View
230
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI
PROVINSI BENGKULU
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
2013
1
PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.25/011/JUKLAK/2013
1. JUDUL RODHP : Penyediaan dan Percepatan
Penyebaran VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu
2. JENIS KEGIATAN : Perbenihan/UPBS di Provinsi Bengkulu 3. LOKASI KEGIATAN : Provinsi Bengkulu
4. TUJUAN
Tujuan kegiatan Produksi Benih/UPBS pada tahun 2013 adalah:
1. Memprediksi kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi,
jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.
2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan
kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan,
preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat
Bengkulu.
3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi,
jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang
Pertanian.
4. Mengevaluasi peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan
dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.
5. TAHAPAN PELAKSANAAN
Target produksi benih yang dilakukan oleh UPBS BPTP Bengkulu untuk
komoditas padi adalah 10 ton untuk benih berlabel putih dan 15 ton untuk benih
berlabel ungu. Untuk komoditas jagung target produksinya 5 ton benih yang
berlabel putih dan ungu dan komoditas kedelai ditargetkan sebanyak 1 ton benih
yang berlabel putih dan ungu. VUB yang terseleksi akan ditangkarkan sebagai
benih sumbernya, diantaranya Inpara 1, 2, Banyuasin, Indragiri, Inpari 6, 10, 13,
20, dan Inpago 8, selain itu ditangkarkan juga benih sumber untuk jagung dengan
varietas Sukmaraga dan kedelai varietas Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang dan
Tanggamus untuk mengantisipasi permintaannya yang diperkirakan cukup tinggi di
Bengkulu pada tahun 2013.
2
Untuk mencapai output tersebut diperlukan tahapan kegiatan sebagai
berikut:
1. Koordinasi internal dan antar institusi
Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan
ataupun seminar di BPTP Bengkulu. Pertemuan direncanakan dilaksanakan setiap
bulan. Dalam pertemuan ini akan dievaluasi kemajuan kegiatan, hambatan dan
kendala, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut kegiatan
UPBS.
Kegiatan UPBS dalam logistik benih di daerah bertujuan untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Dengan demikian UPBS perlu
berkoordinasi dengan Dinas maupun kelembagaan perbenihan setempat antara lain
BPSB, BBI, BBU, Instalasi Kebun Benih, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Perbenihan, penangkar dan produsen benih. Kegiatan koordinasi dilakukan pada
tahap persiapan untuk perencanaan produksi benih sumber sampai dengan tahap
distribusi. Hal ini untuk menjamin bahwa benih yang akan dihasilkan diketahui oleh
lembaga perbenihan setempat dan sesuai dengan kebutuhan maupun menampung
aspirasi dari stakeholders. Oleh karena itu, informasi produksi benih yang dihasilkan
harus disebar luaskan, agar stakeholders dan masyarakat mendapatkan informasi
ketersediaan benih di UPBS.
Koordinasi antar institusi baik di tingkat regional (stakeholders di provinsi
dan Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya
ditingkat kabupaten direncanakan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan
kegiatan kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten, Badan
Pelaksana Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Kabupaten). Koordinasi
di tingkat provinsi dilakukan ke Dinas Pertanian Provinsi, Bakorluh dan BPSB
Provinsi). Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balai Besar/Balit lingkup
Badan Litbang Pertanian yang merupakan sumber inovasi teknologi dan informasi
(BB Pengkajian, BB Padi, Balitkabi dan Balitserealia).
Koordinasi dengan instituasi ditingkat Provinsi dan Kabupaten, khususnya
dengan pihak BPSB Provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan selain
untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai kondisi BBI dan BBU
(alamat, kapasitas produksi dan sarana) yang ada di Provinsi Bengkulu, juga
dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi, jagung maupun
kedelai.
3
2. Menghimpun data kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas (mapping).
UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di
daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan sebarannya
sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan secara optimal.
Data ini perlu dikumpulkan baik secara desk studi maupun kunjungan ke lapangan.
Di samping itu juga perlu dipetakan kebutuhan benih dan varietas spesifik lokasi
untuk mempermudah dalam perencanaan maupun dalam penyusunan kebijakan
(policy). Data-data pendukung ini dapat diperoleh dari berbagai sumber
diantaranya BPS, Dinas Pertanian, BPSB, Badan Penyuluhan, BPP, PT Pertani, PT.
SHS, penangkar dll. Data ini ditabulasikan, dianalisis dan dipetakan secara
informatif.
3. Produksi benih sumber Penentuan Lokasi dan Petani Kooperator
Penentuan lokasi dan petani penangkar sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan. Petani yang dipilih adalah petani yang kooperatif dan
bersedia untuk mengikuti semua petunjuk teknis yang telah ditentukan.
UPBS perannya tidak hanya memproduksi benih tetapi sekaligus sebagai
media diseminasi. Pemilihan lokasi untuk perbanyakan benih harus memperhatikan
prinsip agronomik dan prinsip genetik. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi
(kondisi jalan) dan kondisi fisik lahan. Lahan untuk produksi benih sebaiknya
adalah lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama atau varietas lain
yang karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata, kondisi lahan subur dengan air
irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas
lain. Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. Apabila
tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi
pertanaman produksi benih dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan
isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.
BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk
produksi benih sumber dilakukan kerjasama dengan petani penangkar. Ada dua
cara kerjasama dengan petani kooperator yaitu dengan cara bagi hasil dan sewa
lahan.
Produksi benih melalui mekanisme kerjasama bagi hasil dengan
petani/penangkar dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
4
(1) Melakukan identifikasi calon petani/penangkar dan identifikasi lahan calon
lokasi produksi yang bersedia diajak bekerjasama (bermitra), pada tahapan ini
ada beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya sebaiknya calon
petani/penangkar bersifat inovatif, kreatif, bersedia menerima dan menerapkan
informasi teknologi
(2) Menyusun perjanjian atau kontrak, yang mengatur lingkup kegiatan, lokasi,
kontribusi masing-masing pihak dan sistem bagi hasil. Perjanjian
mencantumkan lingkup kegiatan, waktu, lokasi, dan teknis kegiatan.
Sistem sewa lahan untuk produksi benih dapat dilakukan dengan
petani/penangkar. Dalam operasionalnya tidak berbeda jauh dengan sistem
kerjasama bagi hasil. Sistem sewa lahan harus didasarkan kepada suatu perjanjian
diantara kedua belah pihak yang jelas tertuang di dalam surat perjanjian. Dengan
demikian pemilihan lahan produksi yang akan disewa menjadi hal yang penting.
Dalam perjanjian atau kontrak hendaknya mencantumkan beberapa hal,
diantaranya:
(1). Waktu sewa, luas lahan yang disewa, dan lingkup kegiatan yang akan
dilakukan.
(2). Nilai uang sewa, jangka waktu pembayaran sewa. Adapun besarnya nilai sewa
akan tergantung pada kondisi masing-masing daerah (spesifik wilayah/lokasi).
Untuk perjanjian sewa harus mencantumkan surat keterangan bukan
sengketa dari lurah setempat.
Budidaya , panen , prosesing dan sertifikasi benih a. Padi
1). Persemaian
Tanah diolah, dicangkul atau dibajak dan dibiarkan dalam kondisi macak-
macak selama minimal 2 hari, kemudian dibiarkan mengering sampai 7 hari
agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh. Setelah itu, tanah diolah kembali
sekaligus membersihkan lahan dari tanaman padi yang tumbuh.
Bedengan dibuat dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang
disesuaikan dengan ukuran petakan sawah dan kebutuhan.
Luas lahan untuk persemaian adalah 2-4% dari luas areal pertanaman atau
sekitar 200-400 m2 per hektar pertanaman. Tabur benih secara merata
pada persemaian.
5
Pupuk persemaian dengan urea, TSP dan KCl masing-masing sebanyak 15
g/m2. Benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam.,
lalu disebarkan di persemaian.
Kebutuhan benih untuk 1 ha areal pertanaman adalah 20-25 kg.
Tabur benih yang telah mulai berkecambah dengan kerapatan 25-50 g/m2
atau 0,5-1 kg benih per 20 m2 lahan.
2). Penyiapan lahan
Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak yang pertama, lalu digenangi
selama 2 hari, dan kemudian dikeringkan selama 7 hari. Setelah itu dibajak
yang kedua, lalu digenangi selama 2 hari dan kemudian dikeringkan lagi
selama 7 hari. Terakhir tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan
tanah.
Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot
dengan herbisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari atau sesuai
dengan anjuran.
3). Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari dengan 1-3 bibit
per lubang. Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang sama
(dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misal 2 atau 3 daun/batang).
Tanam tegel (20 x 20 cm atau 25 x 25 cm) atau jajar legowo 2:1 / 4:1
(tergantung kondisi lahan dan varietas yang ditanam).
Bibit ditanam pada kedalaman 1-2 cm
Sisa bibit yang telah dicabut diletakkan di bagian pinggir dari petakan, untuk
digunakan dalam penyulaman.
Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam dengan bibit dari varietas
dan umur yang sama. Setelah ditanam, air irigasi dibiarkan macak-macak
(1-3 cm) selama 7-10 hari.
4). Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menambah penyediaan hara sehingga
mencukupi kebutuhan tanaman.
6
Dosis pemupukan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk
Urea, SP36 dan KCI, dosisnya disesuaikan dengan ketersediaan unsur P, N
dan K dalam tanah.
5). Pengairan
Selesai tanam, ketinggian air sekitar 3 cm selama tiga hari.
Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibiarkan pada kondisi
macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari.
Pengairan selanjutnya dilakukan secara intermiten (selang-seling).
Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar proses
pematangan biji relatif lebih cepat dan lahan produksi benih tidak becek
sehingga memudahkan saat panen (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 2013b).
6). Penyiangan dan pengendalian OPT
Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh
gulma. Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali tergantung pada keadaan
gulma secara khemis, landak atau gasrok. Penyiangan dilakukan menjelang
pemupukan susulan pertama dan kedua. Tujuannya agar pupuk yang
diberikan hanya diserap oleh tanaman padi secara optimal.
Hama dan penyakit merupakan faktor pembatas yang dapat menyebabkan
penurunan hasil. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit harus
dilakukan secara terpadu berdasar pada prinsip-prinsip PHT yaitu 1)
Budidaya tanaman sehat, 2) pelestarian dan pembudidayaan musuh alami,
3) Pengamatan lahan/monitoring secara teratur. Penggunaan pestisida harus
dilakukan dengan bijaksana.
7). Roughing
Roughing adalah membuang tanaman tipe simpang (off type),
campuran varietas lain (CVL) yang memiliki ciri-ciri menyimpang dari varietas
yang diperbanak. Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat
kemurnian genetik yang tinggi. oleh karena itu roughing perlu dilakukan
dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman.
Roughing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri
7
morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi
benihnya. Tujuan dari pelaksanaan roughing adalah agar diproduksi benih yang
memiliki kemurnian genetik yang tinggi sesuai dengan deskripsinya.
Roughing pada fase vegetatif awal ( 35 – 45 HST)
Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).
Roughing pada fase vegetatif akhir/anakan maksimum ( 50 – 60 HST)
Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang warna kaki atau helai daun dan pelepahnya berbeda dari
sebagian besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).
Roughing pada fase generatif awal /berbunga ( 85 – 90 HST)
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda.
8
Roughing pada generatif akhir /masak ( 100 – 115 HST)
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian
besar rumpun-rumpun lain.
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar
rumpun-rumpun lain.
Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang.
Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah dan
ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.
8). Panen
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau
apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Mutu benih padi setelah panen
biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah
satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah
status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi
lapang yang lebih luas. Panen pada waktu yang tepat akan mendapatken benih
dengan mutu fisik dan mutu fisologis yang baik.
Persiapan panen
Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah
dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB.
Semua malai dari kegiatan roughing harus dikeluarkan dari areal yang akan
dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai
sisa roughing.
Persiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat
perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang
akan digunakan untuk panen dibersihkan
9
Waktu panen
Panen dilakukan pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar
90-95% malai telah menguning.
Proses panen
Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak
digunakan sebagai calon benih.
Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok
dengan threser atau potong bawah lalu digebot.
Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture tester.
Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label (yang berisi:
nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.) lalu
diangkut ke ruang pengolahan benih.
Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama
varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.
9). Pengeringan
Pengeringan adalah penurunan kadar air benih sampai dengan kadar air
yang aman untuk diproses lebih lanjut. Penjemuran dapat dilakukan dengan
menggunakan lantai jemur atau menggunakan alat pengering (dryer). Tujuan dari
pengeringan adalah menurunkan kadar air benih, yaitu untuk menekan laju
metabolisme benih sehingga benih dapat disimpan dan dapat diolah, memiliki mutu
fisik dan fisiolosis yang baik.
Penjemuran menggunakan lantai jemur
Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari
varietas yang berbeda.
Gunakan alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu
tinggi di bagian bawah hamparan.
Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati.
Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air
benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih
tersebut.
10
Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, penjemuran dilakukan selama
4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya dihentikan apabila suhu hamparan benih
lebih dari 43oC.
Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar
mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).
Penjemuran dengan alat pengering
Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan
pastikan mesin berfungsi dengan baik.
Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal
benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan).
Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi
di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower).
Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu
pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC.
Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam
dan catat.
Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi
standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).
10). Pengolahan benih
Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan
(grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Pembersihan dalam skala kecil
dapat menggunakan tampi atau nyiru sedangkan untuk skala besar dapat
menggunakan air screen cleaner. Grading (pemilahan benih) adalah proses
pemilahan benih berdasarkan bentuk, ukuran dan bobot benih. Grading dapat
dilakukan dengan alat-alat dalam pemilahan benih. Tujuan pembersihan adalah
untuk memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun padi yang terbawa)
juga untuk membuang benih hampa. Tujuan dari grading adalah untuk
mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar,
ketebalan), bentuk atau berat jenis benihnya.
11
Prosedur
Sebelum proses pengolahan dimulai, cek peralatan dan bersihkan alat-alat
pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan
baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.
Untuk menghindari terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu
varietas diolah terlebih dahulu sampai selesai. Kemudian pengolahan
dilanjutkan untuk varietas lainnya.
Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label yang
jelas di dalam dan di luar karung.
Jika alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah benih dari beberapa
varietas yang berbeda, mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa
benih sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya
campuran dengan varietas lain.
Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas, kelas benih, berat
benih bersih dan susut selama pengolahan.
b. Jagung
1. Penyiapan Benih
Persyaratan benih bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun
fisiologinya.
Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung
kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang terjamin adalah
benih bersertifikat.
2. Perlakuan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama
apabila diduga akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan
lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang
bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik.
3. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan tanaman jagung bertujuan untuk mendapatkan kondisi
lingkungan yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil produksi jagung.
Tujuan pengolahan lahan adalah untuk:
Menyediakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung.
12
Memperbaiki sifat fisik tanah.
Mencegah pertumbuhan gulma dan tanaman pengganggu.
Lahan untuk bertanam jagung dapat diolah dengan menggunakan cangkul,
bajak ataupun dengan traktor.
Pengolahan lahan untuk bertanam jagung terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
Memecah
Yang dimaksud memecah pada pengolahan tanah untuk bertanam jagung
adalah mengubah kondisi tanah yang tadinya keras dan padat menjadi
tanah yang gembur dan lunak, agar dapt diproses selanjutnya. Alat untuk
memecah kondisi tanah ini adalah traktor.
Membalik
Membalik tanah pada pengolahan tanaman jagung adalah penggantian atau
pemindahan posisi dari bagian tanah sebelas atas menjadi sebelah bawah
atau sebaliknya.
Hal ini dilakukan karena tiap komposisi tanah yang memiliki sifat yang
berbeda-beda, baik kandungan unsur maupun tingkat kesuburan tanahnya.
Alat yang dipergunakan untuk membalik tanah adalah cangkul.
Meratakan tanah
Proses yang selanjutnya setelah tanah dipecah dan dibalik adalah dengan
diratakan, agar proses perawatan yang lain dapat berlangsung dengan
mudah. Alat yang digunakan untuk meratakan adalah garu, dengan tenaga
sapi atau kerbau atau tenaga manusia.
Keadaan tanah yang diolah sebaiknya dalam keadaan tidak basah sebab
akan lengket dan sukar digemburkan. Selain itu juga tidak terlalu kering,
sebab akan terasa keras, sehingga perlu tenaga yang besar. Jadi sebaiknya
dalam keadaan lembab agar mudah pengolahannya.
Cara pengolahan tanah untuk bertanam jagung, yaitu:
Setelah tanah diolah, maka tanah dibuat bedengan dengan ukuran yang
sesuai dengan luas lahan.
Selain itu di antara bedengan dibuat parit untuk pengaturan pengairan,
yang dalamnya 20 cm dan lebarnya 40 cm.
Segera dilakukan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan
tugal/batang kayu
13
Pembuatan jarak antara lubang tanam bergantung pada kesuburan
tanah dan daya tumbuh benih.
2. Penanaman
Penanaman jagung dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan,
sehingga pada masa pertumbuhan tanaman jagung masih tersedia air dari
curah hujan.
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dibuat
dengan tugal sedalam 3-5 cm mengisi lubang tanam dengan satu benih
jagung disertai dengan furadan 1 g tiap lubang, jarak tanam 75 x 40 cm
dengan jumlah populasi 55.000 - 66.0000 tanaman/ha.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan dimaksudkan untuk menghindari persaingan tanaman
dengan gulma. Upaya ini dilakukan dengan penyemprotan herbisida
pascatumbuh dan pembumbunan pada saat setelah selesai pemupukan II.
Pemeliharaan selanjutnya dilakukan dengan menjaga tanaman dari
gangguan hama dan penyakit tanaman, dengan memonitor secara kontinu
kondisi OPT di lapangan. Monitoring khusus difokuskan pada penyakit bulai.
Pada pemeliharaan tanaman jagung juga dilakukan kegiatan :
1) Penjarangan dan Penyulaman
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki
2 atau 1, tanaman yang tumbuh paling jelek, dipotong dengan pisau atau
gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman
secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman
lain. Benih yang tidak tumbuh/mati perlu disulam, kegiatan ini dilakukan
7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan benih dari jenis
yang sama.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
muda menggunakan tangan, cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus hati-
hati agar tidak mengganggu perakaran yang belum kuat mencengkeram
tanah.
3) Pembumbunan
Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan
pada umur 6 minggu. Tanah di kanan dan kiri barisan jagung diurug
14
dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman, membentuk
guludan memanjang. Pembubunan juga dilakukan bersamaan penyiangan
kedua.
4) Pemupukan
Pemupukan perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara
pemberian pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk ponska 300 kg
dan pupuk urea 200 kg. Pemupukan disajikan pada table berikut :
No Jenis Pupuk Dosis (kg) Waktu Pemberian
Dasar 21 HST 35 HST
1 Ponska 300 150 150
2 Urea 200 75 75 50
Total 500 225 225 50
Pemupukan pada tanaman jagung dilakukan 3 kali, yaitu pada saat
tanaman jagung berumur 7 HST setelah tanam untuk pemupukan
pertama, saat tanaman berumur 21 HST pemupukan kedua, umur 35
HST.
4. Pengandalian OPT
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung
dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan kesehatan, yang
akhirnya mengganggu hasil produksinya.
5. Roughing
Roughing dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang
menyimpang dari kondisi genotipe yang semestinya. Panduan yang
digunakan dalam roughing tanaman adalah warna batang, warna daun,
tinggi tongkol, tinggi batang, umur berbunga, warna rambut, warna malai
yang menyimpang dan tanaman yang terinfeksi penyakit segera dibuang.
6. Pemanenan
Sebelum panen, tanaman yang sudah tua dipangkas pucuknya, tepat
di atas tongkol, dan selanjutnya dibiarkan di lapangan sekitar 10 hari. Hal ini
dilakukan agar kadar air tongkol panen dapat turun di bawah 30% sehingga
tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk menurunkan kadar air
tongkol layak giling yang dianjurkan berkisar antara 16-17%.
15
a. Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel di batang atau
setelah di petik. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di
dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak
menimbulkan kerusakan atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan.
Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan
selama proses pengeringan.
b. Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan.
Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar
air 9–11%. Penjemuran memakan waktu ± 7-8 hari. Penjemuran dapat
dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat
dan digantung.
Pengeringan buatan pada musim hujan dilakukan dengan mesin
pengering, Suhu pengeringan 38-430 C, sehingga kadar air turun
menjadi 12-13%. Penundaan waktu pengeringan selama 2 hari dapat
meningkatkan kontaminasi Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan
alfa toxin yang dapat meracuni manusia dan hewan. Dari 14 pbb
menjadi 94 pbb (ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb).
c. Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil menggunakan tangan atau
alat pemipil bila jumlah produksi cukup besar. Untuk memudahkan
pekerjaan pemipilan dilakukan pada tongkol kering dan kadar air bji
18%-20%.
c. Kedelai
1. Penyiapan Lahan
a. Penyiapan lahan sawah tanah tidak perlu diolah, cukup dibersihkan dan
dibuat saluran drainase atau selokan dengan jarak 3 meter khususnya
untuk menghindari genangan air.
b. Pada lahan tegal tanah diolah hingga gembur (olah tanah sempurna) dan
bersih dari gulma.
2. Penanaman
a. Pada lahan sawah, penanaman optimal 7 hari setelah panen padi sawah.
16
b. Perlakuan benih dengan seed treatment antara lain dengan 10 gram
Marshal/kg benih,
c. Untuk mencegah hama lalat kacang, benih ditugal pada kedalaman 2 – 3
cm,
d. Jarak tanam 40x10 cm atau 20x20 cm,
e. Jumlah benih 2-3 biji/lubang.
f. Jumlah lubang 250.000/ha, populasi optimal 450.000 tanaman/ha.
g. Inokulasi dengan PMMG Rhizoplus dosis 150 gr/ha atau dengan Bio P 2000
z.
3. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Dilakukan sampai umur 4 (empat) hari setalah tanam.
b. Penyiangan
Penyiangan harus dilakukan seawal mungkin, agar gulma tidak menyaingi
pertumbuhan kedelai. Pertama + 3 minggu setelah tanam, dan kedua + 6
minggu setelah tanam, pada daerah yang sukar tenaga kerja dapat
digunakan herbisida pasca tumbuh.
4. Rouging
Rouging bertujuan untuk menjaga kemurnian benih. Rouging dilaksanakan
sebanyak 3 kali, yaitu :
- Pada saat tanaman berumur 2 minggu
- Pada saat tanaman awal berbunga
- Pada saat tanaman menjelang panen
5. Pemupukan
Pemupukan diberikan pada saat tanam atau pada saat umur 10 (sepuluh) hari
sesudah tanam dengan dosis sesuai dengan anjuran pupuk urea 50 kg, pupuk
TSP 100-150 kg, pupuk KCL 50 kg atau urea 50 kg, SP-36 100 kg dan KCL
75 kg.
6. Pengendalian OPT
Pengendalian OPT pada tanaman kedelai dilaksanakan dengan
menggunakan cara pengendalian hama terpadu. Hama yang sering menyerang
tanaman kedelai antara lain : lalat buah/lalat kacang, penghisap daun,
penghisap polong, dan penggerek biji. Dan penyakit yang sering menyerang
17
tanaman kedelai antara lain : penyakit virus, penyakit sapu setan dan penyakit
karat daun.
a. Aplikasi insektisida yang efektif disesuaikan dengan keperluan, yaitu menurut
intensitas serangan atau populasi hama berdasarkan hasil pengamatan atau
apabila telah mencapai ambang ekonomi, baru dilakukan penyemprotan
dengan insektisida.
b. Nilai ambang ekonomi beberapa hama adalah, lalat kacang: 2% serangan
atau terdapat 1 lalat dewasa per 5 meter baris tanaman, perusak daun:
12,5% kerusakan oleh berbagai ulat atau ditemukan 2-5 ekor ulat muda per
tanaman, khususnya pada periode menjelang berbunga sampai pengisian
polong, Perusak polong: 2% serangan, dengan cara mengamati kerusakan
polong tanaman (10-20 rumpun).
c. Apabila tenaga pengamat hama belum memadai, pengamatan hama dapat
dilakukan pada periode kritis, yaitu 7, 20, 45 da 60 hari.
d. Pengendalian penyakit dilakukan bila tanaman pada umur sekitar 30 hari
terdapat gejala karat daun dan perlu disemprotkan dengan fungisida.
Penyakit karat yang mulai menyerang pada umur 70 hari atau lebih tidak
perlu dikendalikan, karena tidak berpengaruh pada hasil.
7. Pemanenan
a. Saat panen harus tepat (cukup tua) umur kedelai berkisar antara 72-90 hari
tergantung varietasnya.
b. Secara visual saat panen ditandai dengan daun berwarna kuning coklat
kehitaman dan rontok, batang telah kering serta polong berwarna coklat dan
pecah, pada kondisi normal kadar air berkisar 20-24%.
c. Dipanen pagi hari
d. Cara panen adalah memotong pangkal batang menggunakan sabit.
e. Tanaman diupayakan tidak tercabut agar bintil akar Rhizobium tetap dalam
tanah sebagai pupuk.
f. Hasil pemotongan dikumpulkan secara teratur dan dipisahkan bila tingkat
kematangannya berbeda.
g. Pengumpulan dilakukan dengan baik sehingga tidak ada yang tercecer.
8. Pasca Panen
a. Pengeringan
18
Pengeringan brangkasan untuk memudahkan perontokan/pembijian
dilakukan dengan sinar matahari atau pengeringan buatan jika musim
hujan. Pengeringan dilakukan sampai kadar air 17%. Setelah pembijian
dilakukan lagi pengeringan sampai kadar air 14%. Pada musim hujan
pengeringan harus dibantu dengan peralatan dryer.
b. Pembijian
Pembijian dialkuka degan alat perontok/thresher sampai biji
terpisah dari polongnya. Pada saat pembijian kadar air biji 14-17 % dengan
kecepatan silinder mesin 350-400 RPM.
c. Pembersihan biji
Biji kedelai ditampi, digrider diseleksi atas ukuran biji, warna kulit,
keutuhan biji, besar biji, kemudian dijemur dilantai jemur sampai kadar 8-
14 %. Pengeringan harus dilakukan secepatnya untuk mempertahankan
daya tumbuh. Cara menjemur calon benih di atas lantai beralas terpal atau
karung plastik, dengan ketebalan tumpukan biji calon benih 3-5 cm.
d. Pengepakan/pengantongan
1. Untuk keperluan dalam jangka waktu dekat disortasi dijemur sampai
kadar air 10-11%, dimasukkam kantong plastik.
2. Untuk keperluan jangka waktu 6 bulan disortasi, dijemur lagi sampai
kadar air 8-9 % diuji, dimasukkan kantong plastik ukuran 0,10 mm,
disimpan di tempat aman.
3. Untuk jangka waktu panjang/lebih dari 8 bulan disortasi, dijemur sampai
kadar air 8-9 % duji, dimasukkan kantong plastik yang bagian dalam
dilapisi 1 lapis kertas semen, kemudian disimpan ditempat yang aman.
Sertifikasi
Sertifikasi dilakukan oleh BPSB dari calon benih yang telah diproses. Tujuan
sertifikasi adalah untuk menjamin bahwa benih memiliki bermutu tinggi dan berdaya
hasil tinggi dengan identitas genetik yang terjamin. BPSB memberikan sertifikasi
pada benih yang lulus pengujian lapangan dan laboratorium sesuai klasifikasi mutu
yang dicapai.
Penyimpanan dan pengemasan
Penyimpanan benih dapat didefinisikan sebagai upaya mengkondisikan
ruang simpan benih untuk mempertahankan mutu benih. Kondisi penyimpanan
19
yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih
seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode simpan. Daya
simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan dan
kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak
untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap
daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang simpan. Tujuan dari
penyimpanan adalah mempertahankan mutu benih hingga benih siap di tanam.
Kondisi ruang penyimpanan yang baik untuk benih-benih yang bersifat
ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi kering dan dingin. Beberapa
kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (i) untuk setiap
penurunan 1% kadar air atau 10oF (5,5oC) suhu ruang simpan akan melipat-
gandakan daya simpan benih. Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air benih
antara 14% sampai 5% dan pada suhu dari 50oC – 0oC dan (ii) penyimpanan
yang baik bila persentase kelembaban relatif (% RH) ditambah dengan suhu
ruang simpan (oF) sama dengan 100. Untuk memenuhi kondisi demikian,
idealnya ruang simpan benih dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan
dehumidifier (alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan).
Gudang penyimpanan selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tidak bocor.
Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton)
Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara yang lancar
sehingga gudang penyimpanan tidak lembab.
Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi
ditutup kawat kasa).
Penempatan benih dalam ruang simpan
Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah dari varietas
lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa, agar
tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar masuk barang
mudah. Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah
tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan langsung dengan
lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap tumpukan benih dilengkapi dengan
kartu pengawasan yang berisi informasi :
Nama varietas
20
Tanggal panen
Asal petak percobaan
Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)
Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.
Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah).
4. Diseminasi dan distribusi benih
Diseminasi dan distribusi benih dilakukan melalui beberapa kegiatan yang
diantaranya adalah sosialisasi, temu usaha, temu lapang, pameran, open house.
Promosi bertujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang ketersediaan benih.
Produksi Benih/UPBS BPTP Bengkulu kepada dinas/instansi lingkup pertanian tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota, BUMN, penangkar dan petani padi. Sosialisasi
dilakukan melalui berbagai kegiatan pertemuan (temu lapang, temu usaha,
sinkronisasi/koordinasi kegiatan dengan stakeholder), penyebarluasan informasi
dalam bentuk tercetak (leaflet, brosur, banner, poster) serta website. Melalui
berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku
agribisnis (petani, badan usaha, dan pemerintah) dalam mempercepat
penyebarluasan penggunaan VUB tanaman pangan di lahan petani.
Supaya benih yang telah dihasilkan dapat terdistribusi dengan baik kepada
pengguna, maka dapat dilakukan dengan 2 (dua) mekanisme yaitu (1) promosi/
diseminasi dan (2) komersial. Proporsi benih yang dapat dikomersialkan dengan
benih non-komersial (promosi/diseminasi) disesuaikan dengan keragaman kondisi
dan tantangan yang dihadapi di wilayah setempat.
Distribusi dengan kegiatan promosi/diseminasi
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :
(1) Sosialisasi benih VUB kepada dinas pertanian (provinsi/kabupaten/kota), badan
koordinasi penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau badan pelaksana
penyuluhan kabupaten/kota setempat.
(2) Melakukan promosi benih bersama dengan Dinas, penangkar, penjual beras
dan masyarakat dalam bentuk kunjungan lapang, panen bersama.
(3) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui dinas pertanian
kabupaten/kota dan/atau badan pelaksana penyuluhan pertanian
kabupaten/kota setempat untuk dimanfatkan dalam kegiatan uji adaptasi
21
varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot, display varietas unggul
baru (VUB), kaji terap varietas unggul, dsb.
(4) Temu lapang hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul
(dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas unggul, dsb.
(5) Pertemuan evaluasi hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih
unggul (dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas
unggul, dsb.
(6) Mengikuti atau menjadi peserta pameran dalam rangka hari krida pertanian,
hari ulang tahun (HUT) kabupaten/kota, pameran pembangunan, dsb.
(7) Pemberian bantuan benih VUB kepada penangkar benih melalui ikatan
penangkar dan pedagang benih (IPPB) atau gabungan penangkar dan
pedagang benih (GPPB) atau asosiasi perbenihan yang ada di masing-masing
kabupaten/kota. Monitoring oleh UPBS dalam hal pemanfaatan benih bantuan
perlu dilakukan agar tepat sasaran.
Distribusi benih secara komersial
1). Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dijual, maka hasil
penjualan sepenuhnya harus disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan
negara bukan pajak (PNBP). Pengaturan besar target PNBP dari hasil penjualan
benih UPBS BPTP akan tergantung dari nilai alokasi anggaran biaya produksi
benih, kebijakan manajeman UPBS BPTP setempat serta pertimbangan situasi
dan kondisi lainnya di daerah setempat. Semakin besar proporsi benih yang
dapat dikomersialkan oleh UPBS BPTP mengindikasikan bahwa adanya
kepercayaan masyarakat kepada benih VUB yang dihasilkan oleh UPBS BPTP
tersebut.
2). Pada prinsipnya dalam penyaluran (distribusi) benih, baik yang bersifat bantuan
(gratis) maupun benih yang dikomersialkan (dijual) sebagai PNBP, maka perlu
dilengkapi dengan bukti tanda terima (serah-terima) benih atau berita acara
serah terima benih. Pelaksanaan pengelolaan UPBS harus sesuai Pedoman
Umum Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman (UPBS) Badan Litbang Pertanian
Tahun 2011 melalui SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor:
142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tanggal 18 Mei 2011 dan Petunjuk Pelaksanaan
UPBS Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Agar
kegiatan pengelolaan UPBS dapat tertib administrasi maka dibutuhkan
instrument berupa kelengkapan dokumen untuk setiap phase kegiatan.
22
Kegiatan pengelolaan UPBS dimulai dari perencanaan sampai dengan
pelaporan. Instrumen di kelompokan dalam 8 kelompok sebagai berikut :
1. Instrumen manajemen
2. Instrumen produksi
3. Instrumen sertifikasi
4. Instrumen pengangkutan benih
5. Instrumen penyimpanan
6. Instrumen distribusi benih
7. Instrumen PNBP
8. Instrumen pelaporan UPBS di SI UPBS
1. Survey peran dan dukungan lembaga perbenihan
Survey ini ini dilakukan untuk mengetahui peran dan aktivitas dari
lembaga perbenihan (BPSB, BBI, BBU, penangkar dll). Data dari kelembagaan
perbenihan yang dikumpulkan diantaranya adalah kapasitas produksi, jenis benih
yang diproduksi, infrastruktur/sarana dan prasarana (jalan, bangunan, alat, dan
mesin).
2. Evaluasi sebaran varietas dan pelaporan
Setiap UPBS harus melakukan penyusunan laporan pelaksanaan UPBS
terdiri dari laporan bulanan, semester dan laporan akhir. Isi laporan meliputi :
(1) data target produksi, (2) perencanaan penanaman, (3) pelaksanaan kegiatan :
lokasi, varietas benih, mekanisme produksi, dll (4) realisasi produksi, distribusi,
(5) peran UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih di daerah , (5) permasalahan
dan tindak lanjut.
23
6. JADUAL KEGIATAN
No Uraian Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan, penyusunan (RODHP, Juklak)
2 Penentuan lokasi, petani kooperator
3 Produksi benih di lapangan dan distribusinya
4 Prosesing benih
5 Diseminasi: Temu lapang, Sosialisasi/Open House
7 Evaluasi penyebaran benih dan survey aktivitas lembaga perbenihan
6 Pelaporan (bulanan/semester/akhir)
7. URAIAN TUGAS
No Nama Uraian Tugas Keterangan 1 Dr. Wahyu Wibawa, MP
19690427 199803 1 001 1. Bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan 2. Menyusun Laporan Tengah Tahun
dan Laporan Tahunan
Bertanggung jawab kepada Ka
BPTP Bengkulu Menyusun laporan bulanan,
tengah tahun dan laporan akhir kegiatan
2 Andi Ishak, A.Pi, M.Si 19731121 199903 1 003
1. Mempersiapkan dan merencanakan
kegiatan yang dituangkan dalam proposal kegiatan
2. Membuat Laporan
Bertanggung jawab kepada
Penjab kegiatan
3 Yesmawati, SP 19760912 200912 2 001
1. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan yang dituangkan dalam
proposal kegiatan 2. Membuat Laporan
Bertanggung jawab kepada Penjab kegiatan
4 Ahyadi Jakfar 19630921 199309 1 001
1. Membantu seluruh kegiatan UPBS
2. Membantu penyelesaian keuangan dan administrasi kegiatan
Bertanggung jawab kepada
Penjab kegiatan
5 Yanhar 19630119 198903 1 001
6 Hendri Suyanto 19740401 200701 1 001
Recommended