Perkembangan Psikologi Industri Dan Organisasi
RABU, NOVEMBER 25, 2009
Dalam perjalanannya sebagai sebuah ilmu, Psikologi telah banyak
memberikan kontribusi bagi perkembangan organisasi atau perusahaan.
Teori, hasil penelitian dan teknik-teknik atau metode tentang perilaku
organisasi telah banyak diaplikasikan oleh perusahaan dalam
meningkatkan kinerja dan produktivitas. Para lulusan Psikologi yang
berkarir dalam dunia bisnis juga telah banyak menunjukkan peranan
penting mereka dalam pengembangan sumber daya manusia di
perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja.Psikologi dalam
pengertian umum adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah-
laku manusia. Bagi orang awam seringkali Psikologi disebut
dengan ilmu jiwa karena berhubungan dengan hal-hal
psikologis/kejiwaan. Sama seperti ilmu-ilmu yang lain, maka Psikologi
memiliki beberapa sub bidang seperti Psikologi Pendidikan, Psikologi
Klinis, Psikologi Sosial, Psikologi Perkembangan, Psikologi Lintas
Budaya, Psikologi Industri & Organisasi, Psikologi Lingkungan, Psikologi
Olahraga, dan Psikologi Anak & Remaja. Dari beberapa sub bidang
tersebut Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) merupakan bidang
khusus yang memfokuskan perhatian pada penerapan-penerapan ilmu
Psikologi bagi masalah-masalah individu dalam perusahaan yang secara
khusus menyangkut penggunaan sumber daya manusia dan perilaku
organisasi.
Dari tulisan yang dipaparkan ini nanti akan kita bahas lebih lanjut
tentang perkembangan dari pada Psikologi Industri dan Organisasi itu
sendiri berdasarkan awal perkembangan hingga sekarang menjadi
sebuah disiplin ilmu baru bagian dari ilmu psikologi beserta sosok dibalik
berlangsungnya perkembangan ilmu itu.
Tahun-tahun dini Psikologi industri
Relative ke sains-sains yang lain dan di bidang-bidang lain dalam
lapangan psikologi, psilologi I/O mempunyai sejarah pendik. Seperti studi
formal organisasi, ilmu ini baru smulai pada pergantian abad yang lalu
(Wren,1987). Dalam hari-hari awal itu, cabang ilmu ini disebut semata-
mata psikologi industri dan lingkupnya cukup jauh lebih sempit dari pada
definisi dalam Specialty Guidelines (APA,1981).
Induk psikologi industri dalam seprtiga pertama abad 20 mungkin
disimpulkan oleh judul dari satu buku ajar terdini dalam bidang itu :
Psychology of Industrial Efficiency (Psikologi Efisiensi Industri,
Munsterberg.1931). seperti dusarankan oleh judul ini, psikolog jaman
dulu sangat memprihatinkan efisiensi dalam tempat kerja. Mereka yakin
bahwa merode seleksi karyawan, metode pelatihan, serta strategi desain
pekerjaan dan tata letak kerja yang lebih baik merupakan kunci untuk
mencapai efisiensi ini. Walter Dill Scott, seorang psikolog yang dilatih di
Jerman dalam tradisi klasik, merupakan perintis dalam upaya-upaya ini
(Lynch,1968). Scott melakukan riset psikologi dalam bidang perikalanan,
dalam seleksi dan penempatan para juru jual, dan dalam menguji serta
mengelompokkan calon-calon perwira Angkatan Darat (Scott,1911a,b)
Penekanan mereka pada efisiensi berarti bahwa kerja dari psikolog
industri dini cenderung bersilang dan dipengaruhi oleh kerja insinyur
industri. Terutama relevan adalah asas-asas analisis waktu dan studi
gerakan, yang dikembangkan dan dipercanggih oleh Frederick Taylor,
Frank dan Lilian Gilbreth, dan yang lain-lain.
Pamrih praktis dari psikolog industri dulu dipercepat oleh masuknya
Amerika dalam Perang Dunia I pada tahun 1918. kebutuhan militer yang
mendesak untuk mengelompokkan dan menugasi sejumlah besar personil
baru ke kerja perang yang sesuai menuntut pengujian individu pada
suatu skala baru. Data uji kecerdasan, psikomotor, dan kepribadian yang
dikumpulkan selama waktu ini memberikan bahan untuk pengembangan
uji coba untuk tahun-tahun berikutnya bagi mereka yang berminat dalam
pengukuran karakteristik manusia.
Tahap-tahap Antara Perang Dunia : 1920-1940. Beberapa hal terjadi
dalam dasawarsa 1920-an dan 1930-an yang mengubah dunia kerja dan
akhirnya memperluas lingkup psikologi I/O. kurun waktu ini menyaksikan
perkembangan yang cepat dari unionisme Amerika Serikat. Dalam kurun
waktu itu juga terjadi Depresi Besar dan penerbitan studi-studi
Hawthorne, meskipun dampak dari peristiwa ini pada Psikologi I/O tidak
segera dirasakan.
Tahun 1924 dimulai suatu seri penelitian di Hawthirne, Illinois, di pabrik
Western Elektric Company. Penelitian ini mulai dengan mempelajari
akibat dari aspek-aspek fisik dari lingkungan kerja terhadap efisiensi
pekerja. Para peneliti mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
seperti : “Apakah akibat terhadap produksi jika intensitas lampu
penerangan ditingkatkan?”, “Apakah suhu panas udara dan kelembapan
mempengaruhi produksi?”, “Apa yang terjadi jika diadakan jam-jam
istirahat?”
Hasil dari kajian Hawthirne sangat menakjubkan para peneliti dan para
manajer pabrik Hawthorne. Ditemukan bahwa kondisi social dan
psikologik dari lingkungan kerja secara potensial mempunyai arti yang
lebih penting daripada kondisi-kondisi kerja fisik. Misalnya : mengubah
intensitas lampu penerangan dari sangat terang sampai hamper gelap
tidak mengurangi taraf efisiensi dari kelompok pekerjanya. Ada factor-
faktor subtil yang bekerja sehingga menyebabkan para pekerja dapat
mempertahankan taraf produksinya yang asli dalam kondisi kerja yang
hamper gelap.
Hasil kajian tersebut membuka lapangan baru untuk dieksplorasi. Hal-hal
yang diteliti, yang berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun,
mencakup mutu dan corak penyeliaan (supervision), kelompok-kelompok
informal antara pekerja, sikap para tenaga kerja terhadap pekerjaannya,
komunikasi dan hal-hal lainnya yang sekarang diakui sebagai hal-hal
yang mampu mempengaruhi, bahkan mampu menentukan, efisiensi,
motifasi dan kepuasan kerja para pekrja. Sejak itu psikologi eksperimen
mempelajari masalah-masalah hubungan antar manusia, semangat kerja
dan motivasi secara lebih mendalam dan luas. Bahkan eksperimen-
eksperimen Hawthorne, sejauh hasil-hasilnya ternyata menjangkau,tidak
memperoleh perhatian yang meluas dari para psikolog kerika laporan
pertamanya muncul dalam tahun 1939. Amerika serikat memasuki
Perang Dunia II dalam tahun 1941 dan keprihatinan-keprihatinan yang
sangat preaktis mendapatkan prioritas puncak.
Psikologi Industri dan Perang Dunia II
Seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II memberikan suatu ketegangan
yang sangat besar pada fungsi-fungsi personal militer. Orang-orang baru
yang direkut dalam jumlah besar harus diberi tugas sedemikian sehingga
mereka akan mampu menunjukkan kinerja kerja yang memuaskan.
Banyak yang harus dilatih dalam waktu yang sangat pendek untuk bisa
menggunakan peralatan yang sangat canggih. Di dalam negeri wanita
pergi bekerja untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh para
suami, ayah, saudara laki-laki dan teman mereka, organisasi sipil
berteriak minta tolong dalam pelatihan anggota angkatan kerja yang
tidak berpengalaman ini.
Perang dunia II menantang sumberdaya Psikologi industri, tantangan
yang belum pernah ada sebelumnya. Masalah seleksi, penempatan dan
pelatihan, baik sipil maupun militer, lebih besar, lebih rumit, dan lebih
mendesak. Pada waktu yang sama, kemajuan teknologi menciptakan
suatu tuntutan kritisbagi psikolog untuk mampu mengkoordinasikan
kemampuan manusia dan kemampuan mesin.
Tidak semua psikolog industri dalam paruh pertama abad 20 dilibatkan
dengan masalah-masalah yang tercipta oleh terlibatnya personil militer
Amerika Serikat dalam konflik dunia, namun tidaklah dapat disangkal
bahwa masalah-masalah ini merupakan suatu rangsangan yang
bermakna bagi pertumbuhan bidang itu dan bagi kemajuan pengetahuan.
Dalam wawancara-wawancaranya dengan 13 psikolog I/O yang terkenal,
Stagner (1981) mendapatkanbahwa perang merupakan pengaruh yang
paling banyak disebut dalam pemilihan karir.
Bidang kegiatan lain di industri dimana teori, aturan dan prinsip
psikologi umum diterapkan adalah bidang pelatihan dan pengembangan.
Bidang pelatihan dan pengembangan menjadi penting artinya sewaktu
Perang Dunia II berlangsung. Kekurangan akan tenaga terampil
menyebabkan perusahaan menggalakkan pelatihan dalam industri.
Penerapan dari prinsip-prinsip belajar sangat mempengaruhi efektivitas
program-program pelatihan.
Pada tahun 1960-an mulai penerapan psikologi di bidang penjualan
berkembang dengan pesat. Perilaku manusia sebagai konsumen diteliti.
Kebiasaan membeli dan proses pengambilan keputusan untuk membeli
dikaji dan dicarikan aturan-aturan umum. Industri melalui kegiatan
promosinya dengan menggunakan berbagai ragam media kegiatan
promosinya dengan menggunakan berbagai ragam media massa seperti
media cetak (harian, majalah), media pendengaran (radio), media
penglihatan dan pendengaran (TV,film), berusaha untuk mengambil hati
konsumen. Penerapan teori, aturan dan prinsip-prinsip psikologi besar
pengaruhnya dalam perencanaan kegiatan promosi tersebut.
Akhirnya pada waktu bersamaan para sarjana psikologi sebagai
kelanjutan mendalami hubungan antamanusia dalam industri mulai
mempelajari organisasi sebagai suatu keseluruhan. Mereka mempelajari
struktur, iklim dan budaya dari berbagai macam organisasi., pola dan
gaya dari komunikasinya, struktur social formal dan informal yang
ditimbulkan, untuk menentukan pengaruh dan akibatnya terhadap
perilaku tenaga kerja.
Psikologi I/O Dewasa Ini
Ketiga akar psikologi I/O telah berkembang dengan agak terpisah
menjelang Perang Dunia II, namun sejak waktu itu ketiganya menjadi
bersatu untuk menciptakan suatu disiplin dengan suatu pangkalan luas.
Kepada efisiensi industri dan masalah-masalah seleksi/penempatan yang
terkait telah ditambahkan rekayasa factor-faktor manusia dan kepedulian
psikologis yang dijadikan menonjol oleh eksperimen Hawthorne.
Kepedulian ini mencakup motivasi pekerja, kepuasan kerja,
kepemimpinan dan pengaruh kelompok pada perilaku pekerja secara
individu.
Dewasa ini hanya terdapat sedikit bidang yang menyentuh perilaku
manusai atau memprihatinkan organisasi-organisasi yang tidak diminati
oleh psikolog I/O. di samping masalah-masalah tradisional, mereka
mempelajari penyalah gunaan obat oleh pekerja, perilaku konsumen,
jalan setapak karir masalah-masalah khusus dari pekerjaan meinoritas
dan organisasi yang dimiliki minoritas, dan sejumlah besar pertanyaan
dan masalah lain.
Banyak psikolog I/O dewasa ini melakukan riset mereka yang berkaitan
dengan suatu lembaga akademis, suatu pilihan yang telah menjadi makin
lazim sejak akhir Perang Dunia II. Bekerja dalam suatu lingkungan
akademis memberikan rangsangan dari minat teoritis dari rekan-rekan
yang memburu jalur-jalur riset lain maupun dari masalah-masalah praktis
organisasi. Rangsangan ini telah membantu maupun memperkuat sifat
dasar mendua teoritis terapan dari psikologi I/O.
Psikologi Industri dan Organisasi di Indonesia
Psikologi sebagai ilmu baru dikenal dan dikembangkan di Indonesia
sekitar tahun 1950-an. Ketika kemerdekaan Indonesia diakui secara
resmi oleh belanda akhir tahun 1949, terdapat kegiatan-kegiatan
psikologis dengan menggunakan ts-tes psikologik yang dilakukan oleh :
a. Balai Psychototechnick dari Kementrian Pendidikan Pengajaran &
Kebudayaan RI yang emngadakan seleksi siswa untuk masuk ke sekolah
menengah kejuruan teknik serta pengukuran psikometris untuk
keperluan penjurusan sekolah.
b. Pusat Psikologi Angkatan Darat Di Bandung yang menyelenggarakan
seleksi dan penjurusan bagi para anggotanya berdasarkan pengukuran
psikomertis
Pada tanggal 3 Maret 1953, dibawah pimpinan Prof.Dr.Slamet Imam
Santosso, didirikan Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi, dan Balai
Psychotechniek dari Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
RI dilebur ke dalamnya manjadi bagian Psikologi Kejuruan dan
Perusahaan. Lembaga Pendidikan Psikologi Berkembang menjadi Jurusan
Psychologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tahun 1960
menjadi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Bagian Psikologi
Kejuruan dan Perusahaan sekarang menjadi Bagian Psikologi Industri
dan Organisasi. Psikologi Industri yang merupakan cabang dari psikologi
yang ketika itu hanya menerapkan penggunaan tes dalam rangka seleksi
dan penjurusan sekolah sejak itu berubah menjadi ilmu yang dapat
dikembangkan teorinya melalui penelitian-penelitian.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemungkinan-kemungkinan untuk
mengembangkan psikologi dan industri di Indonesia sebagai ilmu telah
dikenal dan dipahami, tetapi pelaksanaanya belum dapat dilakukan
sepenuhnya.
Psikologi dan Industri di Indonesia dewasa ini masih merupakan ilmu
terapan dengan kegiatan utamanya pada pelaksanaan pemeriksaan
psikologis (yang secara popular dikenal dengan “psikotes”) dengan
tujuan seleksi dan penempatan, penyuluhan dan bimbingan kejuruan dan
pengembangan karir.
http://www.masbow.com/2009/11/perkembangan-psikologi-industri-dan.html
MINGGU, 26 SEPTEMBER 2010
KECELAKAAN AKIBAT KERJA
PENDAHULUAN
Pada kesempatan safety talk kali ini, kami akan membahas tentang kecelakaan
akibat kerja. Kecelakaan–kecelakaan akibat kerja yang sering terjadi banyak
disebabkan oleh faktor manusia dan sedikit yang dipengaruhi oleh faktor alat.
Adapun faktor manusia banyak dipengaruhi oleh :
a) Latar belakang pendidikan
b) Psikologis.
c) Ketrampilan
d) Fisik
Sedangkan faktor alat sendiri banyak dipengaruhi oleh : Kondisi alat.
Selanjutnya mari kita coba membahas faktor-faktor tersebut satu persatu :
1. FAKTOR MANUSIA
a)Latar belakang pendidikan.
Latar belakang pendidikan banyak mempengaruhi tindakan seseorang dalam
bekerja. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi cenderung berpikir lebih
panjang atau dalam memandang sesuatu pekerjaan akan melihat dari berbagai segi.
Misalnya dari segi keamanan alat atau dari segi keamanan diri. Lain halnya dengan
orang yang berpendidikan lebih rendah, cenderung akan berpikir lebih pendek atau
bisa dikatakan ceroboh dalam bertindak. Misalnya Ketika kita melakukan pekerjaan
yang sangat beresiko terhadap kecelakaan kerja tetapi kita tidak memakai peralatan
safety dengan benar. Hal ini yang tentunya dapat menimbulkan kecelakaan.
b.Psikologis
Faktor Psikologis juga sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis
seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan.
Bila konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang
akan dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.
Contoh faktor psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi adalah :
- Masalah-masalah di rumah yang terbawa ke tempat kerja.
- Suasana kerja yang tidak kondusif.
- Adanya pertengkaran dengan teman sekerja.
- Dan lain – lain
c.Faktor Keterampilan
Keterampilan disini bisa diartikan pengalaman seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan. Misalnya melakukan start / stop pada sebuah peralatan, memakai alat-
alat keselamatan, dan ain-lain. Pengalaman sangat dibutuhkan ketika melakukan
pekerjaan untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang berakibat timbulnya
kecelakaan kerja.
d. Faktor Fisik
Lemahnya kondisi fisik seseorang berpengaruh pada menurunnya tingkat
konsentrasi dan motivasi dalam bekerja. Sedangkan kita tahu bahwa konsentrasi
dan motivasi sangat dibutuhkan ketika bekerja. Bila sudah terganggu, kecelakaan
sangat mungkin terjadi. Contoh faktor fisik ini adalah : - Kelelahan dan Menderita
Suatu Penyakit.
2. FAKTOR ALAT
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat mempengaruhi
terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua kemungkinan rusak itu ada.
Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat mengakibatkan kecelakaan.
Contohnya adalah :
- Unit alat berat yang sudah tua.
- Alat-alat safety yang sudah rusak.
Setelah kita mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan suatu kecelakaan kerja,
kita dapat mencegahnya yaitu dengan cara :
A. FAKTOR MANUSIA
- Menyelesaikan masalah-masalah yang ada tanpa harus menundanya.
- Jangan mencampur adukkan masalah di rumah dan di tempat kerja.
- Sering membaca buku-buku pengetahuan agar wawasan kita bertambah.
- Selalu menjaga kebugaran dan kesehatan dengan teratur berolahraga.
- Menambah pengalaman dalam suatu pekerjaan.
B. FAKTOR ALAT
- Melakukan peremajaan pada alat-alat berat yang sudah tua.
- Melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di tempat kerja.
PENUTUP
Demikianlah Safety Talk kali ini kami buat, semoga dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi kita semua.
http://k3pelakan.blogspot.com/2010/09/kecelakaan-akibat-kerja.html
Pengenalan Bahaya Di Lingkungan Kerja
Posted: Mei 23, 2008 by Bung okleqs in IDENTIFIKASI BAHAYA
18
Klasifikasi Bahaya
Bahaya di lingkungan kerja dapat didefinisikan sebagai segala kondisi
yang dapat memberi pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan
atau kesejahteraan orang yang terpajan.
Faktor bahaya di lingkungan kerja meliputi faktor Kimia, Biologi, Fisika,
Fisiologi dan Psikologi
BAHAYA KIMIA
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh:
o Pernapasan ( inhalation ),
o Kulit (skin absorption )
o Tertelan ( ingestion )
Racun dapat menyebabkan efek yang bersifat akut,kronis atau kedua-
duanya.
Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak.
Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi
pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas,
peradangan dan oedema ( bengkak )
Contoh :
o Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
o Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide,
phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi
pada kulit atau organ pernapasan
Contoh :
o Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau
nickel, epoxy hardeners, turpentine.
o Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer
yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah.
Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5%
volume udara.
Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada
darah atau mencegah oksigenasi normal pada kulit.
Contoh :
o Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
o Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide,
hidrogen sulphide
Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah
terbukti pada manusia.
Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara
jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
o Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride
( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung
kemih ); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma);
o Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon
tetrachloride, dichromates, beryllium
Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari
seorang manusia.
Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat
memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar,
sebagai contoh :aborsi spontan.
Contoh :
o Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari
ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds,
carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.
Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ
atau sistem tubuh.
Contoh :
o Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
o Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
o Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
o Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
o Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
BAHAYA BIOLOGI
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal
dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur,
protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk
serat alam yang terdegradasi.
Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan
infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat
dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja
yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium,
jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.
Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella,
chlamydia, psittaci
Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins;
Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu,
kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko:
pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge
treatment, dll.
Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease
Alergi Biogenik
Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang,
rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi,
pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai
di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan).
Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala
alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
Contoh :
o Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
BAHAYA FISIKA
Kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki
yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan
kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi.
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi
bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan.
Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi,
turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance
tenaga kerja.
Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu
tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun
kronis.
Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim .
Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising
seperti: frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran
terus menerus atau intermitten.
Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam
memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan
“powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah
yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-
induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif
pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi
kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.
Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws.
Radiasi Non Mengion
Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation,
inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi
radio) .
Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak.
Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit.
Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker.
Contoh :
o Radiasi ultraviolet : pengelasan.
o Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran
o Laser : komunikasi, pembedahan .
Pencahayaan ( Illuminasi )
Tujuan pencahayaan :
o Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan
o Memberi lingkungan kerja yang aman
Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit
kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan
kecelakaan.
Keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja,
produktivitas, mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping,
kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja.
BAHAYA PSIKOLOGI
Stress
Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik
terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu
berlebihan, maka hal ini dinamakan stress.
Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan
kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.
Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan
darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan
pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll.
BAHAYA FISIOLOGI
Pembebanan Kerja Fisik
Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim,
sosial ekonomi dan derajat kesehatan.
Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan kerja maksimum
tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.
Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia
adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari
sekali maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan.
Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit,
parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang
diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum
bekerja
http://okleqs.wordpress.com/2008/05/23/pengenalan-bahaya-di-lingkungan-kerja/
Bahaya Menahan Amarah di Tempat Kerja
ARTIKEL, Info & Tips, Psikologi - 03 Jan 2010
Cek Harga HANDPHONE, MOTOR dan Harga Lainnya di www.harganya.com!
DAPATKAN BUKU GRATIS DARI BUKUKITA.COM, CARANYA KLIK DISINI!!!
Pria yang sering menahan amarah di tempat kerja berisiko tinggi terkena
serangan jantung hingga menimbulkan kematian. Risiko serangan
jantung juga lima kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang
memperlihatkan emosinya saat dalam keadaan marah.
Hal itu diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh tim dari Stress Research
Institute of Stockholm University, di Swedia. Tim meneliti 2.755 pekerja pria yang
tidak pernah mengalami serangan jantung antara 1992 hingga 2003.
Pada penelitian ditemukan sebanyak 47 pekerja mengalami serangan jantung dan
meninggal karena penyakit jantung. Penyebabnya ternyata adalah tekanan dan
perlakukan tidak adil di tempat kerja yang tidak terlampiaskan.
“Setelah menyesuikan diri dengan usia, keadaan sosial dan ekonomi, risiko perilaku,
ketegangan pekerjaan, ada respon yang dekat antara membiarkan segala tekanan
dan perlakuan tidak adil dengan serangan jantung,” kata salah satu peneliti dalam
Journal of Epidemiology and Community Health, seperti VIVAnews kutip dari
MSNBC.
Pria seringkali diam dan menahan amarah saat mendapat perlakuan tidak adil dan
tekanan di tempat kerja. Hal itu memicu terjadinya serangan jantung yang bisa
menimbulkan stroke dan kematian.
Mengungkapkan perasaan dan emosi akan lebih baik dibandingkan diam saja dan
memendamnya bertahun-tahun. Jika Anda dalam posisi yang tertekan atau
diperlakukan dengan tidak adil di tempat kerja lebih baik bicarakan dengan orang
yang tepat.
vivanews.com
http://www.untukku.com/artikel-untukku/bahaya-menahan-amarah-di-tempat-kerja-
untukku.html
Bahaya Psikologi
Stress
• Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan
atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh ituberlebihan, maka hal ini dinamakan stress.
• Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguankepribadian,
penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika.
• Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanandarah tinggi,
gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan,asma bronkial, penyakit kulit
seperti eksim,dll
4. Tanggung Jawab Perusahaan Berdasarkan Peraturan Perundangan
Materi Undang-undang No.1 Tahun 1970 lebih dominan berisi mengenaihak dan atau
kewajiban tenaga kerja dan pengusaha/pengurus dalam pelaksanaanK3, dan
kewajiban pengusaha/pengurus adalah :Pasal 3 ayat 1 : Melaksanakan syarat-syarat
keselamatan untuk :a.
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaanb.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. Peraturanpelaksananya
Kepmenaker RI No. Kep.186/Men/1999 tentang UnitPenanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerjac.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakand.
d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktukebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahayae.
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaanf.
f. Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. Peraturanpelaksananya
Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.Ins.2/M/BW/BK/1984tentang Pengesahan Alat
Pelindung Diri. Instruksi Menteri Tenaga KerjaRI No.Ins.05/M/BW/97 tentang
Pengawasan Alat Pelindung Diri. SuratEdaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997
tentang Penggunaan Alat
g. Pelindung Diri. Dan Surat Edaran Menteri Dirjen BinawasNo.SE.06/BW/1997
tentang Pendaftaran Alat Pelindung Diri.g.
h. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,kelembaban, debu,
kotoran, asap, gas, dan hembusanh.
i. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularani.
j. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. Peraturan pelaksananyadiatur dalam
Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentangSyarat Kebersihan Serta
Penerangan Dalam Tempat Kerja. j.
k. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang cukupk.
l. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukupl.
m. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertibanm.
n. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proseskerjanyan.
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan
danpenyimpanan barango.
p. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. Mencegah terkena aliran listrik
yang berbahaya
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yangbahaya
kecelakaan menjadi bertambah tinggi
Pasal 8Ayat 1 :
Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dankemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akandipindahkan sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Peraturan pelaksananya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan TransmigrasiNomor
Per-02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja DalamPenyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
Ayat 2 : Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusahadan dibenarkan oleh
direktur. Peraturan pelaksananya Peraturan Menteri TenagaKerja dan Transmigrasi Nomor
Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan KesehatanKerja. Selain itu ada juga Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan
Bagi TenagaKerja Dengan Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan
KesehatanDasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Pasal 9Ayat 1 :Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenagakerja baru tentang :a.
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempatkerjab.
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalamtempat kerjac.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutand.
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
Ayat 2 : Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutansetelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarattersebut diatas.
Ayat 3 : Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenagakerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan danpemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja,pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
Ayat 4 : Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat danketentuan-
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.Pasal 10 ayat 1 :
Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia PembinaKeselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) guna mengembangkan kerjasama,saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenagakerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan
tugas kewajiban bersama dibidang K3, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
Peraturan pelaksananyaadalah Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-125/MEN/82
tentang DewanKeselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan
danKesehatan Kerja, yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri Tenaga KerjaNo. KEP-
155/MEN/84. Dan juga Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-04/MEN/87 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta TataCara Penunjukan Ahli Keselamatan
Kerja.Pasal 11 ayat 1 : Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadidalam
tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh MenteriTenaga Kerja.
Peraturan pelaksananya Permenaker RI No. Per.03/Men/1998tentang Tata Cara Pelaporan
dan Pemeriksaan Kecelakaan. Permenaker RI No.Per.04/Men/1993 tentang Jaminan
Kecelakaan Kerja.Pasal 14 pengurus diwajibkan :
. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semuasyarat-syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undangini dan semua peraturan pelaksananya yang berlaku bagi tempat kerja yangbersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca danmenurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kselamatan kerja.b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambarkeselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yangdiwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya danmenyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja.Peraturan pelaksana dari ketentuan pasal-pasal UU RI No.1 Tahun 1970
(pasal 15 ayat 1 UU RI No.1 Tahun 1970). UU RI No.1 Tahun 1970 masihbersifat umum (lex generalist), peraturan pelaksananya dijabarkan secara teknisdan rinci dalam bentuk PP, Keppres, Permenaker, Kepmenaker, SE Menaker danKepdirjen Binwasnaker Depnakertrans RI.Pelanggaran terhadap peraturan pelaksana UU No.1 Tahun 1970(peraturan perundangan K3) dapat memberikan ancaman pidana dengan hukumankurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginyaRp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) sebagaimana ditetapkan pada pasal 15 ayat 2UU RI No.1 Tahun 1970. Ancaman pidana ini tidak akan membuat efek jera bagi pengusaha yang melanggar UU No.1 Tahun 1970 (termasuk peraturanpelaksananya) dilihat dari masa hukuman kurungan begitu singkat dan denda uangyang dikenakan terlalu sedikit mengingat dimungkinkan banyak tenaga kerja padasatu tempat kerja (perusahaan) yang mengalami cidera berat bahkan kematianserta menderita penyakit akibat kerja.Tidak adil apabila masalah K3 ini hanya dilimpahkan kepada perusahaan / pengusaha saja.
Karena masalah K3 juga merupakan tanggung jawab pekerjasebagai objek dari K3 ini. Untuk
itu pekerja juga memiliki hak dan kewajibanterkait dengan K3 ini yaitu :
a. Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas / Ahli K3b.
b. Memakai alat-alat pelindung diric.
c. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkand.
d. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkane.
e. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3 danalat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya
http://www.scribd.com/doc/64493258/9/b-Pengenalan-Bahaya-Di-Lingkungan-Kerja