28
Kelompok VI Perubahan Iklim Global | 1 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul Perubahan Iklim Global ”. Penulisan makalah ini berkaitan dengan perubahan iklim global yang dampaknya saat ini kerap kali kita rasakan. Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Allah SWT, dan dosen Geografi kami, karena tanpa bantuan dari mereka, kami tak mungkin bisa menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, agar mampu menyikapi perubahan iklim global yang saat ini terjadi di bumi secara bijak. Makassar, 9 Maret 2015 Penyusun

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena berkat limpahan rahmat-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Perubahan

Iklim Global”. Penulisan makalah ini berkaitan dengan perubahan iklim global

yang dampaknya saat ini kerap kali kita rasakan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

kami dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Allah SWT, dan dosen

Geografi kami, karena tanpa bantuan dari mereka, kami tak mungkin bisa

menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca, agar mampu menyikapi perubahan iklim global yang saat ini terjadi di

bumi secara bijak.

Makassar, 9 Maret 2015

Penyusun

Page 2: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 3

I.1 Latar Belakang .................................................................................... 3

I.2 Rumusan Masalah............................................................................... 4

I.3 Tujuan Masalah .................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 5

II.1 Perubahan Iklim ................................................................................. 5

II.2 Tanda-tanda perubahan iklim global ................................................. 6

II.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan iklim global .............. 9

II.4 Dampak terjadinya perubahan iklim global....................................... 16

II.5 Pengendalian perubahan iklim ........................................................... 21

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 26

III.1 Kesimpulan ....................................................................................... 26

III.2 Saran ................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKAN .................................................................................... 28

Page 3: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 3

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini

menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi bumi

selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib

bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat matahari menuju masa akhir hidupnya

sebagai bintang katai putih? Akankah bumi bertahan, ataukah masa tersebut

akan menjadi masa akhir kehidupan bumi.

Perubahan iklim memiliki hubungan dengan perubahan curah hujan,

ketersediaan air permukaan, dan kualitas air yang dapat berpengaruh pada Water

related disease. Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih

terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia

adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri.

Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti

pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar

dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan

secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya

akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia dan kehidupannya.

Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang

terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang

dilakukan dan telah berkembang pesat saat ini. Dampak negatif ini adalah

terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming yang

diantara beberapa akibatnya adalah perubahan iklim yang terjadi di bumi

sekarang ini.

Page 4: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 4

I.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah masalah perubahan

iklim global dan apa dampaknya bagi manusia. Rumusan masalah secara lebih

rinci dijelaskan sebagai berikut :

1. Apakah yang di maksud dengan Perubahan Iklim ?

2. Apakah tanda-tanda perubahan iklim global ?

3. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan iklim global ?

4. Apakah dampak dari perubahan iklim global ?

5. Bagaimanakah pengendalian perubahan iklim ?

I.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Perubahan Iklim

2. Mengetahui tanda-tanda perubahan iklim global

3. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan iklim

global

4. Mengetahui dampak dari perubahan iklim global

5. Mengetahui bagaimana cara pengendalian perubahan iklim

Page 5: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 5

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Perubahan Iklim

Perubahan iklim menurut Wikipedia adalah perubahan yang terjadi

secara signifikan mengenai pola cuaca yang dihitung berdasarkan angka

statistik dalam rentang waktu puluhan hingga ratusan tahun lamanya.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadi perubahan iklim seperti proses

biologis, radiasi sinar matahari, tekanan tektonik, erupsi gunung berapi, dan

masih banyak lagi.

Sedangkan perubahan iklim menurut Enviromental Protection

Agency (EPA) adalah perubahan iklim secara signifikan yang terjadi pada

periode waktu tertentu. Dengan kata lain, perubahan iklim juga bisa

diartikan sebagai perubahan suhu yang drastis, curah hujan, pola angin, dan

lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa suhu bumi berubah satu derajat

dalam tempo 100 tahun terakhir.

Pengertian perubahan iklim menurut situs Pemerintah Kanada

adalah perubahan kondisi cuaca dalam kurun waktu yang relatif panjang di

dalam temperatur/suhu, curah hujan, angin dan juga indikasi- indikas i

lainnya. Perubahan iklim termasuk juga perubahan kondisi rata-rata (yang

umumnya terjadi) atau perubahan di dalam variabelnya misalnya seperti

kejadian-kejadian ekstrem. Kejadian-kejadian luar bisa tersebut mungk in

tidak ada sebelumnya dan kondisi alam tar kinilah yang menyebabkan

semua itu terjadi.

Definisi perubahan iklim menurut situs Pemerintah Victoria,

Australia adalah berubahnya iklim yang ada di bumi ini dalam satu abad ke

belakang ini. Meningkatnya suhu / temperatur udara di bumi ini merupakan

bukti kuat dan nyata bahwa iklim di bumi ini sedang dalam perubahan.

Sama halnya dengan pemanasan global, perubahan iklim juga merupakan

Page 6: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 6

isu yang sedang hangat diperbincangkan saat ini. Perubahan iklim

berpotensi mempengaruhi lingkungan, komunitas dan juga ekonomi kita.

Pengertian perubahan iklim menurut situs terkemuka ecolife.com

adalah perubahan pola iklim dalam jangka waktu yang relatif lama dalam

lingkup regional ataupun global. Global warming merupakan salah satu

aspek yang menyebabkan perubahan iklim, global warming sendiri berarti

meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi. Aspek-aspek lainnya yang

menjadi penyebab terjadinya perubahan iklim adalah perubahan cuaca,

curah hujan, kelembaban udara, sinar UV dan masih banyak lagi.

II.2 Tanda-tanda perubahan iklim global

Beberapa tanda terjadinya perubahan iklim di antaranya adalah

tidak menentunya pergantian musim dari penghujan ke kemarau, pola

terbang burung, suhu dunia yang semakin memanas dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri, tanda-tanda perubahan iklim akibat pemanasan

global telah lama terlihat. Misalnya, sudah beberapa kali ini kita mengalami

musim kemarau yang panjang. Tahun 1982-1983, 1987 dan 1991, kemarau

panjang menyebabkan kebakaran hutan yang luas. Hampir 3,6 juta hektar

hutan habis di Kalimantan Timur akibat kebakaran tahun 1983. Musim

kemarau tahun 1991 juga menyebabkan 40.000 hektar sawah dipusokan dan

produksi gabah nasional menurun drastis dari 46,451 juta ton menjadi

44,127 juta ton pada tahun 1990. Akibatnya, pemerintah Indonesia yang

sudah mencapai swasembada beras sejak 1984, terpaksa mengimpor beras

dari India, Thailand dan Korea Selatan seharga Rp 200 miliar.

Tanda-tanda perubahan iklim juga terlihat pada kondisi beberapa

pulau di Kalimantan Timur, khususnya di pulau Tarakan. Udara yang

semakin panas serta sulitnya mendapatkan air bersih dirasakan oleh seluruh

penduduk Tarakan yang mayoritas bermukim di kawasan pesisir. Tidak

hanya itu, kawasan hutan lindung di Tarakan sudah melebihi dari 30 persen

Page 7: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 7

yang diprogramkan pemerintah kota. Namun hal tersebut baru sebatas luas

kawasannya, bukan pada keberadaan hutannya. Kawasan hutan pantai juga

sudah mulai hilang perlahan dan digantikan sebagai lahan aktifitas manusia

sehingga ikut menyebabkan perubahan iklim.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi hubungan

antara manifes kesehatan dan pajanan oleh perubahan curah hujan,

ketersediaan, dan kualitas air:

1. Hubungan antara ketersediaan air, akses air bersih di perumahan dan

beban kesehatan akibat penyakit diare.

2. Peran curah hujan ekstrem (lebatnya curah hujan dan kekeringan)

dalam memfasilitasi kejadian luar biasa Water Bone disease lewat

suplai air lewat jaringan pipa ataupun air permukaan

3. Efek suhu dan runoff dengan kontaminasi bahan kimia dan

mikrobiologi pada ari pantai, tempat rekreasi, dan air permukaan.

4. Efek langsung suhu pada insiden diare

Hoetomo menyebutkan bahwa perubahan iklim di Indonesia

ditandai oleh munculnya musim kemarau yang berkepanjangan yang

mengakibatkan terjadinya kekeringan dan meningkatnya potensi kebakaran

hutan. Namun saat memasuki musim penghujan, turunnya hujan

berlangsung lebih cepat dengan intensitas curah hujan yang tinggi yang

mengakibatkan banjir dan tanah longsor.

Pemanasan yang terjadi pada sistem iklim bumi merupakan hal yang

jelas terasa, seiring dengan banyaknya bukti dari pengamatan kenaikan

temperatur udara dan laut, pencairan salju dan es di berbagai tempat di

dunia, dan naiknya permukaan laut global.

Secara langsung maupun tidak langsung, angin dan awan di

permukaan bumi terkait dengan matahari. Panas dari matahari

memproduksi perbedaan temperatur, yang mengarahkan pada perbedaan

temperatur. Dan angin selalu bergerak dari tekanan tinggi ke rendah.

Page 8: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 8

Laut menjadi tempat penyimpanan panas matahari, dan arus laut

global menggerakkan energi yang tersimpan tersebut, menyebabkan adanya

iklim global, dari angin sepoi-sepoi sampai adanya badai lautan. Studi

mengenai perubahan kecerahan matahari, memunculkan dugaan adanya

kaitan dengan perubahan iklim. Meskipun masih lebih dipercaya bahwa

perubahan iklim lebih disebabkan karena peningkatan kadar karbon

dioksida di bumi, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa matahari pun

memberikan sumbangan pada perubahan iklim.

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi

berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca adalah keadaan

atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara lain suhu,

tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, di suatu tempat

atau wilayah selama kurun waktu yang pendek (menit, jam, hari, bulan,

musim, tahun). Sementara iklim didefinisikan sebagai Peluang statistik

berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban,

yang terjadi di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang

(Gibbs,1987).

Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan

suatu konsep yang abstrak, di mana iklim merupakan komposit dari keadaan

cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan

tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Iklim bukan hanya sekedar

cuaca rata-rata, karena tidak ada konsep iklim yang cukup memadai tanpa

ada apresiasi atas perubahan cuaca harian dan perubahan cuaca musiman

serta suksesi episode cuaca yang ditimbulkan oleh gangguan atmosfer yang

bersifat selalu berubah, meski dalam studi tentang iklim penekanan

diberikan pada nilai rata-rata, namun penyimpangan, variasi dan keadaan

atau nilai-nilai yang ekstrim juga mempunyai arti penting. Indonesia

mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun ke

beradaannya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik.

Page 9: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 9

II.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan iklim global

1. Para ahli menyatakan bahwa penyebab utama terjadinya perubahan iklim

adalah terjadinya pemanasan global akibat gas rumah kaca (GRK).

Hal yang menyebabkan emisi GRK menjadi masalah yang besar

adalah karena dalam jangka panjang, bumi harus melepaskan energi dengan

laju yang sama ketika bumi menerima energi dari matahari. Selubung GRK

yang lebih tebal akan membantu untuk mengurangi hilangnya energi ke

angkasa, sehingga sistem iklim harus menyesuaikan diri untuk

mengembalikan keseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang

keluar. Proses ini disebut sebagai “efek GRK yang semakin besar”.

Meningkatnya pemanasan, sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan

tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850.

Tingkat pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua

kali lipat dari rata-rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata-rata global

naik sebesar 0.74°C selama abad ke-20, Diana pemanasan lebih dirasakan

pada daerah daratan daripada lautan.

2. Jumlah karbondioksida yang lebih banyak di atmosfer

Karbondioksida adalah penyebab palang dominan terhadap adanya

perubahan Lim saat ini dan konsentrasinya di atmosfer telah naik dari masa

pra-industri yaitu 278 ppm (parts-permillion) menjadi 379 ppm pada tahun

2005

3. Lebih banyak air, tetapi penyebarannya tidak merata

Adanya peningkatan presipitasi pada beberapa dekade terakhir telah

diamati di bagian Timur Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa Utara,

Asia Utara serta Asia Tengah. Akan tetapi pada daerah Sahel, Mediteranian,

Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami pengurangan

presipitasi. Sejak tahun 1970 telah terjadi kekeringan yang lebih kuat dan

lebih lama.

Page 10: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 10

4. Kenaikan permukaan laut

Saat ini dilaporkan tengah terjadi kenaikan muka laut dari abad ke-

19 hingga abad ke-20, dan kenaikannya pada abad 20 adalah sebesar 0,17

meter. Pengamatan geolog mengindikasikan bahwa kenaikan muka laut

pada 2.000 tahun sebelumnya jauh lebih sedikit daripada kenaikan muka

laut pada abad ke 20. Temperatur rata-rata laut global telah meningkat pada

kedalaman paling sedikit 3.000 meter.

5. Pengurangan tutupan salju

Tutupan salju semakin sedikit di beberapa daerah, terutama pada

saat musim semi. Sejak 1900, luas maksimum daerah yang tertutup salju

pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi

Utara dan sungai-sungai akan lambat membeku (5.8 hari lebih lambat

daripada satu abad yang lalu) dan mencair lebih cepat 6.5 hari.

6. Gletser yang mencair

Pegunungan gletser dan tutupan salju rata-rata berkurang pada

kedua belahan bumi dan memiliki kontribusi terhadap kenaikan muka laut

sebesar 0.77 milimeter per tahun sejak 1993 – 2003. Berkurangnya lapisan

es di Greenland dan Amerika berkontribusi sebesar 0.4 mm per tahun untuk

kenaikan muka laut (antara 1993 – 2003).

7. Benua Arktik menghangat

Temperatur rata-rata Benua Arktik mengalami peningkatan hingga

mencapai dua kali lebih dari temperatur rata-rata seratus tahun terakhir.

Data satelit yang diambil sejak tahun 1978 menunjukkan bahwa luas laut es

rata-rata di Arktik telah berkurang sebesar 2.7% per dekade.

8. Perubahan iklim terjadi karena perubahan keseimbangan lingkungan.

Meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (uap, air, CO2, NOx,

CH4, dan O3) di atmosfer akibat aktivitas pembakaran bahan bakar fosil oleh

manusia menyebabkan terbentuknya semacam selimut tak tampak mata

yang mengurung gelombang panas sinar matahari yang dipantulkan oleh

permukaan bumi. Efeknya adalah permukaan bumi semakin memanas dan

pada akhirnya memicu perubahan iklim.

Page 11: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 11

9. Iklim menyesuaikan diri terhadap selubung GRK yang lebih tebal dengan

“pemanasan global” pada permukaan bumi dan atmosfer bagian bawah.

Kenaikan temperatur tersebut diikuti oleh perubahan-perubahan

lain, seperti tutupan awan dan pola angin. Beberapa perubahan ini dapat

mendukung terjadinya pemanasan (timbal balik positif), sedangkan yang

lainnya melakukan hal yang berlawanan (timbal balik negatif). Berbagai

interaksi tersebut sangat menyulitkan para ahli untuk menentukan secara

tepat bagaimana iklim akan berubah dalam beberapa dekade ke depan.

10. Penggunaan lahan dan berubahnya vegetasi alami juga ikut berkontribus i

menyebabkan perubahan iklim.

Perubahan vegetasi menyebabkan variasi karakteristik permukaan

bumi seperti albedo (kemampuan memantulkan) dan roughness (ketinggian

vegetasi) mempengaruhi keseimbangan energi permukaan bumi lewat

gangguan evapotranspirasi. Selain itu, perubahan vegetasi juga dapat

mempengaruhi suhu, laju presipitasi, dan curah hujan di suatu regional.

Perubahan iklim pada hakikatnya adalah sebuah keniscayaan. Iklim

bumi bersifat dinamis dan senantiasa berubah melalui siklus alamiah.

Perubahan ini dapat dideteksi dan diteliti oleh para pakar melalui bukti-

bukti ilmiah yang tersimpan dalam lingkaran-lingkaran kambium pohon,

inti lapisan es dan endapan lautan. Nyata sekali bahwa perubahan iklim

dewasa ini nampak memiliki sebuah kecenderungan yang bersifat konstan,

yakni meningkatnya temperatur global.

Pada Februari 2007, IPCC mengumumkan temuannya yang

menyatakan secara konklusif bahwa:

1. Pemanasan global sedang terjadi

2. Peningkatan temperatur global adalah dampak dari aktifitas manus ia

3. Dengan tren yang ada sekarang, temperatur yang bersifat ekstrem,

gelombang panas, dan hujan lebat akan terus mengalami

peningkatan frekuensi. Temperatur bumi dan lautan akan terus

meningkat dalam milenium selanjutnya.

Page 12: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 12

Mengapa aktivitas manusia menjadi penyebab utama perubahan

iklim? Jawabannya terletak pada efek gas rumah kaca (GERK). Aktivitas

atau kegiatan manusia yang menjadi sumber meningkatnya gas rumah kaca

yang menyebabkan pemanasan global adalah sebagai berikut:

1. Peternakan

Kegiatan peternakan, seperti: pemeliharaan ayam, sapi, babi,

dan hewan-hewan ternak lainnya. Kegiatan peternakan memberi

sumbangan pemanasan global sekitar 18%. Dalam laporan PBB

(FAO) yang berjudul Livestock's Long Shadow: Enviromenta l

Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat

bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca

yang terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi

gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emis i

gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9 % karbon dioksida,

37% gas metana (efek pemanasannya 72 kali lebih kuat dari CO2),

65 % nitro oksida (efek pemanasan 296 kali lebih kuat dari CO2),

serta 64% amonia penyebab hujan asam. Peternakan menyita 30%

dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi dan 33% dari area

tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak.

Peternakan juga penyebab dari 80% penggundulan Hutan Amazon.

Sedangkan laporan yang baru saja dirilis World Watch Institut

menyatakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sedikitnya

51 % dari pemanasan global.

2. Pembangkit Energi

Sektor energi merupakan sumber penting gas rumah kaca,

khususnya karena energi dihasilkan dari bahan bakar fosil, seperti

minyak, gas, dan batu bara, di mana batu bara banyak digunakan

untuk menghasilkan listrik. Sumbangan sektor energi terhadap emisi

gas rumah kaca mencapai 25,9%.

Page 13: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 13

3. Transportasi

Asap kendaraan bermotor, pembakaran bahan bakar fosil

pada kegiatan transportasi seperti: mobil, sepeda motor, truk-truk

besar, pesawat terbang, dan semua sarana transportasi lainnya.

Sumbangan seluruh sektor transportasi terhadap emisi GRK

mencapai 13,1%. Sumbangan terbesar terhadap perubahan iklim

berasal dari transportasi darat (79,5%), disusul kemudian oleh

transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan terakhir kereta

api (0,5%).

4. Industri

Gas buangan industri, penggunaan bahan bakar fosil

memberikan sumbangan terhadap emisi gas rumah kaca mencapai

19,4%. Sebagian besar sumbangan kegiatan industri berasal dari

penggunaan bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik atau dari

produksi C02secara langsung sebagai bagian dari pemrosesannya,

misalnya saja dalam produksi semen. Hampir semua emisi gas

rumah kaca dari sektor ini berasal dari industri besi, baja, kimia,

pupuk, semen, kaca dan keramik, serta kertas.

5. Alih Fungsi Hutan

Penebangan hutan yang menyebabkan penyerapan CO2 oleh

tumbuhan berkurang ,karena CO2 adalah bahan baku dalam proses

fotosintesis (illegal logging, pabrik kertas, furniture berbahan dasar

kayu, ekspor kayu, dsbnya). Kebakaran hutan, selain memilik i

dampak yang sama dengan penebangan hutan, pembakaran hutan

juga melepaskan CO2 hasil pembakaran (pembukaan lahan baru,

pembukaan lahan pertanian, dsbnya). Alih fungsi lahan hutan akibat

penebangan ataupun kebakaran tersebut menjadi penyumbangan

emisi GRK sebesar 17.4%.

6. Kegiatan Pertanian

Kegiatan pertanian memberi sumbangan terhadap emisi gas

rumah kaca sebesar 13,5%. Sumber emisi gas rumah kaca pertama-

Page 14: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 14

tama berasal dari pengerjaan tanah dan pembukaan hutan.

Selanjutnya, berasal dari penggunaan bahan bakar fosil untuk

pembuatan pupuk dan zat kimia lain. Penggunaan mesin dalam

pembajakan, penyemaian, penyemprotan, dan pemanenan

menyumbang banyak gas rumah kaca. Yang terakhir, emisi GRK

berasal dari pengangkutan hasil panen dari lahan pertanian ke pasar.

7. Hunian dan Bangunan Komersial

Hunian dan bangunan bertanggung jawab sebesar 7,9%.

Namun, bila dipandang dari penggunaan energi, maka hunian dan

bangunan komersial bisa menjadi sumber emisi gas rumah kaca yang

besar. Misalnya saja dalam penggunaan listrik untuk

menghangatkan dan mendinginkan ruangan, pencahayaan,

penggunaan alat-alat rumah tangga, maka sumbangan sektor hunian

dan bangunan bisa mencapai 30%. Konstruksi bangunan juga

mempengaruhi tingkat emisi GRK. Sebagai contohnya, semen,

menyumbang 5% emisi GRK.

8. Sampah

Limbah sampah menyumbang 3,6% emisi gas rumah kaca.

Sampah yang dimaksud bisa berasal dari sampah yang menumpuk

di Tempat Pembuangan Sampah (2%) atau dari air limbah atau jenis

limbah lainnya (1,6%). Gas rumah kaca yang berperan terutama

adalah metana, yang berasal dari proses pembusukan sampah

tersebut.

Pemanfaatan energi secara berlebihan, terutama energi fosil,

merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim secara

global. Revolusi Industri di abad 19 memulai penggunaan bahan

bakar secara besar-besaran untuk aktivitas industri. Industri- indus tr i

tersebut menciptakan lapangan pekerjaan dan memicu relokasi

penduduk dari desa ke kota. Tren ini bahkan berlanjut sampai

sekarang. Lahan yang tadinya hijau terus diratakan untuk

menyediakan tanah bagi perumahan. Sumber daya alam yang ada

Page 15: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 15

terus digunakan secara intensif untuk kebutuhan konstruksi,

industri, transportasi dan konsumsi. Hutan yang semakin rusak, baik

karena kejadian alam maupun penebangan liar, juga menambah

jumlah GRK yang dilepaskan ke atmosfer secara signifikan serta

fungsi hutan sebagai penyerap emisi GRK.

Selain itu pertanian dan peternakan serta sampah yang

mengalami peningkatan debit volume berlipat ganda sangat berperan

sebagai penyumbang GRK berupa gas metana (CH4) yang ternyata

memiliki potensi pemanasan global 21 kali lebih besar daripada gas

karbondioksida (CO2).

Seluruh hal di atas berujung di satu hal yakni meningkatnya

konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer bumi. Mereka disebut demikian

karena efek yang ditimbulkan menyerupai lapisan kaca dari sebuah rumah

kaca. Matahari tetap leluasa memancarkan radiasi ke bumi, namun pantulan

radiasi tersebut oleh permukaan bumi terperangkap oleh gas-gas rumah kaca

tadi. Selanjutnya, lapisan bawah atmosfer bumi secara lambat tapi pasti,

mengalami peningkatan temperatur.

Sejatinya, efek rumah kaca seperti ini adalah sebuah proses alamiah

yang penting demi memungkinkan kehidupan di atas bumi. Tanpanya, bumi

akan menjadi sebuah tempat yang tak mungkin ditinggali oleh sebagian

besar makhluk hidup yang ada sekarang. Masalahnya terletak pada manusia

yang menyebabkan peningkatan pemanasan global melalui emisi GRK ke

atmosfer bumi. Inilah yang mengubah keseimbangan alami efek rumah

kaca. Semakin banyak gas rumah kaca yang diproduksi, semakin banyak

radiasi matahari yang “terperangkap” di lapisan atmosfer kita. Fenomena

inilah yang sekarang sedang terjadi yaitu pemanasan global pada lapisan

bawah atmosfer karena terus meningkatnya akumulasi emisi gas rumah

kaca.

Page 16: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 16

II.4 Dampak terjadinya perubahan iklim global

Perubahan iklim dapat mempengaruhi banyak hal, seperti di jelaskan di

bawah ini.

1. Kondisi perubahan iklim global yang terjadi saat ini telah menimbulkan

dampak negatif bagi masyarakat luas dengan munculnya krisis persediaan

makanan akibat tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih dan

meluasnya penyebaran penyakit tropis, malaria, demam berdarah dan diare.

2. Ketika perubahan iklim datang, maka kesehatan manusia akan berada dalam

ketidakpastian waktu. Kasus bisa terjadi sewaktu-waktu dengan kuantitas

dan kualitas dampak yang juga tidak dapat dipastikan. Sistem pelayanan

kesehatan akan menemui berbagai macam tantangan yang rumit seperti

naiknya biaya pelayanan kesehatan, komunitas yang mengalami penuaan

dini, dan berbagai tantangan lainnya sehingga strategi pencegahan yang

efektif sangat dibutuhkan.

3. Aktivitas antropogenik lain, di antaranya adalah bencana alam yang dapat

terjadi karena perubahan vegetasi di antaranya adalah banjir, munculnya

heatstroke akibat gelombang panas yang tidak diserap karena hilangnya

vegetasi alami, tsunami, keseringan All. Peningkatan permukaan air laut ini

menyebabkan tenggelamnya beberapa daerah presisi dan pulau-pulau kecil,

termasuk di Indonesia.

4. Selain itu, tambah Hoetomo, perubahan iklim juga menyebabkan hilangnya

jutaan spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan kondisi

perubahan suhu.

5. Perubahan iklim juga menyebabkan kemunculan dini musim semi serbuk

sari di belahan bumi utara. Sangat beralasan jika menyimpulkan bahwa

penyakit alargen disebabkan oleh serbuk sari seperti alergi rinitis seiring

ditemuinya kejadian tersebut bersamaan dengan perubahan musim tersebut.

6. Perubahan iklim dapat mengubah kualitas air, udara, makanan; ekologi

vektor; ekosistem, pertanian, industri, dan perumahan. Semua aspek

tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas

Page 17: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 17

hidup manusia. Perubahan iklim telah menciptakan suatu rangkaian

kausalitas kompleks yang berujung pada dampak kesehatan. Misalnya saja,

kualitas dan suplai makanan. Variabel ini sangat dipengaruhi oleh iklim.

Bagaimana keteraturan iklim telah membuat petani tahun kapan waktu yang

tepat untuk menebarkan benih, memupuk, dan memanen lahannya. Saat

iklim berubah, cuaca juga berubah. Kekeringan dan banjir dapat datang

sewaktu-waktu. Mungkin petani masih bisa memanfaatkan air tanah. Akan

tetapi, seperti telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, aktivitas

antropogenik manusia telah mengubah wajah vegetasi bumi. Kualitas dan

kuantitas air tanah dan permukaan Jim juga berada dalam ancaman.

Perubahan cuaca, kelembaban, suhu udara, arah dan kekuatan angin juga

mempengaruhi perilaku hama.

7. Dampak lainnya adalah pengaruh perubahan iklim terhadap perilaku vektor

penyebab penyakit. Vector Bome Disease (VBD) adalah penyakit menular

yang ditransmisikan oleh gigitan infeksi spesies-spesies anthropoda,

misalnya nyamuk, lalat, kutu, kepinding, dan sebagainya. Di timur laut

Amerika, ditemukan bukti respons genetik (mikro evolusioner) dari spesies

nyamuk Wyeomia smithii untuk meningkatkan jumlah mereka dan mereka

dalam dua dekade ini muncul di musim semi lebih awal. Walaupun spesies

itu bukan merupakan vektor yang dapat menyebarkan penyakit ke manusia,

tetapi spesies ini memiliki hubungan yang dekat dengan spesies vektor

arbovirus lainnya yang dimungkinkan mengalami perubahan/evo lus i

genetis juga. Selain itu perubahan distribusi geografis vektor sandfly

dilaporkan terjadi di Eropa Selatan. Akan tetapi, belum ada penelitian yang

spesifik meneliti kausa perubahan distribusi tersebut. Virus berbasis vektor

lainnya yang paling menjadi pusat perhatian seluruh dunia dalang dengue.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa ada hubungan antara kondisi spasial

temporal, atau pola spasiotemporal terhadap dengue dan iklim. Telah

diketahui bahwa curah hujan yang tinggi serta suhu yang hangat dapat

meningkatkan transmisi virus ini. Akan tetapi, diketahui juga bahwa kasus

dapat terjadi dalam jumlah yang sama di musim kemarau asal terdapat

Page 18: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 18

cukup tempat penyimpanan air yang desibel menjadi breeding site nyamuk

(Confalonieri dik, 2007: 403).

8. Dampak di masa depan. Banyak sistem alam, pada semua benua dan di

beberapa lautan, terpengaruh oleh perubahan iklim regional terutama

adanya kenaikan temperatur.

a. Komunitas komunitas yang kurang mampu adalah yang paling

rentan terhadap dampak dari perubahan iklim

b. Tinggi muka laut rata-rata global diproyeksikan naik sebesar 28-58

cm akibat adanya perluasan lautan dan pencairan gletser pada akhir

abad ke 21 (dibandingkan dengan tinggi muka laut pada 1989 –

1999)

c. 20-30% spesies akan menghadapi resik kepunahan lebih besar

d. Akan terjadi gelombang panas yang lebih kuat, pola-pola angin baru,

kekeringan yang semakin parah di beberapa daerah dan

bertambahnya presipitasi di daerah lainnya

9. Dampak regional. Akan sangat sulit untuk mengantisipasi perubahan iklim

pada skala regional daripada skala global. Namun, telah dilakukan langkah-

langkah untuk itu, dan para ahli telah menyimpulkan beberapa hal sebagai

berikut.

a. Afrika

Sangat rentan terhadap perubahan iklim dan variabilitas

iklim karena banyaknya kelaparan, kelembagaan yang lemah,

bencana, dan konflik. Kekeringan telah menyebar dan semakin

intensif terjadi sejak tahun 1970, dan daerah Sahel serta Afrika

Selatan kini menjadi lebih kering selam abad ke-20. Ketersediaan

air dan produksi agrikultur sangat terancam oleh keadaan ini. Basil

panen di beberapa negara Afrika dapat turun hingga 50% pada 2020,

dan beberapa daerah pertanian besar akan terpaksa berhenti

berproduksi. Hutan, Padang rumput, dan ekosistem alami lainnya

telah berubah, terutama di bagian Selatan Afrika. Kemudian pada

Page 19: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 19

tahun 2080, jumlah daratan Farid dan semi-arid akan meluas sebesar

5-8%.

b. Antartika

Benua ini merupakan daerah yang suit untuk dianalisis dan

diprediksi. Kecuali pemanasan di Antartika di Peninsula, temperatur

dan salku yang turun di benua ini terhitung relatif konstan pada 50

tahun terakhir. Benua Antartika memiliki hampir 90% dari air bersih

di bumi, sehingga para peniti mengawasi dengan cermat jika ada

tanda-tanda pencairan gletser maupun lapisan es pada benua ini.

c. Arktik

Temperatur rata-rata di Arktik telah mengalami peningkatan

dua kali lebih cepat dari rata-rata global dalam 100 tahun terakhir.

Luas rata-rata laut es di Arktik telah berkurang sebanyak 2.7% per

dekade dan banyak daerah di Lautan Arktik yang kehilangan “es

sepanjang tahun”nya pada akhir abad ke-21 jika emisi yang

dikeluarkan oleh manusia mencapai prediksi maksimum saat ini.

Arktik juga sangat penting sebab perubahan di daerah ini akan

memberikan implikasi skala global. Sebagai contoh, ketika es dan

salju mencair, albedo (reflektifitas) bumi akan menurun, sehingga

memerangkap panas yang seharusnya dipantulkan dan memanaskan

permukaan bumi lebih besar dari kondisi normal.

d. Asia

Lebih dari satu miliar orang dapat terpengaruh oleh adanya

kekurangan persediaan air, terutama di lembah sungai-sungai besar

pada 2050. Pencairan gletser di Himalaya, yang diprediksi akan

meningkatkan kejadian banjir dan longsor, akan mempengaruhi

sumber daya air pada dua hingga tiga dekade ke depan. Daerah

pantai, terutama daerah mega-delta region yang padat penduduk,

akan berisiko terkena banjir akibat kenaikan muka laut, dan juga dari

luapan sungai.

Page 20: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 20

e. Australia dan New Zealand

Meningkatnya tekanan dalam ketersediaan air dan pertanian,

ekosistem alami yang berubah, tutupan salju Muslimah yang

semakin berkurang dan berkurangnya gletser. Selama beberapa

dekade terakhir telah terjadi lebih banyak gelombang panas (heat

waves), sedikit hujan es dan lebih banyak hujan di bagian barat laut

Australia dan barat daya New Zealand; sedikit hujan di bagian

selatan dan timur Australia serta timur laut New Zealand; dan

peningkatan intensitas kekeringan Australia. Iklim pada abad ke-21

akan lebih padas dengan frekuensi dan intensitas gelombang panas,

kebakaran, banjir, tanah longsor, kekeringan dan storm surge yang

lebih besar.

f. Eropa

Gletser dan es abadi mulai mencair, musim tanam menjadi

semakin panjang dan cuaca ekstern – seperti gelombang panas besar

tahun 2003 – lebih sering terjadi. Para peneliti mengatakan bahwa

bagian utara Eropa akan mengalami musim dingin yang lebih

hangat, presipitasi yang lebih besar, meluasnya hutan dan

produktivitas pertanian yang lebih besar, sedangkan bagian selatan

Eropa (di dekat Mediteranian) akan mengalami musim panas yang

lebih panas, pengurangan presipitasi, lebih banyak kekeringan,

pengurangan luas hutan dan penurunan produktivitas pertanian.

Eropa banyak terdiri dari daerah dataran rendah dekat pantai yang

sangat rentan terhadap naiknya muka laut, dan banyak tumbuhan,

reptil, amfibi, serta spesies lainnya akan terancam pindah pada akhir

abad ini.

g. Amerika Latin

Hutan tropis di bagian timur Amazon dan bagian selatan

serta Meksiko tengah diprediksi akan berubah menjadi savana.

Sebagian daerah bagian timur laut Brazil serta sebagian besar

Meksiko tengah dan utara akan menjadi lebih kering (arid)

Page 21: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 21

disebabkan oleh kombinasi antara perubahan iklim dan manajemen

lahan oleh manusia. Pada 2050, 50% dari lahan pertanian

diperkirakan akan perlahan berubah menjadi gurun dan mengalami

salinitas.

h. Amerika utara

Perubahan iklim akan mempengaruhi sumber daya air,

sedangkan saat ini sumber ada air telah terdesak oleh kebutuhan

penggunaan air dari pertanian, industri, dan kota-kota. Kenaikan

temperatur akan lebih lanjut mengurangi jumlah salju di

pegunungan dan meningkatkan evaporasi. Sehingga mengubah

ketersediaan air musiman. Penurunan muka air danau-danau serta

sungai-sungai besar akan mempengaruhi kualitas air, navigas i,

rekreasi dan kapasitas pembangkit listrik tenaga air. Kebakaran

hutan dan menjangkitnya serangga akan terus berkembang dengan

memanasnya bumi dan tanah yang kering. Selama abad ke-21,

kecenderungan bagi spesies-spesies untuk berpindah ke utara dan ke

ketinggian akan menyusun ulang ekosistem Amerika Utara.

i. Negara-negara di Pulau Kecil

Sangat rentan terhadap perubahan iklim, luasnya yang

terbatas mengakibatkan mudah terjadi bencana alam, terutama

berkaitan dengan naiknya muka laut dan ancaman terhadap

ketersediaan air bersih.

II.5 Pengendalian perubahan iklim

1. Metode Pengendalian Perubahan Cuaca dan Iklim di Negara-Negara

Berkembang

Secara umum, ada tiga cara yang mulai dikembangkan saat ini untuk

mengendalikan karbon, karena karbon adalah domain utama yang menjadi

penyebab perubahan iklim. Tiga cara tersebut di antaranya adalah CDM

(Clean Development Mechanism), REDD (Reduced Emission from

Page 22: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 22

Deforestation on Development Country), dan CCS (Carbon Capture and

Storage).

a. Clean Development Mecahnism (CDM)

CDM merupakan salah satu mekanisme yang terdapat dalam

Protokol Kyoto. Mekanisme CDM merupakan satu-satunya mekanisme

yang melibatkan negara berkembang, di mana negara maju dapat

menurunkan emisi gas rumah kacanya dengan mengembangkan proyek

ramah lingkungan di negara berkembang. Mekanisme ini sendiri pada

dasarnya merupakan perdagangan karbon, di mana negara berkembang

dapat menjual kredit penurunan emisi kepada negara yang memilik i

kewajiban untuk menurunkan emisi, yang disebut negara Annex I. Akan

tetapi, mekanisme perdagangan kabin ini mengalami tantangan.

Almuth Ernsting dalam tulisannya yang berjudul “Reduce Emission

From Deforestation: Can Carbon Trading Save Our Ecosystem?”

mengemukanan fakta bawah dana hasi CDM memang dialokasikan

untuk reboisasi. Akan tetapi, reboisasi yang dilakukan tidak benar-benar

dapat mengembalikan ekosistem yang rusak. Selama ini reboisasi yang

dilakukan menggunakan monokultur-tree Plantation yang artinya

dilakukan penanaman kembali lahan yang gundul dengan satu jenis bibit

pohon. Hal tersebut dianggap memberikan efek buruk terhadap

lingkungan dan komunitas di sekitar hutan yang rusak karena reboisasi

yang dilakukan hanya sekedar menghijaukan, tetapi tidak mampu

mengembalikan kualitas ekosistem. Oleh karena itu, dia mengusulka n

untuk mengintegrasikan CDM dengan REDD.

b. Reduced Emission from Deforestation on Development Country

(REDD)

REDD adalah cara mereduksi karbon dengan jalan mengatur laju

deforestasi. Mekanisme ini sebenarnya tidak mutlak menganggap CMD

buruk. Pelaksanaan REDD dapat dilaksanakan bersama dengan

pelaksanaan CDM yang sudah berlangsung. Hanya saja, dana hasil CDM

sebagian dipisahkan untuk biaya perawatan atau pelestarian hutan yang

Page 23: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 23

masih ada. Dalam publikasi ilmiah Yan diadakan UNFCCC pada Mei

2007, disebutkan bahwa opsi yang digunakan dikenal dengan sebutan 50-

50-50. Artinya, mengurangi laju deforestasi hingga 50% pada tahun 2050

sambil mempertahankan laju deforestasi pada kisaran tersebut dikalim

akan menyelamatkan 50 miliyar ton emisi karbon. Gambaran ini didapat

dengan menggunakan Stern Review. Memang, Stern Review tidak

merekomendasikan gambaranya nyata apa pun dalam mengurangi laju

deforestasi. Akan tetapi, Stern menyatakan bahwa dengan tujuan

menstabilkan kadar emisi CO2 pada angka 450 ppm, maka akan dicari

cara dekarbonisasi yang cepat dan lengkap lewat emisi energi

nontransportasi, menghentikan deforestasi, dan intensifikasi substansi

aktivitas penyitaan aset. Dengan mencoba untuk mengendalikan laju

deofrestasi amasalh mendasar dari pendekatan bak kritis dapat ditutup.

Sementara itu, hasil pertemuan di Bali beberapa bulan yang lalu

mengisyaratkan bahwa REDD akan fokus pada penilaian perubahan

cakupan hutan dan kaitannya dengan emisi gas rumah kaca, metode

pengurangan emisi dari deforestasi, dan perkiraan jumlah pengurangan

emisi dari deforestasi. Deforestasi dianggap sebagai komponen penting

dalam perubahan iklim sampai 2012. Untuk pelaksanaan praktisnya

masih belum disepakati. Isu ini diagendakan untuk dibahas di pertemuan

selanjutnya yang disebut Bada Tambahan untuk Saran Inlimah dan

Teknis di Bonn, Jerman, pada tahun 2008.

c. Carbon Capture and Storage (CCS)

CCS adalah satu cara mengurangi emisi karbon dengan jalan

menyuntikkan karbon dioksida ke perut bumi. Metode ini membutuhkan

ruang kosong di perut bumi, bisa juga menggunakan sumur-sumur gas

dan minyak bumi yang sudah mengering. Akan tetapi, kendala penerapan

teknologi ini adalah mahalnya biaya investasi dan tidak semua orang bisa

melakukan transfer teknologi walaupun untuk Indonesia teknologi

tersebut mampu mengurangi emisi karbon hingga 20% pada tahun 2005.

Page 24: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 24

Menstabilkan GRK pada level 535-590 ppm akan tercapai bila

tidak ada lagi peningkatan emisi CO2 sepanjang tahun 2010-2030 dan

akan memberikan pengaruh sebesar -30 persen hingga +5 persen dari

level tahun 2000 (2000 levels) pada tahun 2050. Hal ini dapat membatasi

peningkatan temperatur rata-rata global pada 2.8-3.2°C. jika masih

terjadi peningkatan gas CO2 setelah tahun 2030, pemanasan akan terus

meningkat. Sebagai perbandingan pada tahun 2000, level GRK sekitar

379 ppm.

Efforts dari mitigasi perubahan iklim akan dirasakan lebih dari 2 -

3 dekade mendatang. Mitigasi ini sangat menetukan dan berpengaruh

secara luas terhadap peningkatan suhu rata-rata global dan dampak

terjadinya perubahan iklim dapat dihindari. Sebaiknya peraturan

perubahan iklim didesign sebagai bagian atau persel pembangunan

berkelanjutan dan IPCC akan menkonfirmasi bahwa pembangunan

berkelanjutan dapat mengurangi emisi GRK dan mengurangi pengaruh-

pengaruh dari perubahan iklim.

Menyebarluaskan teknologi ramah iklim sangatlah mendesak.

Dalam mitigasi perubahan iklim, kehadiran clean teknologi dibutuhkan

untuk secara bertahap diterapkan dan disebarluaskan oleh sektor-sektor

swasta, termasuk kerja sama teknologi antara industri- industri dan

negara-negara berkembang, serta pengembangan akan inovasi dan

teknologi terbaru uang berkelanjutan sangatlah diperlukan.

2. Metode Pengendalian Perubahan Cuaca dan Iklim di Indonesia

Hoetomo sependapat jika masyarakat diajak dan disadarkan kembali

untuk meyesuaikan diri terkait dengan perubahan iklim, agar Amu

meminimalisasi dampak yang telah terjadi dan mengantisipasi risiko

sekaligus mengurangi biasa yang harus dikeluarkan.

Dalam usaha mengurangi efek rumah kaca dan memperlambat laju

pemanasan global. Sebaiknya masyarakat kita gemar menanam pohon dan

menggunakan tanaman hidup sebagai pagar rumah, harapnya.

Page 25: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 25

Dirinya menyarankan, pemerintah segera melakukan aksi nasional

dalam menghadapi perubahan iklim global ini dengan melakukan kegiatan

mitigasi dan adaptasi. Kegiatan mitigasi dilakukan di sektor energi, sektor

pemanfaatan lahan dan hutan, serta di sektor kelautan dan perikanan.

Manfaat dari mitagi ini untuk meningkatkan kemampuan sumber daya hutan

dan lahan di daerah pesisir pantai untuk menyerap karbon sehingga

mengurangi efek gas rumah kaca.

Mitigasi dengan era menanam mangrove dan vegetasi pantai,

melakukan rehabilitasi terumbu karang melalaui transplantasi terumbu

buatan. Selain itu, Menambah luas wilayah konservasi laut menjadi 9,5 juta

hektar, katanya.

Sementara bentuk adaptasi dilakukan oleh sektor sumber daya air,

sektor pertanian, kelautan, pesisir dan perikanan, sektor infrastruktur, sektor

kesehatan, sektor kehutanan.

Dengan menerapkan kebijakan ketak mengenai perubahan iklim,

pemerintah dapat memperlambat dan menurunkan tren emisi dari GRK ini,

dan juga menstabilkan tingkat kandungan dari GRK ini di atmosfer. Sebagai

contohnya, menstabilkan GRK pada 445-490 ppm da merupakan target

yang paling ambisius. Untuk dapat mencapai target tersebut pada tahun

2015 tidak ada lagi peningkatan gas CO2. Hal ini akan menurunkan 50-85

persen dari level tahun 2000 (2000 levels) pada tahun 2050. Hal ini dapat

membatasi peningkatan temperatur rata-rata global pada 2-2.4°C pare-

industrial levels.

Page 26: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 26

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah ini berupa :

1. Perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi secara signifikan mengena i

pola cuaca yang dihitung berdasarkan angka statistik dalam rentang waktu

puluhan hingga ratusan tahun lamanya.

2. Beberapa tanda terjadinya perubahan iklim di antaranya adalah tidak

menentunya pergantian musim dari penghujan ke kemarau, pola terbang

burung, suhu dunia yang semakin memanas dan sebagainya.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim global dapat

berupa karena adanya pemanasan global akibat gas rumah kaca (GRK).

Jumlah karbondioksida di atmosfer, penyebaran air yang tidak merata,

kenaikan permukaan laut, pengurangan tutupan salju, gletser yang mencair,

benua Arktik yang menghangat, perubahan keseimbangan lingkungan,

penyesuaian iklim terhadap selubung gas rumah kaca, dan penggunaan

lahan serta perubahan vegetasi alam.

4. Dampak perubahan iklim global berupa krisis persediaan makan, kesehatan

manusia akan berada dalam ketidakpastian, bencana alam, hilangnya jutaan

spesies flora dan fauna, timbulnya penyakit atau alergi, perubahan kualitas

air, udara, dan makanan, dan ada pula dampak pada masa depan, serta

dampak regional di setiap benua.

5. Pengendalian terhadap perubahan iklim secara umum yang di gunakan

adalah metode Clean Development Mechanism (CDM), Reduced Emission

from Deforestation on Development Country (REDD), serta Carbon

Capture Storage (CCS)

Page 27: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 27

III.2 Saran

a. Masyarakat pada umumnya diharapkan agar mampu menjaga

lingkungannya agar mampu menyelamatkan bumi meski dengan hal-hal

kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak menggunakan

produk yang tidak ramah lingkungan, menanam pohon, dan lainnya.

b. Pemerintah diharapkan agar lebih proaktif dalam upaya pelestarian

lingkungan dengan menciptakan program-program yang berwawasan

lingkungan, seperti penanaman pohon massal, revitalisasi terumbu karang,

atau memberikan izin ketat bahkan bila perlu melarang kegiatan-kegiatan

yang dikhawatirkan merusak lingkungan, seperti penambangan liar, dan

sebagainya.

c. Sekolah sebagai lembaga pendidikan hendaknya bersama-sama

menciptakan kawasan pendidikan berbasis lingkungan dan kurikulum

berbasis lingkungan, serta mengajak siswa-siswinya untuk mencinta i

lingkungan, dalam hal ini lingkungan sekolahnya seperti mengajarkan siswa

untuk membuang sampah pada tempatnya, meminimalisir penggunaan

kemasan makanan berbungkus plastik, mendaur ulang sampah menjadi

barang kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi, dan lainnya.

d. Lembaga-lembaga terkait diharapkan agar ikut membantu upaya

pemerintah dalam pelestarian lingkungan serta mengajak masyarakat

mencintai lingkungannya seperti mengadakan program penanaman sejuta

pohon, mengadakan pelatihan wirausaha pembuatan bahan bakar non-fosil

atau kerajinan barang-barang hasil daur ulang, penanaman bakau, dan lain

sebagainya.

Page 28: Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Kelompok VI – Perubahan Iklim Global | 28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Perubahan Iklim. http://ipemanasanglobal.blogspot.com. Diakses

9 Maret 2015.

Fajar, Jasmin. 2010. Penyebab Perubahan Iklim. http://www. iklimkarbon.com.

Diakses 9 Maret 2015.

Umar, Ramli. 2010. Meteorologi dan Klimatologi. Makassar: Badan Penerbit

Universitas Negeri Makassar.