MODUL 14
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
POKOK BAHASAN :
PASAR VALUTA ASING
DOSEN PENGAMPU :
Matsani A Rahman Rasib, SE.,MM.
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MERCUBUANA
JAKARTA
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MERCU BUANA 14
JAKARTA
POKOK BAHASANPASAR VALUTA ASING
Matsani A Rahman Rasib, SE, MM.
A. PENDAHULUAN
Valuta asing atau mata uang asing adalah jenis-jenis mata uang yang di
gunakan di negara lain. Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu
didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar ini
sebenarnya merupakan semacam “harga” di dalam pertukaran tersebut. Demikian
pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terdapat
perbandingan nilai/harga antara keduanya. Inilah yang disebut dengan kurs mata
uang (exchange rate).
Misalkan kurs valuta asing dolar Amerika Serikat adalah US$1 = Rp. 10.500,-
Berarti uang Rp. 10.500,- dapat ditukar dengan uang US$1 atau dengan kata lain,
nilai uang Rp. 1,- sebanding dengan nilai uang US$1 / 10.500. Dalam kenyataannya
masih banyak lagi nilai kurs valuta asing yang sering dipergunakan dalam pasar
mata uang asing, seperti Yen Jepang, Dollar Australia, Poundsterling Inggris, Euro
Eropa dan masih banyak lagi yang lainnya.
MODULPengantar Ekonomi Makro (3 SKS)
B. PASAR DAN KESEIMBANGAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN VALAS
Perbedaan tingkat kurs antara berbagai mata uang dunia timbul karena
beberapa hal berikut :
a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh para pedagang valuta asing/Bank.
Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta asing/Bank
membeli valuta asing dan kurs jual adalah apabila mereka menjual. Selisih kurs
tersebut merupakan keuntungan bagi para pedagang.
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayarannya. Kurs TT (Telegraphic Transfer) lebih tinggi daripada kurs MT
(mail transfer) sebab perintah/order pembayaran dengan menggunakan
telegram bagi Bank merupakan penyerahan valuta asing dengan segera/lebih
cepat dibandingkan dengan penyerahan melalui surat.
c. Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran.
Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang berasal dari bank asing
yang sudah terkenal kursnya lebih tinggi daripada yang belum terkenal.
Pasar valuta asing tidaklah hanya menyangkut kurs/harga valuta asing saja,
tetapi juga pihak-pihak yang melakukan transaksi, antara lain eksportir-importir,
bank, pedagang perantara dan bank sentral. Untuk lebih jelasnya bagaimana
mereka saling berhubungan sehingga membentuk pasar valuta asing, dapat
dijelaskan dengan bagan berikut :
Eksportir/importir yang hendak mempergunakan valuta asing menghubungi
bank mereka. Bank berusaha mempertemukan permintaan dan penawaran valuta
asing dari para langganannya. Jika tidak berhasil, maka bank tersebut menghubungi
pedagang perantara dengan spesialis mata uang tertentu. Bank sentral berperan
dalam mempengaruhi kurs dengan cara aktif jual beli valuta asing.
1. Fungsi Pasar Valuta Asing
Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu
kelancaran lalu lintas pembayaran internasional, yaitu :
a. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu
negara ke negara lain. Semua itu dilakukan dengan sistem “clearing”
seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta para pedagang.
b. Karena sering terdapat transaksi internasional yang tidak perlu segera
diselesaikan pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar
valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya kontrak jual
beli dengan kredit.
c. Memungkinkan dilakukannya “hedging”. Yaitu apabila seorang pedagang
pada saat yang sama melakukan transaksi jual dan beli valuta asing di
pasar yang berbeda, untuk mengurangi resiko kerugian akibat perubahan
kurs. Hedging dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market), yaitu
pasar di mana transaksi jual-beli terjadi dengan harga yang disetujui pada
saat transaksi dilakukan, tetapi penyerahan barang dilakukan di kemudian
hari. Berberda dengan “spot market’ di mana trarisaksi dan penyerahan
barang terjadi pada saat yang bersamaan.
2. Spekulasi
Spekulasi adalah tindakan untuk mengambil resiko karena harapan akan
terjadinya perubahan harga. Seorang spekulator valuta asing dapat mengambil
posisi jangka pendek (short position) apabila dia menjual valuta asing di pasar
jangka, dengan harapan bahwa dia dapat membeli dengan kurs spot yang lebih
murah pada saat penyerahan valuta asing untuk kontraknya di pasar jangka.
Sebaliknya dia dapat mengambil posisi jangka panjang (long position) apabila
membeli valuta asing di pasar jangka dengan harapan bahwa kurs spot pada
waktu kontrak di pasar jangka selesai Iebih tinggi, sehingga memperoleh
keuntungan. Jadi dalam spekulasi yang penting bagi spekulator adalah
perbedaan antara kurs forward yang berlaku saat itu dengan harapan tentang
kurs spot pada waktu yang akan datang.
3. Kurva Permintaan dan Penawaran Valuta Asing
Untuk memudahkan analisa, misalkan hanya ada dua negara yang melakukan
perdagangan dengan dua macam barang (X=ekspor dan M=impor). Analisanya
dilakukan baik dengan tabel maupun grafik, pertama-tama perhatikan tabel
berikut :
Impor barang M dalam tabel tersebut, pada kolom 1 menunjukkan harga, kolom
2 dan 3 masing-masing untuk jumlah yang diminta dan yang ditawarkan. Sesuai
dengan prinsip ekonomi teori, jumlah yang diminta mempunyai hubungan
terbalik sedang jumlah yang ditawarkan mempunyai hubungan searah dengan
harga. Hubungan ini seperti tergambar pada grafik berikut :
Masing-masing permintaan (DD’) dan penawaran (SS’). Menunjukan dua kurva
yang merupakan pasar dalam negeri untuk barang M. Kolom 4 pada tabel
diatas menunjukkan kelebihan permintaan (excess demand), yakni selisih
antara kolom 2 dengan kolom 3. Seperti terlihat dalam kolom 1 sampai dengan
4, pada tingkat harga yang rendah kelebihan permintaan positif berada pada
tingkat harga yang tinggi kelebihan permintaan jadi negatif (kelebihan
penawaran). Gambar A2 memperlihatkan kelebihan permintaan tersebut
(EDED’), yang melalui 0 pada harga keseimbangan. Kolom 5 menunjukkan
harga barang M sebesar US$10, tidak tergantung apakah di dalam negeri ada
kelebihan permintaan atau tidak.
Kurs antara kedua negara ditunjukan oleh kolom 6 yang dibuat sedemikian rupa
sehingga kalau kurs dikalikan dengan harga M dalam dolar (kolom 5) akan
menghasilkan harga M (kolom 1). Dari kolom 4 sampai dengan 6 tenlihat bahwa
jumlah kelebihan permintaan mempunyai hubungan terbalik dengan kurs. Pada
tingkat kurs US$1 = £0,20. Perancis mempunyai jumlah kelebihan permintaan
barang M sebesar 5,6 unit, sedang pada kurs US$1 = £1,50 jumlah kelebihan
permintaannya menjadi negatif 3,5 unit. Berarti harga barang M menjadi mahal
sehingga penawaran Iebih besar dari permintaannya, dan kelebihan tersebut
diekspor ke Amerika. Akhirnya, kolom 7 diperoleh dengan mengalikan kolom 4
dengan kolom 5. Kolom 7 menunjukkan jumlah dolar yang diminta untuk
membayar impor M. Dari kolom 6 dan 7 bisa ditarik kesimpulan bahwa jumlah
dolar yang diminta untuk membayar impor M mempunyai hubungan yang
terbalik dengan tingkat kurs. Gambar A4 menggambarkan hubungan tersebut,
yang kemudian merupakan kurva permintaan akan valuta asing.
Kurva penawaran valuta asing dapat diperoleh dengan cara yang sama. Di
bagian B tabel kolom 1 sampai dengan 4 menunjukkan masing-masing harga
barang ekspor X, jumlah yang diminta dan ditawarkan di dalam negeri serta
jumlah kelebihan periawaran. Gambar B1 sampai dengan B4 adalah analog
dengan Gambar A1 sampai dengan A4.
Harga/kurs keseimbangan adalah kurs dimana jumlah valuta asing yang diminta
sama dengan yang ditawarkan. Dari tabel diatas terlihat bahwa harga/kurs
keseimbangan tersebut adalah US$1 = £0,50 dengan jumlah valuta asing yang
diperdagangkan sebesar US$35. Sedangkan gambar C merupakan keadaan
keseimbangan dalam pasar valuta asing tersebut.
C. SISTEM KURS VALUTA ASING
Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi
jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing
akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila
pemerintah menjalankan kebijaksanaan stabilisasi kurs, tetapi tidak dengan
mempengaruhi transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah-ubah di dalam
batas yang kecil, meskipun batas-batas ini dapat diubah dari waktu ke waktu.
Pemerintah dapat juga menguasai sepenuhnya transaksi valuta asing. Dalam hal ini
kurs tidak lagi dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Sistem ini disebut
exchange control. Di dalam sistem moneter standar emas kurs valuta asing relatif
tetap atau hanya berubah-ubah dalam batas-batas yang ditentukan oleh ongkos
angkut emas.
1. Sistem kurs yang berubah-ubah
Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta
asing diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional.
Sedangkan penawaran valuta asing berasal dari eksportir, yakni berasal dari
transaksi kredit neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan
“kuat” apabila transaksi autonomous kredit lebih besar dari transaksi
autonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya dikatakan “lemah”
apabila neraca pembayaran mengalami defisit. Selanjutnya, transaksi
autonomous debit dan kredit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari
dalam maupun luar negeri, termasuk harga, pendapatan dan tingkat bunga.
Segala sesuatu yang mempengaruhi ketiga faktor ini, baik dari dalam maupun
luar negeri, akan mempengaruhi permintaan dan penawaran, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi kurs valuta asing.
Jadi jelas bahwa semua kegiatan ekonomi dan kebijaksanaan pemerintah (fiskal
dan moneter) yang mempengaruhi pendapatan, harga serta tingkat bunga
secara tidak langsung akan mempengaruhi kurs. Secara skematis hubungan
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Kebijaksanaan pemerintah akan menaikkan pendapatan dan harga. Selanjutnya
akan menyebabkan impor naik, yang berarti akan menaikkan permintaan valuta
asing. Akibat selanjutnya, kurs valuta asing akan naik (depresiasi mata uang
sendiri).
Selain itu ada faktor nonekonomi yang dapat mempengaruhi perubahan kurs,
seperti faktor politis dan psykologi. Misalnya, kepanikan yang terjadi di dajam
negeri akan menyebabkan larinya dana ke luar negeri, sehingga kurs valuta
asing akan naik.
Semua faktor yang disebutkart di atas akan mempengaruhi pergeseran kurva
permintaan dan penawaran. Hal ini harus dibedakan dengan pergerakan di
dalam satu kurva permintaan atau penawaran.
Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut :
Pergeseran kurva permintaan (D0D0 ke D1D1) disebabkan kenaikan pengeluaran
pemerintah, kenaikan jumlah uang yang beredar, selera masyarakat yang
bergeser dari barang buatan dalam negeri ke barang impor atau aliran modal ke
luar negeri sebagai akibat kepanikan yang terjadi di dalam negeri.
2. Sistem kurs yang stabil
Sistem kurs bebas seperti tersebut di atas sering menimbulkan adanya tindakan
spekulasi sebagai akibat ketidakpastian di dalam kurs valuta asing. OIeh karena
itu banyak negara yang kemudian menjalankan suatu kebijaksanaan untuk
menstabilkan kurs.
Kegiatan stabilisasi kurs dapat dijalankan dengan cara disaat tendensi kurs
valuta asing akan turun maka pemerintah membeli valuta asing di pasar.
Dengan bertambahnya permintaan tersebut maka tendensi kurs turun dapat
dicegah. Sebaliknya saat tendensi kurs naik, maka pemerintah menjual valuta
asing di pasar sehingga penawaran bertambah dan kenaikan kurs dapat
dicegah.
Usaha mencegah kenaikan kurs valuta asing bagi pemerintah lebih sukar,
karena cadangan valuta asing yang dimiliki terbatas. Sehingga pemerintah tidak
bisa sepenuhnya mengembalikan kurs ke tingkat yang dikehendaki. Sedangkan
usaha mencegah penurunan kurs Iebih mudah, karena pembelian valuta asing
oleh pemerintah dilakukan dengan menggunakan cadangan mata uang sendiri.
Besarnya cadangan mata uang sendiri di bawah kekuasaan pemerintah,
bahkan kalau masih kekurangan pemerintah dapat mencetak uang.
3. Pengawasan Devisa (Exchange Control)
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta asing dengan
tujuan untuk mencegah adanya aliran modal keluar dan melindungi pengaruh
depresi dari negara lain, terutama bila negara tersebut mengalami keterbatasan
cadangan valuta asing dibanding permintaan.
Menghadapi jumlah valuta asing yang relatif sedikit dibanding permintaan,
pemerintah perlu mengadakan alokasi penggunaannya, untuk tujuan yang
sesuai dengan program pemerintah. Alokasi biasanya dilakukan dengan
menggunakan lisensi impor.
Dalam pengawasan devisa (exchange control) pemerintah dapat menetapkan
kurs suatu mata uang tersebut sebagai berikut :
a. Hanya satu jenis saja, tidak tergantung pada tujuan penggunaan devisa
tersebut. Sistem ini dikenal dengan single exchange rate system. Dalam
hal ini exchange rate tidak mempunyai peranan dalam alokasi devisa untuk
berbagai transaksi, peminta serta negara.
b. Lebih dari satu macam kurs, tergantung daripada tujuan penggunaannya.
Atau dikenal multiple exchange rate. Sebenarnya di dalam sistem ini
terdapat banyak sekali cara penentuan exchange rate. Bentuknya yang
extrem ada dua yakni :
- dua atau lebih kurs/exchange rate yang bebas untuk mengalokasi devisa
dengan beberapa pengawasan yang tidak ketat.
- dua atau lebih kurs resmi (official rate) yang tetap, biasanya dilengkapi
dengan sistem lisensi impor serta impor quota.
Dalam mengadakan alokasi penggunaan devisa, pemerintah bisa memakai
beberapa cara, antara lain :
- Individual allocation, setiap pemohon devisa (importir) diteliti tetang
penggunaannya. Apabila disetujui diberikan izin untuk membeli sejumlah
tertentu devisa.
- Exchange quota, setiap kategori impor ditentukan jumlah devisanya
berdasarkan devisa yang akan diperoleh dari ekspor dalam waktu
tertentu. Bila sudah tersedia, lalu dijual dengan prinsip yang datang dulu
dilayani sampal jatah untuk kategori impor tersebut habis.
- Waiting list, merupakan pelengkap cara kedua di atas. Setiap surat
permohonan pembelian devisa ditempatkan dalam daftar menunggu
(waiting list) sampai devisa tersedia.
Apabila pasar valuta asing adalah bebas, maka kurs yang akan terjadi
adalah jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.
Biasanya di dalam sistem pengawasan devisa mata uang negara tersebut
terlalu tinggi nilainya terhadap harga pasar bebas (overvalued). Untuk
penggunaan yang sangat diperlukan oleh program pemerintah biasanya
kursnya lebih rendah dibanding dengan penggunaan yang kurang
diperlukan oleh program pemerintah. Sistem ini pernah dijalankan di
Indonesia pada awal tahun 60-an, yang dikenal dengan sistem BE (Bonus
Ekspor).
Pada umumnya tujuan suatu negara menjalankan pengawasan devisa
adalah :
- Mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri dan menekan Neraca
Pembayaran lnternasional (NPI) yang disequilibrium. Atau dengan
melalui quota impor dan izin/lisensi impor. Dengan cara-cara tersebut
disequilibrium di dalam NPI dapat ditekan (suppressed disequilibrium).
- Melindungi industri dalam negeri. Dengan pembatasan impor maka
pengawasan devisa mempunyai tujuan untuk melindungi industri dalam
negeri dari persaingan industri luar niegeri.
- Memperoleh pendapatan bagi pemerintah dari selisih nilai tukar kurs
yang dilakukannya.
- Tie In Import Arrangementm, penggunaan devisa untuk impor barang
tertentu, tetapi dengan syarat importir harus juga membeli barang
pelengkap atau barang yang sama hasil produksi dalam negeri dalam
proporsi tertentu.
Jadi dengan pengawasan devisa, maka penggunaannya dapat diatur sebaik
mungkin sehingga dis-equilibrium dalam NPl dapat dikurangi/ditekan.
D. TEORI PURCHASING POWER PARITY (PP)
Dikemukakan oleh ahli ekonomi Swedia yang bernama Gustav Cassel.
Dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang lain
(kurs) ditentukan oleh daya beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di
masing-masing negara. Ada dua versi teori ini, yakni interpertasi absolut dan
relatif. Menurut interpertasi absolut, kurs ditentukan oleh tingkat harga di masing-
masing negara. Misalkan harga 1 kg gandum di Amerika Serikat adalah $1 dan di
Indonesia sebesar Rp 1.000,- , maka kurs antara dolar dan rupiah adalah $1 =
Rp.1000,- . Maka purchasing powernya adalah :
Apabila terjadi perubahan harga yang berbeda di kedua negara, maka kurs
tersebut juga mengalami perubahan. Misalnya harga-harga di Indonesia naik tiga
kali, sedang di Amerika Serikat hanya naik dua kali, maka kursnya akan menjadi :
Kurs PP seperti inilah yang sering disebut kurs PP relatif.
D. IMPLIKASI PENGGUNAAN SISTEM KURS TETAP
Apakah implikasi yang akan timbul apabila kurs tetap yang ditentukan
pemerintah bersifat “dinilai terlalu tinggi” atau “dinilai terlalu rendah”?
1. Kurs Tetap dan Cadangan Valuta Asing
Misalkan pemerintah menetapkan kurs di antara rupiah dan dolar adalah
Rp.1.000 untuk setiap dolar. Berarti mata uang rupiah dinilai terlalu tinggi
terhadap mata uang dolar. Ini akan menyebabkan permintaan atas dolar
melebihi penawarannya. Untuk memenuhi kelebihan permintaan ini pemerintah
haruslah bersedia menjual dolar yang dimilikmnya pada harga yang
ditetapkannya, dan jumlah yang akan dijual paling sedikit harus sama dengan
kelebihan permintaan yang terjadi. Kalau pemerintah tidak dapat memenuhi
kelebihan permintaan tersebut, akan muncul pasar gelap dalam jual beli uang
dolar tersebut. Dalam pasar gelap kelebihan permintaan tersebut akan
dterpenuhi, tapi mereka harus membayar dengan harga yang Iebih tinggi dari
yang ditetapkan pemerintah.
Sebaliknya bila pemerintah menetapkan nilai rupiah terlalu rendah, maka
penawaran mata uang dolar akan melebihi permintaan yang ada. Bila dalam
keadaan seperti ini pemerintah tidak melakukan sesuatu tindakan, kelebihan
permintaan rersebut akan menyebabkan mata uang dolar dapat dibeli dengan
harga yang lebib murah daripada kurs yang diietapkan pemerintah. Agar kurs
dapat dipertahankan, pemerintah harus membeli kelebihan penawaran mata
uang dolar pada harga yang ditetapkan tersebut.
Jadi pada sistem kurs tetap, pemerintah perlu memiliki cadangan valuta asing
dan melakukan jual beli mata uang asing. Tanpa dua hal tersebut sistem kurs
tetap tidak dapat dijalankan dengan baik. Campur tangan pemerintah adalah
langkah yang sangat penting untuk mempertahankan nilai kurs yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam sistem kurs mata uang asing yang ditentukan oleh mekanisme pasar,
memiliki cadangan valuta asing tidak begitu diperlukan karena perubahan kurs
akan menjamin tenwujudnya keseimbangan antara permintaan dan penawaran.
2. Kurs Tetap dan Devaluasi
Satu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan sistem kurs tetap adalah tindakan
untuk menurunkan atau menaikkan nilai mata uang suatu negara dibandingkan
dengan mata uang asing. Langkah pemerintah yang menyebabkan nilai mata
uang negara turun terhadap mata uang asing dinamakan devaluasi.
Sebaliknya, tindakan yang menyebabkan mata uang negara naik nilainya
terhadap mata uang asing dinamakan revaluasi.
Biasanya setiap negara akan berusaha mempertahankan kurs yang ditetapkan
dalam jangka waktu yang lama, selama tidak berakibat kurang menguntungkan.
Tapi adakalanya perubahan kegiatan ekonomi di luar dan di dalam negeri
menyebabkan kurs yang berlaku tidak sesuai lagi dan menimbulkan beberapa
akibat yang buruk. Dalam keadaan seperti itu negara perlu membuat perubahan
kurs yang sudah ditetapkannya. Perubahan-perubahan corak kegiatan ekonomi
seperti inflasi dan kenaikan upah dalam negeri dan perkembangan produktivitas
yang Iebih pesat di luar negeri, adalah beberapa faktor penting yang dapat
menyebabkan mata uang suatu negara menjadi dinilai terlalu tinggi. Perubahan
tersebut akan menyebabkan ekspor negara itu mengalami perkembangan yang
lambat dari impornya. lni akan mengakibatkan permintaan atas mata uang asing
Iebih pesat daripada penawaran. Maka apabila kurs valuta asing ditentukan
oleh mekanisme pasar, penduduk negara itu harus membayar lebih banyak
untuk memperoleh setiap unit valuta asing. Berarti nilai mata uang negara
tersebut mengalami kemerosotan di pasar bebas. Jika keadaan ini berlansung
terus menerus, maka negara tersebut akan menghadapi masalah-masalah
perekonomian sebagai berikut :
a. Pemerintah harus terus menerus menjual valuta asing untuk memenuhi
kelebihan permintaan, sehingga cadangan valuta asing makin lama semakin
menipis
b. Karena ekspor lebih lambat berkembang daripada impor, maka tingkat
kegiatan ekonomi akan mengalami kemunduran. Hal ini menyebabkan
pendapatan nasional berkembang dengan lambat atau menurun, dan
pengangguran menjadi lebih besar jumlahnya.
c. Tingkat kegiatan ekonomi yang kurang baik di dalarn negeri, menyebabkan
modal dalam negeri Iebih banyak mengalir ke luar, dan pemasukan modal
dari luar berkurang. Maka tingkat investasi akan turun, sehingga
memperburuk masalah yang sedang dihadapi.
2. Kurs Tetap dan Revaluasi
Tindakan sebaliknya, yaitu melakukan revaluasi atas mata uangnya, hal jarang
dilakukan oleh suatu negara. Sebab apabila mata uang dinilai terlalu rendah
maka akibat yang ditimbulkan tidak seburuk seperti yang ditimbulkan oleh
keadaan di mana mata uang dinilai terlalu tinggi. Lebih banyak keuntungan
yang akan diperoleh suatu negara apabila kurs mata uang asing yang
ditetapkannya ada bersifat dinilai terlatu rendah. Maka negara-negara yang
menghadapi keadaan seperti itu biasanya enggan untuk melakukan tindakan
revaluasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadono Sukirno, Bab. 12
2. Nopirin, Bab. 10