Upload
melina-eka
View
2.799
Download
32
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Pangan dan Gizi "ACARA IV PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK DAN PENYERAPAN MINYAK"
Citation preview
ACARA IV
PENETAPAN KONVERSI MENTAH MASAK
DAN PENYERAPAN MINYAK
A. TUJUAN
Tujuan praktikum acara IV Penetapan Konversi Mentah Masak dan
Penyerapan Minyak ini adalah:
1. Mahasiswa mengetahui cara penetapan konversi dari bahan pangan mentah
ke masak.
2. Mahasiswa mengetahui cara penetapan faktor konversi penyerapan
minyak.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Bahan
Ketika bahan pangan digoreng menggunakan minyak goreng panas,
banyak reaksi komplek terjadi di dalam minyak dan pada saat itu minyak
akan mulai mengalami kerusakan. Selama penggorengan, minyak dalam
kondisi suhu tinggi serta adanya udara dan air dari bahan menyebabkan
minyak mengalami kerusakan. Kerusakan minyak dalam penggorengan
dibagi dalam tiga kategori yaitu hidrolisis, pirolisis dan oksidasi. Bentuk
kerusakan fisik – kimia yang sering diamati adalah titik asap, kekentalan,
warna, pembuihan, ketengikan, angka penyabunan dan angka asam.
Kerusakan minyak yang berlanjut dan melewati angka yang ditetapkan
akan menyebabkan menurunnya efisiensi penggorengan dan kualitas
produk akhir (Yuniarto, 2007).
Pada daftar komposisi bahan makanan biasanya terdapat daftar
bagian yang tidak dimakan pada setiap 100 gram jenis bahan makanan.
Dengan demikian dapat diperhitungkan berat bagian yang dapat
dimakan. Dalam melakukan pengukuran konsumsi makanan sering
dijumpai makanan dalam bentuk olahan (masak), bahkan sering kali jenis
makanan jadi tersebut tidak ditemukan dalam daftar komposisi makanan
23
jajan (DKGJ). Untuk mengatasi masalah dapat dihitung dengan
mengkonversikan makanan olehan tersebut dalam bentuk makanan
(mentah). Ukuran rumah tangga adalah satuan jumlah dari bahan
makanan atau makanan yang dinyatakan dalam ukuran peraltan yang
digunkan dirumah tangga sehari-hari, seperti: piring, sendok, gelas,
potongan, buah, ikat dan sebaginya. Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM) adalah memuat susuanan kandungan zat-zat gizi berbagai jenis
makanan atau makanan. Zat gizi tersebut meliputi energi, protein, lemak,
karbohidrat beberapa mineral penting (kalsium, Besi), dan vitamin
(vitamin A, vitamin B, Niasin, dan vitamin C) (Nyoman, 2002).
2. Tinjauan Teori
Kebutuhan pokok makanan orang Asia tenggara umumnya adalah
kandungan karbohidrat yang cukup tinggi antara 70 – 80 %. Fungsi utama
karbohidrat sebagai penghasil energi, di dalam hati digunakan sebagai
detoksifikasi, dapat juga membantu metabolisme lemak dan protein.
Seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang kurang
mendukung dan jumlah penduduk miskin yang makin meningkat maka
akan berdampak pada keterbatasan daya beli, sehingga beras yang bagus
akan menjadi mahal dan beras dengan kualitas jelek menjadi alternatif
untuk dikonsumsi. Keberadaan nasi aking menjadi alternatif dalam
menyelesaikan masalah ini. Berdasarkan hasil pemeriksaan karbohidrat
dari dua sampel yang dikerjakan secara duplo didapatkan rata – rata hasil
pemeriksaannya adalah 8,31 %, sedangkan pada pemeriksaan karbohidrat
pada nasi normal ( bukan aking ) didapatkan kadar rata – rata adalah 10.72
% . Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas jika dibandingkan maka
terdapat perbedaan penurunan kadar karbohidrat pada nasi aking
(Anggraini, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak yang paling
banyak terkandung pada minyak goreng adalah asam oleat (bentuk cis).
Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses menggoreng
(deep frying) pengulangan ke-2, dan kadarnya meningkat sejalan dengan
24
pengulangan penggunaan minyak. Hasil uji korelasi antara asam elaidat
(trans) dan asam oleat (cis) menunjukkan asosiasi negatif (r = - 0,8; p =
0,016). Dilihat dari mulai terbentuknya asam lemak trans, maka
disarankan untuk menggunakan minyak goreng tidak lebih dari 2 (dua)
kali pengulangan (Sartika, 2009).
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk
pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta
tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,
misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena dan
hidrokarbon lainnya. Proses penyerapan minyak pada mi selama
penggorengan dapat dipengaruhi oleh kandungan pati yang terkandung
di dalamnya (Novika, 2013).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Bahan pangan sumber zat gizi.
b. Panci
c. Dandang
d. Wajan
e. Spatula
f. Timbangan
2. Bahan
a. Tempe
b. Beras
c. Minyak goreng
d. Jagung
e. Ayam
f. Ubi
g. Ikan
h. Singkong
25
Dicatat beratnya
Bahan pangan dikupas dan ditimbang lagi
Bahan pangan direbus, dikukus, ditumis, digoreng kemudian ditimbang
Bahan pangan ditimbang
Bahan pangan disiapkan
Ditimbang dan dicacat hasilnya dan dihitung penyerapan minyaknya
3. Cara kerja
26
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
KelBahan pangan
Berat kotor (g)
Berat bersih
(g)
Berat masak
(g)
Bahan pangan dikonversikan
Mentah-masak (%)
Masak-mentah (%)
9, 13
Ayam 100 125 81,9 152, 6% 65,5%Singkong 355 340 305,8 111,2% 89,9%
10, 14
Ikan tongkol
125 123 50 246% 40,7%
Ubi jalar 165 130 125 104% 96,2%
11, 15
Ikan tongkol
125 123 75 164% 61%
Jagung 200 160 150 100% 100%12, 16
Tempe 200 210 75 280% 35,7%Beras 150 250 400 62,5% 160%
Tabel 4.1 Hasil Konversi Mentah Masak Bahan Pangan Shift 2 Sumber : Laporan sementara
Kel Bahan panganBerat minyak
sebelum digunakan
Berat minyak setelah
digunakan
Penyerapan minyak
9, 13
Ayam 178,4 165,2 13,2Singkong
10, 14
Ikan tongkol 181 164,5 16,5Ubi jalar
11, 15
Ikan tongkol 175,8 162,4 13,4Jagung
12, 16
Tempe 170,3 125 45,3Beras
Tabel 4.2 Penyerapan Minyak pada Bahan Pangan Shift 2 Sumber : Laporan sementara
PembahasanDaftar Konversi Berat Mentah Masak (DKMM) adalah pengukuran
konsumsi makanan sering dijumpai makanan dalam bentuk olahan (masak).
Untuk mengatasinya dapat dihitung dengan mengkonversikan makanan
olahan tersebut dalam bentuk bahan makanan (mentah). Untuk menaksir berat
bahan makanan mentah dari makanan mentah dari bahan makanan olahan
(masak) atau sebaliknya dapat digunakan rumus. Sedangkan, Daftar Konversi
Penyerapan Minyak (DKPM) merupakan daftar yang berisi tentang
penyerapan pada makanan masak (makanan jadi) terdapat beberapa zat
27
tambahan seperti minyak yang terserap pada setiap makanan pada saat
makanan tersebut diolah (digoreng, ditumis, dibacem atau lain-lainnya) atau
penggunaan santan untuk makanan tertentu dan sebagainya. Untuk
menghitung zat gizi makanan tersebut, maka harus dipisahkan antara berat
mentah makanan tersebut dengan minyak goreng yang digunakan.
DKBM adalah daftar yang memuat susunan kandungan zat-zat gizi
berbagai jenis bahan makanan atau makanan. Zat gizi tersebut meliputi
energi, protein, lemak, karbohidrat, beberapa mineral penting (kalsium, besi),
dan vitamin, (Vitamin A, Vitamin B, Niasin dan Vitamin C). DKGJ adalah
daftar yang memuat angka-angka kandungan zat gizi berbagai jenis makanan
jajanan. DKGJ dibuat tersendiri, tanpa digabung dengan DKBM yang sudah
ada. Dalam susunan zat gizi tercantum tidak dengan satuan gram BDD (100
persen dapat dimakan) karena dianalisis menurut ukuran rumah tangga
masing-masing, sehingga perlu diperhatikan BDD tidak lagi 100 persen tetapi
yang harus dimasukkan dalam tabel adalah beratnya dan BDD nya adalah 100
persen.
Konversi mentah masak dan masak mentah bertujuan untuk mengukur
kandungan zat gizi dari dahan makanan masak ke dalam bahan makanan
mentah, begitu juga sebaliknya. Konversi mentah masak dan masak mentah
dilakukan pada saat bahan makanan ilahan tidak ada dalam DKGJ. Pada
praktikum kali ini kelompok 12 menggunakan bahan pangan berupa tempe,
beras, dan minyak, yang diolah dengan cara digoreng dan dikukus. Tempe,
beras, dan minyak ditimbang dalam keadaan kotor untuk mendapatkan nilai
berat kotornya tempe, beras, dan minyak dibersihkan dan ditimbang untuk
mendapatkan berat bersihnya.
Setelah dilakukan penimbangan didapatkan data sebagai berikut :
Berat kotor tempe sebesar 200 gr, berat bersih sebesar 210 gr, berat masak
sebesar 75 gr. Pada beras berat kotornya sebesar 150 gram, berat bersih 250
gram, dan berat masak 400 gram. Setelah digunakan untuk menggoreng,
minyak yang berat bersihnya 170,3 gram berkurang menjadi 125 gram, hal ini
menunjukkan bahwa terjadi penyerapan minyak sebesar 45,3 gram. Pada
28
praktikum kali ini juga dilakukan konversi bahan pangan dari mentah ke
masak maupun sebaliknya. Konversi mentah ke masak dapat dihitung dengan
hasil pembagian berat masak dan berat mentah dikalikan 100%, sedangkan
konversi masak ke mentah dapat dihitung dengan pembagian berat mentah
dan berat masak dikalikan 100%. Dari hasil penghitungan didapatkan hasil %
konversi masak ke mentah tempe sebesar 35,7% dan konversi perhitungan
dari mentah ke masak adalah 280%. Konversi masak ke mentah beras sebesar
160% dan konversi perhitungan dari mentah ke masak adalah 62,5%.
Berdasarkan perhitungan diatas, belum sesuai teori seharusnya barat masak
lebih besar daripada berat mentah karena menyerap minyak dan uap air. Hal
ini disebabkan api karena pada saat menggoreng minyak yang digunakan
kurang dan api terlalu besar sehingga penyerapan minyak sedikit.
E. KESIMPULAN
Dari percobaan praktikum acara IV Penetapan Konversi Mentah Masak
dan Penyerapan Minyak yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Tujuan dari konversi mentah masak dan masak mentah adalah untuk
mengukur kandungan zat gizi dari dahan makanan masak ke dalam bahan
makanan mentah, begitu jga sebaliknya.
2. konversi masak ke mentah tempe sebesar 35,7% dan konversi perhitungan
dari mentah ke masak adalah 280% .
3. Konversi masak ke mentah beras sebesar 160% dan konversi perhitungan
dari mentah ke masak adalah 62,5%.
4. Penyerapan minyak sebesar 45,3 gram.
29
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, H. 2010. Penetapan Kadar Karbohidrat pada Nasi Aking yang Dikonsumsi Masyarakat Desa Singorojo Kabupaten Kendal. Jurnal Unimus.
Novika. 2013. Kajian Penggunaan Tepung Millet Kuning Sebagai Subtitusi Tepung Terigu Pada Karakteristik Sensoris, Fisikokimia, Dan Aktivitas Antioksidan Mi Instan Ubi Jalar Ungu. Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 1 Januari 2013.
Nyoman, Dewa Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Proses Menggoreng Terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Makara, Sains, Vol 13, No 1.
Yuniarto, Kurniawan. 2007. Korelasi Nisbah Fraksi Kentang Terhadap Volume Minyak Dengan Penurunan Mutu Fisik Dan Kimia Minyak Selama Penggorengan Hampa. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol, 8 No.2 (Agustus 2007) 103-109.
30