View
395
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN AKHIR MAGANG RISET
MODEL PENGELOLAAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM UNTUK MEWUJUDKANDESA WISATA AGRO PRODUKTIF
(Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu)
Oleh:
Fian Alldy E .S 201410050311027
Choirul Anwar D 201410050311031
Arga Dwi Pratama 201410050311078
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
I.3 Maksud dan Tujuan ............................................................................ 3
BAB II LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET .......................... 5
II.1 Gambaran Umum Kelurahan ............................................................. 5
b. Visi dan Misi kelurahan temas Kota Batu .......................................... 5
c. Susunan, Struktur, Tugas, dan Fungsi Organisasi SKPD .................. 6
II.2 Aktifitas Magang Riset ...................................................................... 14
BAB III ANALISA HASIL KEGIATAN ............................................. 15
A. Pembahasan................................................................................... 15
1. Menjelaskan pengelolaan potensi SDA tanaman organikdi
Kelurahan Temas Kota Batu............................................................... 15
2. Manfaat Agro Wisata.............................................................. 16
3. Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Agro Wisata Kel Temas 17
B. Metode Penelitian ......................................................................... 18
1. Metode yang digunakan dalam penelitian .............................. 18
2. Sumber data…………………………………………………..20
3. Informan ……………………………………………………..21
BAB IV PENUTUP................................................................................ 23
A. Kesimpulan........................................................................................ 23
B. Saran.................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 25
DOKUMENTASI MAGANG RISET .................................................. 26
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di dunia ini banyak potensi alam yang bisa dimanfaatkan dan menjadi penunjang
kehidupan manusia termasuk di Indonesia. Keselarasan dalam penggunaan hasil bumi
tergantung pengolahan dan tingkat kesadaran manusia. Semakin manusia sadar akan
kebutuhannya nanti maka pemanfaatan hasil bumi akan tertata dan jumlahnya akan terjaga,
begitupun sebaliknya. Potensi sumberdaya alam dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
potensi sumberdaya alam organik dan sumberdaya alam anorganik.
Di era sekarang ini pengelolaan sumberdaya alam baik organik maupun anorganik
sudah bisa dikatakan semakin canggih. Setiap provinsi, kota atau kabupaten, sampai di desa
pun sekarang sudah dapat mengelola sumberdaya alam yang ada di daerah tersebut dengan
cara yang berbeda sesuai keadaan alamnya. Pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan pertanian, perdagangan, perindustrian, pariwisata,
dan lain sebagainya. Semakin berkembangnya teknologi dan sumberdaya manusia, maka
perkembangan pengelolaan sumberdaya alam di bidang pariwisata semakin pesat terutama
sumberdaya alam organik.
Peluang sektor pariwisata cukup prospektif, karena selain sebagai salah satu
penghasil pertumbuhan ekonomi pariwisata, sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi
pendorong pertumbuhan sektor pembangunan lainnya seperti perkebunan, pertanian,
perindustrian, perdagangan, dan lain-lain. Salah satu unsur dari sektor pertanian yang saat
ini belum tergarap secara optimal adalah agro wisata (agro tourism).
Agro wisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi
pertanian sebagai objek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam kawasan
pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi
pertanian serta budaya masyarakatnya. Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas
wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian yang
meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan perikanan.
2
Agrowisata sudah banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Contoh pengelolaan
agrowisata yaitu berada di kota Batu, Jawa Timur. Banyak desa di kota ini mengelola
agrowisata, misalnya di desa Temas kecamatan Batu. Di desa tersebut mengelola agrowisata
dalam bidang tanaman organik yang sudah dijalankan beberapa tahun terakhir ini.
Pengelolaan agrowisata dalam bidang tanaman organik semakin berkembang dari awal
dimulai hingga sekarang. Perkembangan potensi tanaman organik ini semakin berkembang
karena semakin tingginya minat masyarakat terhadap sesuatu yang alami, karena mulai dari
bibit, tanah, hingga pupuk semua dari bahan organik. Namun, hal yang disayangkan adalah
pengelolaan sumberdaya alam tanaman organik ini masih dikelola beberapa pihak tertentu
dan sebagian petani di desa temas. Hal ini dikarenakan minimnya kesadaran petani yang
masih menggunakan bahan kimia, misalnya pupuk kimia yang menyebabkan hilangnya
esensi dari pengelolaan tanaman organik diolah secara organik.
Maka dari itu mengingat realita ini, diperlukan kesadaran dan langkah yang lebih
produktif untuk meningkatkan potensi sumber daya alam terutama di bidang tanaman
organik. Pengelolaan sumber daya alam tanaman organik dengan cara organik dapat
memberikan dampak yang bagus di desa Temas untuk mewujudkan desa wisata agro
produktif sehingga dapat meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat disana. Oleh sebab
itu, model pengembangan pengelolaan sumber daya alamnya harus lebih ditingkatkan agar
tercapainya tujuan tersebut.
I.2 Rumusan Masalah
Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas darimana memulai,
kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah agar diketahui arah jalan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana Model Pengelolaan Potensi Sumber Daya Alam Untuk Mewujudkan
Desa Wisata Agro Produktif?
2. Apa saja faktor penghambat dalam Model Pengelolaan Potensi Sumber Daya Alam
Untuk Mewujudkan Desa Wisata Agro Produktif.
3
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
I.3.1 Maksud Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maksud penelitian yang akan dilakukan adalah
untuk mendeskripsikan bagaimana mengimplementasikan pengembangan model
pengelolaan potensi sumber daya alam untuk mewujudkan desa wisata agro produktif dan
menggambarkan apa saja faktor penghambat dalam pengembangan model pengelolaan
potensi sumber daya alam untuk mewujudkan desa wisata agro produktif di kelurahan
Temas.
I.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian pengembangan model pengelolaan potensi sumber daya
alam untuk mewujudkan desa wisata agro produktif yaitu :
1. Untuk mengetahui model pengelolaan potensi sumber daya alam untuk mewujudkan
desa wisata agro produktif
2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penghambat model pengelolaan potensi
sumber daya alam tanaman organik di kelurahan temas
3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran kelurahan dalam mengelola SDA
untuk mewujudkan desa wisata agro produktif
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Manfaat Secara Akademis
Sebagai sarana referensi secara akademik untuk mengembangkan potensi keilmuan
dengan melihat secara langsung praktek pemerintahan.
1.4.2 Manfaat Secara Teoritik
Mengembangkan pengetahuan mengenai proses pengelolaan sumber daya alam
tanaman organik.
1.4.3 Manfaat Secara Praktis
4
Sebagai rekomendasi perbaikan dan pengembangan pengelolaan sumber daya alam
tanaman organik.
I.5 Jadwal dan Tempat
Pelaksanaan magang riset pemerintahan tahun ajaran 2016-2017 ini dilaksanakan di
Kelurahan Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu. Mahasiswa melaksanakan Magang terhitung
tanggal 11 September s/d 30 Oktober 2017.
5
BAB II
LAPORAN KEGIATAN MAGANG RISET
II.1 Gambaran Umum Kelurahan
a. Profil Kelurahan Temas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Batu, Kelurahan Temas adalah 1 (satu) dari 5 (lima) kelurahan yang terletak di
Kota Batu yang disahkan pada tanggal 28 April 1982 yang diresmikan oleh Bupati
Malang karena pada tahun tersebut belum terbentuk kota Batu dan masih menjadi
bagian dari Kabupaten Malang yaitu kecamatan Batu.
Kelurahan Temas Merupakan unsur staf di Pemerintah Kota Batu dimana
Kelurahan temas menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada tahun 2014.
Dalam melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan,
kemasyarakatan,pelayanan, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum,
pembinaan kelembagaan, dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota
Batu.
b. Visi dan Misi Kelurahan Temas
1) Visi.
Dalam upaya mewujudkan harapan dan aspirasi stakeholders serta melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya, maka Visi Kelurahan Temas adalah: “Kelurahan
Temas sebagai Kelurahan Organik yang Berbasis pada Kebudayaan Lokal
dengan didukung Oleh Sumber Daya Aparatur yang Berkompeten serta
Terciptanya Hubungan yang harmonis Antar Lembaga Kemasyarakatan”
2) Misi.
Adapun Misi Kelurahan Temas adalah sebagai berikut:
a) Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, efektif dan efisien kepada
masyarakat.
b) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan keswadayaan masyarakat dalam
segala bidang dalam mendukung pembangunan.
c) Optimalisasi bidang pertanian organik yang juga dapat menjadi potensi
pariwisata edukatif.
6
d) Menumbuhkembangkan dan melestarikan tradisi luhur dan seni budaya lokal.
e) Mengembangkan potensi pariwisata di Bidang pertanian dan Kebudayaan.
c. Struktur Organisasi Kelurahan Temas
LURAHBambang Hari Suliyan,S.STPNIP.19831021 200312 1 001
KASI PEMERINTAHANKETENTRAMAN DAN KETERTIBAN
UNTUNG SURYADINIP.19620726199403 1 003
SURIPTO, SHNIP.19621128198603 1 007
HERI SUSIYONIP.19690315200701 1 022
EKA DIAN RACHMAWATI
KASI PEMBERDAYAAN MASYARAKATPEMBANGUNAN
IPUNG SETIAWAN, SE .MMNIP.19620303198610 1 002
ABDUL ROCHINNIP.19640614200701 1 013
MOCH ZAINUDIN
IRMA DHIANA KW, S.IP
KASI PEREKONOMIAN DANKESEJAHTERAAN RAKYAT
SUGENG HARIONONIP.19620303 198610 1 002
MACHBUB JUNAIDI, SENIP.19750624 198610 1 002
AGUNG PRAMONO
SITI RO’ISYAH
SEKRETARIS LURAHYUWONO TRI LAKSONO, SHNIP.19820921 201101 1 008
SITI YUROHTUL AINI, SENIP.19780415 200701 2 009
IFTA ZUMROTUL USTONIP.19691223 199602 2 001
HARRY MEIRIZON, A.MdNIP.198005312007011002
NURHADINIP.19591111 198603 1 012
DIAN SUPRIHATINYOPHI AGUNG KURNIAWAN, A.MD
NANING SRI ASTUTIK
7
d. Kondisi Geografis Kelurahan Temas
A. Peta Kelurahan Temas kec.Batu Kota Batu
B.
C.
D.
8
e. Wilayah geografis Kelurahan Temas
a. Luas wilayah kelurahan temas 323 Ha
b. Dengan batas-batas wilayah
NO BATAS DESA/KELURAHAN KECAMATAN
1 Batas utara Desa Pandanrejo Kecamatan Bumiaji
2 Batas timur Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo
3 Batas selatan Desa Oro-oro ombo Kecamatan Batu
4 Batas barat Kelurahan Sisir Kecamatan Batu
f. Geologi
Dilihat dari keadaan geologinya, Kelurahan Temas dapat dibagi menjadi 4
jenis tanah yakni tanah Andosol, tanah Kambisol, tanah alluvial dan terakhir tanah
Latosol. Jenis tanah tersebut cocok untuk pertanian dan perkebunan.
g. Kondisi Iklim
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kelurahan Temas mengikuti
perputaran 2 iklim, musim hujan dan musim kemarau. Pada tahun 2017 ini seperti
biasanya, di kelurahan Temas mengalami musim hujan. Selama tahun 2017, daerah ini
digolongkan daerah beriklim tropis dengan curah hujan pertahun antara 1540 mm, 110
hari/hujan/tahun.Suhu rata- rata 23 - 35 ˚C.
h. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi masyarakat Temas secara umum termasuk dalam golongan ekonomi
menengah ke bawah. Berdasarkan data yang ada masih terdapat 400 KK yang termasuk
keluarga miskin dengan tingkat pendapatan rata-rata 500.000/bulan (Hasil Survei
2009). Berdasarkan jenis pekerjaannya prosentase yang dominan bekerja sebagai
9
petani dan penggarap sawah sebanyak 26,46 % diikuti penduduk dengan mata
pencaharian sebagai pedagang. Penduduk miskin yang ada rata-rata memiliki mata
pencaharian sebagai penggarap sawah, buruh tani atau pedagang kecil dengan
penghasilan yang tidak tetap. Tinjauan kemiskinan dapat dirumuskan sebagai
rendahnya tingkat penguasaan seseorang dalam memenuhi kebutuhan pokoknya (basic
human needs) seperti kapital manusia (pengetahuan, pendidikan, kesehatan, dsb) dan
kapital fisik (tanah, perumahan yang layak, peralatan kerja, sarana produksi, kendaraan,
dsb). Secara lebih luas menyangkut pula kapital alam (udara, pohon, hewan, dsb),
kapital sosial (jaringan sosial, tradisi, dsb), kapital dana (tabungan, pinjaman, dsb).
Kondisi Usaha Pertanian
Lahan pertanian masih sangat luas di Kelurahan Temas, kondisi tersebut juga
yang mendukung berkembanganya sektor pertanian di Kelurahan Temas. Potensi
pertanian yang dikembangkan penduduk diantaranya pertanian tanaman perkebunan
seperti bawang merah, bawang putih dan jagung. Selain itu juga dibudidayakan sayuran
organik seperti selada air, jamur dan tanaman holtikultura lainnya. Sayuran organik
memiliki keunggulan bebas dari zat pestisida dan zat kimia karena pupuk yang
digunakan berasal dari pupuk kandang dan kompos serta tidak menggunakan zat kimia
lainnya.
Lahan pertanian di wilayah perencanaan dibedakan menjadi lahan pertanian
dengan irigasi teknis, semi teknis dan sederhana. Lahan irigasi teknis merupakan lahan
yang hanya boleh difungsikan sebagai lahan pertanian dan sudah terdapat pengadaan
pengairan pada lahan pertanian tersebut. Proporsi luasan lahan irigasi teknis, Gambar 3.
1 Luas Lahan Pertanian Beririgasi (Ha) Kelurahan Temas
10
107
262
Teknis
Semi Teknis
Sederhana
Sumber: Monografi Kelurahan Temas 2017
semi teknis dan sederhana ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar Diagram 4.1
Lahan Pertanian : Irigasi Teknis = 75 %
: Semi Teknis = 20 %
: Sederhana = 5 %
Kawasan Pertanian
Luaslahan pertanian di Kelurahan Temas 112,1 Ha
Kawasan pertanian terbagi dalam 9 kawasan
1. Kawasan kerajan produksi pertanian padi, sayur, jagung;
2. Kawasan putuk produksi pertanian padi sayur, jagung;
3. Kawasan kasin produksi pertanian padi sayur, jagung;
4. Kawasan torong kelampok produksi pertanian seladah, sayur, padi
jagung;
5. Kawasan torong libruk sayur, jagung;
6. Kawasan genting seladah air;
7. Kawasan wangkal seladah air;
8. Kawasan besul produksi pertanian sayur, jagung, padi;
9. Kawasan gelonggong sayur, jagung, padi.
A. Penggunaan Lahan
11
1. Luas lahan kering kurang lebih 2,4 Ha;
2. Luas lahan pemukiman 198 Ha;
3. Luas lahan untuk industri 0,5 Ha;
4. Lahan waqaf 1,5 Ha;
5. Lahan yang digunakan untuk perkantoran 4,5 Ha;
6. Lahan yang digunakan untuk pasar 4 Ha;
7. Lahan pertanian 112,1 Ha.
JUMLAH SAYUR ORGANIK KELURAHAN TEMAS PER-TAHUN
NO JENIS SAYUR JUMLAH
1 Baby Bayam Hijau + 300 kg
2 Baby Bayam Merah + 300 kg
3 Baby Buncis + 300 kg
4 Baby Kangkung + 600 kg
5 Baby Pakcoy + 1,200 kg
6 Baby Sawi Putih + 300 kg
7 Baby Wortel + 300 kg
8 Bayam Hijau + 600 kg
9 Bawang Merah + 600 kg
10 Beet Root + 300 kg
11 Brocoli + 300 kg
12
12 Buncis + 300 kg
13 Bunga Kol + 300 kg
14 Bunga Nasturtium + 120 kg
15 Cabe Besar Hijau + 60 kg
16 Cabe Besar Merah + 60 kg
17 Cabe Kriting Hijau + 60 kg
18 Cabe Kriting Merah + 60 kg
19 Cabe Rawit + 60 kg
20 Caisim + 600 kg
21 Daun Bawang Pre + 120 kg
22 Daun Kenikir + 60 kg
23 Daun Moltena + 300 kg
24 Ercis + 300 kg
25 Kacang Panjang + 300 kg
26 Kailan + 600 kg
27 Kale + 60 kg
28 Kangkung + 600 kg
29 Kohlrabi + 120 kg
30 Kol Merah + 60 kg
31 Labu Siam + 120 kg
32 Lettuce Head + 240 kg
13
33 Lettuce Romaine + 300 kg
34 Mint + 120 kg
35 Okra + 120 kg
36 Oyong + 600 kg
37 Pakcoy + 300 kg
38 Pare Organik + 60 kg
39 Pucuk Manisa + 300 kg
40 Peterseli + 60 kg
41 Radish + 120 kg
42 Rosemery + 60 kg
43 Sawi Pagoda + 60 kg
44 Sawi Pahit + 120 kg
45 Selada K Hijau + 360 kg
46 Selada K Merah + 360 kg
47 Selada Red Rapid + 60 kg
48 Seledri Organik + 60 kg
49 Siomak Organik + 300 kg
50 Terong Hijau + 180 kg
51 Terong Hitam + 120 kg
52 Terong Ungu + 180 kg
53 Tomat Cherry Organik + 120 kg
14
54 Tomat Besar + 300 kg
55 Wortel + 1,200 kg
II.2 Aktivitas Magang Riset
Magang riset yang dilakukan oleh peserta magang selama 2 bulan di kelurahan Temas,
kecamatan Batu, kota Batu khususnya di bagian Program Pelayanan dan Administrasi.
Sebelum melaksanakan kegiatan magang, peserta magang riset telah membuat proposal yang
dikonsultasikan sebelumnya pada dosen pembimbing, yang kemudian dikirim ke
Kesbangpol Kota Batu untuk didisposisi. Setelah menunggu lebih-kurang 5 hari akhirnya
surat peserta magang yang telah dilampirkan dengan proposal tadi dapat dikirim ke kantor
kecamatan Batu untuk mendapatkan surat rekomendasi magang untuk ditujukan ke
kelurahan Temas Kota Batu. Di kelurahan Temas peserta magang diarahkan kepada
sekretaris yang kemudian menempatkan peserta di Bagian Program Pelayanan dan
Administrasi.
Magang riset yang dilakukan peserta magang terhitung sejak tanggal 4 September
2017 sampai dengan tanggal 30 Oktober 2017 sudah masuk ke dalam syarat minimal yang
dikeluarkan jurusan untuk melaksanakan magang riset yakni selama dua bulan atau delapan
pekan. Pembelajaran yang dapat diambil oleh peserta magang selama di Kelurahan Temas
yakni dapat belajar bekerja untuk melayani masyarakat dengan baik. Selain itu juga dapat
mempelajari kinerja administrasi kelurahan.
Umumnya, peserta magang selama berada di kelurahan Temas Kota Batu jarang
menemukan kendala dalam pelaksanaan magang. Setiap pekerjaan yang diberikan oleh
pembimbing lapang maupun pegawai yang ada di kelurahan, apabila kami kurang mengerti
dan mengajukan pertanyaan, kami selalu mendapat bimbingan agar dapat menyelesaikan
tugas tepat pada waktunya. Salah satu tugas yang peserta magang riset sangat berharga baik
bagi peserta maupun kelurahan Temas adalah pelibatan peserta dalam pembuatan profil desa
di bawah bimbingan pembimbing lapang.
15
BAB III
ANALISA HASIL KEGIATAN
A. Pembahasan
1. Menjelaskan Pengelolaan Potensi Sumber Daya Alam Tanaman Organik
di Kelurahan Temas
Pada hakikatnya kehidupan masyarakat pedesaan masih memiliki sifat gotong
royong yang mendalam. Pertanian adalah salah satu usaha yang sejak lama
turun temurun, menjadi bagian mata pencaharian masyarakat di pedesaan,
usaha pertanian sekarang ini tidak hanya sekedar mengolah ladang, kebun, dan
hutan, tetapi lebih dikembangkan dalam bidang membentuk daya tarik
masyarakat luas seperti menjadikan kemasan dalam bidang pariwisata.
Pertanian yang dikemas menjadi pariwisata juga dikembangkan di Kelurahan
Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu. Di kelurahan ini mengembangkan sumber
daya alam tanaman organik berupa sayuran untuk mewujudkan desa wisata
agro produktif.
Agrowisata memiliki pengertian yang sangat luas. Agrowisata menurut Moh.
Reza T dan lisdiana F, adalah objek wisata dengan tujan untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian.
Agrowisata atau agrotourism dapat diartikan juga sebagai pengembangan
industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan alam.
Pengembangan agrowista berarti mengembangkan suatu kawasan yang
mengedepankan wisata sebagai salah satu pendorong pertumbuhan
ekonominya.
Sebagai kota yang tumbuh dan berkembang dengan usaha agribisnis, Kota
Batu dijuluki sebagai Kota Agropolitaan. Hal ini ditandai dengan didirikannya
command center di Balaikota Among Tani dan sudah terpasangnya 50
perangkat keras di daerah Kota Batu, tujuannya jelas yakni untuk memajukan
sektor pertanian di Kota Batu. Maka semua banyak kelurahan di kota Batu
menjalankan program pengelolaan agrowisata dalam bentuk tanaman organic
bsik berupa sayuran maupun buah-buahan. Namun, di keluarahan Temas masih
16
mengembangkan pengelolaan tanaman organik berupa sayuran. Rencana dari
pemerintahan setempat akan mengelola buah-buahan juga namun masih
dipersiapkan sampai tahun depan.
Pengelolaan tanaman organik di Kelurahan Temas sendiri merupakan
sebuah konsep yang dijalankan oleh beberapa petani di kelurahan ini bekerja
sama dengan pemerintah desa, menggunakan single platform dengan bantuan
teknologi, secara umum pengelolaan ini dibantu oleh tiga infrastruktur yang
saling berkaitan. Ketiga infrastruktur ini adalah interkonektifiti, instrumen, dan
intelegensi. Pengelolaan tanaman organik ini semua berasal dari organik, baik
berupa tanahnya, pupuknya, dan bibitnya semua terlepas dari bahan kimia. Hal
ini dikarenakan agar tidak menghilangkan esensi dari pengolahan tanaman
organic itu sendiri serta mulai menjauhkan masyarakat dari ketergantungan
bahan kimia yang memberikan efek jangka panjang pada kesuburan tanah dan
keadaan udara.
2. Manfaat agrowisata
Agrowisata memiliki beberapa manfaat bagi manusia maupun kelangsungan
sumber daya alam dalam jangka panjang, diantaranya yaitu :
a. Meningkatkan konservasi lingkungan
Kawasan agrowisata yang memiliki areal yang luas dan ditanami dengan
berbagai jenis pohon, tanaman holtikultura akan mempengaruhi cuaca
bahkan iklim di sekitarnya. Dengan banyaknya pohon, selain dapat
menyerap kebisingan juga dapat memberikan kesegaran dan kenyamanan
untuk masyarakat sekitar.
b. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam
Lingkungan alam yang indah, panorama yang memberikan kenyamanan,
dan tertata rapi, akan memberikan nuansa alami yang membuat terpesona
orang yang melihatnya. Pengembangan agrowisata tentunya dikembangkan
seindah mungkin agar selain memberikan manfaat dalam hal khasiat juga
dapat memberikan nilai estetika yang mendalam agar senantiasa serasi
17
dengan alam. Oleh karena itu pengembangan agrowisata dibutuhkan
perencanaan tata letak, arsitektur, dan lanskap yang tepat.
c. Memberikan nilai rekeasi
Wisata tidak dapat dipisahkan dari sarana rekreasi. Pengelola agrowisata
akan memperhatikan pelayanan terbaik untuk pengunjung. Di samping itu,
kegiatan rekreasi akan dipadukan dengan pemanfaatan hasil pertanian,
maka dikembangkan nilai ekonomis agrowisata dengan menjual hasil
pertanian kepada pengunjung.
d. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan ilmu pengetahuan
Peningkatan sarana agro wisata tidak hanya yang bersifat memenuhi
kebutuhan pengunjung akan tetapi juga sebagai sarana pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Pengelola agrowisata perlu menyediakan
fasiliotas penelitian baik berbentuk kebun percobaan maupun laboratorium.
e. Mengembangkan ekonomi masyarakat
Agrowisata yang dibina dengan baik dengan memperhatikan dan
mendasarkan kepada kemampuan masyarakat, akan memberikan dampak
bagi peningkatan ekonomi masyarakat dalam bentuk pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, dan kesempatan berusaha. Berusaha dalam
arti meningkatkan pengelolaan sumber daya alam tanaman organic yang
lebih produktif.
3. Pengelolaan objek dan daya tarik agrowisata di keluarahan Temas
Pengelolaan tanaman organik di kelurahan Temas dilaksanakan kerja sama
antara pemerintah dengan masyarakat atau petani di kelurahan tersebut.
Pemerintah yang merencanakan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan
program pengembangan tanaman organik,mulai dari melakukan pengawasan,
pendampingan, dan pemasaran, sedangkan petani atau masyarakat yang
melaksanakan program tersebut atau lebih tepatnya yang mengolah sumber
daya alam secara langsung. Antara pemerintah dan petani selalu bekerja sama
dengan baik demi tercapainya desa wisata agro produktif. Pengelolaan tanaman
18
organik di kelurahan Temas dilakukan juga dengan cara alami atau organik,
misalnya dari tanah, bibit, pupuk dan anti hama juga dilakukan secara alami
tanpa ada bahan kimia sama sekali. Ini menunjukkan bahwa semakin memiliki
nilai jual yang tinggi sehingga dapat mengembangkan kelurahan tersebut
terutama dalam bidang ekonomi.
Awal mulanya program ini dibiayai oleh pemerintah Kota Batu, namun
seiring berkembangnya perkembangan dari pengolahan tanaman organik yang
semakin inovatif maka pembiayaan dapat dilakukan oleh pemerintah kelurahan
meskipun masih dibantu oleh pemerintah kota. Kendati demikian, masyarakat
maupun pemerintah kelurahan Temas sudah menunjukkan kemandirian dalam
bidang pengelolaan tanaman organik berupa sayuran. Selain itu, pemerintah
kelurahan juga merencanakan dan sudah mempersiapkan pengolahan tanaman
organik yang tidak hanya berupa sayuran, namun dikembangkan berupa buah-
buahan juga. Pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan sumber daya
alam maupun sumber daya manusia di kelurahan Temas.
B. Metodologi Penelitian
1. Metode yang digunakan dalam penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti di Kelurahan Temas menggunakan pendekatan
teori bottom up dan top down. Peneliti menggunakan teori ini karena dalam pengelolaan
tanaman organik di kelurahan Temas dihandle dari pemerintah kepada masyarakat terutama
para petani sayuran. pendekatan secara top-down, yaitu pendekatan secara satu pihak dari
atas ke bawah. Dalam proses implementasi peranan pemerintah sangat besar, pada
pendekatan ini asumsi yang terjadi adalah para pembuat keputusan merupakan aktor kunci
dalam keberhasilan implementasi, sedangkan pihak-pihak lain yang terlibat dalam proses
implementasi dianggap menghambat, sehingga para pembuat keputusan meremehkan
inisiatif strategi yang berasal dari level birokrasi rendah maupun subsistem-subsistem
kebijaksanaan yang lain. Yang kedua adalah pendekatan secara bottom-up, yaitu pendekatan
yang berasal dari bawah (masyarakat). 1
1 https://www.kompasiana.com/www.hilmaainunrosyidah.com/bottom-up-dan-top-down
19
Pendekatan bottom-up didasarkan pada jenis kebijakan publik yang mendorong
masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya atau masih melibatkan
pejabat pemerintahan namun hanya ditataran rendah. Asumsi yang mendasari pendekatan ini
adalah bahwa implementasi berlangsung dalam lingkungan pembuat keputusan yang
terdesentralisasi. Model ini menyediakan suatu mekanisme untuk bergerak dari level
birokrasi paling bawah sampai pada pembuatan keputusan tertinggi di sektor publik maupun
sektor privat.
Dalam pelaksanaannya implementasi kebijakan publik memerlukan model
implementasi yang berlainan, karena ada kebijakan publik yang perlu diimplementasikan
secara top-down atau secara bottom-up. Kebijakan-kebijakan yang bersifat top-down adalah
kebijakan yang bersifat secara strategis dan berhubungan dengan keselamatan negara, seperti
kebijakan mengenai antiterorisme, berbeda dengan kebijakan yang lebih efektif jika
diimplementasikan secara bottom-up, yang biasanya berkenaan dengan hal-hal yang tidak
secara langsung berkenaan dengan national security, seperti kebijakan alat kontrasepsi, padi
varietas unggul, pengembangan ekonomi nelayan dan sejenisnya.
Dalam implementasi sebuah kebijakan pilihan yang paling efektif adalah jika kita
bisa membuat kombinasi implementasi kebijakan publik yang partisipatif, artinya bersifat
top-down dan bottom-up. Model ini biasanya lebih dapat berjalan secara efektif,
berkesinambungan dan murah, bahkan dapat juga dilaksanakan untuk hal-hal yang bersifat
national secutiry.
Dalam penelitian ini pendekatan yang paling sesuai adalah pendekatan secara partisipatif
dimana kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah dapat direspon dengan baik oleh
masyarakat. Satu hal yang paling penting adalah implementasi kebijakan haruslah
menampilkan keefektifan dari kebijakan itu sendiri. Nugroho (2011), pada dasarnya ada
“lima tepat” yang perlu dipenuhi dalah hal keefektifan implementasi kebijakan, yaitu :
1. Apakah kebijakannya sendiri sudah tepat? Ketepatan kebijakan dinilai dari sejauh
mana kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang memang memecahkan
masalah yang hendak dipecahkan.
2. Ketepatan pelaksana. Aktor implementasi tidaklah hanya pemerintah, ada tiga
lembaga yang dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama antara
20
pemerintah masyarakat/swasta atau implementasi kebijakan yang diswastakan
(privatization atau contracting out).
3. Ketepatan target implementasi. Ketepatan berkenaan dengan tiga hal, yaitu: a)
Apakah target yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, apakah tidak ada
tumpang tindih dengan intervensi yang lain, atau tidak bertentangan dengan
intervensi kebijakan lain; b) Apakah targetnya dalam kondisi siap untuk diintervensi
ataukah tidak, kesiapan bukan saja dalam arti secara alami, namun juga apakah
kondisi target ada dalam konflik atau harmoni, dap apakah kondisi target ada dalam
kondisi mendukung atau menolak; c) Apakah intervensi implementasi kebijakan
bersifat baru atau memperbarui implementasi kebijakan sebelumnya.
4. Apakah lingkungan implementasi sudah tepat? Ada dua lingkungan yang paling
menentukan, yaitu a) lingkungan kebijakan, merupakan interaksi diantara lembaga
perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dan lembaga lain yang terkait; b)
lingkungan eksternal kebijakan yang terdiri atas public opinion, yaitu persepsi publik
akan kebijakan dan imlementasi kebijakan, interpretive institutions yang berkenaan
dengan interprestasi dari lembaga-lembaga strategis dalam masyarakat.
5. Tepat proses. Secara umum implementasi kebijakan publik terdiri atas tiga proses,
yaitu: a) policy acceptane, di sini publik memahami kebijakan sebagai sebuah aturan
main yang diperlukan untuk masa depan, di sisi lain pemerintah memahami
kebijakan sebagai tugas yang harus dilaksanakan; b) policy adoption, publik
menerima kebijakan sebagai sebuah aturan main yang diperlukan untuk masa depan,
disisi lain pemerintah menerima kebijakan sebagai tugas yang harus dilaksanakan; c)
strategic readiness, publik siap melaksanakan atau menjadi bagian dari kebijakan, di
sisi lain birokrat pelaksana siap menjadi pelaksana kebijakan.
2. Sumber Data
Arikunto (2013: 172)2 menyebutkan bahwa, Sumber data dalam penelitian adalah
subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau
wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang i
maupun lisan.3Lebih lanjut dikatakan bahwa sumber data diklasifikasikan menjadi tiga
2Sugiyono. 2013. Op. Cit.Hlm. 1723Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. (hlm. 172)
21
tingkatan yaitu, person, place, paper menurut Arikunto (2013: 172)4, penjelasan dari
ketiganya adalah :
1) Person (orang)
Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui
wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Penelitian ini akan menempatkan
narasumber terkait dalam Implementasi Pengelolaan data dan informasi humas
media center sebagai pelayanan publik sadar informasi kegiatan kepala daerah.
2) Place (tempat)
Sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam
dimaksudkan untuk ruangan, kelengkapan alat, wujud benda, warna dan lain-lain.
Sedangkan bergerak diartikan untuk segala aktivitas, kinerja dan lain-lain. Hal ini
berkaitan dengan tempat penelitian Sekretariat Daerah Bagian Hubungan
Masyarakat Pemerintah Kota Batu
3) Paper (kertas)
Sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau
simbol-simbol lain. Sumber paper di penelitian ini adalah data, dokumen, dan juga
dasar hukum yang berhubungan dengan penelitian yaitu Pengelolaan data dan
informasi humas media center sebagai pelayanan publik sadar informasi kegiatan
kepala daerah
3. Informan
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan dalam penelitian ini dipilih
berdasarkan tingkat pengetahuanya mengenai permasalahan yang dijadikan topik penelitian.
Penentuan informan menggunakan teknik Snowball Sampling.
Teknik Snowball Sampling atau rujukan berantai merujuk pada suatu teknik dimana
peneliti mendapatkan satu informan yang lain (Daymon, 2002: 251). Teknik Snowball
Sampling mengimplikasikan jumlah informan yang semakin membesar seiring dengan
perjalan waktu penelitian (Pawito, 2007: 92). Peneliti berangkat dari seorang informan untuk
mendapatkan data awal, kemudian meminta referensi kepada informan tersebut mengenai
sumber informasi lain yang bisa diwawancarai atau dimintai keteranganya. Dari informan
berikut yang disarankan oleh informan pertama, peneliti mengadakan wawancara untuk
4Arikunto, Ibid.
22
memperoleh informasi tambahan, kemudian meminta referensi informan lain lagi yang bisa
dimintai keteranganya seputar permasalahan yang diteliti. Begitu seterusnya, wawancara
dilakukan terhadap informan yang semakin bertambah dan tidak dibatasi jumlahnya, sampai
peenliti merasa informasi yang didapat cukup memadai4.
Berikut ini informan-informan yang menjadi sumber data dalam penelitian ini :
1. Ibu Siti Ro’ isyah: sebagai kasi perekonomian dan kesejahteraan rakyat
2. Bapak Yuwono Tri Laksono: sebagai sekretaris kelurahan temas kota batu
3. Bapak Taslan: sebagai ketua kelompok tani tanaman organik
C. Target atau fokus yang dicapai
Adapun target yang ingin dicapai oleh peserta magang dalam program magang riset
ialah mengetahui model pengelolaan potensi sumber daya alam untuk mewujudkan desa
wisata agro produktif di Keluarah Temas, Kecamatan Batu, Kota Batu
Berikut poin penting dari pelaksanaan pengelolaan tanaman organik di kelurahan
Temas::
4. Terciptanya kerja sama yang baik antara pemerintah kota, pemerintah
kelurahan, dan masyarakat atau petani untuk mewujudkan desa wisata agro
produktif di kelurahan Temas
5. Tercapainya desa wisata agro produktf di kelurahan Temas karena
pengolahan tanaman organik berupa sayuran di kelurahan ini semakin
berkembang
6. Meskipun masih ada beberapa petani yang tidak berkenan mengembangkan
tanaman organik dengan cara organik, yang tidak memikirkan efek jangka
panjang, namun program ini tetap dapat meningkat
7. Para petani yang mengelola tanaman organik sudah baik, dan Peran
pemerintah kelurahan juga baik dalam mengawasi, membimbing,
memasarkan, serta bertanggung jawab dalam program pengolahan sumber
daya alam ini.
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa model Pengelolaan potensi
sumber daya alam adalah tanaman organik dalam bentuk sayuran di kelurahan Temas
sudah berkembang dari awal dimulai hingga saat ini. Meskipun masih terhambat
dengan beberapa petani yang masih tidak berkenan untuk mengembangkan
pengolahan tanaman organik dengan cara organik, namun sejauh ini pengelolaan
sumber daya alam tanaman organik berupa sayuran untuk mewujudkan desa wisata
agro produktif sudah berkembang dan mulai mandiri. Hal ini dapat dibuktikan dari
semakin mandirinya pembiayaan pengeolaan tanaman organik yang awal mulanya
seluruhnya dibiayai pemerintah kota, kini pembiayaan sudah dilakukan pemerintah
kelurahan sendiri meskipun masih mendapat bantuan dari pemerintah kota.
Pengembangan ini dilakukan beberapa inovasi sehingga dapat berkembang dengan
efisien, misalnya hasil dari tanaman organik tersebut di pasarkan di berbagai daerah.
Ini menunjukkan bahwa pengelolaan sumber daya alam untuk mewujudkan desa
wisata agro sudah tercapai.
Teori dalam penelitian ini menggunakan teori bottom up dan top down. Hal ini
dikarenakan program tersebut direncanakan oleh pemerintah dan dilaksanakan oleh
masyarakat dan petani. Antara pemerintah dan masyarakat sudah bekerja sama dengan
agar terwujud desa wisata agro yang produktif dalam jangka panjang. Hal ini juga
dibuktikan dari peran pemerintah kelurahan yang mengawasi, mendampingi, dan
bertanggung jawab dalam pengolahan sumber daya alam tanaman organik. Jadi peran
kelurahan juga sudah cukup besar dalam pengembangan tanaman organik berupa
sayuran ini.
B. Saran
Pengelolaan tanaman organik di kelurahan Temas memerlukan kerja sama
antara pemerintah maupun masyarakat sehingga diperlukan tetap kompaknya
kerjasama tersebut. Maka peneliti menyarankan agar tetap menjalin kerja sama yang
baik agar terwujud dan berkembang desa wisata agro produktif di kelurahan Temas.
24
Selain itu, peneliti juga menyarankan agar pemerintah lebih sering melakukan
sosialisasi terhadap petani-petani yang belum mengolah tanaman organik dengan
cara organik agar dapat meningkatkan keadaan ekonomi di kelurahan tersebut. Hal
ini juga dikarenakan efek bahan kimia terhadap kesuburan tanah dalam jangka
panjang dapat merusak tanah, maka diharapkan pemerintah selalu melakukan upaya
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akibat terhadap jangka panjang.
Inovasi dalam pengembangan pengolahan tanaman organik juga tidak kalah
pentingnya, sehingga diperlukan adanya inovasi yang lebih baik, dan efisien terhadap
pengelolaan tanaman organik. Misalnya, selain berinovasi dalam pengembangan
tanaman organik berupa sayuran juga diharapakan terealisasinya model pengelolaan
tanaman organik berupa buah-buahan. Semakin banyaknya inovasi yang dibentuk
diharapakan semakin maju dan mandirinya kelurahan Temas di kemudian hari.
25
Daftar Pustaka :
https://www.kompasiana.com/www.hilmaainunrosyidah.com/bottom-up-dan-top-down
Yonathan Pongtuluran, MANAJEMEN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN,Penerbit Andi, Yogyakarta
https://ilmugeografi.com/biogeografi/potensi-sumber-daya-alam
https://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_organik
https://id.wikipedia.org/wiki/Agrowisata
26
Dokumentasi Magang riset
Tugas hari pertama magang membuat undangan warga untuk mendapat raskin
Saat stempel di bagian Pelayanan Masyarakat
27
Saat mendapat tugas membuat Kuisioner
Saat merekap hasil kuisioner untuk melengkapi data Profil Kelurahan Temas
28
Saat turun langsung di kebun tanaman organik dan melakukan wawancara terhadap ketuakelompok tani tanaman organik
Saat membantu memasang banner untuk memberitahukan masyarakat umum bahwaKelurahan Temas akan melakukan serangkaian acara
29
Saat ada salah satu acara Kelurahan Temas yang dilakukan setiap tahun yaitu Slamatan Desa
Recommended