View
114
Download
8
Category
Preview:
DESCRIPTION
ojt
Citation preview
ptsdsd
BAB IPENDAHULUAN1.1Profil PLN Rayon MannaPT. PLN (Persero) Rayon Manna merupakan salah satu unit PLN yang menjalankan bisnis kelistrikan di Area Bengkulu Wilayah S2JB . Rayon Manna terletak di Jalan Makam Pahlawan No. 30 Manna, Bengkulu Selatan, Bengkulu. Rayon Manna memiliki 41,883 pelanggan terdiri dari 10,188 pelanggan pra bayar dan 31,695 pelanggan pasca bayar.Dalam proses penyaluran tenaga listrik, Rayon Manna memiliki 8 penyulang/jurusan terdiri dari :1. Penyulang Massat2. Penyulang Kota Medan3. Penyulang Express Raflesia4. Jurusan Duayu5. Jurusan Seginim6. Jurusan Kedurang7. Jurusan Fajar Bulan8. Jurusan Kota MedanPenyulang Massat, Kota Medan, dan Raflesia disupply dari GI Massat dengan kapasitas 2x30 MVA dan Jurusan lain di supply dari GH Manna yang disupply dari Penyulang Raflesia.
PT PLN (PERSERO)RAYON MANNA
18
Gambar 1.Single Line Diagram Rayon Manna1.1.1Data AsetBerikut data aset Rayon Manna, Area Bengkulu, S2JBTabel 1 1 Data Aset PT. PLN Rayon PrabumulihNo.URAIANJUMLAHSATUAN
1JumlahPenyulang/Jurusan8Unit
2JumlahGardu204Unit
3Total kVA17,257KVA
3Panjang JTM 20 kV329,660KMS
4Panjang JTR 187.76 KMS
5Jumlah tiang1998Buah
6Total Pelanggan 41,833Pelanggan
* PelangganReguler71.669Pelanggan
* PelangganPrabayar8.112Pelanggan
1.2 Latar Belakang kegiatan OJTSusut dan gangguan merupakan salah satu permasalahan yang ada di dunia kerja PLN. Susut adalah selisih kwh beli dibanding dengan kwh jual ke pelanggan, dimana susut ini terdiri dari dua hal yaitu susut teknis dan nonn teknis.Rayon Manna sebagai bagian dari proses bisnis tenaga listrik PT PLN masih memiliki susut yang relatif tinggi yaitu di atas 10%. Di tahun 2015, Rayon Manna mencangangkan target susut sebesar 10.5%. Pada tiga bulan pertama, berturut turut dari Januari hingga Maret 2015 susut Rayon Manna adalah sebesar 12.98%, 16.42%, 14.3%. Artinya ada margin sebesar 3,8% dari target yang dicanangkan. Berdasarkan kWh beli dari GI Massat, 3,8% susut Rayon Manna senilai dengan 278.962 kWh. Pencapaian susut akan sesuai target yang dicanangkan apabila setiap bulan di 9 bulan terakhir saving kWh yang dibutuhkan adalah 30,955 kWh.
Gambar 2 Susut Rayon MannaSampai saat ini susut selalu berusaha ditekan dengan penggalakan berbagai program meliputi teknis maupun non teknis. Namun penekanan susut secara teknis ini belum maksimal karena berbagai kendala. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode terperinci yang lebih sistematis dan terarah untuk menurunkan susut dalam segi teknis, yang dinamakan sebagai rekonsiliasi energi.Rekonsiliasi energi ini sendiri sudah lama tidak digerakkan karena keterbatasan SDM maupun belum adanya program yang ditujukan untuk mengeksekusi rekon ini. Oleh sebab itu, dalam program On The Job Trainee (OJT) siswa diklat prajabatan PT PLN angkatan 44 Rayon Manna mengangkat judul tentang rekonsiliasi energi di Rayon Manna, Area Bengkulu, WS2JB.
1.3Tujuan Dalam pelaksanaan OJT dengan tema rekonsiliasi energi, Siswa OJT Rayon Manna memili tujuan sebagai berikut :1. Menganalisa penyaluran energi listrik di salah satu bagiandari Rayon Manna2. Mengetahui penyebab susut dan langkah-langkah yang harus dikerjakan3. Dapat menurunkan susut sebesar 2%.BAB IIISU STRATEGIK
Rekonsiliasi energi adalah kegiatan atau aktifitas untuk menekan susut energi, dengan memastikan penyaluran energi listrik dari Gardu Induk (GI) sampai ke pelanggan dengan susut energi di jaringan seminimal mungkin.Tantangan target susut 10.5% bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai, masalah yang sering muncul adalah program yang direncanakan tidak sesuai dengan realisasinya. Beberapa kendalanya yaitu jumlah SDM yang terbatas, fokus ke program mengingat kondisi multitasking di perusahaan dan juga pengawasan program yang belum maksimal.Dalam upaya penekanan susut dengan metode rekon diperlukan tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selanjutmya tahapan-tahapan ini akan dikembangkan menjadi workplan yang nantinya sebagai acuan selama kegiatan OJT. Berikut 7 (tujuh) tahap utama dalam rekonsiliasi energy :1. Analisa penentuan prioritas lokasi2. Manajemem infrastruktir, data pelanggan dan jaringan3. Pengukuran energi listrik4. Perhitungan susut energi5. Analisa penyebab susut6. Eksekusi program7. Pengawasan dan pengelolaan
2.1Work PlanDalam detil kegiatan OJT angkatan 44, maka disusunlah sebuah workplan yang berpacu pada 7 tahap utama rekonsiliasi energy. Adapun penjabaran workplan akan dipaparkan pada action plan dan untuk keberhasilan workplan maka disusunlah timeline projek OJT sebagai berikut :
Tabel 2 Timeline Rekonsiliasi EnergiNOKEGIATANSTATUSMaretAprilMei
Minggu 3Minggu 4Minggu 1Minggu 2Minggu 3Minggu 4Minggu 1Minggu 2Minggu 3Minggu 4
1Analisa penetuan priorias lokasiPlan
Actual
2Manajemen infrastruktur, data pelanggan dan jaringanPlan
Actual
3Pengukuran energi listrikPlan
Actual
4Perhitungan susut energiPlan
Actual
5Analisa Penyebab SusutPlan
Actual
6Eksekusi program perbaikanPlan
Actual
7Pengawasan dan PengelolaanPlan
Actual
Aktifitas masih berjalanAktifitas yang sudah terselesaikanRencana
2.2Action planDari workplan yang telah dirancang, dibawah ini merupakan kegiatan yang mendukung terlaksananya workplan yang berguna untuk keberhasilan project rekonsiliasi energyTabel 3. Action PlanNoWorkplanAction PlanWaktu (hari)OutputMentor & Co-Mentor
1Analisa penentuan prioritas lokasi1. Mengenal menejemen dalam perusahaan 2Data InvestigasiMarwan Yudi Samukti / Helmi NS
2. Mendata jumlah susut jaringan Koreksi terhadap Single Line Diagram Penyulang
3. Melaksanakan investigasi jalur jaringanMenentukan Lokasi Rekon energi
4. Mengenal Kegiatan P2TL
2Manajemem infrastruktir, data pelanggan dan jaringan1. Melakukan survei trafo di lokasi10Data Investigasi dan Dekumnetasi, serta data perbaikan index pelangganMarwan Yudi Samukti / Helmi NS
2. Melakukan survei jaringan SR pada setiap gardu
3. Pembenahan index pelanggan
4. inventarisasi Data Aset Jaringan
5. Pengolahan data indexing di map source dan autocad
3Pengukuran energi listrik1. Persiapan material MTD14Terpasang 10 MTD Marwan Yudi Samukti / Helmi NS
2. Pemasangan rak MTD
3. Pemasangan MTDTercatatnya stand pelanggan di 5 gardu indexing
4. Pengukuran stand pelanggan
NoWorkplanAction PlanWaktu (hari)OutputMentor & Co-Mentor
4Perhitungan susut energi1. Analisa susut energi ETAP8Mengetahui susut energimwlalui ETAPMarwan Yudi Samukti / Helmi NS
2. Analisa susut GIMengetahui susut di GI
3. Analisa susut energi JTMMengetahui susut di JTM
4. Analisa susut energi JTRMengetahui JTR
5. Analisa susut energi akibat panasMengetahui susut energi akibat panas
6. Perhitungan susut energi JTR di lapangan Mengetahui susut energi JTR di lapangan
5Analisa penyebab susut1. Analisa fishbone6Mengetahui langkah kerja untuk tahap eksekusi programMarwan Yudi Samukti / Helmi NS
2. Penentuan matriks skala prioritas kerja
3. Menyusun langkah kerja berdasarkan prioritas kerja
6Eksekusi program1. Pelaksanaan penyeimbangan beban20Melakukan pemeliharaan sesuai urutan kerja sesuai prioritas kerjaMarwan Yudi Samukti / Helmi NS
2. Pergantian material PHB TR
3. Perbaikan Jointing
4. Perbaikan SR deret
5. Penggantian kWh meter macet
6. Penggantian MCB tidak standar
7. Pemeliharaan umum sesuai kondisi lapangan
7Pengawasan dan pengelolaan1. Pengawasan terhadap perbaikan24Pemeliharaan memberikan perbaikan secara permanenMarwan Yudi Samukti / Helmi NS
2. Perhitungan saving energi dari perbaikan
3. Penyusunan laporan akhirMengetahui saving susut
Laporan akhir
BAB IIIOFI (OPPOTUNITY FOR IMPROVEMENT)
Untuk mengetahui oppourtunity for improvements, maka diperlukan analisa energy yang memungkinkan menghitung berapa saving energy yang bisa kita dapatkan dari Action For Improvement. Berikut ruang lingkup sebagai penjabaran dari OFI OJT angkatan 44 dengan Judul Project Rekonsiliasi Energi Jurusan Duayu Section 1 Rayon Manna Area Bengkulu, WS2JB1. Analisa Energi dengan ETAP2. Anailisa susut energy di GI3. Analisa susut energy di JTM4. Analisa susut energy di JTR5. Analisa susut energy dari panas6. Perhitungan susut energi JTR di lapangan7. Analisa Fishbone8. Matriks penentuan skala prioritas
3.1 Analisa Energi dengan ETAP3.2Analisa susut energy di GIAnalisa susut GI yang dimaksud adalah GI Massat sebagai penyupalay utama Rayon Manna dengan kapasitas trafo 2x30 MVA. Perhitungan susut energy didapatkan selisih antara incoming kubikel GI dengan Outgoing kubikel GI.Data didapatkan dari histori data GI Massat dari tangggal 2 hingga 22 April 2015, Berikut perhitungan susut energy dari GI Massat :
Tabel Perhitungan susut energy di MassatNOURAIANSTAD AWALSTAND AKHIRSELISIHFAKTOR KALIHASIL
1KWH INCOMING
TRAFO # 1 (30 MVA)231,121,511.62236367248.65,245,736.9915245736.991
TRAFO # 2 (30 MVA)36925796.7438525399.31,599,602.5711599602.565
2TOTAL KWH TRANSFER 6845339.556
3KWH TERSALUR
NOURAIANSTAD AWALSTAND AKHIRSELISIHFAKTOR KALIHASIL
Penyulang GH. Manna138618689.2141801626.73,182,937.4413182937.441
Penyulang Kota Medan53419725.8655146476.811,726,750.9511726750.949
Penyulang Massat12578456.8212898830.47320,373.651320373.651
Penyulang Bintuhan12584899.4614185233.71,600,334.2411600334.237
KWH PS86.12788.1422.01510002015
4TOTAL TERSALUR6832411.278
5SELISIH (TRANSFER- TERSALUR) 12928.278
6SUSUT %0.188862479
Berdasarkan table di atas susut dari GI Massat adalah 0.18%.3.7 Analisa Fishbone3.7.1 Fish Bone JTMSusut JTM yang dicari merupakan susut di jaringan GI menuju GH Manna lalu menuju ke jurusan Fajar Bulan, jurusan Duayu, jurusan Kota Medan, jurusan Seginim, dan jurusan Kedurang. Susut JTM selanjutnya dari jurusan Duayu ke 10 gardu yang telah di pasang Metering Trafo Distribusi (MTD) guna untuk mengetahui selisi kWh dari GH ke 10 gardu yang telah dipasang Metering Trafo Distribusi (MTD).Untuk analisa susut disisi JTM digunakan metode fish bone untuk mengetahui apa saja permasalah yang menimbulkan susut di JTM. Berikut fish bone susut JTM :
Gambar 3.1 Fish Bone Susut JTM
Dari factor Man adalah tidak adanya inspeksi susut JTM, yaitu perhitungan secara terperinci dari GH ke tiap-tiap gardu, sehingga susut yang terjadi di antara GH ke gardu belum diketahui.Dari factor Machine adalah rugi-rugi dalam penghantar panjang penghantar. Susut pada penghantar, antara lain: panjang jaringan, luas penampang, dan jenis penghantar.Dari factor Methode adalah tidak adanya inspeksi susut JTM, karena tidak semua gardu memiliki Metering, sehingga untuk membandingkan kWh salur dari GH ke gardu tidak dapat diketahui.Dari factor Materials adalah tidak terpasangnya Metering di gardu dan penghantar yang mulai tidak sesuai dengan SPLN. 3.7.2 Fish Bone Gardu
Gambar 3.2 Fish bone susut gardu
Factor Man yang menyebabkan susut pada gardu adalah kurangnya kepedulian dari petugas untuk melakukan pemeliharaan gardu.Factor machine yang menyebabkan susut pada gardu antara lain nilai tahanan pada pentahan terlalu besar, rugi-rugi
3.7.3 Fish Bone JTRUntuk analisa susut JTR digunakan metode fish bone untuk menganalisa susut pada JTR
Gambar 3.3 Fish bone JTRFactor Man yang menyebabkan adanya susut di JTR antara lain penandaan fasa LVTC tidak benar sehingga memungkinkan kesalahan dalam penarikan kabel fasa dan netral. Taping yang tidak rapi sehingga memungkinkan timbul percikan api yang berpengaruh pada susut.Factor Machine yang menyebabkan susut JTR antara lain adalah rugi-rugi dalam penghantar, panjang penghantar akan mempengaruhi besarnya impedansi di JTRDari sisi methode adalah sr deret tidak memenuhi standar yaitu 5sehingga memungkin losses yang banyak.Factor Materials yang menyebabkan susut JTR anatara lain rugi-rugi dalam penghantar. Panjang penghantar yang terlalu panjang yang menyebabkan drop tegangan d ujung jaringan.
3.7.4 Fish Bone PHB-TR
Gambar 3.4 Fish bone PHB-TR
Factor Man yang menyebabkan susut pada PHB-TR kepedulian saat menemukan loss kontak pada fuse Holder tidak melakukan tindakan dan penentuan puding kabel yang keliru.Factor Machine yaitu, PHB-TR yang tidak menggunakan main switch breaker, body rak PHB berkarat, berlubang dan tidak adanya lampu penerangan.Factor Methode yaitu, saat melakukan perbaikan atau perawatan belum sesuai dengan SOP seperti melepas NH Fuse dengan tangFactor Materials yaitu, Loss kontak pada skun, NH Fuse Holder, dan busbar penghantar yang kurang besar. Ada pula jumperan yang tidak standar, gagang NH Fuse patah sehingga sulit untuk dicabut.
3.7.5 Fish Bone APP
Gambar 3.5 Fish Bone APP
Factor Man yaitu, konsumen tidak melapor bila terjadi stand macet/rusak, segel dibuka. Formula untuk mengatasih masih berdasarkan stand lalu dan stand akhir sehingga membutuhkan waktu lama untuk melakukan pembenahan ke meteran.Factor Machine yaitu, stand macet/rusak. Ini terjadi akibat meteran tersebut sudah lama atau masa penggunaannya sudah lewat dari yang telah dicantumkan.Factor Methode yaitu, belum adanya formula untuk menemukan indikasi kerusakan APP atau P2TL Factor Material yaitu, banyaknya ditemukan MCB yang tidak standar dengan PLN
POTENSI IMPACT
TINGGI
1
94,5,6,7,832
1210
SEDANG131411
1517
1618
RENDAH
SULITSEDANGMUDAH
LIST HASIL PEMETAAN PERMASALAHAN( DIAMBIL DARI FISHBONE )
1Peduii
2Penanda kabel incoming tidak tepat
3Beban tidak seimbang
4Loss kontak skun
5Loss kontak NH Fuse-Holder
6Busbar kurang besar (Panas tinggi)
7Jumper jurusan tidak standar
8NH Fuse diindikasi mulai rusak
9Grounding hilang
10Stand macet
11MCB tidak standar PLN
12SR deret
13Jointing
14Body tidak digroundkan Tidak ada lampu penerangan
15Tidak menggunakan main switch breaker
16Rak berkarat dan berlubang
17Rugi-rugi dalam penghantar
18Penanda fasa LVTC tidak benar
Matriks penentuan skala prioritas
Setelah menganalisa akar permasalahan dengan metode fish bone maka langkah selanjutnya sebelum mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut adalah dengan menentukan skala proiritas. Permasalahan yang dapat di selesaikan dengan mudah tetapi memiliki dampak yang tinggi terhadap susut.1. KepedulianPermasalahan yang sangat mudah tetapi memiliki dampak yg tinggi adalah kurang pedulinya petugas dalam melakukan pemiliharaan baik dari sisi JTM dan sebagainya.2. Penanda kabel incoming tidak tepatPenandaan kabel pada sisi incoming yang tidak tepat membuat petugas mengalami kesulitan dalam melakasanakan pemeliharaan.3. Beban tidak seimbang Beban tidak seimbang menyebabkan banyaknya arus yang mengalir pada netral. Penyeimbangan. 4. Pemeliharaan GarduPemeliharaan gardu di mungkinkan karena adannya loss kontak pada skun, loss kontak pada NH- Fuse sehingga menyebabkan percikan api. Busbar kurang besar menyebabkan panas yang tinggi, jumper jurusan yang tidak sesuai dengan standar, NH- fuse diindikasi mulai rusak.5. Grounding HilangHilangnya kabel pentanahan. Perlu ada perbaruan grounding6. Stand macetPergantian stand yang macet dengan stand yang baru. Pergantian MCB yang tidak standar PLN.7. SR DeretSR Deret yang terlalu panjang dapat menyebabkan drop tegangan. SR deret yang sesaui dengan standar adalah 5 deret.8. JointingPergantian Jointing yang panas pada sisi JTM9. Body tidak digroundkanBody tidak digrondingkan dan tidak adanya lampu penerangan 10. Tidak menggunakan main switch breakerSwitch breaker atau disebut juga No Fuse Switch Circuit Breaker(NFB) sudah mengalami kerusakan sehingga tidak ada pemutus antara trafo dengan pembagian jurusan. Perlu ada pemasangan baru NFB.11. Rak berkarat dan berlubangRak Berkarat pada sisi PHB-TR dan berlubang yang menyebabkan tidak amannya bagi masyarakat sehingga perlu pergantian tapi dampaknya tidak terlalu tinggi pada penurunn susut.12. Rugi-rugi pada penghantarRugi-rugi pada penghantar menyebabkan terjadinya loss kontak dan menimbulkan percikan api 13. Penanda fasa LVTC tidak benarPenandaan fasa LVTC tidak benar menyebabkan kesalahan dalam penyimbangan beban.
LBS SF6 MN 05JL. AHMAD YANIYYTRAFO #1 30MVA GI MASSADTRAFO #2 30 MVA GI MASSADFEADER RAFLESIA
FEADER EXPRES BINTUHAN MOFTJ KEMUNING LBS SF6TJ KEMUNNG
FEADER KOTA MEDAN GHMANNAKE RAYON TAIS MOFSANDAWAR LBS SF6AIR MANCAR LBS SF6DESA RANTAU PANJANGLBS MANUALFAJAR BULAN LBS MANUALSIMPANG TALANG ALAMLBS MANUAL TUNGKAL LBS SF6PINO RAYAJRSN. SEGINIMJRSN. DUAYUJRSN. FAJAR BULANTRAFO KANTOR LBS SF6JL. SUDIRMANLBS MANUAL ADIRAJURUSAN KEDURANLBS SF6 MELATILBS SF6JL. DAUS LBS SF6JL. PADANG GILANG LBS SF6JL. SIMPANG RUKIS LBS YUDIJl. AHMAD YANILBS MANUALLBS SF6 LBSSULAU WANGI
Recommended