PENGARUH PEMBERIAN DOSIS AMPAS TAHU DAN PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SEKOLAH TINGGI
PEMBERIAN DOSIS AMPAS TAHU DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
BUNCIS ( Phaseolus vulgaris. L)(Skripsi)
OLEH :OKTA MAULIDA SARI
11110026
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada Jurusan Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN ( STIPER )DHARMA WACANA METRO
TAHUN 2015
PEMBERIAN DOSIS AMPAS TAHU DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
PERTANIAN ( STIPER )
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS AMPAS TAHU DAN PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS
( Phaseolus vulgaris. L)
OlehOKTA MAULIDA SARI
ABSTRAK
Buncis merupakan sayuran kacang-kacangan yang cukup digemari masyarakat karena merupakan salah satu sumber protein nabati dan termasuk dalam 10 besar sayuran yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia (Statistik Konsumsi Pangan2011). Seiring tingginya pertumbuhan penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran gizi masyarakat serta dapat dijadikan komoditas ekspor membuat permintaan terhadap buncis semakin meningkat. Usaha peningkatan produktivitas buncis dapat dilakukan melalui pemupukan, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik salah satunya adalah pemanfaatan limbah pabrik tahu yaitu berupa ampas tahu. Ampas tahu mengandung hara dan bahan organik sehingga memberikan indikasi bahwa ampas tahu dapat dijadikan pupuk organik alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh dosis ampas tahu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis. (2) Pengaruh dosis pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis. (3) interaksi antara dosis ampas tahu dan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis.
Penelitian akan dilaksanakan di kebun percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kcamatan Metro Selatan Kota Metro. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) disusun secara faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah dosis Ampas Tahu (T), yang terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu dosis tanpa ampas tahu (t0), 20 ton ha-1 (t1), 40 ton ha-1 (t2), sedangkan faktor kedua adalah dosis pupuk Fosfat (P) yaitu dosis 250 kg ha-1 (p1), 300 kg ha-1 (p2), 350 kg ha-1 (p3). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata
5%. Untuk melihat kehomogenan ragam dilakukan dengan uji Homogenitas dengan uji Bartlet dengan ketak-aditifan data dengan uji Tuckey.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Perlakuan dosis ampas tahu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis, (2) Perlakuan dosis pupuk fosfat tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis, (3) Terdapat interaksi antara dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat dalam mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman buncis.
Okta Maulida Sari
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN DOSIS AMPAS TAHU DAN PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS ( Phaseolus vulgaris L.)
Nama Mahasiswa : Okta Maulida Sari
NPM : 11110026
Program Studi : Agroteknologi
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Maryati, MP NIP. 196509221989032001
Pembimbing II
Ir. Rakhmiati, MTANIP. 196304081989032001
2. Ketua Jurusan
Ir. Syafiuddin, M.P.NIP. 19630309 198903 1 003
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr. Ir. Maryati, MP. ………………
Penguji Utama : Ir. Syafiuddin, M.P. ………………
Anggota : Ir. Rakhmiati, MTA. ………………
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A.NIP. 19630408 198903 2 001
Tanggal lulus ujian :10 Desember 2015
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 21 Oktober 1990, putri pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Sukatno dan Ibu Sarmi.
Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Binaputra pada
tahun 1996. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2003 di SD
N 2 Raman Aji, Kecamatan Raman Utara Lampung Timur, selanjutnya
meneruskan pendidikan di SMP N 1 Raman Utara yang lulus pada tahun 2006.
Pendidikan SLTA penulis tempuh di SMA N 1 Raman Utara Lampung Timur,
selesai pada tahun 2009.
Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro pada jurusan/Program Study
Agroteknologi.
Motto
“ Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk
hari tua.”(Aristoteles)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”
(Confusius)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada Orang tua ku dan adik-
adik ku tercinta yang telah memberi motivasi dan inspirasi
dan tiada henti memberikan dukungan serta doanya buat
ku.
Teman-temanku yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani
disetiap hariku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Dosis Ampas Tahu Dan Pupuk Fosfat
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.)”.
Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro, sekaligus pembimbing II (dua) yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan sarannya selama menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Prof. Maryati., selaku pembimbing I (satu) atas bimbingan, meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran serta motivasi yang tinggi sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Syafiuddin, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, sekaligus
penelaah atas kesediaannya menguji serta memberikan pengarahan sehingga
penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Keluarga tercinta, Bapak, Mamak, dan Adik-adik tersayang atas segala do’a,
kasih sayang, dan dukungannya yang tidak ternilai selama ini.
5. Rekan-rekan seperjuangan di kampus Dharma Wacana Metro terima kasih
atas bantuan, motivasi, semangat dan kebersamaannya.
Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, baik penulisan maupun pemikiran
yang tertuang didalamnya, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakan tulisan ini. Demikian penulis berharap
semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
Metro, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... iABSTRAK .............................................................................................. iiHALAMAN PERSETUJUAN................................................................ iiiHALAMAN PENGESAHAN................................................................. ivRIWAYAT HIDUP................................................................................. vMOTTO .................................................................................................. viPERSEMBAHAN................................................................................... viiKATA PENGANTAR ............................................................................ viiiDAFTAR ISI........................................................................................... ixDAFTAR TABEL................................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiDAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah..................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis........................................................ 3
1.4 Hipotesis.................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 8
2.1 Botani Tanaman Buncis ............................................................ 8
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Buncis.............................................. 11
2.3 Ampas Tahu dan Peranannya.................................................... 12
2.4 Pupuk Fosfat dan Peranannya................................................... 13
III. BAHAN DAN METODE............................................................... 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian......................................................... 16
3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 16
3.4 Pelaksanaan Penelitian.............................................................. 17
3.4.1 Persiapan Lahan ............................................................ 17
3.4.2 Penanaman .................................................................... 18
3.4.3 Pemeliharaan................................................................. 18
3.5 Pengamatan .............................................................................. 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 23
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 23
4.2 Pembahasan............................................................................... 34
V. KESIMPULAN................................................................................. 39
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 39
5.2 Saran .......................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 40
LAMPIRAN........................................................................................... 42
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Tinggi tanaman umur 42 hst akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam cm) .........................................................
2. Jumlah daun umur 42 hst akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam helai) .......................................................
3. Indeks luas daun akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam g/cm/hari) ........................................................
4. Laju tumbuh tanaman akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam g/cm/hari) ........................................
5. Laju asimilasi bersih akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam g/cm/hari) ...............................................
6. Umur berbunga akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam hari) .................................................................
7. Umur panen perdana akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam hari) ........................................................
8. Panjang polong akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam cm) ..................................................................
9. Berat polong per buah akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam gram) ...............................................
10. Jumlah polong pertanaman akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam buah) ........................................
Lampiran
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
11. Umur panen terahir akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam hari) ........................................................
12. Hasil perpetak akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam kg) ...................................................................
33
34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Tata letak percobaan .........................................................................
2. Tata letak tanaman ............................................................................
3. Deskripsi Deskripsi Buncis Varietas LEBAT® -3 ............................
4. Hasil rekapitulasi analisis ragam semua peubah yang diamati .........
5. Data tinggi tanaman akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam cm) ..................................................................
6. Hasil analisis ragam tinggi tanaman akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat...............................................................
7. Data jumlah daun akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam helai) ................................................................
8. Hasil analisis ragam jumlah daun akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat...............................................................
9. Data indeks luas daun akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam g/cm/hari) ........................................................
10. Hasil analisis ragam indeks luas daun akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat...............................................................
11. Data laju tumbuh tanaman akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam g/cm/hari) ................................
Halaman
46
46
47
47
48
48
49
42
43
44
45
12. Hasil analisis ragam laju tumbuh tanaman akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat ...................................................
13. Data laju asimilasi bersih akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam g/cm/hari) ........................................
14. Hasil analisis ragam laju asimilasi bersih akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat ...................................................
15. Data umur berbunga akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam hari) ........................................................
16. Hasil analisis ragam umur berbunga akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat...............................................................
17. Data umur panen perdana akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam hari) .................................................
18. Hasil analisis ragam panen perdana akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat...............................................................
19. Data panjang polong akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam cm) .........................................................
20. Hasil analisis ragam panjang polong akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat...............................................................
21. Data berat polong per buah akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam gram) .......................................
22. Hasil analisis ragam berat polong per buah akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat ...................................................
23. Data jumlah polong pertanaman akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam buah) ............................
24. Hasil analisis ragam jumlah polong pertanaman akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat ..........................................
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
25. Data umur panen terahir akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam hari) .................................................
26. Hasil analisis ragam umur panen terahir akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat .................................................
27. Data hasil perpetak akibat akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat (dalam kg) ..........................................................
28. Hasil analisis ragam hasil perpetak akibat pengaruh dosis ampas tahu dan dosis pupuk fosfat...............................................................
29. Curah hujan ......................................................................................
30. Hasil analisis tanah ...........................................................................
31. Lampiran foto kegiatan ....................................................................
56
56
57
57
58
59
60
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman.................................................... 24
2. Kurva pertumbuhan jumlah daun tanaman ......................................... 25
Halaman
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Buncis merupakan sayuran kacang-kacangan yang cukup digemari masyarakat
karena merupakan salah satu sumber protein nabati dan termasuk dalam 10 besar
sayuran yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, yaitu sebesar 0,88 kg per
kapita (Statistik Konsumsi Pangan 2011). Selain dikonsumsi di dalam negeri,
buncis merupakan produk ekspor ke Singapura, Hongkong, Australia, Malaysia
dan Inggris. Bentuk ekspor tersebut bermacam-macam, dalam bentuk polong
segar, didinginkan atau dibekukan, dan ada pula yang berbentuk biji kering.
Bahkan dewasa ini permintaan pasar juga berupa polong muda berukuran kecil
atau disebut dengan baby buncis.
Selain karena rasanya yang enak, buncis juga memiliki kandungan gizi yang
tinggi. Cahyono, (2007) menyatakan bahwa kandungan gizi dan kalori kacang
buncis dalam 100 gram ialah: energi/kalori 35 kal; protein 2,4 g; lemak 0,2 g;
karbohidrat 7,7 g; kalsium 6,5 g; fosfor 4,4 g; serat 1,2 g; besi 1,1 g; vitamin A
630,0 SI; vitamin B1 0,08 mg; vitamin B2 0,1 mg; vitamin B3 0,7 mg; vitamin C
19,0 mg; air 89 g. Buncis juga memiliki kandungan zat-zat berkhasiat obat yang
bermanfaat bagi kesehatan. Misalnya, kandungan gum dan pektin dapat
2
menurunkan kadar gula darah, kandungan lignin berkhasiat untuk mencegah
kanker usus besar dan kanker payudara (Cahyono, 2003).
Seiring tingginya pertumbuhan penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran
gizi masyarakat serta dapat dijadikan komoditas ekspor membuat permintaan
terhadap buncis semakin meningkat. Berdasarkan data dari (BPS, 2011) pada
tahun 2008 produktivitas buncis mencapai 8.52 ton ha-1, tahun 2009 produktivitas
buncis mengalami peningkatan menjadi 9.48 ton ha-1, namun pada tahun 2010
produktivitas buncis mengalami sedikit penurunan menjadi 9.22 ton ha-1.
Usaha peningkatan produktivitas buncis dapat dilakukan melalui pemupukan, baik
pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik salah satunya
adalah pemanfaatan limbah pabrik tahu. Limbah yang selama ini hanya
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pada pembuatan tempe
gembus. Ampas tahu mengandung hara dan bahan organik sehingga memberikan
indikasi bahwa ampas tahu dapat dijadikan pupuk organik alternatif untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Penambahan pupuk fosfat sangat penting bagi tanaman, terutama pada masa
generatif tanaman. Fosfor merupakan unsur hara ke dua yang penting bagi
tanaman setelah Nitrogen. Fosfor juga merupakan bagian kandungan dari inti sel
dan untuk perkembangan jaringan meristem, dengan demikan fosfor dapat
merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda, mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji, selain itu juga sebagai penyusun lemak dan protein.
Mengingat ketersediaan pupuk kimia pada saat sekarang ini semakin sulit, dan
3
harganya semakin mahal, akibat adanya pengurangan subsidi oleh pemerintah,
maka pemberian yang tepat dosis perlu dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani.
Berdasarkan berbagai masalah di atas perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian dosis ampas tahu dan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman buncis.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui :
1. Pengaruh dosis ampas tahu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis
2. Pengaruh dosis pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis
3. Interaksi antara dosis ampas tahu dan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman buncis.
1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis
Pemberian pupuk organik mempunyai peranan memberikan makanan yang tidak
terdapat pada pupuk anorganik dan dapat memperbaiki struktur tanah dan mampu
menahan air dalam tanah. Dalam banyak hal, pemberian pupuk organik tidak bisa
diabaikan begitu saja karena dengan menggunakan pupuk organik akan dapat
membebaskan kation yang terikat menjadi ion-ion yang bebas dan tersedia bagi
tanaman. Untuk mengambalikan keadaan tanah dan upaya pemulihan kesuburan
tanah maka pupuk kompos adalah solusi terbaik. Menurut Indrian (2005), kompos
merupakan hasil dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan,
4
dan limbah organik lainnya, sehingga berubah bentuk dan sudah tidak dikenali
bentuk aslinya, berwarna kehitaman dan tidak berbau.
Pemanfaatan limbah organik berupa ampas tahu menjadi pupuk masih sangat
terbatas sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk sumber keilmuwan.
Menurut Bagus et al., dalam Handayunik (2008), Pemberian ampas tahu dapat
berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara makro (N, P, K) dan C organik
serta unsur mikro (Zn, Fe, Cu, B, Mn, Mo, Cl, Co) dan berpotensi untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Dengan pemberian ampas tahu dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
tanaman dengan pH stabil. Hal ini didasarkan pada kandungan dan kalori pada
ampas tahu dalam 100 gram yang terdiri dari : kalori 393 kal, protein 17,4 g,
lemak 5,9 g, karbohidrat 67,5 g, mineral 4,3 g, kalsium 19 g, fosfor 29 g, besi
4,0 mg, vit. B 0,20 mg, dan air 4,9 g (Suprapti, 2005). Tillman dalam Tua
(2012) menyatakan ampas tahu mengandung unsur N rata-rata 16% dari protein
yang dikandungnya.
Ampas tahu yang diambil dari industri tahu dalam keadaan segar, langsung bisa
diaplikasikan ke tanah, agar terjadi proses penguraian, pengikatan dan
pembebasan zat atau unsur hara, selama berlangsung proses pembentukan
kompos didiamkan selama 10 hari. Hasil penelitian Asmoro, (2008) menunjukan
bahwa penggunaan limbah tahu padat atau ampas tahu dengan konsentrasi 20%
atau setara dengan 40 ton ha-1 terbukti meningkatkan hasil panenan petsai hingga
tiga kali lipat. Dan pada pembibitan kelapa sawit dengan menggunakan kompos
5
ampas tahu dengan dosis 250 g/polybag cenderung meningkatkan pertumbuhan
yang baik pada parameter tinggi bibit, jumlah daun, diameter bonggol, berat
kering dan indeks mutu bibit ( Adzizan, 2005).
Hasil analisis tanah di kebun percobaan STIPER Dharma Wacana Metro Desa
Rejomulyo Kcamatan Metro Selatan Kota Metro yang akan dijadikan tempat
penelitian menunjukkan bahwa kandungan C-organik dan P-tersedia adalah
rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut selain pemberian bahan organik ampas
tahu yang jagu menyuplai unsur fosfor serta ketersediaan dalam tanah dapat
ditambah melalui pemupukan. Dengan dilakukan pemupukan P diharapkan unsur
fosfor yang dibutuhkan oleh tanaman buncis tersedia sehingga dapat
dimanafaatkan. Unsur fosfor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan
tanaman leguminosae (Hakim et al,. 1986 dalam Hidayat, 2008). Unsur P diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan sejumlah kecil
diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO4-2). Dalam bidang pertanian,
fosfor seringkali merupakan faktor pembatas karena ketersediaannya yang rendah.
Rendahnya ketersediaan P pada tanah karena adanya fiksasi P. Banyak sifat-sifat
fisik dan kimia tanah yang mempengaruhi kelarutan P dan reaksi-reaksi adsorpsi
P didalam tanah. Akibatnya sifat-sifat tanah ini juga mempengaruhi konsentrasi P
larutan, ketersediaan P bagi tanaman dan penggunaan pupuk P bagi tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fiksasi fosfor tersebut adalah: mineral tanah,
pH tanah, pengaruh kation-kation, anion, pengaruh P larutan, bahan organik,
waktu dan temperatur, penggenangan, dan pengelolaan pupuk P. Sedangkan
fosfor dalam tanah dan penyerapannya oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh
6
kondisi tanah, keadaan iklim dan kemampuan tanaman untuk menyerap hara dari
tanah.
Soepardi (1983) mengemukakan peranan P antara lain penting untuk pertumbuhan
sel, pembentukan akar halus dan rambut akar, memperkuat jerami agar tanaman
tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, pembentukan bunga, buah,
dan biji, serta memperkuat daya tahan terhadap penyakit. Fosfor juga berperan
pada pertumbuhan benih, akar, bunga dan buah. Struktur perakaran yg sempurna
memberikan daya serap nutrisi yang lebih baik. Pada proses pembungaan
kebutuhan fosfor akan meningkat drastis karena kebutuhan energi meningkat dan
fosfor adalah komponen penyusun enzym dan ATP yang berguna dalam proses
tranfer energi. Produksi buah yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh ketersediaan
unsur fosfor dalam tanaman. Fosfor berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk
energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP
dan ATP (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk fosfat pada tanaman buncis
pada dosis 300 kg/ha berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per
tanaman, bobot basah brangkasan per tanaman, bobot kering brangkasan per
tanaman, jumlah polong per tanaman, bobot polong per tanaman dan bobot
polong per petak (Handriatni & Jazilah 2008).
7
1.4. Hipotesis
1. Pemberian ampas tahu dengan dosis tertentu dapat memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis.
2. Pemberian pupuk fosfat dengan dosis tertentu dapat memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis.
3. Terdapat interaksi antara ampas tahu dan pupuk fosfat pada berbagai dosis
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buncis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris. L)
Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris. L) adalah tanaman holtikultura yang
mempunyai sistematika sebagai berikut: Divisio Spermatophyta, Sub divisio
Angiosspermae, Kelas Dicotyledonae, Sub kelas Calyciflorae, Ordo Rosales
(Leguminales), Famili Leguminosae (Papilionaceae), Sub famili Papilionoideae
dan Genus Phaseolus (Dwirahayu 2010).
Kacang buncis dikenal dengan nama latin Phaseolus vulgaris. L atau biasa disebut
dengan Phaseolus esculentus salis. B. Tanaman buncis memiliki jumlah
kromosom 2n = 22 dan termasuk tanaman berhari pendek (untuk berbunga
memerlukan jumlah penyinaran matahari kurang dari 12 jam setiap hari). Oleh
karena itu, tanaman buncis mudah berkembang di Indonesia. Namun buncis yang
dikembangkan di daerah sedang termasuk tanaman berhari netral (Pitojo, 2004).
Tanaman buncis mempunyai dua tipe pertumbuhan, yaitu : tipe membelit atau
merambat dan tipe tegak. Tanaman tipe membelit atau merambat pertumbuhannya
membelit atau merambat sehingga memerlukan turus atau lanjaran setinggi
kurang lebih 2 meter. Sedangkan tanaman tipe tegak biasanya berbentuk semak
dan memiliki tinggi sekitar 30 cm. Ruas batangnya agak pendek, percabangannya
9
rendah dan sedikit. Dengan demikian jenis ini termasuk yang disarankan untuk
ditanam karena dengan tidak digunakannya turus dapat memperkecil biaya
produksi (BP4K, 2011).
Akar tanaman buncis berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta
menyerap air dan zat hara dari dalam tanah. Akar tanaman buncis terdiri atas akar
tunggang, akar cabang dan akar serabut. Perakaran menyebar pada lapisan olah
tanah pada kedalaman sekitar 70 cm. Kadang-kadang akar tunggang dapat
menembus tanah sampai 100 cm. Pada bagian perakaan terdapat bintil akar yang
merupakan bentuk simbiosis dengan Rhizobium radicicola atau disebut juga
dengan Rhizobium faseolus. Bintil akar tersebut berperan untuk menambat
nitrogen dari udara bebas sehingga tanaman buncis dapat memperoleh nitrogen
dalam jumlah yang cukup. Keberadaan bintil akar juga menguntungkan bagi
tanaman dan sekitarnya (Pitojo, 2004).
Bunga tanaman buncis berbentuk bulat panjang (silindris) panjangnya 1,3 cm dan
lebar bagian tengah 0,4 cm. Bunga buncis berukuran sangat kecil. Kelopak bunga
berjumlah 2 buah dan pada bagian bawah atau pangkal bunga berwarna hijau.
Bunga buncis memiliki tangkai yang panjangnya sekitar 1 cm. Bagian lain dari
bunga buncis adalah mahkota bunga yang memiliki warna beragam, ada yang
berwarna putih, ungu, hijau, keputih-putihan, ungu muda, ungu tua, tergantung
pada varietasnya. Mahkota bunga berjumlah 3 buah, dimana satu buah berukuran
lebih besar dari yang lainnya. Bunga tanaman buncis merupakan malai. Tunas-
tunas utama dari malai bercabang-cabang dan setiap cabang tumbuh tunas bunga.
10
Selain itu, bunga tanaman buncis tergolong bunga sempurna atau berkelain dua
(hermafhrodit), karena benangsari atau tepung sari dan kepala benangsari atau
kepala putik terdapat dalam satu tandan bunga. Persarian bunga tanaman buncis
dapat terjadi dengan bantuan serangga atau angin. Bunga buncis tumbuh dari
cabang yang masih muda atau pucuk-pucuk muda (Cahyono, 2003).
Batang tanaman buncis tidak berkayu, relatif tidak keras danberbuku-buku. Buku-
buku yang terletak dekat dengan permukaan tanah lebih pendek dibandingkan
dengan buku-buku yang berada diatasnya. Buku-buku tersebut merupakan tempat
melekatnya tangkai daun. Tinggi batang tanaman beragam, tergantung pada tipe
tanaman. Batang tanaman tipe merambat dapat mencapai ketinggian lebih dari 2,5
m, sedangkan batang tanaman tipe tidak merambat hanya mencapai ketinggian
sekitar 40 cm dari permukaan tanah. Pada umumnya batang tanaman tipe
merambat tumbuh dari akar batang kebagian atas, membelit lurus searah jarum
jam (Pitojo, 2004).
Biji buncis yang telah tua agak keras dan warnanya sangat bervariasi tergantung
pada varietasnya. Ada yang berwarna putih, hitam, cokelat keunguan, cokelat
kehitaman, merah, ungu tua dan cokela. Biji buncis memiliki rasa hambar. Biji
buncis berukuran agak besar, berbentuk bulat lonjong dengan bagian tengah (mata
biji) agak melengkung (cekung), berat 100 biji berkisar antar 16-40,6 g
tergantunng pada varietasnya (Cahyono, 2003).
Daun buncis berupa daun majemuk tiga atau trifolilatus dan berada pada satu
tangkai daun. Tangkai daun berukuran panjang sekitar 10 cm. dua daun terletak
11
bersebelahan dan satu daun berada di ujung tangkai. Daun tanamann buncis
berbentuk jorong segitiga, bagian yang dekat dengan pangkal melebar dan bagian
ujung meruncing, memiliki urat simetris dan berwarna hijau (Pitojo, 2004).
Polong buncis memiliki bentuk bervariasi, tergantung pada varietasnya. Ada yang
berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya lebih dari 20 cm, bulat lurus dan
pendek kurang dari 12 cm, serta berbentuk silindris agak panjang sekitar 12-20
cm. ukuran polong sangat bervariasi tergantung varietasnya. Warna polong buncis
juga bervariasi tergantung pada varietasnya. Ada yang berwarna hijau tua, hijau
keputih-putihan, hijau terang, hijau pucat dan hijau muda. Disamping itu, polong
buncis memiliki struktur halus, tekstur renyah, ada yang berserat dan ada pula
yang tidak berserat, ada yang bersulur pada ujung polong dan ada yang tidak
bersulur. Polong buncis ada tersusun bersegmen-segmen. Jumlah biji dalam satu
polong bervariasi antara 5-14 buah tergantung pada panjang polong pada polong
yang berukuran panjang, jumlah bijinya lebih banyak jika dibandingkan dengan
polong yang pendek (Cahyono, 2003).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris. L)
2.2.1. Tanah
Tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di dataran tinggi, yaitu
sekitar 1000 - 1500 meter di atas permukaan laut (Wahyudi, 2011). Jenis tanah
yang cocok adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik.
Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim
12
sedang dengan curah hujan di atas 2500 mm/tahun. Tanah andosol mempunyai
ciri berwarna hitam, kandungan bahan organiknya tinggi, bertekstur lempung
sampai debu, remah, gembur, dan permeabilitasnya sedang. Tanah regosol
biasanya berwarna kelabu, cokelat, dan kuning, bertekstur pasir sampai berbutir
tunggal dan permeabel. Derajat keasaman (pH) yang optimal untuk pertumbuhan
tanaman buncis adalah 5,5 – 6 (BP4K, 2011).
2.2.2. Iklim
Pada umumnya tanaman buncis tidak membutuhkan curah hujan yang khusus,
hanya ditanam di daerah dengan curah hujan 1.500-2.500 mm/tahun. Umumnya
tanaman buncis memerlukan cahaya matahari yang banyak atau sekitar 400-800
footcandles. Dengan diperlukan cahaya dalam jumlah banyak, berarti tanaman
buncis tidak memerlukan naungan. Suhu udara ideal bagi pertumbuhan buncis
adalah 20-250C. Pada suhu < 200C, proses fotosintesis terganggu, sehingga
pertumbuhan terhambat, jumlah polong menjadi sedikit. Pada suhu 250C banyak
polong hampa (sebab proses pernafasan lebih besar dari pada proses fotosintesis),
sehingga energi yang dihasilkan lebih banyak untuk pernapasan dari pada untuk
pengisian polong. Kelembaban udara yang diperlukan tanaman buncis ± 55% atau
sedang (Dwirahayu’s, 2010).
2.3 Ampas Tahu dan Peranannya
Ampas tahu adalah limbah padat yang diperoleh dari industri pembuatan tahu.
Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber
13
protein. Ampas tahu lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan kacang
kedelai. Prabowo dkk, (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai
nilai biologis lebih tinggi dari pada protein biji kedelai dalam keadaan mentah,
karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak.
Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur makro dan mikro yaitu untuk mikro;
Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih
dari 50 ppm. Sedangkan untuk kandungan pada ampas tahu dalam 100 gram
terdiri dari : kalori 393 kal, protein 17,4 g, lemak 5,9 g, karbohidrat 67,5 g,
mineral 4,3 g, kalsium 19 g, fosfor 29 g, besi 4,0 mg; vit. B 0,20 mg; dan air
4,9 g (Suprapti, 2005). Ampas tahu yang diambil dari industri tahu dalam keadaan
segar langsung bisa diaplikasikan ke tanah, agar terjadi proses penguraian,
pengikatan dan pembebasan zat atau unsur hara selama berlangsung proses
pembentukan kompos didiamkan selama 10 hari. Pemanfaatan limbah ampas tahu
menjadi pupuk merupakan salah satu upaya untuk mengubah limbah dari yang
bersifat negatif terhadap lingkungan menjadi bermanfaat bagi tumbuhan, karena
menghasilkan pupuk yang bermanfaat bagi tanaman, meningkatkan kesuburan
tanah, dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, dapat
mengurangi ketergantungan dalam pemakaian pupuk mineral atau anorganik.
2.4 Pupuk Fosfat dan Peranannya
Pertumbuhan dan produksi akan meningkat bila semua hara berada dalam keadaan
cukup dan seimbang. Pada tanaman buncis, ketersediaan unsur fosfor juga sangat
penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil. Kelebihan atau kekurangan
14
salah satu unsur hara akan mengganggu keseimbangan unsur hara didalam tanah,
sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman akan terganggu. Pupuk P
merupakan unsur hara penting setelah N. Tanaman mengambil phosfat dalam
bentuk H2PO4-, HPO4
-2, dan jumlah masing-masing sangat tergantung pada pH
tanah akan tetapi pada umumnya bentuk H2PO4-, terbanyak dijumpai pada pH
tanah berkisar 5 – 7,2 (Yufni, 2010).
Pemberian pupuk fosfat yang tepat akan memberikan hasil pertumbuhan tanaman
yang baik dan produksi yang tinggi, sebaliknya apabila dosis pupuk P yang
diberikan rendah maka akan menghambat pertumbuhan tanaman. Demikian juga
jika pemberian P melebihi dosis yang diperlukan maka akan mengakibatkan
terganggunya proses fisiologi tanaman. Sedangkan mekanisme kerja pupuk fosfat
dapat merangsang pertumbuhan akar dan tanaman muda, mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah. Selain itu juga sebagai
penyusun lemak dan protein serta mempertinggi kualitas tanaman dan tingkat
ketahanannya terhadap hama penyakit.
Pemupukan fosfat pada leguminosae dapat merangsang pembentukan bintil akar
dan kerja simbiosis bakteri Rhizobium sp sehingga menambah hasil fiksasi N oleh
Rhizobium sp (Sutarto 1988 dalam Hidayat, 2008). Hal ini berarti menambah
masukan nitrogen pada tumbuhan leguminosae.
Kekurangan P pada tanaman akan mengakibatkan berbagai hambatan
metabolisme, diantaranya dalam proses sintesis protein yang menyebabkan
terjadinya akumulasi karbohidrat dan ikatan-ikatan nitrogen. Kekurangan P
15
tanaman dapat diamati secara visual, yaitu daun-daun yang tua akan berwarna
keunguan atau kemerahan karena terbentuknya pigmen antisianin. Pigmen ini
terbentuk karena akumulasi gula di dalam daun sebagai akibat terhambatnya
sintesis protein. Gejala lain adalah nekrosis (kematian jaringan) pada pinggir atau
helai dan tangkai daun, diikuti melemahnya batang dan akar tanaman. Tepi daun
cokelat, tulang daun muda berwarna hijau gelap hangus, pertumbuhan daun kecil,
kerdil, dan akhirnya rontok. Kekurangan unsur fosfor juga dapat menyebabkan
terhalangnya pertumbuhan serta proses biokimia dan fisiologi tanaman.
Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa mobilitas ion-ion fosfat
sangat rendah karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh karena itu
kemampuan fosfor menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman yang berasal dari
pertambahan pupuk P sangat rendah, yakni antara 10-30%. Sisanya 70-90%
tertinggal dalam bentuk tak larut atau hilang karena erosi. Poerwanto (2003)
menyatakan bahwa fungsi fosfor sebagai penyusun karbohidrat dan penyusun
asam amino yang merupakan faktor internal yang mempengaruhi induksi
pembungaan. Pemberian pupuk P yang tepat akan memberikan hasil pertumbuhan
tanaman yang subur dan produksi yang tinggi, sebaliknya apabila dosis yang
diberikan tidak tepat maka akan menghambat produksi tanaman, yaitu
pertumbuhan tanaman menurun,demikian pula produktifitasnya menurun.
Kebutuhan fosfor pada tanaman buncis adalah 300 kg/ha SP-36 (Handriatni &
Jazilah 2008).
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
Desa Rejomulyo Kcamatan Metro Selatan Kota Metro. Penelitian dilaksanakan
pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Benih buncis varietas
LEBAT®-3, ampas tahu, pupuk fosfat, air, kertas label. Sedangkan alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, ember, meteran atau penggaris,
gembor, tali rapia, bambu, alat tulis, timbangan analitik.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkp (RAKL) disusun secara
faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dosis ampas tahu (T), yang
terdiri atas 3 taraf perlakuan yaitu tanpa ampas tahu (t0), 20 ton ha-1 (t1), 40 ton ha-
1 (t2), sedangkan faktor kedua adalah dosis pupuk fosfat (P) yaitu dosis 250 kg ha-
1 (p1), 300 kg ha-1 (p2), 350 kg ha-1 (p3). Sehingga diperoleh sembilan kombinasi
17
perlakuan yaitu t0p1, t0p2, t0p3, t1p1,t1p2, t1p3, t2p1, t2p2, t2p3. Masing-masing
perlakuan diulang tiga kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan.
Data hasil pengamatan diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan
ketidakaditifan data dengan uji Tuckey kemudian dianalisis dengan sidik ragam
dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), semua pengujian
dilakukan pada taraf nyata 5 %.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma kemudian tanah dibajak atau
dicangkul, dilakukan pengolahan dua kali dengan kedalaman 20 - 30 cm,
Selanjutnya pada pengolahan tanah kedua dilakukan penghalusan tanah dan
dibuat petak- petak percobaan berukuran 2 m x 2,7 m sebanyak 27 petak. Jarak
antar petak dalam ulangan 50 cm dan jarak antar ulangan 1 m. Setelah itu
pemberian ampas tahu sesuai perlakuan yaitu tanpa pemberian ampas tahu, 20 ton
ha-1 (10,8 kg/petak), 40 ton ha-1 (21,6 kg/petak) kemudian dicampur secara merata
dengan menggunakan cangkul dan selanjutnya dibuat 4 guludan atau bedengan
dengan ukuran 50 cm, jarak antar bedengan 30 cm. Kemudian dibiarkan selama
10 hari agar terjadi proses pembentukan kompos pada ampas tahu berlangsung
sempurna.
18
3.4.2. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman 3-4 cm dan disetiap
lubang diisi 2 butir benih, jarak tanam yang digunakan 30 cm x 50 cm, lalu
menutupnya dengan lapisan tanah tipis. Penanaman dilakukan pada sore hari dan
langsung disiram untuk melembabkan tanah.
3.4.3 Pemeliharaan
Aplikasi pemupukan
Aplikasi ampas tahu diberikan pada saat pengolahan tanah dicampur secara
merata dengan menggunakan cangkul dosisnya sesuai dengan perlakuan yaitu
tanpa pemberian ampas tahu, 20 ton ha-1 (10,8 kg/petak), 40 ton ha-1 (21,6
kg/petak). Kemudian diamkan selama 10 hari agar terjadi proses pembentukan
kompos pada ampas tahu. Aplikasi pemupukan SP-36 diberikan saat tanam
dengan cara ditugalkan dengan jarak 5 cm dari lubang tanam dosisnya sesuai
dengan perlakuan yaitu 250 kg ha-1 SP-36 (135 g petak-1 atau 3,75 g / lubang
tanam), 300 kg ha-1 SP-36 (162 g petak-1 atau 4,5 g / lubang tanam), 350 kg ha-1
SP-36 (189 g petak-1 atau 5,25 g / lubang tanam)
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan benih yang tidak tumbuh atau
mengganti tanaman yang pertumbuhannya kurang baik, kegiatan penyulaman
dilakukan 7 HST.
19
Penyiangan dan Pemeliharaan pengguludan
Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 HST dan 30 HST, dilakukan
dengan menggunakan koret. Pemeliharaan pengguludan meliputi peninggian
guludan, dilakukan pada saat tanaman berumur 30 HST.
Pemasangan Turus (Ajir)
Turus atau ajir ini dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm.
Turus tersebut ditancap didekat tanaman, setiap dua batang turus yang berhadapan
diikat menjadi satu pada bagian ujungnya. Pelaksanaan pemasangan turus
dilakukan setelah tanaman ber umur 10 HST.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida ataupun pestisida.
Salah satu contoh hama yang sering menyerang tanaman buncis adalah kumbang
daun. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Penyemprotan
dilakukan satu minggu sekali setelah berumur 2 MST dengan dosis tergantung
keadaan hama dilapangan.
Pemanenan
Pemanenan bunis dilakukan ketika polong berwarna hijau muda sampai agak
putih dan mudah dipatahkan. pemanenan dilakukan dengan cara memetik polong
secara selektif selama 5 kali panen dengan selang 3 hari sekali.
20
3.5. Pengamatan
Tanaman yang akan dijadikan sampel sebanyak 10 tanaman untuk pengamatan
tinggi tanaman, jumlah daun, variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dimulai 14 HST sampai minggu ke-6 (42 HST).
Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari leher akar sampai pucuk daun
tertinggi.
2. Jumlah daun (helai)
Penghitungan jumlah daun dimulai 14 HST sampai minggu ke-6 (42 HST).
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung daun yang telah
membuka sempurna.
3. Indeks Luas Daun (ILD)
Indeks luas daun merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap
luas tanah yang ditempati oleh tanaman dalam satuan waktu. Adapun
rumusnya sebagai berikut :
(ILD) = 1/Ga x La2 + La1/2
4. Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT)
Laju pertumbuhan tanaman merupakan kemampuan tanaman menghasilkan
bahan kering hasil asimilasi tiap satuan luas lahan tiap satuan waktu. Adapun
rumusnya sebagai berikut :
(LPT) = 1/Ga x W2 – W1/T2 – T1 (g/m2/minggu).
21
5. Laju asimilasi bersih (LAB)
Laju asimilasi bersih merupakan kemampuan tanaman menghasilkan bahan
kering hasil asimilasi tiap satuan luas daun tiap satuan waktu (g/dm2/minggu).
(LAB) = W2 – W1/T2 – T1 X InLa2 – InLa1/La2 – La1 (g/dm2/minggu)
Arti lambang dalam rumus (3), (4), (5) adalah:
Ga = jarak tanam (cm2)La1 = luas daun pada pengamatan 14 HST (cm2)La2 = luas daun pada pengamatan 21 HST (cm2)W2 = berat kering tanaman pada pengamatan 21 HST (gram)W1 = berat kering tanaman pada pengamatan 14 HST (gram)T2 = waktu pengamatan 21 HST (hari), T1 = waktu pengamatan 14 HST (hari)
Untuk pengamatan ILD, LPT dan LAB pengukuran dan penimbangan
dilakukan dengan mengambil 2 tanaman sampel untuk setiap satuan percobaan.
pada 14 hari setelah tanam (T1) dan 21 hari setelah tanam (T2). Pengukuran
yang dilakukan meliputi pengukuran luas daun (La) dilakukan dengan
menggunakan alat bantu image scanner. Berat kering tanaman (W) diperoleh
dengan menimbang tanaman sampel kemudian dikeringkan dalam oven sampai
beratnya konstan.
6. Umur berbunga (hari)
Pengamatan umur berbunga dilakukan dengan cara menghitung hari keberapa
tanaman mulai mengeluarkan bunga dengan sempurna.
7. Umur panen perdana (hst)
Umur panen ditetapkan bila 80% dari total tanaman perpetak telah
menunjukkan kriteria panen dan siap dipanen perdana.
22
8. Panjang polong (cm)
Pengamatan panjang polong dilakukan dengan cara mengambil buah dari 10
tanaman sampel dipetik dan dikumpulkan, diambil secara acak 10 polong, lalu
diukur panjangnya selama 5 kali panen dengan interal panen 3 hari sekali.
9. Berat polong per buah (g)
Pengamatan berat polong per buah dilakukan dengan cara menimbang buah
dari 10 tanaman sampel, diambil secara acak 10 polong, lalu ditimbang selama
5 kali panen dengan interal panen 3 hari sekali .
10.Jumlah polong per tanaman (buah)
Pengamatan jumlah polong per tanaman dilakukan dengan cara menghitung
setiap kali panen dari tanaman sampel, kemudian dijumlahkan dibagi 10.
11.Umur panen terahir (hst)
Umur panen terahir ditetapkan bila 80% dari total tanaman perpetak telah
dipanen selama 5 kali panen.
12.Hasil per petak (kg)
Untuk menghitung hasil per petak dilakukan dengan cara mengambil buah dari
petak panen yaitu 10 tanaman tengah yang sudah memenuhi kriteria panen,
kemudian menimbangnya selama 5 kali panen dan dijumlahkan dalam satuan
kg.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
dan pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman buncis, dan
tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan (Lampiran 6).
Tabel 1. Tinggi tanaman buncis umur 42 HST akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- cm ---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
119,67132,23138,13
143,93163,70126,50
114,70141,37129,87
126,10 145,77 131,50
Rerata 130,01 144,71 128,64
Tabel 1 di atas menunjukkan pemberian ampas tahu dan pupuk fosfat berbagai
dosis tidak mempengaruhi rata-rata tinggi tanaman buncis.
24
Gambar 1. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman
Gambar 1 memperlihatkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman buncis yang diberi
ampas tahu dan pupuk fosfat berbagai dosis.
4.1.2 Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
dan pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dan tidak
terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 8).
Tabel Tabel 2. Jumlah Daun tanaman buncis umur 42 HST akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- helai---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
28,3722,8324,70
21,8631,3028,07
16,8319,7727,53
22,35 24,63 26,77
Rerata 25,30 27,08 21,38
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
Tanpa ampas tahu, Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1Tanpa ampas tahu, Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1Tanpa ampas tahu, Pupuk fosfat dosis 350 kg ha-1Ampas tahu dosis 20 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1Ampas tahu dosis 20 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1Ampas tahu dosis 20 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 350 kg ha-1Ampas tahu dosis 40 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1Ampas tahu dosis 40 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1Ampas tahu dosis 40 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 350 kg ha-1
25
Tabel 2 di atas menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata jumlah daun tanaman
buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Gambar 2. Kurva pertumbuhan jumlah daun
Gambar 2 memperlihatkan bahwa pertumbuhan jumlah daun tanaman buncis yang
diberi ampas tahu dan pupuk fosfat berbagai dosis.
4.1.3 Indeks Luas Daun rata-rata tujuh harian ( ILD )14 dan 21 Hst
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
dan pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap indeks luas daun, dan tidak
terdapat interaksi antara kedua perlakuan (Lampiran 10).
0
5
10
15
20
25
30
35
14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST
Tanpa ampas tahu, Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1Tanpa ampas tahu, Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1Tanpa ampas tahu, Pupuk fosfat dosis 350 kg ha-1Ampas tahu dosis 20 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1Ampas tahu dosis 20 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1Ampas tahu dosis 20 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 350 kg ha-1Ampas tahu dosis 40 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1Ampas tahu dosis 40 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1Ampas tahu dosis 40 ton ha-1, Pupuk fosfat dosis 350 kg ha-1
26
Tabel Tabel 3. Indeks Luas Daun tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- g/cm2/hari ---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
1,261,231,21
1,091,191,28
0,841,091,36
1,06 1,17 1,28
Rerata 1,23 1,88 1,10
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa pemberian ampas tahu dan pupuk fosfat
berbagai dosis tidak mempengaruhi rata-rata indeks luas daun tanaman buncis.
4.1.4 Laju Tumbuh Tanaman rata-rata tujuh harian ( LTT )14 dan 21 Hst
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
dan dosis pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap laju tumbuh tanaman,
dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran12).
Tabel Tabel 4. Laju Tumbuh Tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- g/cm2/hari ---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
18,6718,3317,67
17,0016,0018,67
17,6717,0023,00
17,78 17,11 19,78
Rerata 18,22 17,22 19,22
Tabel 4 di atas menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata laju tanaman buncis
akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
27
4.1.5 Laju Asimilasi Bersih rata-rata tujuh harian ( LAB ) 14 dan 21 Hst
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
dan dosis pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap laju asimilasi bersih dan
tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 14).
Tabel Tabel 5. Laju Asimilasi Bersih tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- g/cm2/hari ---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
4,735,573,80
4,174,474,53
6,504,134,77
5,134,724,37
Rerata 4,70 4,39 5,13
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu dan
pupuk fosfat tidak mempengaruhi rata-rata laju asimilasi bersih tanaman buncis.
4.1.6 Umur Berbunga
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian ampas tahu berbagai dosis
berpengaruh nyata terhadap umur berbunga tanaman buncis, tetapi pemberian
dosis pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, dan terdapat
interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 16).
28
Tabel Tabel 6. Umur Berbunga tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
---------------------- hst ----------------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
39,00 Cc
38,00 Bb
36,00 Aa
38,67 Bb
36,67 Aa
38,33 Bc
37,33 Aa
37,00 Aa
37,00 Ab
BNT INTERAKSI = 1,68
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa pemberian ampas tahu
berbagai dosis bergantung pada pemberian pupuk fosfat. Pemberian pupuk fosfat
dengan dosis 250 kg ha-1 menghasilkan umur berbunga lebih cepat 36 hari jika
diikuti dengan pemberian ampas tahu dengan dosis 40 ton ha-1. Dosis 300 kg ha-1
menghasilkan umur berbunga lebih cepat 36,67 hari jika diikuti dengan pemberian
ampas tahu dengan dosis 20 ton ha-1, dan dosis 350 kg ha-1 menghasilkan umur
berbunga lebih cepat jika diikuti dengan pemberian ampas tahu berbagai dosis.
4.1.7 Umur Panen Perdana
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
berpengaruh nyata terhadap umur panen perdana, tetapi pemberian pupuk fosfat
yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen perdana, dan terdapat
interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 18).
29
Tabel Tabel 7. Umur Panen Perdana tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
---------------------- hst ----------------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
53,00 Ca
52,00 Bc
50,00 Aa
52,67 Ba
50,67 Aa
52,33 ABb
51,33 Aa
51,00 Ab
51,00 Aab
BNT INTERAKSI = 1,68
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis
ampas tahu terhadap umur panen perdana tanaman buncis bergantung pada
pemberian dosis pupuk fosfat. Pemberian pupuk fosfat dengan dosis 250 kg ha-1
menghasilkan umur panen perdana lebih baik jika diikuti dengan pemberian
ampas tahu dengan dosis 40 ton ha-1. Dosis 300 kg ha-1 menghasilkan umur umur
panen perdana lebih baik jika diikuti dengan pemberian ampas tahu dengan dosis
20 ton ha-1, dan dosis 350 kg ha-1 menghasilkan umur panen perdana lebih baik
jika diikuti dengan pemberian ampas tahu berbagai dosis.
30
4.1.8 Panjang Polong
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
berpengaruh nyata terhadap panjang polong, tetapi pemberian berbagai dosis
pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata dan interaksi antara kedua perlakuan tidak
berpengaruh terhadap panjang polong (Lampiran 20).
Tabel 8. Panjang Polong tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- cm ---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
14,5914,9415,20
14,4815,6614,89
`14,4914,9715,09
14,52 A15,19 B15,06 B
Rerata 14,91 15,01 14,85
BNT T = 0,32
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal dan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa panjang polong yang
diaplikasi ampas tahu 20 ton ha-1 lebih tinggi 4,61% dari pada tanpa ampas tahu,
tetapi tidak berbeda dengan pemberian ampas tahu 40 ton ha-1. Sedangkan aplikasi
pupuk fosfat tidak memberikan pengaruh terhadap panjang polong.
31
4.1.9 Berat Polong Per buah
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
berpengaruh nyata terhadap berat polong perbuah, tetapi pemberian dosis pupuk
fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap berat polong perbuah, dan tidak terdapat
interaksi antara kedua perlakuan (Lampiran 22).
Tabel Tabel 9. Berat Polong Perbuah tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- gram ---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
5,676,176,10
5,406,506,17
5,335,806,13
5,47 A6,16 B6,13 B
Rerata 5,98 6,02 5,76
BNT T = 0,48
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal ) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 9) menunjukkan bahwa pemberian ampas tahu 20
dan 40 ton ha-1 menunjukan berat polong per buah 12,61% dan 12,07%, lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian ampas tahu. Sedangkan pemberian
pupuk fosfat tidak memberikan pengaruh terhadap berat polong perbuah.
32
4.1.10 Jumlah Polong Pertanaman
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
berpengaruh nyata terhadap jumlah polong pertanaman, tetapi pemberian dosis
pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap berat polong perbuah, dan tidak
terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut (Lampiran 24).
Tabel 10. Jumlah Polong tanaman buncis Pertanaman akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- buah ---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
5,506,576,27
5,536,836,57
5,606,106,10
5,54 A6,50 B6,31 B
Rerata 6,11 6,31 5,93
BNT T = 0,41
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal ) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 10) menunjukkan bahwa pemberian ampas tahu 20
dan 40 ton ha-1 menunjukan jumlah polong per tanaman 17,33% dan 13,89%,
lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian ampas tahu. Sedangkan
pemberian pupuk fosfat tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah polong per
tanaman.
33
4.1.11 Umur Panen Terakhir
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
berpengaruh nyata terhadap umur panen terahir, tetapi perlakuan dosis pupuk
fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen terahir, dan terdapat interaksi
antara kedua perlakuan (Lampiran 28).
Tabel 11. Umur Panen Terahir tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tahu (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
---------------------- hst ----------------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
65,00 Ba
64,00 Bc
62,00 Aa
64,67 Ba
62,67 Aa
64,33 ABb
63,00 Aa
63,00 Ab
63,00 Aab
BNT INTERAKSI = 1,68
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal dan huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 11) menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis
amapas tahu mempengaruhi umur panen terahir yang bergantung pada pemberian
dosis pupuk fosfat. Pemberian pupuk fosfat dengan dosis 250 kg ha-1
menghasilkan umur panen terahir lebih cepat 62 hari jika diikuti dengan
pemberian ampas tahu dengan dosis 40 ton ha-1. Dosis 300 kg ha-1 menghasilkan
umur berbunga lebih cepat 62,67 hari jika diikuti dengan pemberian ampas tahu
dengan dosis 20 ton ha-1, dan dosis 350 kg ha-1 menghasilkan umur berbunga lebih
cepat jika diikuti dengan pemberian ampas tahu berbagai dosis.
34
4.1.12 Hasil Per Petak
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis ampas tahu
berpengaruh nyata terhadap hasil per petak, tetapi perlakuan dosis pupuk fosfat
tidak berpengaruh nyata terhadap hasil per petak, dan tidak terdapat interaksi
antara kedua perlakuan (Lampiran 26).
Tabel 12. Hasil Per Petak tanaman buncis akibat pemberian berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Dosis Ampas Tah (T)(ton ha-1)
Dosis Pupuk Fosfat (P)
Rerata250 kg ha-1 300 kg ha-1 350 kg ha-1
--------------- kg ---------------Tanpa Ampas Tahu
Dosis 20 ton ha-1
Dosis 40 ton ha-1
1,361,641,56
1,371,711,64
`1,381,521,53
1,37 A1,62 B1,58 B
Rerata 1,52 1,57 1,48
BNT T = 0,10
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 12) menunjukkan bahwa pemberian ampas tahu 20
dan 40 ton ha-1 menunjukan hasil per petak 18,25% dan 15,33%, lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa pemberian ampas tahu. Sedangkan pemberian pupuk
fosfat tidak memberikan pengaruh terhadap berat polong perbuah.
4.2 Pembahasan
Secara visual keadaan tanaman buncis percobaan dibawah deskripsi, tinggi
tanaman rendah, daun berkeriting, yang berakibatkan pada hasil. Hasil
memperlihatkan buah yang kurang maksimal, dibawah deskripsi (lampiran 3).
35
Hal ini disebabkan karena kesuburan tanah (kandungan unsur hara) di kebun
percobaan sangat rendah, meskipun sudah dilakukan penambahan pupuk diluar
perlakuan, tetapi tetap belum sesuai dengan deskripsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ampas tahu berbagai dosis tidak
mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, indeks luas daun rata-rata tujuh
harian, laju tumbuh tanaman rata-rata tujuh harian dan laju asimilasi bersih rata-
rata tujuh harian. Tetapi memberikan pengaruh terhadap umur berbunga, umur
panen perdana, panjang polong, berat polong per buah, jumlah polong per
tanaman, umur panen terahir dan hasil per petak. Hal ini diduga kemungkinan
besar disebabkan karna masih mudanya tanaman buncis sehingga penyerapan
unsur hara belum optimal. Serta hal ini disebabkan pada awal penanaman ampas
tahu yang diaplikasikan mengalami dekomposisi secara lambat sehingga belum
diserap tanaman secara sempurna pada fase vegetatif tetapi memberikan pengaruh
yang nyata pada fase generatif. Pemberian ampas tahu 40 ton ha-1 memberikan
pengaruh lebih baik pada umur berbunga, umur panen perdan dan umur panen
terahir dibandingkan dengan dosis 20 ton ha-1 dan tanpa pemberian ampas tahu.
Hal ini diduga pengaruh positif pupuk organik terhadap peningkatan sifat fisik,
kimia dan biologi tanah sehingga memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi
tanaman buncis. (Notohadiprawiro 1999 dalam Tua 2012) menyatakan
mineralisasi merupakan peristiwa penting dalam perombakan bahan organik
karena melepaskan unsur-unsur dan ikatan organik membuatnya mobil yang akan
diserap tanaman.
36
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfat berbagai dosis tidak
mempengaruhi peubah yang diamati seperti tinggi tanaman, jumlah daun, indeks
luas daun, laju tumbuh tanaman, laju asimilasi bersih, panjang polong, berat
polong per buah, jumlah polong per tanaman dan hasil perpetak. Hal ini diduga
ketersediaan pupuk fosfat dalam tanah maupun dari pupuk fosfat yang diberikan
masih belum mencukupi kebutuhan tanaman buncis. Selain dosis pupuk yang
diberikan belum mencukupi, kemungkinan rendahnya pertumbuhan dan hasil
tanaman buncis pada penelitian ini juga diduga akibat rendahnya efesiensi
pemupukan. Efesiensi pemupukan dalam usaha pertanian dapat berarti teknis dan
ekonomi. Secara teknis efesiensi pemupukan terletak pada takaran pupuk yang
mendatangkan kenaikan hasil, tingkat efesiensi serapan pupuk yang antara lain
dapat dilakukan dengan usaha tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis (Wibowo
Z.S., 1991). Hasil dari variabel yang tidak sesaui dengan deskripsi, hal ini diduga
karena kondisi cuaca pada saat awal penelitian kemarau, curah hujan rendah
sehingga penyerapan hara mengalami hambatan karena suplai air kurang
memenuhi kebutuhan tanaman (Lampiran 29). Unsur hara pada lahan percobaan
seperti N-total, P-tersedia, K-dd, C-organik Al-dd sangat rendah, dan pH rendah
sehingga tanaman tidak dapat menghasilkan hasil sesuai dengan deskripsi
(Lampiran 30). Pada tanah ber-pH rendah, fosfor akan bereaksi dengan ion besi
dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang
sukar larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Leiwakabessy
dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa mobilitas ion-ion fosfat sangat rendah
karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh karena itu kemampuan fosfor
37
menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman yang berasal dari pertambahan pupuk
P sangat rendah, yakni antara 10-30%. Sisanya 70-90% tertinggal dalam bentuk
tak larut atau hilang karena erosi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat interaksi antara pemberian berbagai
dosis ampas tahu dan pupuk fosfat yang ditunjukan oleh peubah umur berbunga,
umur panen perdana dan umur panen terahir. Perlakuan pemberian berbagai dosis
ampas tahu akan mempengaruhi kebutuhan pupuk fosfat. Semakin banyak dosis
ampas tahu yang diberikan untuk tanaman bunis semakin sedikit dosis pupuk
fosfat yang dibutuhkan untuk mempercepat umur berbunga dan akan
mempengaruhi umur panen perdana serta umur panen terahir. Pemberian pupuk
fosfat dengan dosis 250 kg ha-1 menghasilkan umur berbunga lebih cepat 36 hari
jika diikuti dengan pemberian ampas tahu dengan dosis 40 ton ha-1. Dosis 300 kg
ha-1 menghasilkan umur berbunga lebih cepat 36,67 hari jika diikuti dengan
pemberian ampas tahu dengan dosis 20 ton ha-1, dan dosis 350 kg ha-1
menghasilkan umur berbunga lebih cepat jika diikuti dengan pemberian ampas
tahu berbagai dosis. Hal ini diduga bahwa pupuk fosfat mensubsitusi kekurangan
P dari pemberian ampas tahu dosis rendah hal ini sesuai dengan pendapat
Poerwanto (2003) menyatakan bahwa fungsi fosfor sebagai penyusun karbohidrat
dan penyusun asam amino yang merupakan faktor internal yang mempengaruhi
induksi pembungaan. Selain pupuk fosfat ampas tahu mengandung bahan organik
yang berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah sehingga penyerapan hara oleh
tanaman akan semakin baik yang akan mempengaruhi produksi tanaman buncis.
Hal ini sesuai dengan pernyataan (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembahan
38
Holtikultura 2002 dalam Sarigih 2008) bahwa bahan organik diperlukan oleh
tanaman selain sebagai sumber nutrisi, juga sebagai bahan yang digunakan untuk
perbaikan struktur tanah. Selain itu juga dipengaruhi oleh unsur hara yang berasal
dari dalam tanah dapat diserap tanaman dengan baik karena hara berada dalam
keadaan yang tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Murbandino (2003) yang menyatakan bahwa pemberian bahan organik
berpengaruh besar terhadap sifat fisik tanah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dosis ampas tahu 40 ton ha-1 memberikan hasil buncis lebih baik yang
ditunjukan oleh peubah umur berbunga, umur panen perdana, umur panen
terahir.
2. Dosis pupuk fosfat tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua peubah
yang diamati tetapi terdapat interaksi antara dosis ampas tahu dan dosis
pupuk fosfat yang ditunjukan oleh peubah umur berbunga, umur panen
perdana dan umur panen terahir.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan dosis ampas tahu yang bervariasi
untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil tanaman buncis lebih baik.
2. Disarankan untuk memakai dosis ampas tahu 40 ton ha-1 dengan dosis pupuk
fosfat 250 kg ha-1 untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil buncis yang
lebih baik.
.
DAFTAR PUSTAKA
Adzizan. 2005. Pemanfaatan Kompos Ampas Tahu Untuk Pertumbuhan BibitKelapa Sawit. Skripsi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Riau, Pekanbaru.
Amanullah K.E.Z., T. Horiuchi dan T. Matsui. 2008. Effects of compost and green manure of pea and their combinations with chicken manure and rapeseed oil residue on soil fertility and nutrient uptake in wheatrice cropping system. African Journal of Agricultural Research Vol. 3 (9), pp. 633-639.
Asmoro, Y. 2008. Pemanfaatan Limbah Tahu untuk Peningkatan Hasil TanamanPetsai (Brassica chinensis). Bioteknologi 5 (2) : 51-52. Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2011. Produksi sayuran di Indonesia. h t t p : / / w w w. b p s . g o . i d . [30 Oktober 2011].
BP4K. 2011. Budidaya Buncis. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Sukabumi
Cahyono, B. 2003. Kacang Buncis, Teknik Budi Daya & Analis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis, Teknik Budidaya Dan Analis Usaha Tani. Kanisius Yogyakarta. 129 pp
Dwirahayu’s. 2010. Budidaya Buncis.. Diakses pada 25 Januari 2010
Hakim, .,N Nyakpa, M. Y., Lubis, A. M., Nugroho, S. G., Soul, M. R., Diha, M., Go Bang Hong, Bailey, H. H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung 490 hal.
Handayunik W. 2008 Pengaruh Pemberian Kompos Limbah Padat Tempe Terhadap Sifat Fisik, Kimia Tanah Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays) Serta Efisiensi Terhadap Pupuk Urea Pada Entisol Wajak-Malang. Universitas Brawijaya Fakultas Pertanian.
41
Handriatni, A dan Syakiroh Jazilah. 2008. Peningkatan Produksi Baby Buncis dengan Pemberian Pupuk Fosfat dan pengaturan Jarak Tanam. Biofarm, Vol. lV/ No. 2. Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan
Hidayat, N. 2008. Pertumbuhan dan Produksi kacang tanah (Arachis hipogea L.)Varietas Lokal Madura pada Berbagai Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Fosfor. Agrovigor Vol. 1 No. 1. Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo.
Indriani, Y. H. 2005. Membuat Pupuk Kompos Secara Kilat. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Diktat Kuliah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 208 hal.
Pitojo, 2004. Penangkaran Benih Buncis. Kanisius, Yogyakarta.
Prabowo, A, D. Samaih dan M. Rangkuti. 1983. Pemanfaatan Ampas Tahu sebagai Makanan Tambahan dalam Usaha Penggemukan Domba potong. Lembaga Nasional-LIPI. Bandung.
Poerwanto, R. 2003. Budidaya Buah-buahan: Proses Pembungaan dan Pembuahan. Bahan Kuliah. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 44 hal.
Statistik Konsumsi Pangan 2011. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. http://www.academia.edu/4926609/Statistik_Konsumsi_2011
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor
Suprapti, 2005. Pembuatan Tahu. Kanisius, Yogyakarta.
Tua Roni, 2012. Pemberian Kompos Ampas Tahu Dan Urine Sapi Pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq). Fakultas Pertanian Universitas Riau.Http://Jom.Unri.Ac.Id/Index.Php/Jomfaperta/Article/Viewfile/2686/2618
Wahyudi, 2011. Meningkatkan Hasil Panen Sayuran Dengan Teknologi EMP. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Yufni, 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Phosfat Dan Umur Pemangkasan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna Sinensis L.). Fakultas Pertanian Universitas Jabal Ghafur. Aceh. Diakses 18 Mei 2012Http://Zainulbakri.Blogspot.Com/2012/05/Pengaruh-Dosis-Pupuk Phosfat-Dan-Umur.Html
42
Lampiran 1. Tata letak percobaan
I II 1 m III
0,5 m
U
Keterangan:
t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
t1p2
t1p3
t0p3
t2p1
t1p1
t0p1
t0p2
t2p3
t2p2 t1p3 t0p3
t2p1
t1p2
t2p2
t0p2
t2p3
t1p1
t0p1
t1p3
t0p2
t0p3
t2p1
t1p2
t0p2
t1p1
t2p2
t2p3
43
Lampiran 2. Tata letak tanaman
2 m
X X X X
X X X X
X X X X
X X X X 2,7 m
X X X X
X X X X
X X X X
X X X X
X X X X
Keterangan:
- Satu petak percobaan berukuran 2 x 2,7 m = 5,4 m2
- Jarak tanam 30 x 50 cm- Jumlah tanaman perpetak percobaan 36 tanaman
X : Tanaman sampel non destruktif
X : Tanaman sampel destruktif
: Luas petak panen
50 cm15 cm
25 cm
30 cm
44
Lampiran 3. Deskripsi Buncis Varietas LEBAT® -3
Nama : LEBAT® -3
Warna daun : Hijau muda dengan permukaan halus
Bentuk daun : Delta
Warna bunga : Putih
Bentuk bunga : Kupu-kupu
Warna batang : Hijau muda
Tipe tumbuh : Merambat
Tinggi tanaman :± 2 meter
Umur panen : 52 hari
Bentuk polong : Bulat dengan konstruksi dangkal dan ujung runcing
Panjang polong :15-21 cm
Warna polong : Hijau muda
Rasa polong : Agak manis dan renyah
Bentuk biji : Bulat panjang
Warna biji : Putih
Hasil pertanaman : 7-20 polong
Hasil rata-rata : 30 ton ha -1
Sumber : https://faedahjaya.com
Lampiran 4. Hasil rekapitulasi analisis ragam semua peubah yang diamati
Sumberkeragaman
db
Peubah yang diamatiTinggi Tanaman(cm)
Jumlah Daun(helai)
Indeks Luas Daun (ILD)
Laju Pertumbuhan Tanaman (LPT)
Laju asimilasi bersih (LAB)
Umur berbunga (hst)
Umur panen perdana (hst)
Panjang polong (cm)
Berat polong per buah (g)
Jumlah polong per tanaman (buah)
Umur panen terahir (hst)
Hasil per petak (kg)
F-tabel
Kelompok 2 3,6319 * 2,6359 tn 1,8081 tn 0,2235 tn 0,9135 tn 5,0599 * 5,0566 * 9,4560 * 2,3171 tn 0,9441 tn 5,0566 * 1,9274 tn 3,63Perlakuan 8 0,8777 tn 2,0944 tn 0,7796 tn 1,2618 tn 2,1874 tn 3,1769 * 3,1756 * 4,3152 * 2,0179 tn 4,3817 * 3,1756 * 4, 8855 * 2,59
Ampas tahu (T) 2 1,2759 tn 1,4059 tn 1,2121 tn 1,8353 tn 1,4103 tn 4,3540 * 4,3508 * 11,4020 * 6,0386 * 13,9598 * 4,3508 * 15,8472 * 3.63Pupuk fosfat (P) 2 0,9806 tn 2,4574 tn 0,4858 tn 0,9530 tn 1,3393 tn 1,5302 tn 1,5278 tn 0,5867 tn 0,8046 tn 1,9467 tn 1,5278 tn 2,0510 tn 3,63
Interaksi(txp) 4 0,6272 tn 2,2571 tn 0,7102 tn 1,1294 tn 2,9999 tn 3,4117 * 3,4119 * 2,6360 tn 0,6142 tn 0,8102 tn 3,4119 * 0,8218 tn 3,01
FK 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469 1,2469
Kh^2 tabel 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5 15,5
Kh^2 terkoreksi 7,0 5,6 5,7 2,4 14,0 1,9 1,9 10,8 5,9 14,1 1,9 1,0
45
Lampiran 5. Data tinggi tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
132,20114,3091,50119,00140,80149,70150,20125,00147,90
103,60149,50183,20169,00176,40141,00154,40154,50148,70
123,20168,0069,40108,70173,90133,40109,80100,0093,00
359,00431,80344,80396,70491,10424,10414,40379,50386,60
119,67143,93114,70132,23163,70141,37138,13126,50129,87
Jumlah 1170,60 1380,30 1079,40 3630,30 1210,10
Rata-rata 130,07 153,37 119,93 403,37 134,46
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 6. Analisis ragam tinggi tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
5290,125113,941858,511428,341827,0911652,571638,9910013,58
2645,06639,24929,25714,17456,77728,291638,99667,5718
3,63 *
0,88 tn
1,28 tn
0,98 tn
0,63 tn
2,45 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 22056,62 KK = 20,07%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 7,0 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
46
47
Lampiran 7. Data jumlah daun tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
26,6027,4019,0023,2036,8026,5024,0023,6031,90
28,7015,4015,9032,5034,0014,7028,7036,3029,70
30,8022,8015,6012,8023,1018,1021,4024,3021,00
85,1065,6050,5068,5093,9059,3074,1084,2082,60
28,3721,8616,8322,8331,3019,7724,7028,0727,53
Jumlah 238,00 235,90 189,90 663,80 221,27
Rata-rata 26,44 26,21 21,10 73,75 24,58
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 8. Analisis ragam jumlah daun tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
164,22521,9587,59153,10281,25498,4216,00482,42
82,1165,2443,8076,5570,3131,1516,0032,16
2,63 tn
2,09 tn
1,40 tn
2,46 tn
2,26 tn
0,50 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 1184,60 KK = 22,70%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 5,6 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
48
Lampiran 9. Data Indeks Luas Daun tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
1,261,021,061,161,240,590,641,091,14
1,651,290,491,111,051,351,551,231,42
0,880,960,991,411,291,341,431,521,51
3,793,272,543,683,583,283,623,844,07
1,261,090,841,231,191,091,211,281,36
Jumlah 9,20 11,14 11,33 31,67 10,55
Rata-rata 1,02 1,24 1,26 3,52 1,17
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 10. Analisis ragam indeks luas daun tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
0,310,530,210,080,243,370,081,28
82,1165,2443,8076,5570,3131,1516,0032,16
2,63 tn
2,09 tn
1,40 tn
2,46 tn
2,26 tn
0,50 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 2,21 KK = 24,91%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 5,7 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
49
Lampiran 11. Laju Tumbuh Tanaman tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
21,0019,0016,0021,0016,0013,0021,0019,0021,00
16,0016,0021,0013,0013,0019,0016,0021,0024,00
19,0016,0016,0021,0019,0019,0016,0016,0024,00
56,0051,0053,0055,0048,0051,0053,0056,0069,00
18,6717,0017,6718,3316,0017,0017,6718,6723,00
Jumlah 167,00 159,00 166,00 492,00 164,01
Rata-rata 18,56 17,67 18,44 54,67 18,22
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 12. Analisis ragam data laju tumbuh tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
4,2295,3334,6718,0042,67151,113,65
147,45
2,1111,9217,339,0010,679,443,669,83
0,22 tn
1,26 tn
1,84 tn
0,95 tn
1,13 tn
0,37 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 2,21 KK = 20,44%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 2,4 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
50
Lampiran 13. Data Laju Asimilasi Bersih tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
5,004,606,707,604,503,204,305,104,80
3,603,907,604,204,304,703,405,404,60
5,604,005,204,904,604,503,703,104,90
14,2012,5019,5016,7013,4012,4011,4013,6014,30
4,734,176,505,574,474,133,804,534,77
Jumlah 45,80 41,70 40,50 128,00 42,70
Rata-rata 5,09 4,63 4,50 14,20 4,74
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 14. Analisis ragam data laju asimilasi bersih tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
1,7216,442,652,5211,2715,031,2613,77
0,862,051,321,262,820,941,260,92
0,91 tn
2,19 tn
1,41 tn
1,34 tn
3,00 tn
1,37 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 2,21 KK = 20,44%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 14,0 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
51
Lampiran 15. Umur berbunga tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
39,0039,0038,0039,0038,0036,0036,0038,0036,00
39,0038,0036,0036,0036,0036,0036,0038,0036,00
39,0039,0038,0039,0036,0039,0036,0039,0039,00
117,00116,00112,00114,00110,00111,00108,00115,00111,00
39,0038,6737,3338,0036,6737,0036,0038,3337,00
Jumlah 339,00 331,00 344,00 1014,00 338,00
Rata-rata 37,67 36,78 38,22 112,67 37,56
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 16. Analisis ragam data umur berbunga tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
FHitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
9,5524,008,222,8912,8915,110,0115,09
4,783,004,111,453,220,940,011,01
5,06 *
3,18 *
4,35 *
1,53 tn
3,41 *
0,01 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 48,67 KK = 2,59%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 1,9 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
52
Lampiran 17. Umur Panen Perdana tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
53,0053,0052,0053,0052,0050,0050,0052,0050,00
53,0052,0050,0050,0050,0050,0050,0052,0050,00
53,0053,0052,0053,0050,0053,0050,0053,0053,00
159,00158,00154,00156,00152,00153,00150,00157,00153,00
53,0052,6751,3352,0050,6751,0050,0052,3351,00
Jumlah 465,00 457,00 470,00 1392,00 464,00
Rata-rata 51,67 50,78 52,22 154,67 51,56
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 18. Analisis ragam data umur panen perdana tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
9,5523,998,222,8912,8915,110,0115,09
4,782,994,101,443,220,940,011,01
5,01 *
3,18 *
4,35 *
1,53 tn
3,41 *
0,01 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 48,66 KK = 1,89%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 1,9 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
53
Lampiran 19. Data Panjang Polong tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
14,3614,4013,9014,5215,2415,1814,6014,3214,44
14,6614,8614,4815,2815,7814,7215,5815,3215,58
14,7614,1815,0815,0215,9615,0215,4215,0215,24
43,7843,4443,4644,8246,9844,9245,6044,6645,26
14,5914,4814,4914,9415,6614,9715,2014,8915,09
Jumlah 130,96 136,26 135,70 402,92 134,31
Rata-rata 63,67 62,78 64,22 44,77 14,92
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 20. Analisis ragam data panjang polong tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
1,883,442,270,121,051,590,041,55
0,940,431,140,060,260,090,040,10
9,46 *
4,32 *
11,40 *
0,59 tn
2,64 tn
0,43 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 6,91 KK = 2,11
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 10,8 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
54
Lampiran 21. Berat Polong Per Buah tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
5,405,804,405,805,905,905,106,306,30
5,905,505,906,507,205,806,606,005,80
5,704,905,706,206,405,706,606,206,30
17,0016,2016,0018,5019,5017,4018,3018,5018,40
5,675,405,336,176,505,806,106,176,13
Jumlah 50,90 55,20 53,70 159,80 53,27
Rata-rata 5,66 6,13 5,97 17.76 5,92
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 22. Analisis ragam data berat polong per buah tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
1,063,692,760,370,563,650,123,64
0,530,460,380,180,140,230,020,24
2,32 tn
2,02 tn
6,04 *
0,80 tn
0,61 tn
0,08 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 8,40 KK = 8,08%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 5,9 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
55
Lampiran 23. Jumlah Polong Per tanaman buncis akibat pengaruh berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
5,205,505,407,006,506,805,907,006,40
5,705,606,306,307,205,606,506,506,10
5,605,505,106,406,805,906,406,205,80
16,5016,6016,8019,7020,5018,3018,8019,7018,30
5,505,535,606,576,836,106,276,576,10
Jumlah 55,70 55,80 53,70 165,20 53,27
Rata-rata 6,19 6,20 5,97 18,36 6,12
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 24. Analisis ragam data jumlah polong per tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
0,315,794,610,640,542,640,002,64
0,160,722,300,320,130,170,000,18
0,94 tn
4,38 *
13,96 *
1,95 tn
0,81 tn
0,00 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 8,74 KK = 6,64%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 14,1 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
56
Lampiran 25. Data Umur Panen Terahir tanaman buncis akibat pengaruh berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
65,0065,0064,0065,0064,0062,0062,0064,0062,00
65,0064,0062,0062,0062,0062,0062,0064,0062,00
65,0065,0064,0065,0062,0065,0062,0065,0065,00
195,00194,00190,00192,00188,00189,00186,00193,00189,00
65,0064,6763,0064,0062,6763,0062,0064,3363,00
Jumlah 573,00 565,00 578,00 1716,00 572,00
Rata-rata 63,67 62,78 64,22 190,67 63,56
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 26. Analisis ragam data umur panen terahir tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
9,5523,998,222,8912,8915,110,0115,09
4,782,994,111,443,220,940,011,00
5,06 *
3,18 *
4,35 *
1,53 tn
3,41 *
0,01 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 48,66 KK = 1,53%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 1,9< χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
57
Lampiran 27. Hasil Per Petak tanaman buncis akibat pengaruh berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
t0p1
t0p2
t0p3
t1p1
t1p2
t1p3
t2p1
t2p2
t2p3
1,291,381,331,751,631,711,481,761,60
1,431,421,551,581,811,391,621,621,55
1,371,301,261,591,681,461,581,551,43
4,094,104,144,925,124,564,684,934,58
1,361,371,381,641,711,521,561,641,53
Jumlah 13,93 13,97 13,22 41,12 13,71
Rata-rata 1,55 1,55 1,47 4,57 1,52
Keterangan : t0 = Tanpa ampas tahut1 = Ampas tahu dosis 20 ton ha-1
t2 = Ampas tahu dosis 40 ton ha-1
p1 = Pupuk fosfat dosis 250 kg ha-1
p2 = Pupuk fosfat dosis 300 kg ha-1
p3 = Pupuk fosfat dosis 350 kg ha -1
Lampiran 28. Analisis ragam data hasil per petak tanaman buncis akibat berbagai dosis ampas tahu dan pupuk fosfat.
Sumber KeragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
F Tabel 5%
KelompokPerlakuanDosis Ampas Tahu (T)Dosis Pupuk Fosfat (P)Interkasi (TxP)GalatNon AditifSisa
2822416115
0,040,400,330,040,030160,000,16
0,020,050,160,020,010,010,000,01
1,93 tn
4,89 *
15,85 *
2,05 tn
0,82 tn
0,46 tn
3,632,593,633,633,01
4,54
Total 26 0,60 KK = 6,65%
Keterangan : * = berbeda nyata 5% tn = tidak berbeda nyata KK = Koefisien Keragaman
Uji homogenitas : χ2 Hitung = 1,0 < χ2 Tabel 15,5 ( Data homogen )
58
59
60
Lampiran 31. Foto kegiatan.
Gambar 1. Persiapan Lahan
Gambar 2. Penanaman diikuti dengan pemupukan
61
Gambar 3. Pemasangan ajir
Gambar 4. Penyiangan
62
Gambar 5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Gambar 6. Waktu berbunga
63
Gambar 7. Buah yang menjukan kriteria panen
Gambar 8. Panen perdana
64
Gambar 9. Hasil panen
Gambar 10. Hasil per petak
65
Gambar 11. Berat polong per buah
Gambar 12. Replika daun
66
Gambar 13. Pengovenan berat kering tanaman
Gambar 14. Penimbangan berat kering tanaman
67