tertulis dalam berbagai kitab suci juga penuh dengan sejarah heroisme dan progresifitas kaum muda. Di dalam Al-Quran,Nabi Ibrahim ditampilkan sebagai seorang muda yang mencoba merubah dan melawan ketidakadilan Firaun-bahkan sebelum diangkat sebagai seorang Nabi sekalipun. Kisah Ashabul Kahfi juga menggambarkan bagaimana kaum muda melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang zalim. Satu hal yang pasti,di dalam sejarah itu,dimana melibatkan kaum muda, ada satu situasi perlawananmenuju perbaikan, dekonstruksi-konstruksi yang senantiasa mengiringinya.

Proses dekonstruksi-konstruksi dalam sebuah bangsa adalah esensi perubahan. Dan esensi dakwah sendiri adalah bagaimana merubah situasi sosial masyarakat yang tidak manusiawi, tidak memiliki nilai moral Ketuhanan,tidak Islami menjadi situasi sosial masyarakat yang memanusiakan manusia dan Islami. Ujungnya adalah terbentuknya peradaban bangsa yang kuat dengan di dasari nilai dan moralitas Ilahiyah. Dan proses-proses perubahan itu sendiri timbul karena adanya dorongan gerakan dakwah. Tanpa ini,cita-cita perubahan hanya menjadi wacana dan konsep.

Di negeri kita Indonesia, proses-proses perubahan tidak lepas dari peran kaum muda, terutama kaum muda terdidik atau mahasiswa. Bahkan perannya makin menonjol di era pergerakan kemerdekaan. Kaum muda terpelajar melakukan konsolidasi, pengkaderan dan advokasi rakyat di hadapan kolonialis Belanda. hingga bangsa ini merebut kemerdekaan. Awal kemerdekaan bangsa ini dipenuhi pemikiran dan geliat pergerakan kaum muda terpelajar (mahasiswa).

Secara sosial kampus merupakan lingkungan kaum muda terpelajar (mahasiswa) yang senantiasa diasah kemampuan berpikirnya. Sehingga yang dikembangkan kepada mahasiswa adalah kemampuan nalar logika,nalar kritis, rasionalitas dan tentunya kesadaran dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Sehingga ketika kampus/mahasiswa diinjeksi dengan sebuah gerakan dakwah,maka pada dasarnya ada transformasi nilai-nilai Ilahiyah kepada mahasiswa. Sehingga tumbuh pemahaman dan kesadaran akan posisi dan tanggung jawabnya dalam kehidupan di muka bumi (khalifatu fil ardhi).

Secara umum dakwah kampus menjadi titik temu antara dunia kampus yang liberal (material),nilai-nilai dakwah Ilahiyah dan semangat darah muda (psikologis). Pada situasi yang saling bersinergi, Dakwah Kampus akan menjadi energi perubahan yang besar (agent of change). Karena kemampuan nalar kritis di dasari oleh visi Ilahyah dan tanggung jawab kepemimpinan serta di dorong oleh semangat segera bertindak melakukan perbaikan.

Tantangan berat bagi perkembangan Dakwah Kampus datang dari arus kapitalisme dan liberalisme yang telah menyentuh berbagai sendi kehidupan ummat ini. Hal ini paling dirasakan pada aspek pendidikan tinggi yang terus di dorong untuk melakukan liberalisasi. Dampaknya adalah makin mahalnya biaya pendidikan dan makin ketatnya jadwal akademik mahasiswa. Hal ini menimbulkan dilema bagi kalangan mahasiswa antara dunia aktivisme dan akademis.

Aspek yang lain adalah makin menguatnya dunia konsumerisme di kalangan masyarakat. Kapitalisme yang pada dasarnya mendorong masyarakat berperilaku konsumtif, pada saat ini telah mampu mendorong aktifitas dakwah menjadi kebutuhan yang sifatnya konsumtif. Artinya kajian-kajian Islam lebih menonjolkan sosok (distereotipkan selebritis) dari pada substansi nilai. Situasi ini sering menimbulkan perbenturan antara nilai-nilai Islam sendiri dengan sosok yang telah terkapitalisasi. Efeknya adalah pada pembangunan citra Islam dan kulturasi nilai-nilai Islam.Untuk itu, aktualisasi peran Dakwah Kampus sebagai problem solver harus dibarengi dengan kejelian memandang fenomena yang berkembang di masyarakat. Misalnya apakah fenomena berduyun-duyunnya masyarakat mengikuti kajian masal menunjukan kehidupan masyarakat cenderung Islami. Karena pada satu sisi dunia mall dan hipermarket juga makin digandrungi. Artinya ada fenomena yang kontradiktif.Jika Dakwah Kampus hanya ingin meramaikan masjid yang ada di kampusnya maka cukuplah gerakan ini berada di ruang kampus saja. Tapi pasti akan dipertanyakan komitmen kepedulian atas degradasi kemanusiaan yang sedang melanda bangsa ini. Jika Dakwah Kampus ingin memasuki peran penguatan masyarakat, maka Dakwah Kampus harus masuk ke ruang ruang sosial kultural masyarakat.

Tapi jika Dakwah Kampus akan mengambil peran gerakan politik nilai dihadapan penyelenggara negara, maka penting kiranya membangun unifikasi Dakwah Kampus nasional secara definitif. Hal ini juga penting ketika Dakwah kampus akan mermbah ke ruang internasional.Dakwah kampus, merupakan posisi yang paling strategis dalam mengawal perubahan. Bahkan dakwah kampus dianggap tiang dan puncak aktivitas dari dakwah yang hasilnya paling progresif. Hal ini dapat kita lihat dalam shiroh bahwa generasi awal yang menerima dakwah adalah para pemuda. Dengan adanya dakwah kampus, di harapankan dapat memperbanyak pendukung showatul Islam (kebangkitan Islam). Dakwah kampus adalah untuk membentuk biah (lingkungan) Islamiyah di kampus, dengan begitu arus jahiliyah dalam kampus dapat diredam, bahkan dihancurkan serta menumbuhkan dan mengokohkan tayarul Islamiyah di kampus.Dewasa ini bangsa Indonesia tengah dilanda berbagai macam krisis yang berkepanjangan dan tak kunjung usai, mulai dari krisis moralitas bangsa hingga problematika kenegaraan. Dakwah Kampus sebagai sebuah entitas vital dan strategis di Indonesia, hendaknya mampu menjadi Problem Solver bagi setiap permasalahan yang ada atau setidaknya bisa memberikan kontribusi nyata bagi setiap upaya perubahan ke arah yang lebih baik. Mahasiswa sebagai agent of change yang memiliki kekuatan idealita serta kejernihan berfikir, hendaknya mampu melandaskan dirinya pada keluhuran akhlak serta budi pekerti yang mulia. Dalam konteks yang seperti inilah, maka Dakwah Kampus memiliki peran yang sangat penting sebagai motor penggerak bagi aktivitas dakwah di Kampus. Aktivitas yang senantiasa mengajak manusia untuk ber-amar maruf nahyi munkar, memberikan pemahaman kepada setiap manusia akan posisi dirinya sebagai abdullah dan khalifatullah fil ardh.

Bisa disadari bahwasanya dalam tatanan realita peran Dakwah Kampus saat ini belum begitu optimal, baik fungsi-fungsinya, ataupun dalam upaya pembentukan dan pencetakan SDM yang memiliki kemampuan atau kompetensi diniyah, fikriyah, maupun harakiyah yang baik bagi para kadernya. Selain itu, efektivitas Dakwah Kampus di masing-masing kampus di Indonesia juga tidaklah sama.

Oleh karena itulah untuk mengatasi permasalahan yang ada, setiap kini Dakwah Kampus perlu segera melakukan optimalisasi peran dan geraknya dengan melakukan perencanaan strategis melalui pembacaan dan analisis kondisi yang tepat sehingga Dakwah Kampus menjadi sarana mencapai kebangkitan Islam yang memiliki orientasi yang jelas, serta didukung oleh SDM yang mampu melakukan pengelolaan dakwah secara professional. dengan memanfaatkan serta mengoptimalkan sarana yang ada, mulai dari manajemen masing-masing lini Dakwah Kampus, hingga tersinergiskannya semua lini dakwah tersebut, bahkan di seluruh kampus di Indonesia.Selain itu upaya ini merupakan suatu fase yang harus dilalui oleh Dakwah Kampus untuk melebarkan sayapnya ke dalam ranah yang lebih besar lagi. Dakwah kampus di semua ini harus mensinergiskan semua visi misi dalam upaya mengembalikan kejayaan islam akan bersama kita wujudkan

Problematika/tantangan dakwah kampusKini, problematika dan tantangan Dakwah Kampus semakin hari semakin berat. Bahkan dari internal kader. Kini, jumlah kader semakin banyak, namun kualitas .???

Dari eksternal :1. Struktural-birokrasi.2. Sosiokultural-budaya, sebagaimana diketahui adanya sikap hidup pragmatisme, materialisme, naturalisme, hedonisme, ataupun keterasingan dosen dengan mahasiswa dan masyarakat, dll.3. Sumber dana yang kurang tatkala menyelenggarakan program-program dawah.4. Komunikasi, baik karena terbatas sarananya ataupun kemampuan komunikasi secara efektif kurang dimiliki oleh para aktivis.5. Sarana prasarana yang kurang/terbatas dalam menunjang aktivitas dawah kampus.6. Orientasi pendidikan yang dikotomis (tidak Islami)7. Ghozwul fikri dalam seluruh segi (misal : cara berfikir yang sekuleristik)8. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab Islam (semisal : suasana ikhtilat yang terjadi di semua sudut kegiatan masyarakat kampus).

Tolak ukur keberhasilan dawah kampus :

Target dawah kampus adalah mengingkari thoghut dan beriman kepada Allah, keluar dari jahiliyah menuju Islam (2:256,257; 14:1), sehingga diperoleh kader-kader yang mumpuni dan memiliki keseimbangan intelektual, moral, dan kepemimpinan.2. Adanya sinergi yang baik antar lembaga dawah yang ada di dalamnya. Sinergi antara mahasiswa, dosen, dan karyawan. Sedemikian sehingga kebijakan-kebijakan kampus turut serta menyukseskan agenda dawah kampus.

KESIMPULAN

Bahwa Dawah merupakan gerakan penyadaran atas potensi fitrah yang dimiliki manusia

Kampus merupakan komunitas yang sarat dengan potensi. Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Dengan begitu dakwah di kampus akan melahirkan pemimpin yang berakhlak mulia.

3. Beretika dalam Berdakwah, seprti halnya dengan dakwah Rasulullah

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hafizh, Mushlihin. Pengertian Dakwah Menurut Bahasa Dan Istilah. September 2009

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-dakwah-menurut-bahasa-dan-istilah.html

Sugianto BPI. Etika Dakwah. 5 Mei 2012

http://sugiantobpi.wordpress.com/2012/05/05/etika-dakwah/

Muthola'ah. Subjek Dakwah dalam sudut pandang Muhammadiyah. 25 Januari 2012

http://alfablackid.blogspot.com/2012/01/subjek-dakwah-dalam-sudut-pandang.html

Muslimah, Fauziyatul. Dakwah Kampus, Problematika, dan Solusinya. 10 Januari 2011

http://muslimahpejuang.wordpress.com/2011/01/10/dakwah-kampus-probrematika-dan-solusinya/