19
ENGLISH PROSE Analis Novel The Bluest Eye Karya Toni Morrison Menggunakan Teori Speech Act John Austin (1962)

I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

ENGLISH PROSE

Analis Novel The Bluest Eye Karya Toni Morrison Menggunakan Teori Speech Act

John Austin (1962)

Page 2: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

Teori

Page 3: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

Dramatik MonologDramatik monolog terjadi bila satu tokoh berbicara dengan tokoh lain yang membisu. Batasan penting yang harus dipahami adalah bahwa aktivitas utama tokoh yang sedang berbicara bukan sedang menceritakan. Tokoh itu bisa menjadi narator, namun adegan itu sekedar bingkai dari narasi sekunder. Dramatik monolog sering ditulis dalam bentuk direct free speech (dalam bentuk present, memakai pronoun orang pertama tunggal dan tidak menggunakan quotation marks seperti “she said”). Perhatikan contoh dari Lady with a Lamp berikut ini:

Well, Mona! Well, you poor sick thing, you! Ah, you look so little and white and little, you do, lying there in that great big bed. That’s what you do–go and look so childlike and pitiful nobody’d have the heart to scold you. And I ought to scold you, Mona. Oh, yes, I should so too. Never letting me know you were ill.

Ekspresi “I sould so too” menandakan bahwa pada saat itu Mona telah memprotes supaya ia tidak dimarahi sedemikian rupa. Namun, reaksi verbal Mona tidak pernah tercetak tetapi bisa diketahui dari apa yang dikatakan temannya.

Page 4: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

Dramatik Monolog I was mistaken, that’s all. I simply thought that after–Oh, now, you don’t have to do that. You never have to say you’re sorry, to me. I understand.

Permintaan ma’af Mona nampaknya memotong pembicaraan tokoh tersebut. Nampaknya, tokoh tersebut telah membuat Mona marah, karena kemudian tokoh tersebut terkejut atas reaksi Mona:

Mona, don’t! Mona, stop it! Please, Mona! You mustn’t talk like that, you mustn’t say such things.

Mungkin Mona sedang mengancam tokoh tersebut. Dalam keputusasaannya, tokoh tersebut memanggil pembantu Mona yang bernama Edie, perubahan lawan bicara ditandai dengan huruf italic:

Page 5: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

Dramatik MonologEdie, Oh, Edie! Edie, I think you’d better get Dr. Britton on the telephone, and tell him to come down and give Miss Morrison something to quiet her. I’m afraid she’s got herself a bit upset.

Jelas, dramatik monolog memberikan efek khusus. Oleh karena itu dramatik monolog hanya digunakan kalau ada alasan yang sangat kuat. Dari kutipan di atas, dramatik monolog digunakan untuk menekankan bahwa kebodohan, kekejian, atau sikap moral dan psikologis seorang tokoh makin menonjol karena diungkapkan dengan teknik dramatik monolog, yaitu dengan membuat suara lawan bicara–korban tidak terdengar.

Page 6: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

SOLILOQUI

Para ahli menggunakan kata soliloqui untuk menjelaskan tentang cara lain untuk mempresentasikan ujaran seorang tokoh yang secara langsung (unmediated). Dalam drama, soliloqui memiliki ciri-ciri sebagai berikut (nomer 1 dan 2 merupakan keharusan, ciri yang lain sering ditemui namun tidak wajib):

Page 7: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

SOLILOQUI• Tokoh, secara faktual, tidak berbicara (dalam versi film, soliloqui ini

digambarkan dengan cara: bibir tokoh tidak bergerak, namun pemirsa mendengan suara tokoh tersebut).

• Tokoh bisa berada sendirian di panggung, atau kalau ada tokoh lain, gerak-gerik tokoh lain tersebut menunjukkan seolah-olah mereka tidak mendengar kata-kata tokoh yang melakukan soliloqui.

• Biasanya, tokoh yang sedang melakukan soliloqui menghadap penonton.• Ia tidak secara khusus menyapa penonton, pronoun orang kedua atau gaya

imperative ditujukan kepada dirinya sendiri atau kepada orang lain yang tidak ada di panggung.

• Jadi penonton tidak disapa melainkan mendengar bahwa tokoh tersebut menyapa dirinya sendiri atau orang lain yang tidak ada di panggung.

• Gaya dan diksi soliloqui sama seperti gaya yang dipakai karakter tersebut dalam dialog. Karakter tersebut tidak berusaha untuk memodifikasi bahasanya. Ia hanya memperlihatkan bahwa ucapan-ucapan tersebut merupakan fenomena dari dalam dirinya.

• Isi soliloqui biasanya merupakan penjelasan atau komentar tentang situasi yang dialami si tokoh.

Page 8: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

SOLILOQUIKalau demikian, kapan sebuah pernyataan di dalam narasi bisa disebut soliloqui? Bilamana tokoh sedang melakukan soliloqui dalam narasi, pernyataan-pernyataan soliloqui tersebut ditulis dengan tanda petik “he (she) said”, dan setiap kalimat yang diucapkan oleh tiap tokoh selalu diberi tanda petik (quotation mark).

Oleh karena itu teknik soliloqui bisa dipakai pula dalam narasi, asal diberi tanda petik, tidak bebas, karena soliloqui harus bisa diketahui secara jelas sebagai ucapan tokoh, bukan sekedar pikiran tokoh. Mungkin, soliloqui lebih tepat digunakan sebagai suatu istilah yang merujuk pada narasi yang nonnaturalistik atau ekspresionistik.

Page 9: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

INTERIOR MONOLOGKesadaran seorang tokoh bisa direpresentasikan secara unmediated (langsung, tanpa perantara narator), walaupun fakta pengungkapan pikiran tokoh tersebut lebih menunjukkan adanya mediasi dibandingkan dengan rekaman pembicaraan verbal. Namun, sebagai konsep narasi, “consciousness” (kesadaran) perlu dipertimbangkan secara hati-hati dan terbatas, karena sering membingungkan.

Ada dua macam aktivitas mental yang kita kenal: yang verbal dan yang tidak. Dengan kata lain ada dua aktivitas mental yaitu kegiatan kognisi dan persepsi. Misalnya: pada saat kita sedang berjalan melewati mall, secara sadar kita mungkin berkata dalam hati “I must get milk and bread”. Namun, jarang sekali kita melakukan hal yang sama ketika kita melewati toko bunga, misalnya kita tidak akan mengatakan dalam hati “That rose is red” atau “Look at that red rose”. Pernyataan-pernyataan yang terakhir ini tidak dipikirkan secara verbal namun dirasakan (persepsi).

Page 10: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

INTERIOR MONOLOGSering dalam fiksi barat, kita tidak menjumpai quotation marks. Bahkan dalam fiksi terbaru, tanda petik juga dihilangkan. Maka yang ditemukan adalah bentuk direct free thought. Bentuk ini merupakan bentuk lain dari “interior monologue”. Ciri-cirinya adalah:

• Referensi pribadi karakter selalu menggunakan pronoun orang pertama.

• Waktu discourse sama dengan waktu cerita; di sini predikat yang merujuk kepada saat kini menggunakan present tense. Ini bukan merupakan “epic present” yang mengungkapkan masa lampau, tetapi benar-benar masa kitni yang merujuk pada waktu kontemporer sebuah tindakan. Memori dan referensi tentang masa lalu diceritakan dalam bentuk simple past, tidak menggunakan past perfect.

• Bahasa yang dipakai (idiom, diksi, kata dan pilihan sintaks) harus bisa dikenal sebagai ciri bahasa tokoh, walaupun ada suara narator yang terdengar.

• Allusi tentang segala pengalaman si tokoh tidak dijelaskan secara rinci, hanya sekedar apa yang dipikirkan tokoh saja.

• Jadi diasumsikan bahwa tidak ada pendengar/audience kecuali si tokoh yang sedang berpikir tersebut, juga tidak perlu narratee.

Page 11: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

INTERIOR MONOLOG

Ciri (1), (2), dan (4) bukan representasi khusus dari direct free thought. Ciri-ciri tersebut bisa kita temui juga pada bentuk lain seperti dramatic monologue, dialogue, dan soliloqui (namun tidak ada pada rekaman indirect free thought and speech, yang bisanya dimediasi oleh narrator).

Page 12: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

PEMBAHASAN

Page 13: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

Dramatik Monolog

Dalam novel The Bluest Eye karya Toni Morrison, terdapat beberapa dramatic monolog dan salah satunya adalah contoh berikut

“She went to your grandmaw’s. Left word for you to cut off the turnipsand eat some graham crakers till she got back. They in the kitchen”

Page 14: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

PembahasanBeberapa kalimat di atas merupakan dramatik monolog, dapat dilihat dari quotation yang digunakan pada kalimat tersebut. Disini Mr. Henry menjelaskan tentang keberadaan ibu mereka yaitu Mrs. MacTerr,jika Ibu mereka pergi ke rumah nenek untuk mengambil beberapa buah lobak dan menyuruh Claudia dan Frieda untuk memakan beberapa buah biscuit crakcers, sembari menunggu ibunya kembali dari rumah nenek. Disini terlihat bahwa Claudia dan Frieda tidak merespon (silenced character) ucapan dari Mr. Henry dan mereka menuruti ucapanya untuk menunggu ibu mereka kembali, itu mengapa kalimat diatas termasuk kedalam dramatic monolog. Dramatik monolog sendiri adalah Dramatik monolog terjadi bila satu tokoh berbicara dengan tokoh lain yang membisu dan Dramatik monolog sering ditulis dalam bentuk direct free speech (dalam bentuk present, memakai pronoun orang pertama tunggal dan tidak menggunakan quotation marks seperti “she said”).

Page 15: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

SOLILOQUI

Di dalam novel The Bluest Eye karangan Toni Morrison, terdapat beberapa soliloquy dan salah satu contohnya adalah paragraf berikut:

“When all us left from down home and was waiting down by the depot of the truck, it was nighttime. June bugs was shooting everywhere. They lighted up tree leaf, and I seen a streak of green every now and again. That was the last time I seen real June bugs. They’s something else, different. But I recollect that streak of green. I recollect it well.” (pg. 89)

Page 16: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

PembahasanPauline Williams yang saat itu akan pindah dari Alabama ke Kentucky menceritakan suasana di sekitar rumah yang akan Ia tinggalkan pada malam hari. Toni Morrison menuliskan pikiran Pauline tidak dengan gaya bahasanya, melainkan dengan gaya bahasa sang tokoh sendiri. Orang kulit hitam sejak dahulu memang diketahui tidak suka menggunakan gramatika yang baik dan benar. Kata-kata seperti ‘when all us left’, ‘I seen a streak of green’, dan ‘they’s something else’ merupakan beberapa contoh dari pernyataan sebelumnya. Pikiran Pauline yang dituliskan oleh Toni Morrison menggunakan gaya bahasa sang tokoh sendiri merupakan ciri-ciri soliloquy. Selain itu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, paragraf diatas merupakan tanggapan Pauline mengenai situasu yang tengah Ia alami. Ia tidak mengatakannya secara langsung; semua perkataan yang muncul di paragraph diatas hanya ada di pikiran sang tokoh. Bukti lain jika paragraf diatas merupakan soliloquy adalah penggunaan tanda petik yang mengindikasikan bahwa paragraf diatas bukan hanya pikiran sang tokoh saja namun juga perkataan sang tokoh dalam hati.

Page 17: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

Interior MonologTerdapat pula interior monolog salah satu contohnya adalah

We sat down and looked at the graham-cracker anthills we had made.“We better cut off the turnips. They’ll burn, and Mama will whip us,” she said.“I know.”“But if we let them burn, we won’t have to eat them.”“Heyy, what a lovely idea,” I thought“Which you want? A whipping and no turnips, or turnips and no whippings?”“I don’t know. Maybe we could burn them just a little so Mama and Daddy can eat them, but we can say we can’t. 

Page 18: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

PembahasanEkspresi pikiran, karakter, perasaan dan tayangan. Dan diasumsikan bahwa tidak ada seseorang pun yang mendengarnya, karena ia hanya berkata dalam hati. Atau biasanya disebut dengan dalam batin. Sehingga taka da seorangpun yang mengetahui. Cara langsung mengungkapkan pikiran tokoh dengan menganggapnya sebagai ujaran tersebut dengan quotaion marks dan disertai pentunjuk “I thought”ini adalah kutipan dari pikiran tokoh. Ungkapkan pikiran tokoh ditulis dalam quotation marks. Disitu tokoh sedang memikirkan apa ide bagusnya.

Page 19: I-PROSE: ANALISIS NOVEL THE BLUEST EYE MENGGUNAKAN TEORI SPEECH ACT JOHN AUSTIN

Terima Kasih..