View
248
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 1/19
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor nasal dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal
pada umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak maupun yang ganas.
Inverted papilloma (IP) merupakan tumor jinak yang paling sering
ditemukan.12
IP merupakan neoplasma epitelial yang berkembang dari pelapis
membran respiratori Schnederian, ditemukan hanya berkisar 0,5-4% dari
seluruh tumor nasal. Tumor ini memiliki empat karakteristik yaitu
kecenderungannya untuk rekuren, kemampuan destruktif dan invasi lokal,
berhubungan dengan polip nasal dan berkecenderungan berkembang dengan
cepat dan menjadi keganasan sebesar 5-15%.12
Infeksi bakteri dan virus, kondisi inflamatori kronik, alergi, merokok
tembakau dan pajanan zat kimia kemungkinan merupakan faktor etiologik.
Insidensi transformasi maligna pada IP berkisar antara 2 hingga 27%.
Penelitian terakhir melaporkan telah ada titik terang hubungan antara IP dan
KSS sinonasal dan hampir 10% IP berhubungan dengan KSS.12
Tingkat rekurensi yang tinggi (15-78%) biasanya dikaitkan dengan
reseksi lokal yang tidak lengkap. Morbiditasnya berasal dari pertumbuhan
lokal yang dapat meluas ke ruang yang berdekatan termasuk orbit dan
kompartemen intrakranial.9
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 2/19
2
BAB II
EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG DAN SINUS
PARANASAL
2.1. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Hidung
2.1.1. Embriologi Hidung
Selama minggu kelima plakoda-plakoda hidung mengalami
invaginasi membentuk lobang hidung. Dalam hal ini, plakoda hidung ini
membentuk suatu rigi jaringan yang mengelilingi masing-masing lobang
dan membentuk tonjol hidung. Tonjol-tonjol yang berada di tepi luar lobang
adalah tonjol hidung lateral dan yang berada di tepi dalam adalah tonjol
hidung medial.4
Hidung terbentuk dari tonjol-tonjol wajah minggu kelima; tonjol
frontal membentuk jembatannya; gabungan tonjol-tonjol hidung medial
membentuk lengkung cuping dan ujung hidung; dan tonjol hidung lateral
membentuk sisi-sisinya (alae).4
Selama minggu ke 6, lubang hidung makin bertambah dalam,
sebagian karena tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada di sekitarnya dan
sebagian lagi karena lobang ini menembus ke dalam mesenkim di
bawahnya. Mula-mula, membrana oronasalis memisahkan kedua lubang
hidung tadi dari rongga mulut primitif. Koana ini terletak di sisi kanan dan
kiri garis tengah dan tepat di belakang palatum primer. Kelak, dengan
terbentuk palatum sekunder dan berkembangnya rongga-rongga hidung
primitif lebih lanjut, koana tetap terletakpada peralihan antara rongga
hidung dan faring.4
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 3/19
3
Gambar 2.1. Embriologi hidung pada minggu kelima (A);
dan pada minggu keenam (B) dan (C).4
Gambar 2.2. Embriologi hidung pada minggu ketujuh (A) dan (C);dan pada minggu kesepuluh (B).
4
2.1.2. Anatomi Hidung
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat
perhatian lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu organ
pelindung tubuh terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung
terdiri atas hidung luar dan hidung dalam. Hidung luar menonjol pada garis
tengah diantara pipi dengan bibir atas, struktur hidung luar dapat dibedakan
atas tiga bagian yaitu: paling atas kubah tulang yang tak dapat digerakkan,
dibawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan dan
yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.1
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks. Agak keatas dan
belakang dari apeks disebut batang hidung (dorsum nasi), yang berlanjut
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 4/19
4
sampai kepangkal hidung dan menyatu dengan dahi. Yang disebut kolumela
membranosa mulai dari apeks, yaitu di posterior bagian tengah pinggir dan
terletak sebelah distal dari kartilago septum. Titik pertemuan kolumela
dengan bibir atas dikenal sebagai dasar hidung. Disini bagian bibir atas
membentuk cekungan dangkal memanjang dari atas kebawah yang disebut
filtrum. Sebelah menyebelah kolumela adalah nares anterior atau nostril
(lubang hidung) kanan dan kiri, sebelah latero-superior dibatasi oleh ala
nasi dan sebelah inferior oleh dasar hidung.1
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Bagian hidung dalam
terdiri atas struktur yang membentang dari os internum disebelah anterior
hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan
kebelakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi
kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagiandepan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior
(koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.1
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai ala nasi, tepat
dibelakang nares anterior, disebut dengan vestibulum. Vestibulum ini
dilapisi oleh kulit yang banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang
yang disebut dengan.1
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial,
lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi.
Septum nasi ini dibentuk oleh tulang dan tulang rawan, dinding lateral
terdapat konka superior, konka media dan konka inferior. Yang terbesar dan
letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil
adalah konka media, yang lebih kecil lagi konka superior, sedangkan yang
terkecil ialah konka suprema dan konka suprema biasanya rudimenter.
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 5/19
5
Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila
dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema
merupakan bagian dari labirin etmoid. Celah antara konka inferior dengan
dasar hidung dinamakan meatus inferior, berikutnya celah antara konka
media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka media
disebut meatus superior.1
Meatus media merupakan salah satu celah yang penting dan
merupakan celah yang lebih luas dibandingkan dengan meatus superior.
Disini terdapat muara dari sinus maksilla, sinus frontal dan sinus etmoid
anterior. Dibalik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung,
pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulat sabit yang dikenal
sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan
sabit menghubungkan meatus media dengan infundibulum yang dinamakan
hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk
tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus
unsinatus.
1
Gambar 2.3. Anatomi hidung luar.2
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 6/19
6
Gambar 2.4. Anatomi Hidung Dalam.2
2.1.3. Fisiologi Hidung
Hidung berfungsi sebagai indra penghidu, menyiapkan udara
inhalasi agar dapat digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi
penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna
kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel saraf yaitu sel penunjang,
sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan
udara inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan.
Partikel yang besarnya 5-6 mikrometer atau lebih, 85% - 90% disaring
didalam hidung.1
2.1.4. Vaskularisasi HidungBagian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari arteri
etmoid anterior dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika
dari arteri karotis interna. Bagian bawah rongga hidung mendapat
pendarahan dari cabang arteri maksilaris interna, di antaranya adalah ujung
arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina yang keluar dari foramen
sfenopalatina bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 7/19
7
belakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat
pendarahan dari cabang – cabang arteri fasialis.1
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang
arteri sfenopalatina, arteri etmoid anterior, arteri labialis superior, dan arteri
palatina mayor yang disebut pleksus Kiesselbach ( Little’s area). Pleksus
Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga
sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung) terutama pada anak.1
Vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar
hidung bermuara ke vena oftalmika yang berhubungan dengan sinus
kavernosus. Pembuluh darah vena pada hidung tidak memiliki katup,
sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi
hingga ke intrakranial.1
2.1.5. Persarafan Hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris
dari n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang
berasal dari n.oftalmikus (N.V-1). Rongga hidung lannya, mendapat
persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum.
Ganglion sfenopalatinum juga memberikan persarafan vasomotor atau
otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut-serabut
sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari n.petrosus
superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus.
Ganglion ini terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka
media.1
N.olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah
bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu
pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.1
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 8/19
8
2.2. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasal
2.2.1. Sinus Maksila
Sinus maksila adalah sinus terbesar dari semua sinus. Sinus maksila
memiliki bentuk piramida dan dibatasi menjadi empat bagian yakni dinding
anterior yang dibentuk dari permukaan wajah dari maksila dan berhubungan
dengan jaringan lunak pipi. Dinding posterior berhubungan dengan bagian
infratemporal dan fosa pterygopalatina. Dinding medial berhubungan
dengan bagian pertengahan maksila dengan meatus inferior, pada daerah ini
dinding sangat tipis dan berupa membran sedangkan dasar dari maksila
dibentuk dari prosesus palatina dan alveolar dari maksila dan terletak kira –
kira 1 cm di bawah dasar.2
Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial
sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.2
2.2.2. Sinus Etmoid
Sinus etmoid mulai berkembang dalam bulan ketiga pada proses
perkembangan janin. Sinus etmoid anterior merupakan evaginasi dari
dinding lateral hidung dan bercabang ke samping dengan membentuk sinus
etmoid posterior dan terbentuk pada bulan keempat kehamilan. Saat
dilahirkan, sel ini diisi oleh cairan sehingga sukar untuk dilihat dengan
rontgen. Saat usia satu tahun, etmoid baru dapat dideteksi melalui foto polos
dan setelah itu membesar dengan cepat hingga umur 12 tahun. Jumlah sel
berkisar 4-17 sel pada sisi masing-masing dengan total volume rata-rata 14-
15 ml.2
Sinus etmoid berongga – rongga , terdiri dari sel – sel yang
menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os
etmoid, yang terletak antara konka media dan dinding medial orbita.
Berdasarkan letaknya, sinus etmoid terbagi menjadi dua yakni sinus etmoid
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 9/19
9
anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang
bermuara di meatus superior.2
2.2.3. Sinus Frontal
Sinus frontal mulai berkembang sepanjang bulan keempat masa
kehamilan yang merupakan suatu perluasan ke arah atas dari sel etmoidal
anterosuperior. Sinus frontal jarang tampak pada pemeriksaan foto polos
sebelum umur 5 atau 6 tahun, setelah itu pelan-pelan tumbuh, total volume
6-7 ml. Sinus frontal mengalirkan sekretnya ke dalam resesus frontalis.2
Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar
daripada yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis
tengah. Kira – kira 15% dari orang dewasa hanya mempunyai satu sinus
frontal dan 5% sinus frontalnya tidak berkembang. Sinus frontal dipisahkan
oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga
infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.2
2.2.4. Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid mulai tumbuh sepanjang bulan keempat masa
kehamilan yang merupakan evaginasi mukosa dari bagian superoposterior
rongga hidung. Sinus ini berupa suatu takikan kecil di dalam os sfenoid
sampai umur 3 tahun ketika pneumatisasi mulai lebih lanjut. Pertumbuhan
cepat untuk menjangkau tingkatan sella tursica pada umur 7 tahun dan
menjadi ukuran orang dewasa setelah berumur 18 tahun, total volume 7.5
ml. Sinus sfenoid mengalirkan sekretnya ke dalam meatus superior bersama
dengan etmoid posterior.2
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 10/19
10
Gambar 2.5. Embriologi Sinus Paranasal.1
Gambar 2.6. Anatomi Sinus Paranasal.2
2.2.5. Fisiologi Sinus Paranasal
Fungsi dari sinus paranasal masih belum diketahui dengan pasti dan
masih belum ada persesuaian pendapat. Ada yang berpendapat bahwa sinus
paranasal tidak mempunyai fungsi karena terbentuknya sebagai akibat
pertumbuhan tulang muka.2
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal
antara lain adalah: 1. Sebagai pengatur kondisi udara, sinus berfungsi
sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban
udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah ternyata tidak didapati
pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga hidung. Volume
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 11/19
11
pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus
pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran
udara total dalam sinus. Mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan
kelenjar yang sebanyak mukosa hidung; 2. Sebagai penahan suhu, sinus
paranasal berfungsi sebagai penahan panas, melindungi orbita dan fossa
serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi, sinus-
sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang
dilindungi; 3. Membantu keseimbangan kepala, sinus membantu
keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi
bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya akan memberikan
pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap
tidak bermakna; 4. Membantu resonansi suara, sinus berfungsi sebagai
rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara; 5 Sebagai
peredam perubahan tekanan udara, fungsi ini berjalan bila ada
perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin
atau membuang ingus; 6. Membantu produksi mukus, mukus yang
dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan
dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan
partikel yang masuk saat inspirasi.2
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 12/19
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 13/19
13
Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma ganas yang paling umum
yang terkait dengan papilona. Jenis lain dari keganasan yang jarang
berhubungan dengan papiloma adalah adenokarsinoma dan karsinoma sel
kecil. Ada 3 subtipe papiloma yaitu: 1. Fungiform papilloma belum
dilaporkan memiliki potensi ganas; 2. Inverted papilloma telah dilaporkan
untuk berkembang menjadi karsinoma pada 5-10% kasus; 3. Cylindrical
papilloma tampaknya memiliki frekuensi yang lebih tinggi (14-19%)
dengan keganasan.5
Lesi gabungan dari karsinoma sel skuamosa dan papiloma tampak
membentuk 3 kategori histologis, dan kebanyakan pasien memiliki lesi pada
kelompok pertama dan kedua. Pada kelompok pertama, papiloma dan
karsinoma sel skuamosa menempati wilayah anatomi yang sama, tetapi
tidak ada bukti menunjukkan bahwa papiloma yang menimbulkan
karsinoma. Di kelompok kedua, papiloma berisi fokus karsinoma invasif.
Pada kelompok ketiga, karsinoma invasif berkembang setelah papiloma
yang direseksi.
5
Lokasi awal yang paling sering dari tumor ini adalah dinding lateral
dari rongga hidung, lalu dinding medial sinus maksila. Jarang muncul dari
sinus etmoid, sfenoid dan frontal.8
Meskipun dianggap jinak, inverted papilloma dapat menghancurkan
tulang di sekitarnya. Tumbuh dalam ke jaringan dekat sinus, termasuk otak,
dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani. Dalam sejumlah
kecil kasus (5-15%), inverted papilloma dapat ditemukan dengan karsinoma
sel skuamosa.6
3.5. Diagnosis
3.5.1. Anamnesis
Gejala dari inverted papilloma tergantung dari letaknya. Gejala yang
paling sering adalah obstruksi hidung yang progresif. Gejala lain yaitu
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 14/19
14
sekret hidung yang bercampur dengan darah, sakit di wajah, penurunan atau
hilangnya penciuman, epifora atau gejala yang mengarah ke sinusitis.8
Inverted papilloma umumnya terjadi unilateral, tetapi terjadi
bilateral pada 1-9% pasien.8
3.5.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan massa polypoidal
unilateral mengisi rongga hidung dan menyebabkan sumbatan hidung.
Papiloma mempunyai penampilan tidak teratur, rapuh, dan sering berdarah
bila disentuh. Warna abu-abu kemerahan dan dapat mengisi penuh rongga
hidung, melebar dari vestibulum ke nasofaring. Septum hidung sering
deviasi ke sisi kontralateral. Proptosis dan pembengkakan wajah kadang-
kadang terjadi sekunder dari perluasan lesi papilomatosa.5
3.5.3. Pemeriksaan Penunjang
3.5.3.1. Radiologi. Foto Polos tidak lagi memiliki permainan peran
yang signifikan dalam penilaian penyakit sinonasal. Jika diperoleh temuan
yang paling umum adalah massa hidung terkait opasifikasi antrum maksila
yang berdekatan.9
Fitur CT scan sebagian besar tidak spesifik, menunjukkan densitas
massa jaringan lunak. Lokasi massa adalah salah satu dari beberapa
petunjuk ke arah diagnosis yang benar. Kalsifikasi kadang - kadang diamati,
seperti fokus hyperostosis yang cenderung terjadi pada tempat asal tumor.
Hal ini berguna tidak hanya dalam menunjukkan diagnosis, tetapi juga
untuk membantu perencanaan bedah, sebagai lokasi asal tumor menentukan
tingkat operasi yang dibutuhkan. Pembesaran massa memungkinkan
resorpsi tulang dan terjadi kerusakan, pola yang sama terlihat pada pasien
dengan karsinoma sel skuamosa.9
MRI sering menunjukkan penampilan yang khas, disebut pola
convoluted cerebriform dilihat pada kedua T2 dan kontras T1 yang
disempurnakan. Ini menunjukkan garis intensitas sinyal tinggi dan rendah
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 15/19
15
yang bergantian, penampilan diumpamakan dengan albeit loosely, cerebral
cortical gyrations. Tanda ini terlihat pada 50-100% kasus, dan jarang terjadi
pada tumor sinonasal lainnya.9
3.5.3.2. Patologi. Secara makroskopis inverted papilloma tampak
sebagai masa polipoid yang tidak teratur, warna pink, dengan
kecenderungan untuk berdarah.9
Secara histologik terlihat epitel pernafasan tertutup oleh membran
basal yang tumbuh ke dalam stroma yang terletak di bawah dengan
karakterisktik micro-mucous cysts. Sekitar 20% menunjukkan keratinisasi,
dan 10% displasia.9
Transformasi maligna terjadi berbagai macam perubahan histologik,
temasuk keratinisasi dan karsinoma sel skuamosa non-keratinisasi serta
yang lebih jarang termasuk karsinoma mucoepidermoid , karsinoma
verrucous dan adenokarsinoma.9
Klasifikasi menurut Han et al: 1. Stadium 1, tumor terbatas di
kavum nasi, dinding hidung lateral sinus maksila medial, sinus etmoid dan
sinus sfenoid; 2. Stadium 2, seperti stadium 1 kecuali tumor meluas dari
lateral ke dinding medial maksila; 3. Stadium 3, tumor telah melibatkan
sinus frontal; 4. Stadium 4, tumor telah meluas keluar dari sinus (orbita dan
intra kranial).2
Gambar 3.1. Histopatologi inverted papilloma.9
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 16/19
16
3.6. Diagnosis Banding
Mukokel dapat merusak anatomi lokal dan menekan struktur yang
berdekatan karena mereka memperbesar, mukokel maksila dapat menaikkan
dasar orbita dan mengakibatkan proptosis. Mukokel yang paling sederhana
dibentuk oleh mukus tebal yang jelas. Mukokel paling sering menyebabkan
obstruksi ostium sinus dengan akumulasi resultan mukus dan akhirnya
terjadi perluasan.11
Invasif karsinoma dengan gambaran pleomorfisme seluler, mutiara
keratin, hilangnya membran basal, invasi tegas, stroma desmoplastik,
gambaran mitosis atipikal.10
Polip dengan skuamosa metaplasia dengan gambaran penebalan dan
hialinisasi membran basal, yang menonjol kelenjar ludah minor, eosinofil
dan sel inflamasi lainnya, tidak ada epitel berlapis-lapis.10
3.7. Tatalaksana
Eksisi luas tumor dengan jaringan normal disekitarnya penting untuk
mencegah kekambuhan. Rinotomi lateral atau pendekatan midfacial
degloving maksilektomi medial adalah terapi bedah untuk tumor ini.8
Pendekatan rinotomi lateral memberikan ruang yang cukup untuk
reseksi tumor dari rongga hidung, sinus dan tulang tetapi kerugiannya
adalah bekas luka setelah operasi, epifora, kebocoran CSF. Kerugian lain
adalah kurangnya akses untuk area frontal, etmoid superior, sinus sfenoid,
orbita dan komplikasinya adalah stenosis vestibuler, fistula oroantral dan
epistaksis. Pendekatan ini dapat digabungkan dengan endoskopik untuk
mencegah bekas luka.8
Midfacial degloving sangat berguna untuk inverted papilloma nasal
bilateral. Pendekatan endoskopik endonasal mengurangi komplikasi dari
pendekatan eksternal tetapi jika tumor yang ekstensif mungkin tidak adekuat
untuk membersihkan seluruh tumor. Meskipun secara tradisional bedah
endoskopik digunakan untuk lesi kecil, tetapi teknik baru SSES (Sequential
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 17/19
17
Segmental Endoscopic Sinus Surgery) telah dideskripsikan untuk tumor
masif yang menempel dalam sinus maksila.8
Terapi radiasi digunakan sebagai pengobatan alternatif, meksipun
harus dilakukan pada inverted papilloma terkait karsinoma sel skuamosa.
Radioterapi juga digunakan untuk keberhasilan mengobati pasien dengan
reseksi tidak sempurna. Terapi ini juga dianjurkan sebagai tambahan untuk
eksisi bedah pada penyakit terkait HPV yang agresif. Pengobatan penunjang
biasanya dalam bentuk imunomodulasi, Interferon dapat digunakan.8
3.8. Prognosis
Tingkat rekurensi tetap tinggi (15-78%) dan biasanya dikaitkan
dengan reseksi lokal yang tidak lengkap.9
Selain transformasi maligna dan kekambuhan, morbiditas berasal
dari pertumbuhan lokal yang dapat meluas ke ruang yang berdekatan
termasuk orbit dan kompartemen intrakranial.9
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 18/19
18
BAB IV
RESUME
Embriologi hidung terjadi mulai minggu keempat sampai minggu kedelapan.
Hidung dan sinus paranasal memiliki fungsi yang saling berkesinambungan,
secara fisiologik memiliki fungsi respirasi, membantu produksi mukus, sebagai
penyaring udara, dan fungsi fonasi.
Inverted papilloma merupakan neoplasma jinak yang agresif secara lokal
yang timbul di rongga hidung dan sinus paranasal dan berhubungan dengan
karsinoma sel skuamosa, biasanya unilateral. Inverted papilloma sering terjadi
pada laki-laki dari usia 40 sampai 70 tahun dan penyebab tumor ini masih belum
pasti. Gejala yang paling sering ditimbulkan adalah obstruksi hidung yang
progresif dan bisa disertai sekret hidung yang bercampur dengan darah, sakit di
wajah, penurunan atau hilangnya penghidu, epifora atau gejala yang mengarah ke
sinusitis. Pada pemeriksaan MRI sering menunjukkan penampilan yang khas,
disebut pola convoluted cerebriform dan secara histologik terlihat epitel
pernafasan tertutup oleh membran basal yang tumbuh ke dalam stroma yang
terletak di bawah dengan karakterisktik micro-mucous cysts. Penatalaksanaan
untuk kasus ini adalah dengan eksisi luas tumor dengan jaringan normal
disekitarnya penting untuk mencegah kekambuhan dan pada tumor ini memiliki
tingkat rekurensi tetap tinggi (15-78%) dan biasanya dikaitkan dengan reseksi
lokal yang tidak lengkap.
8/10/2019 Refarat Maxillary Sinus Inverted Papilloma
http://slidepdf.com/reader/full/refarat-maxillary-sinus-inverted-papilloma 19/19
19
DAFTAR PUSTAKA
1. USU Bab 2 Tinjauan Kepustakaan. Available from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21283/4/Chapter%20II.pdf
2. USU Bab 2 Tinjauan Kepustakaan. Available from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38211/4/Chapter%20II.pdf
3. UGM Bab 1 Pendahuluan. Available from
http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=vie
w&typ=html&file=304664.pdf&ftyp=potongan&tahun=2014&potongan=S1-
2014-304664-chapter1.pdf
4. Sadler TW. Langman’s Medical Embriology. 9th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins; 2005. Chapter 15,Head and Neck; P.363-20
5. Sadeghi N. Sinonasal Papilloma. Medscape. 2013 June. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/862677-overview#showall
6. Benign tumours of the nasal cavity and paranasal sinuses. Available from
http://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-type/nasal-
paranasal/pathology-and-staging/benign-tumours/?region=bc
7. Mendenhall WM, Hinerman RW, et al. Inverted papilloma of the nasal cavity
and paranasal sinuses. Am J Clin Oncol. 2007 Oct; 30(5): 560-3. Available
from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17921720
8. Thapa N. Diagnosis and Treatment of Sinonasal Inverted Papilloma. SOL
Nepal. 2010. Available from www.solnepal.org.np/pdffiles/archive/34-37.pdf
9. Bickle L, Gaillard F, et al. Inverted Papilloma. Available from
http://radiopaedia.org/articles/inverted-papilloma
10. Nasal cavity Other tumors Papilloma. Available from
http://www.pathologyoutlines.com/topic/nasalsinonasalpapilloma.html
11. Knipe H, Gaillard F, et al. Paranasal Sinus Mucocoele. Available from
http://radiopaedia.org/articles/paranasal-sinus-mucocoele
Recommended