1. 1STIKes Dharma Husada Bandung GAMBARAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSENTRASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH DI SMP NEGERI 45
BANDUNG TAHUN 2017 Hj. Henti Sugesti, S.Kp., M.Kep1 , Jahidul Fikri
Amrullah, M.Kep2 Veronika Natalia, S.Kep3 123 Program studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung Jl. Terusan Jakarta 75
Bandung ABSTRAK Pendidikan dapat terwujud dengan melakukan proses
pembelajaran yang diarahkan dengan cara melakukan evaluasi hasil
belajar. Salah satu tolak ukur dalam perwujudan belajar tersebut
diperlukan konsentrasi belajar. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi konsentrasi belajar yaitu lingkungan fisik, guru,
masyarakat, nutrisi sarapan pagi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
anak di SMP Negeri 45 Bandung. Jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 102 siswa,
dengan teknik total sampling sehingga diperoleh 102 responden.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukan konsentrasi belajar 29,4% yaitu kurang,
lingkungan fisik kurang baik yaitu 82,4%, Hampir seluruhnya 98,0%
siswa dipengaruhi oleh guru, sebagian besar 65,7% dipengaruhi oleh
masyarakat yang tidak baik, asupan nutrisi yang tidak sarapan pagi
yaitu 57,8%. Saran pihak sekolah dapat mengembangkan potensi guru
yang lebih displin terhadap pembelajaran di kelas, sehingga anak
dapat mempersiapkan diri untuk menerima materi pembelajaran yang
akan disampaikan dan dapat meningkatan konsentrasi belajar.
Education can be realized by making the learning process that is
directed in a way to evaluate learning outcomes. One embodiment of
the benchmark in the study required the concentrations studied.
Factors that may affect the concentrations studied, namely the
physical environment, teachers, communities, nutritional breakfast.
This study aims to describe factors that affect children's learning
concentration at SMP Negeri 45 Bandung. The type of this research
descriptive with cross sectional approach. The study population of
102 students, with a total sampling technique in order to obtain
102 respondents. Instruments in this study using a questionnaire.
The results showed that 29.4% of the concentrations studied less,
poor physical environment that is 82.4%, 98.0% of students almost
entirely influenced by teachers, 65.7% largely influenced by people
who are not good, not nutrition breakfast is 57.8%. Suggestions
school teachers can develop the potential of a more disciplined
towards learning in the classroom, so that children can prepare to
receive teaching materials that will be delivered and may increase
the concentrations studied. Kata Kunci : Anak, Belajar,
Konsentrasi, Usia Sekolah.
2. 2STIKes Dharma Husada Bandung PENDAHULUAN Salah satu
pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas, lebih di fokuskan
untuk membentuk manusia yang bisa menikmati hidup sehat, mempunyai
kesempatan meningkatkan ilmu pengetahuan dan hidup sejahtera.
Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara terus
menerus dengan tujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia
tidak saja untuk dirinya tetapi untuk bangsa dan negaranya
(Purnakarya, 2010). Belajar diperlukan konsentrasi dalam perwujudan
perhatian terpusat. Pemusatan perhatian tertuju pada suatu objek
tertentu dengan mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak
diperlukan. Orang yang tidak dapat berkonsentrasi jelas tidak akan
berhasil menyimpan atau menguasai bahan pelajaran. Oleh karena itu,
setiap pelajar atau mahaanak berusaha dengan keras agar mempunyai
konsentrasi tinggi dalam belajar (Syaiful Bahri, 2015). Eavaluasi
hasil belajar yang baik slah satunya dengan diproduksi dari hasil
konsumsi belajar anak yang baik selama di kelas (Slemeto, 2015).
Pencapaian tujuan pendidikan dapat terwujud dengan melakukan proses
pembelajaran yang diarahkan untuk merubah perilaku anak melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Salah satu alat yang
dapat digunakan untuk mengetahui pencapaian pembelajaran yaitu
dengan cara melakukan evaluasi hasil belajar (Pendiknas, 2014).
Hasil belajar pada anak dapat dipengaruhi oleh faktor guru, seperti
perilaku guru yang kurang memberikan simpatik terhadap anak
didiknya dan kurang dapat menjadi teladan seorang guru, karena
tugas utama seorang Guru adalah membelajarkan anak . Ini berarti
bahwa bila Guru bertindak mengajar, maka diharapkan anak untuk
mampu belajar. Hal- hal seperti berikut, diantaranya Guru telah
mengajar dengan baik, ada anak yang belajar dengan giat, anak yang
berpura-pura belajar, anak yang belajar dengan setengah hati,
bahkan adapula anak yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu,
sebagai Guru yang professional harus berusaha mendorong anak agar
belajar dengan baik (Adi, 2015). Peningkatan konsentrasi belajar
dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya Lingkungan dapat
mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi, kita akan dapat
memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika kita dapat mengetahui
faktor apa saja yang berpengaruh terhadap konsentrasi, kita mampu
menggunakan kemampuan kita pada saat dan suasana yang tepat. Faktor
lingkungan fisik yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah
suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar (Slemeto, 2015).
Menurut Slameto (2015) konsentrasi belajar dapat juga dipengaruhi
oleh asupan nutrisi yaitu dengan makan pagi atau biasa disebut
dengan sarapan. Makan pagi atau sarapan mempunyai peranan penting
bagi anak sekolah usia 6-14 tahun, yaitu untuk pemenuhan gizi
dipagi hari, dimana anak-anak berangkat kesekolah dan mempunyai
aktivitas yang sangat padat di sekolah. Apabila anak-anak terbiasa
sarapan pagi, maka akan berpengaruh terhadap kecerdasan/intelegensi
otak, terutama daya ingat anak sehingga dapat mendukung Konsentrasi
Belajar anak ke arah yang lebih baik. Sarapan pagi merupakan
pasokan energi untuk otak yang paling baik agar dapat
berkonsentrasi di sekolah. Ketika bangun pagi, gula darah dalam
tubuh kita rendah karena semalaman tidak makan Sebagai usaha
memenuhi peningkatan gizi tersebut pertama- tama anak di SMP perlu
diberi pengetahuan tentang pemenuhan gizi yaitu manfaat makanan
bagi tubuh, manfaat makan tercakup dalam tri guna makanan yang
meliputi: (1) Memberi energi agar dapat belajar dengan baik dan
melakukan aktivitas lain seperti olahraga, membuat kerajinan tangan
dan praktik kerja secara optimal (2) Membangun agar anak tumbuh
serta lincah dan pintar, serta (3) Mengatur dan melindungi badan
agar tidak mudah sakit. (Kemenkes, 2014). Menurut Rohayati (2013),
perilaku makan pagi anak di SMP harus mendapat perhatian yang
serius karena hal ini berkaitan erat dengan status gizi dan
kesehatan. Mengingat petingnya kebiasaan sarapan terutama pada
kalangan anak di SMP menuntut anak lebih selektif dalam memilih
makanan dan lebih memperhatikan pentingnya sarapan. Oleh karena itu
perlu dikaji bagaimana pengetahuan, sikap dan kebiasaan sarapan
pagi anak untuk tingkat SMP sebagai bentuk kepedulian mereka
terhadap prestasi dan sebagai penerapan pengetahuan yang mereka
peroleh. Anak SMP sudah punya banyak data atau informasi sebagai
pembanding atau filter terhadap informasi yang ia terima dari
3. 3STIKes Dharma Husada Bandung lingkungan. Dengan demikian,
mulai kecil hingga usia SMP adalah masa kritis untuk memasukkan
informasi ke pikiran bawah sadar anak, dibandingkan pada anak SD
yang masih berumur 8-10 tahun pikiran sadar anak mulai aktif. (Adi,
2015). Namun menurut Hurlock (2012) batasan dan perkembangan usia
untuk anak SMP yaitu anak akan memiliki pikiran sadar dan cukup
kuat ketika saat usia 11 atau 13 tahun yaitu anak SMP, selain itu
pada usia tersebut tahap perkembangan pola fikir terhadap anak akan
cenderung labil dan dapat memperhambat konsentrasi belajar. Studi
pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri 45 Bandung terdapat
102 orang anak kelas I yang terdiri dari 62 Perempuan dan 40 orang
laki-laki, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
terhadap 10 orang, 8 dari 10 anak tersebut sering kali tidak
konsentrasi dalam belajar, karena perut dalam keadaan kosong dan
perut sakit, hal tersebut karena mereka tidak sarapan terlebih
dahulu ketika berangkat kesekolah sehingga gizi yang berkembang
dalam tubuh mereka berkurang selain itu mereka selalu terburu-buru
dan tidak sempat untuk melakukan sarapan pagi dirumah. Peran orang
tua juga tidak memprioritaskan anak untuk mengingatkan sarapan pagi
dan sudah lepas dari pengawasan orang tua mereka, peran orang tua
disini tidak terlibat dalam penelitian ini dan hanya dipandang
untuk memotivasi anak dalam melakukan sarapan pagi, akan tetapi
anak tidak mendapatkan peran dukungan tersebut dari orang tua
mereka untuk melakukan sarapan pagi sebelum berangkat sekolah,
alasannya para orang tua sibuk dalam pekerjaanya. Kemudian 1 orang
mengatakan kepala selalu pusing dan perut menjadi sakit bahkan ada
1 orang anak yang pingsan waktu diadakan upacara bendera karena
perut dalam keadaan kosong. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
diantaranya adalah faktor eksternal yang meiputi lingkungan, guru,
masyarakat dan nutrisi sarapan pagi, sedangkan faktor internal
diantaranya yaitu keturunan, bakat dan intelegensi anak (Slameto,
2015). Faktor lingkungan fisik mempunyai pengaruh besar terhadap
konsentrasi belajar pada anak yaitu seperti kepadatan Ruang kelas
yang tidak memiliki syarat kepadatan minimal 1,75 m2/anak, ruang
gerak yang tidak cukup bagi anak-anak dan tidak terlalu padat akan
membuat anak susah bergerak dan sulit untuk berkonsentrasi dalam
belajar. Kemudian faktor guru yang kurang memotivasi terhadap anak
untuk belajar, guru juga dapat mempengaruhi semangat belajar yang
tinggi dan dapat juga mengendorkan keinginan belajar yang
sungguh-sungguh. Anak yang baik berusaha mengatasi kesulitan ini
dengan memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran, bukan kepada
kepribadian gurunya. Sebaliknya guru yang pandai mengajar yang
dapat menimbulkan pada diri anak rasa menggemari bahan yang
diajarkannya sehingga tanpa disuruh pun anak banyak menambah
pengetahuannya dibidang itu dengan membaca buku-buku, majalah dan
bahan cetak lainnya (Nugroho, 2016). Faktor yang lain yaitu faktor
masyarakat dan kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal anak
akan memengaruhi belajar anak . Lingkungan anak yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas
belajar anak , paling tidak anak kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat- alat belajar yang kebetulan
belum dimilkinya (Nugroho, 2016) Konsentrasi belajar pada anak usia
sekolah yaitu kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap suatu hal
atau pelajaran itu pada dasarnya ada pada setiap orang, hanya besar
kecilnya kemampuan itu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
keadaan orang tersebut, lingkungan fisik, faktor guru, masyarakat,
dan asupan nutrisi yaitu sarapan pagi pemusatan pikiran merupakan
kebiasaan yang dapat dilatih, jadi bukan bakat/pembawaan.
Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul gambaran faktor yang mempengaruhi
konsentrasi belajar anak di SMP Negeri 45 Bandung .
4. 49STIKes Dharma Husada Bandung METODOLOGI PENELITIAN Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan (Sugiyono, 2014).
Metode deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan
antara dua variabel atau lebih. Tanpa melakukan perubahan, tambahan
atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Sugiyono,
2014). Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
kebiasaan sarapan pagi dengan Konsentrasi Belajar . Pendekatan
waktu dalam pengumpulan data menggunakan pendekatan cross
sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali, pada tempat
dan waktu yang telah ditentukan dengan tujuan untuk mencari
hubungan antara variabel independen (faktor risiko) dengan variabel
dependen (efek) (point time approach) (Notoatmodjo, 2012). Pada
penelitian ini yang digunakan yaitu untuk mengetahui hubungan
kebiasaan sarapan pagi dengan Konsentrasi Belajar . Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh
populasi dalam penelitian ini adalah jumlah anak SMPN 45 Bandung
yaitu kelas 1 sebanyak 102 orang. Sampel Sampling adalah suatu cara
yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2014). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2014). Jumlah sampel pada
penelitian ini yaitu 102 orang. Instrumen Instrumen penelitian
adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen
yang digunakan dalam pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian
ini berupa kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini penulis
menggunakan instrument atau alat ukur konsentrasi yaitu modul Grid
Concentration Exercise yang diadopsi dari D.V Harris dan B.L Harris
(1998) dalam jurnal Puspaningrum (2013). Berikut adalah bentuk
instrument dari grid concentraton exercise: 84 27 51 97 78 13 100
85 55 59 33 52 04 60 92 61 31 57 28 29 18 70 49 86 80 77 39 65 96
32 63 03 12 73 19 25 21 23 37 16 81 88 46 01 95 98 71 87 00 76 24
09 50 83 64 08 38 30 36 45 40 20 66 41 15 26 75 99 68 06 34 48 62
82 42 89 47 35 17 10 56 69 94 72 07 43 93 11 67 44 53 79 05 22 74
54 58 14 02 91 Sumber : Puspaningrum (2013) Pelaksanaanya dari tes
Concentration Grid Exercise dengan tujuan untuk mengukur tingkat
konsentrasi belajar yaitu alat tulis seperti pulpen, dan Stopwatch
(menggunakan HP). Kemudian untuk melakukan tes ini diperlukan
sebuah gambar yang memiliki 100 kotak yang memuat angka dari 0
sampai 100 secara acak. Para anak dikumpulkan secara bersama dengan
ruangan terpisah jarak satu meter. Instruksi yang diberikan berupa
menghubungkan angka-angka tersebut secara berurutan atau tersusun
dari mulai 0 sampai dengan 100 baik secara horizontal maupun
vertikal dalam waktu satu menit. Anak hanya perlu memberi tanda
ceklis () pada kotak angka yang mereka temukan secara berurut.
Kegiatan ini dibantu oleh dua orang untuk melihat kejujuran anak
dalam menceklis kotak angka, sedangkan Stopwatch adalah penentuan
waktu, bilamana waktu dalam 60 detik atau sudah selesai maka
penceklisan angka tersebut dihentikan yaitu 120 detik peneliti
mengumpulkan kembali dengan jawaban seadanya, peneliti menentukan
skor hasil tes yaitu hasil kotak angka yang berhasil didapat secara
berurutan dan tersusun dengan benar dan dinilai sebagai ketentuan
berikut :
5. 50 50STIKes Dharma Husada Bandung Tabel 3. 3 Kriteria
Penilaian Konsentrasi belajar No Kriteria Kategori Nilai 1. >21
Konsentrasi Sangat baik A 2. 16-20 Konsentrasi Baik B 3. 11-15
Konsentrasi Cukup C 4. 6-10 Konsentrasi Kurang D 5.