Transcript
Page 1: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

ii

MAK: 1800.202.006.054

PROPOSAL PENELITIAN

PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN LAHAN TERDEGRADASI UNTUK

MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

Dr. Maswar, M.Agric., Sc

BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN

2017

Page 2: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

iii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPRP Penelitian Pengelolaan Lahan Suboptimal dan Lahan Terdegradasi untuk Mendukung Peningkatan Produktivitas Tanaman Pangan dan Hortikultura

2. Unit kerja Balai Penelitian Tanah 3. Alamat unit kerja Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor 4. Sumber Dana DIPA/RKAKL Satker Balai Penelitian Tanah 5. Status Penelitian Lanjutan 6. Penanggung Jawab

a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan

Dr. Ir. Maswar, M.Agric,Sc. IV.a/Pembina Peneliti Madya

7. Lokasi Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan 8. Agroekosistem Lahan kering Masam, Lahan Gambut, dan Lahan terdegradasi 9. Tahun Mulai 2016 10. Tahun Selesai 2019 11 Output tahunan 1. Teknologi olah tanah konservasi pada pola tanam padi

gogo–jagung yang mampu meningkatkan karbon tanah terhumufikasi dan agregat tahan air (water stable aggregate).

2. Komponen teknologi pengelolaan tanah untuk perbaikan kualitas tanah dan pengembangan tanaman cabai merah pada lahan kering masam terdegradasi.

3. Komponen teknologi perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah gambut dan mitigasi emisi GRK, yang mendukung budidaya bawang merah di lahan gambut.

4. Informasi pengaruh teknologi mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik dan kimia tanah, pertumbuhan dan produksi bawang merah di lahan kering dataran tinggi.

5. (empat) draft KTI (Karya tulis ilmiah) 12 Output akhir Teknologi pengelolaan lahan suboptimal dan pemulihan

lahan terdegradasi untuk peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura

13 Biaya Rp. 492.500.000,- (Empat ratus sembilan puluh dua juta lima ratus ribu rupiah).

Koordinator Program

Dr. Ir. I Wayan Suastika, M.Si NIP.19610815 199003 1001

Penanggungjawab RPTP

Dr. Maswar,M. Agric Sc. NIP. 19620527 199303 1 001

Mengetahui, Kepala Balai Besar Litbang

Sumberdaya Lahan Pertanian

Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr. NIP. 19640623 198903 1 002

Kepala Balai Penelitian Tanah

Dr. Husnain, SP., MP NIP. 19730910 200112 2 001

Page 3: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

iv

RINGKASAN

1. Judul Kegiatan RPRP : Penelitian Pengelolaan Lahan Suboptimal dan Lahan terdegradasi untuk Mendukung Peningkatan Produktivitas TanamanPangan dan Hortikultura

2. Nama dan alamat unit kerja : Balai Penelitian Tanah Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor

3. Sifat usulan penelitian : Lanjutan 4. Penanggungjawab : Dr. Maswar 5. Justifikasi : Pemanfaatan dan sekaligus peningkatan

produktivitas lahan suboptimal, utamanya lahan kering masam, gambut dan lahan-lahan terdegradasi yang relatif luas sebarannya, merupakan salah satu opsi pencapaian swasembada pangan dan peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura. Penanganan faktor pembatas (fisik, kimia dan biologi tanah) merupakan kunci utama pemberdayaan lahan suboptimal, lahan gambut dan lahan terdegradasi. Inovasi teknologi yang diterapkan juga sekaligus harus ditujukan untuk peningkatan adaptasi system budidaya terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, diperlukan teknologi yang adaptif yang mampu mengkonservasi dan/atau meningkatkan status karbon tanah, menanggulangi kemasaman tanah, dan meningkatkan ketersediaan air pada lahan kering, serta memperbaiki sifat fisik dan kimia gambut untuk budidaya tanaman pangan dan/atau hortikultura.

6. Tujuan Penelitian : 1. Mendapatkan teknologi olah tanah konservasi pada pola tanam padi gogo–jagung di lahan kering yang mampu meningkatkan karbon tanah terhumifikasi dan agregat tahan air (water stable aggregate).

2. Mempelajari efek residu dari pembenah tanah terhadap: (a) perbaikan kualitas tanah, khususnya dalam penangulangan faktor pembatas lahan kering masam terdegradasi, dan (b) peningkatan produktivitas tanaman cabai merah.

3. Mempelajari dampak perbaikan sifat fisika, kimia dan biologi tanah gambut terhadap produktivitas bawang merah

4. Mengetahui pengaruh teknologi mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik dan kimia tanah, pertumbuhan dan produksi bawang merah di lahan kering dataran tinggi

7. Luaran yang diharapkan : (1) Teknologi olah tanah konservasi pada pola tanam padi gogo – jagung di lahan kering yang mampu meningkatkan karbon tanah

Page 4: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

v

terhumifikasi dan agregat tahan air (water stable aggregate).

(2) Komponen teknologi pengelolaan tanah untuk perbaikan kualitas tanah dan pengembangan tanaman cabai merah pada lahan kering masam terdegradasi.

(3) Komponen teknologi perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah gambut dan mitigasi emisi GRK dari lahan gambut yang mendukung budidaya bawang merah di lahan gambut.

(4) Informasi pengaruh teknologi mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik dan kimia tanah, pertumbuhan dan produksi bawang merah.

(5) 4 (empat) draft KTI (Karya tulis ilmiah)

8. Outcome : Peningkatan produktivitas lahan suboptimal khususnya lahan kering masam, lahan gambut,dan lahan terdegradasi.

9. Sasaran akhir Optimalisasi lahan suboptimal untuk mendukung pembangunan pertanian terkait swasembada dan ketahanan pangan

10. Lokasi penelitian Jawa, Sumatera, dan Kalimantan

11. Jangka waktu : Mulai TA 2016-2019

12. Suber dana DIPA/RKAKL Satker: Balai Penelitian Tanah, TA. 2017

Page 5: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

vi

SUMMARY

1 Title of RPTP/RDHP : Research on Marginal and Degraded Land Management to improve food crops and horticulture crops productivity

2 Implementation unit : Indonesia Soil Research Institute (ISRI), Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor

3 Location : Java, Sumatera and Kalimantan 4 Objective a. Short term

(1) To find the tillageconservation technology on rice – maize cropping systems in dry land that able to improve soil carbon and water stable aggregate.

(2) To study the residual effects of soil ameliorant to: (a) improving soil quality particularly soil limiting factor of drylands, and (b) increasing the chilli productivity.

(3) To study the impact of improvement physical, chemical and biological properties of peat soil on the onion productivity.

(4) To determine the influence of mulch and ameliorant technology on soil physical and chemical properties, and onion production on upland plateau.

b. Longterm To find the technologies that improve the productivity of sub-optimal dryland, peatlands, and degraded land, in support of sustainable food self-sufficiency, and an increase the horticultural and food crops productivity

5 Expected output a. Short term

: (1) The conservation tillage technology on rice – maize cropping systems in dry land that able to improve soil carbon and water stable aggregate.

(2) Information the residual effects of soil ameliorant to: (a) improving soil quality particularly soil limiting factor of dry lands, and (b) increasing the chilli productivity.

(4) The technology that improve physical, chemical, and biological properties of peatrelated to increase the union productivity.

(5) The mulch and ameliorant technologies that improve soil physical and chemical properties and onion production on upland plateau.

(6) Four draft scientific papers b. Long term : The technologies that improve the productivity of sub-

optimaldryland, peatlands, and degraded land, in support of sustainable food self-sufficiency, and an increase the horticultural cropsproductivity

6 Discription of methodology

Research will be conducted on suboptimal (marginal) lands, peatlands, and degraded land in Sumatera, Java, and Kalimantan island. The combination among conservation tillage, fertilization and mulching

Page 6: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

vii

technology will be implemented to improve soil physical and chemical properties and crops productionon rice – maize cropping systems in dry land acid soils.The soil quality will be improved with soil ameliorant made from compost and biochar for chilli produntion in dry land acid soils. Amelioran, and peat fertilizer (pugam) will be use to improve phyisical, chemical, and biological properties of peat soil and onion production. The combination mulch with amelioran and fertilizer will be implemented on onion croping system on pleteau upland.

7 Duration 4 (four) years

8 Budget/fiscal year Rp 500.000.000 (Five hundred million rupiahs)

9 Source of budget : DIPA/RKAKL 648680 Indonesia Soil Research Institute (ISRI), Fiscal Year 2017

Page 7: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tantangan pembangunan pertanian masa depan terfokus pada bagaimana upaya

mewujudkan swasembada pangan dan sekaligus memantapkan ketahanan pangan nasional

yang berkelanjutan melalui peningkatan produksi. Peningkatan produksi pertanian tersebut

dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan/atau perluasan areal lahan budidaya

baik untuk tanaman pangan maupun hortikultura.Berkaitan dengan hal ini, upaya yang dapat

dilakukan salah satunya adalah melalui pemanfaatan lahan suboptimaldan lahan terdegradasi

seperti lahan kering masam, lahan gambut, dan lahan kritis. Pengembangan pertanian pada

lahan suboptimal khususnya lahan kering masam, lahan gambut, dan/atau lahan kritis tidak

mungkin lagi dapat dihindari, karena ketersediaan lahan subur semakin terbatas.

Lahan suboptimal merupakan lahan yang secara alamiah mempunyai produktivitas

rendah disebabkan oleh kendala faktor internal (intrinsik) seperi bahan induk , sifat fisika,

kimia, dan biologi tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman, disamping itu faktor

eksternal seperti curah hujan dan suhu yang ekstrim (Las et al., 2012). Lahan terdegradasi

dan/atau kritis juga sering dikategorikan sebagai lahan suboptimal, meskipun yang menjadi

faktor pembatas produksi bukan bersifat alami.Lahan suboptimal dengan faktor pembatas

alami dapat digolongkan dalam beberapa tipologi lahan yaitu: lahan kering masam, lahan

kering iklim kering, lahan rawa pasang surut, lahan rawa lebak, lahan kritis, dan lahan gambut

(Puslitbangtanak, 2000, Mulyani dan Sarwani; 2013).

Khusus lahan kering masam (LKM),lahan kritis, dan lahan gambut adalah merupakan

lahan suboptimal yang berpotensi untuk dijadikan pendukung pembangunan pertanian

dimasa yang akan datang, baik dari segi potensi luasan maupun resiko lingkungan. Total luas

LKM sekitar 108,8 juta ha (sekitar 69% dari total luas lahan Indonesia), dan yang berpotensi

untuk pertanian sekitar 62,65 juta ha (Mulyani dan Sarwani, 2013), sedangkan luas lahan

gambut ada sekitar 14,9 juta hektar. Namun demikian, didalamnya masih terdapat areal-

areal dengan status areal yang tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan untuk pertanian

(dalam status tidak tersedia). Dari total luasan lahan sub optimal (lahan kering dan lahan

rawa) yaitu sekitar 189 juta ha (Mulyani dan Sarwani, 2013), yang dalam status tersedia hanya

sekitar 21,1 juta ha (Sofyan dan Mulyani, 2013). Oleh karena itu, di tengah upaya

ekstensifikasi lahan yang masih perlu terus dilakukan, upaya optimalisasi lahan suboptimal

merupakan hal yang perlu menjadi prioritas. Dukungan inovasi teknologi untuk

menanggulangi faktor pembatas lahan (baik bersifat alami maupun akibat degradasi lahan)

Page 8: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

2

merupakan kunci pemberdayaan lahan suboptimal sebagai pendukung pembangunan

pertanian kedepan.

Optimalisasi lahan suboptimal selain ditujukan untuk mendukung ketahanan dan

kemadirian pangan, juga perlu dilakukan untuk peningkatan produksi komoditas lainnya

misalnya tanaman hortikultura. Ketergantungan Indonesia akan produk hortikultura impor

seperti bawang putih,bawangmerah, cabaimasih sangat tinggi. Dengan demikian, diperlukan

teknologi unggulan agar komoditas tersebut dapat berproduksi sepanjang tahun, sehingga

jumlah impor dapat dikurangi.Budidaya tanaman pangan dan hortikulturapada lahan

suboptimal memerlukan manajemen pengelolaan lahan yang lebih spesifik, khususnya

pengelolaan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Untuk itu, teknologi pengelolaan lahan untuk

meningkatkan kualitas fisik, kimia, dan biologi tanah diperlukan agar dapat meningkatkan

produksi tanaman yang dibudidayakan.

DasarPertimbangan

(1) Perbedaan pengolahan tanah akan mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap kadar

dan turn over bahan organik tanah karena adanya perbedaan produksi bahan kering yang

dihasilkan dan penempatan residu tanaman pada masing-masing pengolahan tanah

(Angers et al., 1995). Perbedaan jumlah residu yang dikembalikan ke dalam tanah sangat

berkaitan dengan rotasi tanaman yang diusahakan. Upaya pengurangan intensitas

pengolahan tanah dan adanya penutupan lapisan atas dengan sisa tanaman pangan dalam

satu rotasi tanam melalui pengembalian sisa tanaman akan menghambat hilangnya bahan

organik tanah. Tanpa olah tanah mampu mengakumulasi BO di permukaan tanah (lapisan

atas), meningkatkan stabilitas agregat dan mempunyai indeks humifikasi rendah yang

menentukan lebih besarnya ketersediaan hara untuk tanaman.

(2) Kemerosotan status C-organik tanah merupakan bentuk degragasi yang sering dialami

LKM. Oleh karena itu pemeliharaan dan perbaikan status C organik tanah merupakan opsi

utama lainnya yang perlu dilakukan untuk meningkatakan produktivitas lahan kering

masam yang telah dikelola secara intensif. Peningkatan status C organik > 2% perlu

diupayakan untuk menjaga tingkat kesuburan tanah dan produktivitas tanaman.

Pemanfaatan sumber bahan organik yang bersifat insitu harus diupayakan seoptimal

mungkin, sehingga dicapai suatu sisitem pengelolaan lahan yang bersifat zerowaste.

(3) Potensi lahan gambut yang sudah terdegradasi untuk dapat dimanfaatkan sebagai

lahan pertanian di Indonesia cukup luas, yaitu sekitar 3,5 juta/ha dari total 14,93 juta ha

luas lahan gambut Indonesia. Luasan 3,5 juta hektar tersebut saat ini tergolong pada

Page 9: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

3

“lahan gambut terlantar (semak belukar)”. Lahan gambut semak belukar ini jika tidak

dimanfaakan akan menjadi lahan tidur yang luas di Indonesia dan berpotensi untuk

terjadinya kebakaran gambut setiap musim kemarau. Pemanfaatan lahan gambut untuk

lahan pertanian berpotensi besar, karena gambut mengandung bahan organik yang tinggi.

Bagaimanapun, lahan gambut tergolong pada lahan suboptimal yang tingkat

produktivitasnya rendah, karena memiliki kendala antara lain: sifat fisik, kimia, dan biologi

yang kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman yang baik atau normal. Untuk itu,

pada pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian khususnya untuk budidaya

bawang merah memerlukan perencanaan yang cermat dan teliti, penerapan teknologi

budidaya dan pengelolaan lahan yang tepat, dan teknik adaptasi yang sesuai untuk kondisi

iklim dan lingkungan lahan gambut yang spesifik.

(4) Teknologi peningkatan retensi dan ketersedian air tanah, serta pengelolaan hara

merupakan kunci keberhasilan usahatani bawang merah. Aplikasi mulsa merupakan salah

satu teknologi efisiensi penggunaan air melalui pengurangan evaporasi. Mulsa yang

diintegrasikan dengan pembenah tanah berfungsi meningkatkan kapasitas memegang air

(water holding capasity = WHC) tanah,yang menciptakan kondisi lingkungan tanah yang

baik untuk pertumbuhan tanaman. Periode musim hujan antara Indonesia dan negara-

negara pengimpor bawang merah berlawanan, sehingga berdampak pada musim panen

bawang merah di kedua wilayah. Saat di Indonesia kekurangan bawang merah, justru di

negara-negara tersebut produksi melimpah. Saat di selatan khatulistiwa (Pulau Jawa)

musim hujan, maka negara-negara di utara kering dan sebaliknya. Dengan demikian

terjadi keseimbangan antara volume impor dan ekspor, sehingga apabila impor 20 % dari

kebutuhan demikian juga halnya dengan ekspor bawang merah (Suhendra, 2014). Agar

dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan ekspor bawang merah, diperlukan

peningkatan produksi dan produktivitas baik dari segi media tanam (tanah) maupun

tanaman bawang merah itu sendiri. Untuk itu diperlukan perluasan areal tanam dan

teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas baik tanah maupun tanamannya (dalam

hal ini bawang merah). Salah satu daerah sasaran perluasan usaha bawang merah adalah

lahan kering di dataran tinggi dengan kondisi tanah sudah terdegradasi, sehingga

diperlukan teknologi peningkatan produktivitas tanah. Selain itu diperlukan pula teknoogi

konservasi air untuk pemeliharaan kelembapan tanah pada saat tanaman memerlukan air.

Page 10: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

4

1.2. Tujuan Penelitian

Tahunan

(1) Mendapatkan teknologi olah tanah konservasi dan rotasi tanaman pangan di lahan

kering yang mampu meningkatkan karbon tanah terhumufikasi dan agregat tahan air

(water stable aggregate) pada pola tanam jagung-kedelai.

(2) Mempelajari efek residu dari pembenah tanah terhadap: (a) perbaikan kualitas tanah,

khususnya dalam penangulangan faktor pembatas lahan kering masam terdegradasi,

dan (b) peningkatan produktivitas tanaman cabai merah.

(3) Mempelajari dampak perbaikan sifat fisika, kimia dan biologi tanah gambut terhadap

produktivitas bawang merah

(4) Mengetahui pengaruh teknologi mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik dan kimia

tanah, pertumbuhan dan produksi bawang merah di lahan kering dataran tinggi

Jangka Panjang

Meningkatkan produktivitas lahan kering suboptimal, lahan gambut dan lahan

terdegradasi, untuk mendukung swasembada pangan berkelanjutan

1.3. Keluaran yang diharapkan

Tahunan

(1) Teknologi olah tanah konservasi pada pola tanam padi gogo – jagung di lahan kering

yang mampu meningkatkan karbon tanah terhumufikasi dan agregat tahan air

(water stable aggregate).

(2) Komponen teknologi pengelolaan tanah untuk perbaikan kualitas tanah dan

pengembangan tanaman cabai merah pada lahan kering masam terdegradasi

(3) Komponen teknologi perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah gambut dan mitigasi

emisi GRK dari lahan gambut yang mendukung budidaya bawang merah di lahan

gambut.

(4) Informasi pengaruh teknologi mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik dan

kimia tanah, pertumbuhan dan produksi bawang merah.

(5) Empat draft karya tulis ilmiah (KTI)

Jangka Panjang

Teknologi untuk meningkatkan produktivitas lahan kering suboptimal, lahan gambut, dan

lahan terdegradasi mendukung swasembada pangan berkelanjutan dan peningkatan

produktivitas tanaman hortikultura.

Page 11: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

5

1.4. Perkiraan manfaat dan dampak dari kegiatan yang dirancang

Upaya peningkatan kualitas tanah pada lahan suboptimal baik di lahan kering maupun

gambut melalui pengurangan olah tanah (olah tanah konservasi), peningkatan status bahan

organik, penanggulangan kemasaman dan penyakit endemik setempat, peningkatan retensi

air dan pengelolaan hara terpadu diharapkan akan meningkatkan optimalisasi lahan yang

dianggap sub optimal dan/atau sudah terdegradasi dalam mendukung swasembada tanaman

pangan (padi, jagung dan kedelai) serta meningkatkan produktivitas tanaman hortikultura

(bawang merah dan cabe merah). Mengingat luasnya lahan suboptimal dan/atau lahan

terdegradasi, maka dampak dari perbaikan kualitas lahan tersebut melalui inovasi teknologi

akan mampu meningkatkan ketersediaan pangan dan produk tanaman hortikultura yang

sangat dibutuhkan masyarakat baik di tingkat lokal, regional maupun nasional.

Page 12: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian olah tanah konservasi dan rotasi tanaman pangan di lahan kering yang adaptif perubahan iklim

Perbedaan pengolahan tanah akan mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap kadar

dan turn over bahan organik tanah karena adanya perbedaan produksi bahan kering yang

dihasilkan dan penempatan residu tanaman pada masing-masing pengolahan tanah (Angers

et al., 1995). Perbedaan jumlah residu yang dikembalikan ke dalam tanah sangat berkaitan

dengan rotasi tanaman yang diusahakan. Upaya pengurangan intensitas pengolahan tanah

dan adanya penutupan lapisan atas dengan sisa tanaman pangan dalam satu rotasi tanam

melalui pengembalian sisa tanaman akan menghambat hilangnya bahan organik tanah. Tanpa

olah tanah mampu mengakumulasi BO di permukaan tanah (lapisan atas), meningkatkan

stabilitas agregat dan mempunyai indeks humifikasi rendah yang menentukan lebih besarnya

ketersediaan hara untuk tanaman.

Pengolahan tanah menyebabkan hancurnya agregat makro atau menurunkan proporsi

agregat makro di lapisan atas tanah (Balesdent et al., 2000) dan mampu merubah proses

perlindunganterhadap bahan organiktanah (Yun et al., 2014). Hal tersebut akan

meningkatkan mineralisasi bahan organik yang semula terlindungi secara fisik di dalam

mikroagregat menjadi terbuka terhadap serangan mikroorganisme. Menurut Six et al, (2004)

agregat tanah merupakan unit struktural dalam tanah yang mengontrol dinamika bahan

organik tanah dan siklus hara. Tanpa olah tanah lapisan 0-5 cm terdapat kandungan karbon

tertinggi yang menunjukkan tingginya stabilitas agregat dan rendahnya derajat humufikasi

(Martin et al., 2011; Milori et al., 2006). Rendahnya derajat humifikasi pada areal yang alami

tidak diolah sebagai akibat tingginya bahan organik fraksi ringan atau bahan organik tanah

berada pada tahap awal dekomposisi proses.

Pembentukan dan stabilisasi makro-agregat pada perlakuan tanpa olah

merepresentasikan pentingnya mekanisme untuk melindungi dan memelihara bahan organik

tanah yang mungkin hilang bila tanah diolah secara konvensional dan sekaligus akan

meningkatkan sekuestrasi karbon lebih optimal. Stabilitas makroagregat pada aplikasi olah

tanah konservasi (tanpa olah tanah dan olah tanah minimum) juga mencerminkan efektivitas

dalam mensekuestrasi karbon (Six et al., 2002). Yan et al (2007) menginformasikan bahwa

Aplikasi di daratan China memperlihatkan bahwa bila hanya mengembalikan sisa tanaman

tanpa penerapan tanpa olah tanah (TOT), maka rata-rata sekuetrasi karbon potensial hanya

23,3-57,1 Tg C th-1, sedangkan bila hanya menerapkan TOT, potensi mensekuestrasi karbon

Page 13: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

7

berkisar 21,5-43,0 Tg C th-1. Bila seluruh sisa tanaman dikembalikan ke dalam tanah dan

diterapkan TOT, maka rata-rata sekuestrasi karbon akan meningkat menjadi 71,7 Tg C th-1.

Cansercaoet al. (2013) mendapatkan besarnya sekuestrasi karbon per tahun sebesar 23-26,3

Mg ha-1 pada pengolahan tanah konvensional, sedangkan dengan tanpa olah tanah sebesar

25,5-29,1 Mg ha-1 pada lempung liat berpasil di Brazil.

Penggurangan intensitas pengolahan tanah dan pengembalian sisa tanaman sering

menjadi alat pengukur peningkatan sequestrasi karbon pada lahan pertanian dan sebagai

salah satu indicator pengelolaan lahan yang adaptif terhadap perubahan iklim. Upaya

meningkatkan daya adaptasi terhadap perubahan iklim melalui pengelolahan tanah dan rotasi

tanaman yang tepat, perlu dilakukan agar uasahatni tanaman pangan yang dilakukan

menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan.

2.2. Perbaikan Kualitas Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman

Cabai Merah pada Lahan Kering Masam Terdegradasi

Produksi komoditas utama hortikultura selama kurun waktu 2010–2014 menunjukkan

pola yang berfluktuatif. Laju pertumbuhan produksi terkecil diantaranya terjadi pada cabai

merah yang pertumbuhannya di bawah 4,13%/tahun (Kementan, 2015), sehingga hampir

setiap tahun senantiasa terjadi gejolak harga dan memiliki andil terhadap inflasi Indonesia

(Badan Ketahanan Pangan, 2014). Untuk memenuhi kebutuhan akan komoditas ini diperlukan

penambahan areal baru untuk pengembangan tanaman cabai. Namun demikian, karena

ketersediaan lahan subur sudah semakin terbatas maka pengembangan komoditas pertanian

termasuk untuk tanaman hortikultura seperti cabai merah harus mengarah ke lahan-lahan

suboptimal, dan lahan yang tersedia seringkali sudah dalam kondisi terdegradasi (Wahyunto

dan Dariah, 2014). Salah satu lahan suboptimal yang potensial untuk dikembangkan, baik

dari segi luasan maupun resiko lingkungan adalah lahan kering masam(LKM) (Rochayati dan

Dariah, 2012; Subiksa et al., 2013).

Total luas LKM adalah sekitar 108,8 juta ha atau sekitar 60% dari total luas lahan

Indonesia. Sebaran lahan ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, terluas terdapat

di Sumatera, Kalimantan dan Papua. LKM yang berpotensi untuk pengembagan pertanian

adalah sekitar 62,6 juta ha. Namun tidak sampai 50% dari total lahan yang berpotensi tersbut

dalam kondisi tersedia (Balitbangtan, 2014).

Penciri utama dari lahan kering masam adalah pH tanah yang tergolong masam

(<5,5). Kemasaman tanah yang tinggi berkaitan dengan kadar Al yang tinggi, yang

berdampak terhadap fiksasi P sehingga unsur ini menjadi tidak tersedia untuk tanaman.

Page 14: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

8

Kandungan basa-basa dan KTK tanah juga tergolong rendah, kandungan Fe dan Mn seringkali

berada pada kondisi yang dapat meracuni tanaman. Tingkat kesuburan tanah yang relatif

rendah menyebabkan tanah menjadi miskin elemen biotik (Soepardi, 2001; Rochayati dan

Dariah, 2012).

Kemerosotan status karbon tanah merupakan bentuk degradasi lahan yang banyak

ditemui di LKM. Hasil pemantauan status bahan organik tanah di areal pertanian pada lahan

kering masam menunjukkan rata-rata kandungan bahan organik tanah <2% ( Rachman et

al., 2008; Nurida, 2010; 2012). Secara alamiah penurunan kadar bahan organik tanah di

daerah tropis relatif cepat, dapat mencapai 30-60% dalam waktu 10 tahun (Brown dan Lugo,

1990).

Selain faktor lingkungan, faktor manajemen sangat berpengaruh terhadap kandungan

karbon tanah. Kedua faktor tersebut menentukan tingkat keseimbangan antara masukan

(input) karbon ke dalam tanah (dalam bentuk bahan organik) dan tingkat kehilangan karbon

dari dalam tanah dalam bentuk CO2 (proses emisi), karbon terlarut dan erosi (Metay et al.,

2006; Dixon et al., 1994).Intensitas penggunaan juga berpengaruh terhadap dinamika

cadangan karbon dalam tanah (Houet al., 2012; Schrumpf et al., 2011; Youkhana dan Idol,

2009; Tan et al., 2007; IPCC, 2006; Metay et al., 2006). Misalnya dampak gangguan mekanis

yang timbul akibat pengolahan tanah dapat menyebabkan terjadinya peningkatan aerasi

tanah dan perubahan iklim mikro (tempetarur, kelebaban) tanah lapisan atas (top soil), yang

berdampak terhadap peningkatan laju dekomposisi bahan organik tanah (Balesdent et al.,

2000). Peningkatan intensitas pengolahan tanah juga dapat merusak struktur tanah,

sehingga kehilangan C organik tanah baik akibat dekomposisi maupun erosi berpotensi

meningkat.

Karbon organik tanah merupakan salah satu komponen penting penentu kualitas tanah

(Doran dan Parkin, 1994; Larson dan Pierce, 1994; Islam dan Weil, 2000). Oleh karena itu

pemulihan status bahan organik tanah merupakan salah satu opsi penting dalam upaya

rehabilitasi lahan (termasuk LKM) terdegradasi. Pemulihan status bahan organik tanah juga

akan berkonribusi dalam menanggulangi faktor pembatas alami LKM yaitu kemasaman tanah.

Menurut Sutono dan Undang Kurnia (2012) standar kualitas tanah bagi kandungan C-organik

untuk mempertahankan sifat fisika dan kimia tanah, serta produksi jagung dalam kondisi

optimum berada pada kisaran 1,7% - 2,3% atau setara dengan kandungan bahan organik

tanah sebesar 2,9 – 4,0 %.

Pemulihan status bahan organik selama ini umumnya dilakukan dengan menggunakan

kompos, yang seringkali jumlahnya terbatas. Penggunaan bahan organik sulit lapuk yang

Page 15: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

9

telah diproses menjadi arang (biochar) belum banyak dilakukan petani. Beberapa hasil

penelitian menunjukkan efek positif biochar dalam meningkatkan pH tanah dan KTK

(Kapasitas tukar kation) (Novak et al., 2009; Nurida et al., 2012; 2013; Zhu et al., 2014).

Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan dampak positif penggunaan biochar terhadap

produktivitas tanaman pada kering masam (Dariah et al. 2012, Nurida et al., 2012, 2013),

diharapkan hasil yang sama akan didapatkan jika biochar digunakan pada lahan kering masam

berbasis tanaman hortikultura misalnya cabai merah.

2.3. Teknik pengelolaan lahan, bahan organik, pupuk dan mikroba pada

usahatani bawang merah di lahan gambut

Pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian dan usaha-usaha yang berkaitan dengan

pertanian berkembang cukup pesat karena semakin terbatasnya ketersedian lahan tanah

mineral yang dapat dimanfaatkan. Pada sisi lain, budidaya pertanian di lahan gambut juga

berpotensi besar mengemisikan GRK terutama gas CO2, N2O dan CH4. Tanah gambut tropis

mempunyai kandungan mineral yang rendah dengan kandungan bahan organik lebih

dari 90% sehingga berpotensi untuk dikembangkan untuk budidaya tanaman.

Tanah gambut umumnya memiliki pH rendah, kapasitas tukar kation (KTK) tinggi,

kejenuhan basa rendah, kandungan K, Ca, Mg, P rendah, kandungan unsur mikro (Cu, Zn,

Mn, dan B) rendah. Secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam

organik yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman (Rachim, 1995; Praseyo,

1996; Salampak, 1999). Asam organik yang dihasilkan selama proses dekomposisi tersebut

merupakan bahan yang bersifat toksik bagi tanaman, sehingga mengganggu proses

metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung terhadap produktifitasnya.

Untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah gambut dapat diberikan

amelioran. Bahan amelioran dapat berupa bahan organik atau anorganik. Secara teoritis,

bahan amelioran yang ideal adalah yang mempunyai sifat-sifat kejenuhan basa tinggi, dapat

meningkatkan pH gambut, serta memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, sehingga juga

dapat berfungsi sebagai pupuk dan mempunyai kemampuan memperbaiki struktur tanah

gambut. Jenis amelioran yang telah banyak diujicoba di Indonesia khususnya pada lokasi-

lokasi transmigrasi di lahan gambut adalah abu vulkan, kapur, tanah mineral, abu

kayu/serasah hasil pembakaran, abu limbah pertanian dan pupuk kandang (Djoko Sidik

Pramono, 2004). Karakteristik dari bahan amelioran untuk lahan gambut yang umum

digunakan tersebut adalah:

Page 16: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

10

a. Abu Vulkan

Abu Vulkan (Pugas) merupakan penyubur tanah gambut dengan bahan dasar abu

vulkan. Bahan ini dapat memperbaiki kesuburan gambut, menaikkan pH, pematangan bahan

organik, penurunan nisbah C/N, penambahan hara phosfor, kalium, kalsium, Mg dan

meningkatkan kejenuhan basa. Rata-rata dosis pemakaian abu vulkan 4 ton/ha. Kendala

pemanfaatan abu vulkan adalah masalah transportasi karena tidak terdapat di sekitar lokasi

dan masih harus diikuti dengan penambahan kapur dan pupuk NPK.

b. Kapur

Kapur dapat menaikkan pH gambut, mengusir asam organik, mensuplai unsur K, Ca

dan atau Mg, dan meningkatkan kejenuhan basa. Menurut Widjaja Adhi (1986) kapur

merupakan syarat pertama dalam memperbaiki kesuburan tanah gambut. Beberapa hasil

penelitian menunjukkan pemakaian kapur antara 3-5 ton/ha telah menunjukkan peningkatan

hasil yang nyata di tanah gambut. Kapur umumnya mudah diperoleh di sekitar lokasi

transmigrasi, jika jumlahnya tidak terlalu banyak. Kelemahan kapur adalah kandungan unsur

hara tidak lengkap, sehingga harus diikuti dengan pemupukan lainnya seperti NPK dan unsur

mikro, tidak dapat membentuk kompleks jerapan dan kurang memperbaiki struktur tanah.

Kapur cenderung menggumpal jika diberikan di tanah gambut yang kelembabannya kurang,

sehingga mempercepat terjadinya kering tak balik.

c. Tanah Mineral

Tanah mineral atau tanah anorganik bisa digunakan sebagai amelioran karena

mempunyai kejenuhan basa lebih tinggi dibanding gambut serta kandungan unsur haranya

lebih komplit. Penambahan bahan ini selain memperbaiki sifat kimia, juga sifat fisik gambut

terutama tekstur tanahnya. Kelemahan tanah mineral adalah kemampuannya menaikkan pH

sangat rendah, sehingga memerlukan tanah mineral sangat banyak. Dosis tanah mineral yang

pernah diberikan antara 1-4 ton/ha.

d. Abu hasil pembakaran

Abu merupakan sisa hasil pembakaran bahan organik seperti kayu, sampah, gulma,

abu gergaji kayu, sisa hasil pertanian seperti sekam dan serasah. Kelebihan abu adalah

mengandung unsur hara yang lengkap baik makro maupun mikro, mempunyai pH tinggi (8,5-

10,0), kandungan kation K, Ca dan Mg tinggi. Namun demikian dibanding kapur, kemampuan

menaikkan pH lebih rendah. Abu banyak mengandung silikat (Si) dalam bentuk tersedia,

Page 17: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

11

sehingga berpengaruh positif terhadap produktivitas tanaman terutama pada tanaman padi.

Abu relatif mudah diperoleh jika dalam jumlah sedikit. Bila lokasi transmigrasi dekat dengan

sawmill, dapat memanfaatkan abu gergajian kayu, tetapi harus ada biaya angkutnya. Dosis

pemakaian abu relatif lebih banyak dari bahan amelioran lainnya.

e. Pupuk kandang

Jika dilihat kemampuannya menaikkan pH, pupuk kandang kurang baik sebagai

amelioran, karena kandungan kation basanya dan kemampuan menaikkan pH-nya relatif

rendah. Namun ternyata bahan ini banyak digunakan oleh transmigran di lahan gambut.

Pupuk kandang dapat mempercepat proses pematangan gambut, sehingga dapat

memperbaiki kondisi fisik dan kimia gambut. Disamping penambahan unsur hara, pupuk

kandang yang mengandung mikroorganisme dapat menguraikan gambut menjadi lebih

matang, sehingga beberapa unsur hara lainnya menjadi lebih tersedia bagi tanaman.

Ketersediaan pupuk kandang cenderung tidak menjadi masalah di lokasi transmigrasi gambut.

Pemberian pupuk kandang harus disertai bahan lain seperti kapur/dolomit dan pupuk lainnya.

Dosis yang diberikan berjumlah banyak untuk meningkatkan produksi tanaman, sekitar 20

ton/ha. Untuk memutuskan pemakaian bahan amelioran yang sesuai sebagai penyubur lahan

gambut, perlu dipertimbangkan apakah bahan tersebut mudah diperoleh dekat lokasi,

mengetahui kualitas bahan, dan ketersediaan bahan apabila dimanfaatkan terus-menerus

tanpa merusak lingkungan.

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai

dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik

dihasilkan dari dataran rendah<450 m dpl, yang didukung keadaan iklim meliputi suhu udara

antara 25-320 C dan iklim kering, membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal

(minimal 70% penyinaran), suhu udara 25º-32ºC serta kelembaban nisbi yang rendah (Sutaya

et al, 1995)

Bawang merahmenghendaki tanah yang subur, gembur, dan banyakmengandung

humus dengan radiasi sinar matahari 70%dan suhu udara 25−32ºC (Rukmana 1994; Siswadi

2006).Denganmengadopsi teknologi budi daya yang tepat, bawang merah dapat

dikembangkan di lahan gambut, khususnya yang telah melapuk (saprik), yang mana

produktivitasnya berkisar antara 11–12 t/ha umbi kering (Purbiati, 2012).Di Kalimantan Barat,

varietas bawang merah yang cocok dan berdaya hasil tinggi di lahan gambut ialah Sumenep,

Moujung, dan Bali Karet (Purbiati et al. 2010).

Page 18: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

12

2.4. Penelitian Teknologi Pengelolaan Lahan Untuk Meningkatkan Retensi Air Tanah Pada SistemUsahatani Bawang Merah di Dataran Tinggi

Kegiatan impor komoditas hortikultura termasuk bawang merah tidak bisa dihindari,

ksrens keberlangsungan pasokan di dalam negri yang tidak kontinyu.Menurut Direktur Jendral

Hortikultura Kementrian Pertanian (Kementan) Indonesia sering mengimpor bawang merah

dari negara-negara di utara khatulistiwa seperti Vietnam, India dan Thailand yang disebabkan

oleh perbedaan musim panen (Suhendra, 2014).

Saat ini, bawang merah yang diimpor sebanyak 20 % dari total kebutuhan dan pada

bulan Maret 2014 terjadi lonjakan impor hampir 2 kali lipat bulan sebelumnya(Suhendra,

2014). Berdasarkan data (BPS 2014) impor bawang merah volumenya mencapai 22.908 ton

atau senilai 9,8 juta US dolar,pada bulan Februari impor bawang merah adalah 14.315 ton

atau senilai 6.5 juta US dolar,selama 3 bulan dalam tahun 2014 impor bawang merah 43.470

ton atau senilai 19.4 juta US dolar yang berasal dari beberapa negara. Impor bawang merah

terbesar berasal dari negara Thailand sebanyak 9.468 ton atau senilai 4,5 juta US dolar,

kemudian Vietnam 7.566 ton atau 3,5 juta US dolar dan India 5.873 ton atau 1.78 juta US

dolar (Suhendra, 2014).

Lahan kering dataran tinggi merupakan kawasan budidaya hortikultura bernilai ekonomi

tinggi yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Kawasan ini juga merupakan

sumberdaya tanah yang mempunyai potensi yang cukup tinggi ditinjau dari segi luasan,

namun tingkat degradasi lahan kering ini cukup tinggi, sehingga apabila akan dipergunakan

sebagai areal pertanian diperlukan teknologi untuk memperbaiki kwalitas lahan tersebut.

Kondisi lahan kering terdegradasi umumnya ditandai dengan struktur tanah yang jelek,

kandungan C-organik sangat rendah, dan kemampuan meretensi air dan hara yang rendah.

Agar lahan kering tersebut dapat berproduksi secara normal perlu upaya rehabilitasi atau

pemulihan lahan.

Pembenah tanah merupakan suatu bahan yang dapat digunakan untuk mempercepat

pemulihan/perbaikan kualitas tanah. Bahan organik selain dapat berfungsi sebagai sumber

hara, fungsinya sebagai pembenah tanah juga telah banyak dibuktikan (Suriadikarta et al.,

2005; Rachman et al., 2006; Dariah dan Nurida, 2011). Aplikasi pembenah tanah berupa

formulasi pupuk kandang dan 20 % zeolit (Beta) dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah

dan permeabilitas dan KTK (Dariah et al., 2010).

Pembenah tanah adalah bahan alami atau sintetik mineral atau organik untuk

menanggulangi kerusakan atau degradasi tanah. Kegiatan rehabilitasi lahan salah satunya

diarahkan untuk memperbaiki kualitas tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah). Pemulihan

Page 19: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

13

sifat tanah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan amelioran (pembenah

tanah/soil conditioner), yang salah satunya adalah biochar atau arang.

Biochar atau arang merupakan pembenah tanah alami berbahan baku hasil pembakaran

tidak sempurna (pirolisis) dari residu atau limbah pertanian yang sulit didekomposisi, seperti

kayu-kayuan, tempurung kelapa sawit, sekam padi, kulit buah kakao dan lain-lain.

Pembakaran tidak sempurna dilakukan dengan menggunakan alat pembakaran atau

pirolisator suhu sekitar 250o – 350o, selama 2 – 3,5 jam, sehinga diperoleh arang yang

mengandung karbon tinggi dan dapat diaplikasikan sebagai pembenah tanah (Balai Penelitian

Tanah, 2012).

Manfaat penggunaan Biochar pada lahan kering antara lain : a) Meningkatkan pH

dan KTK tanah, b) Meningkatkan kemampuan tanah meretensi air dan hara, c) Meningkatkan

kandungan C-total tanah (carbon sink). Dibandingkan dengan bahan pembenah tanah yang

lain, Biochar mempunyai keunggulan antara lain : a) Dapat mengurangi laju emisi CO2, b)

Bentuknya yang stabil (sulit didekomposisi) dalam tanah, mampu bertahan dalam tanah untuk

jangka waktu yang lama (> 400 tahun) dan berfungsi sebagai konservasi karbon, c) Dapat

membentuk habitat yang baik bagi mikro organisme (lingkungan bersifat netral pada tanah

masam) (Balai Penelitian Tanah, 2012).

Penggunaan mulsa sisa tanaman untuk usahatani di lahan kering telah terbukti dapat

mengkonservasi kelembapan tanah melalui pengurangan penguapan dari tanah (evaporasi)

karena fungsi penutupannya pada permukaan tanah (Suwardjo, 1981;Gupta and Rajput,

1999; Scholes et al., 1997; Brata, 1995 a dan b; Noeralam, 2002; Haryati et al., 2006; Haryati,

2010)

Bawang merah (Allium cepa Var. ascalonicum) tergolong komoditas pertanian bernilai

ekonomi tinggi karena potensi keuntungan yang diperoleh sangat besar. Namun demikian,

komoditas ini juga memiliki resiko kerugian yang tinggi karena sangat rentan terhadap kondisi

cuaca ekstrim. Tanaman bawang merah memiliki sistem perakaran serabut yang dangkal,

sehingga pengelolaan air dan hara menjadi faktor penentu keberhasilan usahatani bawang

merah (Subiksa dan Nurjaya, 2012). Kebutuhan hara bawang merah cukup tinggi meliputi

hara makro N, P, K Ca, dan Mg. Selanjutnya Subiksa dan Noerjaya, (2012) juga menyatakan

bahwa hasil analisis tanaman menunjukkan serapan hara bawang merah mencapai 102 kg N,

41 kg P2O5, 112 kg K2O, 29 kg CaO dan 17 kg MgO pada tingkat produksi 40 ton umbi

bawang/ha. Hara yang diserap ini harus diberikan melalui pemupukan.

Wawancara dengan petani bawang merah menunjukkan bahwa petani memberikan

pupuk sangat berlebihan. Untuk luas areal 1 ha, petani di daerah Tegal memberikan antara

Page 20: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

14

1350 – 1500 kg NPK. Karena luas efektif lahan yang ditanami hanya 70% (30% untuk parit)

maka perhitungan dosis pupuk yang dipakai petani bisa mencapai 2.150 kg/ha. Jenis pupuk

NPK yang dipakai adalah 50% NPK dalam negeri (Ponska, Kujang) dan 50% lagi

menggunakan NPK Mutiara atau impor yang harganya mencapai Rp.12.000/kg. Dengan

jumlah pupuk yang diberikan tersebut, hasil bawang merah bisa mencapai 12-15 ton/ha

(Subiksa dan Nurjaya, 2012).

Page 21: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

15

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Penelitian olah tanah konservasi dan rotasi tanaman pangan di lahan kering yang adaptif perubahan iklim

Penelitian bersifat jangka panjang, dimulai TA 2015 hingga TA 2019 sehingga

dibutuhkan plot penelitian untuk jangka panjang. Penelitian dilakukan pada skala research

(dengan tidak melibatkan petani) di Kebun Percobaan Taman Bogo, Kecamatan Purbolinggo,

Lampung Timur. Pada umumnya penelitian olah tanah hanya bersifat parsial, namun pada

penelitian ini aplikasi olah tanah konservasi dikaitkan dengan rortasi tanaman pangan untuk

melihat kontinuitas suplai bahan organik dan kemampuannya memelihara agregat tanah.

Pada tahun 2017, kegiatan akan dilaksanakan pada pola tanam padi gogo-jagung, setelah

pada tahun 2015 diterapkan pada pola tanam jagung-kedelai.

Selain olah tanah, teknologi pemupukan dan pemberian mulsa permukaan merupakan

paket komplemen yang harus selalu diberikan. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan

rancangan acak kelompok (Randomized block design), dengan empat ulangan. Perlakuan olah

tanah yang diuji adalah:

1. Olah tanah konvensional (olah tanah sempurna) tanpa biomas

2. Olah tanah konvensional+biomas jagung 6 t ha-1 (diinkorporasikan saat pengolahan

tanah)

3. Olah tanah konservasi (olah tanah dalam larikan)+ mulsa biomas jagung 6 t ha-1

4. Tanpa olah tanah+mulsa biomas jagung 6 t ha-1

Ukuran masing-masing petak adalah 5 m x 4,5 m dan tanaman padi gogo (varietas

Situ Patenggang) dan jagung (varietas P27) ditanam dengan menggunakan sistem jajar

legowo 2:1. Saat tanam diberi pupuk sesuai perlakuan yang diuji dengan mempertimbangkan

dosis rekomendasi (PUTK).Seluruh sisa tanaman diaplikasikan sebagai mulsa permukaan

sesuai perlakuan.

Tabel 1. Roadmap output penelitian dan pola tanam tahun 2015-2019

OUTPUT OUTPUT TAHUNAN

2015 2016 2017 2018 2019

Teknologi olah tanah konservasi dan rotasi tanaman pangan yang adaptif terhadap perubahan iklim

Komponen teknologi olah tanah konservasi untuk efisiensi karbon pada pertanaman jagung

Tertunda dilaksanakan, karena keterbatasan anggaran

Teknologi olah tanah konservasi untuk efisiensi karbon pada pertanaman padi gogo-jagungi

Teknologi olah tanah konservasi untuk efisiensi karbon pada pertanaman padi gogo-kedelai

Teknologi olah tanah konservasi untuk efisiensi karbonpada pertanaman kedele

Pola tanam Jagung-kedelai Padi gogo-jagung Padi gogo-kedelai Kedelai-kedelai

Page 22: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

16

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari1)Sifat fisik tanah: teksur tanah, water stable

aggregate (WSA), mean weight diamter (MWD), bulk density (BD) dan ketahanan tanah, 2)

sifat kimia tanah: pH (H2O dan KCl), kandungan C-organik dan N-total untuk setiap ukuran

agregat, dan 3) pertumbuhan dan hasil tanaman. Parameter tekstur hanya diukur sebelum

aplikasi perlakuan, sedangkan parameter WSA, MWD, BD, ketahanan tanah, pH, C-organik

dan N-total diukur sebelum dan sesudah aplikasi perlakuan.

Pengolahan data

Analisis data dilakukan secara statistik terhadap variabel yang diamati, menggunakan

analysis of variance (ANOVA) atau uji keragaman dengan selang kepercayaan 95%. Untuk

melihat pengaruh beda nyata dari peubah akibat perlakuan serta interaksinya dilakukan uji

jarak berganda Duncan (DMRT= Duncan Multiple Range Test), pada taraf nyata 95% ( =

5%). Selain itu akan dilakukan analisis deskriptif sifat tanah untuk mengetahui perubahan

sifat tanah setelah aplikasi perlakuan dibandingkan kondisi tanah awal.

3.2. Perbaikan Kualitas Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Cabai Merah pada Lahan Kering Masam Terdegradasi

Pendekatan:

Penelitian dilakukan dalam bentuk pecobaan skala plot, pada lahan kering masam

(pH<5), terletak di KP Taman Bogo, Lampung Timur. Untuk mendapatkan media tumbuh

yang sesuai untuk pengembangan tanaman cabai merah, dilakukan perbaikan kualitas tanah

dengan menggunakan pembenah tanah berbahan baku kompos dan biochar. Pada tahun

kedua akan dipelajari efek residu dari masing-masing pembenah tanah.

Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Benih cabai merah, pupuk

urea, SP-36, KCl, obat-obatan, polybag, mulsa plastik, atap plastik, bahan kimia (untuk analisis

laboratorium). Bahan penunjang penelitian meliputi alat tulis (flash disk, tinta komputer,

kertas HVS, ball point, pointer, penggaris, spidol kecil/besar, dll.), alat bantu pengukuran

parameter yang diukur seperti: bahan dan alat pengidentifikasi plot, papan nama, ember,

penangkar hujan (Ombrometer), gelas ukur, timbangan, kantong plastik, karung dan lainnya.

Page 23: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

17

Metode Penelitian:

Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tujuh

perlakuan dan 3 ulangan, ukuran petak 5 x 4 m (atau tergantung kondisi lapangan),

perlakuannya adalah:

P0=Kontrol (tanpa pembenah tanah dan mulsa)

P1=Residu Biochar dosis 20 t/ha

P2=Residu Biochar dosis 20 t/ha+mulsa

P3=Residu Kompos dosis 20 t/ha

P4=Residu Kompos dosis 20 t/ha+mulsa

P5=Residu Pembenah K-50 dosis 20 t/ha

P6=Residu Pembenah K-50 dosis 20 t/ha+mulsa

Tanaman indikator yang digunakan adalah tanaman cabai merah

Pelaksanaan di Lapang

a. Menyiapkan benih tanaman cabai merah:

Sebelum disemai, benih cabai merah direndam dalam air hangat (50 °C) atau larutan

Previcur N (1 ml/l) selama 1 jam. Biji yang mengambang disingkirkan, sedangkan yang

tenggelam merupakan benih yang memenuhi syarat untuk disemai.

Benih disemai di bedengan berukuran lebar 1 cm dan panjangnya tergantung pada

kebutuhan. Media persemaian terdiri atas campuran tanah halus dan pupuk kandang

(1:1) yang telah disterilkan dengan uap air panas selama 6 jam. Bedengan persemaian

diberi naungan atau atap plastik transparan untuk melindungi bibit yang masih muda

dari terpaan air hujan dan terik matahari. Atap harus menghadap ke arah Timur agar

bibit mendapat sinar matahari yang cukup di pagi hari.

Benih cabai merah disebar merata pada bedengan dan ditutup tipis dengan tanah halus,

kemudian ditutupi lagi dengan daun pisang. Setelah benih berkecambah ± 7-8 hari sejak

semai, tutup daun pisang dibuka. Selanjutnya setelah membentuk 2 helai daun ± 12-

14 hari sejak semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbungan daun pisang atau polybag

yang berisi media yang sama, yaitu campuran tanah halus dan pupuk kandang steril

(1:1), jika tersedia diberi inokulasi mikoriza (Glomus sp.) sebanyak 10 g per bibit.

Penyiraman dilakukan secukupnya setiap pagi hari.

Sebelum bibit dipindahkan ke lapangan, sebaiknya dilakukan penguatan bibit

(“hardening”) dengan jalan membuka atap persemaian supaya bibit menerima langsung

Page 24: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

18

sinar matahari dan mengurangi penyiraman secara bertahap. Selama penguatan, proses

pertumbuhan bibit menjadi lebih lambat tetapi jaringan menjadi lebih kuat. Penguatan

bibit berlangsung ± 7 hari. Bibit yang sehat dan siap dipindahkan ke lapangan adalah

bibit yang telah berumur 3-4 minggu sejak dibumbung. Pada umur tersebut bibit sudah

membentuk 4-5 helai daun dengan tinggi bibit antara 5-10 cm

b. Penyiapan lahan:

Lahan dicangkul sedalam 20-30 cm sampai gembur. Dibuat bedengan-bedengan dengan

lebar 1-1,2 m, panjang 5 m, tinggi sekitar 30 cm, dan jarak antar bedengan 25-30 cm. -

Dibuat garitan-garitan dan lubang-lubang tanam dengan jarak 40 x 75 cm atau sesuai

varietas yang digunakan. Pada tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman. Setiap petak

perlakuan terdapat 3 bedengan,jarak antar petak perlakuan sekitar 50 cm..

c. Tanaman cabai ditanam pada jarak tanam 40 cm x 75 cm atau sesuai dengan rekomendasi

varietas yang digunakan.

d. Pupuk dasar diberikan sesuai taraf rekomendasi pupuk untuk tanaman cabai merah.

Alternatifnya adalah : pupuk N 117 kg/ha N (260 kg/ha urea), P2O5 adalah 40 kg/ha (112

kg SP-36), dan K2O 131 kg/ ha (218 kg/ha KCl). Namun demikian kebutuhan pupuk

tersebut bervariasi tergantung pada jenis lahan, varietas, dan waktu tanam (Sumarni dan

Muharam, 2005).

e. Melakukan penyulaman: paling lambat pada umur 7 hari setelah tanam (HST).

f. Melakukan penyemprotan hama dan penyakit sesuai jenis serangan.

g. Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan.

h. Pengambilan contoh tanah komposit dan contoh tanah tidak terganggu dilakukan sebelum

diberi perlakuan. Pengambilan sample tanah setelah perlakuan dilakukan satu minggu

sebelum masa panen. Contoh tanah diambil pada kedalaman tanah 0-20 cm. Pengambilan

contoh tanah utuh (tanah tidak terganggu) menggunakan ring sample berukuran diameter

7,5 cm dan tinggi 4 cm. Contoh tanah komposit dengan menggunakan bor berukuran 1

inci dan diambil dari enam titik pengambilan sampai kedalaman 20 cm kemudian dicampur,

bagian tanaman dibuang kemudian diambil ± 0,5 kg.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari (1) Sifat fisik tanah yang dianalisa mencakup

BD (bulk density), kadar air pada pF 1; 2; 2,54 dan 4,2, (2) sifat kimia tanah mencakup pH

(H2O dan KCl), kation dapat ditukar, dan kapasitas tukar kation (KTK), C-organik, N, P dan K,

dan Al-dd dan kejenuhan Al, (3) pertumbuhan dan hasil tanaman.

Page 25: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

19

Pengolahan data

Analisis data dilakukan secara statistik terhadap sifat fisik tanah, sifat kimia tanah,

pertumbuhan dan hasil tanaman, menggunakan analysis of variance (ANOVA) atau uji

keragaman dengan selang kepercayaan 95%. Untuk melihat pengaruh beda nyata dari

peubah akibat perlakuan serta interaksinya dilakukan uji LSD, pada taraf nyata 5%.

3.3. Teknik pengelolaan lahan, bahan organik, pupuk dan mikroba pada

usahatani bawang merah di lahan gambut

Penelitian akan dilaksanakan pada lahan gambut di Desa Kalampangan, Kecamatan

Sebangau, Kodya Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Kegiatan penelitian pada tahun 2017 merupakan penelitian lapang di lahan gambut,

yang akan melanjutkan dan sekaligus memodifikasi perlakuan terpilih (2 atau 3 perlakuan

terbaik) dari hasil penelitian tahun 2016. Berdasarkan hasil kegiatan tahun 2016 tersebut,

terlihat bahwa masalah utama budidaya bawang merah pada lahan gambut adalah penyakit

akibat serangan jamur (Fusarium oxysporum, Alternariaporii, dan Colletroticum gloespoodes).

Jamur tersebut diperkirakan telah eksis ada di lahan gambut (inherent), karena kondisi

gambut yang mengandung banyak bahan organik, lembab dan masam ideal sebagai habitat

tumbuh dan berkembangnya jamur. Untuk itu, pada kegiatan tahun 2017 perlu dilakukan

tindakan preventif agar jamur yang berpotensi menyerang tanaman cabe tersebut dapat

dikendalikan. Perlakuan pengendalian yang dimaksudkan adalah dengan introduksi

Tricoderma sp yang secara teoritis mampu mengendalikan jamur-jamur sumber utama

penyakit bawang merah di lahan gambut. Pada sisi lain, dari kegiatan tahun 2016 juga terlihat

bahwa aplikasi mulsa pada permukaan tanah nyata dapat menekan serangan penyakit dari

jenis jamur-jamur tersebut.

Perlakuan yang akan diuji pada kegiatan tahun 2017 adalah:

T1 = Aplikasi Pugam dosis 1 ton/ha

T2 = Aplikasi Pugam dosis 1 ton/ha + mulsa dipermukan tanah

T3 = Aplikasi pupuk hayati

T4 = Aplikasi pupuk hayati + mulsa dipermukaan tanah

T5 = Aplikasi pupuk hayati + Pugam 1 ton/ha

T6 = Aplikasi pupuk hayati + Pugam 1 ton/ha + mulsa dipermukaan tanah

T7 = Kontrol (NPK rekomendasi)

Page 26: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

20

Pada semua perlakuan, untuk masing-masing plot diaplikasikan: a) tanah mineral

dengan dosis 10 ton/ha, b) kapur (dolomit) dengan dosis 4 ton/ha, c) aplikasi pupuk kandang

dosis 5 ton/ha, d) aplikasi Tricoderma sp. Pada perlakuan T1 sampai T6 aplikasi pupuk NPK

berdasarkan “manajemen atau pola petani”.

Keterangan: Manajemen pola petani adalah: Pemupukan dengan pupuk majemuk NPK (16:

16:16) diaplikasikan secara bertahap. Pemupukan dimulai pada minggu

pertama (7 hari setelah tanam), dengan cara melarutkan terlebih dahulu pupuk

majemuk NPK dalam air dengan dosis: a). 5 kg NPK dilarutkan dalam 20 liter

air untuk pemupukan minggu ke I dan II; b). 6 kg NPK dilarutkan dalam 20 liter

air untuk pemupukan minggu ke III dan IV; c). 7 kg NPK dilarutkan dalam 20

liter air untuk pemupukan minggu ke V; dan d). 8 kg NPK dilarutkan dalam 20

liter air untuk pemupukan minggu ke VI. Untuk setiap kali pemupukan 0,5 liter

dari larutan pupuk NPK diencerkan lagi dengan 5 liter air untuk diaplikasikan

pada plot seluas 10 m2 dengan system gelontor.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, masing-masing perlakuan diulang

sebanyak 4 kali, dan ukuran plot untuk masing-masing perlakuan adalah 1,5 m x 10m. Jarak

tanam bawang merah adalah 20 cm antar basisan x 15 cm dalam barisan

Pengamatan:

Pertumbuhan tanaman (tinggi dan jumlah umbi)

Jenis penyakit yang menyerang tanaman bawang merah,

Produksi tanaman (berat umbi).

Pengamatan sifat fisika (BD, kadar C, dan kadar abu gambut) dan kimia tanah (N,P,K, dan

kation-kation dapat ditukar yaitu: K, Ca, Mg, KB, KTK), sebelum tanam (kondisi tanah

gambut sebelum diolah) dan setelah panen bawang merah.

Nilai ekonomi atau rasio nilai ekonomi hasil (out put) dibandingkan biaya produksi (in put),

yaitu nilai perbandingan hasil yang diperoleh (produksi) di bagi dengan total tiaya yang

dikeluarkan selama proses usaha tani (B/C rasio).

Pengolahan data

Data-data hasil pengamatan dan pengukuran baik di lapang maupun di laboratorium

akan dianalisa statistik, menggunakan program SAS, sesuai dengan rancangan percobaan

yang diaplikasikan.

Page 27: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

21

3.4. Penelitian Teknologi Konservasi Tanah untuk Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman Sayuran di Dataran Tinggi.

Pendekatan

Kegiatan penelitian diawali dengan pencarian lokasi untuk mencari tempat yang cocok

dan sesuai dengan agroekosistem yang dikehendaki untuk penelitian. Selanjutnya

dilaksanakan observasi lapang untuk mengetahui kondisi umum dan kondisi awal lokasi

penelitian serta teknologi budidaya existing di tingkat petani. Untuk mengetahui sifat fisik

dan kimia tanah awal dilakukan pengambilan ring sampel untuk analisis sifat fisik tanah dan

sampel tanah komposit untuk analisis sifat kimia tanah.

Kegiatan ini merupakan kegiatan penelitian lapang untuk menguji beberapa teknologi

pengelolaan kelembapan tanah pada usahatani bawang merah di dataran tinggi. Selain itu

akan dibandingkan teknologi yang biasa dilakukan oleh petani terhadap teknologi introduksi

hasil penelitian.

Bahan Penelitian

Untuk melaksanakan semua kegiatan dalam penelitian ini diperlukan bahan-bahan

berupa bahan penelitian pokok maupun bahan penunjang penelitian. Bahan pokok penelitian

meliputi bahan kimia untuk analisis sifat kimia, dan fisika tanah, sarana produksi seperti

benih/bibit, pupuk anorganik, organik, dan agen pengompos. Bahan penunjang penelitian

meliputi alat tulis (flash disk, tinta komputer, kertas HVS, ball point, pointer, penggaris, spidol

kecil/besar, dll.), alat bantu pengukuran parameter yang diukur seperti: bahan dan alat

pengidentifikasi plot, papan nama, ember, penangkar hujan (Ombrometer), gelas ukur,

timbangan, kantong plastik, karung dan lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada TA 2017 di sentra produksi bawang merah di lahan

kering dataran tinggi di Provinsi Jawa Barat . Penelitian menggunakan rancangan percobaan

petak terpisah (Split Plot Design) dengan 3 ulangan. Adapun perlakuannya adalah :

Main plot : Jenis mulsa (M)

1) Tanpa mulsa (M-0)

2) Mulsa plastik (M-1)

3) Mulsa jerami (M-2)

Page 28: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

22

Sub-plot : Teknologi pembenah tanah (B)

1) Teknologi petani (B-1)

2) Teknologi petani , NPK rekomendasi (B-2)

3) Teknologi petani + 5 t/ha Dolomit (B-3)

4) Teknologi petani + 5,0 t/ha Biochar (B-4)

5) Teknologi petani + 5 t/ha Dolomit + 5,0 t/ha Biochar (B-5)

Teknologi petani adalah teknologi budidaya bawang merah yang biasa diterapkan oleh

petani setempat dimana penelitian ini akan dilaksanakan. Teknologi tersebut akan diketahui

setelah diadakan wawancara semitruktural dengan petani setempat sebelum penelitian ini

dilaksanakan. Pada tahun 2016, hasil wawancara semistruktural di Desa Bayongbong,

Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut menunjukkan bahwa petani memberikan pupuk

NPK-phonska, SP-36 dan ZA masing-masing sebanyak 250 kg/ha. Pupuk tersebut diberikan

2 kali selama pertanaman, yaitu pada saat 7 – 12 hari (masa inkubasi) sebelum tanam dan

pada 30 hari setelah tanam (HST). Obat-obatan diberikan sesuai dengan kebutuhan. Selain

itu petani memberikan pupuk kandang sebanyak 7 – 10 t/ha.

Teknologi rekomendasi adalah pemberian pupuk N, P dan K yang sesuai dengan

kebutuhan tanaman dan status hara tanah setempat. Sumber pupuk N yang digunakan adalah

yang berasal dari Urea dan ZA, Pupuk P dari TSP/SP-36 dan K dari KCl dengan dosis 500, 300

dan 200 masing-masing untuk Urea, TSP dan KCl (Rahayu dan Nur Berlian, 2004). Dengan

demikian hara yang diperlukan adalah 230 kg N/ha, 138 kg P2O5/ha dan 120 kg K2O/ha.

Pemberian pupuk Nitrogen diberikan 2 kali, yaitu ½ bagian bersamaan dengan pemberian

P2O5 dan K2O pada saat 2 minggu setelah tanam (MST) dan ½ bagian lagi pada saat 4 MST.

Sumber pupuk N dapat berasal dari Urea, NPK-majemuk dan ZA, sedangkan P2O5 dapat

berasal dari NPK-majemuk dan SP-36 serta K2O dari NPK-majemuk dan KCl.

Pupuk kandang 10 t/ha diberikan sebagai pupuk dasar. Dengan demikian pupuk

tersebut diberikan sama pada setiap perlakuan.

Plot percobaan berukuran 2 m x 10 m yang terdiri dari 2 bedeng @ 1 m X 10 m. Varietas

bawang merah yang digunakan dipilih varietas bawang merah yang sesuai dengan kondisi

agroekosistem setempat. Bawang merah ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm.

Variabel yang diamati dalam kegiatan penelitian ini adalah :

Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman)

Hasil tanaman (berat segar umbi)

Page 29: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

23

Sifat fisik tanah (Kadar air, BD, PD, distribusi ruang pori, agregat, permeabilitas)

Sifat kimia tanah (pH, C-organik, N-total, Kation-dd, KTK,KB, Al-dd, H-dd)

Nilai ekonomi (analisis usahatani) dari masing-masing perlakuan

Page 30: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

24

IV. ANALISIS RESIKO

4.1. Daftar Risiko No. RISIKO PENYEBAB DAMPAK

1.

2.

3.

4

Sulit mendapatkan Lokasi yang

memenuhi syarat

Proses pengadaan bahan terhambat

Kendala musim

Faktor Biofisik

Kompromi dan negosiasi dengan petani tidak

tercapai

Kuantitas dan kualitas bahan bahan penelitian

yang dibutuhkan cukup

tinggi Musim hujan yang tidak

menentu

Kondisi lahan tidak seragam

Lokasi yang dipilih tidak ideal

Terlambatnya pelaksanaan penelitian di lapang

Terlambatnya jadwal tanam

Diperlukan tenaga dan dana

ektra untuk penanganan

kekurangan air dan penanggulangan hama

Gagal panen Data

hasil/produksi tanaman tidak

diperoleh

Pengaruh ketidakseragaman lahan lebih dominan (misalnya

akibat perlakuan sebelumnya)

dibanding perlakuan 5.

6

Serangan hama

Penyakit

Pemotongan anggaran

Bibit tanaman tanpa seed treatment, penyemprotan dengan dosis rendah

sedangkan sekitarnya

dosis tinggi.

Beberapa tahun terakhir terjadi pemotongan

anggaran untuk seluruh

kementrian

Produksi lebih rendah

dibandingkan dengan rata-rata petani

Beberapa kegiatan pengamatan harus dikurangimengurangi

output

Page 31: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

25

4.2. Daftar Penanganan Risiko No. RISIKO PENYEBAB PENANGANAN RISIKO

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Sulit mendapatkan Lokasi yang memenuhi syarat

Proses pengadaan bahan

terhambat

Kendala musim

Faktor Biofisik

Serangan hama

Penyakit

Pemotongan anggaran

Kompromi dan negosiasi dengan petani tidak

tercapai

Kuantitas dan kualitas

bahan bahan penelitian

yang dibutuhkan cukup tinggi

Musim hujan yang tidak menentu

Ketidakseragaman lahan

Bibit tanaman tanpa

seed treatment,penyemprotan

dengan dosis rendah

sedangkan sekitarnya dosis tinggi.

Beberapa tahun terakhir terjadi pemotongan

anggaran untuk seluruh kementrian

Melibatkan Staf daerah untuk bernegosiasi dan mencari

berbagai lokasi alternatif

Menjalin kerjasama dengan

peneliti (inventor) tentang

produk yang akan dipakai Mempercepat proses

pengadaan bahan dan mencari proses alternatif lain

Mengusahakan agar jadwal

tanam tepat waktu, memilih tanaman varietas

genjah, pengamatan hingga fase vegetatif

Mempercepat pelaksanaan

penelitian, penyiapan

jaringan irigasi suplemen (kerjasama dengan

Balitklimat dan hidrologi)

Penyemprotan insektisida

secara berkala

Perbaikan metode pengolahan tanah dan ploting untuk untuk

meminimalisir faktor ketidak seragaman lahan penelitian.

Penerapan metode pengendalian hama terpadu

Menggunakan obat-obatan yang berisfat ramah

lingkungan (biopestisida), prioritas yang telah

dikembangkan Balitbang

Pertanian

Bekerjasama dengan BPTP untuk melakukan pihak yang

bertugas di lokasi penelitian

(BPTP, penyuluh) pengamatan.

Page 32: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

26

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

5.1. Tenaga yang terlibat dalam penelitian

Nama lengkap. Gelar dan NIP

Jabatan Kedudukan dalam RPTP Alokasi waktu (OB)

Fungsional Struktural

Dr Maswar NIP. 196205271993031001

Penelitia Madya Ka. Kelti Png RPTP dan kegiatan 3 6

Dr. Neneng L. Nurida NIP. 196312291990032001

Penelitia Madya Png kegiatan 1 6

Dr. Ai Dariah NIP.196202101987032001

Penelitia Madya Png kegiatan 2 6

Dr. Umi Haryati NIP.196010171989032001

Penelitia Madya Png kegiatan 4 6

Sutono, Sp, MS NIP. 195408291981011001

Peneliti Madya Anggota 3

Yoyo Sulaeman, MS NIP.195402011982021001

Peneliti Madya Anggota 3

Ir. Nurjaya, MS NIP.196008261993031 001

Peneliti Madya Anggota 3

Ir. Jati Purwani, MS NIP.196203041992032 001

Peneliti Madya Anggota 3

Endang Windiyanti, SSi NIP.196209251998032001

Peneliti Madya Anggota 3

Denny Hikmatullah Peneliti Madya Anggota 3

Dr. Anang Firmansyah (Peneliti BPTP Kalteng)

Peneliti Madya Anggota 3

Ir. Enjang Suyitno, MS (Peneliti BPTP, Jabar)

Peneliti Madya Anggota 3

Ratri Ariani SP

NIP.198901072014032001

Calon Peneliti Anggota 3

Kartiwa NIP.196301141992031002

Litkayasa Anggota 3

Teknisi BPTP Kalteng/ pm Litkayasa Anggota 3

Teknisi BPTP Jabar/pm Litkayasa Anggota 3

Teknisi BPTP Jabar/pm Litkayasa Anggota 3

PUMK Administrasi Anggota 3

Page 33: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

27

5.2. Jangka waktu kegiatan

Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pembuatan proposal dan rencana kegiatan

xx

2. Kegiatan desk work xx xx

3. Pemilihan lokasi xx xx

4. Persiapan (bahan penelitian formulasi pupuk dan pembenah tanah

xx xx xx

5. Pelaksanaan penelitian lapangan xx xx xx xx xx xx xx xx

6. Pengamatan xx xx xx xx xx xx xx xx xx

7. Analisis data dan pelaporan xx xx xx xx xx

5.3. Pembiayaan

MAK Tolok ukur Triwullan (X 1000)

Total I II III IV

521211 Belanja Bahan 8.000

- Fotocopi, penggandaan, penjilidan 2000 2000 2000 2000 8.000

521213 Honor output kegiatan 93.000

Upah kerja lapang 20400 27200 13600 6800 68.000

Upah analisis 2500 2500 10000 10000 25.000

521219 Belanja Bahan non Operasional lainnya 24.000

Detasering 4000 12000 8000 0 24.000

521811 Belanja Barang untuk Persedian Barang Konsumsi 110.000

- ATK dan kompoter supplier 1250 3750 3750 3750 12.500

- Bahan penunjang lapang 34000 34000 17000 0 85.000

- Bahan kimia 1250 1250 5000 5000 12.500

524111 Biaya perjalanan biasa 257.500

79500 79500 53000 53000 257.500

Total 492.500

Page 34: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

28

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, A. 2003. Degradasi tanah pertanian Indonesia tanggungjawab siapa ? Tabloid Sinar Tani, 11 Juni 2003.

Agus, F. 2012. Konservasi Tanah dan Karbon untuk Mitigasi Perubahan Iklim Mendukung Keberlanjutan Pembangunan Pertanian. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian. Bogor, 26 September 2012.

Amiruddin Syam. 2003. Sistem Pengelolaan Lahan Kering Di Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu, Jurnal Litbang Pertanian, 22(4).

Angers, D. A., R. P. Voroney, and D Cote. 1995. Dynamics of soil organic matter and corn residue affected by tillage practices. Soil. Sci. Soc. Am. J. 59: 1311-1315.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum PTT Kedelai. Kementerian Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Balai Penelitian Tanah. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian.

Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis kimia tanah , tanaman, air dan pupuk. Petunjuk Teknis edisi 2. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2011. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Lahan Suboptimal untuk Meningkatkan Produktivitas Kedelai >20% Mendukung Swasembada Kedelai. Laporan Akhir Penelitian, Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2012. Pembenah Tanah Biochar/Arang. Leaflet. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

Balesdent, J., C. Chenue, dan M. Balabane. 2000. Relationship of soil organic matter dunamics to physical protection and tillage. Soil and Tillage Research 53:215-230.

Basri, I. H. dan Z. Zaini. 1992. Research at the upland farming system key site in Sitiung. P. 221-241. In Proceeding of Upland Rice-Based Farming Systems Research Planning Meeting, 18 April-1 May 1992. Chiangmay, Thailand. International Rice Research Institute. Manila. Philipines.

Brata, K. R. 1995 a. Efektivitas mulsa vertikal sebagai tindakan konservasi tanah dan air pada pertanian lahan kering di Latosol Darmaga. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 5 (1) : 13-19. Institut Pertanian Bogor.

Brata, K. R. 1995 b. Peningkatan efektivitas mulsa vertikal sebagai tindakan konservasi tanah dan air pada pertanian lahan kering dengan pemanfaatan bantuan cacing tanah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 5 (2) : 69 – 75. Institut Pertanian Bogor.

Carsercao,P. C., J. Dieckow, and C. Bayer. 2013. Combined role of no tillage and cropping systems in soil carbon stock and stabilization. Soil & Tillage Research. p 40-47.

Dai, J. 1993. Identifikasi dan Karakterisasi Lapisan Sedimen di Tambang Batubara Bukit Asam. Laporan Akhir Reklamasi, Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Serta Pelatihan. Kerja Sama PTBA dengan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Page 35: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

29

Dariah, A., Sutono dan N. L. Nurida. 2010. Penggunaan Pembenah Tanah Organik dan Mineral untuk Perbaikan Kualitas Tanah Typic Kanhapludults Tamanbogo Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim No 31, Juli 2010. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

Dariah, A., dan N. L. Nurida. 2011. Formula Pembenah Tanah Diperkaya Humat untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Ultisol Taman Bogo Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim No 33, Juli 2011. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

Dariah, A. 2013. Sistem Pertanian Efisien Karbon (CEF). Hlm. Hlm 187-206 dalam Politik Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. Kementrian Pertanian. IAARD-PRESS.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2007. Profil Manggis Kabupaten 50 Kota. Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian.

Dixon, R.K., J.K. Winjun, K.J. Andrasko, J.J. Lee, and P.E. Schreeder. 1994. Integrated landuse system: Assesment of promising agroforest and alternative landuse practises to enhance carbon conservation and sequestration. Climatic Change 27: 71-92.

Doran, J.W., and T.B. Parkin. 1994. Defining and assessing soil quality. In J.W Doran, D.C. Coleman, D.F. Bezdicek., and B.A. Stewart (Ed.) Defining Soil Quality for Sustaibable Environment. SSSA. Madison, Wisconsin, USA. Special Publication. 35:3-21.

Erfandi, D., 2009. Laporan akhir Identifikasi dan Delineasi Tingkat Salinitas dan Reaksi Tanah Akibat Intrusi Air Laut pada Areal Persawahan di Pantura, Jawa Barat. SINTA TA 2009. Badan Litbang Pertanian.

Gupta, R. K. and R. P. Rajput. 1999. Crop- Water Relationship Studies in Dryland Agriculture. In Singh et al., (eds). Fifty Years of Dryland Agricultural Research in India. Central Research Institut for Dryland Agriculture. Santoshnagar, Hyderabad – 500 059.

Gomez, K.A., and A.A. Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agriculture Research. An International Rice Research Institute Book.John Wiley and Sons.

Haryati, U., K. Subagyono, S. H. Tala’ohu, Sutono, dan A. Adimihardja. 2006. Aplikasi mulsa dan teknik irigasi untuk tanaman cabai lahan kering pada Typic Kanhapludults Tamanbogo, Lampung. Hlm 31-46 Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 14 – 15 September 2006. Buku III. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Haryati, U. 2010. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air untuk Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan melalui Berbagai Teknik Irigasi pada Typic Kanhapludult Lampung. Desertasi. Program Studi Ilmu Tanah, Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor.

Herlina, 2004. Melongok Aktivitas Pertambangan Batu Bara Di Tabalong, Reklamasi 100 Persen Mustahil. Banjarmasin Post, Banjarmasin.

Hermawan, B. 2011.Peningkatan kualitas lahan bekas tambang melalui revegetasi dan kesesuaiannya sebagai lahan pertanian tanaman pangan. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Bengkulu.

Hidayat. H. 2003. Karakteristik dan genesis tanah Oxisols dari bahan induk ultra baik di Pelaihari, Kalimantan Selatan. Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Cisarua – Bogor, 6 – 7 Agustus 2002: 357 – 380. Pusat Penelitian dan PPengembangan Tanah dan Agroklimat.

Page 36: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

30

Hou, R., Z.O.Y. Li, D.D. Tyler, F. Li, G.F. Wilson. Effect of Tillage and Residue management on Soil Organic Carbon and Total Nitrogen in the North China Plain. Soil&Water Management&Conservation. SSSAJ. 76(1).

IPCC. 2006. Agriculture, forestry and other landuse. In S. Eggleston, L. Buendia, K. Miwa, T. Ngara dan Tanabe (Eds.). Gudelines for National Greenhouse Gas Inventories (Vol.4). IGES. Japan.

Islam, K.R. and R.R. Weil. 2000. Soil quality indicator properties in Mid-Atlantic Soils as influenced by conservation management. J. Soil and water Cons., 55 (1):69-78.

Kasno, A. A.B. Siswanto dan Suwandi. 2005. Pemupukan kalium pada tanah Andisol untuk tanaaman jagung di Posuburan, Sumatera Utara. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Cisarua-Bogor, 6 – 7 Agustus 2002: 359-368. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Larson, W.E. and F.J. Pierce. 1994. The dynamic of soil quality as a measure of sustainable management. Defining Soil Quality for a Sustainable Environment. SSSA Special Publication. 35: 38-51.

Martin, T., S.C. Saab, D.M.B.P. Milori, A.M. Brinatti, J.A. Rosa, F.A.M.Cassaro, L.F. Pires. 2011. Soil organic matter humification under different tillage managements evaluated by Laser Induced Flourescence (LIF) and C/N ratio. Soil &Tillage Research 111: 231-235.

Mettay, A., J.A.A. Mareira, M. Bernoux, T. Boyer, J.M. Douzet, B. Feigl, C. Feller, F. Maraux, R. Oliver, dan E. Scopel. 2006. Storage and form of organic carbon in no-tillage under cover cropsystem on clayey Oxisol in dryland rice production (Cerrados, Brazil). Soil Tillage Res. Doi:10.1016/j.still. 2006.07.009. Elsevier. ScienceDirect.

Milori, D.M.B.P., Galeti, H.V.A., Martin-Neto, L, Dieckow, J., Gonzalez Peres, M., Bayer, C., Salton, J., 2006. Organic matter study of whole soil samples using laser indused fluorescence spectroscopy. Soil. Sc. Soc. Am. J. 70, 57-63.

Mulyani, A. dan M. Sarwani. 2013. Karakteristik dan potensi lahan suboptimal untuk pengembangan pertanian di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan. 7 (1): 47-54.

Noeralam, A. 2002. Teknik Pemanenan Air yang Efektif dalam Pengelolaan Lengas Tanah Pada Usahatani Lahan Kering. Desertasi Doktor. Program Pasca Sarjana. Institut pertanian Bogor.ogyakarta.

Nurida, N.L. A. Dariah dan A, Rachman. 2008. Kualitas limbah pertanian sebagai bahan baku pembenah berupa biochar untuk rehabilitasi lahan. Prosiding Seminar Nasional dan dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Tahun 2008. Hal 209-215.

Nurida, N.L., Sutono, A. Dariah dan A. Rachman. 2010. Efikasi Formula pembenah tanah dalam berbagai bentuk (serbuk, granul, dan pelet) dalam meningkatkan kualitas lahan kering masam terdegradasi. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

Nurjaya, A. Kasno, dan D. setyorini. 2008. Pembandingan pemberian P-alam China dengan sumber P lain terhadap sifat kimia tanah Ultisol dan hasil jagung. Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Bogor, 7 – 8 November 2007: 113 – 124. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Nursyamsi, D. dan M.T. Sutriadi. 2003. Pemilihan metode ekstraksi fosfor pada Inceptisols, Ultisols, dan Vertisols untuk kedelai (Glycine Max L.). Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Cisarua-Bogor, 6 – 7 Agustus 2002: 265-281. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Page 37: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

31

Ogawa M. 1994. Symbiosis of people and nature in the tropics. III. Tropical agriculture using

PeraturanMenteriPertanian. 2007. PeraturanMenteriPertanian No. 40/Permentan/OT.140/4/2007.TentangRekomendasiPemupukan N, P dan K padaPadiSawahSpesifikLokasi. BadanPenelitiandanPengembanganPertanian, DepartemenPertanian.

Pusat Penelitian Tanah. 2000. Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

PusatPenelitiandanPengembanganTanamanPangan. 2010. VarietasUnggulKedelai, Kacang Tanah, KacangHijau, UbiKayudanUbiJalar.

Rachman, A., A. Dariah, dan E. Husen. Olah tanah konservasi. Dalam U. Kurnia, A. rachman, dan A. Dariah (Eds.). Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering. Hlm 189-210. Pusat Penelitian dan Pengambangan Tanah dan Agroklimat. Badal Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Rachman, A., A. Dariah, dan D. Santoso. 2006. Pupuk Hijau. Hlm 41-58 Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Rahmawaty, 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah Ekologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Reijntjes, C.B. Haverkort, dan A. Water-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah. ILEIA. Edisi Indonesia. Kanisius, Yogyakarta

Rochayati, S. dan A. Dariah. 2012. Pengembangan lahan kering masam. Hlm 187-206 dalam Prosfek Pertanian Lahan Kering dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Badan Penenlitian dan Pengambangan Pertanian. Kementrian Pertanian. IAARD-PRESS.

Sadwiyanti, L, Ni Luh Putu Indriyani, Agus Susiloadi dan Titin Purnama. 2002. Pengaruh Jumlah Nodus dan Benzilaminopurine terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis. Jurnal Hortikultura Vol. 12 No. 1, 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Santoso, D. dan A. Sofyan. 2005. Pengelolaan hara tanaman pada lahan kering. Hlm. 73-100 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkung. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Scholes, M. C., D. Powlson and G. Tian. 1997. Input control and organic matter dynamic. Geoderma. 79: 25 – 47.

Schuman, G.E., H.H. Janzen, dan J.E. Herrick. 2002. Soil carbon dynamic and potential carbon sequestration by rangeland. Envirinmental Pollution 116:391-396.

Setyorini, D., S. Rochayatidan L.R. Widowati. 2003. Seri 2 MonografSumberdaya Tanah Indonesia: Uji Tanah sebagaidasarRekomendasiPemupukan. BalaiPenelitian Tanah.

Shrestha, D.P. 1995. Land degradation assesment in a GIS and evaluation of remote sensing data integration. International Institute For Aerospace Survey and Earth Science (ITC). Enschede, The Netherlands.. Wolf (Eds.) Soils an Introduction Pearson Prentice Hall.

Sitorus, S.R.P. 2009. Kualitas degradasi dan rehabilitasi lahan. Edisi ketiga. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Hlm. 42.

Page 38: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

32

Smith DM, Cusack S, Colman AW, Folland CK, Harris GR, Murphy JM (2007) Improved surface temperature prediction for the coming decade from a global climate model. Science 317:796–799. doi:10.1126/science.1139540

Soekardi. M., A. Mulyani dan A. Surya. 1995. Karakterisasi Tanah dan Penataan Ruang Kawasan Penambangan batubara Di PTBA Tanjung Enim. Laporan Akhir Pengujian dan Pengembangan Reklamasi, Sumberdaya Lahan serta Pelatihan Tahun II. Kerja Sama PTBA dengan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Sparks, D.L., and W.C. Leibhardt, 1981. Effect long-term lime and potassium application on quantity-intensity (Q/I) relationships in sandy soil. Soil Sci Soc. Am. J. : 45 : 786-790

Steiner, C., B. Glaser, W.G. Teixeira, J. Lehmann, W.E.H. Blum, and W. Zech. 2008. Nitrogen retention and plant uptake on a highly weathered central Amazonian Ferralsol amended with compost and charcoal. J. Plant. Nut. Soil. Sci. 171, 893-899.

Subiksa, I, G, M dan Nurjaya. 2012. Uji Efektivitas Formula Pupuk Majemuk NPK- Plus A dan NPK- Plus B Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah. Laporan Akhir Kerjasama Penelitian antara Balai Penelitian Tanah dan PT Pupuk Kujang. Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian .

Subiksa, I G.M., A. Dariah, dan S. Rochayati. 2013. Development of non lime ameliorant to improve productivity of acid upland. Prociding International Conference 11 th ESAF. Bogor, 22 Oktober 2013.

Sudaryono. 2009. Tingkat kesuburan tanah Ultisols pada lahan pertambangan BatuBara Sangatta Kalimantan Timur. J. Tek. Ling Vol.10 No.3 Hal. 337 - 346 Jakarta

Sudriatna, U. M.T. Sutriadi, H. Rahmat, dan J.S. Adiningsih. 2005. Tanggap pupuk kalium dan bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil jagung di tanah Oxisol Kalimantan Selatan. Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim. Bogor, 14 – 15 Oktober 2003: 123 – 142. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Suhendra. 2014. Ini Alasan Indonesia Harus Tetap Impor Bawang Merah. finance.detik.com. 06/05/2014. 25 Februari 2015.

Suriadikarta, D.A., T. Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatiek. 2002. Teknologi Pengelolaan Bahan Organik Tanah. Buku Teknologi Pengelolaan Lahan Kering menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Puslitbangtanak.. Hal 183-238.

Suriadikarta, D. A., T. Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2005. Teknologi pengelolaan bahan organik tanah. Hlm. 169 - 222 Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Sutono, S. dan N.L. Nurida. 2012. Kemampuan Biochar memegang air pada tanah bertekstur pasir. J. Ilmu Kealaman. Univ. Tribuana Tunggadewi. Malang

Sutono, S. dan U. Kurnia. 2012. Baku Mutu Tanah pada Lahan Terdegradasi di Daerah Aliran Sungai Citanduy, Provinsi Jawa Barat. J. Tanah dan Pupuk.

Sutono, S. dan Undang Kurnia. 2012. Identifikasi kerusakan lahan sawah di Rancaekek, Jawa Barat. Makalah Seminar BBSDLP.

Sutono, S. IGM Subiksa, dan A. Rachman. 2007. Remediasi Tanah Terpengaruh Tsunami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung, sebuah Percobaan Pot. Pros. Sem. dan Kongres Nas. HITI IX, UPN Veteran Yogyakarta 5-7 Des. 2007.

Page 39: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

33

Sutono, S.Y. Hadian, H. Kusnadi, dan A. Abdurachman. 2001. Pengaruh Air Limbah Industri Tekstil terhadap Perubahan Sifat Tanah dan Kualitas Beras. Seminar Nasional Pengelolaan Sumber daya Lahan dan Pupuk di Cisarua 30 – 31 Oktober 2001.

Sutono, S., A. Rahman, dan IGM. Subiksa. 2007. Perbaikan Lingkungan Perakaran Kacang Tanah (Arachis hipogea) pada Tanah Terkena Tsunami. Pros. Sem. dan Kongres Nas. MKTI VI, Cisarua, Bogor 17 – 18 Des. 2007

Sutriadi, M.T. dan D. Nursyamsi. 2003. Pemilihan metode ekstraksi hara K di Ultisols, Inceptisols, dan Vertisols untuk kedelai. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Cisarua-Bogor, 6 – 7 Agustus 2002: 283-298. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Sutriadi, M.T. dan D. Nursyamsi. 2004. Rekomendasi pemupukan P untuk kedelai di Ultisols Sumatera Utara dan Inceptisols Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim. Bogor, 14 – 15 Oktober 2003: 87 – 101. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Sutriadi, M.T., D. Setyorini, dan D. Nursyamsi. 2008. Penentuan kebutuhan pupuk K dengan uji tanah untuk tanaman jagung di TypicHapludalfs. Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian. Bogor, 7 – 8 November 2007: 145 – 155. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Suwardjo. 1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam konservasi Tanah dan Air pada Usahatani Tanaman Semusim. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

Tain, Z., Suprapto, S.J., dan Suhandi, 2003. Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral di Daerah Belang, Kabupaten Minasa, Sulawesi Utara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

Tain, Z., Sutrisno, dan Suprapto, S.J., 2005. Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral di Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

Tan, K.H. 1992. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tan, Z., S. Liu, Z. Li, T.R. Loveland. 2007. Simulated rensponses of soil organic carbon to tillage management scenarios in Northwest Great Palins. Carbon Balance and Management. Doi:10.1186/1750-0680-2-7.

Taylor, M.D., N.D. Kim, R.B. Hill, and R. Chapman, 2010. A review of soil quality indicators and five key issues after 12 yr soil quality monitoring in the Waikato region. Soil Use and Management 26: 212–224.

Utomo, W.H. 2013. Degradasi lahan di Indonesia dengan referensi penggunaan Phytomining untuk reklamasi lahan tambang. Prosiding Seminar nasional Teknologi Pemupukan dan Pemuliihan Lahan Terdegradasi dngan Topik Khusus Degradasi Lahan. Bogor 29 – 30 Juni 2013. Halaman 15 – 28. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Van Keulen, H. 1995. Sustainability and long-term dynamic of soil organic matter and nutrient under alternative management strategies. P 353-375. In J. Bouma et al. (Eds.). Ecoregional Approach for Sustainable Land Use and Food Production.

Wahono, 2002, Budidaya Tanaman Jati (Tectona grandis L. F), Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Kapuas Hulu, Putussibau.

Widowati, L.R. dan D. Nursyamsi. 2002. Evaluasi kesuburan tanah lahan kering pada Vertisols, Inceptisols dan Ultisols. Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Cisarua-Bogor, 6 – 7 Agustus 2002: 299-313. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Page 40: PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL DAN ...balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi...ii MAK: 1800.202.006.054 PROPOSAL PENELITIAN PENELITIAN PENGELOLAAN LAHAN SUBOPTIMAL

34

Yan, H., M. Cao, J. Liu, and B. Tao. 2007. Potential and sustainability for carbon sequestration with improved in agricultural soil in China. Agriculture, Ecosystems and environment 121: 325-335.

Youkhana, A. dan T. Idol. 2009. Tree pruning mulch increase soil C and N in a shaded coffee agroecosystem in Hawaii. Soil Biol. Abd Biochemist. 41: 2527-

Yun L. M, Qing-Riu, Y. Qi, J. Liu dan T. Chen. 2014. Agregation and soil organic carbon fraction under different land uses on the tableland of the Loess Plateau of China. Catena 115: 19-28.


Recommended