29
Laporan Hasil Observasi BK Kesulitan Belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Dalam bimbingan dibutukan tenaga ahli untuk melakukannya, di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar tidak terdapat guru khusus yang menangani masalah bimbingan dan konseling bagi siswanya sehingga yang menjadi pembimbingnya adalah wali kelasnya itu sendiri. Meski demikian Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum tidak seperti itu adanya, sekolah Diniyah ini sudah mempunyai tenaga profesional tentang ke_BK_an tidak seperti kebanyakan sekolah- sekolah dasar pada umumnya. Maka dari itu sekolah ini menarik perhatian kami untuk melakukan penelitian atau observasi tentang bagaimana sistem dan cara kerja madrasah Darul Ulum mengatasi siswa- siswa yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran.

Laporan Hasil Observasi BK Kesulitan Belajar

  • Upload
    upnyk

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Hasil Observasi BK Kesulitan Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam

rangka upaya menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan

merencanakan masa depan. Dalam bimbingan dibutukan tenaga ahli

untuk melakukannya, di Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar

tidak terdapat guru khusus yang menangani masalah bimbingan dan

konseling bagi siswanya sehingga yang menjadi pembimbingnya

adalah wali kelasnya itu sendiri. Meski demikian Madrasah

Ibtidaiyah Darul Ulum tidak seperti itu adanya, sekolah Diniyah

ini sudah mempunyai tenaga profesional tentang ke_BK_an tidak

seperti kebanyakan sekolah- sekolah dasar pada umumnya.

Maka dari itu sekolah ini menarik perhatian kami untuk

melakukan penelitian atau observasi tentang bagaimana sistem dan

cara kerja madrasah Darul Ulum mengatasi siswa- siswa yang

mengalami kesulitan dalam mata pelajaran.

Bimbingan di Madrasah Ibtidaiyah berlaku untuk semua siswa

yang sekolah di sekolah tersebut, bukan hanya untuk siswa yang

bermasalah maupun yang merasa kesulisan belajar.

Selain dari itu kami lakukan observasi ini juga sebagai

tugas dari salah satu mata kuliah kami “Bimbingan Belajar Disekolah dan

Diluar Sekolah”

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana program bimbingan dan konseling di Madrasah

Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar?

2.      Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di Madrasah

Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar?

3.      Apa saja masalah-masalah belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah

atau Sekolah Dasar?

C.    Tujuan Kamian

1.      Mengetahui program bimbingan dan konseling di Madrasah

Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.

2.      Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di Madrasah

Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar.

3.      Mengetahui masalah-masalah belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah

atau Sekolah Dasar.

D.    Metode Kamian

Untuk mendapatkan informasi dalam penyusunan hasil observasi

ini, saya menggunakan beberapa metode, yaitu :

1.      Wawancara kepada salah satu wali kelas kelas di Madrasah

Ibtidaiyah Darul Ulum tentang kesulian belajar yang sering

dialami siswa.

2.      Angket

3.      Buku-buku bimbingan dan konseling yang digunakan untuk

landasan teori.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

Menurut Setiawati dan Chudari , 2007:2 bimbingan merupakan

upaya bantuan untuk membantu individu untuk mencapai perkembangan

optimal.

Begitu pula menurut Kartadinata dkk (1998:4) bimbingan

adalah proses bantuan membantu individu untuk mencapai

perkembangan optimal, dari definisi tersebut dapat diambil

maknanya yaitu :

1.      Bimbingan adalah suatu proses, bimbingan merupakan suatu

kegiatan yang terus berkelanjutan dan terus-menerus, Artinya ada

suatu proses dala kegiatan bimbingan karena bimbingan tersebut

direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan.

2.      Bimbingan adalah bantuan. Bantuan dalam bimbingan bukanlah

suatu yang dipaksakan oleh guru kepada siswa. Makna bantuan

bimbingan adalah mengembangkan, mendorong, menumbuhkan semangat 

dan memberikan dorongan kepada siswa dan menjadikan siswa menjadi

pribadi yang bertanggung jawab.

3.      Bantuan itu diberikan kepada individu. Dalam bimbingan individu

yang mendapat bantuan adalah individu yang memilki keunikannya

tersendiri yang berbeda satu sama lainnya dan sedang berkembang.

4.      Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan

optimal ini adanya kesesuaian antara potensi dan sistem nilai

tentang kehidupan yang baik dan benar. Yang mana peserta didik

tidak hanya berkembang dalam kemampuan intelektualnya saja tetapi

pada perkembangan optimal ini individu akan belajar menyesuaikan

diri dengan lingkungan yang terus-menerus berubah.

Selain itu bimbingan yang lebih luas dikemukakan oleh Good

(Thantawi, 1995:25) (dalam Setiawati &Chudari , 2007:2) yang

menjabarkan bahwa bimbingan adalah (1) suatu proses pribadi yang

bersifat dinamis, yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan

perilaku seeorang; (2) suatu bantuan yang sistematis (selain

mengajar) kepada murid, atau orang lain untuk menolong, menilai

kemampuan dan kecenderungan mereka dan menggunakan informasi itu

secara efektif dalam kehidupan sehari-hari; (3) perbuatan atau

teknik yang dilakukan untuk menuntun anak terhadap suatu tujuan

yang diinginkan dengan menciptakan suatu kondisi lingkungan yang

membuat dirinya sadar akan kebutuhan dasar, mengenal kebutuhan

itu, dan mengambil langkah-langkah untuk memuaskan dirinya.

Sementara itu, menurut Supriadi (2004:207) (dalam Setiawati

& Chudari , 2007:2) yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses

bantuan yang diberikan oleh konselor atau pembimbing kepada klien

agar klien dapat : (1) memahami dirinya, (2) mengarahkan dirinya,

(3) memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya , (4)

menyesuaikan diri dengan lingkungan (keluarga, sekolah,

masyarakat), (5)  mengambil manfat dan peluang-peluang yang

dimiliknya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan

potensinya, sehingga berguna bagi dirinya.

Pendapat lainnya, menurut Hoesein (1994:2) bimbingan

merupakan bagian integral dari pendidikan atau dapat disebutkan

bahwa bimbingan merupakan bagian dari bidang pendidikan.

Jadi bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada

individu untuk mengembangkan diri dengan segala potensi.

Sedangkan konseling merupakan suatu proses pertemuan tatap

muka antara konselor dengan individu (klien) dalam hal ini adalah

siswa, dimana konselor membantu klien dalam mengubah sikap dan

tingkah laku (Hoesein:1994:2).

Menurut Pepinsky & Pepinsky dalam Shertzer & Stone, 1974

Konseling adalah interaksi yang (a) terjadi antara dua orang

individu, masing-masing disebut konselor dan klien; (b) terjadi

dalam suasana yang professional; (c) dilakukan dan dijaga sebagai

ala memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku. (M.

Ludin:2010)

Maclean dalam Shertzer & Stone, 1974 menyatakan bahwa Konseling

adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antar

seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang

tidak dapat diatasinya sendiri dan seorang pekerja yang

professional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman

membantu orang lain mencapai pemechan-pemecahan terhadap berbagai

jenis kesulitan pribadi (M. Ludin:2010).

Menurut M. Surya dan Rochman (dalam M. Ludin 2010) konseling

adalah semua bentuk hubungan antara dua orang dimana seorang

yaitu klien dibantu untuk lebih mampi menyesuaikan diri secara

efektif terhadap diri sendiri dan lingkungannya.

Menurut Tyles, 1969 (dalam M. Ludin 2010) konseling bukan

hanya klien yang belajar tetapi konselor juga belajar untuk

memahami dirinya agar syatu persetujuandapat dicapai.

Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan

semua penglaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk

diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan

pribadi dan langsung dalam pemecahan itu . konselor tidak

memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada

perkembngan yang progresif dari individu untuk memecahkan

masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.  (Jones, 1951).

Konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu

konseli membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta

yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-

penyesuaian yang perlu dibuatnya. (Smith dalam Shertzer & Stone,

1974).

Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu

mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk

mencapai perkembnagn optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya;

proses tersebut dapat terjadi setiap waktu. (Division of Conseling

Psychology).

Jadi konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh

seorang konselor kepada klien yang bermasalah melalui proses

tatap muka langsung untuk menyelesaikan masalah yang dialami

klien sampai dengan selesai.

B.     Landasan Bimbingan Konseling

1.                 PP No. 29 atau 1990 pasal 27 ayat 1

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa

dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan

merencanakan masa depan.

2.        PP No. 38 atau 1992

Pasal 1 ayat 2 : Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan

yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih peserta didik.

Pasal 1 ayat 3 : Tenaga pembimbing adalah tenaga pembimbing

yang bertugas membimbing peserta didik.

Pasal 2 ayat 2 : Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing,

pengajar dan pelatih.

3.        SKB Mendikbud dan KA BAKN No. 0433 atau P atau 1993 dan No.

25 tahun 1993

Pasal 1 ayat 4 : Guru pembimbing adalah guru yang mempunyai

tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam

kegiatan Bimbingan dan Konseling kepada sejumlah peserta didik.

Pasal 1 ayat 10 : Penyusunan program Bimbingan dan Konseling

adalah membuat perencanaan pelayanan BK dalam bidang bimbingan

pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan

karier.

Pasal 1 ayat 13 : Analisis evaluasi Bimbingan dan Konseling

adalah hasil evaluasi pelaksanaan BK yang mencakup layanan

orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling

perorangan, bimbingan kelompok dan bimbingan pembelajaran serta

kegiatan pendukungnya.

Pasal 1 ayat 14 : Tindak lanjut pelaksanaan Bimbingan dan

Konseling adalah kegiatan menindaklanjuti hasil analisis evaluasi

tentang layanan evaluasi, informasi, penempatan dan penyaluran,

konseling perorangan, bimbingan kelompok dan bimbingan

pembelajaran serta kegiatan pendukungnya.

C.    Tujuan Bimbingan dan Konseling

Dalam Pedoman Bimbingan dan Konseling di MI/SD (2004:402)

tujuan dari Bimbingan dan Konseling adalah :

1.        Memandirikan siswa dan mengembangkan potensi siswa secara

optimal artinya bimbingan bertujuan menjadikan siswanya menjadi

pribadi yang tidak tergantung pada orang lain dan bertanggung

jawab pada diri sendiri.

2.        Keefektifan sehari-hari dengan memperhatikan potensi siswa

artinya bimbingan yang diberikan harus bermakna dengan tidak

menyampingkan potensi yang dimilki oleh setiap siswa.

D.    Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Menurut Muro dan Kottman (Setiawati & Chudari , 2007: 17)

prinsip-prinsip yang terdapat dalam program Bimbingan dan

Konseling diantaranya :

1.      Bimbingan dan Konseling di perlukan oleh seluruh murid berarti

bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau klien, baik

yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun

wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini

pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat

preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan

lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan

(individual).

2.      Bimbingan dan Konseling perkembangan memfokuskan pada

pembelajran murid berarti dalam hal ini dibutuhkan tenaga

profesional yang memang mengerti, missal ia akan membantu peserta

didik jika mengalami kesulitan-kesulitan. Karena selain anak

bersekolah untuk belajar tetapi juga untuk mengembangkan diri.

3.      Konselor dan guru merupakan fungsionaris bersama dalam program

bimbingan perkembangan. Yang menjadi fokus utama dalm pendidikan

adalah siswa bukan mata pelajaran. Baik guru atau pun konselor

harus bisa bekerja sama satu dengan yang lain, mendengarkan

curhatan anak, membantu anak-anak yang mengalami kesulitan

belajar dan yang lainnya. Walaupun terkadang masih banyak Sekolah

Dasar yang tidak mempunyai konselor khusus sehingga tugasnya

diambil alih oleh guru.

4.      Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan

bagian penting dalam bimbingan perkembangan. Maksudnya adalah

sebaiknya setiap program bimbingan memiliki perencanaan yang

jelas dan pengembangan kurikulumnya terorganisir dengan baik.

5.      Program bimbingan perkembangan peduli dengan penerimaan diri,

pemahaman diri dan pengayaan diri berarti kegiatan bimbinga

dirancang agar peserta didik semakin paham akan dirinya dan

segala potensi yang ada dalam diri.

6.      Bimbingan perkembangan sebagai tim-oriented-menuntut pelayanan

dari konselor professional. Bimbingan bukan hanya tugas atau

tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala

Sekolah atau Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-

masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.

E.     Fungsi dan Layanan Bimbingan dan Konseling

Menurut Prayitno (1998:25) (dalam Setiawati & Chudari ,

2007:20) fungsi bimbingan terdiri dari :

1.        Fungsi pemahaman

Fungsi Pemahaman yaitu membantu individu atau peserta didik

agar memahami tentang dirinya (potensinya) dan lingkungannya

(keluarga, pendidikan, pekerjaan dan norma agama), serta masalah-

masalah yang dihadapinya.

2.        Fungsi prevenrif

Fungsi preventif  yaitu bantuan yang diberikan dengan maksud

agar peserta didik terhindar dari berbagai masalah yang akan

menimpa dirinya  dan senantiasa mengantisipasi berbagai masalah

yang mungkin terjadi.

3.        Fungsi developmental

Fungsi developmental yaitu bantuan yang diberikan agar

peserta didik mampu mengembangkan dirinya . selain itu Konselor

senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif, yang memfasilitasi perkembangan klien.

4.        Fungsi kuratif

Fungsi kuratif yaitu dimaksudkan agar siswa mampu mengatasi

berbagai persoalan yang menimpa dirinya sehingga individu

terbebas dari masalah yang menimpanya.

F.     Layanan Bimbingan dan Konseling

Dalam Pedoman Bimbingan dan Konseling di MI/SD (2004:402)

kegiatan dari Bimbingan dan Konseling adalah:

1.        Layanan Orientasi

Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang yang

diberikan saat siswa mengenal dunia baru, hal ini bertujuan agar

klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah

dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut

2.        Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan

klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan

untuk kepentingan klien

3.        Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling

yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang

sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing

4.        Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang

memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan

kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan

kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan

dan kegiatan belajar lainnya

5.        Layanan Konseling Individual

Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan

khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan

seorang klien. Klien mengalami kesulitan pribadi yang tidak dapat

dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai

petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan

ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang

normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah

pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih

dan memutuskan sendiri.

6.        Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya

masalah atau kesulitan pada diri konseli atau klien. Isi kegiatan

bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang

berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan

masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.

7.        Layanan Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta

didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan

pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok

dapat pula bersifat penyembuhan

8.        Layanan Mediasi

Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan

permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak

lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.

9.        Layanan Konsultasi

Pengertian konsultasi dalam program Bimbingan dan Konseling

adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk

konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam

mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi

efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau

psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang

langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung

melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.

BAB III

METODE PENELITIAN

A.    Kondisi Objektif Sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Darul ulum ini sudah terdapat guru

khusus BK atau ruangan khusus BK.  Sebagian besar siswa MI Darul

Ulum adalah anak-anak yang berasal dari lingkungan sekitar

sekolah dan berbagai macam Desa.

Tingkat ekonomi orang tua anak didik di di MI Darul Ulum,

sebagian besar adalah menengah ke bawah. Hal ini cukup

berpengaruh terhadap proses pembelajaran di sekolah.

A.    Instrumen Penelitian

Adapun beberapa instrumen yang kami gunakan sebagai alat

ukur untuk meperoleh data dalam penelitian ini yaitu  :

1.        Wawancara (interview)

Pada proses ini kami melakukan pengumpulan data dengan cara

memperoleh informasi secara langsung dan lebih mendalam kepada

narasumber. Di sana kami mewawancarai beberapa narasumber seperti

Wali Kelas dan guru kelas.

2.        Observasi

Pada proses ini kami melakukan pengamatan sekitar objek yang

diteliti adalah tentang masalah kesulitan belajar yang di alami

siswa di sekolah tersebut.

3.        Dokumentasi

Kami memperoleh data langsung dari tempat yang diteliti

untuk memperoleh data yang meliputi buku-buku, hasil  rekaman

tertulis hasil dari wawancara.

4.        Kajian Pustaka

Kami juga mengumpulkan sumber-sumber yang  berhubungan

dengan materi Bimbingan dan Konseling yang dapat membantu kami

dalam memperoleh informasi yang kami lakukan lewat peminjaman

buku dari perpustakaan dan browsing dari internet.

BAB III

HASIL PENELITIAN

A.       Kegiatan Bimbingan dan Konseling MI Darul Ulum

Penelitian ke MI Darul Ulum dilakukan pada tanggal 01mei

2013. Pada 01 Mei 2013 dilakukan wawancara kepada guru BK MI

Darul Ulum.  Dari penelitian yang di lakukan dapat di ambil

beberapa hal penting yaitu:

1.      Di MI Darul Ulum ada program Bimbingan dan Konseling (BK).

2.      Setiap Wali Kelas ikut andil dalam Bimbingan dan Penyuluhan.

3.      Di MI Darul Ulum sudah ada Ruangan Khusus Bimbingan dan

Konseling.

4.      Pelayanan Bimbingan dan Konseling di MI Darul Ulum bersifat

kuratif.

5.      Beberapa masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.

6.      Siswa cukup aktif dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling.

Berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan bahwa di MI

Darul Ulum sudah ada program Bimbingan dan Konseling, salah

seorang guru senior mengakui jika program Bimbingan dan Konseling

di MI tersebut sudah dibuat. Dan sekolah juga memilki buku

Pedoman Program dan Bimbingan dan Konseling di Kelas dimana

berisikan materi mengenai dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,

Program Bimbingan dan Konseling dan lampiran Peraturan Pemerintah

tentang Pendidikan Dasar. Tetapi isi dari buku itu masih belum

disosialisasikan kepada guru-guru secara optimal.

Selain itu MI Darul Ulum sudah memiliki ruangan khusus

Bimbingan dan Konseling, jadi biasanya layanan diberikan di

ruangan tersebut, di kelas atau di luar sekolah tergantung pada

persoalan yang dihadapi siswa. Sekolah ini pun sudah memiliki

tenaga professional atau tenaga ahli khusus untuk memberikan

layanan Bimbingan dan Konseling sehingga permasalahan yang

terjadi bisa ditangani oleh guru. Bimbingan biasanya diberikan

pada siswa yang mengalami permasalahan atau siswa yang memiliki

kelainan. Tapi dalam memberikan bimbingan guru terlebih dulu

berkonsultasi dengan orang tua dari siswa yang akan di bimbing.

Adapun beberapa masalah-masalah yang banyak dialami dari

siswa yang kami teliti dan berdasarkan wawancara adalah kesulitan

dalam beberapa mata pelajaran tertentu. Misalnya pada siswa kelas

V, kebanyakan siswa sulit dalam mata pelajaran matematika. Jika

siswa menyelesaikan satu bab dan akan berpindah ke bab baru atau

pergantian topik siswa merasa bab atau topik berikutnya sulit

khususnya pada soal-soal cerita. Pada siswa kelas VI kebanyakan

sulit dalam mata pelajaran Bahasa inggris. Mereka menganggap

bahasa inggris adalah bahasa asing yang sulit dipelajari.

Dalam kasus tersebut misalnya pada kelas V, guru BK tidak

langsung memberikan bimbingan kepada anak yang merasa kesulitan.

Guru akan melihat terlebih dahulu dari hasil pembelajaran atau

dari apa yang telah diajarkan oleh guru. Jika ada anak yang baik

dalam belajarnya akan diberi pengayaan dan untuk yang kurang di

beri bimbingan. Bimbingan yang diberikan guru kepada siswa yaitu

berupa bimbingan secara individu. Biasanya bimbingan dilakukan di

kelas pada waktu istirahat atau menggunakan 15 menit dari waktu

istirahat siswa tetapi jika anaknya merasakan kesulitan yang

sangat tinggi, maka bimbingan akan diberikan di dalam riang husus

BK yang berupa les atau bimbingan belajar. Hasilnya siswa

mendapatkan perubahan dan kemajuan yang lebih baik.

Dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling MI Darul Ulum yang

ada siswa cukup aktif terlibat dalam kegiatan Bimbingan dan

Konseling. Siswa tidak hanya di bimbing jika ada masalah, tapi

terkadang mereka dengan kesadaran sendiri berkonsultasi dengan

guru atau sekedar curhat. Biasanya siswa menceritakan tentang

kondisi rumah dan yang lainnya. Tetapi kebanyakan Pelayanan

Bimbingan dan Konseling di MI Darul Ulum bersifat kuratif jadi

jika masalah baru muncul baru diatasi.

Dengan adanya bimbingan dan konseling guru-guru merasa sadar

betul akan pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling. Karena

menurut mereka dengan adanya Bimbingan dan Konseling memberikan

perubahan yang positif dalam arti ada kemajuan dan perubahan baik

dari siswa, guru dan sekitarnya.

B.        Kesulitan Belajar yang dialami siswa MI Darul Ulum

Dari interview yang dilakukan di MI Darul Ulum, salah satu

dari guru BK di MI Darul Ulum mengatakan bahwa konseling yang

sering terjadi pada siswa MI Darul Ulum yaitu kesulitan belajar

yang di alami anak itu sendiri. Dalam belajar, ada beberapa

kesulitan belajar yang di alami anak-anak. Mereka mengalami

kesulitan dalam membaca, menulis dan menghitung. Dan penyebabnya

bukan karena mereka bodoh, tetapi karena ada gangguan persarafan.

Ada tiga jenis kesulitan belajar yang paling banyak di alami

peserta didik dilembaga MI Darul Ulum yaitu :

         Kemampuan membaca

Yaitu kemampuan membaca anak berada dibawah kemampuan yang

semestinya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia, dan

pendidikannya. Walaupun mengalami kesulitan belajar anak yang

mengalami kesulitan membaca sebenarnya memiliki kelebihan masing-

masing. Biasanya mereka sangat baik dibidang yang lain seperti

musik, seni, grafis, dan aktifitas-aktifitas kreatif lainnya.

Cara berpikir mereka adalah gambar, tidak dengan huruf, angka,

symbol atau kalimat. Mereka juga baik dalam menghafal dan

mengingat informasi.

         Kemampuan berhitung

Berhitung atau matematika sering kali dianggap sebagai

pelajaran menakutkan bagi sebagian besar siswa. Mereka menganggap

matematika sebagai pelajaran yang sulit. Biasanya anak tidak

memahami proses matematis, yang ditandai kesulitan mengerjakan

tugas yang melibatkan angka atau symbol matematis. Matematika

membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurut mengikuti pola-

pola tertentu, anak yang kesulitan berhitung sulit mengikuti

prosedur tersebut. Bisa jadi anak fobia matematika, adanya

keyakinan bahwa dia tidak bisa matematika.

         Kemampuan menulis

Kelainan ini menghambat kemampuan meulis yang meliputi

hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan

mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak ini sebenarnya

mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan

penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan

angka.

C.        Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar di MI Darul

Ulum:

1.      Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan membaca :

a.       Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar.

b.      Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata-kata.

c.       Sulit mengeja suku kata atau kata secara benar.

2.      Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan menghitung :

a.          Sulit melakukan hitungan matematis.

b.          Sulit melakukan proses-proses hitungan matematis, seperti

menjumlah, mengurangi, membagi, dan mengali.

c.          Sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.

3.      Ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan menulis :

a.       Ada ketidak konsistenan bentuk huruf dalam tulisan.

b.      Saat menulis penggunaan huruf besar dan kecilnya masih

tercampur.

c.       Ukuran dan bentuk huruf dalam penulisannya tidak

proporsional.

D.       Faktor-faktor penyebab dari kesulitan belajar di MI Darul Ulum

:

1.      Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan membaca :

a.      Faktor keturunan

Kesulitan membaca cenderung terdapat pada keluarga yang

mempunyai anggota keluarga yang kidal. Karena biasanya cara

berbicaranya tidak fasih/ kurang jelas seperti seorang anak yang

tidak bisa membaca huruf “ R” tetapi malah dibaca huruf “L”.

b.          Problem pendengaran sejak dini

Apabila dalam 5 tahun pertama, seorang anak mengalami flu

dan infeksi tenggorokan, maka kondisi ini dapat mempengaruhi

pendengaran dan perkembangannya dari waktu ke waktu hingga dapat

menyebabkan cacat.

c.          Faktor kombinasi

Factor kombinasi ini menyebabkan anak dengan gangguan

kesulitan membaca menjadi parah, hingga perlu penanganan

menyeluruh dan terus menerus.

2.      Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan menghitung :

a.        Kelemahan pada proses penglihatan atau visual

Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan

mengalami kesulitan menghitung. Ia juga berpotensi mengalami

gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.

b.         Bermasalah dalam hal mengurut informasi

Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan

mengorganisasikan informasi secara detail, pada umumnya juga akan

sulit mengingat sebuah fakta, konsep untuk menyelesaikan

kalkulasi sistematis.

c.       Fobia matematika

Anak yang pernah mengalami trauma matematika bisa kehilangan

rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak segera di atasi ia akan

mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur

hitungan.

3.      Faktor yang menyebabkan mengalami kesulitan menulis :

a.    kelemahan pada proses penglihatan atau visual

Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan

mengalami kesulitan menghitung. Ia juga berpotensi mengalami

gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.

b.    Bermasalah dalam hal mengurutkan informasi

Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan

mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan

sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk

menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini menjadi

penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek

kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta

apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal

detail.

E.        Cara Mengatasi Problem Kesulitan Belajar

1.      Kesulitan membaca

Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu

anak-anak penderita kesulitan membaca dengan mengajar mereka

membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari

phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk

berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka. Bagi orang

tua, dapat melakukan beberapa cara seperti ini:

a.      Cobalah sisihkan waktu setiap hari untuk mempelajari anak

membaca.

b.     Jangan melakukan sesuatu berlebihan pada saat pertama,

mulailah dengan sepuluh atau lima belas menit sehari.

c.      Ketika dia membuat kesalahan, bersabarlah dan Bantu untuk

membenarkan kesalahan.

d.     Mulailah dengan membaca beberapa halaman pertama atau

paragraph dari cerita dengan suara keras untuk memancing anak.

e.      Kemudian mintalah anak membaca terusan ceritanya untuk

mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

2.      Kesulitan berhitung

Untuk mengatasi problem kesulitan berhitung ada dua

pendekatan yang mungkin kita lakukan yaitu kita dapat menawarkan

beberapa bentuk penanganan matematika yang intensif atau dengan

mengambil jalan pintas.

a.       Penanganan matematika yang intensif

Dapat kita lakukan dengan teknik “ individualisasi yang

dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat

dengan teman sebaya. Pendekatan ini mendasari tekniknya pada

pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda,

sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama.

Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran

agar mengajarkannya pada temannya yang mengalami kesulitan

berhitung.

b.    Mengambil jalan pintas

Memberikan kalkulator untuk menghitung, maka anak dengan

problem kesulitan berhitung ini juga dapat diberikan kalkulator

untuk menghitung. Hal ini sederhana karena anak dengan problem

kesulitan menghitung tidak memiliki masalah dengan kaitan antara

angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.

2.      Kesulitan menulis

Pendekatan yang terbaik untuk anak yang mengalami kesulitan

menulis adalah dengan mengambil jalan pintas atas problem

tersebut yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan

kesempatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus

bersusah payah menulis dengan tangannya. Sebagai ganti menulis

dengan tangannya, anak-anak dapat meminta fotokopi dari catatan-

catatan guru atau memnta ijin mengkopi catatan anak lain yang

memiliki tulisan tangan yang bagus. Mereka dapat mengandalkan

teman tersebut dan mengandalkan buku teks untuk belajar.

BAB IV

PENUTUP

A.       Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang

diberikan kepada individu untuk mengembangkan diri dengan segala

potensi sedangkan konseling merupakan suatu proses pemberian

bantuan oleh seorang konselor kepada klien yang bermasalah

melalui proses tatap muka langsung untuk menyelesaikan masalah

yang dialami klien sampai dengan selesai.

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling terdiri dari landasan

Bimbingan Konseling, tujuan Bimbingan dan Konseling, pendekatan

Bimbingan dan Konseling prinsip-Prinsip Bimbingan dan

Konseling,azas-azas Bimbingan dan Konseling,fungsi dan layanan

Bimbingan dan Konseling, layanan Bimbingan dan Konseling

Di Madrasah Ibtidaiyah, umumnya pelaksanaan kegiatan

Bimbingan dan Konseling telah berjalan namun sekolah tidak

memiliki program Bimbingan dan Konseling.

Masalah-masalah belajar yang biasa dialami siswa adalah

kesulitan dalam bebrapa mata pelajaran.

B.        Saran 

Sebaiknya setiap sekolah memiliki program Bimbingan dan

Konseling agar kegiatan Bimbingan dan Konseling bisa terencana

dan teroganisir juga berjalan sesuai dengan program yang telah

ada. Seharusnya juga setiap sekolah memilki ruangan Bimbingan dan

Konseling atau setidaknya tenaga ahli atau guru khusus Bimbingan

dan Konseling agar bimbingan lebih bisa terarah. Jika tidak

sebaiknya pemerintah memberikan pelatihan terhadap guru-guru

tentang Bimbingan dan Konseling agar guru-guru lebih paham dan

mengerti Bimbingan dan Konseling dan pentingnya Bimbingan dan

Konseling hususnya terhadap guru Sekolah Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

         Darwis, Abu. (2006). Pengubahan Perilaku Menyimpang Murid Sekolah

Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan

         Hoesein. (1993). Pedoman Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Guru dan

Tenaga Teknis Proyek Pembinaan Karier Guru dan Pengendalian Mutu

Tenaga Pendidikan.

         Kartadinata, Sunaryo. (1998). Bimbingan di Sekolah Dasar.

Bandung : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah.

         M. Ludin, Abu Bakar. (2010). Dasar-dasar Konseling. Bandung.

Cipta pustaka Media Perintis

         Setiawati. Chudari. (2007). Bimbingan dan Konseling. Bandung :

UPI Press.