View
24
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
tugas stase anestesi
Citation preview
Oleh:Aina Ullafa
REFRESHINGRESUSITASI JANTUNG PARU
Pendahuluan
• Resusitasi Jantung Paru merupakan suatu istilah yang pertama kali digunakan pada awal tahun 1960-an untuk mendeskripsikan teknik kombinasi dari ventilasi mulut-ke-mulut dan kompresi kardiak tertutup pada pasien yang mengalami henti jantung.
• Sejak itu RJP terus berkembang dan RJP sekarang termasuk basic life support (BLS) termasuk adult advanced cardiovascular life support (ACLS) dan pediatric advanced cardiovascular life support (PALS)
RJP
Henti napasHenti
jantung
awal henti napas, jantung masih berdenyut, nadi
masih teraba, pemberian O2
ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa menit. Kalau henti
napas mendapat pertolongan dengan segera,
maka pasien akan terselamatkan
kalau terlambat akan berakibat henti jantung
fatal
Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan
organ vital lainnya secara mendadak dan dapat kembali
normal, harus dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan
kematian atau kerusakan otak menetap kalau tindakan tidak
adekuat. Tanda: denyut nadi besar tak teraba (karotis, femoralis,
radialis), disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan
berhenti atau satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi
dengan rangsang cahaya dan pasien dalam keadaan tidak sadar.
Basic Life Support
Tujuan basic life support adalah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan
dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan
sendiri secara normal.
A B C
Airway
Airway merepresentasikan penilaian dan terbukanya saluran pernafasan yang dapat
tercapai dengan melakukan teknik head tilt-chin lift. Jika pada pasien yang dicurigai trauma
servikal manuver jaw thrust. Tujuan: agar ventilasi selama RJP dapat
memberikan oksigenasi yang adekuat dan eliminasi karbondioksida yang cukup.
Breathing
Breathing merepresentasikan penilaian dan keperluan bantuan dari pernafasan apakah pasien dapat bernafas
secara normal dan adekuat. Jika terjadi gangguan dalam pernafasannya, penolong harus melakukan
bantuan terhadap ventilasi pernafasan dengan menggunakan teknik mouth to mouth (mulut ke
mulut), mouth to nose (mulut ke hidung), mask to mouth (mulut ke sungkup), atau, bag mask ventilation.
Nafas harus diberikan sebanyak dua kali. Satu kali nafas diberikan dalam periode waktu satu detik dan
harus menunjukkan dada yang mengembang.
Circulation
Circulation berarti untuk mengetahui ada atau tidaknya nadi.
Pemeriksaan nadi tidak boleh melebihi waktu 10 detik dan umumnya dilakukan di arteri karotis. Jika pada pasien tidak dapat ditemukan denyut
nadi kompresi dada
Defibrillation
Defibrilasi adalah hilangnya VF selama kurang lebih 5 detik setelah dilakukan kejutan listrik
dimana pemberian kejut listrik bertujuan untuk menormalkan kembali irama jantung yang
berbahaya seperti aritmia atau cardiac arrest.terapi paling penting adalah defibrilasi elektrik
Teknik RJP
Jika diagnosis henti jantung sudah ditegakkan, maka resusitasi harus segera dimulai. Letakkan
pasien pada posisi terlentang pada alas keras
Teknik RJP
kalau rongga mulut ada cairan, lendir atau benda asing lainnya, bersihkan dahulu sebelum
memberikan nafas buatan
Teknik RJP
Nafas buatan tanpa alat dapat dilakukan dengan cara mulut ke mulut
Cara: penolong menarik nafas dalam, kemudian bibir penolong ditempelkan ke bibir pasien yang
terbuka dengan erat supaya tidak bocor dan udara ekspirasi dihembuskan ke mulut pasien sambil menutup kedua lubang hidung pasien
dengan cara memencetnya
Teknik RJP
Nafas buatan tanpa alat dapat dilakukan dengan cara mulut ke hidung
Cara: udara ekspirasi penolong dihembuskan ke hidung pasien sambil menutup mulut pasien.
Tindakan ini dilakukan kalau mulut pasien sulit dibuka (trismus) atau pada trauma maksilo-fasial
Teknik RJP
Nafas buatan dengan alat dapat dilakukan dengan cara mask to mouth dan bag mask
ventilation technique
Teknik RJP
melakukan kompresi dada, pasien harus ditidurkan terlentang pada alas keras. Pada pasien dewasa, tekan
tulang dada ke bawah menuju tulang punggung sedalam 3-5 cm dengan frekuensi 60-100 kali per menit. Tindakan ini akan memeras jantung yang
letaknya dijepit oleh dua bangunan tulang yang keras yaitu tulang dada dan tulang punggung. Pijatan jantung yang baik akan menghasilkan denyut nadi pada karotis dan curah jantung sekitar 10-15 % dari normal. Pada
penolong satu ataupun dua orang, setiap kali 30 kompresi jantung diikuti oleh nafas buatan dua kali.
Algoritma RJP
Algoritma RJP
Terapi obat
Vasopresor
Epinefrin Vasopresin
Antiaritmia
Amiodaron Lidokain
Penolong yang memulai BLS harus melanjutkan resusitasi sampai salah satu kondisi ini terjadi
Kembalinya sirkulasi spontan dan efektif
Penolong tidak dapat melanjutkan pertolongan karena kelelahan, adanya lingkungan yang
berbahaya, atau jika usaha resusitasi menyebabkan yang lainnya dalam kondisi
berbahayaKriteria valid yang mengindikasi adanya kematian
irreversibel, kriteria kematian yang jelas atau kriteria untuk terminasi resusitasi telah dapat
dipenuhi
DAFTAR PUSTAKA• http://emedicine.medscape.com/article/1344081-overview (diunggah tanggal 19
oktober 2015)• Karo-karo S, Rahajoe AU, Sulistyo S, Kosasih A (editor). Buku Panduan Kursus
Bantuan Hidup Jantung Lanjut. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), 2013.
• Miller RD (editor). Miller’s Anesthesia. United State of America : Elsevier, 2005• Neumar RW, et al. Adult Advance Cardiovascular Life Support : 2010 American
Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. AHA Journal. 2010.
• Sudoyo, Aru, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan FKUI, 2006.
• Theory And Practice of Defibrillation: Defibrillation for Ventricular Defibrillation. Adgey. s.l. : Heart, 2005, Vol. 91.
• Latief, Said. Suryadi, Kartini. Dachlan, M. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta: Pusat penerbitan FKUI, 2009.
Recommended