Upload
kaiz-aismaabdullah
View
115
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
By. Isma abdullah
Assalamuallaikum wr.wb
BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA
BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandungkemih
dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. (Schwartz, 2000).
DEFINISI
Etiologi bph belum jelas namun terdapat faktor resiko umum dan hormon androgen, perubahan microskopik pada prostat telah
terjadi pada pria usia 30- 40 tahun . bila perubahan microskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun angka kejadian nya sekitar 50 0/0 usia 80
tahun sekitar 80 0/0 dan usia 90 tahun 100 0/0 .
ETIOLOGI
1. Teori dehidrotestosteron (DHT)2. Teori hormon
3. Faktor interaksi Stroma dan Efitel4. Teori kebangkitan kembali (reawkening)
PATOGENESIS
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluaran kemih juga terjadi
secara perlahan-lahan.
PATOFISIOLOGI
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostas,resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul sekulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lemah dan akhirnya
mengalami dekompensasi. Dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
LANJUTAN
Biasanya gejala-gejala prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) dibedakan
menjadi gejala iritatif dan obstruktif.Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun
untuk miksi pada malam hari (Nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi), dan nyeri pada
saat miksi (disuria). Sedangkan gejala obstruktif adalah pacaran melemah , rasa tidak lampis sehabis miksi, kalau mau miksi harus
menunggu lama (hesitancy), harus mengedan (straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan
waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.
MANIFESTASI KLINIS
Apabila buli-buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensio urin. Karena produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat jika terjadi infeksi.Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli. Bantuan ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan sistitis dan bila terjadi
refluks dapat terjadi pielonefritis.Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga
lama-kelamaan dapat menyebabkan herniaatau hemoroid.
KOMLPIKASI
1.PEMERIKSAAN LABORATURIUMAnalisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting
untuk melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus di perhitungkan etiologi lain
seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi kemih, walaupu BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria.
2. PEMARIKSAAN RADIOLOGISPemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi intravena, USG dan sistoskopi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kelemahan otot detrusor dapat di sebabkan oleh kelainan saraf (kandungan kemih neurologik)misalnya pada lesi
medula spinalisis, neuropati diabetes, bedah radikal yang mengorbankan persarafan di daerah pelvis, dan
menggunakan obat-obatan (penenang,penghambat reseptor panglion dan parasimpatotitik). Kekakuan leher buli-buli
dapat di sebabkan oleh proses pibrosis. Resistensi uretra dapat di sebabkan oleh pembesaran prostat (jinak atau ganas), tumor di leher buli-buli, batu uretra dan striktur
uretra.
DIAGNOSIS BANDING
1. Observasi (watchfull waiting)Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan
( Skor Madsen Iversen ≤ 9). Nasehat yang di berikan ialah yang mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak boleh minum alkohol agar tidak terlalu sering
miksi .
PENATALAKSANAAN
2.Terapi medikamentosaA. Penghambatan adrenergik a
Obat-obat yang sering dipakai adalah prazosin, terazosin, afluzosin atau yang lebih selektif a Ia (tamsulosin). Dosis dimulai 1
mg/hari sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari.
B. Penghambat enzim 5-a-reduktaseObat yang di pakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1 x 5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan
DHT sehingga prostat yang membesar akan mengecil.
C. FitoterapiPengobatan fitoterapi yang ada di indonesia antara lain eviprostat .
LANJUTAN
3. Terapi bedahWaktu penanganan untuk tiap pasien bervareasi tergantung beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi
bedah yaitu :- Retensio urin berulang
- Hematuria - Tanda penurunan fungsi ginjal- Infeksi saluran kemih berulang
- Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel,hidroureter dan hidronefrosis
- Ada batu saluran kemih Jenis pengobatan ini paling tinggi efektivitasnya.
LANJUTAN
Persiapan Pre-Operatif
A. Tanda persetujuan secara tertulis, penderita dan keluarga harus menyatakan persetujuan pembedahan (informed konsen).
B.Persiapan kulitDaerah yang akan dicukur ditentukan, lebih baik kalau
pencukuran langsung dilaksanakan sebelum pembedahan. Penderita harus dimandikan dan bersih malam sebelum
pembedahan.
C. DietPenderia tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam
pasien dipuasakan minum cairan selama 8 jam sebelum pembedahan.
D. Cairan IVPemberian cairan intravena tidak diperlukan pada berbagai kasus tetapi pada penderita yang lansia atau lemah perlu diberi cairan penguat pada malam sebelum pembedahan.
E. Pengurangan isi perutPencahar dan enema kebanyakan dilaksanakan pada pembedahan perut, pengosongan sebagian dari usus
dilaksanakan pemberian 2-3 tablet dulcolax.
F. Pemberian obat-obatanPremedikasi anastetik biasanya ditangani oleh dokter ahli
anastesi
G. Tes laboratoriumPenentuan BUN, kreatinin serum dan kalium serum, lab darah
dan lain-lain.
H. Transfusi darahHarus disiapkan bilamana perlu
J. Kandung kencingKateter folley digunakan pada pembedahan yang lama
lebih baik memasang kateter sesudah di bedah daripada sebelumnya.
LANJUTAN
Persiapan Pre-Operatif
A. Jenis pembedahanSehingga perawat dan dokter yang jaga mengetahui persoalan yang dihadapi
B. Tanda-tanda vitalTekanan darah, denyut nadi, respirasi, harus dicatat tiap 15 menit sesudah operasi,
tiap jam selam beberapa jam kemudian 4 jam hingga penderita sembuh
C. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setiap hari
D.Aktivitas dan posisiPosisi mula-mula telentang tetapi penderita harus dimiringkan ke kiri atau ke kanan
setiap 30 menit sementara ia tidak sadarkan diri. Anjurkan menggerakan kaki secara aktif atau pasif setiap jam.
E. Makanan
F. Cairan intra vena (catat jenis cairan dan kecepatan tetesan pemberiannya)
G. Pantau drain pada luka pembedahan bila ada catat outputnya
H. Monitor kateter dan pengeluaran urinenya
I. Perawatan luka bersih pada daerah luka pasca bedah
J .Pemberian antibiotic untuk menimimalkan infeksi pasca operasi
4.Terapi invasif minimal- Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
- Dilatasi balon Transurethral (TUBD)- Higt-intensity Focused Ultrasound- Ablasi Jarum Transuretra (TUNA)
- Stent Prostat
LANJUTAN
TERIMA KASIH
&
WASSALAMUALLAIKUM WR.WB