View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
612.3 Indonesia.KementerianKesehatanRI.DirektoratJenderalInd BinaGizidanKesehatanIbudanAnakp Pedomanprosesasuhangiziterstandar(PAGT).— Jakarta:KementerianKesehatanRI.2014
ISBN978-602-235-676-9
1.JudulI.NUTRITIONALREQUIREMENTS
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | �
Assalamu’alaikum Wr.WbPuji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya akhirnya penyusunan Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dapat diselesaikan dengan baik. Pedoman ini disusun agar tersedia acuan bagi tenaga kesehatan dan khusus nya tenaga gizi dalam melakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga terlaksana pelayanan gizi yang berkualitas. Pedoman ini mencakup Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar, Konsep, Proses dan Langkah Asuhan Gizi Terstandar, Kewenangan Tenaga Gizi dalam Proses Asuhan Gizi, serta Pengawasan dan Pengendalian Mutu Asuhan Gizi pada fasilitas pelayanan kesehatan. Ucapan terimakasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penyusunan pedoman dan penggunaan buku ini. Wa billahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum wr.wb.
Jakarta, Januari 2014
Direktur Bina Gizi
Ir. Doddy Izwardy, MA
KATA PENGANTAR
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ���
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya penyusunan Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) telah dapat diselesaikan.Dalam melaksanakan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana yang memadai serta buku pedoman agar pelayanan gizi yang dilaksanakan dapat optimal berkontribusi dalam memberikan jaminan keselamatan pasien.Pelayanan gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan lain. Seperti pelayanan lainnya, pelaksanaan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan disiapkan untuk memenuhi tuntutan kualitas sesuai standar Akreditasi baru yang mengacu pada Joint Commission International (JCI) dengan tambahan muatan target Millennium Development Goals (MDG’s). Terbitnya buku pedoman PAGT ini diharapkan menjadi pedoman untuk para pengelola fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam melaksanakan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan, karena pelayanan gizi dapat berjalan baik dengan perhatian dan dukungan kebijakan dari pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi, untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi, yang berbasis kompetensi dalam peningkatan profesionalisme.Oleh karena itu kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran dan kritik dalam penyusunan pedoman dan penggunaan buku ini.
Jakarta, Januari 2014 DirekturJenderalBinaGizidanKIA
Dr.AnungSugihantono,M.Kes
SAMBUTANDIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�v
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | v
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya Pedoman yang merupakan pengejawantahan konsep Nutrition Care Process (NCP) dapat diselesaikan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan gizi yang berkualitas bagi masyarakat.Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) disusun untuk mendukung terlaksananya patient safety dan menjalankan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang mengamanatkan upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat. Dalam rangka memenuhi amanat tersebut diperlukan suatu proses asuhan gizi yang terstandar di semua fasilitas pelayanan kesehatan maka Kementerian Kesehatan perlu mempersiapkan buku pedoman PAGT yang sejalan dengan peraturan baru yang berlaku, perkembangan ilmu dan teknologi, serta kebijakan akreditasi di semua fasilitas pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Saya memandang penting adanya pedoman ini untuk implementasi di lapangan. Semoga hadirnya buku pedoman PAGT ini dapat digunakan sebagai acuan tenaga gizi, manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan para pengelola pelayanan gizi di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, dalam upaya peningkatan kegiatan pelayanan gizi terintegrasi melalui jalinan kemitraan yang diharapkan akan meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat untuk mencapai status gizi yang baik.Saya mendukung dan memberikan apresiasi pada penyusunan buku ini. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan pedoman ini.
Jakarta, Januari, 2014 DirekturJenderalBinaUpayaKesehatan
Prof.Dr.dr.AkmalTaher,Sp.U(K)
SAMBUTANDIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandarv�
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | v��
Kata Pengantar ...................................................................................................... iSambutan Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA .......................................... iiiSambutan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan ................................ vDaftar Isi ................................................................................................................... viiDaftar Lampiran .................................................................................................... ixDaftar Tabel ............................................................................................................. ixDaftar Gambar ........................................................................................................ xDaftar Singkatan ................................................................................................... x
Bab I. Pendahuluan ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Tujuan ............................................................................................. 3 C. Sasaran ........................................................................................... 3 D. Ruang Lingkup ........................................................................... 3 E. Dasar Hukum ............................................................................... 4 F. Batasan Operasional .................................................................. 5
Bab II. Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar ................................ 9
Bab IIII. Konsep, Proses dan Langkah Asuhan Gizi Terstandar ............ 11 A. Konsep PAGT ............................................................................... 11 B. Proses Asuhan Gizi Terstandar ............................................... 14 C. Langkah-Langkah PAGT ............................................................ 16
Bab IV. Kewenangan Tenaga Gizi Dalam Proses Asuhan Gizi ................ 35 A. Tenaga Gizi Registered Dietesien (RD) ................................... 35 B. Tenaga Gizi Technical Registered Dietesien (TRD) .............. 36 C. Tenaga Gizi Nutrisionis Registered (NR) ................................ 37
Bab V. Pengawasan Dan Pengendalian Mutu Asuhan Gizi ............... 39 A. Tujuan Pengawasan Dan Pengendalian ............................. 39 B. Indikator Mutu Asuhan Gizi .................................................... 40
Bab VI. Penutup .................................................................................................... 43
DAFTAR ISI
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandarv���
DAFTARLAMPIRAN
Lampiran 01 Standar–standar Akreditasi Rumah Sakit Nasional dan Internasional Terkait PAGT di Rumah Sakit ......... 44Lampiran 02 Contoh Soal .............................................................................. 52Lampiran 03 Beberapa terminologi yang dipergunaka n .................. 60Lampiran 04 Terminologi Diagnosis Gizi ................................................. 86Lampiran 05 Pedoman Perhitungan Kebutuhan .................................. 93Lampiran 06 Formulir Skrining Gizi ........................................................... 97Lampiran 07 Formulir Asuhan Gizi .............................................................. 99Lampiran 08 Formulir Evaluasi Asuhan Gizi ........................................... 100Lampiran 09 Standar Prosedur Operasional Pengisian Skrining Gizi Pasien Dewasa ............................................... 101Lampiran 10 Instruksi Kerja ........................................................................... 104Lampiran 11 Kebijakan .................................................................................. 106Lampiran 12 Form Pengawasan dan Pengendalian ............................ 108
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 110Tim Penyusun ......................................................................................................... 112
DAFTARTABEL
Tabel 1. Data yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah PAGT ............................................................. 33
DAFTARGAMBAR
Gambar 1. Proses dan Model Asuhan Gizi Terstandar ................... 9Gambar 2. PAGT dan Bahasa Terstandar (Terminologi) ................. 13Gambar 3. Langkah-langkah dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar ................................................................................. 14Gambar 4. Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Inap ................................................................... 15Gambar 5. Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Jalan .................................................................. 16
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | �x
DAFTARSINGKATAN
ADA : American Dietetic AsosiationASDI : Asosiasi Dietisien IndonesiaPAGT : Proses Asuhan Gizi TerstandarNCP : Nutrition Care ProcessRD : Registered DietisienTRD : Technical Registered DietisienNR : Nutrisionis RegisteredADIME : Assesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandarx
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | �
BAB IPENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada individu dan masyarakat. Pelayanan gizi merupakan salah satu sub-sistem dalam pelayanan kesehatan paripurna, yang berfokus kepada keamanan pasien. Dengan demikian pelayanan gizi wajib mengacu kepada standar yang berlaku. Mengingat masih dijumpai kejadian malnutrisi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maka perlu upaya pendekatan yang lebih strategis.
Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapat kecenderungan peningkatan kasus yang terkait gizi baik, pada individu maupun kelompok. Hal ini memerlukan asuhan gizi yang bermutu guna mempertahankan status gizi yang optimal dan untuk mempercepat penyembuhan.
Hasil studi kohort tahun 2011 yang dikenal dengan penelitian SARMILA di 3 (tiga) rumah sakit (RS Dr. Sardjito Yogyakarta, RS M. Djamil Padang dan RS Sanglah Denpasar), diketahui pasien dengan asupan energi tidak cukup selama di rumah sakit mempunyai risiko lebih besar untuk malnutrisi dan terdapat perbedaan yang signifikan lama hari rawat inap pada pasien dengan asuhan gizi dan pelayanan gizi konvensional. Dengan demikian untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan pemberian dukungan gizi yang tepat melalui pelayanan asuhan gizi terstandar dan berkualitas oleh sumber daya manusia yang profesional.
Sejak tahun 2003 American Dietetic Association (ADA) menyusun Standarized Nutrition Care Process (NCP). Kemudian pada tahun 2006, Asosiasi Dietisien Indonesia (ASDI) mulai mengadopsi NCP-ADA menjadi Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Proses terstandar ini adalah suatu metoda pemecahan masalah yang sistematis dalam menangani problem gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Terstandar yang dimaksud adalah memberikan asuhan gizi dengan proses terstandar, yaitu menggunakan struktur dan kerangka kerja yang konsisten sehingga
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�
setiap pasien yang bermasalah gizi akan mendapatkan 4 (empat) langkah proses asuhan gizi yaitu: asesmen, diagnosis, intervensi serta monitoring dan evaluasi gizi.
Asuhan gizi yang aman dan efektif dengan membuat keputusan secara sistematis, menggunakan keterampilan berpikir kritis, spesifik dalam tiap langkah proses asuhan gizi, menggunakan terminologi yang seragam untuk mendokumentasikan dan berkomunikasi di setiap langkah PAGT yang berlandaskan ilmu gizi yang mutakhir, sehingga tercapai asuhan gizi yang berkualitas tinggi. Kualitas menunjukkan besarnya kemungkinan tingkat keberhasilan asuhan gizi dapat tercapai. Ukuran kualitas tergambar dari evaluasi keberhasilan asuhan gizi dan kepatuhan tenaga gizi melaksanakan PAGT pada setiap pasien yang mempunyai masalah gizi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien maka dilakukan pendekatan modern di bidang pelayanan kesehatan yang berfokus kepada pasien, dimana kebutuhan terbaik pasien yang diutamakan. Sejalan dengan itu pelayanan asuhan gizi sebagai bagian dari pelayanan kesehatan juga dituntut untuk selalu meningkatkan kualitasnya melalui pelayanan gizi yang berfokus pada keselamatan pasien, yang disebut dengan pelayanan gizi berbasis patient safety dan sejalan dengan standar akreditasi. Contoh standar akreditasi rumah sakit yang terkait dengan PAGT ada pada lampiran01.
Sebagai upaya untuk menstandarkan kualitas asuhan gizi seperti tersebut di atas, maka Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan RI menyusun Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) sebagai acuan bagi tenaga gizi di fasilitas pelayanan kesehatan.
B. TUJUAN
Tersedianya pedoman bagi tenaga gizi dalam melakukan PAGT di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga terlaksana pelayanan gizi yang berkualitas.
C. SASARAN
Tenaga gizi di semua fasilitas pelayanan kesehatan
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | �
D. RUANGLINGKUP
Ruang lingkup yang dibahas dalam buku pedoman ini mencakup:1. Latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dasar hukum dan batasan
operasional.2. Model Proses Asuhan Gizi Terstandar 3. Proses Asuhan Gizi Terstandar 4. Kewenangan Tenaga Gizi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar 5. Pengawasan dan Pengendalian Mutu Asuhan Gizi.
E. DASARHUKUM
1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia6. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 23 /KEP/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1306/Menkes/SK/XII/2001 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/PER/VII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)
F. BATASANOPERASIONAL
1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�
2. Berpikir Kritis adalah kemampuan menganalisis masalah gizi, merumuskan dan mengevaluasi pemecahan masalah dengan mendengarkan dan mengamati fakta serta opini secara terintegrasi. Karakteristik dan cara berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir konseptual, rasional, kreatif, mandiri, dan memiliki keinginan untuk tahu lebih dalam.
3. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
4. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
5. Kolaborasi yaitu proses dimana individu, kelompok dengan kepentingan yang sama bergabung untuk menangani masalah yang teridentifikasi. Pada pelaksanaan PAGT dietisien mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil monitoring evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas kesehatan lain yang menangani masalah gizi tersebut.
6. Membuat keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan yang terbaik dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
7. Memecahkan masalah yaitu proses yang terdiri dari identifikasi masalah gizi, formulasi pemecahan masalah, implementasi dan evaluasi hasil.
8. Monitoring dan Evaluasi Gizi adalah kegiatan untuk mengetahui respon pasien/ klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
9. Nutrisionis Registered (NR) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi dan sarjana gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | �
klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
11. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan pengaturan berbagai kegiatan secara sistematis serta interaksi antara berbagai kegiatan yang menekankan pada pemahaman dan pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambah dari proses yang dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan ukuran yang objektif untuk perbaikan berkelanjutan.
12. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien/ klien.
13. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
14. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi sarjana terapan gizi atau sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
15. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal.
16. Technical Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan diploma tiga gizi
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�
sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi (AMG) yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundan-undangan.
17. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga Gizi meliputi Technical Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR) dan Registered Dietisien (RD).
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | �
Asuhan gizi yang optimal dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana asuhan gizi tersebut dilaksanakan, seperti gambar di bawah ini.
Gambar 1. Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar
7
P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 7
BAB II
MODEL DAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
Asuhan gizi yang optimal dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana asuhan gizi tersebut
dilaksanakan, seperti gambar di bawah ini.
Gambar 1. Model dan Proses Asuhan Gizi Terstandar
Keberhasilan asuhan gizi membutuhkan kemampuan tenaga gizi dalam berkomunikasi,
menunjukkan empati, membangun kepercayaan dengan pasien/klien seperti terlihat pada
lingkaran pusat dari gambar di atas (Gambar 1).
Dengan melalui tahapan PAGT, dari langkah asesmen (A) – diagnosis (D) – intervensi (I) –
dan monitoring evaluasi gizi (ME), dikumpulkan dan dianalisis data yang relevan,
diidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabnya, dibuat rencana penanganan dan
Asesmen Gizi Diagnosis Gizi Pengumpulan, analisa Identifikasi, penamaan Dan dokumentasi masalah gizi, Data penentuan faktor
Penyebab, tanda dan gejala, dokumentasi
Intervensi Gizi Perencanaan, Implementasi, dokumentasi, intervensi gizi
Tenaga Gizi
Pasien Monitoring &
Evaluasi Gizi mengukur data dan evaluasi dampak, didokumentasi
Kondisi Lokal
Komunikasi Kolaborasi
Pengetahuan Dietetik
Skri
ning
dan
si
stem
ruju
kan
Sist
em p
elap
oran
da
n ev
alua
si
Sistem Sosial dan Budaya
Berb
asis
fak
ta
Kom
pete
nsi
Berf
ikir
Krit
is
Sisem Pelayanan Kesehatan
Keberhasilan asuhan gizi membutuhkan kemampuan tenaga gizi dalam berkomunikasi, menunjukkan empati, membangun kepercayaan dengan pasien/klien seperti terlihat pada lingkaran pusat dari gambar di atas (Gambar1).
Dengan melalui tahapan PAGT, dari langkah asesmen (A) – diagnosis (D) – intervensi (I) – dan monitoring evaluasi gizi (ME), dikumpulkan dan dianalisis data yang relevan, diidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabnya, dibuat rencana penanganan dan diimplementasikan selanjutnya dilakukan monitoring dan evaluasi hasil asuhan gizi seperti terlihat pada kotak dalam dari gambar di atas (Gambar1).
Proses asuhan gizi terstandar ini akan terlaksana dengan baik bila dilandasi dengan pengetahuan gizi yang baik, keterampilan dan kemampuan tenaga gizi dalam menerapkan praktek berbasis fakta (evidence based practice),
BAB IIMODEL DAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�
mentaati kode etik profesi dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, seperti terlihat pada kotak tengah dari gambar di atas (Gambar1).
Secara makro faktor infrastruktur seperti kondisi ekonomi, sistem sosial budaya, sistem pelayanan kesehatan dan kondisi lokal sangat berpengaruh terhadap asuhan gizi, seperti terlihat pada kotak luar dari gambar di atas (Gambar1). PAGT dilaksanakan pada pasien/klien dengan risiko masalah gizi yang dapat diketahui dari proses skrining gizi dan rujukan yang dilakukan oleh perawat. Untuk meningkatkan kualitas asuhan gizi perlu ada sistem evaluasi hasil asuhan gizi yang telah dilaksanakan.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | �
A. KONSEPDASARPROSESASUHANGIZITERSTANDAR
Gizi berperan penting dalam kesehatan. Gizi mempengaruhi proses tumbuh kembang pada anak, memelihara kesehatan umum, mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dan melindungi tubuh terhadap penyakit. Bagi orang sakit, gizi dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit, timbulnya komplikasi, lamanya hari rawat dan mortalitas. Oleh karena itu asupan makanan dalam jumlah dan jenis zat gizi yang sesuai kebutuhan sangat penting bagi orang sehat maupun orang yang sakit. Status gizi merupakan kondisi keseimbangan asupan zat gizi terhadap kebutuhannya dan dikatakan status gizi baik bila berada dalam keadaan sesuai.
Problem gizi timbul bila terjadi ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan tubuh akan zat gizi. PAGT merupakan proses penanganan problem gizi yang sistematis dan akan memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PAGT dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (di rawat inap dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik, Puskesmas, dan di masyarakat.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan tubuh akan zat gizi yang berbeda-beda sesuai kondisi sehat, sakit, dan berbagai tahap pertumbuhan. Apabila asupan zat gizi kurang adekuat, berlebih atau terjadi gangguan utilisasi zat gizi dapat menimbulkan masalah/problem gizi. Dalam upaya penanganan problem gizi ini, perlu diidentifikasi faktor penyebab yang mendasarinya. Akar penyebab masalah yang teridentifikasi secara tepat akan memberikan pilihan intervensi yang lebih sesuai.
Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik dengan mengintervensi berbagai faktor penyebab. Keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektivitas intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetik yang sesuai untuk pasien di rumah sakit dan kolaborasi dengan profesi lain sangat mempengaruhi keberhasilan PAGT. Monitoring dan
BAB IIIKONSEP, PROSES DAN LANGKAH ASUHAN
GIZI TERSTANDAR
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
evaluasi menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur dilakukan untuk menunjukkan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu pendokumentasian semua tahapan proses asuhan gizi. Contoh pendokumentasian mengenai faktor penyebab masalah gizi adalah sebagai berikut:
1. Pendapat dan tindakan yang salah mengenai gizi2. Perilaku3. Kultur budaya4. Kurangnya tingkat pemahaman mengenai makanan dan
kesehatan atau informasi dan petunjuk mengenai gizi5. Riwayat personal (usia, gender, merokok, kemampuan mobilisasi,
serta riwayat sosial dan sebagainya)6. Kondisi medis/kesehatan yang berdampak pada gizi7. Terapi medis bedah atau terapi lainnya yang berpengaruh pada
gizi8. Kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu,9. Masalah psikologis (body image, kesepian dan sebagainya)10. Ketersedian, suplai dan asupan makanan yang sehat dan air.
Dalam praktek asuhan gizi, diperlukan keseragaman bahasa (terminologi) untuk berkomunikasi dan mendokumentasikan PAGT. Terminologi dietetik dan gizi secara internasional telah dipublikasikan oleh Academy of Nutrition and Dietetics dalam buku International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual: Standardized Language for the Nutrition Care Process yang berisi terminologi mengenai 4 langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar dapat dilihat pada Gambar 2.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Gambar 2. Gambaran PAGT dan Bahasa Terstandar (Terminologi)
11
P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 11
Gambar 2. Gambaran PAGT dan Bahasa Terstandar (Terminologi)
Keterangan: NI : Nutrition Intake FH : Food History
NC : Nutrition Clinical BD : Biochemical Data
NB : Nutrition Behaviour AD : Antropometri Data
NP : Nutrition Prescription PD : Physical Data
ND : Nutrition Dietary CH : Client History
E : Education
C : Counselling
Terminologi Diagnosis Gizi Domain Asupan (NI) Domain Klinis (NC)
Domain Lingkungan Perilaku (NB)
Terminologi Intervensi Gizi Preskripsi Diet (NP)
Pemberian makan/zat gizi (ND) Edukasi Gizi (E) Konseling Gizi
Koordinasi Asuhan Gizi (RC)
PAGT Langkah 1
Asesmen Gizi
PAGT Langkah 2
Diagnosis Gizi
PAGT Langkah 3
Intervensi Gizi
PAGT Langkah 4
Monitoring dan Evaluasi Gizi
Terminologi Pengkajian Gizi Riwayat Gizi (FH) Laboratorium (BD) Antropometri (AD) Pemeriksaan fisik gizi (PD) Riwayat Klien (CH)
Keterangan:NI :Nutrition Intake FH :Food HistoryNC:Nutrition Clinical BD :Biochemical DataNB:Nutrition Behaviour AD :Antropometri DataNP:Nutrition Prescription PD :Physical DataND:Nutrition Dietary CH :Client HistoryE :EducationC :Counselling
B. PROSESASUHANGIZITERSTANDAR
Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan dimulai dari langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi (ADIME). Langkah-langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan siklus yang berulang terus sesuai respon/perkembangan pasien yang dapat dilihat pada Gambar 3. Apabila tujuan tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau tujuan awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari assessment gizi. Contoh alur proses PAGT di rawat inap dan rawat jalan dapat dilihat di Gambar4 dan Gambar5.
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Gambar3.
Langkah-Langkah dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar
12
P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 12
B. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan dimulai dari
langkah asesmen, diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi (ADIME). Langkah-
langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya dan merupakan siklus yang berulang
terus sesuai respon/perkembangan pasien yang dapat dilihat pada Gambar 3. Apabila tujuan
tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau tujuan awal
tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari
assessment gizi. Contoh alur proses PAGT di rawat inap dan rawat jalan dapat dilihat di
Gambar 4 dan Gambar 5.
Gambar 3. Langkah-Langkah dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar
Re-asesmen
Langkah 1. Pengkajian/asesmen Gizi Mengumpulkan, verifikasi, interpretasi data yang relevan untuk identifikasi problem gizi
Langkah 2. Diagnosis Gizi Menyimpulkan dengan pernyataan PES
Sign/Symptom (S)
Data yang menunjukkan adanya problem dan dapat di ukur secara
kuantitatif dan kualitatif
Etiologi (E)
Akar penyebab masalah
Etiologi (E) Sasaran intervensi
Sign/Symptom (S) Ukuran keberhasilan
intervensi gizi
Langkah 3. Intervensi Gizi
Langkah 4 Monitoring dan
Evaluasi
Problem (P) Penamaan masalah gizi
sesuai terminologi diagnosis gizi
Gambar4.Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Inap
13
P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 13
Gambar 4.
Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Inap
(2) Diagnosis Gizi
(1) Asesmen Gizi (4) Monitoring & Evaluasi
Keterangan : *) = Skrining ulang setelah 7 hari
Sumber : Modifikasi dari AsDI (2011), Proses Asuhan Gizi Terstandar.
Pasienmasuk
Skrining
- Riwayat gizi - Antropometri - Laboratorium - Pemeriksaan fisik - Riwayat pasien
Problem Etiologi Signs/ Simptom
Perencanaan Implementasi
Monitoring Mengukur hasil Evaluasi hasil
Target tidak
Tercapai
Tujuan Tercapai
STOP
Pasien pulang
Tidak berisiko Malnutrisi *)
Berisiko Malnutrisi
(3) Intervensi Gizi
Target Tercapai, ada masalah baru
gizi
Keterangan : *) = Skrining ulang setelah 7 hari Sumber : Modifikasi dari AsDI (2011), Proses Asuhan Gizi Terstandar.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Gambar 5Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Jalan
14
P e d o m a n P r o s e s A s u h a n G i z i T e r s t a n d a r Halaman 14
Gambar 5 Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Jalan
Asesmen Gizi
1) Asesmen Gizi 2) Diagnosis Gizi 3) Intervensi Gizi
Pasien rujukan
Pasien masuk
Monitoring Mengukur hasil Evaluasi hasil
(kunjungan ulang)
- Riwayat gizi - Antropometri - Laboratorium - Pemeriksaan fisik - Riwayat pasien
Edukasi Konsultasi
Problem Etiologi Signs/ Simptoms
Target tidak tercapai
Target tercapai
Target tercapai ada masalah gizi
baru
Pasien rujukan
Asuhan gizi tidak dilanjutkan
C. LANGKAH-LANGKAHPAGT
1. Langkah1:AsesmenGizi
a. TujuanAsesmenGizi:
Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.
b. LangkahAsesmenGizi
1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan
2) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi:
a) Riwayat gizi dengan kode FH (Food History)b) Antropometri dengan kode AD (Anthropometry
Data)c) Laboratorium dengan kode BD (Biochemical Data)
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
d) Pemeriksaan fisik gizi dengan kode PD (Physical Data)
e) Riwayat klien dengan kode CH (Client History)
3) Data diinterpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar yang sesuai untuk mengetahui terjadinya penyimpangan.
Data asesmen gizi dapat diperoleh melalui interview/wawancara; catatan medis; observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk.
c. KategoriDataAsesmenGizi
1) RiwayatGizi(FH)
Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview, termasuk interview khusus seperti recall makanan 24 jam, food frequency questioner (FFQ) atau dengan metoda asesmen gizi lainnya. Berbagai aspek yang digali adalah:
a) Asupan makanan dan zat gizi, yaitu pola makanan utama dan snack, menggali komposisi dan kecukupan asupan makan dan zat gizi, sehingga tergambar mengenai:
i. Jenis dan banyaknya asupan makanan dan minuman,
ii. Jenis dan banyaknya asupan makanan enteral dan parenteral,
iii. Total asupan energi,iv. Asupan makronutrien,v. Asupan mikronutrien,vi. Asupan bioaktif.
b) Cara pemberian makan dan zat gizi yaitu menggali mengenai diet saat ini dan sebelumnya, adanya modifikasi diet, dan pemberian makanan enteral dan parenteral, sehingga tergambar mengenai:i. Order diet saat ini,ii. Diet yang lalu,
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
iii. Lingkungan makan,iv. Pemberian makan enteral dan parenteral.
c) Penggunaan medika mentosa dan obat komplemen-alternatif (interaksi obat dan makanan) yaitu menggali mengenai penggunaan obat dengan resep dokter ataupun obat bebas, termasuk penggunaan produk obat komplemen-alternatif.
d) Pengetahuan/Keyakinan/Sikap yaitu menggali tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan, informasi dan pedoman mengenai gizi yang dibutuhkan, selain itu juga mengenai keyakinan dan sikap yang kurang sesuai mengenai gizi dan kesiapan pasien untuk mau berubah.
e) Perilaku yaitu menggali mengenai aktivitas dan tindakan pasien yang berpengaruh terhadap pencapaian sasaran-sasaran yang berkaitan dengan gizi, sehingga tergambar mengenai:
i. Kepatuhan,ii. Perilaku melawan,iii. Perilaku makan berlebihan yang kemudian
dikeluarkan lagi (bingeing and purging behavior),
iv. Perilaku waktu makan,v. Jaringan sosial yang dapat mendukung
perubahan perilaku.
f ) Faktor yang mempengaruhi akses ke makanan yaitu mengenai faktor yang mempengaruhi ketersediaan makanan dalam jumlah yang memadai, aman dan berkualitas.
g) Aktivitas dan fungsi fisik yaitu menggali mengenai aktivitas fisik, kemampuan kognitif dan fisik dalam melaksanakan tugas spesifik seperti menyusui atau kemampuan makan sendiri sehingga tergambar mengenai:
i. Kemampuan menyusui
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
ii. Kemampuan kognitif dan fisik dalam melakukan aktivitas makan bagi orang tua atau orang cacat
iii. Level aktivitas fisik yang dilakukaniv. Faktor yang mempengaruhi akses ke kegiatan
aktivitas fisik
2) Antropometri(AD)
Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, indeks masa tubuh, pertumbuhan dan komposisi tubuh.
3) Laboratorium(BD)
Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam lemak esensial, profil gastrointestinal, profile glukosa/endokrin, profil inflamasi, profil laju metabolik, profil mineral, profil anemia gizi, profil protein, profil urine, dan profil vitamin.
4) PemeriksaanFisikTerkaitGizi(PD)
Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan.
5) RiwayatKlien(CH)
Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis, keluarga dan sosial. Data riwayat klien tidak dapat dijadikan tanda dan gejala (signs/symptoms) problem gizi dalam pernyataan PES, karena merupakan kondisi yang tidak berubah dengan adanya intervensi gizi. Riwayat klien mencakup:
a) Riwayat personal yaitu menggali informasi umum seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik.
b) Riwayat medis/kesehatan pasien yaitu menggali penyakit atau kondisi pada klien atau keluarga dan terapi medis atau terapi pembedahan yang berdampak pada status gizi.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
c) Riwayat sosial yaitu menggali mengenai faktor sosioekonomi klien, situasi tempat tinggal, kejadian bencana yang dialami, agama, dukungan kesehatan dan lain-lain.
2. Langkah2:DiagnosisGizi
Diagnosis gizi sangat spesifik dan berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis gizi bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk menanganinya.
a. TujuanDiagnosisGizi
Mengidentifikasi adanya problem gizi, faktor penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda dan gejala yang melandasi adanya problem gizi.
b. CaraPenentuanDiagnosisGizi
1) Lakukan integrasi dan analisa data asesmen dan tentukan indikator asuhan gizi. Asupan makanan dan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan terjadinya perubahan dalam tubuh. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan laboratorium, antropometri dan kondisi klinis tubuh. Karena itu, dalam menganalisis data asesmen gizi penting mengkombinasikan seluruh informasi dari riwayat gizi, laboratorium, antropometri, status klinis dan riwayat pasien secara bersama-sama.
2) Tentukan domain dan problem/masalah gizi berdasarkan indikator asuhan gizi (tanda dan gejala).Problem gizi dinyatakan dengan terminologi diagnosis gizi yang telah dibakukan. Perlu diingat bahwa yang diidentifikasi sebagai diagnosis gizi adalah problem yang penanganannya berupa terapi/intervensi gizi. Diagnosis gizi adalah masalah gizi spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk menanganinya. Penamaan masalah dapat merujuk pada terminologi diagnosis gizi pada Lampiran 03. Beberapa diagnosis yang sering Dipergunakan dan Lampiran04. Terminologi Diagnosis Gizi.
3) Tentukan etiologi (penyebab problem).
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
4) Tulis pernyataan diagnosis gizi dengan format PES (Problem-Etiologi-Signs and Symptoms).
c. DomainDiagnosisGizi
Diagnosis gizi dikelompokkan dalam 3 (tiga) domain yaitu:
1) Domain Asupan2) Domain Klinis3) Domain Perilaku-Lingkungan
Setiap domain menggambarkan karakteristik tersendiri dalam memberi kontribusi terhadap gangguan kondisi gizi.
1) DomainAsupan
Berbagai problem aktual yang berkaitan dengan asupan energi, zat gizi, cairan, atau zat bioaktif, melalui diet oral atau dukungan gizi (gizi enteral dan parenteral). Masalah yang terjadi dapat karena kekurangan (inadequate), kelebihan (excessive) atau tidak sesuai (inappropriate). Termasuk ke dalam kelompok domain asupan adalah:
1. Problem mengenai keseimbangan energi2. Problem mengenai asupan diet oral atau dukungan
gizi3. Problem mengenai asupan cairan4. Problem mengenai asupan zat bioaktif5. Problem mengenai asupan zat gizi, yang mencakup
problem mengenai:5.6. Lemak dan Kolesterol5.7. Protein5.8. Vitamin5.9. Mineral5.10. Multinutrien
2) DomainKlinis
Berbagai problem gizi yang terkait dengan kondisi medis atau fisik. Termasuk ke dalam kelompok domain klinis adalah:
a) Problem fungsional, perubahan dalam fungsi fisik atau mekanik yang mempengaruhi atau mencegah pencapaian gizi yang diinginkan
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
b) Problem biokimia, perubahan kemampuan metabolisme zat gizi akibat medikasi, pembedahan, atau yang ditunjukkan oleh perubahan nilai laboratorium
c) Problem berat badan, masalah berat badan kronis atau perubahan berat badan bila dibandingkan dengan berat badan biasanya
3) DomainPerilaku-Lingkungan
Berbagai problem gizi yang terkait dengan pengetahuan, sikap/keyakinan, lingkungan fisik, akses ke makanan, air minum, atau persediaan makanan, dan keamanan makanan. Problem yang termasuk ke dalam kelompok domain perilaku-lingkungan adalah:
a) Problem pengetahuan dan keyakinanb) Problem aktivitas fisik dan kemampuan mengasuh
diri sendiric) Problem akses dan keamanan makanan
d. EtiologiDiagnosisGizi
Etiologi mengarahkan intervensi gizi yang akan dilakukan. Apabila intervensi gizi tidak dapat mengatasi faktor etiologi, maka target intervensi gizi ditujukan untuk mengurangi tanda dan gejala problem gizi.
Berbagaifaktoretiologiyangdapatmenyebabkanmasalahgiziadalah:
1) EtiologiKeyakinan-Sikap
Etiologi berkaitan dengan pendirian yang diyakininya benar mengenai gizi, perasaan dan emosi terhadap kebenaran tadi dan melakukan aktivitasnya
2) EtiologiKultur Etiologi berkaitan dengan nilai, norma sosial, kebiasaan, keyakinan agama dan sistem politik
3) EtiologiPengetahuan Faktor sebagai dampak tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan petunjuk mengenai gizi
4) EtiologiFungsiFisik Etiologi berkaitan dengan kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
5) EtiologiFisiologi-Metabolik
Etiologi berkaitan dengan kondisi medis/kesehatan yang berdampak pada gizi
6) EtiologiPsikologis Etiologi berkaitan dengan masalah psikologis
7) EtiologiSosial-Personal
Etiologi berkaitan dengn riwayat personal atau sosial pasien
8) EtiologiTerapi Etiologi berkaitan dengan terapi medis, bedah atau terapi lainnya
9) EtiologiAkses Faktor yang berkaitan dengan kesediaan dan asupan makanan yang sehat, air, suplai makanan
10) EtiologiPerilaku Etiologi berkaitan dengan perilaku yang mempengaruhi pencapaian tujuan asuhan gizi
3. Langkah3:IntervensiGizi
Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk merubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
a. TujuanIntervensiGizi
Mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan penerapannya terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan individu, kelompok atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi klien.
b. KomponenIntervensiGizi
Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaitu perencanaan dan Implementasi.
1) Perencanaan
Langkah langkah perencanaan sebagai berikut :
a) Tetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien. Intervensi diarahkan untuk menghilangkan penyebab (etiologi dari problem), bila etiologi tidak dapat ditangani oleh ahli gizi maka intervensi direncanakan untuk mengurangi tanda dan gejala masalah (signs/simptoms).
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
b) Pertimbangkan panduan Medical Nutrition Theraphy (MNT), penuntun diet, konsensus dan regulasi yang berlaku.
c) Diskusikan rencana asuhan dengan pasien , keluarga atau pengasuh pasien.
d) Tetapkan tujuan yang berfokus pada pasiene) Buat strategi intervensi, misalnya modifikasi
makanan, edukasi /konseling f ) Merancang Preksripsi diet. Preskripsi diet adalah
rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual, mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan, dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan rekomendasi, kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pasien /klien.
g) Tetapkan waktu dan frekuensi intervensih) Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan
2) Implementasi
Langkah langkah implementasi meliputi :
a) Komunikasi rencana intervensi dengan pasien, tenaga kesehatan atau tenaga lain
b) Melaksanakan rencana intervensi
c. KategoriIntervensiGizi
Intervensi gizi dikelompokan dalam 4 (empat) kategori sebagai berikut :
1) Pemberian makanan/ diet (Kode internasional – ND- Nutrition Delivery)
Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui pendekatan individu meliputi pemberian Makanan dan snack (ND.1); enteral dan parenteral ( ND.2); suplemen (ND.3); substansi bioaktif (ND.4); bantuan saat makan (ND.5); suasana makan (ND.4) dan pengobatan terkait gizi (ND.5)
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
2) Edukasi (Kode internasional – E- Education)
Merupakan proses formal dalam melatih ketrampilan atau membagi pengetahuan yang membantu pasien/ klien mengelola atau memodifikasi diet dan perubahan perilaku secara sukarela untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan. Edukasi gizi meliputi:
a) Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan (E.1)
b) Edukasi gizi penerapan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan (E.2)
Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup:
a) Sampaikan secara jelas tujuan dari edukasib) Tetapkan prioritas masalah gizi sehingga edukasi
yang disampaikan tidak komplek.
c) Rancang materi edukasi gizi menyesuaikan dengan kebutuhan individu pasien, melalui pemahaman tingkat pengetahuannya, keterampilannya, dan gaya/cara belajarnya.
3) Konseling (C)
Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada pasien/klien yang ditandai dengan hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien/klien dalam menentukan prioritas, tujuan/target, merancang rencana kegiatan yang dipahami, dan membimbing kemandirian dalam merawat diri sesuai kondisi dan menjaga kesehatan. Tujuan dari konseling gizi adalah untuk meningkatkan motivasi pelaksanaan dan penerimaan diet yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien.
4) Koordinasi asuhan gizi
Strategi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi, rujukan atau kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga kesehatan/institusi/ dietisien lain yang dapat membantu dalam merawat atau mengelola masalah yang berkaitan dengan gizi.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Pada langkah intervensi gizi ini dietisien harus berpikir kritis dalam hal:
a. Menetapkan prioritas dan target/goalsb. Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan dasarc. Menggalang hubungan interdisiplinerd. Intervensi perilaku awal dan hal terkait gizi lainnnyae. Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan
pasien, diagnosis gizi, dan nilai nilai pasienf. Menentukan waktu dan frekuensi asuhan
4. Langkah4:MonitoringdanEvaluasiGizi
a. TujuanMonitoringdanEvaluasiGizi
Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui tingkat kemajuan pasien dan apakah tujuan atau hasil yang diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan gizi seyogyanya menunjukkan adanya perubahan perilaku dan atau status gizi yang lebih baik.
b. CaraMonitoringdanEvaluasi
1) Monitor perkembangan :a) Cek pemahaman dan kepatuhan pasien/klien
terhadap intervensi gizib) Tentukan apakah intervensi yang dilaksanakan/
diimplementasikan sesuai dengan preskripsi gizi yang telah ditetapkan.
c) Berikan bukti/fakta bahwa intervensi gizi telah atau belum merubah perilaku atau status gizi pasien/ klien.
d) Identifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif
e) Kumpulkan informasi yang menyebabkan tujuan asuhan tidak tercapai
f ) Kesimpulan harus di dukung dengan data/ fakta
2) Mengukur hasil
a) Pilih indikator asuhan gizi untuk mengukur hasil yang diinginkan
b) Gunakan indikator asuhan yang terstandar untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas pengukuran perubahan.
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
3) Evaluasi hasil
a) Bandingkan data yang di monitoring dengan tujuan preskripsi gizi atau standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya
b) Evaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara menyeluruh.
c. Objekyangdimonitor
Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi dipilih Indikator asuhan gizi. Indikator yang di monitor sama dengan indikator pada asesmen gizi, kecuali riwayat personal.
d. Kesimpulanhasilmonitoringdanevaluasi
Contoh hasil monitoring antara lain :
1) Aspek gizi : perubahan pengetahuan, perilaku, makanan dan asupan, zat gizi
2) Aspek status klinis dan kesehatan : perubahan nilai laboratorium, berat badan, tekanan darah, faktor risiko, tanda dan gejala, status klinis, infeksi, komplikasi, morbiditas dan mortalitas
3) Aspek pasien : perubahan kapasitas fungsional, kemandirian merawat diri sendiri
4) Aspek pelayanan kesehatan : lama hari rawat
5. DokumentasiAsuhanGizi
Dokumentasi pada rekam medik merupakan proses yang berkesinambungan yang dilakukan selama PAGT berlangsung. Pencatatan yang baik harus relevan, akurat dan terjadwal.
a. Tujuan
Untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim kesehatan serta menjamin keamanan dan kualitas pemberian asuhan gizi yang dilakukan
b. Format dokumen Format khusus untuk proses asuhan gizi adalah ADIME
(Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring–Evaluasi), namun
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
dapat juga dilakukan dengan metoda SOAP (subjective, objective, assessment dan plan), sepanjang kesinambung langkah langkah PAGT dapat tercatat dengan baik.
c. Tata cara 1) Tuliskan tanggal dan waktu2) Tuliskan data data yang berkaitan pada setiap langkah
PAGT 3) Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali
menulis pada catatan medik Hal yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah
PAGT dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel1. Data yangdicatatdalamrekammedis
Langkah DatayangdicatatAsesmen gizi 1) Data yang digali dan perbandingannya dengan rujukan
standar/kriteria asuhan gizi2) Persepsi, nilai dan motivasi klien/pasien/kelompok pada
saat menyampaikan masalahnya3) Perubahan pemahaman, perilaku makanan dan hasil
laboratorium dari pasien/klien/kelompok (pada saat re-asesmen)
4) Alasan penghentian asesmen gizi (pada saat re-asesmen)
Diagnosis gizi Pernyataan diagnosis gizi format PES
Intervensi gizi
1) Tujuan dan target intervensi2) Rekomendasi gizi yang spesifik bersifat Individual3) Penyesuaian dan justifikasi rencana terapi gizi 4) Rencana rujukan, bila ada 5) Rencana follow up, frekuensi asuhan
Monitoring dan evaluasi gizi
1) Indikator spesifik yang diukur dan hasilnya2) Perkembangan terhadap target/ tujuan3) Faktor pendorong maupun penghambat dalam
pencapaian tujuan4) Hasil/dampak positif atau negatif5) Rencana tindak lanjut intervensi gizi, monitoring, terapi
dilanjutkan atau dihentikan
Contoh Kasus dapat dilihat pada LampiranContohKasus(Lampiran02)
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
6. IndikatorAsuhanGizidanKriteriaAsuhanGizi
Indikator asuhan gizi adalah data asesmen gizi yang mempunyai batasan yang jelas dan dapat diobservasi atau diukur. Indikator asuhan gizi merupakan tanda dan gejala yang menggambarkan keberadaan dan tingkat keparahan problem gizi yang spesifik, dan dapat juga digunakan untuk menunjukkan keberhasilan intervensi gizi. Untuk melakukan interpretasi dari indikator asuhan gizi ini perlu dilakukan perbandingan terhadap kriteria asuhan gizi yang sesuai. Kriteria asuhan gizi yang akan dijadikan pembanding terhadap indikator asuhan gizi ada beberapa jenis yaitu:
a) Preskripsi Diet
Preskripsi diet merupakan rekomendasi asupan energi, makanan atau zat gizi secara individual yang sesuai dengan pedoman yang dijadikan acuan. Misalnya asupan energi hasil recall 24 jam dibandingkan dengan kebutuhan energi dari preskripsi diet untuk individu berdasarkan pedoman acuannya, Pedoman perhitungan kebutuhan energi, protein dan air.(Lampiran05).
b) Target
Sebagai contoh : target perubahan perilaku (kebiasaan gemar mengkonsumsi makanan camilan menjadi tidak melakukan kebiasaan tersebut). Untuk perilaku tidak ada preskripsi gizi.
c) Rujukan standar
Standar yang digunakan dapat berupa rujukan internasional maupun nasional. Misalnya untuk pembanding data antropometrik (WHO) atau laboratorium (standar kadar gula darah mengikuti Konsensus Diabates Mellitus).
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi, bab II pasal 1 menyatakan tenaga gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi serta telah lulus uji kompetensi sesuai ketentuan perundang-undangan. Tenaga gizi tersebut dikualifikasikan sebagai tenaga gizi Registered Dietisien (RD), tenaga gizi Technical Registered Dietisien ( TRD ) serta Nutrisionis Registered (NR).
Ruang lingkup asuhan gizi oleh Registered Dietisien (RD) dan Technical Registered Dietisien (TRD) serta Nutritionis Registered yaitu melaksanakan asuhan gizi yang komprehensif dan terstandar bagi individu, kelompok dengan berbagai usia dan status kesehatan. Sebagai tenaga gizi yang melaksanakan pelayanan kepada pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain mempunyai kewenangan pada bidang asuhan gizi sesuai dengan kompetensinya. Kewenangan yang dimaksud didasarkan kepada kualifikasinya.
A. TENAGAGIZIREGISTERED DIETISIEN(RD)
Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013 pasal 17 dan pasal 18 ayat 4 menyatakan bahwa kewenangan tenaga gizi Registered Dietisien (RD) meliputi:
1. Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi,dan dietetik;2. Pengkajian gizi, diagnosis gizi dan intervensi gizi meliputi
perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro, pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi dan dokumentasi pelayanan gizi;
3. Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi dan
4. Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau kelompok orang dalam jumlah besar;
5. Menerima klien/pasien secara langsung atau menerima preskripsi diet dari dokter;
BAB IVKEWENANGAN TENAGA GIZI DALAM PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
6. Menangani kasus komplikasi dan non komplikasi;7. Memberi masukan kepada dokter yang merujuk bila preskripsi
diet tidak sesuai dengan kondisi klien/pasien; dan/atau; 8. Merujuk pasien dengan kasus sulit/critical ill dalam hal preskripsi
diet ke dokter spesialis yang kompeten.
Tenaga gizi Registered Dietisien (RD) dapat menjalankan praktik pelayanan gizi secara mandiri atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Selain itu Tenaga gizi Registered Dietisien (RD) mempunyai wewenang memberikan bimbingan tenaga gizi Technical Registered Dietisien (TRD).
B. TENAGAGIZITECHNICAL REGISTERED DIETISIEN(TRD)
Mengacu pada pasal 18 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013, seorang TRD mempunyai kewenangan yang dimaksud pada pasal 17 huruf a yaitu:
1. Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan dietetik, terbatas pada:a). Pemberian pelayanan gizi untuk orang sehat dan dalam
kondisi tertentu yaitu ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, dewasa dan lanjut usia; dan
b). Pemberian pelayanan gizi untuk orang sakit tanpa komplikasi.
2. Pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro, pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi pelayanan gizi.
3. Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi dan
4. Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau kelompok orang dalam jumlah besar.
Dalam melaksanakan pelayanan gizi, tenaga gizi Technical Registered Dietisien (TRD) hanya dapat bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan serta berada dalam bimbingan tenaga gizi Registered Dietisien (RD). Namun dalam hal tidak terdapat tenaga Registered Dietisien (RD), maka tenaga gizi Technical Registered Dietisien (TRD) dapat melakukan
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
pelayanan gizi secara mandiri atau berkoordinasi dengan tenaga kesehatan lain yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan tempat tenaga gizi yang bersangkutan bekerja.
C. TENAGAGIZINUTRISIONIS REGISTERED(NR)
Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 tahun 2013, Bab III pasal 17 dan 18 ayat 3, tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR) mempunyai kewenangan sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi dan dietetik;
2. Pengkajian gizi, diagnosis gizi dan intervensi gizi meliputi perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro, pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi pelayanan gizi;
3. Pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi dan
4. Melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau kelompok orang dalam jumlah besar.
Tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR) dalam melaksanakan kewenangan sesuai dengan standar profesi. selain itu tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR) hanya dapat bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Apabila rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan belum memiliki tenaga gizi Registered Dietisien (RD) tetapi memiliki tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR), maka tenaga gizi Nutrisionis Registered (NR) dapat diberi kewenangan sebagai Registered Dietisien (RD) dan segera diberi kesempatan untuk memenuhi kualifikasi sebagai tenaga gizi Registered Dietisien (RD).
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Pelayanan asuhan gizi yang bermutu memenuhi langkah-langkah mulai dari pengkajian (asesmen), diagnosis, intervensi dan monitoring dan evaluasi gizi dapat dilakukan dengan baik. Untuk menjaga agar mutu asuhan gizi dapat dilaksanakan dengan baik maka diperlukan pengawasan dan pengendalian sehingga kegiatan ini merupakan hal yang penting.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen agar kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sedangkan pengendalian merupakan tindakan untuk melakukan perbaikan pelaksanaan agar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pengendalian bertujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna serta dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan gizi merupakan salah satu indikator mutu dari asuhan gizi dimana terpenuhinya keinginan, harapan dan kenyataan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Seorang tenaga gizi harus memperhatikan keselamatan pasien dalam memberikan pelayanan asuhan gizi.
A. TUJUANPENGAWASAN&PENGENDALIANMUTUASUHANGIZI
Pengawasan dan pengendalian mutu asuhan gizi pada dasarnya ditujukan untuk menjamin ketepatan asuhan gizi agar dapat dihasilkan layanan dengan mutu sesuai dengan yang ditentukan. Dalam menunjang tercapainya tujuan di atas maka dibutuhkan pendokumentasian untuk setiap tahapan kegiatan asuhan gizi khususnya hasil monitoring dan evaluasi.
Penerapan kegiatan pengawasan dan pengendalian mutu asuhan gizi dapat ditunjang dengan adanya Surat Keputusan yang berisi kebijakan dan penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) serta Instruksi Kerja dari instansi setempat.
Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan langkah-langkah (tata urutan) yang harus dilakukan sebagai pedoman bagi siapa saja yang akan melakukan pekerjaan tertentu secara terkendali dan konsisten.
BAB VPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU
ASUHAN GIZI
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Fungsi SPO untuk menilai suatu kegiatan secara terus menerus sehingga dapat diketahui kelemahan dari suatu sistem. Contohnya SPO asuhan gizi. Intruksi Kerja (IK) merupakan bagian dan aplikasi dari SPO yang berorientasi pada teknis suatu pekerjaan. Contohnya instruksi kerja penulisan formulir asesmen/pengkajian gizi, penulisan formulir asuhan gizi, pengisian formulir terintegrasi.
B. INDIKATORMUTUASUHANGIZI
Untuk menilai mutu asuhan gizi dapat dijabarkan ke dalam ukuran-ukuran yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat di bagi menjadi :
1. Proses asuhan gizi
Dengan menilai langkah - langkah asuhan gizi yang dikerjakan sesuai dengan tahapan. Penilaian dapat dilakukan antara lain:
a. Tahap asesmen gizi, yaitu mengumpulkan data yang relevan dan membandingkan dengan standar
b. Menentukan diagnosis gizi sesuai dengan hasil asesmen gizic. Intervensi gizi diberikan sesuai dengan masalah yang
ditetapkan di diagnosis gizid. Memonitor indikator yang ditetapkan e. Melakukan asesmen ulang (re-asesmen)
2. Hasil asuhan gizi
Dengan menilai ketepatan intervensi/terapi gizi terhadap masalah gizi. Dalam mencapai tujuan intervensi gizi memerlukan ukuran yang mudah untuk menilai mutu asuhan gizi yang telah diberikan. Indikator mutu dari asuhan gizi yang dapat dinilai adalah :
a. Perbaikan status gizi (perubahan berat badan sesuai dengan target)
b. Perbaikan asupan zat gizi sesuai dengan kebutuhanc. Peningkatan pengetahuan gizid. Perubahan perilaku menjadi sesuai dengan anjuran
Pengumpulan data untuk proses asuhan gizi didapatkan dari hasil pengawasan langsung terhadap asuhan gizi yang dilakukan oleh tenaga gizi. Sedangkan untuk data hasil asuhan gizi didapatkan dari
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
data catatan hasil asuhan gizi yang direkapitulasi secara periodik, yaitu harian, mingguan, bulanan sampai tahun. Hasil evaluasi yang sudah direkapitulasi akan dijadikan indikator untuk menilai pencapaian mutu asuhan gizi.
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Pedoman ini dapat disusun atas dukungan dan kerjasama dari perwakilan organisasi profesi Perwakilan Rumah Sakit, perwakilan institusi pendidikan, dan sub Direktorat di lingkungan Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman PAGT ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga gizi dan Tim Asuhan Gizi dalam memberikan pelayanan asuhan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. Oleh karena itu agar PAGT dapat diimplementasikan dengan baik, perlu koordinasi dan keterlibatan semua pihak, serta dukungan dari tenaga medis dan paramedis lainnya.
Dalam proses penyusunan buku ini tidak menutup kemungkinan adanya ketidaksempurnaan, sehingga dukungan dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam upaya peningkatan pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan.
BAB VIPENUTUP
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Lampiran01.
STANDAR-STANDARAKREDITASIRUMAHSAKITNASIONALDANINTERNASIONALTERKAITPROSESASUHANGIZITERSTANDARDIRUMAHSAKIT
Proses akreditasi dirancang untuk membangun budaya aman dan kualitas dalam suatu organisasi sebagai upaya peningkatan proses dan hasil asuhan gizi secara berkesinambungan. Pemberian asuhan gizi kepada pasien atau klien merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Berikut ini adalah standar standar akreditasi rumah sakit Nasional (KARS) dan Internasional (JCI – Joint Commission International) yang terkait dengan proses asuhan gizi terstandar. Langkah PAGT terkait dengan standar dan elemen penilaian akreditasi sebagai berikut :
1.
2.
3.
SKRININGGIZI(aksesuntukmendapatkanpelayananasuhangiziterstandar)
LANGKAH1–ASESMENGIZI
LANGKAH2–DIAGNOSISGIZI
SKP(IPSG)1–EP1:Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
AP(AOP)1.6-EP2:Pasien diskrining untuk risiko masalah gizi sebagai bagian dari asesmen awal
AP(AOP)1.6-EP3:Pasien dengan risiko masalah gizi menurut kriteria (skrining) akan mendapat asesmen giziPP(COP)2-EP3:Pasien dilakukan asesmen ulang dalam jangka waktu yang sesuai dengan kondisi pasien dan bilamana terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi mereka, direncanakan asuhan gizi ulang , kebutuhan individual atau sesuai kebijakan dan prosedur rumah sakitPP(COP)5-EP1Pasien yang pada asesmen berada yang berisiko malnutrisi mendapat terapi gizi
AP(AOP)4-EP1:Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan
NOPROSESASUHANGIZITERSTANDAR
YANGTERKAITSTANDARAKREDITASIDANELEMEN
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
4. LANGKAH3–INTERVENSIGIZI
PP(COP)2.1-EP2:Rencana asuhan pasien harus individual dan berdasarkan data asesmen awal pasienAP(AOP)4.1-EP2:Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil dari proses asesmen dan diagnosis yang telah ditetapkan apabila diperlukanPP(COP)4-EP3:Pesanan berdasarkan atas status gizi dan kebutuhan pasien
AP(AOP)4.1-EP1:Kebutuhan pasien disusun skala prioritasnya berdasarkan hasil asesmen.PP(COP)2.1-EP1:Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap.PP(COP)5-EP1:Pasien dengan risiko nutrisi mendapat terapi nutrisi.PP(COP)5-EP2:Ada proses yang menyeluruh (kerjasama) untuk merencanakan, memberikan dan memonitor terapi nutrisi PP(COP)4.1-EP4:Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khususPP(COP)4–EP1:Makanan atau zat gizi yang sesuai untuk pasien tersedia secara regulerPP(COP)4-EP2 :Sebelum memberi makanan kepada pasien, semua pasien ranap telah dipesankan makanan nya dan dicatat PP(COP)4-EP4:Ada bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien konsisten dengan kondisi dan pelayanannya
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
5. LANGKAH4–MONITORINGDANEVALUASIGIZI
PP(COP)4-EP5:Bila keluarga membawa/menyediakan makanan mereka diberi edukasi tentang diet pasien dan apa yang harus dibatasi
PP(COP)2-EP1:Rencana pelayanan diintegrasikan dan dikoordinasikan diantara berbagai unit kerja dan pelayananPP(COP)2-EP2:Pelaksanaan pelayanan terintegrasikan dan terkoordinasikan antar unit kerja, departemen dan pelayananMKI(MCI)5-EP1:Pimpinan menjamin komunikasi yang efektif dan efisien antara departemen klinis dan non klinis, pelayanan dan anggota staf individualPPK(PFE)3-EP3:Terkait dengan pelayanan yang diberikan pasien dan keluarga dididik tentang diet dan gizi yang benarPPK(PFE)6-Ep1 :Bila ada indikasi, edukasi pasien dan keluargandiberikan secara kolaborasiPPK(PFE)6-EP2:Mereka yang memberikan edukasi harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang subjek yang diberikanPPK(PFE)6–EP3:Mereka yang memberikan edukasi harus menyediakan waktu yang adekuatPPK(PFE)6-EP4:Mereka yang memberikan edukasi harus memiliki ketrampilan berkomunikasi
PP(COP)5-EP3:Respon pasien terhadap terapi nutrisi dimonitor PP(COP)2.1-EP4:Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan; berdasarkan hasil asesmen ulang atas pasien oleh praktisi pelayanan kesehatan.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
6. DOKUMENTASIPAGT
AP(AOP)1-EP3 :Kebijakan Rumah Sakit mengiidentifikasi tentang Informasi yang harus didokumentasi untuk asesmenPP(COP)2.1-EP3:Rencana asuhan dicatat dalam rekam medis dalam bentuk kemajuan terukur pencapaian sasaran.PP(COP)2.1-EP4:Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam medis pasien oleh pemberi pelayananPP(COP)5-EP4:Respon pasien terhadap terapi gizi dicatat dalam rekam medisnya PP(COP)2-EP3:Hasil atau kesimpulan rapat dari tim asuhan atau diskusi lain tentang kolaborasi dicatat dalam rekam medis pasien
PP(COP)2.3-EP2:Hasil tindakan yang dilakukan dicatat dalam rekam medis pasienPP(COP)2-EP6:Asesmen ulang didokumentasikan dalam rekam medis pasien.MKI(MCI)7-EP2:Berkas rekam medis tersedia bagi para praktisi yang membutuhkan untuk asuhan pasienMKI(MCI)3-EP1:Komunikasi dan pendidikan kepada pasien dan keluarga menggunakan format yang mudah dipahamiMKI(MCI)19.2-EP1:Mereka yang mendapat otorisasi untuk mengisi rekam medis pasien diatur dalam kebijakan Rumah SakitMKI(MCI)19.3-EP1:Pada setiap pengisian rekam medis dapat diidentifikasi siapa yang mengisiMKI(MCI)19.3-EP2:Tanggal pengisian rekam medis dapat diidentifikasi
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
7. PETUGASGIZISEBAGAIPELAKSANAPAGT
MKI(MCI)19.3-EP3:Bila dipersyaratkan oleh rumah sakit, waktu/jam pengisian rekam medis dapat diidentifikasi
AP(AOP)3-EP1:Petugas yang kompeten yang melakukan asesmen pasien dan asesmen ulang ditetapkan oleh rumah sakitAP(AOP)4-EP2:Mereka yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien diikutsertakan dalam prosesAP(AOP)1.6-EP1:Staf yang berkompeten mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan asesmen gizi lebih lanjutAP(AOP)3-EP2:Hanya mereka yang diizinkan dengan lisensi sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku atau sertifikasi yang dapat melakukan asesmenAP(AOP)3-EP5:Mereka yang kompeten melaksanakan asesmen dan asesmen ulang terhadap pasien dan tanggung jawab nya ditetapkan secara tertulis MKI(MCI)19.4-EP1:Rekam medis pasien direview secara reguler/teratur
Keterangan:EP = elemen penilaianAP = asesmen pasien (AOP = assessment of patient) SKP = sasaran keselamatan pasien (IPSG = international patient safety
goal) PP = perawatan pasien (COP = care of patient) HPK = hak pasien dan keluarga (PFR = patient family right)MKI = manajemen komunikasi informasi (MCI = management
communication infomation)PPK = pendidikan pasien dan keluarga (PFE= patient and family
education)
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran02.
CONTOHSOAL
KASUS
Seorang laki2 (Tn.AF) usia 63 tahun suku sunda, beragama Islam datang ke RS dengan keluhan ada benjolan di lidah yang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, tn AF masih bisa makan bubur dengan lauk pauk, sayuran dan jus buah, walaupun porsinya mulai berkurang dari biasanya. Perkiraan asupan Energi = 1225 kkal, Protein = 40,2 g, Lemak 39.6 g, Karbohidrat 175 g.
Satu bulan terakhir benjolan di lidah dirasakan semakin membesar sehingga sulit berbicara dan menutup mulutnya, dan hanya bisa mengonsumsi makanan cair lewat sedotan sedikit demi sedikit. Total asupan Energi = 1000 kkal, Protein = 35,6 g, Lemak = 35,6 g, karbohidrat = 136 g, Sejak 2 hari terakhir, Tn.AF sudah tidak bisa makan dan minum sehingga dibawa ke RS dan dirawat dengan diagnosis medis Ca lidah. Sementara itu 1 tahun lalu Tn AF pernah mengalami patah tulang kaki disebabkan kecelakaan motor. BB pasien menurun drastis sejak 6 bulan yang lalu dari 70 kg menjadi 45 kg dengan TB 160 cm. Tn AF juga terlihat lemah, kurus dan hilang lemak subkutan.
PERTANYAAN:
1. Bagaimana cara melakukan asesmen gizi dari data di atas?2. Buatlah pernyataan diagnosis gizinya3. Rencanakan intervensi gizi dengan menetapkan tujuan target,dan
strategi intervensi gizi berdasarkan domain intervensi gizi4. Buatlah Preskripsi gizi 5. Rencanakan rencana monitoring dan evaluasi gizi dengan menetapkan
parameter yang di monitor
JAWABAN:
1. ASESMENGIZI:
Asesmen gizi merupakan langkah untuk mengidentifikasi tanda dan gejala problem gizi serta faktor penyebab masalah gizi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
a. Review data di atas terkait faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan.
Hasil review data di atas bisa disimpulkan bahwa saat ini asupan pasien mengalami gangguan akibat benjolan di lidah, sementara kondisi patah tulang kaki akibat kecelakaan 1 tahun lalu bukan merupakan masalah yang berkaitan dengan status gizi pasien saat ini.
b. Mengelompokkan data menurut terminologinyac. Identifikasi standar untuk membandingkan data tersebut.
Hasil pengelompokkan dan identifikasi data sbb :
RiwayatPersonal
Riwayatterkaitgizidanmakanan(RiwayatGizi)(FH)
Riwayat personal (CH.1)Laki2 (Tn.AF) usia 63 tahun, suku sundaRiwayat medis terkait gizi (CH.2.1)1. Keluhan pasien terkait gizi (
CH.2.1.1) : Tidak bisa makan dan minum melalui mulut
2. Endok r in/metabol isme (CH.2.1.2) Malnutrisi
3. H e m a t o l o g i / o n k o l o g i (CH.2.1.7) : Ca lidah sejak 6 bulan yang lalu
Riwayat sosial (CH.3.1)Agama Islam (CH.3.1.7)
Asupan energi ( FH.1.1.1)Total asupan energi :
1. 2 hari SMRS : 0 kkal (0 % dari rekomendasi kebutuhan sakit)
2. 1 bulan SMRS : 1000 kkal (58 % dari rekomendasi kebutuhan sakit)
Kebutuhan energi(CS.1).Estimasi kebutuhan energi (CS.1.1)Estimasi Kebutuhan energi total : 1710 kkal(Metode estimasi kebutuhan : berdasarkan rumus miflin)
KATEGORIDATA DATA STANDARPEMBANDING
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
3. 6 bulan SMRS) : 1225 kkal (71,6 % dari rekomendasi kebutuhan sakit)
Asupan cairan/minuman (FH.1.2.1.3).Suplemen/cairan pengganti makanan : enteral polimerik 1000 cc Variasi makanan (FH.1.2.2.5) : tidak adaAsupan Lemak ( FH.1.5.1).Total asupan lemak :1. 2 hari SMRS : 0 (0% dari
rekomendasi kebutuhan sakit)
2. 1 bulan SMRS : 35,6 gr (74,9 % dari rekomendasi kebutuhan sakit)
3. 6 bulan SMRS : 39,6 gr (75,5% dari rekomendasi kebutuhan sakit)
Asupan Protein (FH.1.5.2)Total asupan protein :1. 2 hari SMRS : 0 (0% dari
rekomendasi kebutuhan sakit)
2. 1 bulan SMRS) : 35,6 gr (52,7 % dari rekomendasi kebutuhan sakit)
3. 6 bulan SMRS) : 40,2 gr (59 % dari rekomendasi kebutuhan sakit)
Asupan Karbohidrat ( FH.1.5.3)Total asupan karbohidrat 1. 2 hari SMRS : 0 (0 % dari
rekomendasi kebutuhan sakit)
2. 1 bulan SMRS : 136 gr (53 % dari rekomendasi kebutuhan sakit)
Estimasi Kebutuhan Lemak (CS.2.1) : 47,5 gr (25 % total kalori)
Estimasi kebutuhan protein (CS.2.2).; 1,5 gr/kg BB = 67,5 gr (15 % total kalori)
Estimasi kebutuhan karbohidrat (CS 2.3) : 256,5 gr
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
2. DIAGNOSIS/MASALAHGIZI:
Penentuan masalah gizi dilakukan dengan cara :
a. Mengintegrasikan dan menganalisis data asesmen.
Hasil :
1) Tidak bisa makan dan minum melalui mulut, tidak ada asupan energi, variasi makanan tidak ada, ada massa di lidah menunjukkan tanda dan gejala dari inadekuat oral intake
2) Malnutrisi, Ca lidah, perubahan BB 35,7% dalam 6 bulan, IMT 17,6, tampak kurus, lemah dan hilang lemak subkutan, tidak ada asupan energi menunjukkan tanda dan gejala dari malnutrisi
b. Menetapkan problem, etiologi dan tanda/gejala dari masalah yang diduga merujuk kepada terminologi. Hasil :
1) Problem : inadekuat oral intake
Antropometri(AD)
Datafisikterkaitgizi(PD.1.1).
3. 6 bulan SMRS : 175 gr (68,2 % dari rekomendasi kebutuhan sakit)
K o m p o s i s i / p e r t u m b u h a n tubuh/riwayat berat badan AD.1.11. TB = 160 cm2. BB = 45 kg3. Perubahan BB 35,7 %
(dalam waktu 6 bln)4. IMT = 17,6 (kurang dari
18,5)
Extremitas, otot dan tulang; kurus, lemah, hilang lemak subkutan (PD.1.1.4) Sistem pencernaan: ada masa di mulut (PD.1.1.5)
C S . R e k o m e n d a s iberat badan danpertumbuhanRekomendasi IMT normal berdasarkan DepKes 18,5-24,9
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Tanda/gejala : tidak bisa makan dan minum melalui mulut, tidak ada asupan energi, variasi makanan tidak ada
Etiologi : ada massa di lidah
2) Problem : malnutrisi
Tanda/gejala : perubahan BB 35,7% dalam 6 bulan, IMT 17,6, tampak kurus, lemah dan hilang lemak subkutan
Etiologi : Ca lidah dan tidak ada asupan energi
3) Menuliskan diagnosis gizi dalam bentuk pernyataan PES
Hasil :
a) Inadekuat oral intake berkaitan dengan ada masa di lidah ditandai dengan tidak bisa makan dan minum lewat mulut, tidak ada asupan energi, variasi makanan tidak ada
b) Malnutrisi berkaitan dengan asupan energi dan protein yang kurang & peningkatan kebutuhan (Ca lidah) dalam waktu lama (6 bulan) dan adanya peningkatan kebutuhan ditandai dengan IMT 17,6, kurus, lemah, hilang lemak subkutan, perubahan BB 35,7% dalam waktu 6 bulan
3. INTERVENSIGIZI
Perencanaan, dilakukan dengan menetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah, keamanan dan kebutuhan pasien.
Hasil :
Tujuan :
a. Memberikan asupan makanan adekuat melalui enteral mencapai 80% dari kebutuhan
b. Mengoreksi malnutrisi secara bertahap
Preskripsi diet:
Jenis makanan enteral polimerik tinggi protein, bentuk cair dan route NGT
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Frekuensi : 6 x 250 cc, 1 x 200 cc (tiap 2 jam sekali)
Kebutuhan : Energi :1710 kkal, Protein :67,5 gr, Lemak: 47,5 gr, Karbohidrat 256,5 gr
4. RENCANAMONITORINGDANEVALUASIGIZI
No Monitor Evaluasi Waktu
1 Asupan Membandingkan daya terima makanan dengan yang disajikan (target)
Setiap hari
2 Antopometri Perubahan berat badan 1 Minggu
3 Fisik Perubahan penampilan (otot, lemak subkutan)
1 Minggu
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran03.
Beberapaterminologiyangseringdipergunakan
1. NI.2.1.ASUPANORALTIDAKADEKUAT
Definisi
Asupan makanan atau minuman secara oral kurang dari standar referensi atau rekomendasi berdasarkan kebutuhan fisiologis
Catatan : diagnosis gizi ini tidak termasuk asupan melalui pipa NGT Diagnosis gizi ini tidak dapat diterapkan ketika tujuannya adalah
penurunan berat badan,perawatan akhir hidup,pada inisiasi pemberian makanan atau saat kombinasi nutrisi oral , enteral / parenteral.
Etiologi
a. Keadaan fisiologis yang menyebabkan peningkatan kebutuhan zat gizi seperti penyakit katabolik dalam jangka waktu yang lama
b. Penurunan kemampuan untuk mengonsumsi energi yang cukup seperti peningkatan kebutuhan gizi selama penyakit katabolik dalam jangka waktu yang lama
c. Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, misalnya keterbatasan ekonomi, pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak.
d. Terbatasnya daya terima makanan akibat faktor fisiologis atau prilaku, keengganan dan atau sikap perilaku yang tidak mendukung.
e. Budaya yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengakses makanan
f. Kurang pengetahuan gizi dan makanan terutama asupan makanan dan minuman melalui oral yang tepat
g. Penyebab psikologis misalnya depresi dan gangguan makan
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Tanda/Gejala
KategoriAsesmengiziIndikatorpotensialdiagnosagizi
(harusadasatuataulebih)
Data biokimia, tes dan prosedur medis
Pengukuran antropometri • Kehilangan/penurunan berat badan, kecepatan pertumbuhan yang tidak sesuai
Tanda-tanda fisik terkait gizi
• Kulit kering, membran mukosa, turgor kulit rendah
• Anorexia, mual, muntah• Perubahan indera pengecap dan perasa• Adanya tanda klinis defisiensi vitamin/
mineral
Riwayat makan/nutrisi Hasil pengamatan dari :
• Perkiraan asupan energi atau protein berkualitas tinggi yang tidak mencukupi bila dibandingkan dengan kebutuhan
• Keterbatasan ekonomi yang menghambat ketersediaan makanan
• Konsumsi alkohol atau obat-obatan lainnya yang berlebihan yang mengurangi rasa lapar
• Obat-obatan yang menyebabkan anorexia• Keterbatasanasupan makanan dan minuman
yang tidak konsisten dengan standar rujukan gizi berdasarkan jenis, macam dan kualitas diet
• Kepercayaan yang tidak tepat terhadap makanan, kelompok makanan, suplemen atau dukungan gizi.
Riwayat personal • Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis atau penanganan penyakit katabolik seperti AIDS,TB,anorexia nervosa, sepsis/infeksi akibat pembedahan,depresi, nyeri akut atau kronis,
• malabsorbsi protein dan atau zat gizi.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
2. NI.5.2.MALNUTRISI
Definisi
Asupan protein dan atau energi yang tidak adekuat dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan hilangnya cadangan lemak tubuh dan atau pengerutan otot termasuk malnutrisi yang berkaitan dengan kelaparan, malnutrisi terkait penyakit kronis dan malnutrisi terkait penyakit akut atau injury.
Etiologi
a. Kondisi fisiologis akibat penyakit akut atau kronis atau injury/trauma yang menyebabkan peningkatakan kebutuhan gizi
b. Perubahan dalam struktur dan atau fungsi saluran cerna. c. Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, misalnya
keterbatasan ekonomi, pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak, orang-orang terlantar
d. Agama dan budaya yang mempengaruhi kemampuan untuk mengakses makanan
e. Kurangnya Pengetahuan tentang makanan dan zat gizi terutama mengenai jumlah energi dan jumlah serta jenis protein
f. Penyebab psikologis, misalnya depresi atau gangguan makan
Tanda/gejala(mendefinisikankarakteristik)
• Malnutrisi yang dapat dilihat dari berat badan BMI/IMT
• IMT <18,5 menunjukkan underweight, IMT untuk lansia (> 65 tahun) <22,IMT anak-anak IMT <5 persentil
• Gagal tumbuh misalnya kegagalan percepatan pertumbuhan atau keterlambatan perkembangan.
• Pertambahan berat badan ibu hamil yang tidak adekuat
• Kehilangan berat badan, dewasa> 20% dalam
Data biokimia, tes dan prosedur medis
Pengukuran antropometri
KategoriAsesmengizi Indikatorpotensial(harusadasatuataulebih)
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
1 tahun,> 10% dalam 6 bulan,> 7,5% dalam 3 bulan, >5% dalam 1 bulan,> 1 sampai 2% dalam 1 minggu
• Pertumbuhan anak-anak, tidak mencapai berat badan yang diharapkan dan atau penurunan kurva pertumbuhan, melewati dua atau lebih persentil pada grafik pertumbuhan
• Underweight dengan kehilangan lemak tubuh dan atau otot.
• Hilang lemak subkutan misalnya. Orbitall, trisep, lemak diatas tulang rusuk.
• Kehilangan otot seperti Pengecilan otot teporalis, klavikula (pectoralis dan punggung), bahu (punggung), otot interoseus, tulang belikat (latissimus dorsi, trapezious, deltoids), paha (paha depan) dan betis (gastrocnemius).
• akumulasi cairan general atau terlokalisir ( ekstremitas, vulvar/scrotal, asites)
• Perubahan indikator fungsional misalnya kekuatan menggenggam
Hasil pengamatan dari:• Perkiraan asupan energi< 50%-75% dari
perkiraan RMR atau RMR yang terukur• Tidak dapat atau tidak mau mangonsumsi energi
/ protein yang cukup untuk mempertahankan berat badan yang ideal
• Menghindari makanan dan atau tidak tertarik untuk makan
• Konsumsi alkohol yang berlebihan atau obat obatan lain yang mengurangi nafsu makan
• Perubahan indikator fungsional, misalnya kekuatan menggenggamatau ukuran lain dari aktivitas fisik dan atau kekuatan
• Infeksi mayor seperti, sepsis, pneumonia, peritonitis, dan infeksi akibat luka, luka bakar berat, trauma, cedera kepala tertutup, cedera paru akut, sindrom gangguan pernapasan pada orang dewasa, dan operasi mayor yang berhubungan dengan malnutrisi pada penyakit atau cedera akut
• Diagnosis medis dari malnutrisi termasuk malnutrisi pada penyakit atau cedera akut, malnutrisi pada penyakit atau kondisi kronis dan malnutrisi akibat kondisi sosial dan lingkungan
Tanda-tanda fisik terkait gizi
Riwayat makan/nutrisi
Riwayat personal
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
3. PeningkatanKebutuhan(Spesifik)(NI-5.1)
Definisi
Peningkatan kebutuhan untuk zat gizi spesifik dibandingkan dengan referensi standar atau rekomendasi berdasarkan kebutuhan fisiologis.
Etiologi
Kumpulan faktor-faktor selama proses penilaian gizi yang berkontribusi pada keadaan atau penatalaksanaan masalah-masalah patofisiologi, situasional, psikososial, perkembangan lingkungan, budaya, dan/atau lingkungan
a. Gangguan absorpsi atau metabolisme zat gizi misalnya akibat absorpsi atau metabolisme zat gizi misalnya akibat dari pengobatan
b. Perubahan fungsi organ terkait fungsi GI, seperti pakreas dan fungsi organ terkait fungsi GI, seperti pakreas dan hati
c. Penurunan fungsi usus misalnya usus misalnya short bowel syndromed. Penurunan atau perubahan fungsi usus seperti celiac disease,
chron’s diseasee. Peningkatan kebutuhan zat gizi seperti percepatan pertumbuhan,
penyembuhan luka, dan infeksi kronis.
Tanda/gejala
KategoriAsesmengiziIndikatorpotensial
(harusadasatuataulebih)
Data biokimia, tes dan prosedur medis
- Menurunnya kolesterol total<160 mg/dl, albumin, pre albumin, protein c-reaktif, adanya indikasi peningkatan stress dan peningkatan kebutuhan metabolisme
- Elektrolit/ mineral (seperti kalium, magnesium, fosfor) yang tidak normal
- Kehilangan urin dan feses yang spesifik atau berkaitan dengan zat gizi (seperti lemak tinja, tes d-xylose)
- Kekurangan vitamin dan atau mineral
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Pengukuran antropometri
- Gagal tumbuh, berdasarkan referensi standar pertumbuhan National Center for Health Statistic (NCHS) dan gagal tumbuh janin
- Kehilangan berat badan yang tidak direncanakan ≥5% dalam 1 bulan atau ≥ 10% dalam 6 bulan
- Gizi Kurang (IMT <18,5)- Persen lemak tubuh dan massa otot yang
rendah
Tanda-tanda fisik terkait gizi
- Bukti klinis defisiensi vitamin/mineral (seperti(sepertiseperti rambut rontok, gusi berdarah dan kuku tampak pucat))
- Kehilangan integritas kulit, penyembuhan luka yang lama, atau tukak lambung
- Kehilangan masa otot dan lemak subkutan
Riwayat makan/nutrisi Laporan atau Observasi dari :
- Estimasi asupan makanan/suplemen yang mengandung zat gizi kurang daripada estimasi kebutuhan yang seharusnya.
- Asupan makanan yang tidak mengandung jumlahzat gizi yang seharusnya (seperti terlalu lama mengolah, terlalu lama dimasak, dan penyimpanan yang tidak benar)
- Rendahnya pengetahuan mengenai makanan dan zat gizi (seperti kurangnya informasi, informasi yang salah atau ketidakpatuhan terhadap diet)
- Pengobatan berpengaruh terhadap absorpsi atau metabolisme dari zat gizi yang dibutuhkan
- Atlet atau individu aktif yang memiliki intensitas aktivitas fisik yang tinggi
Riwayat personal - Kondisi yang terkait dengan diagnosis atau perawatan seperti reseksi usus, penyakit chron, HIV/AIDS, luka bakar, kelahiran prematur, malnutrisi
4. NC.1.1.KesulitanMenelan
Definisi
Gangguan atau kesulitan menelan makanan atau minuman di dalam rongga mulut ke lambung
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Etiologi
a. Penyebab mekanik: inflamasi, pembedahan, struktur atau tumor mulut, kerongkongan dan esophagus;pasien yang menggunakan ventilator
b. Gangguan motorik Sclerosis, Sclerodema, atau permaturitas, gangguan mengisap, menelan, gangguan pola nafas dan sebagainya.
TandadanGejala–Karakterpenentu
KategoriAsesmengizi
Indikatorpotensial
(harusadasatuataulebih)
Data biokimia, tes dan prosedur medis
Pemeriksaan radiologi : misalnya tes menelan abnormal
Pengukuran antropometri
-
Tanda-tanda fisik terkait gizi
Adanya dehidrasi, misalnya membrane mucus kering; tugor kulit buruk
Ditemukan kelainan pada saraf otak dan otot (CN VII) dari ekspresi wajah, gag reflex (Saraf IX) Menelan (saraf X) dan gerakan lidah ( saraf XII), reflex batuk; drooling; otot muka lelah; kemampuan untuk menelan makanan “basah dan kering “lemah.
Batuk; tersedak; mengunyah lama; “mengemut” makanan; muntah; perubahan mimik muka saat makan; meneluarkan air liur : mengeluarkan bunyi saat makan; merasa makanan tersumbat; rasa nyeri ketika menelan
Riwayat makan/nutrisi Adanya informasi atau hasil observasi menunjukkan :- Waktu makan lebih lama- Penurunan estimasi asupan makanan- Menghindari makanan- Menghindari waktu makan
Riwayat personal Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan contoh: disfagia, achalasia
Infeksi paru bagian atas atau pneumonia yang berulang
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
5. NC.1.2.KesulitanMengunyahataumengigit
Definisi
Ketidakmampuan menggigit atau menguyah makanan untuk membentuk bolus sehingga makanan dapat ditelan
Etiologi
Craniofacial malformations Bedah mulut (Oral surgery) Disfungsi otot saraf ( Neuromuscular disfunction) Kehilangan gigi sebagian atau total Manifestasi atau oral dari Penyakit sistemik Mulut kering (Xerostomia)
TandadanGejala–Karakterpenentu
KategoriAsesmengizi Indikatorpotensial(harusadasatuataulebih)
-
-
Ompong sebagian atau seluruhnya Perubahan saraf kepala ( V, VII, IX,X, XII) Mulut kering Lesi oral yang mengganggu kemampuan
makan Gangguan pada gerakan lidah Gigi tidak rapih atau patah
Adanya informasi atau hasil observasi menunjukkan :- Penurunan estimasi asupan makanan- Perubahan estimasi makanan dari biasanya- Penurunan estimasi asupan atau
menghindari makanan yang utuh (perlu dikunyah) seperti kacang tanah, konsumsi daging, unggas, ikan, buah dan sayuran secara utuh
Data biokimia, tes dan prosedur medis
Pengukuran antropometri
Tanda-tanda fisik terkait gizi
Riwayat makan/nutrisi
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
6. NC.1.3.KesulitanMenyusui
Definisi
Ketidak mampuan bayi untuk menyusui atau mempertahankan bayi untuk menyusui
EtiologipadaAnak
Kesulitan pergerakan lidah karena frenulum pendek Kemampuan mengisap buruk Mulut sakit Malnutrisi/ malabsorpsi Letargi, mengantuk berat Irritabilitas Kesulitan menelan Memperkenalkan makanan melalui botol atau rute lain yang
dapat mempengaruhi menyusui
EtiologipadaIbu
Sakit pada payudara atau puting Payudara atau putting abnormal
- Menghindari tekstur makanan sesuai usianya
- Memuntahkan makanan atau waktu
Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan :- Alkoholism; Alzheimer’s; kanker kepala,
leher, faring; cerebral palsy; celah bibir, celah langit langit; infeksi jaringan lunak mulut ( candidiasis, leukoplakia); kesiapan mental kurang; penyakit sistemik mulut bermanifestasi ke mulut ( rheumatoid arthritis, lupus, crohn’s disease, penphigus vulgaris, HIV, diabetes)
Baru mengalami bedah mulut mayor Penggunaan rangka metal pada rahang (wired
jaw) Kemoterapi dengan efek samping pada mulut Terapi radiasi pada rongga mulut
Riwayat personal
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Mastitis Persepsi salah atau pemberian ASI inadekuat Kurang dukungan social atau lingkungan Tradisi yang mempengaruhi kemampuan untuk menyusui
TandadanGejala–Karakterpenentu
KategoriAsesmengizi Indikatorpotensial(harusadasatuataulebih)
Data biokimia, tes dan prosedur medis
Hasil lab : Adanya dehidrasi (bayi) Popok basah kurang dari 6 selama 24
jam(bayi)Pengukuran antropometri Berat badan menurut atau tidak ada
penambahan BB (bayi)
Tanda-tanda fisik terkait gizi Frenulum abnormal ( bayi) Muntah dan diare ( bayi) Lapar, kurang puas setelah disusui ( bayi)
Riwayat makan/nutrisi Adanya informasi atau hasil observasi pada bayi menunjukkan :
- Batuk - Menangis, laktasi yang tidak lancar,
menindih payudara- Frekuensi/ lama pemberian ASI
menurun, menghentikan ASI terlalu dini, dan atau menolak disusui
- Letargi
Riwayat personal Adanya informasi atau hasil observasi pada Ibu menunjukkan :
- Volume ASI sedikit saat di pompa- Kurang percaya diri saat menyusui- Tidak mendengar bayi menelan- Kurang dukungan ibu untuk
menyusui- Pengetahuan kurang untuk menyusui
atau mengenali tanda tanda kenyang dan lapar
Kurang fasilitas untuk menyusui di tempat kerja atau tempat umum
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Kondisi bayi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan :
- Celah bibir / langit langit, lahir premature, malabsorpsi, infeksi
Kondisi ibu yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan :
- Mastitis, candidiasis, engorgement, riwayat bedah payudara
7. NC.1.4.Perubahanfungsisaluranperncernaan
Definisi
Perubahan dalam digesti, absorpsi dan atau eliminasi
Etiologi
a. Perubahan struktur dan atau fungsi saluran pencernaanb. Perubahan motilitas saluran saluran pencernaanc. Perubahan fungsi eksokrin berkaitan dengan manifestasi
saluran pencernaan misalnya pankreas, hatid. Penurunan fungsional ukuran saluran cerna misalnya Short
bowel syndrome.
TandadanGejala–Karakterpenentu
KategoriAsesmengizi Indikatorpotensial(harusadasatuataulebih)
Data biokimia, tes dan prosedur medis
Hasil pemeriksaan enzim pencernaan dan lemak feses abnormal Test hydrogen bernafas, test d-xylose, kultur
feses, tes pengosongan lambung, dan atau waktu transit usus besar abnormal Hasil pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi,
biopsy abnormal Profil anemia abnormal Hasil laboratorium vitamin, mineral, asam lemak,
trace element dan PTH abnormal Test densitas tulang abnormal
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Pengukuran antropometri
Kehilangan BB ≥ 5 % dalam 1 bulan atau ≥ 10 % dalam 6 bulan Stunted atau gagal tumbuh pada anak anak
Tanda-tanda fisik terkait gizi
Distensi abdomen Bising usus meningkat (atau terkadang
menurun) “wasting” akibat malnutrisi pada kasus kasus
berat Anoreksia, mual, muntah, diarem steatorrhea,
konstipasi, sakit perut, reflux, gas Adanya defisiensi vitamin, mineral seperti
glositis, cheilosis, lesi mulut, skin rash dan rambut rontok.
Riwayat makan/nutrisi Adanya informasi atau hasil observasi menunjukkan:
Menghindari at membatasi jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanan tertentu dari beberapa kelompok bahan makanan karena gangguan GI seperti kembung, kram, sakit, diare, steatorrhea terutama setelah mencerna makanan
Riwayat personal Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan : Malnutrisi atau malabsorpsi maldigesti, steatorrhea, ostruksi, konstipasi, divericulitis, penyakit crohn’s, inflammatory bowel disease, cystic fibrosis, celiac disease, kanker, irritable bowe syndrome, infeksi, dumping syndrome
Prosedur bedah seperti esophagectomy, dilatasi, fundoplication, gastrectomy, vagotomy, gastric bypass, reseksi usus besar
8. NC.2.1.Utilisasizatgiziterganggu
Definisi
Perubahan kemampuan untuk melakukan metabolisme zat gizi dan substansi bioaktif
Etiologi
a. Perubahan fungsi endokrin yang terkait dengan organ gastrointestinal ( misalnya pancreas, hati, pituitary dan paratiroid)
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
b. Gangguan metabolik termasuk inborn error metabolismc. Obat obatan yang dapat mempengaruhi metabolisme zat
gizid. Kecanduan alkohol atau obat obatan
TandadanGejala–Karakterpenentu
KategoriAsesmengizi Indikatorpotensial(harusadasatuataulebih)
Data biokimia, tes dan prosedur medis
Test Inborn Error Metabolism menunjukkan abnormal
Test Fungsi ginjal abnormal Profil anemia abnormal Hormon pituitary abnormal Defisiensi vitamin dan atau mineral Hipoglikemia , hiperglikemia Tes densitas mineral tulang , PTH abnormal
Pengukuran antropometri Kehilangan BB ≥ 5 % dalam 1 bulan atau ≥ 10 % dalam 6 bulan
Pada anak anak : stunted atau gagal tumbuhTanda-tanda fisik terkait gizi
Adanya defisiensi vitamin dan atau mineral misalnya glossitis, cheilosis, lesi pada mulut
Kurus, berpenampilan ‘wasted’Riwayat makan/nutrisi Adanya informasi atau hasil observasi
menunjukkan : Menghindari atau membatasi konsumsi
makanan tertentu/dari kelompok bahan makanan tertentu karena adanya gejala - gejala fisiologis
Riwayat personal Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan misalnya cystic fibrosis, celiac disease, Corhn’s disease, infeksi, terapi radiasi, inborn error of metabolism, kecanduan alkohol atau obat, gangguan endokrin, gangguan pituitary, gagal ginjal atau gagal hati
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
9. NB.1.1.Kurangpengetahuanterkaitmakanandanzatgizi
Definisi
Pengetahuan yang tidak lengkap atau tidak akurat mengenai makanan, zat gizi atau informasi dan pedoman yang berkaitan dengan gizi.
Etiologi
a. Perilaku dan kepercayaan yang tidak mendukung mengenai makanan, zat gizi dan masalah yang berhubungan dengan gizi
b. Kurang terpapar edukasi yang berhubungan dengan gizi c. Kurangnya pemahaman terhadap tanda tanda kelaparan
pada bayi/ anakd. Adat yang memhambat untuk mendapatkan dan
menerapkan informasie. Kemampuan kognitif yang terganggu, termasuk ketidak
mampuan belajar, gangguan syaraf atau sensor dan atau dimensia
f. Terpapar informasi yang tidak benarg. Tidak ingin atau tidak tertarik untuk mempelajari atau
menerapkan informasih. Ketidakpastian dalam menerapkan informasi
TandadanGejala–Karakterpenentu
KategoriAsesmengizi Indikatorpotensial
(harusadasatuataulebih)
Data biokimia,tes dan prosedur medis
Pengukuran antropometri
Tanda-tanda fisik terkait gizi
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Riwayat makan/nutrisi Laporan atau pengamatan mengenai
Informasi secara verbal tidak akurat atau tidak lengkap
Jawaban pertanyaan dari kuesioner tertulis tidak akurat atau tidak lengkap atau tidak dapat membaca pertanyaan
Tidak merasa membutuhkan pengetahuan mengenai rekomendasi berkaitan dengan makanan dan zat gizi
Tidak mengutamakan pendidikan yang mendukung penerapan informasi makanan dan zat gizi,
Ketidakmampuan mendemonstrasikan penerapan informasi makanan dan gizi misalnya memilih makanan sesuai dengan terapi gizi atau mempersiapkan makanan bayisesuai petunjuk
Minat untuk mempelajari informasi yang didapat
Secara verbal menunjukkan ketidakinginan dan tidak tertarik untuk mempelajari informasi
Riwayat personal a. Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis dan pengobatan
b. Diagnosis medis baru atau perubahan diagnosis atau kondisi
c. Etnis atau budaya yang berdampak pada penerapan informasi
10. GangguanPolaMakan(NB-1.5)
Definisi
Kepercayaan, sikap, pemikiran, dan kebiasaan yang berhubungan dengan makanan, cara makan, dan pengaturan berat badan, termasuk gangguan makan yang klasik seperti jumlah yang kurang, kondisi yang sama yang menimbulkan efek negatif bagi kesehatan.
Catatan : Kemungkinan tidak ada diagnosis yang tepat untuk individu dengan kemampuan penerimaan makanan yang terbatas
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Etiologi:
a. Keluarga, lingkungan sosial, genetis/biologis dan/atau lingkungan berkaitan dengan keinginan untuk kurus
b. Pengaturan berat badan / pre okupasi dipengaruhi kepercayaan diri
Tanda/TerjadinyaTanda
- Menurunnya kadar kolesterol, profil lemak tidak normal, hipoglikemi, hipokalemi (anoreksia nervosa [AN])
- Hipokalemi dan hipochloremic alkalosis (bulimia nervosa [BN])
- Hyponatremi, hipothiroid, peningkatan BUN (AN)- Keton positif di urin (AN)
- BMI < 17,5, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, gagalnya peningkatan berat selama masa pertumbuhan yang diharapkan, berat badan kurang dari 85 % dari yang diharapkan (AN)
- BMI > 29 (gangguan makan yang tidak spesifik (EDNOS))
- Fluktuasi berat badan yang signifikan (BN)
- Penurunan tingkat berat cadangan adiposa dan protein somatik (AN)
- Pembentukan rambut halus pada muka dan leher, brittle listless hair, sianosis pada tangan dan kaki, dan kulit kering (AN)
- Adiposa normal atau berlebihan, dan simpanan protein otot normal (BN,EDNOS)
- Kerusakan enamel gigi (BN)- Pembesaran kelenjar parotis (BN)- Odema perifer (BN)- Kehilangan otot rangka (AN)- Suhu tubuh rendah
Data Biokimia, Fisik-Klinis dan Persyaratannya
Pengkuran Antropometri
Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi Riwayat Gizi
AsesmenZatGizi IndikatorPotensialdariDiagnosisZatGizi
(satuataulebihharusditampilkan)
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Riwayat Gizi
- Ketidakmampuan berkonsentrasi (AN)- Russell’s signpositif (BN) mencoba memuntahkan
makanan yang sudah dimakan- Bradycardia (denyut jantung < 60 kali/menit), hipotensi
(systolic <90 mmHg), dan hipotensi orthostatic (AN)- Berusaha untuk muntah, diare, kembung, konstipasi,
dan kentut (BN), selalu merasa kedinginan (AN)- Kelemahan otot, kelelahan, dehidrasi (AN,BN)- Penolakan terhadap rasa lapar (AN)
Penjelasan Observasi dari :
- Menghindari makanan atau makanan sumber energi (AN,BN)
- Menghindari kegiatan sosial yang menyajikan banyak makanan
- Takut terhadap makanan atau gangguan fungsi pikiran terhadap makanan atau pengalaman makan (AN,BN)
- Preokupasi makanan dan berat badan (AN,BN)- Pengetahuan mengenai diet saat ini (AN,BN,EDNOS)- Kelaparan (AN,BN)- Perkiraan asupan makanan yang lebih besar dalam satu
waktu yang telah ditentukan, kurangnya kemampuan mengontrol makan berlebihan (BN, EDNOS)
- Aktifitas fisik yang berlebihan (AN, BN, EDNOS)- Makan lebih cepat dari normal, hingga merasa tidak
nyaman karena kekenyangan, makan makanan dalam jumlah besar ketika tidak merasa lapar secara fisik, makan sendiri saat merasa tidak nyaman,merasa bersalah setelah makan banyak (EDNOS)
- Makan sendirian (AN,BN)
- Pemikiran yang tidak rasional mengenai efek makanan terhadap tubuh (AN, BN, EDNOS)
- Berdiet dalam jangka waktu lama- Kesadaran berlebih pada makanan dan preokupasi
dengan kandungan makanan- Pemilihan makanan yang tidak fleksibel- Kesalahan penggunaan laksatif, enemas, diuretik,
stimulan, dan/atau mempercepat metabolik (AN,BN)- Penggunaan makanan tambahan dan makanan
campuran yang berlebihan
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
- Diagnosis, contoh anoreksia nervosa, bulimia nervosa, binge eating, gangguan makan yang tidak spesifik, ammenorrhea
- Riwayat gangguan mood atau bingung (contoh depresi, gangguan obsesif/compulsive (OCD)), gangguan kepribadian, gangguan kekerasan
- Riwayat keluarga berkaitan gangguan makan, depresi, OCD, gangguan kesadaran (AN,BN)
- Iritabilitas, depresi (AN,BN)- Anemia- Leukopeni- Aritmia jantung, bradikardi (AN,BN)
11. NB.1.6.Kurangpatuhuntukmengikutianjurangizi
Definisi
Kurangnya kepatuhan terhadap perubahan terkait gizi sesuai pra - intervensi yang disepakati oleh klien/ group
Etiologi
a. Kurangnya dukungan social untuk menerapkan perubahanb. Kurangnya nilai untuk perubahan perilaku atau kompetisic. Kurangnya keyakinan untuk berubahd. Persepsi atas kurangnya sumberdaya (misalnya waktu,
keuangan, hubungan social) yang menghambat perubahane. Sebelumnya tidak berhasil membuat perubahan kearah
hidup yang lebih sehatf. Kurangnya pengetahuan makanan dan gizi, terutama
bagaimana membuat perubahan terkait gizi dan makanang. Tidak mau atau tidak tertarik untuk mempelajari/ menerapkan
informasih. Kepercayaan atau prilaku yang tidak mendukung masalah
yang berhubungan dengan makanan dan gizi
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
TandadanGejala–Karakterpenentu
KategoriAsesmengizi
Indikatorpotensial(harusadasatuataulebih)
Data biokimia, tes dan prosedur medis
Hasil laboratorium yang diharapkan tidak tercapai
P e n g u k u r a n antropometri
Hasil pengukuran Antropometri tidak sesuai yang diharapkan
Tanda-tanda fisik terkait gizi
Bahasa tubuh yang negative misalnya mengerutkan dahi, tidak mau kontak mata, postur tubuh yang defensif, kurang focus, gelisah, menangis ( catatan: kultur dan budaya mempengaruhi bahasa tubuh)
Riwayat makan/nutrisi Keluaran (outcomes) yang diharapkan dari makanan dan gizi tidak tercapai
Tidak mampu merinci perubahan yang sudah disepakati sebelumnya
Tidak dapat melengkapi “pekerjaan rumah” yang sudah disepakati
Kurang mematuhi atau tidak konsisten dengan rencana yang sudah disepakati
Tidak dapat memenuhi janji untuk pertemuan atau jadwal pertemuan tindak lanjut
Kurang menghargai pentingnya membuat perubahan terkait makanan dan gizi sesuai dengan anjuran
Tidak yakin atas kedisiplinannya dalam menerapkan informasi terkait makanan dan gizi
Terlihat prustasi secara verbal untuk mengusahakan penerapan informasi makanan/gizi
Secara verbal terlihat gagal secara efektif merubah perilaku sesuai target
Adanya kekurangan keyakinan dan kepercayaan diri untuk melakukan perubahan
Adanya hambatan internal dan eksternal untuk berubah
Riwayat personal Kurangnya dukungan sosial dan/atau keluarga
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Lampiran04.
TerminologiDiagnosisGizi
Dalam menyusun kaidah diagnosis gizi petugas gizi Puskesmas mengacu pada prinsip-prinsip taksonomi diagnosis gizi yang terdiri dari :
1. Tiga (3) domain (domain asupan/Intake, domain Klinik dan domain Perilaku/Behavior dan Lingkungan)
2. Kelas 3. Sub kelas4. Tiga (3) unsur ini sampai saat ini tersusun dalam 62 masalah gizi.
DOMAINASUPAN(NI)
Masalah aktual yang berkaitan dengan asupan energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif melalui diet oral maupun dukungan gizi (enteral dan parenteral nutrisi).
NI.1.KeseimbanganEnergi
Perubahan aktual atau perkiraan perubahan menyangkut keseimbangan energi (kkal).
NI.1.1. Peningkatan energi ekspenditurNI.1.2. Asupan energi tidak adekuatNI.1.3. Kelebihan asupan energiNI.1.4. Perkiraan asupan energi sub optimalNI.1.5. Perkiraan kelebihan asupan energi
NI.2.AsupanMelaluiOralatauDukunganGizi
Asupan makanan dan minuman yang aktual atau perkiraannya melalui diet oral atau dukungan gizi dibandingkan dengan tujuan (goal) pasien.
NI.2.1. Asupan oral tidak adekuatNI.2.2. Kelebihan asupan oral NI.2.3. enteral nutrisi tidak adekuatNI.2.4. Kelebihan infusi enteral nutrisi
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
NI.2.5. Komposisi atau modalitas makanan enteral nutrisi kurang optimal
NI.2.6. parenteral nutrisi tidak adekuatNI.2.7. Kelebihan infusi parenteral nutrisiNI.2.8. Komposisi atau modalitas nutrisi Parenteral kurang optimalNI.2.9. Daya terima makanan terbatas
NI.3.AsupanCairan
Asupan cairan yang aktual atau estimasi dibandingkan dengan tujuan (goal) pasien.
NI.3.1. Asupan cairan tidak adekuatNI.3.2. Kelebihan asupan cairan
NI.4.SubstansiBioaktif
Asupan substansi bioaktif yang aktual atau yang diamati meliputi komponen, komposisi, makanan fungsional tunggal atau suplemen makanan, alkohol.
NI.4.1. Asupan substansi bioaktif Tidak adekuatNI.4.2. Kelebihan asupan subtansi bioaktifNI.4.3. Kelebihan asupan alkohol
NI.5.ZatGizi
Asupan aktual atau perkiraan kelompok zat gizi tertentu atau zat gizi tunggal dibandingkan dengan yang dianjurkan.
NI.5.1. Peningkatan kebutuhan zat gizi (sebutkan____________)NI.5.2. MalnutrisiNI.5.3. Asupan protein energi Tidak adekuatNI.5.4. Penurunan kebutuhan zat gizi (sebutkan_____________) NI.5.5. Ketidakseimbangan zat giziNI.5.6. Lemak dan Kolesterol
NI.5.6.1. Asupan lemak tidak adekuatNI.5.6.2. Kelebihan asupan lemakNI.5.6.3. asupan jenis lemak yang kurang optimal (sebutkan __)
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
NI.5.7. Protein
NI.5.7.1 .Asupan protein tidak adekuatNI.5.7.2. Kelebihan asupan proteinNI.5.7.3. Asupan protein atau asam amino kurang dari optimal
(sebutkan______)
NI.5.8. Karbohidrat dan serat
NI.5.8.1. Asupan karbohidrat Tidak adekuatNI.5.8.2 .Kelebihan asupan karbohidratNI.5.8.3 .Asupan jenis karbohidrat Kurang dari optimal (sebutkan
__________) NI.5.8.4. Asupan karbohidrat tidak konsistenNI.5.8.5. Asupan serat tidak adekuatNI.5.8.6. Kelebihan asupan serat
NI.5.9. Vitamin
NI.5.9.1. Asupan vitamin tidak adekuat (sebutkan _____)
1. A. 8. Niacin2. C 9. AsamFolat3. D 10. Vitamin B64. E 11. Vitamin B125. K 12.Asam pantotenat6. thiamin 13. Biotin7. Riboflavin
NI.5.9.2. Kelebihan asupan vitamin (sebutkan_________)
1. A. 8. Niacin2. C 9. Asam Folat3. D 10. B64. E 11. B125. K 12. Asam Pantotenat
6. Thiamin 13. Biotin 7. Riboflavin
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
NI.5.10Mineral
NI.5.10.1.Asupan mineral tidak adekuat ( sebutkan ______ )
1. Kalsium 9. Sulfat2. Khlorida 10. Fluor3. Zatbesi 11. Tembaga4. Magnesium 12. Iodium5. Kalium 13. Selenium6. Fosfor 14. Mangan7. Natrium 15. Khrom8. Seng 16. Molibdenum 17. Boron 18. Kobalt
NI.5.10.2. Kelebihan asupan mineral (sebutkan__________)
1. Kalsium 10. Flour2. Klorida 11. Cuprum3. Zatbesi 12. Yodium4. Magnesium 13. Selenium5. Kalium 14. Mangan6. Fosfor 15. Kronium7. Natrium 16.Molibdenum8. Seng 17.Boron9. Sulfat 18.Kobal
NI.5.11.Multinutrient
NI.5.11.1.Prediksiasupanzatgizi
Sub optimal (Sebutkan________)
NI.5.11.2.Prediksikelebihanasupan
Zat gizi (sebutkan_________)
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
DOMAINKLINIS(NC)
Masalah gizi yang teridentifikasi berkaitan dengan kondisi medis atau fisik.
NC.1.Fungsional
Perubahan fungsi fisik atau mekanis yang mengganggu atau menghambat dampak gizi yang diharapkan/diinginkan
NC.1.1. Kesulitan menelan
NC.1.2. Kesulitan mengunyah/ mengigit
NC.1.3. Kesulitan menyusui
NC.1.4. Perubahan fungsi Gastrointestinal
NC.2.Biokimia
Perubahan kemampuan metabolisme zat gizi akibat (sebagai dampak) pemberian obat-obatan, pembedahan, atau seperti yang ditunjukkan dalam perubahan nilai-nilai laboratorium.
NC.2.1. Gangguan utilisasi zat gizi
NC.2.2. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (sebutkan)
NC.2.3. Interaksi makanan dan obat (sebutkan)
NC 2.4. Prediksi interaksi makanan dan Obat (sebutkan)
NC.3.BeratBadan
Status perubahan berat badan atau berat badan kronik dibandingkan dengan berat badan biasanya atau berat badan idaman.
NC.3.1. Berat badan kurang/ underweight NC.3.2. Penurunan BB yang tidak diharapkanNC.3.3. Kelebihan BB / obesitas
o NC. 3.3.1. Kelebihan BB, dewasa atau anako NC.3.3.2. Obes, anako NC.3.3.3. Obes, kelas Io NC.3.3.4. Obes, kelas II
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
o NC.3.3.5. Obes, kelas III NC.3.4. Kenaikan BB yang tidak diharapkanNC.3.5. Percepatan pertumbuhan sub optimalNC.3.6. Percepatan pertumbuhan berlebih
NB.DOMAINPERILAKUDANLINGKUNGAN
Masalah gizi yang teridentifikasi berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/ kepercayaan, lingkungan fisik, akses terhadap makanan atau keamanan makanan
NB.1.Pengetahuandankepercayaan
Pengetahuan atau kepercayaan yang aktual yang berhubungan berdasarkan pengamatan atau dokumentasi.
NB.1.1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat giziNB.1.2. Perilaku dan kepercayaan yang tidak mendukung terkait
dengan makanan dan zat gizi (gunakan dengan hati-hati)NB.1.3. Tidak siap untuk diet / merubah perilakuNB.1.4. Kurang dapat menjaga/monitoring diriNB.1.5. Gangguan pola makanNB.1.6. Kurang patuh mengikuti rekomendasi giziNB.1.7. Pemilihan makanan yang salah
NB.2.Aktivitasfisikdanfungsi
Masalah aktifitas fisik aktual, kemandirian dan kualitas hidup berdasarkan laporan, pengamatan dan dokumen.
NB.2.1. Aktivitas fisik kurangNB.2.2. Aktivitas fisik yang berlebihanNB.2.3. Tidak mampu/ tidak mau mengurus diri sendiriNB.2.4. Kemampuan menyiapkan makanan tergangguNB.2.5. Kualitas hidup yang burukNB.2.6. Kesulitan makan secara mandiri
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
NB.3.Keamanandanaksesmakanan
Masalah aktual berkaitan dengan akses makanan atau keamanan makanan, air atau suplai gizi
NB.3.1. Asupan makanan yang tidak amanNB.3.2. Akses makanan dan air terbatasNB.3.3. Akses suplai gizi terbatas
LAINLAIN
Temuan masalah gizi yang tidak masuk dalam kategori domain intake, klinis maupun perilaku lingkungan.
NO. 1.1. Tidak ada diagnosis gizi saat ini
Sumber :
Academy of nutrition and Dietetics, 2013. International Dietetics & Nutrition Terminology
Reference Manual- Standardized Language for Nutrition Care Process, 4th ed. Chicago: Academy of nutrition and dietetics. Hal 77-81.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran05.
PedomanPerhitunganKebutuhanEnergi,Protein,Air
A. Estimasi KebutuhanEnergi (EER = Estimated Energy Require-ment)
Bagi orang sehat dan gizi baik sesuai Dietary Reference Intakes (DRIs)
Anakusia0–36bulan
Umur(bulan) EER(kcal/hari)
0 – 3 (89 X BB kg) + 75
4 – 6 (89 X BB kg) – 44
7 – 12 (89 X BB kg) – 78
13 – 36 (89 X BB kg) – 80
EERanak(3–18tahun)dandewasa(19tahunkeatas)
Umur(bulan) EER(kkal/hari)
3–8tahun Laki:
108,5 – 61,9 X Usia th + PA X (26,7 X BB kg + 903 X Tinggi m)
Wanita:
155,3 – 30,8 X Usia th + PA X (10,0 X BB kg+ 934 X Tinggi m)
9–18tahun Laki:
113,5 – 61,9 X Usia th + PA X (26,7 X BB kg + 903 X Tinggi m)
Wanita:
160,3 – 30,8 X Usia th + PA X (10,0 X BB kg + 934 X Tinggi m)
NB.3.Keamanandanaksesmakanan
Masalah aktual berkaitan dengan akses makanan atau keamanan makanan, air atau suplai gizi
NB.3.1. Asupan makanan yang tidak amanNB.3.2. Akses makanan dan air terbatasNB.3.3. Akses suplai gizi terbatas
LAINLAIN
Temuan masalah gizi yang tidak masuk dalam kategori domain intake, klinis maupun perilaku lingkungan.
NO. 1.1. Tidak ada diagnosis gizi saat ini
Sumber :
Academy of nutrition and Dietetics, 2013. International Dietetics & Nutrition Terminology
Reference Manual- Standardized Language for Nutrition Care Process, 4th ed. Chicago: Academy of nutrition and dietetics. Hal 77-81.
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
AktivitasFisik Anak Dewasa
(PhysicalActivity(PA)) Laki Wanita Laki Wanita
Ringan (Sedentary) 1, 00 1,00 1,00 1,00
Aktifitas rendah 1,13 1,16 1,11 1,12
Aktif 1,26 1,31 1,25 1,27
Sangat aktif 1,42 1,56 1,48 1,56
Estimasikebutuhanenergiuntukkejartumbuhanakmalnutrisi:
EER X berat badan ideal untuk tinggi kgEnergi (kkal/hari) = --------------------------------------------------------------------------- Berat Aktual kg
ESTIMASIUNTUKANAKSAKIT
Menggunakan REE = Resting Energy Expenditure
WHOequationuntukREE
Umur(th) REE(kkal/hari)0 – 3 tahun Laki: (60,9 X BB kg) – 54
Wanita: (61,0 X BB kg) – 513 – 10 tahun Laki: (22,7 X BB kg) + 495
Wanita: (22,5 X BB kg) + 49911 – 18 tahun Laki: (17,5 X BB kg) + 651
Wanita: (22,2 X BB kg) + 746
REE kemudian dikalikan faktor stres untuk mendapatkan kebutuhan energi
.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
FAKTORSTRES
TipeStres KalikanREEdengan:
Operasi 1,05 – 1,5
Sepsis 1,2 – 1,6
Trauma kepala 1,3
Trauma 1,1 – 1,8
Gagal tumbuh 1,5 – 2,0
Luka bakar 1,5 – 2,5
ESTIMASIKEBUTUHANUNTUKDEWASASAKIT
MifflinStJor
Laki-laki : REE = (10 x BB) + (6,25 x TB) - (5x Umur) + 5
Perempuan : REE = (10 x BB) + (6,25 x TB) - (5x Umur) -161
HarrisBennedict:
Laki-laki : REE = 66+(13,7 x BB)+(5 xTB) – (6,8 x U)
Perempuan : REE = 655+(9,6 x BB)+(1,85 xTB) – (4,7 x U)
TEE=REExFS
Keterangan:
REE : Resting Energi expenditure (kkal/hari)
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (cm)
U : Umur ( tahun)
TEE : Total Energi Expenditure
FS : Faktor Stres
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Faktorstres
No JenisStres FaktorKoreksi1. Operasi yang direncanakan 1,0-1,1
2. Multiple bone fracture 1,1-1,33. Kanker 1,1-1,454. Demam 1,2 per 1°C > 37°C5. Sepsis 1,2-1,46. Infeksi berat 1,2-1,67. Closed head injury 1,38 Infeksi dengan trauma 1,3-1,55
Estimasikebutuhanproteinpadaorangsakit
No Umur Kebutuhan
1. Bayi dibawah 1 tahun 1,5 g/KgBB/hari
2. 1 – 3 tahun 1,1 g/KgBB/hari
3. 4 – 13 tahun 0,95 g/KgBB/hari
4. 14 – 18 tahun 0,85 g/KgBB/hari
5. Dewasa 0,8 g/KgBB/hari
Estimasikebutuhanair
Umur(tahun) Kebutuhancairan,(ml/kgBB)
16-30, aktive 40
31 - 55 35
56-75 30
≥76 25
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran06.
FormulirSkriningGizi
FORMULIRSKRININGGIZIPASIENRAWATINAP
Nama : ………………………...... Tanggal: …………………............
Umur : …………………… tahun Jenis L/P: …………......…………
No. MR: ………………….…… Ruang Perawatan: ……………..
• Diagnosis Penyakit: Apakah pasien menderita salah satu penyakit dibawah ini? Diabetes, Penyakit Ginjal Kronik, Sirosis hati, PPOK, HD, Kanker, Stroke, Pneumonia, Transplantasi Sumsum tulang, Cedera kepala Berat, Luka Bakar, pasien kebidanan, pasien anak.
• StatusGizi: Tinggi Badan: …….… cm Berat Badan: …...… kg
• RisikoMalnutrisi
a. Apakah pasien mengalami penurunan Berat Badan yang tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir?
Jawaban: skor skor
- Tidak ada 0- Tidak yakin 2- Ya ada penurunan Berat Badan sebanyak: 1-5 kg 1 6-10 kg 2 11-15 kg 3 > 15 kg 4 Tidak yakin 2
b. Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan?
- Tidak 0
- Ya 1
-----------Total Skor:
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
c. Pasien dengan diagnosa khusus Ya Tidak
(kondisi khusus: pasien dengan penurunan imunitas, penyakit(kondisi khusus: pasien dengan penurunan imunitas, penyakitpasien dengan penurunan imunitas, penyakit ginjal kronik hemodialisis, geriatri, kanker kemoterapi, , luka bakar, Diabetes Mellitus, penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, transplantasi, cidera kepala berat, , pneumonia berat, stroke, bedah digestif, patah tulang pinggul, dll)
Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan kondisi khusus dilakukan pengkajian lanjut oleh tenaga gizi.
Sudah dibaca dan diketahui oleh tenaga gizi Ya Tidak
Catatan:
Jumlahkan nilai skore dua pertanyaan diatas
- Skore 0 – 1 Risiko malnutrisi rendah
- Skore 2 – 3 Risiko malnutrisi sedang
- Skore 4 – 5 Risiko malnutrisi tinggi
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran07.
FormulirAsuhanGizi
FORMULIRASUHANGIZINama Pasien : Jenis Kelamin
:Umur : No. Rekam
Medik
Diagnosis Medis :
ASESMEN/PENGKAJIANGIZIAntropometri
BB : kg
TB : cm IMT : kg/m²
Tinggi Lutut : cm LLA : cm Biokimia Klinik/Fisik RiwayatGizi
Pola Makan : Asupan gizi : RiwayatPersonal
DIAGNOSIS/MASALAHGIZI
INTERVENSIGIZI
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
RENCANAMONITORINGDANEVALUASI
Tanda tangan (tenaga gizi)
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran08.
FormulirEvaluasiAsuhanGizi
FORMULIREVALUASIASUHANGIZI
Nama Pasien : Jenis Kelamin: Umur :
No. Rekam Medik :
Diagnosis medis :
Hari/Tanggal Evaluasi Nama/paraf
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
Lampiran09.
StandarProsedurOperasional
StandarProsedurOperasionalPengisianSkriningGiziPasienDewasa
StandarProsedurOperasional SKRININGGIZIPASIEN
PENGERTIAN:
Skrining gizi adalah proses identifikasi adanya risiko malnutrisi akibat penyakit pada pasien baru secara cepat dan tepat.
TUJUAN :Mengetahui tingkat risiko malnutrisi pasien baru sedini mungkin, sehingga pasien yang berisiko malnutrisi dapat segera dikaji masalah gizinya dan mendapat intervensi gizi yang tepat, sehingga status gizi pasien selama dirawat dapat diperbaiki dan tidak semakin memburuk.
KEBIJAKAN: Mengacu kebijakan setempat
PROSEDUR:
1. Semua pasien baru diukur tinggi badan dan berat badan dilakukan oleh perawat dalam 24 jam sejak pasien masuk RS
2. Data BB, TB pasien ditulis di Form Pengkajian Keperawatan Awal.3. Selanjutnya perawat melakukan skrining gizi dengan menggunakan
Malnutrition Screening Tool (MST) untuk menentukan risiko malnutrisi yang terdiri dari 2 pertanyaan yaitu riwayat penurunan BB dan nafsu makan/kesulitan makan pasien. Pertanyaan ini bisa diajukan kepada pasien atau keluarga.
4. Perawat akan menentukan tingkat risiko malnutrisi pasien berdasarkan nilai skor dari 2 pertanyaan tersebut. Kategori tingkat risiko malnutrisi: nilai 0-1 =Kategori tingkat risiko malnutrisi: nilai 0-1 = risiko rendah, nilai 2-3 = risiko sedang, nilai 4-5 = risiko tinggi
5. Dietisien yang melakukan kunjungan pada pasien baru akan melihat hasil skrining gizi dan status gizi yang telah dilakukan oleh perawat.
6. Bila pasien tidak dapat ditimbang, untuk menentukan status gizi Dietisien akan mengukur Lingkar Lengan Atas untuk memperkirakan berat badan dan mengukur tinggi lutut untuk memperkirakan tinggi badan pasien.
7. Selanjutnya Dietisien akan melakukan asesmen/pengkajian gizi pada pasien dengan kriteria risiko malnutrisi sedang dan tinggi (berdasarkan MST) dan pasien dengan diagnosis penyakit Diabetes Mellitus, Ginjal Kronik, sirosis hati, PPOK, HD, Kanker, Stroke, Pneumonia, Transplantasi Sumsum tulang, Cedera kepala Berat, Luka Bakar dalam waktu 1x24 jam setelah hasil skrining.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
StandarProsedurOperasionalAsesmenGiziPadaPasienDewasaBerisiko
StandarProsedurOperasional SKRININGGIZIPASIEN
UNITTERKAIT: a. Instalasi Gizi b. Bidang Keperawatan c. Departemen terkait d. Unit rawat inap
DOKUMENTERKAIT:
1. Form Pengkajian Keperawatan Awal (Form-No......)
StandarProsedur
Operasional
ASESMENGIZIAWAL
PADAPASIENDEWASABERISIKOMALNUTRISI
PENGERTIAN:Asesmen gizi adalah kegiatan mengumpulkan dan mengkaji data terkait gizi yang relevan untuk mengidentifikasi masalah gizi pada pasien dan penyebabnya. Data yang dikumpulkan meliputi : - Data antropometri untuk menentukan status gizi: BB, TB, bila pasien tidak
dapat ditimbang diukur LiLA dan Tinggi Lutut. Kemudian penentuan status gizi berdasarkan IMT atau LiLA;
- Data riwayat gizi : pola makan, asupan zat gizi sehari, kecukupan gizi dibanding kebutuhan;
- Data laboratorium yang terkait gizi : albumin, Hb, gula darah, ureum, kreatinin, dll;
- Data klinis / fisik yang berhubungan dengan defisiensi gizi : kondisi kulit, mata, rambut, kehilangan masa otot, kehilangan lemak, dll;
- Riwayat personal: diagnosis medis, tingkat sosial-ekonomi, aktivitas fisik, kebiasaan minum obat/ jamu, suplemen gizi, dll.
TUJUAN: Mengetahui masalah gizi pasien dan penyebabnya, berdasarkan hal tersebut selanjutnya Dietisien / Ahli Gizi membuat perencanaan intervensi / pemberian suplemen makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi pasien dan preskripsi Dokter.
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
StandarProsedur
Operasional
ASESMENGIZIAWAL
PADAPASIENDEWASABERISIKOMALNUTRISI
KEBIJAKAN:mengacu kebijakan setempatPROSEDUR:1. Dietisien/ Ahli Gizi mendapat informasi mengenai adanya pasien baru dengan
risiko malnutrisi;2. Dietisien/ Ahli Gizi mengunjungi semua pasien baru dan melakukan
anamnesa terkait gizi pada pasien berisiko malnutrisi, data yang dikumpulkan meliputi : antropometri, biokimia, klinis, riwayat gizi, serta riwayat personal dan mengkaji data-data tersebut untuk menentukan diagnosa gizi/ masalah gizi;
3. Selanjutnya Dietisien/ Ahli Gizi membuat rencana intervensi gizi/ pemberian suplemen makanan sesuai dengan kondisi pasien dan preskripsi diet Dokter;
4. Hasil asesmen gizi ditulis dalam form Pemantauan Asuhan Gizi dengan format ADIME;
5. Berdasarkan hasil berat ringannya risiko malnutrisi pasien, Dietisien / Ahli Gizi akan melakukan asesmen ulang untuk mengevaluasi efektifitas intervensi gizi.
6. Asesmen ulang dilakukan pada :- Pasien dengan risiko malnutrisi berat : asesmen gizi lanjutan dilakukan
setiap hari;- Pasien dengan risiko malnutrisi sedang : asesmen gizi lanjutan dilakukan
setiap 3 hari, apabila asupan cukup, asesmen dilakukan selang 7 hari;- Pasien dengan risiko malnutrisi ringan : asesmen gizi lanjutan dilakukan
setiap 7 hari.
UNITTERKAIT: a. Instalasi Gizib. Bidang Keperawatanc. Departemen terkaitd. Unit rawat inap
DOKUMENTERKAIT:1. Form Asuhan Giziorm Asuhan GiziGiziizi 2. Form Pemantauan Asuhan Gizi3. Form Riwayat Gizi4. Form Terintegrasi (Form-RWT-.....)orm Terintegrasi (Form-RWT-.....)
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran10.
INSTRUKSIKERJA
InstruksiKerjaSkriningGiziPasienDewasaRawatInap
TUJUAN: Mendapat data status gizi berdasarkan IMT dari hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, mendapatkan informasi risiko malnutrisi pasien baru dengan perangkat skrining MST (Malnutrition Screening Tools) dan mendapatkan data diagnosis penyakit pasien yang berhubungan erat dengan gizi.
RUANGLINGKUPPengkajian hasil pengukuran antropometri, skrining gizi untuk menentukan risiko malnutrisi dan Diagnosis penyakit terkait gizi
PROSEDUR/TEKNISPELAKSANAAN:1. Perawat mengukur tinggi badan pasien baru dengan pengukur tinggi
badan yang terdapat pada timbangan. Posisi pasien berdiri tegak.2. Perawat menimbang berat badan pasien dengan timbangan yang
terdapat di ruangan. Pasien ditimbang tanpa alas kaki, baju minimal,Pasien ditimbang tanpa alas kaki, baju minimal, tidak mengantongi apapun
3. Risiko malnutrisi pasien baru ditentukan dengan perangkat MST yaitu memberikan 2 pertanyaan yang berhubungan dengan riwayat perubahan berat badan dan asupan makanan. a. Apakah ada penurunan berat badan yang tidak direncanakan, nilai
skor jawaban pasien: Tidak 0 Tidak Yakin 2Tidak 0 Tidak Yakin 2 Ya ada penurunan BB sebanyak: 1-5 kg 1 >15 kg 4 6-10 kg 2 Tidak Yakin 2 11-15 kg 3
Catatan: Bila pasien tidak tahu atau tidak yakin apakah berat badannya turun, tetapi baju menjadi lebih longgar/tampak lebih kurus, maka skor= 2. Bila pasien tidak tahu /tidak yakin berat dan turun dan tidak ada perubahan pada tubuhnya maka skor = 0
b. Apakah ada penurunan nafsu makan, nilai skor jawaban pasien: Tidak 0 Ya 1Tidak 0 Ya 1
c. Jumlahkan nilai skor dua pertanyaan diatas, dan menentukan tingkat risiko malnutrisi
Nilai 0 – 1 Risiko malnutrisi rendahNilai 0 – 1 Risiko malnutrisi rendah Nilai 2 – 3 Risiko malnutrisi sedang Nilai 4 – 5 Risiko malnutrisi tinggi
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
4. Hasil IMT dan skrining gizi ditulis oleh perawat pada Form PengkajianForm Pengkajian Keperawatan Awal
5. Apakah pasien menderita penyakit yang meningkatkan kebutuhan gizi karena stress metabolik seperti salah satu diagnosis penyakit dibawah ini: Penyakit kronik dengan komplikasi Diabetes, Penyakit Ginjal Kronik, sirosis hati, PPOK, HD, Kanker, Stroke, Pneumonia, Transplantasi Sumsum tulang, Cedera kepala Berat, Luka Bakar, Bedah digestif, Patah tulang, Bedah digestif, Patah tulang pinggul, dll Ya TidakYa Tidak
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran11.
Kebijakan
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS X NOMOR :____________________
T E N T A N G
ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAPDI RS X
--------------------------------------------------------------------------------------------DIREKTUR UTAMA RS X
Menimbang : a. bahwa dalam pelayanan gizi di rumah sakit dibutuhkan beberapa kebijakan yang dapat memfasilitasi tercapainya pelayanan yang bermutu sesuai kemajuan IPTEK, mengacu pada falsafah dan tujuan pelayanan gizi;
b. bahwa kebijakan asuhan gizi dipandang perlu dituangkan melalui Surat Keputusan Direktur Utama RS X.
Mengingat : 1. Dasar – dasar hukum
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : PEMBERLAKUAN ASUHAN GIZI DI RUANG RAWAT INAP
Kedua : Semua pasien dewasa dan anak yang berisiko malnutrisi serta kondisi khusus (pasien dengan penurunan imunitas, hemodialisis kronis, geriatri, kemoterapi, Intensive Care, perinatologi, luka bakar, Diabetes Mellitus, penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, transplantasi sumsum tulang, cidera kepala berat, penyakit keganasan, pneumonia berat, stroke, bedah digestif ) mendapatkan asuhan gizi meliputi kegiatan :
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
1. Asesmen gizi pasien yang terdiri dari pengkajian;
- Data antropometri- Data Biokimia- Data klinis / fisik- Riwayat makan/gizi- Riwayat personal
2. Menentukan diagnosis gizi yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada asesmen gizi.
3. Memberikan intervensi gizi yang sesuai
4. Melakukan monitoring dan evaluasi gizi
Ketiga : Asuhan gizi dilakukan oleh Ahli Gizi/ Dietisien dengan pendidikan D4/ S1/ S2 GizI
Keempat : Hasil asuhan gizi ditulis pada formulir asuhan gizi di dokumen medik dengan format ADIME (Asesmen, Diagnosis Gizi, Intervensi, dan Monitoring & Evaluasi).
Kelima : Asuhan gizi dilaksanakan dalam waktu paling lambat 2 x 24 jam sejak kedatangan pasien di rumah sakit.
Keenam : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
----------------------------------------------------------------------------
Direktur Utama,
______________________
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
Lampiran12.
FormPengawasandanPengendalian
FORMPENGAWASANDANPENGENDALIAN
Standar Pengawasan
DokumenMedik
Pasien1
Pasien2
Pasien3
Pasien4
Pasien dengan risiko malnutrisi mendapat intervensi gizi
Pasien dengan kondisi khusus dan nilai MST ≥ 2 dan kondisi khusus dilakukan:
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Asuhan gizi awal (2 x 24 jam)
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Diagnosis gizi sesuai kondisi pasien
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ada tujuan intervensi Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Intervensi gizi sesuai Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Follow up/monev/re asesmen tertulis dalam form terintegrasi (1-3-7 hari sesuai tingkat risiko)
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Pasien mendapat diet sesuai preskripsi dokter
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Buku makanan ditulis/cek setiap hari oleh tenaga gizi (ada tanda tangan)
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar�0
Kebutuhan edukasi setiap pasien dikaji dan dicatat pada dokumen medik
Lembar terintegrasi edukasi, di ceklist dan ditandatangani
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Ya/Tidak
Edukasi pasien dan keluarga terkait terapi pasien: potensi interaks obat dan makanan petunjuk gizi/ diet
Lembar terintegrasi edukasi, di cek list dan ditandatangani
Y a /Tidak
Y a /Tidak
Y a /Tidak
Y a /Tidak
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
DAFTARPUSTAKA
1. American Dietetic Association, 2011, International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 3rd Edition. Chicago, IL.
2. American Dietetic Association, 2012, International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 1rd Edition. Chicago, IL.
3. Academy of Nutrition and Dietetics, 2013, International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual : Standarized Language for The Nutrition Care Process 4rd Edition. Chicago, IL.
4. Charney, P., Malone, A.M., Nutrition Assessment, 2009, American Dietetic Association, Chicago
5. Departemen Kesehatan RI, 2008, Standar Profesi Gizi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
6. Depkes RI. Pedoman Pelayanan Gizi RumahSakit, 2006
7. Journal of Academy of Nutrition and Dietetics, June 2013 Supplement 2.
8. Joint Commission International, 2011, Accreditation Standars For Hospital 4th Edition. USA
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi .
11. Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
12. PERSAGI dan ASDI, 2009, Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).
13. Kementerian Kesehatan. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). 2013. Jakarta
14. Nelsm, M dkk. Nutrition Therapy and Pathofisiology, edisi ke 2, 2009.
15. Mahan, L.K., Stump, S.E., Raymond, J.L., 2012, Krause’s Food and the Nutrition Care Process, edisi ke 13, St. Louis Missouri, United States of America
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
16. Leonberg, B.L., Pediatric Nutrition Assessment, 2008, American Dietetic Association, Chicago
17. Scope of practice: “The range of roles, functions, responsibilities, and activities that food and Nutrition professionals are educated and authorized to perform“ (JADA, 2008)
18. Terminologi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar. Instalasi Gizi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Asosiasi Dietisien Indonesia. DPC Jawa Barat.
Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar | ��
SUSUNANTIM
PENGARAH
Ir. Doddy Izwardy, MA
PENANGGUNGJAWAB
dr. Marina Damajanti, MKM
PENYUSUN
1. dr. Julistio Triyoga Budiawan Djais, Sp. A (K), M.Kes.
2. Miranti Gutawa Sumapradja, S., DCN., M.Sc.
3. Triyani Kresnawan, DCN., M.Kes.
4. Iip Syaiful, SKM,.M.Kes.
5. Sugeng Eko Irianto, Ph. D
6. Sri Iwaningsih, SKM., MARS.
7. Triyani Kresnawan, DCN., M.Kes.
8. Syarief Darmawan, M.Kes.
9. Yufrida Leni Fayakun, M.Kes., DMN.
10. Siti Utami, M.Kes
11. Fitri Hudayani, S.Gz.
12. Ir. Andry Harmany, M.Kes.
13. dr. Yeti Silitonga
14. Dewi Astuti, S.Gz.
15. Retnaningsih, S.iT
16. Hera Nurlita, S.SiT, M.Kes.
17. Dedeh, S.Gz.
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
18. Dela Rosa, SKM., MKM.
19. Elisa, SKM.
20. Kusindrati, M.Kes.
21. Minarni, S.Gz.
22. Sri Amelia, SKM.
23. Sri Nurhayati, SKM.
24. Witrianti, SKM.
25. dr. Julina, MM.
26. Judiono, MPS.
27. Maryati Dewi, S.Gz.
28. Ichwanuddin, M.Kes.
29. Hadi Mulyono, S.Kom.
30. Rusriyanto
| Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar��
PEDOMANProses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT)
PEDOMANProses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT)
KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014
ISBN 978-602-235-676-9
9 7 8 6 0 2 2 3 5 6 7 6 9
612.3Indp
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmasii
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Pedoman pelayanan gizi di puskesmas.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2014
ISBN 978-602-235-717-9
1. Judul I. HEALTH CARE FACILITIES, MANPOWER AND SERVICES II. NUTRITIONAL REQUIREMENTS
613.2Indp
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas iii
REPUBLIK INDONESI
A
KEM
EN
TERIAN KESEHATANDirektorat JenderalBina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas dapat selesai dengan baik. Buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas ini merupakan penyempurnaan Buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Perawatan yang telah diterbitkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2001.
Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi tenaga pelaksana gizi dan tenaga kesehatan lain termasuk pengelola program kesehatan di Puskesmas dalam melakukan pelayanan gizi yang berkualitas di Puskesmas.
Pedoman ini mencakup Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas, Ketenagaan, Sarana dan Prasarana, Manajemen Pelayanan Gizi di Puskesmas baik kegiatan dalam gedung maupun kegiatan luar gedung, Alur Pelayanan, Jenis-jenis Pelayanan Gizi di Dalam Gedung dan Di Luar Gedung, Mekanisme Rujukan, dan Monitoring dan Evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas.
Ucapan terimakasih disertai penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penyusunan pedoman dan penggunaan buku ini.
Wa billahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum wr.wb.
Jakarta, Mei 2014DIREKTUR BINA GIZI
Ir. Doddy Izwardy, MA
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmasiv
REPUBLIK INDONESI
A
KEM
EN
TERIAN KESEHATANDirektorat JenderalBina Gizi dan Kesehatan
Ibu dan Anak
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah membimbing dan memberi rahmat kepada kita, sehingga buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas bisa diselesaikan dengan baik.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat, mengemban misi untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu bagi masyarakat. Salah satu strategi untuk memenuhi harapan tersebut adalah dengan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan di Puskesmas khususnya tenaga gizi atau tenaga pelaksana gizi di Puskesmas.
Pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan dengan pendekatan pelayanan di dalam gedung dan pelayanan diluar gedung. Bentuk pelayanan gizi di dalam gedung antara lain penyelenggaraan makan untuk pasien rawat inap dan konseling gizi. Sedangkan bentuk pelayanan gizi di luar gedung misalnya pemberian vitamin A pada bayi dan balita, pemantauan pertumbuhan di Posyandu, surveilans gizi dll.
Buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk tenaga gizi atau tenaga pelaksana gizi di Puskesmas Rawat Inap maupun Non Rawat Inap dalam memberikan pelayanan gizi pasien rawat jalan maupun rawat inap. Buku ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari buku-buku pedoman teknis lain yang berkenaan dengan pelayanan gizi di Puskesmas. Oleh karena itu kami sampaikan penghargaan dan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik dalam penyusunan dan penggunanaan buku ini.
Jakarta, Mei 2014DIREKTUR JENDERALBINA GIZI DAN KIA
Dr. Anung Sugihantono, M.Kes
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas v
REPUBLIK INDONESI
A
KEM
EN
TERIAN KESEHATAN
DIREKTUR JENDERALBINA UPAYA KESEHATAN
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
Pelayanan gizi di Puskesmas merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap Puskesmas sesuai Permenkes yang mengatur tentang Kebijakan Dasar Puskesmas yaitu Permenkes Nomor 128 Tahun 2004. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengamanatkan upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat.
Saya memandang penting dan menyambut dengan baik terbitnya pedoman ini untuk implementasi di lapangan. Semoga hadirnya buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas dapat digunakan sebagai acuan tenaga kesehatan di Puskesmas khususnya tenaga gizi puskesmas, para pengelola program perbaikan gizi di tingkat Kabupaten/Kota maupun Propinsi dalam upaya peningkatan kegiatan pelayanan gizi terintegrasi melalui jalinan kemitraan di puskesmas dan jejaringnya. Selain itu, dengan buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar advokasi bagi pemegang kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan gizi di Puskesmas.
Saya memberikan apresiasi pada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku pedoman ini. Oleh karena itu kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat untuk perbaikan gizi masyarakat.
Jakarta, Mei 2014DIREKTUR JENDERAL
BINA UPAYA KESEHATAN
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp. U (K)
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmasvi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Direktur Bina Gizi ........................................................................ iiiSambutan Dirjen Bina Gizi dan KIA ..................................................................... ivSambutan Dirjen Bina Upaya Kesehatan ............................................................... vDaftar Isi ................................................................................................................ viDaftar Singkatan .................................................................................................... viiDaftar Gambar ....................................................................................................... viiiDaftar Lampiran .................................................................................................... ixBAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1B. Tujuan .................................................................................................. 2C. Sasaran ................................................................................................ 3D. Landasan Hukum ................................................................................ 3E. Definisi Operasional ............................................................................ 4F. Ruang Lingkup .................................................................................... 8
BAB II. KEBIJAKAN PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS ............................ 9A. Kebijakan Dasar Puskesmas ................................................................ 9B. Pelayanan Gizi di Puskesmas..... ......................................................... 13
BAB III. PELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS .................................................. 23A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung ....................................................... 23
1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung ................................... 232. Alur Pelayanan Gizi di Dalam Gedung .......................................... 34
B. Pelayanan Gizi di Luar Gedung .......................................................... 361. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung ...................................... 362. Alur Pelayanan Gizi di Luar Gedung ............................................ 46
C. Mekanisme Rujukan ............................................................................ 47BAB IV. PENCATATAN, PELAPORAN, MONITORING DAN EVALUASI .... 48
A. Pencatatan dan Pelaporan ................................................................... 48B. Monitoring dan Evaluasi ..................................................................... 48
BAB V. PENUTUP ................................................................................................ 51DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 99
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas vii
DAFTAR SINGKATAN
1. AGB : Anemia Gizi Besi2. BBTT : Baik, Benar, Terukur dan Teratur3. BP : Balai Pengobatan4. GAKI : Gangguan Akibat Kurang Iodium5. HDL : High Dencity Lipoprotein6. KIA : Kesehatan Ibu Anak7. KP-Ibu : Kelompok Pendamping Ibu8. KP-ASI : Kelompok Pendamping ASI9. LDL : Low Dencity Lipoprotein10. Nutrition Related Disease : penyakit yang berhubungan dengan
masalah gizi dan dalam tindakan serta pengobatannya memerlukan terapi gizi.
10. RIFASKES : Riset Fasilitas Kesehatan Dasar11. RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar12. RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional13. UKBM : Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat14. UKK : Upaya Kesehatan Kerja15. PMBA : Pemberian Makan Bayi dan Anak16. PGBM : Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat17. Posyandu : Pusat Pelayanan Terpadu18. Posbindu : Pusat Pembinaan Terpadu19. Poksila : Posyandu Usia Lanjut20. Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat21. Poskesdes : Pos Kesehatan Desa22. WUS : Wanita Usia Subur
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmasviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Contoh Layout Ruang Konsultasi Gizi di PuskesmasGambar 2. Contoh Layout Ruang Produksi Makanan di PuskesmasGambar 3. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat InapGambar 4. Alur Pelayanana Gizi di Dalam GedungGambar 5. Mekanisme Rujukan
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat Serat dan AirLampiran 2. Angka Kecukupan VitaminLampiran 3. Angka Kecukupan MineralLampiran 4. Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak (0-60) bulanLampiran 5. Klasifikasi status gizi pada Anak berdasarkan LiLALampiran 6. Penilaian IMT Menggunakan Batas AmbangLampiran 7. Lingkar PerutLampiran 8. Formulir Skrining dengan Metode MST (Malnutrition Screening Tools)Lampiran 9. Formulir Asuhan Gizi (Anak dan Dewasa)Lampiran 10. Formulir Evaluasi Asuhan GiziLampiran 11. Formulir Food Frequency (FFQ)Lampiran 12. Formulir Food Recall 24 jamLampiran 13. Rekapitulasi pasien yang mendapatkan konseling gizi per hariLampiran 14. Rekapitulasi pasien yang mendapatkan konseling gizi per bulanLampiran 15. Langkah-langkah Perencanaan Kebutuhan Bahan MakananLampiran 16. Formulir Perencanaan Makan Pasien Rawat InapLampiran 17. Formulir Permintaan Makanan Pasien Rawat InapLampiran 18. Formulir Stok Bahan MakananLampiran 19. Contoh Langkah Penyusunan Anggaran Belanja Lampiran 20. Langkah-langkah dalam perencanaan MenuLampiran 21. Laporan Harian Penerimaan dan Penggunaan Bahan MakananLampiran 22. Laporan Biaya Makan Orang Per HariLampiran 23. Contoh Format Buku RegisterLampiran 24. Standar Makanan Bagi PasienLampiran 25. Contoh Standar Menu Sehari Lampiran 26. Contoh Siklus Menu 7 hariLampiran 27. Standar Minimal Kebutuhan Peralatan Dapur
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmasx
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, besaran masalah gizi pada balita di Indonesia yaitu 19,6% gizi kurang, diantaranya 5,7% gizi buruk; gizi lebih 11,9%, stunting (pendek) 37,2%. Proporsi gemuk menurut kelompok umur, terdapat angka tertinggi baik pada balita perempuan dan laki-laki pada periode umur 0-5 bulan dan 6-11 bulan dibandingkan kelompok umur lain. Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat khususnya ibu balita yang mempunyai persepsi tidak benar terhadap balita gemuk. Data masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003 sebesar 11,1% dan menurut hasil Riskesdas 2013, anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuan perbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan sektor terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatanan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat Inap. Menurut data dari Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan per Desember tahun 2011 jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 9.321 unit, diantaranya 3.025 unit Puskesmas Rawat Inap, dan selebihnya yaitu 6.296 unit Puskesmas Non Rawat Inap. Puskesmas dan jejaringnya harus membina Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas2
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
Pada tahun 2001, Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Perawatan, yang membahas kegiatan pokoknya yaitu penyelenggaraan makan untuk pasien rawat inap dan konseling gizi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi dan kesehatan serta didorong oleh kebutuhan akan acuan pelaksanaan pelayanan gizi yang komprehensif maka diperlukan Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas yang membahas kegiatan pelayanan gizi secara menyeluruh baik di Puskesmas Rawat Inap maupun Puskesmas Non Rawat Inap. Oleh karena itu, maka disusunlah buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas. Diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga gizi di Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.
2. Tujuan Khusus:a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan gizi, peran dan fungsi ketenagaan,
sarana dan prasarana di Puskesmas dan jejaringnya;b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu di
Puskesmas dan jejaringnya;
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 3
c. Tersedianya acuan bagi tenaga gizi puskesmas untuk bekerja secara profesional memberikan pelayanan gizi yang bermutu kepada pasien/klien di Puskesmas dan jejaringnya;
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi di Puskesmas dan jejaringnya.
C. Sasaran
1. Tenaga Gizi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan lainnya di Puskesmas. 2. Pengelola Program Kesehatan dan Lintas Sektor terkait.3. Pengambil Kebijakan di Provinsi, Kabupaten/Kota.
D. Landasan Hukum
Sebagai dasar penyelenggaraan pelayanan gizi di Puskesmas diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut:1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan6. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI Eksklusif8. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi9. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional 10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar
Pelayanan Puskesmas Perawatan 11. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan RI No. 894/Menkes/SKB/VIII/2001
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan SDM Kesehatan Di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota Serta RS
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas4
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/SK/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
17. Peraturan Menteri Kesehatan No 26 Tahun 2013 tentang Praktik Tenaga Gizi
E. Definisi Operasional
Jenis konseling gizi yang dapat dilaksanakan di Puskesmas antara lain konseling gizi terkait penyakit dan faktor risikonya, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) dan konseling bagi jemaah haji.1. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur untuk
identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Dietetik adalah integrasi, aplikasi, dan komunikasi dari prinsip-prinsip keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis, dan keilmuan dasar untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di berbagai area/lingkungan/latar belakang praktek pelayanan.
3. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan lingkungannya terhadap upaya perbaikan gizi dan kesehatan. Penyuluhan gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat masal dan target yang diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Food model adalah bahan makanan atau makanan contoh yang terbuat dari bahan sintetis atau asli yang diawetkan, dengan ukuran dan satuan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang digunakan untuk konseling gizi kepada pasien rawat inap maupun pengunjung rawat jalan.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 5
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.
7. Kegiatan Spesifik adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan khusus untuk kelompok 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti imunisasi, PMT Ibu Hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu, suplemen Tablet Tambah Darah (TTD), promosi ASI Ekslusif, MP-ASI, dsb. Kegiatan spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek (Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 HPK).
8. Kegiatan Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya dalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik dampaknya sensitif terhadap proses keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK.
9. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh tenaga gizi puskesmas untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
10. Mutu Pelayanan Gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan, baik kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan pasien/klien.
11. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun Puskesmas dan unit pelaksana kesehatan lainnya, berpendidikan dasar Akademi Gizi/Diploma III Gizi.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas6
12. Nutrisionist Registered (NR) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Pasien/Klien, adalah pengunjung Puskesmas/tenaga kesehatan, baik rawat inap/rawat jalan yang memerlukan pelayanan baik pelayanan kesehatan dan atau gizi.
14. Pasien Berisiko Malnutrisi adalah pasien dengan status gizi gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih, mengalami penurunan asupan makan, penurunan berat badan, dll.
15. Pasien Kondisi Khusus adalah pasien ibu hamil, ibu menyusui, lansia, pasien dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes mellitus, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dll.
16. Pelayanan Gizi adalah upaya memperbaiki gizi, makanan, dietetik pada masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit diselenggarakan baik di dalam dan di luar gedung.
17. Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas.
18. Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
19. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 7
20. Pelayanan Gizi Rawat Jalan adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimuai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien rawat jalan. Intervensi gizi rawat jalan pada umumnya berupa kegiatan konseling gizi dan dietetik dan atau penyuluhan gizi.
21. Pelayanan Gizi Rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring dan evaluasi kepada pasien/klien di rawat inap. Intervensi gizi rawat inap mencakup kegiatan konseling gizi, penyediaan makanan pasien rawat inap, pemantauan asupan makanan dan pergantian jenis diet apabila diperlukan.
22. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien secara individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi, komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi, komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan prosedur, serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut pasien/klien.
23. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanan gizi untuk memenuhi kebutuhan gizi.
24. Registered Dietisien (RD) adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan berhak mengurus izin memberikan pelayanan gizi, makanan dan dietetik, dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
25. Rencana Diet adalah kebutuhan zat gizi pasien/klien yang dihitung berdasarkan status gizi, degenerasi penyakit, dan kondisi kesehatannya.
26. Rujukan Gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi yang memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi baik secara vertikal maupun horisontal.
27. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas8
28. Skrining Gizi adalah tindakan penapisan untuk mengetahui apakah seorang pasien berisiko malnutrisi, tidak berisiko malnutrisi, atau kondisi khusus.
29. Technikal Registered Dietisien (TRD) adalah seorang yang telah mengikuti dan penyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregristrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
30. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai dengan peraturan perundangan. Tenaga gizi meliputi Technical Registered Dietisien (TRD), Nutrisionis Registered (NR), dan Registered Dietisien (RD).
31. Tenaga Gizi Puskesmas adalah tenaga gizi yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas perbaikan gizi di Puskesmas. Apabila tidak tersedia tenaga gizi maka pelaksanaan tugas perbaikan gizi di Puskesmas dapat dilakukan oleh Tenaga Pelaksa Gizi yang berasal dari tenaga kesehatan lain seperti perawat atau bidan.
32. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan serta memiliki kemampuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
33. Terapi Diet adalah pelayanan dietetik yang merupakan bagian dari terapi gizi.34. Tim Asuhan Gizi Puskesmas adalah sekelompok tenaga kesehatan di
Puskesmas yang terkait dengan pelayanan gizi terdiri dari dokter (umum/spesialis), tenaga gizi, perawat dan atau bidan dari setiap unit pelayanan yang bertugas menyelenggarakan asuhan gizi (nutrition care) untuk mencapai pelayanan paripurna yang bermutu.
F. Ruang Lingkup
1. Kebijakan Pelayanan Gizi di Puskesmas2. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung3. Pelayanan Gizi di Luar Gedung4. Pencatatan dan Pelaporan5. Monitoring dan evaluasi
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 9
BAB IIDASAR KEBIJAKAN PELAYANAN DI PUSKESMAS
A. Kebijakan Dasar Puskesmas1. Pengertian
Puskemas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang bertanggung-jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu wilayah kerja.a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan kesehatan oleh seluruh
komponen bangsa secara terpadu dan saling mendukung melalui peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat kesehatan secara adil dan merata guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
c. Pertanggung jawaban Penyelenggaraan Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas hanya bertanggungjawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.
Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/ kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas10
2. Fungsi Puskesmasa. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Pusat Pemberdayaan MasyarakatPuskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata PertamaPuskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas meliputi:1) Pelayanan Kesehatan Perorangan
Pelayanan Kesehatan perorangan adalah upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.Dalam pelayanan kesehatan perorangan juga termasuk pengobatan tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika (SKN, 2009)
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 11
2) Pelayanan Kesehatan MasyarakatPelayanan kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.Dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, penggunaan zat adiktif (bahan tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan (SKN, 2009)
3. Upaya Pelayanan dan Azas Penyelenggaraan PuskesmasPuskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:a. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :1) Promosi Kesehatan2) Kesehatan Lingkungan 3) Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana4) Perbaikan Gizi Masyarakat5) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular6) Pengobatan
b. Upaya Kesehatan PengembanganUpaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas12
serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni:1) Upaya Kesehatan Sekolah2) Upaya Kesehatan Olahraga3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat4) Upaya Kesehatan Kerja5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut6) Upaya Kesehatan Jiwa7) Upaya Kesehatan Mata8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya itu merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas.
Perawatan Kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat inovasi di luar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib Puskesmas telah terlaksana secara optimal, yakni target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah dicapai.
Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya. Sebagai contoh bila masyarakat membutuhkan
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 13
pelayanan rawat inap, maka Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya, yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaaan ini apabila ada kemampuan, di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Status dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di Puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional Puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga spesialis, kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
B. Pelayanan Gizi di Puskesmas Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib yang harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas. 1. Tujuan Pelayanan Gizi di Puskesmas.
Pelayanan gizi di Puskesmas mempunyai tujuan sebagai berikut:a. Tujuan umum:
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang komprehensif di Puskesmas yang menjadi dasar bagi pelaksanaan pelayanan gizi yang bermutu dalam rangka mengatasi masalah gizi perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
b. Tujuan khusus:1) Terlaksananya pelayanan gizi di dalam gedung yang berkualitas di
Puskesmas dan jejaringnya.2) Terlaksananya pelayanan gizi di luar gedung yang berkualitas di
Puskesmas dan jejaringnya.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas14
3) Terlaksananya pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi yang baik di Puskesmas dan jejaringnya.
2. Peran dan Fungsi Ketenagaan di Puskesmas dalam Pelaksanaan Pelayanan Gizia. Dokter
Dokter berperan sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan pasien sekaligus sebagai Koordinator Tim Asuhan Gizi Puskesmas yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 1) Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta menegakkan
diagnosis medis 2) Menentukan pilihan tindakan, pemeriksaan laboratorium, dan perawatan 3) Menentukan terapi obat dan preskripsi diet awal bekerjasama dengan
tenaga gizi puskesmas 4) Melakukan pemantauan dan evaluasi tindakan 5) Melakukan konseling terkait penyakit 6) Melakukan rujukan
b. Perawat/bidanPerawat/bidan berperan sebagai penanggung jawab asuhan keperawatan/kebidanan dan sekaligus sebagai pelaksana asuhan keperawatan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:1) Melakukan skrining awal dalam rangka membantu menentukan apakah
pasien/klien berisiko masalah gizi atau tidak2) Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan/kebidanan bagi pasien3) Melaksanakan tindakan dan perawatan sesuai instruksi dokter4) Memotivasi pasien dan keluarga agar pasien menghabiskan makanannya5) Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makanan kepada pasien
c. Tenaga Gizi Puskesmas Tenaga Gizi Puskesmas diharapkan telah mengikuti pelatihan terkait gizi seperti Pelatihan Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), Pelatihan Konselor ASI, Pelatihan Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA). Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan, dll. Kegiatan dalam rangka perbaikan gizi yang menjadi tanggung jawab puskesmas dilakukan oleh TPG dengan
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 15
latar belakang pendidikan gizi. Apabila belum ada TPG berlatar belakang pendidikan gizi, dapat dikerjakan oleh TPG yang bukan berlatar belakang gizi, seperti sanitarian, perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lainnya.
Tenaga Gizi Puskesmas sebagai penanggung jawab asuhan gizi sekaligus sebagai pelaksana asuhan gizi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:1) Mengkaji status gizi pasien/klien berdasarkan data rujukan 2) Melakukan anamnesis riwayat diet pasien/klien3) Menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan yang
disesuaikan dengan kebiasaan makan serta keperluan terapi4) Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien/
klien dan keluarganya5) Melakukan kunjungan keliling (visite) baik sendiri maupun bersama
dengan Tim Asuhan Gizi kepada pasien/klien6) Memantau masalah yang berkaitan dengan asuhan gizi kepada pasien/
klien, bersama dengan perawat7) Mengevaluasi status gizi pasien/klien secara berkala, asupan makanan,
dan bila perlu melakukan perubahan diet pasien berdasarkan hasil diskusi dengan Tim Asuhan Gizi Puskesmas
8) Mengkomunikasikan hasil terapi gizi dan memberikan saran kepada anggota Tim Asuhan Gizi Puskesmas.
Tugas perbaikan gizi di Puskesmas merupakan tanggung jawab tenaga gizi. Apabila belum terdapat tenaga gizi maka pemenuhan kebutuhan tenaga gizi di Puskesmas dilakukan secara bertahap dan untuk sementara dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain yaitu perawat/bidan, dengan pendidikan/pelatihan
khusus yang biasa diikuti.
Sedangkan peran dan fungsi tenaga kesehatan lain berkaitan dengan pelayanan gizi di puskesmas adalah sebagai berikut:a. Petugas Farmasi
1) Melaksanakan permintaan obat dan cairan parenteral berdasarkan resep dokter.
2) Mendiskusikan keadaan atau hal-hal yang dianggap perlu dengan
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas16
tim, termasuk interaksi obat dan kesehatan. 3) Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan
cairan parenteral oleh pasien/klien bersama perawat. 4) Jika perlu, menggantikan bentuk obat dari jenis yang sama sesuai
dengan persetujuan dokter.5) Bersama dengan tenaga gizi melakukan pemantauan interaksi obat
dan makanan.
b. Analis Laboratorium dan Penata Rontgen1) Melakukan pemeriksaan laborotarium rontgen sesuai permintaan
dokter.2) Bekerjasama dengan dokter dan perawat untuk pemeriksaan
laborotarium dan rontgen. 3) Bertanggung jawab pada hasil pemeriksaan laborotarium dan
rontgen.
3. Sarana dan Prasarana yang diperlukan untuk menunjang Pelayanan Gizi di Puskesmas
a. Ruang Konsultasi Gizi1) Letak Letak ruang konsultasi gizi berada pada bagian depan Puskesmas, area
publik, berdekatan dengan klinik-klinik lainnya yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar puskesmas.
2) Persyaratan Ruang Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang konsultasi gizi adalah
sebagai berikut: a) Luas minimal ruangan konsultasi gizi adalah 3m x 2m. b) Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut:
(1) Atap: Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting beliung, gempa, dll), tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan vektor.
(2) Langit-langit: langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan, ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 m.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 17
(3) Dinding: material dinding harus keras, rata, tidak berpori/tidak berserat, tidak menyebabkan silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan agar mudah dibersihkan.
(4) Lantai: material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang, mudah dibersihkan.
(5) Pintu dan Jendela: lebar bukaan pintu minimal 90 cm, bukaan jendela diupayakan dapat dibuka secara maksimal.
Gambar 1. Contoh Layout Ruang Konsultasi Gizi di Puskesmas
3) Persyaratan Prasaranaa) Sanitasi
(1) Pada ruangan konsultasi gizi sebaiknya disediakan ’wastafel’ dengan debit air mengalir yang cukup.
(2) Dilengkapi pula dengan tempat sampah yang tertutup.
b) Ventilasi(1) Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap
terjaga. Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas18
lantai ruangan.(2) Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat
pembuangan sampah (TPS), toilet, dan sumber penularan lainnya.
c) Pencahayaaan (1) Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.(2) Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan
baik (200 lux).
d) Listrik(1) Tersedia kotak kontak yang aman untuk peralatan/perlengkapan
dengan jumlah + 2 titik.4) Persyaratan Peralatan/Perlengkapan Peralatan/perlengkapan yang disediakan pada ruangan konsultasi gizi
antara lain :a) Mejab) Kursic) Media KIE (poster, brosur makanan sehat sesuai kelompok umur,
brosur diet penyakit, dll)d) Standar Makanan Diet, Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita
dan Anak, Tabel IMT, dlle) Food Modelf) Daftar Bahan Penukar Makanang) Alat ukur antropometri (timbangan berat badan (beambalance),
microtoise, skin fold calliper, pita LiLA, dll)b. Ruang Produksi Makanan
1) Letak a) Strategis dan mudah dicapai dari ruang perawatan.b) Mudah dicapai oleh kendaraan yang membawa bahan makanan.c) Tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah (TPS), toilet,
dan sumber penularan lainnya.2) Persyaratan Ruang
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada ruang produksi makanan adalah sebagai berikut:
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 19
a) Tata ruang produksi makanan puskesmas rawat inap harus memperhatikan alur (flow) kegiatan mulai dari penerimaan, penyimpanan, persiapan dan pengolahan bahan makanan, penyajian makanan, sampai dengan pencucian alat dan penyimpanan perlengkapan.
b) Luas ruang produksi makanan harus sesuai dengan kebutuhan dan diperhitungkan kemungkinan perluasannya di masa mendatang. Ruang produksi makanan di puskesmas rawat inap minimal mempunyai luas ruangan 3m x 3m yang dapat memfasilitasi beberapa area, yang terdiri dari:(1) Area penerimaan bahan makanan
(a) Pada area ini dilaksanakan kegiatan pencatatan dan pengujian kualitas dan kuantitas bahan makanan.
(b) Area ini dilengkapi dengan meja untuk pencatatan bahan makanan masuk, alat uji kuantitas dan sebaiknya juga dilengkapi dengan alat uji kualitas bahan makanan.
(2) Area penyimpanan bahan makanan Area penyimpanan bahan makanan dibedakan menjadi 2, yaitu:(a) Tempat penyimpanan bahan makanan segar/basah (lemari
pendingin dengan suhu antara -5 s/d 100 C).(b) Tempat penyimpanan bahan makanan kering (lemari/rak
tertutup)(3) Area persiapan dan pengolahan bahan makanan
(a) Kegiatan yang dilakukan mulai dari membersihkan dan memotong bahan makanan, mempersiapkan bumbu, sampai dengan pengolahan/ memasak bahan makanan.
(b) Pada area ini perlu disediakan meja kerja yang dilengkapi bak cuci (sink). Meja kerja harus cukup untuk menyiapkan bahan makanan dan meletakkan kompor, penanak nasi, blender, oven, dll.
(c) Meja kerja memiliki ketinggian 60 s.d. 80 cm di atas permukaan lantai, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah berkarat, tidak mudah berjamur
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas20
(contoh: meja stainless steel, meja cor yang dilapis keramik, dll).
(4) Area penyajian makanan(5) Area pencucian dan penyimpanan alat
(a) Pada area ini harus dilengkapi bak cuci (sink) dengan tempat pengeringnya dan lemari/rak alat.
3) Persyaratan komponen bangunan adalah sebagai berikut:a) Atap: Atap harus kuat, tidak bocor, material atap tidak mudah terbakar
dan tidak menjadi tempat perindukan vektor.b) Langit-langit: ketinggian plafon sebaiknya dapat membuat kalor panas
tersirkulasi dengan baik. c) Dinding: bahan dinding tahan air, tidak mudah terbakar dan mudah
dibersihkan.d) Lantai: bahan penutup lantai kuat, permukaan rata, tidak licin, tahan
terhadap air dan mudah dibersihkan.e) Pintu dan Jendela: material pintu dan jendela tidak mudah terbakar dan
tidak dapat memungkinkan vektor masuk.
Gambar 2. Contoh Layout Ruang Produksi Makanan di Puskesmas
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 21
4) Persyaratan Prasaranaa) Sanitasi
(1) Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah serta kotoran dan sampah.
(2) Di dalam sistem penyaluran/pembuangan air kotor dan/atau air limbah disediakan perangkap lemak untuk memisahkan dan/atau menyaring kotoran/lemak.
b) Ventilasi(1) Ventilasi harus cukup agar sirkulasi udara dalam ruang dapur tetap
terjaga dan tidak terlalu panas. Jumlah bukaan ventilasi sebaiknya 15% terhadap luas lantai ruangan.
(2) Arah bukaan ventilasi tidak boleh berdekatan dengan tempat pembuangan sampah (TPS), toilet, dan sumber penularan lainnya.
c) Pencahayaaan (1) Pada siang hari sebaiknya menggunakan pencahayaan alami.(2) Intensitas cahaya cukup agar dapat melakukan pekerjaan dengan
baik.d) Listrik
Listrik minimal tersedia untuk pencahayaan. Apabila dipasang kotak kontak untuk peralatan, maka jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan dipasang pada ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai.
5) Persyaratan Peralatan/Perlengkapan a) Peralatan besar
Yang dimaksud dengan peralatan besar adalah:(1) Kompor minyak/gas/listrik(2) Dandang/kukusan nasi/penanak nasi otomatis(3) Panci Enamel/ Stainless Steel/Aluminium diameter 30 cm(4) Wajan Enamel/Stainless Steel diameter 40 cm(5) Meja kerja (apabila belum terinstalasi pada ruang)(6) Lemari Es/Kulkas 2 pintu(7) Meja persiapan dan bak cuci (apabila belum terinstalasi pada ruang)(8) Blender
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas22
(9) Trolley makanan susun 3(10) Bakul plastik(11) Lemari/rak tertutup untuk penyimpanan bahan makanan(12) Lemari/rak tertutup untuk penyimpanan peralatan (13) Timbangan 2 kg
b) Peralatan kecil(1) Pisau dapur(2) Sendok sayur(3) Parutan(4) Sodet(5) Serokan(6) Cobek + ulekan(7) Talenan(8) Saringan kelapa(9) Pembuka botol/ kaleng
c) Alat-alat makan, antara lain:(1) Sendok dan garpu(2) Piring makan(3) Gelas minum(4) Mangkuk sayur(5) Piring buah datar(6) Piring kue cekung(7) Cangkir bertutup(8) Tutup dan tatakan gelas
d) Peralatan kebersihan dan pencucian alat(1) Tempat sampah tertutup(2) Perlengkapan kebersihan (sapu, sikat, serokan dan lap pel)
Ketersediaan sarana dan prasarana mengacu pada standar, tetapi dapat disiapkan bertahap sesuai dengan kondisi setempat.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 23
BAB IIIPELAYANAN GIZI DI PUSKESMAS
Pelayanan Gizi Di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas. Pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan di dalam gedung dan di luar gedung, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
A. Pelayanan Gizi di Dalam Gedung1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Dalam Gedung
Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari upaya promotif, preventif, dan kuratif serta rehabilitatif baik rawat jalan maupun rawat inap yang dilakukan di dalam puskesmas. Kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu pelayanan gizi rawat jalan dan pelayanan gizi rawat inap. Berikut adalah uraian mengenai pelayanan gizi di rawat jalan dan rawat inap.a) Pelayanan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan gizi rawat jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi: 1) Pengkajian gizi2) Penentuan diagnosis gizi3) Intervensi gizi 4) Monitoring dan evaluasi asuhan giziTahapan pelayanan gizi rawat jalan diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan dirujuk untuk memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Pengkajian GiziTujuan: mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:(a) Data Antropometri Pengukuran Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara
meliputi pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas24
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi pasien yang umum
digunakan yaitu secara pengkajian riwayat gizi kualitatif dan kuantitatif: (1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dapat diukur dengan menggunakan bantuan food model.
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Data hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.
2) Penentuan Diagnosis GiziDiagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan. Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab, serta tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 25
lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian Kesehatan RI, 2014 atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementerian Kesehatan RI, 2011.
3) Pelaksanaan Intervensi GiziIntervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:(a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual. Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit serta kemampuan pasien/
klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium.
(b) Edukasi Gizi Edukasi gizi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terkait perbaikan gizi dan kesehatan.(c) Konseling Gizi Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi
konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), konseling aktivitas fisik, dan konseling faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat Jalan Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan,
keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pada pasien/klien dengan cara:1) Menilai pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi
gizi2) Menentukan apakah intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rencana
diet yang telah ditetapkan3) Mengindektifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas26
4) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai
5) Menetapkan kesimpulan yang berbasis fakta
Evaluasi hasil: (a) Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet
atau standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya.
(b) Mengevaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit, data hasil pemeriksaan laboratorium, dan status gizi.
Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain:1. Perkembangan data antropometri2. Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi3. Perkembangan data fisik/klinis4. Perkembangan data asupan makan5. Perkembangan diagnosis gizi6. Perubahan perilaku dan sikap
b) Pelayanan Gizi Rawat Inap Intervensi gizi pada pelayanan gizi rawat inap mencakup penyelenggaraan pemberian makan pasien, pamantauan asupan makanan, konseling gizi dan pergantian jenis diet apabila diperlukan. Pelayanan gizi rawat inap merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi: 1) Pengkajian gizi2) Penentuan diagnosis gizi3) Intervensi gizi meliputi pelayanan makanan, pemantauan asupan,
perubahan diet dan konseling4) Monitoring dan Evaluasi asuhan gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh tenaga kesehatan Puskesmas untuk menetapkan pasien berisiko masalah gizi atau tidak. Skrining gizi setidaknya dilakukan pada pasien baru
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 27
1x24 jam setelah pasien masuk rawat inap. Pasien yang berisiko masalah gizi antara lain adalah pasien gizi kurang/buruk dengan komplikasi medis, pasien dengan kondisi khusus seperti Diabetes Melitus, hipertensi, dll.
Anak gizi buruk dengan komplikasi medis dapat dirawat inap di Puskesmas Rawat Inap apabila di Puskesmas sudah ada tenaga atau tim asuhan gizi yang dilatih Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB) serta mempunyai sarana dan prasarana perawatan yang memadai untuk anak gizi buruk. Apabila tenaga kesehatan menemukan pasien berisiko masalah gizi maka pasien akan memperoleh asuhan gizi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:1) Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi bertujuan untuk mengidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebab melalui pengumpulan, verifikasi, dan interpretasi data secara sistematis. Kategori data pengkajian gizi meliputi:(a) Data Antropometri Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara
meliputi pengukuran Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB) dan Berat Badan (BB), Lingkar Lengan Atas (LiLA), Lingkar Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dll.
(b) Data Pemeriksaan Fisik/Klinis Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis gizi kurang atau gizi lebih seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu, dll.
(c) Data Riwayat Gizi Ada dua macam cara pengkajian riwayat gizi pasien yaitu secara
kualitatif dan kuantitatif: (1) Pengkajian riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi konsumsi makanan.
(2) Pengkajian gizi secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari, dengan cara recall 24 jam, yang dibantu dengan menggunakan food model.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas28
(d) Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan diagnosis gizi pasien/klien. Data hasil pemeriksaan laboratorium ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan mengevaluasi terapi gizi. Contoh data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi yang dapat digunakan misalnya kadar gula darah, kolesterol, LDL, HDL, trigliserida, ureum, kreatinin, dll.
2) Penentuan Diagnosis Gizi Diagnosis gizi spesifik untuk masalah gizi yang bersifat sementara sesuai
dengan respon pasien. Dalam melaksanakan asuhan gizi, tenaga gizi puskesmas seharusnya bisa menegakkan diagnosis gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di puskesmas dalam memberikan layanan.
Tujuan diagnosis gizi adalah mengidentifikasi adanya masalah gizi, faktor penyebab, tanda dan gejala yang ditimbulkan. Untuk mengetahui ruang lingkup diagnosis gizi dapat merujuk pada Buku Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Kementerian Kesehatan RI 2014, atau di Buku Pedoman Asuhan Gizi di Puskesmas, WHO dan Kementerian Kesehatan.
3) Pelaksanaan Intervensi Gizi Intervensi gizi adalah suatu tindakan yang terencana yang ditujukan
untuk mengubah perilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu. Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan meliputi:1) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita
serta kemampuan pasien/klien untuk menerima makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan serat), faktor aktifitas, faktor stres serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klinis dan data hasil pemeriksaan laboratorium.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 29
2) Konseling Gizi Konseling yang diberikan sesuai kondisi pasien/klien. Materi konseling
gizi meliputi hubungan gizi terkait penyakit, prinsip gizi seimbang, pemilihan bahan makanan, keamanan pangan, interaksi obat dan makanan, bentuk dan cara pemberian makanan sesuai keluhan dan kondisi klinis pasien, kebutuhan gizi pasien, dan sebagainya. Tujuan konseling adalah untuk mengubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gizi yang dihadapi.
3) Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan Puskesmas Rawat Inap merupakan
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan pencatatan pelaporan serta evaluasi.
Penyelenggaraan makanan di Puskesmas Rawat Inap dilaksanakan dengan tujuan menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh pasien guna mencapai status gizi yang optimal.(1) Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap.
Alur penyelenggaraan makanan di Puskesmas sama dengan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan lain termasuk rumah sakit, tetapi lebih sederhana. Alur penyelenggraan makanan dijabarkan seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3. Alur Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat Inap
7. Pelayanan
makanan Pasien
6. Penyajian Makanan di Ruang
Rawat Inap
1.Perencanaan Menu
2. Pengadaan Bahan Makanan
3. Penerimaan & Penyimpananan Bahan Makanan
5. Distribusi Makanan 4. Persiapan &
Pengolahan Makanan
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas30
(2) Sasaran Sasaran penyelenggaraan makanan di Puskesmas Rawat Inap adalah pasien rawat inap.
(3) Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Puskesmas Rawat InapKegiatan penyelenggaraan makanan merupakan bagian dari unit produksi makanan di Puskesmas Rawat Inap. Sistem penyelenggaraan makanan di Puskesmas dilakukan secara Sistem Swakelola. Pada sistem penyelenggaraan makanan Swakelola, unit produksi makanan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam sistem swakelola ini, seluruh sumber daya yang diperlukan (tenaga, dana, metode, sarana, dan prasarana) disediakan oleh pihak Puskesmas Rawat Inap. Pada pelaksanaannya, unit produksi makanan mengelola kegiatan gizi sesuai dengan manajemen dan menerapkan Standar Operasinal Prosedur yang ditetapkan.
(4) Mekanisme Penyelenggaraan Makanan ((a)) Perencanaan Anggaran Belanja Makanan Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu
kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien/klien yang dilayani, selama jangka waktu tertentu, biasanya 1 (satu) bulan.
Tujuannya adalah tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi pasien/klien yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi. Besar anggaran belanja makanan dalam satu bulan yang akan datang dihitung berdasarkan gambaran pelaksanaan pada bulan yang sedang berjalan dan kemungkinan prakiraan kenaikan harga dengan melihat data jenis dan jumlah pasien dalam 1 (satu) bulan terakhir. Perencanaan anggaran belanja makanan meliputi beberapa kegiatan antara lain:((1)) Memperhitungkan anggaran belanja makanan
Perhitungan biaya tidak termasuk untuk bahan bakar,
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 31
tenaga, peralatan dan sebagainya di luar bahan makanan. Langkah-langkah perencanaan anggaran belanja dapat dilihat pada lampiran.
((2)) Perencanaan menuPerencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi kebutuhan gizi dan selera pasien/klien dengan memenuhi prinsip gizi seimbang. Tujuan perencanaan menu adalah tersedia siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di Puskemas perawatan (misalnya siklus menu 10 hari). Langkah-langkah dalam penyusunan menu dapat dilihat pada lampiran.• Perencanaan kebutuhan bahan makanan
Perencanaan kebutuhan bahan makanan merupakan suatu proses untuk menentukan jumlah, macam dan kualitas bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu.
((b)) Pengadaan bahan makanan Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi penetapan
spesifikasi bahan makanan, perhitungan harga, pemesanan dan pembelian bahan makanan dan melakukan survei pasar. Dari survei tersebut akan diperoleh perkiraan harga bahan makanan yang meliputi harga terendah, harga tertinggi, dan harga perkiraan maksimal.
((c)) Penyimpanan bahan makanan dan makanan Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata,
menyimpan, memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di tempat penyimpanan yang aman dan memiliki lingkungan yang sehat. Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas32
((d)) Pengolahan bahan makanan Proses Pengolahan bahan makanan meliputi proses
persiapan bahan makanan, pemasakan makanan, pendistribusian dan penyajian makanan.((1)) Persiapan bahan makanan
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam mempersiapkan bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong, menyiangi, meracik, dsb) sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu, dan jumlah klien/pasien yang akan dilayani.
((2)) Pemasakan makananPemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Proses pemasakan ini bertujuan untuk:• Mengurangi risiko kehilangan zat-zat gizi bahan
makanan• Meningkatkan nilai cerna• Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,
keempukan, dan penampilan makanan.• Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya
untuk tubuh.((3)) Pendistribusian dan penyajian makanan
Pendistribusian makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien/konsumen yang dilayani. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian makanan yaitu:• Kerjasama tim di ruang rawat inap antara dokter,
perawat/bidan, tenaga gizi dalam hal penentuan diet, pemesanan makanan, penyajian dan pengawasan makanan.
• Alat penyaji makanan harus sesuai dengan macam
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 33
masakan yang dihidangkan.• Sebaiknya digunakan alat yang baik, kuat dan
menarik• Ketepatan waktu penyajian makanan pasien• Kerapian dan kebersihan makanan yang sampai
pada pasien.
4) Monitoring dan Evaluasi Asuhan Gizi Rawat InapSetelah rangkaian proses asuhan gizi yang dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, dan pelaksanaan intervensi gizi, kegiatan berikutnya adalah monitoring evaluasi asuhan gizi. Kegiatan utama dari monitoring dan evaluasi asuhan gizi adalah memantau pemberian intervensi gizi secara berkesinambungan untuk menilai kemajuan penyembuhan dan status gizi pasien. Hal-hal yang dimonitoring dan evaluasi dalam asuhan gizi rawat inap antara lain: (1) Perkembangan data antropometri(2) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboratorium terkait gizi(3) Perkembangan data pemeriksaan fisik/klinis(4) Perkembangan asupan makan termasuk daya terima makanan(5) Perkembangan diagnosis gizi(6) Perubahan perilaku dan sikap(7) Perubahan dietPemantauan tersebut mencakup antara lain respon pasien terhadap diet yang diberikan, bentuk makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, adanya mual, mutah, keadaan klinis, defekasi, perubahan data laboratorium, dll. Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi asuhan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan mengubah preskripsi diet sesuai perkembangan kondisi pasien. Untuk pasien yang dirawat perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi Hospital Malnutrition terutama pada pasien yang mempunyai masalah dalam asupan makanannya seperti adanya mual, muntah, nafsu makan berkurang. Selain itu evaluasi status gizi dan asupan makan juga dilakukan secara rutin. Pada pasien anak, pemantauan berat badan (BB) sebaiknya dilakukan setiap hari.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas34
2. Alur Pelayanan Gizi di Dalam Gedung1. Pasien/Klien datang sendiri atau dirujuk dari struktural Puskesmas (Pustu,
Polindes, Poskesling) atau UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Poksila, dll) atau sarana kesehatan lain.
2. Pasien/Klien mendaftar ke loket pendaftaran di Puskesmas.3. Pasien/Klien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah
kesehatannya di Poli Umum/Balai Pengobatan Puskesmas (BP) atau Poli KIA atau Poli gigi oleh petugas medis atau paramedis.
4. Di Poli Umum/Balai Pengobatan atau Poli KIA pasien sekaligus mendapatkan Skrining Gizi oleh tenaga kesehatan serta ditentukan apakah pasien perlu dirawat inap atau cukup rawat jalan. Pasien/Klien akan dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang apabila diperlukan seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan lain-lain sesuai kemampuan Puskesmas. Pasien/Klien mendapatkan obat sesuai masalah kesehatannya dari apotek atau bagian farmasi di Puskesmas.
5. Pasien/Klien rawat jalan yang berisiko atau tidak berisiko mengalami masalah gizi bisa mendapatkan konseling gizi atas permintaan pasien.
6. Pasien/Klien rawat inap yang berisiko atau tidak berisiko mengalami masalah gizi mendapat pelayanan gizi sesuai kebutuhan berupa pelayanan makanan pasien rawat inap.
7. Pasien/Klien yang mendapatkan pelayanan gizi oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas. Jika diperlukan akan dilakukan Skrining Gizi Ulang oleh tenaga gizi.
8. Pasien rawat jalan maupun rawat inap yang berisiko atau tidak berisiko mengalami masalah gizi mendapat pelayanan gizi yang sesuai Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) mulai dari pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi.
9. Hasil monitoring dan evaluasi ditindaklanjuti oleh Tim Asuhan Gizi Puskesmas. Tindak lanjut dapat berupa rujukan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih tinggi apabila masalah gizi dengan penyakit penyerta dan atau komplikasi yang dialami pasien/klien tidak memungkinkan ditangani di Puskesmas atau dapat berupa pengkajian ulang baik masalah medis dan masalah gizinya.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 35
Gambar 4. Alur Pelayanan Gizi Dalam Gedung
Ditemukan Pasien Bermasalah Gizi dan atau Kondisi Khusus
Loket
Pemeriksaan Medis dan Skrining Gizi *
Rawat Inap
Intervensi Gizi
Pasien Rawat Jalan:
Penyuluhan Gizi Oleh Tenaga Kesehatan/
Konseling Gizi oleh Tenaga Gizi
Intervensi Gizi
Pasien Rawat Inap:
Konseling Gizi oleh Tenaga Gizi, Perencanaan Diet, Penyediaan makanan
Pemantauan Asupan
Penyesuaian diet
Tindak Lanjut
Pasien
datang sendiri atau rujukan dari Jaringan Puskesmas termasuk UKBM
Rawat Jalan
Pengkajian Gizi
Diagnosis Gizi
Monitoring Evaluasi
Rujuk Ke Fasyankes yang
lebih tinggi
Rujukan Balik
Sumber: Modifikasi Asuhan Gizi di Puskesmas (Pedoman Pelayanan Gizi bagi Petugas kesehatan)
Keterangan :
(*) Skrining Gizi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan medis oleh dokter atau perawat dengan metode
skrining sederhana yaitu metode MST (Malnutrition Screening Tools).
Skrining Gizi Ulang oleh tenaga gizi puskesmas dilakukan apabila diperlukan yaitu
a. Untuk pasien rawat jalan dirujuk Dokter untuk mendapatkan asuhan gizi rawat jalan
b. Untuk pasien rawat inap yang akan mendapatkan asuhan gizi rawat inap.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas36
B. Pelayanan Gizi di Luar Gedung1. Kegiatan Pelayanan Gizi di Luar Gedung
Secara utuh kegiatan pelayanan gizi di luar gedung tidak sepenuhnya dilakukan hanya di luar gedung, melainkan tahap perencanaan dilakukan di dalam gedung. Kegiatan pelayanan gizi di luar gedung ditekankan ke arah promotif dan preventif serta sasarannya adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Beberapa kegiatan pelayanan gizi di luar gedung dalam rangka upaya perbaikan gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas antara lain:
1. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizia. Tujuan edukasi gizi adalah untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.
b. Sasarannya adalah kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
c. Lokasi edukasi gizi antara lain: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan Keagamaan, Kelas Ibu, Kelas Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluh di Puskesmas misalnya tenaga promosi kesehatan, antara lain:1) Merencanakan kegiatan edukasi di wilayah kerja Puskesmas.2) Merencanakan materi edukasi yang akan disampaikan kepada
masyarakat.3) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan
pendidikan gizi di Posyandu dan masyarakat luas.4) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, institusi
pendidikan, pertemuan keagamaan, dan pertemuan-pertemuan lainnya.5) Menyusun laporan pelaksanaan pendidikan gizi di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Konseling ASI Eksklusif dan PMBA a. Tujuan konseling ASI Ekslusif dan PMBA adalah:
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga sehingga bayi baru lahir segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 37
meneruskan ASI Ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan. 2) Sejak usia 6 bulan di samping meneruskan ASI mulai diperkenalkan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).3) Meneruskan ASI dan MP-ASI sesuai kelompok umur sampai usia 24
bulan. b. Sasaran konseling adalah ibu hamil dan atau keluarga dan ibu yang
mempuyai anak usia 0-24 bulan.c. Lokasi konseling antara lain Posyandu, Kelompok Pendukung Ibu (KP-
Ibu), terintegrasi dengan program lain dalam kegiatan kelas balita, kelas Ibu,
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam konseling ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi antara lain:1) Merencanakan kegiatan konseling ASI dan PMBA di wilayah kerja
Puskesmas2) Menyiapkan materi dan media konseling yang akan digunakan.3) Melakukan pembinaan kepada tenaga kesehatan lain atau kader yang
ditunjuk untuk melaksanakan tugas konseling ASI dan PMBA.4) Memberikan konseling kepada sasaran sesuai permasalahan
individualnya. 5) Materi konseling PMBA antara lain:
a) Makanan sehat selama hamilb) Inisiasi menyusu dini (IMD)c) ASI Ekslusif d) Makanan MP-ASI kepada bayi mulai usia 6 bulan dan terus
memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. e) Makanan sehat Ibu menyusui
6) Membuat laporan bulanan pelaksanaan konseling di wilayah kerja Puskesmas.
3. Konseling Gizi melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)a. Tujuan: mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM berbasis
masyarakat sesuai dengan sumber daya dan kebiasaan masyarakat agar masyarakat dapat mawas diri (awareness) terhadap faktor risiko PTM.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas38
b. Sasaran: masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia >15 tahun.c. Lokasi: Posbindu PTM di integrasikan ke kegiatan masyarakat yang
sudah aktif berjalan baik antara lain institusi pndidikan, di tempat kerja maupun di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa, yang dilakukan minimum 1 (satu) kali dalam sebulan.
d. Peran tenaga gizi puskesmas pada Posbindu PTM adalah sebagai konselor gizi terkait faktor risiko PTM yang ditemukan saat pemeriksaan kesehatan oleh tenaga medis.
4. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandua. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memantau status gizi Balita
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) atau Buku KIA. b. Sasaran kegiatan ini adalah kader Posyanduc. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandud. Fungsi tenaga gizi puskesmas antara lain:
1) Merencanakan kegiatan pemantauan pertumbuhan di wilayah kerja Puskesmas
2) Memberikan pembinaan kepada kader posyandu agar mampu melakukan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
3) Melakukan penimbangan4) Membina kader dalam menyiapkan SKDN dan pelaporan5) Menyusun laporan pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di wilayah
kerja Puskesmas6) Memberikan konfirmasi terhadap hasil pemantauan pertumbuhan.
5. Pengelolaan Pemberian Kapsul Vitamin A a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan
pemberian vitamin A melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan kekurangan vitamin A dapat berjalan dengan baik
b. Sasaran: kegiatan ini antara lain bayi, balita, dan ibu nifasc. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di Posyandud. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
vitamin A antara lain:
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 39
1) Merencanakan kebutuhan vitamin A untuk bayi 6-11bulan, anak usia 12-59 bulan, dan ibu nifas setiap tahun.
2) Memantau kegiatan pemberian vitamin A di wilayah kerja Puskesmas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi vitamin A di wilayah kerja Puskesmas.
e. Ketentuan dalam pemberian vitamin A:1) Bayi 6-11 bulan diberikan vitamin A 100.000 SI warna biru, diberikan
dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus2) Balita 12-59bulan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah,
diberikan dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus3) Bayi dan Balita Sakit Bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-59 bulan yang sedang menderita
campak, diare, gizi buruk, xeroftalmia, diberikan vitamin A dengan dosis sesuai umur
4) Ibu nifas (0-42 hari) Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul merah dosis 200.000 SI, 1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam berikutnya.
6. Pengelolaan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Ibu Hamil dan Ibu Nifasa. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan pemberian
TTD untuk kelompok masyarakat yang rawan menderita anemia gizi besi yaitu Ibu Hamil melalui pembinaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sehingga kegiatan pencegahan anemia gizi besi.
b. Sasaran kegiatan ini adalah Ibu hamil dan ibu nifasc. Lokasi: di tempat praktek bidan, Posyandu.d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
TTD antara lain:1) Merencanakan kebutuhan TTD untuk kelompok sasaran selama satu
tahun.2) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja
puskesmas.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas40
3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
4) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Ibu hamil dan ibu nifas: a) Pencegahan : 1 tablet/hari sejak awal kehamilan dan dilanjutkan
sampai masa nifasb) Pengobatan : 2 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
7. Edukasi Dalam Rangka Pencegahan Anemia pada Remaja Putri dan WUSa. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan keberhasilan program
pencegahan anemia gizi besi pada kelompok sasaranb. Sasaran kegiatan ini adalah Remaja putri, WUSc. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam pengelolaan manajemen pemberian
TTD antara lain:1) Memberikan pendidikan gizi agar remaja putri dan WUS mengonsumsi
TTD secara mandiri.2) Apabila di suatu daerah prevalensi anemia ibu hamil >20% maka tenaga
gizi puskesmas merecncanakan kebutuhan TTD untuk remaja putri dan WUS dan melakukan pemberian TTD kepada kelompok sasaran.
3) Memantau kegiatan pemberian TTD oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas.
4) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi TTD di wilayah kerja Puskesmas.
5) Ketentuan dalam pemberian TTD untuk Remaja Putri dan WUSa) Pencegahan: 1 tablet/hari selama haid dan 1 tablet/minggub) Pengobatan: 1 tablet/hari sampai kadar Hb Normal
8. Pengelolaan Pemberian MP-ASI dan PMT-Pemulihana. MP-ASI
MP-ASI Bufferstock adalah MP-ASI pabrikan yang disiapkan oleh Kementerian Kesehatan RI dalam rangka pencegahan dan penanggulangan gizi terutama di daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana. MP-ASI Bufferstock didistribusikan secara bertingkat. Tenaga gizi puskesmas akan mendistribusikan kepada masyarakat. Sasaran MP-ASI Buffer Stok: balita
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 41
6-24 bulan yang terkena bencana
MP-ASI Lokal adalah MP-ASI yang dibuat dari makanan lokal setempat dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan tenaga kesehatan. MP- ASI lokal dapat dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) atau dana lain sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sasaran MP-ASI lokal: balita gizi kurang 6-24 bulan. Tugas tenaga gizi puskesmas dalam hal ini adalah:1. Merencanakan menu MP-ASI lokal2. Mengadakan bahan MP-ASI lokal3. Mengolah MP-ASI lokal dibantu oleh kader4. Mendistribusikan kepada sasaran dibantu oleh kader
b. PMT Pemulihan 1. Sasaran: balita gizi kurang, balita pasca perawatan gizi buruk, ibu hamil
KEK (Kurang Energi Kronik).2. PMT Pemulihan untuk balita gizi kurang adalah makanan ringan padat
gizi dengan kandungan 350--400 kalori energi dan 10--15 gram protein. 3. PMT bumil KEK Bufferstock diberikan dalam bentuk makanan padat
gizi dengan kandungan 500 kalori energi dan 15 gram protein. 4. Lama pemberian PMT Pemulihan untuk balita dan Ibu Hamil KEK
adalah 90 hari makan anak (HMA) dan 90 hari makan bumil (HMB). Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam manajemen pemberian MP-ASI dan PMT-Bumil KEK antara lain:1) Merencanakan kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil KEK untuk sasaran
selama satu tahun.2) Memantau kegiatan pemberian MP-ASI dan PMT Bumil KEK, di wilayah
kerja Puskesmas.3) Menyusun laporan pelaksanaan distribusi MP-ASI dan PMT Bumil KEK
wilayah kerja Puskesmas.
9. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah gizi yang dihadapi dengan dibantu
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas42
oleh tenaga gizi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya. Pendirian PGBM tergantung kepada besaran masalah gizi di daerah. Dalam pelaksanaan PGBM dapat merujuk buku Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kementerian Kesehatan 2011.a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatan status gizi balita b. Sasaran kegiatan ini adalah balita gizi buruk tanpa komplikasi c. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini di panti/pos pemulihan gizi d. Fungsi tenaga gizi di PGBM adalah:
1) Melakukan terapi gizi (konseling, pemberian makanan pemulihan gizi, pemantauan status gizi, dll) untuk pemulihan gizi buruk
2) Memberikan bimbingan teknis kepada kader dalam melaksanakan perbaikan gizi di Pos Pemulihan Gizi berbasis masyarakat
3) Menyusun laporan pelaksanaan program perbaikan gizi di Pos Pemulihan Gizi berbasis masyarakat
10. Surveilens gizi Kegiatan surveilans gizi meliputi kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan secara terus menenus, penyajian serta diseminasi informasi bagi Kepala Puskesmas serta Lintas Program dan Lintas Sektor terkait di tingkat kecamatan. Informasi dari kegiatan surveilans gizi dimanfaatkan untuk melakukan tindakan segera maupun untuk perencanaan program jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Sebagai acuan bagi petugas gizi puskesmas dalam melakukan surveilans gizi bisa menggunakan buku Surveilans Gizi, Kementerian Kesehatan RI, 2014.
a. Tujuan:1) Tersedianya informasi berkala dan terus menerus tentang besaran
masalah gizi dan perkembangan di masyarakat.2) Tersedianya informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui
penyebab masalah gizi dan faktor-faktor terkait3) Tersedianya informasi kecenderungan masalah gizi di suatu daerah4) Menyediakan informasi intervensi yang paling tepat untuk dilakukan
(bentuk, sasaran, dan tempat)b. Lingkup data surveilans gizi antara lain:
1) Data status gizi
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 43
2) Data konsumsi makanan3) Data cakupan program gizi
c. Sasaran: bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia.
d. Dalam pelaksanaan surveilans gizi, tenaga gizi puskesmas berkoordinasi dengan tenaga surveilans di Puskesmas dengan fungsi antara lain: 1) Merencanakan surveilans mulai dari lokasi, metode/cara melakukan,
dan penggunanaan data2) Melakukan surveilans gizi meliputi mengumpulkan data, mengolah
data, menganalisa data, melaksanakan diseminasi informasi 3) Membina kader posyandu dalam pencatatan dan pelaporan kegiatan
gizi di posyandu4) Melaksanakan intervensi gizi yang tepat5) Membuat laporan surveilans gizi
e. Contoh Kegiatan dalam Survilans Gizi antara lain: 1) Pemantauan Status Gizi (PSG)
a) Tujuan : mengetahui status gizi masyarakat sebagai bahan perencanaan
b) Sasaran : disesuaikan dengan kebutuhan setempat (bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, WUS, ibu hamil, ibu menyusui, pekerja serta lansia.)
2) Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) a) Tujuan:
(1) Tersedianya informasi secara terus menerus, cepat, tepat dan akurat sebagai dasar penentuan tindakan dalam upaya untuk pencegahan dan penanggulangan masalah gizi
(2) Memantau situasi pangan dan gizi antar desa/kelurahan dalam 1 kecamatan
b) Sasaran: Lintas program dan lintas sektor di tingkat kecamatan di wilayah kerja Puskesmas.
3) Sistem Kewaspadaan Dini - Kejadian Luar Biasa/SKD-KLB Gizi Buruka) Tujuan: mengantisipasi kejadian luar biasa gizi bburuk di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas44
b) Sasaran: balita dan keluarganya, posyandu4) Pemantauan Konsumsi Garam beriodium di rumah tangga
a) Tujuan : ümemperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi
garam beriodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Dilaksananakan setiap satu tahun sekali.
b) Sasaran : rumah tangga
11. Pembinaan Gizi di Institusi a. Pembinaan Gizi di Sekolah
1) Tujuan kegiatan ini adalah memperbaiki status gizi anak sekolah2) Sasaran kegiatan ini adalah peserta didik PAUD, Taman Kanak-
kanak/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA Pondok Pesantren, dan sederajat.
3) Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi di sekolaha) Edukasi gizi (penyuluhan)b) Penjaringan status gizi di sekolahc) Pemberdayaan peserta didik sebagai dokter kecil/Kader Kesehatan
Remaja (KKR)d) Pengawasan dan pembinaan pengelola kantin sehat
4) Fungsi tenaga gizi puskesmas bersama dengan tim UKS a) Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi di sekolah.b) Menapis status gizi anak sekolah. c) Mengkoordinir pemantauan dan intervensi terhadap status gizi anak
di sekolah.d) Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam pemberdayaan peserta
didik sebagai dokter kecil/Kader Kesehatan Remaja (KKR). e) Menjalin kerjasama dengan sekolah dalam membina kantin sekolah.f) Membuat laporan program perbaikan gizi di sekolah
b. Perbaikan gizi di panti, rumah tahanan/LP, gizi kantin, restoran, penyelenggaraan makan banyak lainnya1) Tujuan kegiatan ini adalah memperbaiki status gizi tenaga kerja,
warga panti, warga tahanan/LP, pengelola kantin, restoran, pemberian makan banyak
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 45
2) Sasaran adalah tenaga kerja, pengelola pemberian makanan3) Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi
a) Edukasi gizi (penyuluhan, pendidikan gizi, dan pendampingan) b) Pemantauan status gizic) Membina pengelola penyelenggaraan makanan banyak
4) Fungsi tenaga gizi: a) Mengkoordinir dan atau melakukan edukasi gizi b) Mengkoordinir pemantauan status gizi terutama pada ibu hamil di
tempat kerja dan rumah tahanan/LP, usia lanjut di panti dan lain-lain. c) Membina pemberian makanan di tempat kerja, panti, rumah tahanan
/ LP, dan institusi lainnya. d) Membuat laporan program perbaikan gizi
c. Perbaikan gizi di tempat kerja 1) Tujuan : memperbaiki status gizi tenaga kerja terutama kelompok
rawan misalnya WUS, ibu hamil, ibu menyusui, dll 2) Sasaran adalah tenaga kerja, pengelola penyelenggaraan makan
pekerja 3) Bentuk-bentuk kegiatan perbaikan gizi di tempat kerja meliputi:
a) Pemantauan status gizi terutama ibu hamilb) Edukasi Gizi c) Membina pengelola penyelenggaraan makan pekerja
4) Fungsi tenaga gizi di tempat kerja adalah:a) Melaksanakan pemantauan status gizi terutama pada kelompok
rawan di tempat kerjab) Mengkoordinasikan pelaksanaan pendidikan gizi di tempat kerjac) Bekerjasama dengan tempat kerja membina pengelola
penyelenggaraan makan banyakd) Membuat laporan perbaikan gizi di tempat kerja
12. Kerjasama lintas sektor dan lintas programa. Tujuan: meningkatkan pencapaian indikator perbaikan gizi di tingkat
puskesmas melalui kerjasama lintas sektor dan lintas programb. Sasaran: seksi pemberdayaan masyarakat kantor camat, Penyuluh
Pertanian Lapangan, juru penerang kecamatan, TP PKK, Dinas
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas46
Pendidikan, Kepala Desa/Kelurahan, program KIA, bidan koordinator, tenaga sanitarian, tenaga promosi kesehatan, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain.
c. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam kerjasama lintas sektor dan lintas program adalah:a. Merencanakan kegiatan sensitif yang memerlukan kerjasamab. Mengidentifikasi sektor dan program yang perlu kerjasamac. Melakukan pertemuan untuk menggalang komitmen kerjasamad. Melakukan koordinasi dalam menentukan indikator-indikator
keberhasilan kerjasamae. Mengkoordinasikan pelaksanaan kerjasamaf. Membuat laporan hasil kerjasama
2. Alur Pelayanan Gizi Di Luar GedungPenanganan masalah gizi memerlukan pendekatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif). Pelaksanaan pelayanan gizi luar gedung bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Alur pelayanan gizi luar gedung disesuaikan dengan jenis kegiatan, sasaran dan keadaan wilayah setempat.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 47
C. Mekanisme Rujukan Alur mekanisme rujukan di Puskesmas adalah sebagai berikut:
POSYANDU
BIDAN SWASTA
POSBINDU
POKSILA
POLINDES
PUSTU
PUSKESMAS
RUMAH SAKIT
Keterangan:1. Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas Keliling (Pusling), Polindes merupakan
unit struktural di bawah Puskesmas Induk.2. Posyandu, poksila, posbindu adalah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM). 3. Puskesmas dapat menerima pasien rujukan langsung yang datang dari Posyandu,
Polindes, Pustu, Poksila, Klinik Swasta.4. Apabila Puskesmas tidak mampu merawat pasien karena keterbatasan jenis dan
fasilitas pelayanan, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yaitu Rumah Sakit. Pada kondisi Gawat Darurat Puskesmas berfungsi menstabilisasi pasien yang gawat sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.
5. Rumah Sakit akan merujuk kembali pasien yang telah selesai mendapatkan perawatan ke Puskesmas. Mekanisme seperti ini disebut rujuk balik. Tujuannya agar pasien dapat dipantau perkembangan kesembuhannya oleh tenaga kesehatan di Puskesmas yang bertanggung jawab di wilayah rumahnya.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas48
BAB IVPENCATATAN, PELAPORAN DAN MONITORING DAN EVALUASI
Pencatatan, pelaporan, monitoring dan evaluasi dilaksanakan di Puskesmas, data dan informasi dari hasil pencatatan diolah dan dianalisa serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota.
A. Pencatatan dan PelaporanPencatatan dan pelaporan untuk mendokumentasikan pelayanan gizi di dalam dan di luar gedung menggunakan instrumen antara lain:1. Buku Register Pasien 2. Rekap jumlah pasien yang mendapat konseling3. Pencatatan bulanan dan penggunaan bahan makanan (untuk Puskesmas Rawat
Inap)4. Daftar harian permintaan makanan (untuk Puskesmas Rawat Inap)5. Pencatatan data pasien menurut macam dietnya (Puskesmas Rawat Inap)6. Rekapitulasi Hasil Sistem Informasi Puskesmas (Simpus)7. Rekapitulasi Hasil Sistem Informasi Posyandu (SIP)8. Dokumentasi Asuhan Gizi 9. F3/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Puskesmas)10. F2/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Desa/Kelurahan)11. F1/Gizi (Rekapitulasi data gizi dari Posyandu)12. Pelaporan ASI Ekslusif13. Pelaporan BGM
B. Monitoring dan Evaluasi KegiatanKegiatan yang dimonitor adalah kegiatan pelayanan gizi baik di dalam maupun di luar gedung. Cara melakukan monitoring dan evaluasi perlu memperhatikan jenis dan waktu kegiatan yang dilaksanakan. Dari sisi jenis kegiatan, dapat dibedakan antara monitoring di dalam gedung dan luar gedung. 1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Dalam Gedung Kegiatan yang dimonitor dan dievaluasi:
a. Edukasi Gizi/Pendidikan Gizi1) Frekuensi edukasi yang direncanakan diselenggarakan di Puskesmas per
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 49
bulan, triwulan, semester, tahun.2) Frekuensi edukasi yang dilaksanakan di Puskesmas per bulan, triwulan,
semester, tahun.3) Jenis Materi Penyuluhan yang diberikan
c. Konseling1) Data jumlah rujukan permintaan konseling2) Data jumlah pasien/klien yang mendapatkan konseling 3) Jenis Materi Konseling yang diberikan kepada pasien per bulan, triwulan,
semester, tahun.d. Penyelenggaraan makanan untuk pasien/klien rawat inap
1) Data jumlah pasien rawat inap yang dilayani per bulan, triwulan, semester, tahun.
2) Jenis diet yang diberikan kepada pasien per bulan, triwulan, semester, tahun.
2. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan di Luar GedungKegiatan yang dimonitor dan dievaluasi:a. Penyuluhan Gizi
1) Frekuensi penyuluhan gizi yang direncanakan diselenggarakan di luar Puskesmas per bulan dan per tahun.
2) Frekuensi penyuluhan gizi yang dilaksanakan di luar Puskesmas per bulan dan per tahun.
3) Materi penyuluhan yang diberikan per bulan dan per tahun.b. Konseling
1) Data jumlah rujukan permintaan konseling per bulan dan per tahun2) Data jumlah pasien/klien yang mendapatkan konseling gizi per bulan dan
per tahun.c. Pengelolaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu
1) Data SKDN yang meliputi jumlah balita yang ada (S), jumlah balita yang punya KMS (K), jumlah balita yang ditimbang (D), jumlah balita yang naik berat badannya (N) per bulan, triwulan, semester, tahun
2) Persentase D/S dan N/D per bulan, triwulan, semester, tahun3) Jumlah balita BGM dan 2T per bulan, triwulan, semester, tahun4) Jumlah balita BGM dan 2T yang dirujuk per bulan, triwulan, semester,
tahun
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas50
d. Pemberian Kapsul Vitamin A1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat vitamin A 2) Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan vitamin A
e. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat TTD2) Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan TTD
f. Pengelolaan MP-ASI, PMT-Pemulihan1) Data jumlah sasaran yang seharusnya mendapat MP-ASI, PMT-Pemulihan2) Data jumlah sasaran yang telah mendapatkan mendapat MP-ASI, PMT-
Pemulihang. Pembinaan Gizi Institusi
1) Data jumlah edukasi gizi yang direncanakan per bulan dan per tahun di Institusi diluar Puskesmas
2) Data jumlah edukasi gizi yang dilaksanakan per bulan dan per tahun di Institusi diluar Puskesmas
h. PGBM (Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat)1) Data jumlah anak gizi buruk tanpa komplikasi yang ada di wilayah kerja
Puskesmas per bulan dan per tahun2) Data jumlah anak gizi buruk tanpa komplikasi yang mendapatkan
penanganan di PGBM per bulan dan per tahuni. Surveilans Gizi
1) Jenis kegiatan surveilans yang perlu dilakukan Puskesmas 2) Jenis kegiatan surveilans yang telah dilakukan Puskesmas
j. Kerjasama Lintas sektor dan Lintas Program1) Jumlah rencana rapat LP/LS per bulan dan per tahun2) Jumlah realisasi rapat LP/LS per bulan dan per tahun
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 51
BAB VPENUTUP
Penyusunan buku Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas telah dilakukan melalui serangkaian kegiatan dan melibatkan lintas sektor dan lintas program terkait. Buku ini akan menjadi pelengkap dari berbagai buku petunjuk teknis sesuai dengan jenis pelayanan gizi yang diberikan. Oleh karena itu dalam penggunaan buku ini diharapkan disertai dengan pemanfaatan buku petunjuk teknis yang relevan.
Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga gizi puskesmas dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan gizi di Puskesmas Rawat Inap maupun Puskesmas Non Rawat Inap. Untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan buku Pedoman Pelayanan Gizi Puskesmas ini, hendaknya tenaga gizi puskesmas dapat menjabarkannya dalam Protab (prosedur tetap) yang berisi langkah-langkah dari setiap kegiatan sesuai kondisi masing-masing Puskesmas.
Selain tenaga gizi puskesmas, buku ini juga sangat tepat digunakan pengelola program gizi di Kabupaten/Kota dan Provinsi terutama dalam menyusun perencanaan termasuk alokasi jumlah biaya yang diperlukan, pelaksanaan kegiatan, dan penilaian terhadap hasil kegiatan. Selain itu, dengan buku pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar advokasi bagi pemegang kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan gizi di Puskesmas.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas52
LAMPIRAN
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 55
Lam
pira
n 1.
Ang
ka K
ecuk
upan
Ene
rgi,
Prot
ein,
Lem
ak, K
arbo
hidr
at, S
erat
dan
Air
yan
g D
ianj
urka
n U
ntuk
Ora
ng
Indo
nesi
a (p
er o
rang
per
har
i). L
ampi
ran
Perm
enke
s Nom
or 7
5 Ta
hun
2013
tent
ang
Ang
ka K
ecuk
upan
Giz
i.
Kel
ompo
k um
urB
B(k
g)T
B(c
m)
Ene
rgi
(kka
l)Pr
otei
n(g
)L
emak
(g)
Kar
bohi
drat
(g)
Sera
t (g)
Air
(m
L)
Tota
l n-
6n-
3B
ayi/A
nak
0 –
6 bu
lan
661
550
1234
4,4
0,5
580
-7
– 11
bul
an9
7172
518
364,
40,
582
1080
01-
3 ta
hun
1391
1125
2644
7,0
0,7
155
1612
004-
6 ta
hun
1911
216
0035
6210
,00,
922
022
1500
7-9
tahu
n27
130
1850
4972
10,0
0,9
254
2619
00L
aki-l
aki
10-1
2 ta
hun
3414
221
0056
7012
,01,
228
930
1800
13-1
5 ta
hun
4615
824
7572
8316
,01,
634
035
2000
16-1
8 ta
hun
5616
526
7566
8916
,01,
636
837
2200
19-2
9 ta
hun
6016
827
2562
9117
,01,
637
538
2500
30-4
9 ta
hun
6216
826
2565
7317
,01,
639
438
2600
50-6
4 ta
hun
6216
823
2565
6514
,01,
634
933
2600
65-8
0 ta
hun
6016
819
0062
5314
,01,
630
927
1900
80+
tahu
n58
168
1525
6042
14,0
1,6
248
2216
00Pe
rem
puan
10-1
2 ta
hun
3614
520
0060
6710
,01,
027
528
1800
13-1
5 ta
hun
4615
521
2569
7111
,01,
129
230
2000
16-1
8 ta
hun
5015
821
2559
7111
,01,
129
230
2100
19-2
9 ta
hun
5415
922
5056
7512
,01,
130
932
2300
30-4
9 ta
hun
5515
921
5057
6012
,01,
132
330
2300
50-6
4 ta
hun
5515
919
0057
5311
,01,
128
528
2300
65-8
0 ta
hun
5415
915
5056
4311
,01,
125
222
1600
80+
tahu
n53
159
1425
5540
11,0
1,1
232
2015
00
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas56
Kel
ompo
k um
urB
B(k
g)T
B(c
m)
Ene
rgi
(kka
l)Pr
otei
n(g
)L
emak
(g)
Kar
bohi
drat
(g)
Sera
t (g)
Air
(m
L)
Tota
l n-
6n-
3H
amil
(+an
)Ti
mes
ter 1
+180
+20
+6+2
,0+0
,3+2
5+3
+300
Trim
este
r 2+3
00+2
0+1
0+2
,0+0
,3+4
0+4
+300
Trim
este
r 3+3
00+2
0+1
0+2
,0+0
,3+4
0+4
+300
Men
yusu
i (an
)6
bln
perta
ma
+330
+20
+11
+2,0
+0,2
+45
+5+8
006
bln
kedu
a+4
00+2
0+1
3+2
,0+0
,2+5
5+6
+650
*Nila
i med
ian
bera
t dan
ting
gi b
adan
ora
ng In
done
sia
deng
an s
tatu
s gi
zi n
orm
al b
erda
sark
an R
iset
Kes
ehat
an D
asar
(Ris
kesd
as) 2
007
dan
2010
. Ang
ka in
i dic
antu
mka
n ag
ar A
KG
dap
at d
ises
uaik
an d
enga
n ko
ndis
i ber
at d
an ti
nggi
bad
an k
elom
pok
yang
ber
sang
kuta
n
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 57
Lam
pira
n. 2
. Ang
ka K
ecuk
upan
Vita
min
yan
g D
ianj
urka
n un
tuk
Ora
ng
Indo
nesi
a (p
er o
rang
per
har
i)
Lam
pira
n Pe
rmen
kes N
omor
75
Tahu
n 20
13 te
ntan
g A
ngka
Kec
ukup
an G
izi.
Kel
ompo
k um
ur
Vita
min
A
(mcg
)a
Vita
min
D
(mcg
)
Vita
min
E
(mg)
Vita
min
K
(mcg
)
Vita
min
B
1(m
g)
Vita
min
B
2(m
g)
Vita
min
B
3(m
g)
Vita
min
B5
(Pan
tote
nat)
(m
g)
Vita
min
B
6(m
g)
Fola
t(m
cg)
Vita
min
B
12(m
cg)
Bio
tin(m
cg)
Kol
in(m
g)
Vita
min
C (m
g)
Bay
i/Ana
k
0 –
6 bu
lan
375
54
50,
30,
32
1,7
0,1
650,
45
125
40
7 –
11 b
ulan
400
55
100,
40,
44
1,8
0,3
800,
56
150
50
1-3
tahu
n40
015
615
0,6
0,7
62,
00,
516
00,
98
200
40
4-6
tahu
n45
015
720
0,8
1,0
92,
00,
620
01,
212
250
45
7-9
tahu
n50
015
725
0,9
1,1
103,
01,
030
01,
212
375
45
Lak
i-lak
i
10-1
2 ta
hun
600
1511
351,
11,
312
4,0
1,3
400
1,8
2037
550
13-1
5 ta
hun
600
1512
551,
21,
514
5,0
1,3
400
2,4
2555
075
16-1
8 ta
hun
600
1515
551,
31,
615
5,0
1,3
400
2,4
3055
090
19-2
9 ta
hun
600
1515
651,
41,
615
5,0
1,3
400
2,4
3055
090
30-4
9 ta
hun
600
1515
651,
31,
614
5,0
1,3
400
2,4
3055
090
50-6
4 ta
hun
600
1515
651,
21,
413
5,0
1,7
400
2,4
3055
090
65-8
0 ta
hun
600
2015
651,
01,
110
5,0
1,7
400
2,4
3055
090
80+
tahu
n60
020
1565
0.8
0,9
85,
01,
740
02,
430
550
90
Pere
mpu
an
10-1
2 ta
hun
600
1511
351,
01,
211
4,0
1,2
400
1,8
2037
550
13-1
5 ta
hun
600
1515
551,
11,
312
5,0
1,2
400
2,4
2540
065
16-1
8 ta
hun
600
1515
551,
11,
312
5,0
1,2
400
2,4
3042
575
19-2
9 ta
hun
500
1515
551,
11,
412
5,0
1,3
400
2,4
3042
575
30-4
9 ta
hun
500
1515
551,
11,
312
5,0
1,3
400
2,4
3042
575
50-6
4 ta
hun
500
1515
551.
01,
110
5,0
1,5
400
2,4
3042
575
65-8
0 ta
hun
500
2015
550,
80,
99
5,0
1,5
400
2,4
3042
575
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas58
Kel
ompo
k um
ur
Vita
min
A
(mcg
)a
Vita
min
D
(mcg
)
Vita
min
E
(mg)
Vita
min
K
(mcg
)
Vita
min
B
1(m
g)
Vita
min
B
2(m
g)
Vita
min
B
3(m
g)
Vita
min
B5
(Pan
tote
nat)
(m
g)
Vita
min
B
6(m
g)
Fola
t(m
cg)
Vita
min
B
12(m
cg)
Bio
tin(m
cg)
Kol
in(m
g)
Vita
min
C (m
g)
80+
tahu
n50
020
1555
0,7
0,9
85,
01,
540
02,
430
425
75
Ham
il (+
an)
Tim
este
r 1+3
00+0
+0+0
+0,3
+0,3
+4+1
,0+0
,4+2
00+0
,2+0
+25
+10
Trim
este
r 2+3
00+0
+0+0
+0,3
+0,3
+4+1
,0+0
,4+2
00+0
,2+0
+25
+10
Trim
este
r 3+3
50+0
+0+0
+0,3
+0,3
+4+1
,0+0
,4+2
00+0
,2+0
+25
+10
Men
yusu
i (+a
n)
6 bl
n pe
rtam
a+3
50+0
+4+0
+0,3
+0,4
+3+2
,0+0
,5+1
00+0
,4+5
+75
+25
6 bl
n ke
dua
+350
+0+4
+0+0
,3+0
,4+3
+2,0
+0,5
+100
+0,4
+5+7
5+2
5
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 59
Lam
pira
n 3.
Ang
ka K
ecuk
upan
Min
eral
yan
g D
ianj
urka
n un
tuk
Ora
ng In
done
sia
(per
ora
ng p
er h
ari)
Lam
pira
n Pe
rmen
kes N
omor
75
Tahu
n 20
13 te
ntan
g A
ngka
Kec
ukup
an G
izi.
Kel
ompo
k um
urK
alsi
um(m
g)
Fosf
or(m
g)M
agne
sium
(mg)
Nat
rium
(mg)
Kal
ium
(mg)
Man
gan
(mg)
Tem
baga
(mcg
)K
rom
ium
(mcg
)B
esi
(mg)
Iodi
um
(mcg
)Se
ng(m
g)Se
leni
um(m
cg)
Fluo
r(m
g)
Bay
i/Ana
k0
– 6
bula
n20
010
030
120
500
-20
0-
-90
-5
-7
– 11
bul
an25
025
055
200
700
0,6
220
67
120
310
0.4
1-3
tahu
n65
050
060
1000
3000
1,2
340
118
120
417
0.6
4-6
tahu
n10
0050
095
1200
3800
1,5
440
159
120
520
0.9
7-9
tahu
n10
0050
012
012
0045
001,
757
020
1012
011
201.
2L
aki-l
aki
10-1
2 ta
hun
1200
1200
150
1500
4500
1,9
700
2513
120
1420
1.7
13-1
5 ta
hun
1200
1200
200
1500
4700
2,2
800
3019
150
1830
2.4
16-1
8 ta
hun
1200
1200
250
1500
4700
2,3
890
3515
150
1730
2.7
19-2
9 ta
hun
1100
700
350
1500
4700
2,3
900
3513
150
1330
3.0
30-4
9 ta
hun
1000
700
350
1500
4700
2,3
900
3513
150
1330
3.1
50-6
4 ta
hun
1000
700
350
1300
4700
2,3
900
3013
150
1330
3.1
65-8
0 ta
hun
1000
700
350
1200
4700
2,3
900
3013
150
1330
3.1
80+
tahu
n10
0070
035
012
0047
002,
390
030
1315
013
303.
1Pe
rem
puan
10-1
2 ta
hun
1200
1200
155
1500
4500
1,6
700
2120
120
1320
1.9
13-1
5 ta
hun
1200
1200
200
1500
4500
1,6
800
2226
150
1630
2.4
16-1
8 ta
hun
1200
1200
220
1500
4700
1,6
890
2426
150
1430
2.5
19-2
9 ta
hun
1100
700
310
1500
4700
1,8
900
2526
150
1030
2.5
30-4
9 ta
hun
1000
700
320
1500
4700
1,8
900
2526
150
1030
2.7
50-6
4 ta
hun
1000
700
320
1300
4700
1,8
900
2012
150
1030
2.7
65-8
0 ta
hun
1000
700
320
1200
4700
1,8
900
2012
150
1030
2.7
80+
tahu
n10
0070
032
012
0047
001,
890
020
1215
010
302.
7
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas60
Kel
ompo
k um
urK
alsi
um(m
g)
Fosf
or(m
g)M
agne
sium
(mg)
Nat
rium
(mg)
Kal
ium
(mg)
Man
gan
(mg)
Tem
baga
(mcg
)K
rom
ium
(mcg
)B
esi
(mg)
Iodi
um
(mcg
)Se
ng(m
g)Se
leni
um(m
cg)
Fluo
r(m
g)
Ham
il (+
an)
Tim
este
r 1+2
00+0
+40
+0+0
+0
,2+1
00+5
+0+7
0+2
+5+0
Trim
este
r 2+2
00+0
+40
+0+0
+0,2
+100
+5+9
+70
+4+5
+0Tr
imes
ter 3
+200
+0+4
0+0
+0+0
,2+1
00+5
+13
+70
+10
+5+0
Men
yusu
i (+a
n)6
bln
perta
ma
+200
+0+0
+0+4
00+0
,8+4
00+2
0+6
+100
+5+1
0+0
6 bl
n ke
dua
+200
+0+0
+0+4
00+0
,8+4
00+2
0+8
+100
+5+1
0+0
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 61
Lampiran 4. Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak (0-60 bulan Berdasarkan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
Indeks Kategori Status Gizi Ambang BatasZ-Score
BB/U Gizi Buruk < -3SDGizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SDGizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SDGizi Lebih >2 SD
TB/U Sangat Pendek < -3 SDPendek -3 SD sampai dengan < -2SDNormal -2 SD sampai dengan 2 SDTinggi >-2 SD
BB/TB atau BB/PB Sangat kurus < -3SDKurus -3 SD sampai dengan < -2SDNormal -2 SD sampai dengan 2 SDGemuk >2 SD
Sumber : Kepmenkes 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Anak
Lampiran 5. Klasifikasi Status Gizi Pada Anak Berdasarkan LiLA
LiLA Klasifikasi> 12,5 cm Normal
≤ 11,5 cm sd 12,5 cm Gizi Kurang< 11,5 cm Gizi Buruk
Sumber: Buku II, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk, 2013.
Lampiran 6. Penilaian Indeks Masa Tubuh (IMT) Menggunakan Batas Ambang
IMT Kategori
< 17,0 Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat)
17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 27,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber : Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas62
Lampiran 7. Lingkar Kepala
Perkembangan Normal ukuran lingkar kepala bayi
1. Pada bayi baru lahir (0 bulan) : ukuran lingkar kepala normal adalah 34 – 35 cm.2. Pada bayi usia 0 – 3 bulan : akan terjadi penambahan ukuran lingkar kepala sebesar
2 cm per bulannya3. Pada bayi usia 4 – 6 bulan : akan bertambah 1 cm per bulannya4. Pada bayi usia 6 – 12 bulan : ukuran lingkar kepala akan bertambah 0,5 cm per
bulan5. Pada bayi usia 12 – 24 bulan (1 – 2 tahun) : ukuran lingkar kepala akan bertambah
2 cm per tahun
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 63
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas64
Lampiran 8. Formulir Skrining Gizi, Malnutrition Screening Tools (MST)
Parameter Score
Apakah akhir-akhir ini pasien mengalami penurunan BB yang tidak dikehendaki?
Tidak 0 Ya / tidak yakin 2Jika Ya, berapa banyak penurunan BB (kg) yang hilang?
1-5 1 6-10 2 11-15 3 >15 4 tidak yakin 2Apakah asupan makan pasien sulit dikarenakan penurunan nafsu makan? Tidak 0 Ya 1 Total Score Skore 2 atau lebih = pasien beresiko malnutrisi
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 65
Lampiran 9. Formulir Asuhan Gizi
1. FORMULIR ASUHAN GIZI (DEWASA)
Nama Pasien : Jenis Kelamin : Umur : No. Rekam Medik
Diagnosis Medis :
PENGKAJIAN GIZIAntropometriBB : kg TB : cm IMT : kg/m² Tinggi Lutut : cm LLA : cm Biokimia Klinik/Fisik Riwayat Gizi
Pola Makan : Asupan gizi : Riwayat Personal
DIAGNOSA GIZI/MASALAH
INTERVENSI GIZI
RENCANA MONITORING DAN EVALUASIPerkembangan data antropometri, perkembangan data laboratorium yag terkait gizi, perkembangan fisik/klinis, perkembangan asupan makan, perkembangan perubahan perilaku dan sikapPerkembangan diagnosis gizi
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas66
2. FORMULIR ASUHAN GIZI (ANAK)1. FORMULIR ASUHAN GIZI ANAK
Nama : Umur: Nama Orang Tua:
Diagnosa Medis : ASESMEN GIZI
Antropometri Umur : th bl BB : kg BB/U : % TB : cm TB/U : % LLA : cm BB/TB : % LK : cm LLA/U : % BB Ideal : kg Biokimia Klinik/Fisik Riwayat Gizi Alergi Makanan : Ya Tidak *Telur *Susu sapi&produk turunannya *Kacang kedelai/tanah *Gluten/gandum Pola Makan Total Asupan
Zat Gizi Nilai Kebutuhan % Perhitungan Kebuthan
Energi : Energi (kkal) Protein :
Cairan : Protein (g)
Riwayat Personal
DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI GIZI
MONITORING DAN EVALUASI Tanda Tangan,
(…………………………………………….)
Tenaga Gizi Puskesmas
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 67
Lampiran 10. Formulir Evaluasi Asuhan Gizi
FORMULIR EVALUASI ASUHAN GIZI
Nama Pasien : Jenis Kelamin : Umur : No. Rekam Medik :
Diagnosis medis :
Hari/Tanggal
Evaluasi
Perkembangan Antropometri1. Perkembangan fisik/klinis2. Perkembangan
Data laboratorium3. Perkembangan asupan makan4. Perkembangan diagnosis gizi
Nama/paraf
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas68
Lampiran 11. Formulir Food Frequency (FFQ)
INSTALASI GIZI POLIKLINIK GIZI KLINIK RSNo. Rekam Medik RIWAYAT GIZI Tanggal
NamaJenis L/P Umur Th. TB
cm Berat Badan
KgIdeal
Kg
Agama PENDIDIKAN Pekerjaan Aktivitas Daerah asalTK SD SMP SMA PT
Dokter yang mengirim DiagnosisDietPemeriksaan Lab./Klinik penting Pengobatan Penting
KETERANGAN TENTANG MAKANANDiet sebelumnyaAlergi terhadap makanan/Pantangan/Suka/tidak sukaKeterangan lain
POLA MAKANAN (Beri tanda x pada jawaban yang benar)
Lebih 1x sehari
1 x sehari
3-6 x seminggu
1-2 x seminggu
Kurang 1 x sem
inggu
Tak pernah
Lebih 1x sehari
1 x sehari
3-6 x seminggu
1-2 x seminggu
Kurang 1 x sem
inggu
Tak pernah
Beras Sayuran/tomat/wortelJagung Sayuran lainMie PisangRoti PepayaBiskuit/kue JerukKentang Buah segar lainSingkong Buah diawetUbi rambat Susu segarTempe Susu kental manisTahu Susu kental tak manisOncom Susu tepung wholeKacang kering Susu tepung skimAyam KejuDaging Minyak/goreng-gorenganDaging diawet Kelapa/santanHati/Limpa/Otak/Usus/Paru2 Margarin/mentegaTelor ayam/bebek Teh ManisIkan basah Kopi ManisIkan kering SiropUdang basah Minuman botol ringanSayuran hijau daun Minuman alkohol
Sayuran kacang-kacangan Dll (bisa diisi sesuai kebutuhan)
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 69
Lampiran 12. Formulir Hidangan Sehari (Recall 24 Jam) Sebelum Sakit Sebelum Dirawat
Makan pagi BanyakSelingan Pagi
Banyakgr URT gr URT
Makan Siang BanyakSelingan Sore
Banyakgr URT gr URT
Makan Malam BanyakSelingan Malam
Banyakgr URT gr URT
Kal Protgr
Lemakgr
KHgr
Cagr
Femg
Vit ASI
Vit B1mg
Vit Cmg
R a t a - r a t a sehariRDA*Sikap pasien terhadapdiet
Anjuran untuk memperbaiki kebiasaan makanan/menjalankan diet
Tanggal Dietisien Tanda tangan
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas70
Lampiran 13. Rekapitulasi Konseling Gizi Harian Pasien
Tanggal ……………………
NO JENIS KONSELING DIETJML
TOTALRajal Ranap1 DIET SEIMBANG
a. Makanan Sehat Balitab. Makanan Sehat Ibu Hamilc. Makanan sehat Ibu
Menyusuid. Makanan Sehat Lansia
2 DIABETES MELITUS3 RENDAH PROTEIN4 RENDAH LEMAK5 DM RP6 BAHAN MAKANAN PENUKAR7 RENDAH GARAM8 LAIN-LAIN
JUMLAH
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 71
Lampiran 14. Rekapitulasi Pasien Yang Mendapatkan Konseling Gizi per bulan
Bulan:
NO JENIS DIETPasien
TOTALRajal Ranap %
1 DIET SEIMBANG2 DIABETES MELITUS3 RENDAH PROTEIN4 RENDAH LEMAK5 DM RP
6 BAHAN MAKANAN PENUKAR
7 RENDAH GARAM8 DIET LAMBUNG9 Lain-lain JUMLAH
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas72
Lampiran 15. Langkah-Langkah Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
1. Kumpulkan data prasyarat 2. Buat garis untuk kolom pada buku tebal. Kolom lajur sebanyak jenis yang
digunakan, misalnya anak, dewasa, ibu meneteki. Kolom baris disesuaikan urutan harian menurut siklus menu yang dipakai. Misalnya hari ke 1, ke 2 dan seterusnya.
3. Perhitungkan kebutuhan bahan makanan satu persatu.4. Hitung frekuensi pemakaian satu jenis bahan makanan dalam satu siklus menu.
Untuk lebih jelasnya lihat format dibawah ini:
Format 1. Kebutuhan bahan makanan 1 siklus menu (5 hari) untuk 1 jenis bahan makanan
Hari ke Jenis PasienIbu Meneteki
(10 orang)Dewasa
(30 orang)Anak
(10 orang)Jumlah
I 500 gr. 1500 gr 500 gr 2500 grII - - - -III 500 gr. 1500 gr 500 gr 2500 grIV - - - -V - - - -
Keterangan:Perhitungan di atas menggunakan siklus menu 5 hari, standar porsi daging untuk makanan anak dewasa, ibu menyusui: 50 gram; jumlah pasien anak 10 anak. Jadi kebutuhan 1 jenis bahan makanan dalam 1 siklus 5 hari adalah 50 orang x 50 gram x 2 (penggunaan daging 2 kali dalam 1 putaran menu) = 5000 gram atau 5 kilogram daging.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 73
Lampiran 16. Formulir Perencanaan Makanan Pasien Rawat Inap
Tanggal :NO Makanan Satuan Jumlah Harga Total1 2 3 4 5 6 7
Mengetahui,( _________________ )
Tenaga Gizi Puskesmas
Lampiran 17. Formulir Permintaan Makanan Pasien Rawat Inap
Hari : …………………………… Tanggal : ……………………………
NO. JENIS MAKANAN PASIEN
1. Makanan Biasa
2. Makanan Khusus- Lunak- Diet
J U M L A H
………………………, ……… 200.. Mengetahui __________________________
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas74
Lampiran 18. Formulir Stok Bahan Makanan
Bahan :______________
NO Tanggal Barang masuk
Barang keluar Persediaan Keterangan
1 2 3 4 5 6 7
Lampiran 19.Contoh Langkah-langkah Penyusunan Anggaran Belanja
1. Ditetapkan standar kebutuhan gizi pasien menurut jenis pasien2. Ditetapkan standar kebutuhan bahan makanan dalam berat kotor dan bersih,
misalnya:◘ Berat kotor 1 buah pisang ambon : 100 g◘ Berat bersih 1 buah pisang ambon : 50 g◘ Berat kotor beras = berat bersih beras : 100 g◘ Khusus bumbu diperkirakan berdasarkan kebutuhan bumbu yang digunakan
dalam 1 hari pemasakan (misalnya: Rp 1.000 / orang/ hari).
3. Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar yang dijadikan standar dan buat harga rata-rata misalnya:◘ Harga pisang di pasar A : Rp 750◘ Harga pisang di pasar B : Rp 1000◘ Harga rata-rata pisang : Rp 875
4. Hitung indeks Harga Makanan per orang per hari seperti pada contoh tabel dibawah ini:
- Makanan anak < 5 tahun : Rp. 9.900 - Makanan anak > 5 tahun : Rp. 10.800 - Makanan Ibu Hamil : Rp. 10.700 - Makanan Ibu Menyusui dan Dewasa : Rp. 11.200
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 75
Tabel 1. Perhitungan Indeks Harga Makanan Per Orang Per hari Berdasarkan Kebutuhan Standar Bahan Makanan Anak < 5 Tahun Dengan Biaya ± Rp. 9.900.
No. Bahan makanan Banyaknya(gram)
Harga satuan(Rp/Kg)
Jumlah harga(Rp)
1 Beras 300 3.500 10502 Ikan 40 17.000 6803 Telur ayam 30 8.000 2404 Tempe 100 4.000 4005 Sayuran 200 4.000 8006 Buah papaya 200 3.500 7007 Minyak goreng 25 6.000 1508 Bumbu - - 10009 Susu 25 40.000 100010 Gula pasir 35 6.500 227,511 Pisang Ambon 100 8.750 87512 Buah Melon 150 3.500 52513 Kacang hijau 15 8.000 16014 Daging Sapi 40 50.000 2000
Jumlah = Rp 9.807,5Pembulatan = Rp 9.900
Tabel 2. Perhitungan Indeks Harga Makanan Per Orang Per hari Berdasarkan Kebutuhan Standar Bahan Makanan Anak > 5 Tahun dengan Biaya ± Rp. 10.800.
No. Bahan makanan Banyaknya(gram)
Harga satuan(Rp/Kg)
Jumlah harga(Rp)
1 Beras 400 3.500 14002 Ikan 40 17.000 6803 Telur ayam 30 8.000 2404 Tempe 100 4.000 4005 Sayuran 275 4.000 1.1006 Pisang kapok 90 8.000 7207 Buah papaya 200 3.500 7008 Minyak goreng 25 6.500 1509 Bumbu - - 100010 Gula pasir 30 6.500 19511 Susu 25 40.000 100013 Buah Melon 250 3.500 87514 Gula merah 20 6.500 13015 Kelapa 30 6.000 18016 Daging sapi 40 50.000 2000
Jumlah = Rp 10.770 Pembulatan = Rp 10.800
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas76
Tabel 3. Perhitungan Indeks Harga Makanan Per Orang Per hari Berdasarkan Kebutuhan Standar Bahan Makanan Ibu Hamil Dengan Biaya ± Rp. 10.700.
No. Bahan makanan Banyaknya(gram)
Harga satuan(Rp/Kg)
Jumlah harga(Rp)
1 Beras 450 3.500 1.5752 Ikan 40 17.000 6803 Daging sapi 40 50.000 20004 Telur ayam 30 8.000 2405 Tempe 100 4.000 4006 Sayuran 250 4.000 1.0007 Buah jeruk 200 6.000 1.2008 Buah pepaya 200 3.500 7009 Minyak goreng 25 6.500 15010 Bumbu - - 100011 Gula pasir 40 6.500 26012 Kacang hijau 20 8.000 16013 Gula merah 20 6.500 13014 Kelapa 30 6.000 18015 Susu 25 40.000 1.000
Jumlah = Rp 10.675Pembulatan = Rp 10.700,-
Tabel 4. Perhitungan Indeks Harga Makanan Per Orang Per hari Berdasarkan Kebutuhan Standar Bahan Makanan Ibu Menyusui dan Dewasa Dengan Biaya ± Rp.11.200.
No. Bahan makanan Banyaknya(gram)
Harga satuan(Rp/Kg)
Jumlah harga(Rp)
1 Beras 525 3.500 1.837,52 Ikan 40 17.000 6803 Daging sapi 40 50.000 2.0004 Telur ayam 30 8.000 2405 Tempe 100 4.000 4006 Sayuran 250 4.000 1.0007 Buah pepaya 200 3.500 7008 Minyak goreng 25 6.000 1509 Bumbu - - 1.00010 Susu 25 40.000 1.00011 Gula pasir 60 6.500 39012 Jeruk Manis 200 6.000 1.20013 Kacang hijau 20 8.000 16014 Gula merah 20 6.500 13015 Kelapa 45 6.000 270
Jumlah = Rp 11.157,5Pembulatan = Rp 11.200,-
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 77
Lampiran 20
Langkah-langkah dalam Perencanaan Menu 1. Tentukan terlebih dahulu macam menu yang diinginkan, menu standar atau menu
pilihan.2. Tetapkan siklus menu yang akan dipakai, siklus menu 3 hari, 5 hari, 7 hari atau 10
hari.3. Jangka waktu yang lebih lama akan lebih baik karena mencegah terjadinya
pengulangan menu dalam waktu dekat.4. Tetapkan putaran menu yang telah disusun 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun.5. Tetapkan jenis bahan makanan yang akan digunakan dalam satu siklus menu dan
tentukan frekuensi pemakaiannya.6. Tetapkan pedoman menu.
Contoh pedoman menuSayur bening untuk 10 orang terdiri dari:üBayam 5 ikatüJagung 5 buahüBawang merah 5 siungüTemu kunci 1 ruas jariüDaun salam 2 lembarüGaram dan gula secukupnya
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas78
Lampiran 21. Laporan Harian Penerimaan dan Penggunaan Bahan Makanan
HARI : ..............................................
TANGGAL : ..............................................
No. Nama Makanan Satuan Harga
SatuanDiterima Digunakan SisaJml Biaya Pasien Jml Biaya
Jumlah
Jakarta, ...........................200.....
Penanggung Jawab
________________
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 79
Lampiran 22. Laporan Biaya Makan Orang Per Hari
BULAN : ..............................................
TGL JUMLAH PASIEN JUMLAH BIAYA BIAYA OR/HR
Jumlah
Jakarta, ............................200.....
Penanggung Jawab
________________
Lampiran 23. Contoh Format Buku Register
Hari/Tanggal: ..............................
No Nama Almt Pekerjaan L/P Umur BB TB IMT LiLa LabDiagnosa
GiziJenis Diet
1234
Dst
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas80
Lampiran 24. Standar Makanan Bagi Pasien
A. Standar Makanan Biasa
BAHAN MAKANAN SATUAN JML
PEMBAGIAN MAKANAN SEHARIPAGI 10.00 SIANG 16.00 MALAM
NasiTelurDaging sapi giling/ ayam/ikan filletTempe/tahu/bihunKacang hijauSayuranBuahGula pasirMinyakSantan kelapaSusu full cream
grgrgr
grgrgrgrgrgrgrgr
45050100
1002515030040305020
10050-
--
50-
1510-
20
---
-25--
15-
50-
200-
50
50-
50100
-10--
---
---
10010---
150-
50
50-
50100
-10--
NILAI GIZI ;EnergiProteinLemakKarbohidratVitamin AThiaminVitamin CKalsium FeFosforKalori dari proteinKalori dari lemakKalori dari KH
KalorigrgrgrREmgmgmgmgmg%%%
210077,599256
288511,6118561117,2940133057
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 81
B. Standar Makanan Lunak
BAHAN MAKANAN SATUAN JML
PEMBAGIAN MAKANAN SEHARIPAGI 10.00 SIANG 16.00 MALAM 21.00
Bubur nasiTelur ayamDaging sapi giling/ ayam/ikan filletTempe/tahu/bihunKacang hijauSayuranBuahGula pasirMinyakSantan kelapaSusu full cream
grgrgrgrgrgrgrgrgrgrgrgr
80050100
1002515030060205040
20050-
--
50-
155-
20
---
-25--
20-
50-
300-
50
50-
50100
-10--
---
---
10010---
300-
50
50-
50100
-5--
--------
15--
20
NILAI GIZI ;EnergiProteinLemakKarbohidratVitamin AThiaminVitamin CKalsium FeFosforKalori dari proteinKalori dari lemakKalori dari KH
KalorigrgrgrREmgmgmgmgmg%%%
181674,571221
119121,13359103228.11422172954
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas82
C. Standar Makanan Saring
BAHAN MAKANAN SATUAN JML
PEMBAGIAN MAKANAN SEHARIPAGI 10.00 SIANG 16.00 MALAM 21.00
Tepung beras/ havermouthTelur ayamSaribuahMaezenaBiskuitGula pasirGula arenSantan kelapaSusu full creamKacang hijau
gr
grgrgrgrgrgrgrgrgr
100
150400152540451506020
30
50100
---
155020-
-
-10015-
15----
40
50100
---
1550--
-
----
15--
2020
30
50100
---
1550--
-
---
2510--
20-
NILAI GIZI ;EnergiProteinLemakKarbohidratVitamin AThiaminVitamin CKalsium FeFosforKalori dari proteinKalori dari lemakKalori dari KH
KalorigrgrgrREmgmgmgmgmg%%%
184553,655,229034330,8326286213.1
1058112762
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 83
Lampiran 25. Contoh Standar Menu Sehari
Tabel 1. Pola Pembagian Makanan Sehari untuk Ibu Menyusui dan Dewasa (2400 Kalori/ 67 g Protein)
Waktu Menu Berat (g)Ukuran RumahTangga (URT)
Pagi (07.00 wib) - Nasi 125 ¾ gelas- Lauk hewani 30 ½ butir- Sayur 50 ½ mangkok- Minyak goreng- Susu
525
½ sdm5 sdm
-Gula Pasir 20 2 sdm-Kacang hijau 20 2 sdm
Snack (10.00 wib) -Gula Merah 20 2 sdm-Kelapa 15 1 ptg kecil
Siang (12.00 wib) - Nasi 200 1 ⅓ gelas- Lauk hewani 40 1 potong sedang- Lauk nabati 50 1 potong sedang- Sayur 100 1 mangkok- Buah 100 1 potong sedang- Minyak- Kelapa
1015
1 sdm1 potong kecil
Snack (16.00 wib) - papaya 200 1 potong sedang- gula pasir 20 2 sdm
Malam ( 19.00 wib) - Nasi 200 1 ⅓ gelas- Lauk hewani 40 1 potong sedang- Lauk nabati 50 1 potong sedang- Sayur 100 1 mangkok- Buah 100 1 buah sedang- Minyak 10 1 sdm- Kelapa 15 1 potong kecil
Tabel 2. Pola Pembagian Makanan Sehari untuk Ibu Hamil (2100 Kalori/ 67 g Protein)
Waktu Menu Berat (g)Ukuran RumahTangga (URT)
Pagi - Nasi 100 ¾ gelas- Lauk hewani 30 ½ potong sedang- Sayur 50 ½ mangkok- Minyak goreng- Susu
525
½ sdm5 sdm
-Gula Pasir 20 2 sdm-Kacang hijau 20 2 sdm
Snack (10.00 wib) -Gula Merah 20 2 sdm-Kelapa 15 1 ptg kecil
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas84
Waktu Menu Berat (g)Ukuran RumahTangga (URT)
Siang - Nasi 200 1 ½ gelas- Lauk hewani 40 1 potong sedang- Lauk nabati 50 1 potong sedang- Sayur 100 1 mangkok- Buah 100 1 potong sedang- Minyak- Kelapa
1015
1 sdm1 ptg kecil
Snack (16.00 wib) - papaya 200 1 potong sedang- gula pasir 20 2 sdm
Malam - Nasi 150 1 ⅓ gelas - Lauk hewani 40 1 potong sedang- Lauk nabati 50 1 potong sedang- Sayur 100 1 mangkok- Buah 100 1 buah sedang- Minyak 10 1 sdm
Tabel 3. Pola Pembagian Makanan Sehari untuk Anak > 5 tahun (2100 Kalori/ 52 g Protein)
Waktu Menu Berat (g)Ukuran RumahTangga (URT)
Pagi - Nasi 100 ¾ gelas- Lauk hewani 30 ½ butir- Sayur 75 ½ mangkok- Minyak goreng- Susu- Gula Pasir
52520
½ sdm 5 sdm 2 sdm
-Pisang kepok 90 1 buah sdgSnack (10.00 wib) -Gula Merah 20 2 sdm
-Kelapa 15 1 ptg kecil
Siang - Nasi 150 1 ⅓ gelas - Lauk hewani 40 1 potong sedang- Lauk nabati 50 1 potong sedang- Sayur 100 1 mangkok- Buah 100 1 potong sedang- Minyak- Kelapa
1015
1 sdm1 ptg kecil
Snack (16.00 wib) - papaya 200 1 potong sedang- gula pasir 20 2 sdm
Malam - Nasi 150 1 ⅓ gelas - Lauk hewani 40 1 potong sedang- Lauk nabati 50 1 potong sedang
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 85
Waktu Menu Berat (g)Ukuran RumahTangga (URT)
- Sayur 100 1 mangkok- Buah 100 1 buah sedang- Minyak 10 1 sdm
Tabel 4. Pola Pembagian Makanan Sehari untuk Anak < 5 tahun (1300 Kalori/ 34 g
Protein)
Waktu Menu Berat (g)Ukuran RumahTangga (URT)
Pagi - Nasi 75 ¾ gelas- Lauk hewani 30 ½ potong sedang- Sayur 50 ½ mangkok- Minyak goreng- Susu- Gula Pasir
52515
½ sdm4 sdm
5 2 sdm
-Kacang hijau 15 1½ sdmSnack (10.00 wib) -Gula pasir 10 1 sdm
Siang - Nasi 75 ¾ gelas - Lauk hewani 40 1 potong sedang- Lauk nabati 25 1 potong kecil- Sayur 50 ½ mangkok - Buah 125 1 potong sedang- Minyak 10 1 sdm
Snack (16.00 wib) - papaya 200 1 potong sedang- gula pasir 20 2 sdm
Malam - Nasi 150 ¾ gelas - Lauk hewani 40 1 potong sedang- Lauk nabati 50 1 potong sedang- Sayur 100 ½ mangkok - Buah 100 1 buah sedang- Minyak 10 1 sdm
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas86
Lampiran 26. Contoh Siklus Menu 7 hari
Tabel 1. Siklus Menu 7 Hari untuk Ibu Menyusui dan Dewasa
Waktu Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
Pagi - Nasi - Nasi - Nasi goreng komplit (abon, dadar telur,
ketimun)
- Nasi - Nasi - Nasi Uduk komplit (kering tempe, perkedel, emping )
- Nasi
- daging bb kuning
- Telur dadar bumbu kemiri
- Susu - Ungkep ati ayam
- Belado Telur ceplok
- Dadar telur sayuran (bayam+ wortel)
- Tumis kacang panjang
- Tumis Labu siam
- Tumis Sawi Asin + tahu
- Tumis Buncis
- Tumis
tauge+kucai
- Susu - Susu - Susu - Susu - Susu - Susu
Jam 10.00
Bubur kacang hijau
Kue pisang Teh manis
Pastel sayuran Teh manis
Kue Cucur Teh manis
Bolu Kukus Teh manis
Risoles sayuranTeh manis
Puding LapisSaus strawbery
Siang - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi- Telur ceplok bb.bali
- Pepes Ikan Tenggiri
- Pesmol ikan Kembung
- Sambal goreng telur puyuh
- Ayam goreng Bb Lengkuas
- Pepes Teri Basah
- Rempeyek Udang
- Mie Goreng
- Tahu bandung goreng
- Bakwan Jagung
- Tempe bacem
- Bakwan Sayuran
- Tahu bumbu rujak
- Perkedel tahu
- Cap cay kuah
- Asem-asem Buncis
- Sayur Asem - Bobor Bayam
- Gulai daun Singkong
- Bening d.katuk
- Urap sayuran
- Melon - Pepaya - Semangka - Nenas - Melon - Semangka - Jeruk Medan
Jam 16.00
Puding CoklatSaus vanilli
Bubur Sagu Mutiara
Kolak Pisang + kolang kaling
Talam Ebi Teh manis
LemperTeh manis
Bubur biji salak
Juice Pepaya
Malam - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi- Semur ati ampela
- Ayam panggang bumbu rujak
- Telur Asin
- Empal Daging
- Ikan Cue goreng tepung
- Rendang daging
- Sambal goreng hati + kentang
- Kering Tempe
- Sup makaroni + wortel
- Perkedel Kentang
- Tahu isi sayuran
- Bihun Goreng
- Tempe Mendoan
- Tempe Goreng
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 87
Waktu Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
- Tumis bayam
- Ca Oyong + Tauge kedele
- Soto Ayam (ayam suwir, soun tauge,kol)
- Sayur Lodeh
- Acar kuning Matang
- Gulai Nangka
- Sup Sayuran
- Pisang ambon
- Jeruk Medan
- Pisang Raja Barangan
- Pepaya - Jeruk Pontianak
- Pisang Barangan
- Nanas
Tabel 2. Siklus Menu 7 Hari untuk Anak Usia > 5 tahun
Waktu Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
Pagi - Nasi - Nasi - Nasi goreng komplit (abon,dadar telur,
ketimun )
- Nasi - Nasi - Nasi Uduk komplit kering tempe, perkedel, emping )
- Nasi
- daging bb kuning
- Telur dadar Bumbu
kemiri
- Susu - Ungkep ati ayam
- Telur ceplok
bumbu kuning
- Dadar telur sayuran (bayam+ wortel)
- Tumis kacang
panjang
- Tumis Labu siam
- Tumis Sawi Asin +
tahu
- Tumis Buncis
- Tumis tauge+kucai
- Susu - Susu - Susu - Susu - Susu - Susu
Jam 10.00
Buburkacanghijau
Kue pisang Teh manis
Pastel sayuran
Teh manis
Kue Cucur Teh manis
Bolu Kukus Teh manis
Risoles sayuran
Teh manis
Puding LapisSausstrawbery
Siang - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi- Telur
ceplok bb.tomat
- Pepes Ikan Tenggiri
- Ikan kembung
Goreng
- Telur puyuh
Bumbu tomat
- Ayam goreng
BB Lengkuas
- Pepes Teri basah
- Rempeyek Udang
- Mie Goreng
- Tahu bandung
goreng
- Bakwan Jagung
- Tempe bacem
- Bakwan Sayuran
- Tahu bumbu
tomat
- Perkedel tahu
- Cap cay
kuah- Asem-asem Buncis
- Sayur Asem - Bobor Bayam
- Gulai daun Singkong
- Bening d.katuk
- Urap sayuran
- Melon - Pepaya - Semangka - Nenas - Melon - Semangka - Jeruk Medan
Jam 16.00
PudingCoklatSaus vanilli
Bubur Sagu Mutiara
Kolak Pisang + kolang- kaling
Talam Ebi Teh manis
LemperTeh manis
Bubur biji salak
Juice Pepaya
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas88
Waktu Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
Malam - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi- Semur ati ampela
- Ayam Panggang bumbu
kuning
- Telur Asin
- Empal Daging
- Ikan Cue goreng
tepung
- daging panggang bumbu opor
- Sambal goreng
hati + kentang
- Kering tempe
- Sup makaroni
+ wortel
- Perkedel Kentang
- Tahu isi sayuran
- Bihun Goreng
- Tempe Mendoan
- Tempe Goreng
- Tumis Bayam
- Ca Oyong + tauge
kedele
- Soto Ayam (ayam
suwir, soun,tauge, kol)
- Sayur Lodeh
- Acar kuning
Matang
- Tumis
Kangkung
- Sup Sayuran
- Pisang ambon
- Jeruk Medan
- Pisang Raja Barangan
- Pepaya - Jeruk Pontianak
- Pisang Barangan
- Nanas
Tabel 3. Siklus Menu 7 Hari untuk Anak Usia < 5 tahun
Waktu Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
Pagi - Nasi - Nasi -Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi
- daging cincang bb. Kuning
- Telur dadar
- Semur bola-bola ayam
- Ungkep ati ayam
- Telur ceplok
bumbu kuning
- Tim ikan tenggiri
- Dadar telur sayuran (bayam+ wortel)
- Tumis kacang
panjang
- Tumis Labu
siam
- Sup oyong +soun
- Orak-arik wortel
- Tumis Buncis
- Tumis bayam
- Tumis tauge+kucai
- Susu - Susu - Susu - Susu - Susu - Susu - Susu
Jam 10.00
Bubur kacang hijau
Kue pisang Teh manis
Puding buah Saus strawberry
Bolu Kukus Teh manis
Kue Hunkwe Teh manis
BiskuitTeh manis
Puding LapisSausstrawbery
Siang - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi- Telur
ceplok bb.tomat
- Pepes Ikan Tenggiri
- Ikan kembung
Goreng
- Telur puyuh
Bumbu tomat
- Ca..ayam
- Pepes Teri Basah
- Rempeyek Udang
- Mie Goreng
- Tumis Tahu bandung
- Bakwan Jagung
- Tempe bacem
- Bakwan Sayuran
- Tahu bumbu
tomat
- Perkedel tahu
- Cap cay
kuah- Tumis
Bayam- Tumis tauge +wortel
- Bobor Bayam
- Tumis kacang.
panjang
- - Tumis Labu siam
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 89
Waktu Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
- Melon - Pepaya - Semangka - Nenas - Melon - Semangka - Pepaya
Jam 16.00
PudingCoklatSaus vanilli
Bubur SaguMutiara
Kolak Pisang+ kolangKaling
Talam Ebi Teh manis
Bubur saguambon
Puding roti + Saus vanili
Roti UnyilTeh manis
Malam - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi - Nasi- Semur Ati
ampela
- Ayam Panggang bumbu
kuning
- Telur Asin
- Daging cincang
bb.tomat
- Tim ikan bumbu
jahe
- daging cincang
bumbu opor
- Telur puyuh bumbu tomat
- Tumis Tempe
- Sup makaroni
+ wortel
- Perkedel kentang
- Tumis tahu - Bihun Goreng
- Tempe Mendoan
- Tempe Goreng
- Tumis Bayam
- Ca Oyong +
tauge kedele
- Soto Ayam (ayam
suwir, soun,
tauge,kol)
- Sayur Lodeh
- Acar kuning
matang
- Tumis
Kangkung
- Sup Sayuran
- Pisang ambon
- Jeruk Medan
- Pisang Raja
- Pepaya - Jeruk Pontianak
- Pisang Barangan
- Melon
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas90
Lampiran 27. Standar Minimal Kebutuhan Peralatan Dapur
A. Peralatan dapur:1. Peralatan besar
a. Tungku / kompor h. Lemari pendinginb. Ketel nasi i. Rakc. Panci besar j. Bak cucid. Penggorengan k. Meja persiapane. Oven dan bakaran sate l. Kereta dorongf. Kukusan m. Timbangan 2 kgg. Meja kerja n. Lemari penyimpan makanan
2 Peralatan kecil:a. Pisau dapur j. Piring buah datarb. Sendok sayur k. Piring kuec. Parutan l. Cangkir bertutupd. Sodet m. Tutup dan tatakan gelase. Pembuka botol / kaleng n. Dandang/alat kukusf. Sendok dan garpu o. Pancig. Piring makan p. Saringan kelapah. Gelas minum q. Penggorengani. Mangkuk sayur r. Wajan datar
B. Peralatan kebersihan dan pencucian alat:a. Bak cucib. Kran airc. Pompa aird. Tempat sampah bertutupe. Sapu dan sikat
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 91
Contoh Menu SeimbangUmur 6-9 Tahun
Nilai Gizi :Energi = 1870, 5 kkalProtein = 67 gram (14 %)Lemak = 61,8 gram (28 %)Karbohidrat = 276, 1 gram (58 %)
PEMBAGIAN MAKAN SEHARI :
Waktu Bahan Makanan Berat (gram) Ukuran Rumah Tangga (URT)PAGI Nasi 100 ¾ gelas
Lauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 25 1 potong kecilSayur 100 1 mangkokMinyak 5 ½ sdmGula Pasir 10 1 sdm
10.00 Buah 150 1 ½ potongSnack 1 porsi 1 porsi
SIANG Nasi 100 ¾ gelasLauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 50 2 potong kecilSayur 150 1 ½ mangkokMinyak 10 1 sdmBuah 150 1 ½ potong
16.00 Buah 150 1 ½ potongSnack 1 porsi 1 porsi
MALAM Nasi 100 ¾ gelasLauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 25 1 potong kecilSayur 150 1 ½ mangkokMinyak 5 ½ sdmBuah 150 1 ½ potong
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas92
Contoh Menu Seimbang 1900 kkal :
PAGI : - Nasi Putih- Ayam Bb. Smoor - Tahu panggang isi wortel +daging gil. - Tumis Buncis - juice papaya + jeruk
10.00 : - Pisang raja- Talas kukus + kelapa ½ muda
SIANG : - Nasi Putih- Ayam Goreng tepung- Perkedel panggang- Gado-gado- Nenas
16.00 : - Semangka- Pisang rebus
MALAM : - Nasi Putih- Sambal Goreng Telur Puyuh + Tahu- Lalapan : Wortel dan Labu Siam kcl- Jeruk
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 93
Contoh Menu Seimbang Umur 10 - 12 Tahun
Nilai Gizi :Energi = 2000 kkalProtein = 69,4 gram (14 %)Lemak = 61,9 gram (26 %)Karbohidrat = 304,7 gram (60 %)
PEMBAGIAN MAKAN SEHARI :
Waktu Bahan Makanan Berat (gram) Ukuran Rumah Tangga (URT)PAGI Nasi 100 ¾ gelas
Lauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 25 1 potong kecilSayur 100 1 mangkokMinyak 5 ½ sdmGula Pasir 10 1 sdm
10.00 Buah 150 1 ½ potongSnack 1 porsi 1 porsi
SIANG Nasi 150 1 gelasLauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 50 2 potong kecilSayur 150 1 ½ mangkokMinyak 10 1 sdmBuah 150 1 ½ potong
16.00 Buah 150 1 ½ potongSnack 1 porsi 1 porsi
MALAM Nasi 150 1 gelasLauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 25 1 potong kecilSayur 150 1 ½ mangkokMinyak 5 ½ sdmBuah 150 1 ½ potong
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas94
Contoh Menu Seimbang2000 kkal
PAGI : - Lontong- Ayam panggang Bb. kecap- Sambal Goreng Labu Siam + Tahu - Teh Manis
10.00 : - Jeruk- Kue pisang
SIANG : - Nasi Putih- Pepes teri- Tahu schootel - Gulai Kacang panjang- Jus sirsak
16.00 : - Slada Buah
MALAM : - Nasi Putih- Empal gepuk- Pangsit goreng isi tahu- Tumis sawi Hijau + tahu- pisang emas
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 95
Contoh Menu Seimbang Umur 13 - 15 tahun
Nilai Gizi :Energi = 2381,1 kkalProtein = 82,5 gram (14 %)Lemak = 76,1 gram (27 %)Karbohidrat = 356,1 gram (59 %)
PEMBAGIAN MAKAN SEHARI :
Waktu Bahan Makanan Berat (gram) Ukuran Rumah Tangga (URT)PAGI Nasi 150 1 gelas
Lauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 50 2 potong kecilSayur 100 1 mangkokMinyak 10 1 sdmGula Pasir 10 1 sdm
10.00 Buah 150 1 ½ potongSnack 1 porsi 1 porsi
SIANG Nasi 200 1 ½ gelasLauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 50 2 potong kecilSayur 150 1 ½ mangkokMinyak 10 1 sdmBuah 150 1 ½ potong
16.00 Buah 150 1 ½ potongSnack 1 porsi 1 porsi
MALAM Nasi 200 1 ½ gelasLauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 50 2 potong kecilSayur 150 1 ½ mangkokMinyak 10 1 sdmBuah 150 1 ½ potong
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas96
CONTOH MENU 2400 kkal :
PAGI : - Nasi Uduk- Ayam Goreng Bumbu Lengkuas- Tempe Bacem- Lalapan Timun + wortel- Teh Manis
10.00 : - Semangka- Pisang goreng
SIANG : - Nasi Putih- Ikan Bakar Bumbu Rujak- Pepes tahu- Tumis Taoge + Tahu
16.00 : - Jeruk- Getuk Ubi
MALAM :- Nasi Putih- Ikan balita goreng- Keripik Tempe- Sayur Lodeh- Pisang raja sereh
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 97
Contoh Menu Seimbang Umur 16 - 19 tahun
Nilai Gizi :Energi = 2511,2 kkalProtein = 84,9 gram (13 %)Lemak = 76,3 gram (26 %)Karbohidrat = 384,7 gram (61 %)
PEMBAGIAN MAKAN SEHARI :
Waktu Bahan Makanan Berat (gram) Ukuran Rumah Tangga (URT)PAGI Nasi 200 1 ½ gelas
Lauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 50 2 potong kecilSayur 100 1 mangkokMinyak 10 1 sdmGula Pasir 10 1 sdm
10.00 Buah 150 1 ½ potongSnack 1 porsi 1 porsi
SIANG Nasi 250 1 ¾ gelasLauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 50 2 potong kecilSayur 150 1 ½ mangkokMinyak 10 1 sdmBuah 150 1 ½ potong
16.00 Buah 150 1 ½ potongSnack 1 porsi 1 porsi
MALAM Nasi 200 1 ½ gelasLauk Hewani 50 1 potong sedangLauk Nabati 50 2 potong kecilSayur 150 1 ½ mangkokMinyak 10 1 sdmBuah 150 1 ½ potong
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas98
CONTOH MENU 2500 kkal :
PAGI : - Nasi Goreng- Telur Dadar Isi Suwiran Ayam- Lalapan Timun + Tomat- Teh Manis
10.00 : - Jeruk- Puding roti
SIANG : - Nasi Putih- Udang Goreng Tepung- Tahu Bacem- Sayur Oyong + Soun- Sambal- Nenas
16.00 : - Jus Sirsak- Kue lapis
MALAM : - Nasi Putih- Rendang Ayam + Kacang Merah- Lalapan Daun Singkong- Jeruk
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 99
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen Binakesmas Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas Perawatan. Jakarta: Depkes RI, 2001.
2. Ditjen Binkesmas, Departemen Kesehatan RI, Pemantauan Tinggi Badan Anak baru Masuk sekolah (TBABS). Jakarta: Depkes RI, 2004.
3. Ditjen Binakesmas, Departemen Kesehatan RI, Standar Pemantauan Pertumbuhan balita. Jakarta: Depkes RI, 2005.
4. Ditjen Binakesmas, Departemen Kesehatan RI, Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD) Untuk Wanita Usia Subur. Jakarta: Depkes RI, 2006.
5. Ditjen Binakesmas, Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Gizi (PWS Gizi). Jakarta: Depkes RI, 2008.
6. Ditjen Binakesmas, Departemen Kesehatan RI, Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini Gizi Buruk. Jakarta: Depkes RI, 2008.
7. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, Jakarta: 2010.
8. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan Makanan Tambahan Ibu Hamil Bebasis Pangan Lokal, Jakarta: 2010.
9. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil KEK (Bantuan Operasional Kesehatan), Jakarta: 2010.
10. Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pemantaun Wilayah Setempa (PWS) Konsumsi Garam Beryodium Untuk Semua (KGBS) di Rumah Tangga, Jakarta: 2011
11. Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Jakarta: 2011.
12. WHO, Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, Asuhan Gizi Puskesmas, Jakarta: 2011.
13. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, Panduan Tenaga Pelaksanan Gizi Puskesmas Dalam Pembinaan Kader Posyandu, Jakarta: 2012.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas100
1. Pedoman Teknis Bangunan dan Prasarana Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS), DitBina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Ditjen BUK, Kementerian Kesehatan RI, 2013.
2. Direktorat Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan RI, Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi, Jakarta: 2013.
3. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Jakarta: 2013.
4. Kementerian Kesehatan RI, Buku II, Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk. Jakarta: 2013.
5. Kementerian Kesehatan RI, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, Jakarta: 2013.
6. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar, Jakarta: 2014.
7. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Pelayanan Gizi Bagi Jemaah Haji, Jakarta: 2014.
8. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Gizi Seimbang, Jakarta: 2014.
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas 101
SUSUNAN TIM
PENGARAHIr. Doddy Izwardy, MA
PENANGGUNGJAWABdr. Marina Damajanti, MKM
TIM PENYUSUNIip Syaiful, SKM., M.KesIr. Andry Harmany, M.Kes
dr. Yetty MP SilitongaEntos Zainal, SP., MPHM
Mochamad Rachmat, M.KesTosan PambudiWitjaksono, AMKL, SE, MM
Ramadona, ST dr. Nita Mardiah, MKM dr. Fida Dewi Ambarsari
dr. Rainy Fathiah Lili Lusiana, SKM
Kiki Riezki Yudistiani, AMDTiti Laras Ati, AMD
Maryanto, SKMAntarobesty Sinaga, AMDdrg. Agusti Medika Putri
Arti Widiodari Yudaningrum, SE., MKMEko Prihastono, SKM, MA
Sri Amelia, SKMDella Rosa, SKM., MKM
dr. Julina, MMRetnaningsih, S.SITDewi Astuti, S.Gz
Sri Nurhayati, SKMWitrianti, SKM
Hady Mulyono, S.KomRusriyanto
Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas102
Recommended