View
466
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Islam pada intinya adalah sebagai wahana pembentukan manusia yang
bermoralitas tinggi. Di dalam ajaran Islam moral atau akhlak tidak dapat dipisahkan dari
keimanan. Keimanan merupakan pengakuan hati. Akhlak adalah pantulan iman yang
berupa perilaku, ucapan, dan sikap atau dengan kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman
adalah maknawi (abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk
perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.
Berkaitan dengan pernyataan di atas bahwa akhlak tidak akan terpisah dari keimanan,
dalam al-Qur'an juga sering dijelaskan bahwa setelah ada pernyataan “orang-orang yang
beriman,” maka langsung diikuti oleh “beramal saleh.” Dengan kata lain amal saleh
sebagai manifestasi dari akhlak merupakan perwujudan dari keimanan seseorang.
Pemahaman moralitas dalam bahasa aslinya dikenal dengan dua istilah yaitu al-akhlaq al-
karimah dan al-akhlaq al-mahmudah. Keduanya memiliki pemahaman yang sama yaitu
akhlak yang terpuji dan mulia, semua perilaku baik, terpuji, dan mulia yang diridlai Allah.
Satu masalah sosial/kemasyarakatan yang harus mendapat perhatian kita bersama dan
perlu ditanggulangi dewasa ini ialah tentang kemerosotan akhlak atau dekadensi moral. Di
samping kemajuan teknologi akibat adanya era globalisasi, kita melihat pula arus
kemorosotan akhlak yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-pemuda kita.
Dalam surat-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar,
penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret yang dilakukan oleh
anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya kasus-kasus kehamilan dikalangan
remaja putrid dan lain sebagainya.
Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini
semakin marak, Oleh kerena itu persoalan remaja seyogyanya mendapatkan perhatian yang
serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang titik beratnya
untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kemerosotan akhlak dan moral
dikalangan remaja.
1
1.2 Tujuan
a. Mengetahui Pengertian dan perbedaan dari akhlak, etika, dan moral
b. Mengetahui kondisi akhlak remaja saat ini dan permasalahan yang ditimbulkan
c. Dapat menentukan solusi yang tepat untuk menangani permasalahan akhlak, etika,
dan moral remaja berdasar atas dalil naqli dan aqli
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut
sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika
membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan
itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang
baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut
baik dan buruk .
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Adapun Jenis-jenis Etika adalah sebagai berikut:
1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya
adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
3
Ada dua sifat etika, yaitu:
a. Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah
ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah
demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah
menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika.
Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan,
tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b. Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya
filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada
itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian
etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Etika tidak bersifat teknis
melainkan reflektif, dimana etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti
hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika
masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.
2. Etika Teologis
Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan
hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya
masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum,
karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum,
dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara
etika filosofis dan etika teologis.
Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang
diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama
yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika
teologisnya.
4
2.2 Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah
hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan mana yang wajar.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau
orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral
secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa
moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan
dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang
dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai
rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
2.3 Akhlak
Secara linguistik atau bahasa, akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun
yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang
berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang
berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan
ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain
mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu
akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah
menjadi budaya sehari-hari.
5
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat
melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga
telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
Ini berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan
tidak sadar, hilang ingatan, tidur, atau gila.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah
perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat
dinilai baik atau buruk.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-
main atau karena bersandiwara
5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena
dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Secara garis besar, akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak baik (akhlak
al-karimah) dan akhlak yang buruk (akhlak madzmumah). Yang termasuk akhlak baik
misalnya seperti berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan, amanah, dan lain sebagainya.
Sedangkan, yang termasuk akhlak buruk adalah seperti berbuat dhalim, berdusta, pemarah,
pendendam, kikir, curang, dan lain sebagainya.
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak
mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik
maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama rnakhluk.
Rasulullah saw bersabda: " Sesungguhnya hamba yang paling dicintai Allah ialah yang
paling baik akhlaknya".
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid
af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
6
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang pas,
sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini, maka
timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau
isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang
sudah demikian adanya.
Induk atau prinsip dari budi pekerti atau akhlak ada empat :
1. Kebijakan (al-hikmah)
Kebijakan adalah perilaku jiwa yang dapat menemukan kebenaran dari yang salah
dalam semua perbuatan yang dikerjakan.
2. Keberanian
Keberanian adalah kekuatan sifat amarah yang tunduk kepada akal dalam
menjalankannya.
3. Menjaga Diri
Menjaga Diri adalah mendidik kekuatan syahwat dengan pendidikan akal dan syara’
4. Keadilan
Keadilan adalah perilaku jiwa yang dapat mengatur sifat amarah dan syahwat dan
dapat mengarahkannya kepada yang dikehendaki hikmah dan dapat menggunakannya
menurut kebutuhan.
Barang siapa dapat melaksanakan empat prinsip ini, maka akan keluarlah akhlak yang
baik seluruhnya. Akhlak islam bagaikan garam yang dibutuhkan bagi tiap macam makanan,
maka ia dibutuhkan untuk penenang hati dalam setiap lapisan masyarakat umat manusia
sepanjang zaman.
Dalil-dalil yang berhubungan dengan akhlak, moral, dan etika
Firman Allah swt:
7
Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran: 190)
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang
yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan
perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. An-nisa:
114)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al Anfal:2)
8
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rezki (nimat) yang mulia.
(QS. Al Anfal:4)
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka
membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar. (QS. At Taubah: 111)
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu, (QS. Yasin:
60)
9
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka)
akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. Sad: 46)
Sabda Rasulullah:
‘Sesungguhnya aku Muhammad s.a.w. tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak.’
‘Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka
baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan
tingkah lakunya. Ketahuilah kamu bahawa ia adalah hati’
‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu dan tidak kepada tubuh badan
kamu, dan sesungguhnya Allah tetap melihat kepada hati kamu dan segala amalan kamu yang
berlandaskan keikhlasan hati.’
‘Seseorang itu tidak beriman sehinggalah dia mengasihi terhadap saudaranya seperti mana
dia kasih terhadap dirinya sendiri’
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
‘Sesunggubnya amalan yang sangat dicintai Allah selepas melakukan ibadat fardhu oleh
hambanya ialah mengembirakan hati saudaranya sesama Islam’
(Riwayat Baihaqi)
10
BAB III
PEMBAHASAN
Apabila kita menelusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan secara jelas
persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara keduanya adalah terletak
pada objek yang akan dikaji, dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik
buruknya tingkah laku dan perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma,
dimana akhlak mempunyai basis atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari
hadist dan al-Quran.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan
itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang
baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal
sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas
perbutaan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber
pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutla,
absolut dan tidak pula universal. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai
penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk,
mulia, terhormat, terhina dsb. Dan keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif
yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman. Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka
etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan
moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan mana yang wajar.
11
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya,
yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.
Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara
universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika
menjelaskan ukuran itu.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.
Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau
buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral
tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat.
Dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam
pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan
tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan adalah
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan
demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan
etika berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di
masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Namun, etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan.
Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasala dari
produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan
baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni
ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral
dan susila berasal dari manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
3.1 Pendidikan Akhlak
Untuk mendidik seseorang supaya berakhlak yang baik banyak caranya. Diantaranya
seperti dibawah ini :
12
1. Mengisi akal dan pikiran dengan ilmu pengetahuan
Akal pikiran seseorang besar sekali pengaruhnya dalam kehidupannya. Akal pikiran
yang sempit dan tentu akan menjadikannya menempuh jalan yang sesat. Sebaliknya akal
pikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan menjadi obor menerangi jalan hidupnya.
Firman Allah SWT menegaskan bahwa orang-orang yang durhaka masuk neraka
karena sempit akal pikirannya, tidak memahami ayat-ayat tuhan. Surat Al-Mulk ayat 10 :
وق��ا ل��و الوکنانس��مع أونعق��ل م��ا کن��ا فى
ب السعير حصأ Dan mereka berkata “Sekiranya kami mendengarkan atau memikitkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”.
Umat Islam dahulunya mendahului bangsa-bangsa lain karena mereka berbudi pekerti
tinggi berakhlak mulia. Mereka berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’anul Karim dan
hadist-hadist Nabi. Dari kedua pendapat itu dapatlah diambil kesimpulan bahwa yang
dikatakan akhlak ialah: perbuatan, tindak tanduk seseorang yang dilakukannya dengan
mudah tanpa banyak pertimbangan, dengan lancer mereka merasa sulit ia lakukan.
2. Bergaul dengan orang-orang yang baik
Manusia suka meniru orang lain, ia mencontoh pakaian, perhiasan, dan gaya hidup
masyarakat disekitarnya. Ia juga meniru dan mengikuti tingkah laku teman sejawatnya.
Begitu yang biasa terjadi dalam masyarakat. Bergaul dengan orang berani menjadikan
seseorang berani pula. Banyak orang pintar dan anak yang cerdas karena ia suka berteman
dengan orang-orang yang cerdas, tekun belajar. Teman yang suci hatinya. Nur iman
menerangi jiwanya. Amal perbuatannya baik menjadi wataknya.
Pergaulan menjadikan anak-anak didik hampir serupa tingkah lakunya. Mungkin
semua menjadi baik atau sebaliknya. Begitulah menularnya sifat buruk atau baik. Sabda
Rasulullah artinya: “Sifat seseoranga sama dengan orang yang disukainya (teman
sepergaulannya)”.
13
3. Meninggalkan Sifat Pemalas
Pemalas akan terbiasa duduk-duduk berpangku tangan tanpa amal, merusak
kesehatan. Sebaiknya orang bekerja dengan giat, berjuang dengan ulet untuk mencapai
cita-citanya, sehingga tidak ada waktunya yang terbuang percuma. Ia dapta memilih apa
yang sesuai dengan wataknya. Dengan bekerja keras orang akan terhindar dari segala
perebuatan jahat. Ia akan menjadi orang baik, berguna kepada agama, bangsa dan
negaranya.
4. Merubah Kebiasaan Buruk
Sesuatu perbuatan yang telah dilakukan seringkali ia akan menjadi tabiat susah
merubahnya. Tabiat atau kebiasaan jahat bias menjadi darah daging yang sulit sekali
memisahkannya. Untuk meninggalkan sifat-sifat yang buruk memerlukan kemauan keras,
tekad yang membaja, serta kesadaran yang mendalam. Jika memang ada kemauan tentu
ada jalan, where there is a will there is away. Diantara cara-cara yanbbg dapat dilakukan
untuk merubah tabiat buruk itu ialah:
a. Kemauan yang keras membaja untuk merubah
b. Jangan sekali-kali meninggalkan perbuatan baik yang baru dicoba sebagai ganti dan
tingkah laku jahat yang baru ditinggalkan
c. Hendaklah merubah dan meninggalkan kebiasaan jahat yang sudah pernah dilakukan
secepat mungkin sebagai realisasi dari tekadnya.
5. Membiasakan membaca sejarah (otobiografi) orang-orang ternama
Membaca sejarah orang-orang besar memberikan suatu inspirasi dalam jiwa.
Akhirnya akan timbul cita-cita dan keinginan untuk meniru dan meneladani. Sejarah
rasul-rasul banyak disebutkan dalam Al-Qur’anul Karim. Nabi Ibrahim, Musa, Isa,
dan Nabi besar Muhammad SAW. Semua itu akan member kesan dan pelajaran yang
dapat merubah tingkah laku seseorang.
14
3.2 Akhlak Mulia Dalam Kehidupan
1. Amanah
Amanah ialah memberikan berita menurut yang sebenarnya. Tidak melebihi tidak
pula mengurangi. Memberi berita itu tidak saja dengan mulut dan perkataan. Amanah
sifat yang terpuji, menjadi hiasan diri. Menambah terhormat dan tinggi martabat. Allah
menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang amanah. Firman Allah SWT :
“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu Karena
kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima
Taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Sabda Rasulullah memuji orang-orang yang lurus benar : “Hendaklah kamu berlaku
lurus benar. Lurus dan benar membawa kebaikan. Kebaikan membawa kamu ke syurga.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwasanya rasulullah berkata
kepada Abu Bakar : “Hendaklah benar pembicaraanmu, tetapi janjimu. Peliharalah
amanah (kepercayaan dan tanggung jawab) yang diberikan kepadamu. Itulah amanah
dari nabi-nabi.
2. Ikhlas
Ikhlas ialah berbuat dan beramal dari motifasi yang tulus ikhlas, dari hati sanubari
karena Allah semata. Tidak mengharapkan punjian dan penghargaan terjauh dari mencari
nama dan penghormatan. Amal perbuatan yang semata-mata karena Allah mencapai
kebahagiaan dunia akhirat.
Allah SWT orang-orang yang ikhlas dengan firmannya yang artinya : “Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka
dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seseorang penolongpun bagi mereka”.
Sabda Rasulullah : “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang
ikhlas mengharapkan pahala dari Allah”.
Banyak orang yang berjuang menemui kegagalan, karena tidak ada keikhlasan. Ikhlas
menjadi roh dari amal perbuatan. Ikhlas dasar keberhasilan dan keselamatan.
15
3. Berani
Berani merupakan suatu sifat yang menjadikan seorang berani menghadapi kesulitan
atau bahaya di saat diperlukan berbuat demikian. Setelah pertimbangan dengan mantap
dan putusan sudah ditetapkan orang harus bertekad bulat menjalankannya. Itulah yang
disebut azimah.
Azimah (tekad bulat) tentu saja sesudah segala pertimbangan dan perhitungan buruk baik,
untung rugi, berapa pengorbanan dan sampai dimana kemenangan yang akan diperoleh.
4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah menjaga tanggung jawab dan menunaikannya dengan baik
menurut semestinya. Orang yang menunaikan amanah disebut “Al-amin” yang dipercaya.
Amanah merupakan sifat nabi-nabi dan rasul-rasul.
Amanah mencakup :
1. Amanah dalam menjaga harta benda yang ada hubungannya dengnan hak orang lain
2. Menjaga dan tidak membocorkan rahasia yang membahayakan teman sejawat
3. Menunaikan tugas dengan jujur
4. Jujur dan berkata benar walaupun dalam hal-hal yang mungkin tidak diketahui orang
5. Sederhana
5. Sederhana
Sederhana ialah seimbang. Seimbang antara antara bakhil denga royal. Seimbang
antara penakut dan pemberani. Seimbang antara hidup bermewah-mewah dan hidup
melarat. Seimbang dalam berpakaian. Tidak terlalu hebat dan tidak pula sangat sederhana.
6. Sabar
Sabar ialah ketetapan hati dan kemantapan jiwa menghadapi kesulitan-kesulitan.
Tidak resah gelisah di kala ditimpa musibah. Dengan lapang dada pikiran tenang dan
iman yang tidak bergoncang dihadapi kesulitan yang menimpa. Dicari jalan keluar dari
kesulitan itu dengan bijaksana. Iman tidak hilang, pikiran tetap tenang, pedoman agama
tetap dipegang. Dengan sifat sabar seperti itu kesulitan dapat diatasi.
16
7. Memelihara lidah
Memelihara lidah ialah mengikuti sopan santun dank ode etik pergaulan. Memilih
kata-kata yang berguna, mengucapkannya dengan bijaksana, suara yang lunak lembut
dengan wajah yang simpatik menimbulkan rasa persaudaraan dan menguatkan
perhubungan antar sesama manusia.
8. Rendah Hati
Rendah hati suatu sifat yang menjadikan mukmin bergaul sopan santun, simpatik,
Tidak sombong, tidak merasa lebih dari orang lain. Sifat rendah hati menimbulkan rasa
persaudaraan, kasih mengasihi antar satu dengan yang lain. Suatu sifat yang timbul dari
hati yang bersih tidak bernoda.
Rendah hati sifat nabi-nabi dan rasul-rasul, sifat sahabat-sahabat dan orang-orang
yang saleh. Allah s.w.t menyuruh Muhammad bersikap dengan rendah hati, lunak lembut
bermuka manis dan simpatik kepada pengikut-pengikutnya.
9. Adil
Adil berarti selalu menjalankan kebenaran dalam segala tindakan. Tidak keluar dari
garis kebenaran itu sedikit juga. Tidak aniaya atau condong untuk melakukan keaniayaan
karena salah satu tujuan.
Adil dapat dibagi dua bagian :
1. Adil kepada diri sendiri
Ialah memberikan setiap yang berhak haknya. Tidak boleh memihak dan berat
sebelah. Memihak dan berat sebelah disebabkan beberapa factor. Diantaranya:
- Kasih sayang
- Ada keuntungan yang diharapkan
- Ada juga karena terpengaruh oleh : kecantikan, pandai bicara, dan merayu
2. Keadilan dalam masyarakat
17
10. Maaf
Maaf berarti tidak membalas waktu ada kesempatan. Tidak memusuhi teman sejawat
yang ebrlaku tidak wajar kepada kita. Maaf menghilangkan perselisihan, dan
menghabiskan pertengkaran. Sekiranya tidak ada maaf bagimu sebagaimana yang telah
menjadi buah mulut orang, niscaya akan putuslah hubungan satu dengan yang lain.
3.3 Kondisi akhlak remaja saat ini dan permasalahan yang ditimbulkan
Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai penurunan akhlak masyarakat yang didapat
dari berbagai masyarakat.
15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan
seksual di luar nikah
15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya
hingga Juni 2009 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di
Indonesia, dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari
usia 15-29 tahun
Diperkirakan terdapat sekitar 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia,
di mana lebih dari 60 persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen
berusia 15 tahun atau kurang
setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di mana 20 persen
diantaranya adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja
Berdasarkan data kepolisian, setiap tahun penggunaan narkoba selalu naik. Korban
paling banyak berasal dari kelompok remaja, sekitar 14 ribu orang atau 19% dari
keseluruhan pengguna.
jumlah kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja tercatat 1.150 sementara
pada 2008 hanya 713 kasus. Ini berarti ada peningkatan 437 kasus. Jenis kasus
kejahatan itu antara lain pencurian, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan.
Sejak Januari hingga Oktober 2009, Kriminalitas yang dilakukan oleh remaja
meningkat 35% dibandingkan tahun sebelumnya, Pelakunya rata-rata berusia 13
hingga 17 tahun.
18
Kemorosotan akhlak di atas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan untuk
melakukan hal yang tidak baik.
Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kuran memperhatikan anaknya,
bisa-bisa anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal
ini bisa menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.
Ingin mengikuti trend, bsia saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat
keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalu sudah mencoba merokok dia
juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
Kurangnya pendidikan Agama dan moral.
Faktor-faktor di atas sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan
berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus informasi menjadi lebih
transparan. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat
mengganggu akhlak. Untuk mengatasi masalah ini, penulis memeberikan beberapa solusi
berdasarkan dalil naqli dan akli sebagai berikut.
Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman
dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak.
Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama
dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat
penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat
menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring
pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini, orang-
orang menganggap bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan.
Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak
penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya
akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.
19
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perbedaaan antara akhlak, moral, dan etika adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Pada etika, penilaian baik buruk
berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik buruk itu adalah al-Qur'an dan al-hadis.
2. Ketiga hal tersebut (etika, moral dan akhlak) merupakan hal yang paling penting
dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling
baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.
3. Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan nilai akhlak,
seperti tingkat kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan lain-lain. Jika
hal-hal seperti ini tidak diperbaiki, hal ini akan menyebabkan rusaknya generasi
masyarakat di masa yang akan datang. Sehingga tidak mungkin zaman akan berganti
lagi seperti zaman jahiliyah dahulu.
4. Untuk mencegah dan atau memperbaiki kemorosotan akhlak ini, ada berbagai macam
solusi yang dapat dilakukan seperti yang telah disebutkan di atas. Namun pada
dasarnya, semua solusi tersebut mengarah pada pemahaman dan pengamalan yang
sebenarnya pada ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits.
20
DAFTAR PUSTAKA
Modul, “Pendidikan Agama Islam”, Politeknik Negeri Sriwijaya. 2012
http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html
http://grms.multiply.com/journal/item/26
http://dewon.wordpress.com/2007/11/03/kategori-19/
21
Recommended