Laporan Hasil Observasi BK Kesulitan Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan. Dalam bimbingan dibutukan tenaga ahli
untuk melakukannya, di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar
tidak terdapat guru khusus yang menangani masalah bimbingan dan
konseling bagi siswanya sehingga yang menjadi pembimbingnya
adalah wali kelasnya itu sendiri. Meski demikian Madrasah
Ibtidaiyah Darul Ulum tidak seperti itu adanya, sekolah Diniyah
ini sudah mempunyai tenaga profesional tentang ke_BK_an tidak
seperti kebanyakan sekolah- sekolah dasar pada umumnya.
Maka dari itu sekolah ini menarik perhatian kami untuk
melakukan penelitian atau observasi tentang bagaimana sistem dan
cara kerja madrasah Darul Ulum mengatasi siswa- siswa yang
mengalami kesulitan dalam mata pelajaran.
Bimbingan di Madrasah Ibtidaiyah berlaku untuk semua siswa
yang sekolah di sekolah tersebut, bukan hanya untuk siswa yang
bermasalah maupun yang merasa kesulisan belajar.
Selain dari itu kami lakukan observasi ini juga sebagai
tugas dari salah satu mata kuliah kami “Bimbingan Belajar Disekolah dan
Diluar Sekolah”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program bimbingan dan konseling di Madrasah
Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar?
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di Madrasah
Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar?
3. Apa saja masalah-masalah belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah
atau Sekolah Dasar?
C. Tujuan Kamian
1. Mengetahui program bimbingan dan konseling di Madrasah
Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
2. Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di Madrasah
Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.
3. Mengetahui masalah-masalah belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah
atau Sekolah Dasar.
D. Metode Kamian
Untuk mendapatkan informasi dalam penyusunan hasil observasi
ini, saya menggunakan beberapa metode, yaitu :
1. Wawancara kepada salah satu wali kelas kelas di Madrasah
Ibtidaiyah Darul Ulum tentang kesulian belajar yang sering
dialami siswa.
2. Angket
3. Buku-buku bimbingan dan konseling yang digunakan untuk
landasan teori.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
Menurut Setiawati dan Chudari , 2007:2 bimbingan merupakan
upaya bantuan untuk membantu individu untuk mencapai perkembangan
optimal.
Begitu pula menurut Kartadinata dkk (1998:4) bimbingan
adalah proses bantuan membantu individu untuk mencapai
perkembangan optimal, dari definisi tersebut dapat diambil
maknanya yaitu :
1. Bimbingan adalah suatu proses, bimbingan merupakan suatu
kegiatan yang terus berkelanjutan dan terus-menerus, Artinya ada
suatu proses dala kegiatan bimbingan karena bimbingan tersebut
direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan.
2. Bimbingan adalah bantuan. Bantuan dalam bimbingan bukanlah
suatu yang dipaksakan oleh guru kepada siswa. Makna bantuan
bimbingan adalah mengembangkan, mendorong, menumbuhkan semangat
dan memberikan dorongan kepada siswa dan menjadikan siswa menjadi
pribadi yang bertanggung jawab.
3. Bantuan itu diberikan kepada individu. Dalam bimbingan individu
yang mendapat bantuan adalah individu yang memilki keunikannya
tersendiri yang berbeda satu sama lainnya dan sedang berkembang.
4. Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan
optimal ini adanya kesesuaian antara potensi dan sistem nilai
tentang kehidupan yang baik dan benar. Yang mana peserta didik
tidak hanya berkembang dalam kemampuan intelektualnya saja tetapi
pada perkembangan optimal ini individu akan belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang terus-menerus berubah.
Selain itu bimbingan yang lebih luas dikemukakan oleh Good
(Thantawi, 1995:25) (dalam Setiawati &Chudari , 2007:2) yang
menjabarkan bahwa bimbingan adalah (1) suatu proses pribadi yang
bersifat dinamis, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan
perilaku seeorang; (2) suatu bantuan yang sistematis (selain
mengajar) kepada murid, atau orang lain untuk menolong, menilai
kemampuan dan kecenderungan mereka dan menggunakan informasi itu
secara efektif dalam kehidupan sehari-hari; (3) perbuatan atau
teknik yang dilakukan untuk menuntun anak terhadap suatu tujuan
yang diinginkan dengan menciptakan suatu kondisi lingkungan yang
membuat dirinya sadar akan kebutuhan dasar, mengenal kebutuhan
itu, dan mengambil langkah-langkah untuk memuaskan dirinya.
Sementara itu, menurut Supriadi (2004:207) (dalam Setiawati
& Chudari , 2007:2) yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses
bantuan yang diberikan oleh konselor atau pembimbing kepada klien
agar klien dapat : (1) memahami dirinya, (2) mengarahkan dirinya,
(3) memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya , (4)
menyesuaikan diri dengan lingkungan (keluarga, sekolah,
masyarakat), (5) mengambil manfat dan peluang-peluang yang
dimiliknya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan
potensinya, sehingga berguna bagi dirinya.
Pendapat lainnya, menurut Hoesein (1994:2) bimbingan
merupakan bagian integral dari pendidikan atau dapat disebutkan
bahwa bimbingan merupakan bagian dari bidang pendidikan.
Jadi bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
individu untuk mengembangkan diri dengan segala potensi.
Sedangkan konseling merupakan suatu proses pertemuan tatap
muka antara konselor dengan individu (klien) dalam hal ini adalah
siswa, dimana konselor membantu klien dalam mengubah sikap dan
tingkah laku (Hoesein:1994:2).
Menurut Pepinsky & Pepinsky dalam Shertzer & Stone, 1974
Konseling adalah interaksi yang (a) terjadi antara dua orang
individu, masing-masing disebut konselor dan klien; (b) terjadi
dalam suasana yang professional; (c) dilakukan dan dijaga sebagai
ala memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku. (M.
Ludin:2010)
Maclean dalam Shertzer & Stone, 1974 menyatakan bahwa Konseling
adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antar
seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang
tidak dapat diatasinya sendiri dan seorang pekerja yang
professional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman
membantu orang lain mencapai pemechan-pemecahan terhadap berbagai
jenis kesulitan pribadi (M. Ludin:2010).
Menurut M. Surya dan Rochman (dalam M. Ludin 2010) konseling
adalah semua bentuk hubungan antara dua orang dimana seorang
yaitu klien dibantu untuk lebih mampi menyesuaikan diri secara
efektif terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
Menurut Tyles, 1969 (dalam M. Ludin 2010) konseling bukan
hanya klien yang belajar tetapi konselor juga belajar untuk
memahami dirinya agar syatu persetujuandapat dicapai.
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan
semua penglaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk
diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan
pribadi dan langsung dalam pemecahan itu . konselor tidak
memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada
perkembngan yang progresif dari individu untuk memecahkan
masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan. (Jones, 1951).
Konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu
konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta
yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-
penyesuaian yang perlu dibuatnya. (Smith dalam Shertzer & Stone,
1974).
Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu
mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk
mencapai perkembnagn optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya;
proses tersebut dapat terjadi setiap waktu. (Division of Conseling
Psychology).
Jadi konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh
seorang konselor kepada klien yang bermasalah melalui proses
tatap muka langsung untuk menyelesaikan masalah yang dialami
klien sampai dengan selesai.
B. Landasan Bimbingan Konseling
1. PP No. 29 atau 1990 pasal 27 ayat 1
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan.
2. PP No. 38 atau 1992
Pasal 1 ayat 2 : Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan
yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih peserta didik.
Pasal 1 ayat 3 : Tenaga pembimbing adalah tenaga pembimbing
yang bertugas membimbing peserta didik.
Pasal 2 ayat 2 : Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing,
pengajar dan pelatih.
3. SKB Mendikbud dan KA BAKN No. 0433 atau P atau 1993 dan No.
25 tahun 1993
Pasal 1 ayat 4 : Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam
kegiatan Bimbingan dan Konseling kepada sejumlah peserta didik.
Pasal 1 ayat 10 : Penyusunan program Bimbingan dan Konseling
adalah membuat perencanaan pelayanan BK dalam bidang bimbingan
pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan
karier.
Pasal 1 ayat 13 : Analisis evaluasi Bimbingan dan Konseling
adalah hasil evaluasi pelaksanaan BK yang mencakup layanan
orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling
perorangan, bimbingan kelompok dan bimbingan pembelajaran serta
kegiatan pendukungnya.
Pasal 1 ayat 14 : Tindak lanjut pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling adalah kegiatan menindaklanjuti hasil analisis evaluasi
tentang layanan evaluasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
konseling perorangan, bimbingan kelompok dan bimbingan
pembelajaran serta kegiatan pendukungnya.
C. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Dalam Pedoman Bimbingan dan Konseling di MI/SD (2004:402)
tujuan dari Bimbingan dan Konseling adalah :
1. Memandirikan siswa dan mengembangkan potensi siswa secara
optimal artinya bimbingan bertujuan menjadikan siswanya menjadi
pribadi yang tidak tergantung pada orang lain dan bertanggung
jawab pada diri sendiri.
2. Keefektifan sehari-hari dengan memperhatikan potensi siswa
artinya bimbingan yang diberikan harus bermakna dengan tidak
menyampingkan potensi yang dimilki oleh setiap siswa.
D. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Menurut Muro dan Kottman (Setiawati & Chudari , 2007: 17)
prinsip-prinsip yang terdapat dalam program Bimbingan dan
Konseling diantaranya :
1. Bimbingan dan Konseling di perlukan oleh seluruh murid berarti
bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau klien, baik
yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun
wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat
preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan
lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan
(individual).
2. Bimbingan dan Konseling perkembangan memfokuskan pada
pembelajran murid berarti dalam hal ini dibutuhkan tenaga
profesional yang memang mengerti, missal ia akan membantu peserta
didik jika mengalami kesulitan-kesulitan. Karena selain anak
bersekolah untuk belajar tetapi juga untuk mengembangkan diri.
3. Konselor dan guru merupakan fungsionaris bersama dalam program
bimbingan perkembangan. Yang menjadi fokus utama dalm pendidikan
adalah siswa bukan mata pelajaran. Baik guru atau pun konselor
harus bisa bekerja sama satu dengan yang lain, mendengarkan
curhatan anak, membantu anak-anak yang mengalami kesulitan
belajar dan yang lainnya. Walaupun terkadang masih banyak Sekolah
Dasar yang tidak mempunyai konselor khusus sehingga tugasnya
diambil alih oleh guru.
4. Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan
bagian penting dalam bimbingan perkembangan. Maksudnya adalah
sebaiknya setiap program bimbingan memiliki perencanaan yang
jelas dan pengembangan kurikulumnya terorganisir dengan baik.
5. Program bimbingan perkembangan peduli dengan penerimaan diri,
pemahaman diri dan pengayaan diri berarti kegiatan bimbinga
dirancang agar peserta didik semakin paham akan dirinya dan
segala potensi yang ada dalam diri.
6. Bimbingan perkembangan sebagai tim-oriented-menuntut pelayanan
dari konselor professional. Bimbingan bukan hanya tugas atau
tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah atau Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-
masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
E. Fungsi dan Layanan Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno (1998:25) (dalam Setiawati & Chudari ,
2007:20) fungsi bimbingan terdiri dari :
1. Fungsi pemahaman
Fungsi Pemahaman yaitu membantu individu atau peserta didik
agar memahami tentang dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(keluarga, pendidikan, pekerjaan dan norma agama), serta masalah-
masalah yang dihadapinya.
2. Fungsi prevenrif
Fungsi preventif yaitu bantuan yang diberikan dengan maksud
agar peserta didik terhindar dari berbagai masalah yang akan
menimpa dirinya dan senantiasa mengantisipasi berbagai masalah
yang mungkin terjadi.
3. Fungsi developmental
Fungsi developmental yaitu bantuan yang diberikan agar
peserta didik mampu mengembangkan dirinya . selain itu Konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien.
4. Fungsi kuratif
Fungsi kuratif yaitu dimaksudkan agar siswa mampu mengatasi
berbagai persoalan yang menimpa dirinya sehingga individu
terbebas dari masalah yang menimpanya.
F. Layanan Bimbingan dan Konseling
Dalam Pedoman Bimbingan dan Konseling di MI/SD (2004:402)
kegiatan dari Bimbingan dan Konseling adalah:
1. Layanan Orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang yang
diberikan saat siswa mengenal dunia baru, hal ini bertujuan agar
klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah
dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut
2. Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan
klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
untuk kepentingan klien
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling
yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang
sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing
4. Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang
memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan
kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan
dan kegiatan belajar lainnya
5. Layanan Konseling Individual
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan
khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan
seorang klien. Klien mengalami kesulitan pribadi yang tidak dapat
dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai
petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan
ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang
normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah
pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih
dan memutuskan sendiri.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya
masalah atau kesulitan pada diri konseli atau klien. Isi kegiatan
bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang
berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan
masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
7. Layanan Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta
didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok
dapat pula bersifat penyembuhan
8. Layanan Mediasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan
permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak
lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.
9. Layanan Konsultasi
Pengertian konsultasi dalam program Bimbingan dan Konseling
adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk
konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi
efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau
psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang
langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung
melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kondisi Objektif Sekolah
Madrasah Ibtidaiyah Darul ulum ini sudah terdapat guru
khusus BK atau ruangan khusus BK. Sebagian besar siswa MI Darul
Ulum adalah anak-anak yang berasal dari lingkungan sekitar
sekolah dan berbagai macam Desa.
Tingkat ekonomi orang tua anak didik di di MI Darul Ulum,
sebagian besar adalah menengah ke bawah. Hal ini cukup
berpengaruh terhadap proses pembelajaran di sekolah.
A. Instrumen Penelitian
Adapun beberapa instrumen yang kami gunakan sebagai alat
ukur untuk meperoleh data dalam penelitian ini yaitu :
1. Wawancara (interview)
Pada proses ini kami melakukan pengumpulan data dengan cara
memperoleh informasi secara langsung dan lebih mendalam kepada
narasumber. Di sana kami mewawancarai beberapa narasumber seperti
Wali Kelas dan guru kelas.
2. Observasi
Pada proses ini kami melakukan pengamatan sekitar objek yang
diteliti adalah tentang masalah kesulitan belajar yang di alami
siswa di sekolah tersebut.
3. Dokumentasi
Kami memperoleh data langsung dari tempat yang diteliti
untuk memperoleh data yang meliputi buku-buku, hasil rekaman
tertulis hasil dari wawancara.
4. Kajian Pustaka
Kami juga mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungan
dengan materi Bimbingan dan Konseling yang dapat membantu kami
dalam memperoleh informasi yang kami lakukan lewat peminjaman
buku dari perpustakaan dan browsing dari internet.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Kegiatan Bimbingan dan Konseling MI Darul Ulum
Penelitian ke MI Darul Ulum dilakukan pada tanggal 01mei
2013. Pada 01 Mei 2013 dilakukan wawancara kepada guru BK MI
Darul Ulum. Dari penelitian yang di lakukan dapat di ambil
beberapa hal penting yaitu:
1. Di MI Darul Ulum ada program Bimbingan dan Konseling (BK).
2. Setiap Wali Kelas ikut andil dalam Bimbingan dan Penyuluhan.
3. Di MI Darul Ulum sudah ada Ruangan Khusus Bimbingan dan
Konseling.
4. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di MI Darul Ulum bersifat
kuratif.
5. Beberapa masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.
6. Siswa cukup aktif dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling.
Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan bahwa di MI
Darul Ulum sudah ada program Bimbingan dan Konseling, salah
seorang guru senior mengakui jika program Bimbingan dan Konseling
di MI tersebut sudah dibuat. Dan sekolah juga memilki buku
Pedoman Program dan Bimbingan dan Konseling di Kelas dimana
berisikan materi mengenai dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,
Program Bimbingan dan Konseling dan lampiran Peraturan Pemerintah
tentang Pendidikan Dasar. Tetapi isi dari buku itu masih belum
disosialisasikan kepada guru-guru secara optimal.
Selain itu MI Darul Ulum sudah memiliki ruangan khusus
Bimbingan dan Konseling, jadi biasanya layanan diberikan di
ruangan tersebut, di kelas atau di luar sekolah tergantung pada
persoalan yang dihadapi siswa. Sekolah ini pun sudah memiliki
tenaga professional atau tenaga ahli khusus untuk memberikan
layanan Bimbingan dan Konseling sehingga permasalahan yang
terjadi bisa ditangani oleh guru. Bimbingan biasanya diberikan
pada siswa yang mengalami permasalahan atau siswa yang memiliki
kelainan. Tapi dalam memberikan bimbingan guru terlebih dulu
berkonsultasi dengan orang tua dari siswa yang akan di bimbing.
Adapun beberapa masalah-masalah yang banyak dialami dari
siswa yang kami teliti dan berdasarkan wawancara adalah kesulitan
dalam beberapa mata pelajaran tertentu. Misalnya pada siswa kelas
V, kebanyakan siswa sulit dalam mata pelajaran matematika. Jika
siswa menyelesaikan satu bab dan akan berpindah ke bab baru atau
pergantian topik siswa merasa bab atau topik berikutnya sulit
khususnya pada soal-soal cerita. Pada siswa kelas VI kebanyakan
sulit dalam mata pelajaran Bahasa inggris. Mereka menganggap
bahasa inggris adalah bahasa asing yang sulit dipelajari.
Dalam kasus tersebut misalnya pada kelas V, guru BK tidak
langsung memberikan bimbingan kepada anak yang merasa kesulitan.
Guru akan melihat terlebih dahulu dari hasil pembelajaran atau
dari apa yang telah diajarkan oleh guru. Jika ada anak yang baik
dalam belajarnya akan diberi pengayaan dan untuk yang kurang di
beri bimbingan. Bimbingan yang diberikan guru kepada siswa yaitu
berupa bimbingan secara individu. Biasanya bimbingan dilakukan di
kelas pada waktu istirahat atau menggunakan 15 menit dari waktu
istirahat siswa tetapi jika anaknya merasakan kesulitan yang
sangat tinggi, maka bimbingan akan diberikan di dalam riang husus
BK yang berupa les atau bimbingan belajar. Hasilnya siswa
mendapatkan perubahan dan kemajuan yang lebih baik.
Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling MI Darul Ulum yang
ada siswa cukup aktif terlibat dalam kegiatan Bimbingan dan
Konseling. Siswa tidak hanya di bimbing jika ada masalah, tapi
terkadang mereka dengan kesadaran sendiri berkonsultasi dengan
guru atau sekedar curhat. Biasanya siswa menceritakan tentang
kondisi rumah dan yang lainnya. Tetapi kebanyakan Pelayanan
Bimbingan dan Konseling di MI Darul Ulum bersifat kuratif jadi
jika masalah baru muncul baru diatasi.
Dengan adanya bimbingan dan konseling guru-guru merasa sadar
betul akan pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling. Karena
menurut mereka dengan adanya Bimbingan dan Konseling memberikan
perubahan yang positif dalam arti ada kemajuan dan perubahan baik
dari siswa, guru dan sekitarnya.
B. Kesulitan Belajar yang dialami siswa MI Darul Ulum
Dari interview yang dilakukan di MI Darul Ulum, salah satu
dari guru BK di MI Darul Ulum mengatakan bahwa konseling yang
sering terjadi pada siswa MI Darul Ulum yaitu kesulitan belajar
yang di alami anak itu sendiri. Dalam belajar, ada beberapa
kesulitan belajar yang di alami anak-anak. Mereka mengalami
kesulitan dalam membaca, menulis dan menghitung. Dan penyebabnya
bukan karena mereka bodoh, tetapi karena ada gangguan persarafan.
Ada tiga jenis kesulitan belajar yang paling banyak di alami
peserta didik dilembaga MI Darul Ulum yaitu :
Kemampuan membaca
Yaitu kemampuan membaca anak berada dibawah kemampuan yang
semestinya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia, dan
pendidikannya. Walaupun mengalami kesulitan belajar anak yang
mengalami kesulitan membaca sebenarnya memiliki kelebihan masing-
masing. Biasanya mereka sangat baik dibidang yang lain seperti
musik, seni, grafis, dan aktifitas-aktifitas kreatif lainnya.
Cara berpikir mereka adalah gambar, tidak dengan huruf, angka,
symbol atau kalimat. Mereka juga baik dalam menghafal dan
mengingat informasi.
Kemampuan berhitung
Berhitung atau matematika sering kali dianggap sebagai
pelajaran menakutkan bagi sebagian besar siswa. Mereka menganggap
matematika sebagai pelajaran yang sulit. Biasanya anak tidak
memahami proses matematis, yang ditandai kesulitan mengerjakan
tugas yang melibatkan angka atau symbol matematis. Matematika
membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-
pola tertentu, anak yang kesulitan berhitung sulit mengikuti
prosedur tersebut. Bisa jadi anak fobia matematika, adanya
keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika.
Kemampuan menulis
Kelainan ini menghambat kemampuan meulis yang meliputi
hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan
mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak ini sebenarnya
mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan
penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan
angka.
C. Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar di MI Darul
Ulum:
1. Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan membaca :
a. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar.
b. Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata-kata.
c. Sulit mengeja suku kata atau kata secara benar.
2. Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan menghitung :
a. Sulit melakukan hitungan matematis.
b. Sulit melakukan proses-proses hitungan matematis, seperti
menjumlah, mengurangi, membagi, dan mengali.
c. Sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
3. Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan menulis :
a. Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dalam tulisan.
b. Saat menulis penggunaan huruf besar dan kecilnya masih
tercampur.
c. Ukuran dan bentuk huruf dalam penulisannya tidak
proporsional.
D. Faktor-faktor penyebab dari kesulitan belajar di MI Darul Ulum
:
1. Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan membaca :
a. Faktor keturunan
Kesulitan membaca cenderung terdapat pada keluarga yang
mempunyai anggota keluarga yang kidal. Karena biasanya cara
berbicaranya tidak fasih/ kurang jelas seperti seorang anak yang
tidak bisa membaca huruf “ R” tetapi malah dibaca huruf “L”.
b. Problem pendengaran sejak dini
Apabila dalam 5 tahun pertama, seorang anak mengalami flu
dan infeksi tenggorokan, maka kondisi ini dapat mempengaruhi
pendengaran dan perkembangannya dari waktu ke waktu hingga dapat
menyebabkan cacat.
c. Faktor kombinasi
Factor kombinasi ini menyebabkan anak dengan gangguan
kesulitan membaca menjadi parah, hingga perlu penanganan
menyeluruh dan terus menerus.
2. Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan menghitung :
a. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan
mengalami kesulitan menghitung. Ia juga berpotensi mengalami
gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
b. Bermasalah dalam hal mengurut informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan
mengorganisasikan informasi secara detail, pada umumnya juga akan
sulit mengingat sebuah fakta, konsep untuk menyelesaikan
kalkulasi sistematis.
c. Fobia matematika
Anak yang pernah mengalami trauma matematika bisa kehilangan
rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak segera di atasi ia akan
mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur
hitungan.
3. Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan menulis :
a. kelemahan pada proses penglihatan atau visual
Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan
mengalami kesulitan menghitung. Ia juga berpotensi mengalami
gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.
b. Bermasalah dalam hal mengurutkan informasi
Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan
mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan
sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk
menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini menjadi
penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek
kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta
apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal
detail.
E. Cara Mengatasi Problem Kesulitan Belajar
1. Kesulitan membaca
Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu
anak-anak penderita kesulitan membaca dengan mengajar mereka
membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari
phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk
berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka. Bagi orang
tua, dapat melakukan beberapa cara seperti ini:
a. Cobalah sisihkan waktu setiap hari untuk mempelajari anak
membaca.
b. Jangan melakukan sesuatu berlebihan pada saat pertama,
mulailah dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.
c. Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan Bantu untuk
membenarkan kesalahan.
d. Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau
paragraph dari cerita dengan suara keras untuk memancing anak.
e. Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk
mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
2. Kesulitan berhitung
Untuk mengatasi problem kesulitan berhitung ada dua
pendekatan yang mungkin kita lakukan yaitu kita dapat menawarkan
beberapa bentuk penanganan matematika yang intensif atau dengan
mengambil jalan pintas.
a. Penanganan matematika yang intensif
Dapat kita lakukan dengan teknik “ individualisasi yang
dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat
dengan teman sebaya. Pendekatan ini mendasari tekniknya pada
pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda,
sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama.
Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran
agar mengajarkannya pada temannya yang mengalami kesulitan
berhitung.
b. Mengambil jalan pintas
Memberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan
problem kesulitan berhitung ini juga dapat diberikan kalkulator
untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem
kesulitan menghitung tidak memiliki masalah dengan kaitan antara
angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
2. Kesulitan menulis
Pendekatan yang terbaik untuk anak yang mengalami kesulitan
menulis adalah dengan mengambil jalan pintas atas problem
tersebut yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan
kesempatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus
bersusah payah menulis dengan tangannya. Sebagai ganti menulis
dengan tangannya, anak-anak dapat meminta fotokopi dari catatan-
catatan guru atau memnta ijin mengkopi catatan anak lain yang
memiliki tulisan tangan yang bagus. Mereka dapat mengandalkan
teman tersebut dan mengandalkan buku teks untuk belajar.
Dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala
potensi sedangkan konseling merupakan suatu proses pemberian
bantuan oleh seorang konselor kepada klien yang bermasalah
melalui proses tatap muka langsung untuk menyelesaikan masalah
yang dialami klien sampai dengan selesai.
Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling terdiri dari landasan
Bimbingan Konseling, tujuan Bimbingan dan Konseling, pendekatan
Bimbingan dan Konseling prinsip-Prinsip Bimbingan dan
Konseling,azas-azas Bimbingan dan Konseling,fungsi dan layanan
Bimbingan dan Konseling, layanan Bimbingan dan Konseling
Di Madrasah Ibtidaiyah, umumnya pelaksanaan kegiatan
Bimbingan dan Konseling telah berjalan namun sekolah tidak
memiliki program Bimbingan dan Konseling.
Masalah-masalah belajar yang biasa dialami siswa adalah
kesulitan dalam bebrapa mata pelajaran.
B. Saran
Sebaiknya setiap sekolah memiliki program Bimbingan dan
Konseling agar kegiatan Bimbingan dan Konseling bisa terencana
dan teroganisir juga berjalan sesuai dengan program yang telah
ada. Seharusnya juga setiap sekolah memilki ruangan Bimbingan dan
Konseling atau setidaknya tenaga ahli atau guru khusus Bimbingan
dan Konseling agar bimbingan lebih bisa terarah. Jika tidak
sebaiknya pemerintah memberikan pelatihan terhadap guru-guru
tentang Bimbingan dan Konseling agar guru-guru lebih paham dan
mengerti Bimbingan dan Konseling dan pentingnya Bimbingan dan
Konseling hususnya terhadap guru Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, Abu. (2006). Pengubahan Perilaku Menyimpang Murid Sekolah
Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan
Hoesein. (1993). Pedoman Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Guru dan
Tenaga Teknis Proyek Pembinaan Karier Guru dan Pengendalian Mutu
Tenaga Pendidikan.
Kartadinata, Sunaryo. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar.
Bandung : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
M. Ludin, Abu Bakar. (2010). Dasar-dasar Konseling. Bandung.
Cipta pustaka Media Perintis
Setiawati. Chudari. (2007). Bimbingan dan Konseling. Bandung :
UPI Press.
Recommended